29
8 BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diuraikan teori yang digunakan dalam penelitian ini. Landasan teori ini dimulai dari psikologi perkembangan remaja, body image, konsep perilaku, perilaku konsumtif, dan pengertian high-heels sehingga dapat menggambarkan teori yang terhubung satu dengan yang lainnya guna mempermudah pemahaman. 2.1.Psikologi PerkembanganRemaja Perkembangan berarti serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Pengertian ini sesuai dengan yang dikatakan Van den Daele (Hurlock, 2004 : 2) : Perkembangan adalah perubahan secara kualitatif, bukan sekedar penambahan beberapa sentimeter pada tinggi badan seseorang atau peningkatan beberapa sentimeter pada tinggi badan seseorang, melainkan suatu proses integrasi dari banyak struktur dan fungsi yang kompleks. Perkembangan juga diartikan sebagai ”perubahan-perubahan yang dialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya (maturation) yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan, baik menyangkut fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah)”. Sementara itu, Yusuf (2001) berpendapat senada, bahwa perkembangan dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan pada diri individu atau organisme, baik fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah) menuju tingkat kedewasaan atau kematangan yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan. Mubin (2006) juga sependapat, bahwa perkembangan adalah suatu proses perubahan pada seseorang ke arah yang lebih maju dan lebih dewasa.

BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00560-PS bab 2.pdf · perkembangan psikomotorik adalah, bahwa perkembangan itu

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00560-PS bab 2.pdf · perkembangan psikomotorik adalah, bahwa perkembangan itu

8

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab ini akan diuraikan teori yang digunakan dalam penelitian ini.

Landasan teori ini dimulai dari psikologi perkembangan remaja, body image,

konsep perilaku, perilaku konsumtif, dan pengertian high-heels sehingga dapat

menggambarkan teori yang terhubung satu dengan yang lainnya guna

mempermudah pemahaman.

2.1.Psikologi PerkembanganRemaja

Perkembangan berarti serangkaian perubahan progresif yang terjadi

sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Pengertian ini sesuai

dengan yang dikatakan Van den Daele (Hurlock, 2004 : 2) :

“Perkembangan adalah perubahan secara kualitatif, bukan sekedar penambahan beberapa sentimeter pada tinggi badan seseorang atau peningkatan beberapa sentimeter pada tinggi badan seseorang, melainkan suatu proses integrasi dari banyak struktur dan fungsi yang kompleks. Perkembangan juga diartikan sebagai ”perubahan-perubahan yang dialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya (maturation) yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan, baik menyangkut fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah)”.

Sementara itu, Yusuf (2001) berpendapat senada, bahwa perkembangan

dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan pada diri individu atau

organisme, baik fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah) menuju tingkat

kedewasaan atau kematangan yang berlangsung secara sistematis, progresif,

dan berkesinambungan. Mubin (2006) juga sependapat, bahwa perkembangan

adalah suatu proses perubahan pada seseorang ke arah yang lebih maju dan

lebih dewasa.

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00560-PS bab 2.pdf · perkembangan psikomotorik adalah, bahwa perkembangan itu

9

Pendapat-pendapat tersebut hampir senada, bahwa perkembangan

merupakan proses perubahan perilaku pada seorang individu secara teratur dan

berkelanjutan. Adapun perbedaan pendapat dari para ahli tersebut hanya pada

tahap-tahap proses perubahan atau terjadinya perubahan perilaku tersebut,

meski perubahan perilaku yang terjadi bersifat pasti terjadi atau hakiki.

Terkait hal ini, Syamsudin (2003) membagi tahap perkembangan perilaku

menjadi :

1. Perkembangan Perilaku Kognitif. Dengan menggunakan hasil

pengukuran tes inteligensi yang mencakup General Information and

Verbal Analogies, Jones dan Conrad (dalam Loree, 1970) menunjukkan

bahwa laju perkembangan inteligensi berlangsung sangat pesat sampai

masa remaja, lalu kepesatannya berangsur menurun. Puncak

perkembangan pada umumnya tercapai di penghujung masa remaja

akhir. Perubahan-perubahan amat tipis sampai usia 50 tahun, dan

setelah itu terjadi plateau (mapan) sampai dengan usia 60 tahun

selanjutnya berangsur menurun.

2. Perkembangan Perilaku Afektif. Perkembangan ini meliputi aspek

emosional dari suatu perilaku yang pada umumnya selalu melibatkan

tiga variabel : a) Rangsangan yang menimbulkan emosi (stimulus); b)

Perubahan–perubahan fisiologis yang terjadi pada individu; dan c) Pola

sambutan (respon). Variabel kesatu (stimulus) dan ketiga (respon)

mungkin bisa berubah, sedangkan variabel kedua tidak mungkin

dirubah, karena terjadinya pada individu secara mekanis.

3. Perkembangan Perilaku Psikomotorik. Perkembangan ini memerlukan

adanya koordinasi fungsional antara sistem syaraf dan otot, dengan

fungsi psikis (kognitif, afektif, konatif). Dua prinsip utama dalam

perkembangan psikomotorik adalah, bahwa perkembangan itu

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00560-PS bab 2.pdf · perkembangan psikomotorik adalah, bahwa perkembangan itu

10

berlangsung dari yang sederhana menuju yang kompleks, dan dari

yang kasar dan global menuju yang halus, spesifik dan terkoordinasi.

Dalam perkembangan perilaku kognitif, Piaget (dalam Syamsudin, 2003)

menjelaskan, bahwa secara kualitatif mengikuti tahap berikut : 1) Tahap Sensori-

Motor (0 – 2 tahun), 2) Tahap Pra Operasional (2 – 7 tahun), 3) Tahap konkret-

operasional (7 – 11 tahun), dan 4) Tahap formal-operasional (11 tahun –

dewasa).

Terkait dengan fokus kajian penelitian tentang perkembangan perilaku

remaja, berdasarkan pendapat Piaget tersebut, remaja berada pada tahap formal

operasional, yang mana pada periode ini seorang remaja telah memiliki

kemampuan mengkoordinasikan, baik secara simultan maupun berurutan dua

ragam kemampuan kognitif yaitu kapasitas menggunakan hipotesis, yaitu

kemampuan berfikir mengenai sesuatu khususnya dalam hal pemecahan

masalah dengan menggunakan anggapan dasar yang relevan dengan

lingkungan yang dia respons dan kapasitas menggunakan prinsip-prinsip

abstrak; serta kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak, yaitu kemampuan

untuk mempelajari materi-materi pelajaran yang abstrak secara luas dan

mendalam.

Menurut Papalia (2007), masa remaja adalah transisi perkembangan dari

masa kanak-kanak ke masa dewasa yang didalamnya terdapat perubahan fisik,

kognitif, dan psikososial. Sementara Jersild (dalam Cahyadi, 2006)

mengungkapkan, bahwa masa remaja adalah suatu periode transisi selama

pertumbuhan seseorang dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

Berdasarkan definisi-definisi tesebut, dapat disimpulkan bahwa remaja

adalah masa peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa yang melibatkan

aspek fisik, kognitif, dan psiko-sosial dalam berbagai perilakunya. Seluruh

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00560-PS bab 2.pdf · perkembangan psikomotorik adalah, bahwa perkembangan itu

11

perubahan tersebut ada yang terjadi dengan sendirinya, ada juga yang terjadi

melalui proses pengalaman dan pembelajaran, atau dipengaruhi faktor di luar

individu remaja tersebut.

Batasan usia remaja menurut Monk (2000) adalah antara 12 – 21 tahun,

dan membaginya dalam tiga fase, yaitu : 1) Remaja awal (12 – 15 tahun), 2)

Remaja tengah (15 – 18 tahun), dan 3) Remaja akhir (18 – 21 tahun). Pada

tahapan-tahapan usia ini, menurut Agustiani (2006), terjadi transisi masa kanak-

kanak dan dewasa yang ditandai dengan berbagai perubahan, baik fisik maupun

psikis.

Hurlock (2004) mengatakan ciri remaja (masa remaja) adalah usia

bermasalah dan masa mencari identitas diri dimana mereka harus mempelajari

pola perilaku dan sikap baru untuk menggantikan perilaku dan sikap yang sudah

ditinggalkan. Masalah pada masa remaja sering menjadi masalah yang sulit

diatasi, karena sebelumnya masalah diselesaikan oleh orangtua dan guru,

sehingga kebanyakan remaja kurang berpengalaman dalam mengatasi masalah,

maka mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri dan menolak bantuan

orangtua dan guru karena merasa mandiri.

Menurut Monks (2000), terdapat tiga tahap dan karakteristik proses

perkembangan yang dilalui remaja menuju kedewasaannya, yaitu :

1. Remaja awal (12 – 15 tahun). Pada tahap ini, remaja masih

merasa bingung dan mulai beradaptasi terhadap perubahan-

perubahan yang terjadi pada dirinya dan dorongan-dorongan yang

menyertai perubahan-perubahan tersebut. Mereka mulai

mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan

jenis dan mudah terangsang secara erotis. Kepekaan yang

berlebihan ini ditambah dengan berkurangnya pengendalian

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00560-PS bab 2.pdf · perkembangan psikomotorik adalah, bahwa perkembangan itu

12

terhadap emosi dan menyebabkan remaja sulit mengerti dan

dimengerti oleh orang dewasa;

2. Remaja madya (15-18 tahun). Pada tahap ini, remaja sangat

membutuhkan teman-teman. Ada kecendrungan narsistik, yaitu

mencintai dirinya sendiri, dengan cara lebih menyukai teman-

teman yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya.

Pada tahap ini remaja berada dalam kondisi kebingungan, karena

masih ragu harus memilih yang mana, peka atau peduli, ramai-

ramai atau sendiri, optimis atau pesimis, dan sebagainya;

3. Remaja akhir (18-21 tahun). Tahap ini adalah masa mendekati

kedewasaan yang ditandai dengan pencapaian :

a. Minat yang semakin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.

b. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-

orang lain dan mendapatkan pengalaman-pengalaman baru.

c. Terbentuknya identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.

Bentuk tubuh yang tidak sesuai dengan jenis kelaminnya jauh

lebih mengganggu remaja daripada anak kecil. Egosentrisme

(terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti

dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan

orang lain.

d. Tumbuh dinding pemisah antara diri sendiri dengan

masyarakat umum.

Dapat disimpulkan bahwa remaja merupakan periode yang sangat

penting, karena merupakan masa peralihan yang sering menimbulkan masalah,

baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang tua dan gurunya, yang disebabkan

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00560-PS bab 2.pdf · perkembangan psikomotorik adalah, bahwa perkembangan itu

13

oleh masa pencarian identitas dari yang bersangkutan sebagai bukti egoisme

serta kekhawatiran terhadap potensi dan kelemahan yang ada pada dirinya.

Perkembangan remaja, menurut Hill (dalam Agustiani, 2006), juga

merupakan perubahan fundamental dan universal remaja yang meliputi :

1. Perubahan biologis, yaitu menyangkut tampilan fisik (ciri-ciri

secara primer dan sekunder). Perubahan ini mengakibatkan

remaja harus menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitarnya.

Perubahan fisik ini juga berpengaruh terhadap self image remaja,

dan juga menyebabkan perasaan tentang diri pun berubah..

2. Perubahan kognitif, yaitu perubahan dalam kemampuan berpikir,

yang lebih baik daripada waktu anak-anak tentang situasi secara

hipotesis, memikirkan sesuatu yang belum terjadi tetapi akan

terjadi, serta telah mampu berpikir tentang konsep-konsep yang

abstrak seperti pertemanan, demokrasi, dan moral.

3. Perubahan sosial, yaitu perubahan dalam status sosial dengan

mendapatkan peran-peran baru dan terikat pada kegiatan-

kegiatan baru. Dalam kehidupan sosial, remaja dituntut untuk

membuat suatu pilihan dan keputusan tentang yang akan

dilakukan bila dewasa.

Terkait dengan perkembangan tersebut, Havighurst (dalam Hurlock,

2004) mengemukakan tugas perkembangan remaja, yaitu :

1. Mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman

sebaya, baik pria maupun wanita.

2. Mencapai peran sosial pria dan wanita.

3. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara

efektif.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00560-PS bab 2.pdf · perkembangan psikomotorik adalah, bahwa perkembangan itu

14

4. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung

jawab.

5. Mencapai kemandirian emosional dari orangtua dan orang-orang

dewasa lainnya.

6. Mempersiapkan karir ekonomi.

7. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.

8. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan

untuk berperilaku, dan mengembangkan ideologi.

Berdasarkan uraian tersebut, pada masa ini individu mulai meninggalkan

peran sebagai anak-anak dan berusaha mengmbangkan diri sebagai individu

yang unik dan tidak bergantung pada orang tua. Sebagian remaja ada yang

mengalami perubahan peran secara drastis, menjadi dewasa lebih awal

dibandingkan dengan teman-teman sebayanya, sehingga dapat dikatakan

mengalami masa remaja yang pendek. Sebaliknya, tidak sedikit yang mengalami

masa remaja yang panjang, yaitu bila setelah melewati usia remaja masih

bergantung dan berada dibawah otoritas orangtua, sehingga dapat membuat

perkembangan remaja menuju proses kedewasaan menjadi terhambat.

Terkait dengan hal ini peran dari orang-orang sekelilingnya untuk

mengarahkan tugas perkembangan remaja sangat penting, sehingga remaja

mampu melewati masa peralihan tanpa permasalahan yang berarti, dan mampu

menginjakkan dirinya pada masa dewasa dengan lebih siap dan matang.

2.2 Body Image

Dari sejumlah uraian tentang tugas perkembangan masa remaja, dapat

dikatakan, bahwa masa remaja dianggap sebagai periode badai dan tekanan

yaitu suatu masa dimana berbagai permasalahan yang terkait dengan peralihan

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00560-PS bab 2.pdf · perkembangan psikomotorik adalah, bahwa perkembangan itu

15

peran anak-anak ke arah dewasa yang kadang sulit dipahami oleh orang-orang

sekelilingnya. Bahkan remaja umumnya memiliki kondisi emosi yang labil, tidak

terkendali dan tampak irasional.

Berbagai permasalahan yang terkait dengan peralihan peran anak-anak

ke arah dewasa yang kadang sulit dipahami oleh orang-orang sekelilingnya.

Bahkan remaja umumnya memiliki kondisi emosi yang labil, tidak terkendali dan

tampak irasional.

Piaget mengungkapkan perubahan kognitif yang dialami pada masa

remaja yang disebut formal operation, yang mana remaja tidak lagi terikat pada

realitas fisik yang konkrit dari apa yang ada, melainkan remaja mulai mampu

berhadapan dengan aspek-aspek yang hipotesis dan abstrak dari realitas.

Bahkan terkait dengan perubahan sosial, remaja harus menyesuaikan diri

dengan lawan jenis dalam membentuk hubungan yang baru dan juga

menyesuaikan diri dengan orang dewasa lainnya diluar lingkungan keluarga dan

sekolah (Hurlock, 2004).

Masa remaja secara umum dimulai dengan pubertas, yaitu proses yang

mengarah kepada kematangan seksual dan kemampuan untuk bereproduksi,

termasuk permasalahan-permasalahan yang timbul sebagai akibat dari

perubahan perkembangan tersebut. Menurut Levine & Smolak (dalam

Rey,2002), permasalahan akibat perubahan fisik banyak dirasakan pada masa

remaja awal ketika mereka mengalami pubertas sedangkan pada masa remaja

tengah dan akhir permasalahan fisik yang terjadi berhubungan dengan

ketidakpuasan/keprihatinan mereka terhadap keadaan fisik yang dimilikinya,

yang biasanya tidak sesuai dengan fisik ideal yang diinginkannya dan kemudian

sering membandingkan fisiknya dengan fisik orang lain ataupun idola-idola yang

menjadi rujukan mereka (artis) yang kemudian mengakibatkan mereka menjadi

kurang percaya diri .

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00560-PS bab 2.pdf · perkembangan psikomotorik adalah, bahwa perkembangan itu

16

Salah satu dampak psikologis dari perubahan tubuh di masa puber yaitu,

remaja cenderung merasa cemas dengan tubuh mereka dan membentuk citra

diri mengenai bagaimana keadaan tubuh mereka. Hal ini dikenal dengan body

image, yaitu gambaran mental seseorang terhadap bentuk dan ukuran tubuhnya,

bagaimana seseorang mempersepsi dan memberikan penilaian atas apa yang ia

pikirkan dan rasakan terhadap bentuk dan ukuran tubuhnya, dan bagaimana

kira-kira penilaian orang lain terhadap dirinya. Padahal sebenarnya, apa yang dia

pikirkan dan rasakan, belum tentu benar-benar merepresentasikan keadaan

yang aktual, namun lebih merupakan hasil penilaian diri yang bersifat subyektif

(Honigman dan Castle, dalam de Villiers, 2006).

Dapat disimpulkan bahwa body image adalah persepsi subyektif

seseorang (kebanyakan wanita atau remaja wanita) akan penampilannya sendiri.

Pendapat ini sejalan dengan yang dikemukakan pertama kali oleh Schilder dalam

penelitiannya The Image and Appearance of the Human Body (1935) dalam

Wikipedia (2011), bahwa body image merujuk kepada persepsi seseorang

tentang keindahan (estetis) dan daya tarik seksual dari tubuh yang dimilikinya.

Persepsi ini menurut Schilder, merupakan akibat penilaian masyarakat dari masa

ke masa tentang nilai utama kecantikan dari tubuh seseorang (wanita), sehingga

menyebabkan persepsi seseorang terhadap tubuh yang dimilikinya harus sesuai

dengan standar penilaian yang dimiliki oleh orang kebanyakan.

Sementara itu, Lightstone (1999 :1) mengemukakan “body image involves

our perception, imagination, emotions, and physical sensations of and about our

bodies”. (Body image meliputi persepsi, imajinasi, emosi, dan sensasi fisik orang

tentang tubuhnya).

Konsep body image digunakan dalam berbagai disiplin ilmu, seperti

psikologi, kedokteran, psikiatri, psikoanalisis, filosofi dan budaya, serta studi

kewanitaan. Karena itu, wajar kalau definisi dari body image tidak memiliki

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00560-PS bab 2.pdf · perkembangan psikomotorik adalah, bahwa perkembangan itu

17

konsensus tertentu. Terkait tentang studi kewanitaan, terdapat perbedaan

gender dalam persepsi remaja mengenai tubuh mereka.

Proses pembentukan body image yang baru pada masa remaja ke dalam

diri adalah bagian dari tugas perkembangan yang sangat penting, dan biasanya

remaja wanita mengalami penyesuaian yang lebih sulit daripada remaja pria

(Dacey dan Kenny, 2001). Bahkan menurut Gunn dan Pikoff (dalam Santrock,

2003), selama masa puberitas secara umum remaja wanita tidak begitu senang

dengan tubuh mereka dan memiliki body image yang lebih negatif dibandingkan

dengan remaja laki-laki.

Selanjutnya Gross (dalam Santrock, 2003) mengemukakan ketidakpuasan

remaja wanita pada tubuh mereka mungkin lebih disebabkan karena kadar lemak

tubuh mereka yang meningkat, sehingga menyebabkan peningkatan berat tubuh

mereka dan hal ini membuat mereka terlihat lebih gemuk. Fakta ini didukung oleh

hasil penelitian Levine dan Smolak (dalam Rey, 2002), bahwa 40 – 70 persen

remaja wanita merasakan ketidakpuasan pada dua atau lebih dari bagian

tubuhnya, khususnya pada bagian pinggul, bokong, perut dan paha.

Dengan demikian, body image menurut persepsi wanita sebagai daya

tariknya terdapat pada bagian pinggul, bokong, perut, dan paha. Daya tarik fisik

inilah yang berperan penting dalam hubungan sosial, sebagaimana dikemukakan

oleh Cross dan Cross (dalam Hurlock, 2004), kecantikan dan daya tarik fisik

merupakan hal yang penting bagi remaja.

Dengan adanya daya tarik fisik bagi seorang remaja wanita, dukungan

sosial, popularitas, pemilihan calon pasangan hidup dan karir diharapkan lebih

tinggi. Remaja wanita beranggapan bahwa dengan memiliki tubuh yang ideal dan

menarik, mereka akan lebih mudah untuk terlibat dalam hubungan yang

romantis. Hal ini sesuai dengan pernyataan Erickson (dalam Dacey dan Kenny,

2001), bahwa wanita dalam menilai penampilan fisik lebih mengarah kepada

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00560-PS bab 2.pdf · perkembangan psikomotorik adalah, bahwa perkembangan itu

18

upaya untuk menarik perhatian lawan jenis, sedangkan pria lebih memfokuskan

pada kemampuan bersaing dan kekuatan.

Remaja wanita yang memiliki body image positif akan menerima lebih

banyak ajakan berkencan dibanding yang memiliki body image negatif, karena

mereka yang merasa bahwa diri mereka cantik dan terlihat menarik di mata

orang lain akan lebih memungkinkan untuk terlibat dalam hubungan yang

romantis (de Villiers, 2006).

Dengan demikian, remaja wanita yang memiliki body image positif

biasanya cenderung memiliki self-esteem yang tinggi, sedangkan remaja yang

memiliki body image negatif cenderung memiliki self-esteem yang rendah,

sehingga mereka akan merasa kesulitan memulai hubungan yang romantis

dengan lawan jenis dibandingkan remaja yang memiliki body image positif.

Selain itu, remaja yang memiliki body image negatif, cenderung merasa ditolak

dan tidak diinginkan, sehingga bisa membawa remaja lari ke hal-hal negatif,

sebagaimana hasil penelitian Moore dan Franko (dalam Cash dan Pruzinsky,

2002) bahwa body image adalah komponen yang penting dalam hidup manusia

karena apabila terdapat gangguan pada body image dapat mengakibatkan

banyak hal, seperti perasaan minder dan tidak percaya diri, gangguan pola

makan (eating disorder), diet yang tidak sehat, anxiety, bahkan depresi.

Terkait dengan berbagai masalah yang timbul akibat persepsi terhadap

body image, beberapa definisi muncul. Meski berbeda, namun substansinya

sama, yaitu penilaian seseorang terhadap penampilan tubuh atau fisik yang

dimilikinya. Dacey dan Kenny (2001) menyatakan, bahwa body image yaitu

keyakinan seseorang akan penampilan mereka di hadapan orang lain.

Sementara Wright (dalam Santrock, 2003) mendefinisikan, body image individu

membangun citranya sendiri mengenai bagaimana kelihatannya bentuk tubuh

mereka. Adapun definisi Papalia, Olds, dan Feldman (2007), body image adalah

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00560-PS bab 2.pdf · perkembangan psikomotorik adalah, bahwa perkembangan itu

19

suatu gambaran dan evaluasi mengenai penampilan seseorang”. Bahkan

menurut Grogan (1999), body image adalah persepsi, pikiran dan perasaan

seseorang tentang tubuhnya.

Selain itu, Schilder (dalam Grogan, 1999) mengartikan body image

sebagai gambaran mengenai tubuh seseorang yang terbentuk dalam pikiran

individu itu sendiri, atau dengan kata lain gambaran tubuh individu menurut

individu itu sendiri, selanjutnya, Schilder (dalam Cash dan Pruzinsky, 2002) body

image adalah pemikiran seseorang terhadap tubuhnya terdiri dari tiga elemen,

yaitu elemen persepsi yang diidentifikasikan dengan estimasi ukuran tubuh,

elemen pikiran yang diidentifikasikan dengan evaluasi daya tarik tubuh, dan

elemen perasaan yang diidentifikasikan dengan emosi yang terkait dengan

bentuk dan ukuran tubuh.

Fisher (dalam Grogan, 1999) juga mengemukakan, bahwa body image

adalah persepsi, pikiran dan perasaan seseorang mengenai tubuhnya.

Sementara Cash (2002) mendeskripsikan body image sebagai kumpulan

kumulatif dari gambaran, fantasi dan pemahaman tentang tubuh dan bagian-

bagian serta fungsi-fungsinya yang merupakan komponen utuh pada gambaran

diri dan dasar dari representasi diri.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

body image adalah gambaran mental, persepsi, pikiran dan perasaan yang

dimiliki seseorang terhadap ukuran tubuh, bentuk tubuh dan berat tubuh yang

mengarah kepada penampilan fisik. Evaluasi berbicara tentang apa yang

dirasakan individu, seperti kepuasannya terhadap tubuhnya, perhatian dan

kecemasan terhadap tubuh, dan sikap berupa penilaian positif atau negatif

terhadap tubuh. Selain itu, body image juga merupakan representasi seseorang

mengenai bagaimana penampilan yang terlihat oleh orang lain, bagaimana

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00560-PS bab 2.pdf · perkembangan psikomotorik adalah, bahwa perkembangan itu

20

seseorang mempersepsikan tubuhnya sendiri, dan bagaimana individu

menggambarkan tubuhnya berdasarkan pikirannya sendiri.

Definisi lain yang lebih rinci dikemukakan oleh Cash dan Pruzinsky

(2002), bahwa body image merupakan sikap yang dimiliki seseorang terhadap

tubuhnya yang dapat berupa penilaian positif dan negatif. Kemudian Thompson,

dkk (2001) juga menyatakan Body image adalah evaluasi seseorang terhadap

ukuran tubuhnya, berat ataupun aspek tubuh lainnya yang mengarah kepada

penampilan fisik. Evaluasi dibagi menjadi tiga area, yaitu komponen persepsi,

yang secara umum mengarah kepada keakuratan dalam mempersepsi ukuran

(perkiraan terhadap ukuran tubuh); komponen subyektif yang mengarah kepada

kepuasan, perhatian, evaluasi kognitif dan kecemasan; serta komponen perilaku

yang memfokuskan kepada penghindaran individu terhadap situasi yang

mengakibatkan ketidaknyamanan terhadap penampilan fisiknya sendiri.

Selanjutnya, Cash (2000) menegaskan ada lima komponen body image., yaitu :

1. Appearance Evaluation (Evaluasi Penampilan), yaitu penilaian

individu mengenai keseluruhan tubuh dan penampilan dirinya,

apakah menarik atau tidak menarik, memuaskan atau tidak

memuaskan terhadap penampilan secara keseluruhan.

2. Appearance Orientation (Orientasi Penampilan), yaitu perhatian

individu terhadap penampilan dirinya dan usaha yang dilakukan

untuk memperbaiki dan meningkatkan penampilan dirinya.

3. Body Areas Satisfaction (Kepuasan terhadap Bagian Tubuh), yaitu

kepuasan individu terhadap bagian tubuh secara spesifik, seperti

wajah, rambut, payudara, tubuh bagian bawah (pinggul, bokong,

kaki), tubuh bagian tengah (pinggang, perut), dan keseluruhan

tubuh.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00560-PS bab 2.pdf · perkembangan psikomotorik adalah, bahwa perkembangan itu

21

4. Overweight Pre-occupation (Kecemasan Menjadi Gemuk), yaitu

menggambarkan kecemasan individu terhadap kegemukan dan

kewaspadaan terhadap berat badan yang ditampilkan melalui

perilaku nyata dalam aktivitas sehari-hari seperti kecenderungan

melakukan diet untuk menurunkan berat badan dan membatasi

pola makan.

5. Self-Clasified Weight (Pengkategorisasian Ukuran Tubuh), yaitu

persepsi dan penilaian individu terhadap berat badannya, seperti

kekurangan berat badan atau kelebihan berat badan.

Lima komponen inilah yang merupakan fokus kajian dalam penelitian ini

terkait dengan body image dari remaja putri terhadap kondisi atau penampilan

fisik tubuh yang dimilikinya. Komponen ini kemudian diklasifikasikan sebagai

indikator tingkat kepuasan remaja putri terhadap penampilan fisik tubuhnya.

Hal lain yang terkait dengan penelitian tentang body image ini adalah

faktor-faktor yang mempengaruhi body image, sebagaimana yang dikemukakan

oleh Thompson (2001), yaitu :

1. Persepsi, yang berhubungan dengan ketepatan individu dalam

mempersepi atau memperkirakan ukuran tubuhnya. Perasaan

puas atau tidaknya seorang individu dalam menilai bagian tubuh

tertentu berhubungan dengan komponen ini.

2. Perkembangan, yaitu pengalaman di masa kecil dan remaja

terhadap hal-hal yang berkaitan dengan body image-nya saat ini,

khususnya saat pertama kali menstruasi serta perkembangan

seksual sekunder yang terkait dengan kejadian penting terhadap

body image.

3. Sosiokultural, bahwa masyarakat akan menilai apa yang baik dan

apa yang tidak, tidak terkecuali dalam kecantikan. Teori feminis

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00560-PS bab 2.pdf · perkembangan psikomotorik adalah, bahwa perkembangan itu

22

menjelaskan bahwa kebanyakan wanita terlalu

mengidentifikasikan dirinya dengan tubuhnya, dan hal tersebut

menyebabkan mereka mengikuti sosok ideal (idola) yang ada di

masyarakat bahwa mereka akan dianggap menarik jika memiliki

tubuh yang ideal (Bergner, dkk dalam Thompson, 2001).

Sementara terkait dengan faktor sosiokultural, terdapat subfaktor lain yang

juga mempengaruhi body image seseorang, di antaranya media massa,

keluarga, dan hubungan interpersonal, sebagaimana penjelasan berikut :

1. Media massa. Tiggeman (dalam Cash dan Pruzinsky, 2002)

berpendapat media massa yang ada dimana-mana memberikan

gambaran ideal mengenai fitur perempuan dan laki-laki yang dapat

mempengaruhi body image seseorang. Menurut Lakoff dan Scherr

(dalam Thompson, 2001), media massa juga memberikan pengaruh

yang besar dalam menentukan standar tubuh yang menarik.

2. Keluarga. Menurut teori social learning, orangtua merupakan model

yang penting dalam proses sosialisasi, sehingga mempengaruhi body

image anak-anaknya melalui modeling feedback, dan instruksi. Ikeda

dan Narwoski (dalam Cash dan Pruzinsky, 2002) menyatakan, bahwa

komentar yang dibuat orang tua dan anggota keluarga mempunyai

pengaruh yang besar dalam gambaran tubuh anak-anak.

3. Hubungan interpersonal. Hubungan interpersonal membuat

seseorang cenderung membandingkan diri dengan orang lain dan

feedback yang diterima ini mempengaruhi konsep diri termasuk

mempengaruhi bagaimana perasaan terhadap penampilan fisik.

Menurut Dunn dan Gokke (dalam Cash dan Pruzinsky, 2002),

menerima feedback mengenai penampilan fisik berarti seseorang

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00560-PS bab 2.pdf · perkembangan psikomotorik adalah, bahwa perkembangan itu

23

mengembangkan persepsi tentang bagaimana oranglain memandang

dirinya. Keadaan tersebut dapat membuat mereka melakukan

perbandingan sosial sebagai salah satu proses pembentukan dalam

penilaian diri mengenai daya tarik fisik.

Dengan demikian, body image terbentuk dari pengalaman-pengalaman

yang dimiliki seseorang baik dari keluarga, teman, lingkungan atau media yang

mempengaruhinya untuk mempersepsikan nilai penting dari bentuk dan ukuran

tubuh. body image dianggap sebagai persepsi seseorang terhadap bentuk dan

ukuran tubuhnya, meliputi penilaian atau persepsinya tentang : pentingnya body

image terhadap penampilan sehari-hari, pentingnya body image dengan

pengaturan pola dan frekuensi makan, body index mass atau kondisi tubuhnya

sekarang (kurus atau normal, dan seterusnya).

Selain itu, terlihat bahwa remaja peduli dengan bagaimana orang lain

melihat tubuhnya, dan merupakan hal penting pada remaja karena mereka

cenderung sadar dan peka terhadap bayangan (image) mengenai bagaimana

penilaian orang lain terhadap dirinya. Oleh karena itu, remaja (wanita) sangat

memperhatikan perubahan fisik yang dialaminya, dan sangat mementingkan

penampilan fisik dan pembentukan tubuh agar mendapatkan tubuh yang ideal.

Proses pembentukan body image yang baru pada masa remaja merupakan

bagian penting dari tugas perkembangan body image seseorang, bahkan

menurut Cash dan Pruzinsky (2002), sebagai aspek penting dari perkembangan

psikososial dan interpersonal pada remaja.

Dengan memiliki tubuh yang langsing, mereka lebih percaya diri.

Meskipun demikian, sebagian wanita ada yang tidak terlalu memperhatikan

bentuk tubuhnya dan tetap percaya diri dengan bentuk tubuh yang sekarang

dimilikinya. Karena itu, body image banyak terjadi pada wanita, khususnya

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00560-PS bab 2.pdf · perkembangan psikomotorik adalah, bahwa perkembangan itu

24

wanita dewasa yang belum berkeluarga. Tujuannya, yaitu berusaha menarik

perhatian dari lawan jenis atau calon pasangannya. Body image yang terbentuk

yang terbentuk di kalangan wanita pada umumnya akan mempengaruhi pola dan

perilaku hidup mereka termasuk keinginan dan kebutuhannya untuk membeli

suatu produk yang sesuai dengan selera body image-nya.

2.3 Konsep Perilaku

Perilaku adalah setiap cara reaksi atau respon manusia sebagai mahluk

hidup terhadap manusia lain, atau aksi dan reaksi terhadap perangsangan dari

lingkungan. Menurut Soekidjo (1993), perilaku manusia adalah suatu aktivitas

manusia itu sendiri. Sementara menurut Kusmiyati dan Desminiarti (1990),

perilaku manusia pada hakikatnya adalah proses interaksi individu dengan

lingkungannya sebagai manifestasi hayati bahwa dia adalah makhluk hidup.

Secara operasional, perilaku dapat diartikan sebagai suatu respon

organisme atau seseorang terhadap rangsangan dari luar subjek tersebut.

Perilaku juga diartikan sebagai suatu aksi-reaksi organisme

terhadaplingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang

diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni yang disebut rangsangan. Berarti

rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu. Perilaku

adalah tindakan atau perilaku suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan

dapat dipelajari.

Menurut Gunarsa (2000), perilaku orang ada yang terlihat dan ada juga

yang terselubung. Perilaku terlihat terbagi menjadi :

1. Perilaku yang disadari, dilakukan dengan kesadaran penuh,

tergantung dari aksi dalam otak besar.

2. Perilaku reflektoris, yaitu gerakan refleks yang dalam tahap

pertama berkaitan dengan sumsum tulang belakang dan belum

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00560-PS bab 2.pdf · perkembangan psikomotorik adalah, bahwa perkembangan itu

25

disadari. Kemudian tingkah laku refleks disadari, bila kesan

sudah sampai ke pusat syaraf.

3. Perilaku di luar pengaruh kehendak, yaitu tidak disadari dan

berpusat pada sumsum penyambung atau gerakan otot karena

kepekaan otot.

Sementara perilaku yang tidak mudah terlihat atau terselubungi terbagi

menjadi :

1. Kognisi, yaitu penyadaran melalui proses penginderaan terhadap

rangsang dan interpretasinya. Perilaku meliputi segala hal

berupa reaksi terhadap rangsang, menyadarinya dan memberi

arti atau belajar dan mengingat arti yang dipelajari.

2. Emosi, yaitu perasaan dan suasana di dalam diri yang

dimunculkan oleh penyadaran terhadap isi perangsangan.

3. Konasi, yaitu pemikiran, pengambilan keputusan untuk memilih

sesuatu bentuk perilaku.

4. Penginderaan, yaitu penyampaian atau pengantaran pesan

(rangsangan).

Perilaku seseorang terhadap sesuatu obyek (inovasi) yang baru tidak

terlepas dari tahapan orang tersebut menyadari, menilai dan memutuskan untuk

berperilaku tertentu. Menurut Rogers (1994), sebelum orang mengadopsi

perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang

berurutan, yakni :

1. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam

arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

2. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00560-PS bab 2.pdf · perkembangan psikomotorik adalah, bahwa perkembangan itu

26

3. Evaluation (menimbang-nimbang baik-tidaknya stimulus bagi

dirinya), yang menunjukkan bahwa sikap responden sudah baik.

4. Trial, orang telah mulaim encoba perilaku baru.

5. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Terkait dengan hal tersebut, suatu perilaku memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Perilaku adalah perkataan dan perbuatan individu. Jadi apa yang

dikatakan dan dilakukan oleh seseorang merupakan karakteristik dari

perilakunya.

2. Perilaku mempunyai satu atau lebih dimensi yang dapat diukur, yaitu :

frekuensi, durasi, dan intensitas.

3. Perilaku dapat diobservasi, dijelaskan, dan direkam oleh orang lain atau

orang yang terlibat dalam perilaku tersebut.

4. Perilaku mempengaruhi lingkungan, lingkungan fisik atau social

5. Perilaku dipengaruhi lingkungan

6. Perilaku bisa tampak atau tidak tampak.

Dengan demikian, perilaku atau aktivitas pada individu atau organisme

tidak timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat dari stimulus yang diterima

oleh organisme yang bersangkutan, baik stimulus eksternal maupun stimulus

internal. Perilaku individu dapat mempengaruhi individu itu sendiri, dan juga

dapat mempengaruhi lingkungan, dan sebaliknya, lingkungan dapat

mempengaruhi individu. Perilaku manusia sangat berbeda antara satu dengan

yang lainnya. Perilaku itu sendiri adalah suatu fungsi dari interaksi antara

seseorang individu dengan lingkungannya.

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00560-PS bab 2.pdf · perkembangan psikomotorik adalah, bahwa perkembangan itu

27

Berdasarkan uraian tersebut, secara garis besar, perilaku manusia

diakibatkan oleh : 1) genetika (keturunan); 2) sikap, yaitu suatu ukuran tingkat

kesukaan seseorang terhadap perilaku tertentu; 3) norma sosial dalam bentuk

tekanan sosial; dan 4) kontrol perilaku pribadi, yaitu kepercayaan seseorang

mengenai sulit-tidaknya melakukan suatu perilaku.

2.4 Perilaku Konsumtif

Terkait dengan konsep perilaku seseorang dalam bermasyarakat dengan

orang lain (konsumen) dan lingkungannya, maka dalam suatu organisasi pun

kedudukan konsumen semakin penting, terutama kedudukannya dalam suatu

organisasi. Biasanya konsumen menunjukkan perilaku menuntut tidak hanya

sebatas terpenuhi kebutuhannya, tetapi juga keinginannya.

Perilaku konsumen tersebut merupakan suatu tindakan individu-individu

untuk mendapatkan, mengkonsumsi produk, jasa, ide dan pengalaman. Tuntuan

dan tindakan seperti inilah yang merupakan perilaku konsumtif yang dilakukan

seseorang terhadap suatu obyek yang ada di sekelilingnya (Engel, dkk 1994).

Menurut Soegitodalam Parma (2007), perilaku konsumtif masyarakat

Indonesia tergolong berlebihan jika dibandingkan dengan bangsa-bangsa di Asia

Tenggara. Keadaan ini dilihat dari rendahnya tingkat tabungan masyarakat

Indonesia dibandingkan negara lain seperti Malaysia, Philipina dan Singapura.

Hal ini membuktikan bahwa masyarakat Indonesia lebih senang mengunakan

uang untuk memenuhi kebutuhan yang tidak penting dengan berperilaku

konsumtif atau hidup dalam dunia konsumerisme yang menjadi syarat mutlak

untuk kelangsungan status dan gaya hidup.

Dalam menentukan seseorang orang konsumtif dan tidak, kita harus

melihat nilai investasi didalamnya. Seorang peragawati atau bintang film yang

membeli dan menggunakan high-heels yang mahal tidak bisa dikatakan

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00560-PS bab 2.pdf · perkembangan psikomotorik adalah, bahwa perkembangan itu

28

konsumtif karena dia bekerja dengan sepatu high-heels tersebut,.sedangkan

seorang mahasiswi yang membeli dan menggunakan high-heels yang sama,

harus kita golongkan sebagai tingkah laku yang semata-mata konsumtif.

Hidup dalam dunia konsumerisme tidak pandang umur, jenis kelamin

ataupun status sosial. Remaja merupakan salah satu contoh yang paling banyak

terkena dampak konsumerisme atau mudah terpengaruh gaya hidup konsumtif,

sebagaimana pendapat Loudon dan Bitta (1993 : 149), bahwa “remaja adalah

kelompok yang berorientasi konsumtif karena remaja suka mencoba hal-hal yang

baru, tidak realistik dan cenderung boros”. Penyebab lain, lingkungan pergaulan

remaja punya banyak pengaruh terhadap minat, sikap, pembicaraan, penampilan

dan perilaku lebih besar dibandingkan keluarga(Hurlock 2004). Temuan dari

Meilaratri (2004 : 19-28) dalam Parma (2007), “remaja sadar dukungan sosial

dipengaruhi penampilan yang menarik berdasarkan apa yang dikenakan dan

dimiliki, sehingga tidak mengherankan bila pembelian kosmetik dan pembelian

terhadap pakaian dan aksesoris pada awal masa remaja dianggap penting”.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumtif

adalah perilaku membeli dan menggunakan secara berlebihan dan tidak rasional

tanpa mementingkan kebutuhan.Perilaku konsumtif tidak mengenal jenis kelamin

dan umur, karena remaja termasuk kelompok yang berperilaku konsumtif.

Remaja melakukan pembelian secara berlebihan tanpa memperhatikan

kebutuhan dan kegunaannya melainkan untuk bisa diterima oleh lingkungannya,

menaikkan prestise, dan untuk tampil beda dari lingkungannya.

Perubahan pola hidup remaja dalam melakukan pembelian dan

penggunaan atribut-atribut yang dapat diterima oleh lingkungannya menjadi

sangat menonjol.Media telah menempatkan remaja sebagai salah satu kelompok

sasaran yang strategis sebagai konsumen media.Media memang memiliki peran

yang sangat besar dalam membentuk perilaku konsumtif.

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00560-PS bab 2.pdf · perkembangan psikomotorik adalah, bahwa perkembangan itu

29

Pola hidup konsumtif dalam pembelian dan penggunaan atribut yang

dibutuhkan bila tidak diiringi dengan konsep dan perilaku diri yang matang

akhirnya membawa ke pola perilaku konsumtif remaja dan akan terus mengakar

dalam gaya hidup remaja. Menurut Fromm (1955), Perilaku konsumtifdapat

berakibat consumption hungry yaitu adalah keinginan untuk mengkonsumsi

sesuatu secara berlebihan demi memenuhi rasa puas yang dapat membuat

seseorang menjadi konsumtif.

Uraian di atas menunjukkan bahwa perilaku konsumtif remaja putri dalam

pembelian dan penggunaan atribut remaja semakin meningkat, karena remaja

berorientasi terhadap diri sendiri sehingga mengalami krisis percaya diri atau

konsep diri negatif, bila dilihat secara psikologis remaja dalam keadaan labil dan

mudah terpengaruh dalam perilaku konsumtifnya.

“Pada umumnya remaja putri berperilaku konsumtif berkaitan dengan

produk yang berwujud mode, fashion, asesoris atau style popular. Sifat remaja

yang mudah terpengaruh oleh rayuan penjual, iklan, romantis, impulsif, tidak

dapat berpikir hemat, dan berpikir kurang realistis dapat membawa remaja pada

perilaku konsumtif“(Lina dan Rosyid, 1997 : 6).

Perilaku konsumtif pada remaja putri, menurut Parma (2007), adalah

tindakan yang terlihat secara nyata dalam mendapatkan, mengkonsumsi

(menggunakan), dan menghabiskan barang hasil industri dan jasa tanpa batas

dan lepas kendali yang ditandai dengan kehidupan mewah dan berlebihan.

Perilaku konsumtif ini, menurut Engel, Blackwell, dan Miniard (1995) dalam Sari

(2009), dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut :

1. Kebudayaan, sebagai bentuk kreativitas dari satu generasi ke

generasi berikutnya akan membentuk perilaku yang mengakar;

2. Kelas sosial, tingkat seseorang dalam berinteraksi sosial akan

mempengaruhi bentuk perilakunya;

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00560-PS bab 2.pdf · perkembangan psikomotorik adalah, bahwa perkembangan itu

30

3. Kelompok referensi, yaitu kelompok yang sangat mempengaruhi

perilaku seseorang;

4. Situasi, berupa suasana hati dan kondisi seseorang akan

mempengaruhi bentuk perilakunya;

5. Keluarga, berbentuk keyakinan dan kebiasaan yang berfungsi

langsung menetapkan keputusan perilaku untuk membeli atau

menggunakan produk atau jasa tertentu;

6. Kepribadian, yaitu bentuk sifat-sifat yang terdapat dalam diri

individu yang mempengaruhi keputusan untuk berperilaku;

7. Konsep diri, yaitu persepsi dan perilaku seseorang untuk membeli

(dan menggunakan produk/jasa tertentu);

8. Motivasi, yang mendorong seseorang untuk membeli (dan

menggunakan) suatu produk;

9. Pengalaman belajar, yaitu tindakan pengamatan dan pelajaran

dari stimulus berupa informasi untuk melakukan pembelian

(penggunaan);

10. Gaya hidup, yaitu pola rutinitas kehidupan dan aktivitas seseorang

dalam menggunakan waktu dan uang.

Dalam penelitian ini digunakan indikator perilaku konsumtif berdasarkan ciri

perilaku konsumtif menurut Erich Fromm (1955) yaitu:

1. Pemenuhan keinginan (wants)

“It relieves anxiety, because what one has cannot be taken away; but it is also acquires one to consume even more, because previous consumption soon losses its satisfactory character” (Fromm. 1955 : 36)

Rasa puas pada manusia tidak berhenti pada satu titik saja

melainkan selalu meningkat. Oleh karena itu dalam pengkonsumsian

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00560-PS bab 2.pdf · perkembangan psikomotorik adalah, bahwa perkembangan itu

31

suatu hal, manusia selalu ingin lebih, untuk memenuhi rasa puasnya,

walaupun sebenarnya tidakada kebutuhan akan barang tersebut.

2. Barangdiluar jangkauan

“Acquisition ---> transitory having and using – throwing away (or if possible, profitable exchange for a better mode) --- > new acquisition =, constitutes the vicious” (Fromm. 1955 : 122)

Jika manusia menjadi konsumtif, tindakan konsumsinya

menjadi kompulsif dan tidak rasional.Ia selalu merasa “belum

lengkap” dan mencari-cari kepuasan akhir dengan mendapatkan

barang-barang baru. Ia tidak lagi melihat pada kebutuhan dirinya dan

kegunaan barang itu bagi dirinya.

3. Barang tidak produktif

“…regard to many things, there is not even the pretense of use we acquire them to “have: them. We are satisfied with useless possession” (Fromm. 1955:121)

Jika pengkonsumsian barang menjadi berlebihan maka

kegunaan konsumsi menjadi tidak jelas.

4. Status

Perilaku individu bisa digolongkan sebagai konsumtif jika ia

memiliki barang-barang lebih karena pertimbangkan status. Manusia

mendapatkan barang-barang untuk memilikinya. Tindakan konsumsi

itu sendiri tidak lagi merupakan pengalaman yang berarti, manusiawi

dan produktif karena hanya merupakan pengalaman “pemuasan

angan-angan” untuk mencapai sesuatu (status) melalui barang atau

kegiatan yang bukan merupakan bagian dari kebutuhan dirinya.

Berdasarkan uraian tersebut, maka selain faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi perilaku konsumtif juga terdapat indikator-indikator yang merujuk

ke arah perilaku tersebut.

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00560-PS bab 2.pdf · perkembangan psikomotorik adalah, bahwa perkembangan itu

32

2.5 Pengertian High-Heels

High-heels adalah istilah yang digunakan pada sepatu yang berhak tinggi.

Bagi sebagian kaum hawa, menggunakan high-heels bisa meningkatkan rasa

percaya diri, khususnya bagi mereka yang selalu ingin tampil anggun dan yang

memiliki postur tubuh tidak terlalu tinggi. Menggunakan high-heels seolah

menjadi faktor wajib untuk mempercantik penampilan. Sepatu tidak hanya

berfungsi untuk melindungi kaki, akan tetapi juga dirancang untuk kebutuhan

trend mode. Wanita seolah tidak bisa dipisahkan dari high-heels, malah sudah

berlangsung sejak dulu high-heels menjadi must-have items wanita yang ingin

terlihat stylish. Dengan high-heels bisa membuat kaki tampak jenjang, bokong

seksi, kita pun terlihat lebih tinggi. Mengenakannya bersama busana yang tepat

akan membuat seseorang jadi lebih sedap dipandang.

Pada awalnya, sepatu dibuat datar saja, karena cara jalan yang benar

menuntut tumit menjejak tanah lebih dulu daripada jari kaki, namun desain awal

tumit sepatu ini cepat usang, sehingga desainer sepatu kemudian memperkuat

sepatu dengan menciptakan sepatu berhak. Seiring dengan semakin

berkembangnya fashion, hak sepatu bertambah tinggi, bahkan mencapai tinggi

yang sulit dibayangkan sekarang ini.

Menurut Dewi (2010), sepatu mungkin tidak bisa dilepaskan dari

lingkaran fashion wanita, tapi perlu diketahui bahwa flat shoes (hak sepatu) sama

bahayanya dengan high-heels. Meskipun tampak lebih nyaman saat digunakan

dan aksesoris yang bagus dalam fashion wanita sesungguhnya flat shoes dapat

menyebabkan sakit pada kaki, seperti bengkak pada ibu jari kaki hingga

menyebabkan peradangan, nyeri pada punggung belakang dan juga berisiko

mengalami arthritis atau radang sendi.

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00560-PS bab 2.pdf · perkembangan psikomotorik adalah, bahwa perkembangan itu

m

l

F

s

i

d

s

y

m

u

d

t

a

Menur

mengenaka

lebih dari en

Flat shoes

sepatu teple

ini berbahay

dapat melon

sendi pada t

Semen

yang bahka

menyebabka

ujung kaki,

demikian, b

tampak kenc

. Terk

adalah sekit

Perb

Sumber

rut seorang

n sepatu te

nam bulan b

yang memi

ek ini cender

ya karena d

nggarkan tu

tempurung l

ntara itu, h

an bisa me

an bengkak

nyeri lutut, n

anyak wanit

cang, seksi d

kait dengan

tar 1 inchi at

bandingan Ef

r : Dewi (2010

konsultan b

plek ataupu

berisiko men

liki pijakan

rung berjalan

dapat memp

ulang sendi

utut.

igh-heels b

enyebabkan

k pada ibu j

nyeri punggu

ta yang me

dan pelengk

hal ini, O’

tau 2,5 cm, s

Gfek Pengguna

0)

edah Ortope

un high-heel

imbulkan be

kaki datar,

n dengan ca

perburuk pos

dan urat d

erbahaya k

n patah tul

ari kaki kar

ung, dan be

nggilai high

kap akeseso

Neil menya

sebagaiman

Gambar 2.1.aan High-hee

edik, Mike O

ls dalam jan

erbagai mas

bisa berba

ara menyere

stur tubuh.

daging dan

karena pema

ang kaki.

ena beban

eberapa efek

-heelskaren

oris dalam ur

arankan ting

a gambar be

ls Shoes den

O’Neil, seseo

ngka waktu

salah keseha

haya karena

et langkahny

Sepatu tepl

menyebabk

akainya ren

High-heels

tubuh bertu

k buruk lainn

a bisa mem

rusan fashio

ggi tumit se

erikut :

ngan Flat Sho

33

orang yang

lama atau

atan tubuh.

a pemakai

ya, padahal

ek ini juga

kan radang

ntan terkilir

juga bisa

umpu pada

nya. Meski

mbuat betis

on wanita.

epatu ideal

oes

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00560-PS bab 2.pdf · perkembangan psikomotorik adalah, bahwa perkembangan itu

34

Terkait dengan hal ini pula, Akhwat (2011), memberikan gambaran

secara medis tentang high-heels, yaitu :

1. Memakai high-heels berarti memberi tekanan pada jari-jari kaki

yang menjadi tumpuan tubuh. Dalam waktu lama akan

menimbulkan kelelahan, pegal dan nyeri pada daerah kaki dan

betis.

2. Penggunaan high-heels dalam waktu lama dan terus menerus

dapat menimbulkan kerusakan bentuk anatomi kaki.

3. Beberapa kelainan bisa muncul seperti neurona morton, yang

merupakan tumor jinak yang menimbulkan rasa nyeri akibat

penebalan jaringan yang biasa terjadi antara jari ke-3 dan ke-4.

4. Timbul Haglund’s deformity yang merupakan pembesaran tulang

di daerah tumit belakang dan menyebabkan nyeri yang dirasakan

pada pertemuan antara tendon achilles dan tumit belakang.

5. Dapat mengalami pemendekan dan penebalan tendon

achilles yang juga dapat menimbulkan rasa nyeri.

6. Dapat menyebabkan nyeri punggung karena saat

menggunakan high-heels, posisi tubuh kita tidak dalam posisi

yang sesuai dengan allignment tubuh yang seharusnya.

Menurut Firdawati (2010), berdasarkan hasil polling terhadap 3000 wanita

terkait dampak pemakaian high-heels dalam keseharian mereka, menunjukkan,

bahwa meski 89% pemakai hak tinggi mengaku bahwa alas kaki tak nyaman

tersebut seringkali mengganggu aktivitas, namun 6 dari 10 wanita memutuskan

akan tetap mengenakan high-heels demi mendapatkan pujian “cantik” dari

sekitarnya. Seperlima partisipan (18-65 tahun) mengaku sangat terobsesi

dengan high-heels, sehingga seringkali mereka cenderung mengabaikan cedera

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00560-PS bab 2.pdf · perkembangan psikomotorik adalah, bahwa perkembangan itu

35

pergelangan kaki yang dialami. Tragisnya lagi, sepertiga dari mereka bahkan

pernah mengalami patah gigi atau pinggang retak karena jatuh dengan muka

terbentur lantai akibat terpeleset saat mengenakan high-heels. Bahkan, hanya 2

persen wanita saja yang didapati tak mengenakan high-heels sama sekali.

Lisa McCarten selaku spesialis kenyamanan sepatu dari Hotter Shoes

mengatakan, membeli sepatu memang memerlukan usaha ekstra, sebab para

wanita masa kini cenderung membeli sepatu yang membuat mereka tampak

cantik, sementara kenyamanan dan kesehatan menjadi nomor dua. Menurut

Kelly (2009), para ahli telah menemukan beberapa masalah yang bisa terjadi

akibat pemakaian high-heels. Namun, bukan berarti high-heels benar-benar

terlarang. Selanjutnya, khususnya remaja putri diharapkan mengetahui beberapa

batasan pembelian, penggunaan, dan relaksasi high-heels yang memenuhi

kriteria kesehatan dan kenyamanan tubuh, di antaranya :

1. Tinggi hak. Tinggi hak sepatu high heels yang masih bisa ditoleransi

adalah 6 – 7,5 cm, tidak lebih dari 9 cm. Tinggi hak datar yang dianjurkan

adalah 1,5 – 2 cm.

2. Bentuk hak. Hindari sepatu yang ujung depannya runcing. Carilah sepatu

yang memiliki bantalan di ujung depan, sehingga bisa meredam tekanan

pada jari dan ball of the foot. Untuk hak belakang, pilih yang tebal, tidak

runcing dan tipis

3. Bahan dari kulit.

4. Cara berjalan. Saat berjalan dengan high-heels tariklah perut ke dalam,

agar langkah ringandan tumit harus dalam keadaan vertikal saat

berjalan.

5. Relaksasi. Memijat atau melakukan pedicure sederhana.

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00560-PS bab 2.pdf · perkembangan psikomotorik adalah, bahwa perkembangan itu

36

2.6 Kerangka Berfikir

Salah satu masalah mahasiswi yang masih tergolong remaja dalam

menjalankan tugas perkembangan adalah ketidakpuasan/keprihatian terhadap

fisik yang dimilikinya (Rey,2002) dan selama masa puberitas secara umum

remaja wanita tidak begitu senang dengan tubuh mereka dan memiliki body

image yang lebih negatif dibandingkan dengan remaja laki-laki. Levine dan

Smolak (dalam Rey, 2002) mengatakan bahwa 40-70 persen remaja wanita

merasakan ketidakpuasan pada dua atau lebih dari bagian tubuhnya, khususnya

pada bagian pinggul, bokong, perut dan paha’. Asumsi peneliti dengan

ketidakpuasan remaja putri tersebut, timbul usaha dalam memperbaiki

penampilan/body image-nya. Dugaan peneliti tindakan memperbaiki penampilan

adalah membeli dan menggunakan high-heels. Asumsi peneliti body image

mahasiswi memiliki hubungan signifikan terhadap perilaku konsumtif terkait high-

heels.

r

Gambar 2.2 Kerangka Berfikir

Sumber:Peneliti 2.7 Hipotesis

H0 : ρ = 0 :Tidak terdapat hubungan antara body image dengan

perilaku konsumtif terkait high-heels padamahasiswi.

Ha : ρ ≠ 0 :Terdapat hubungan antara body image dengan

perilaku konsumtif terkait high-heelspada mahasiswi.

Body Image (X) Appearance Evaluation (x1) Appearance Orientation(x2) Body Areas Satisfaction (x3) Overweight Pre-occupational (x4) Selc Clasified Weight (x5)

Perilaku Konsumtif (Y) Pemenuhan keinginan (y1) Barang Diluar Jangkauan (y2) Barang Tidak Produktif (y3) Status (y4)