Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Motor Bensin Empat Langkah
1. Pengertian
Menurut Drs. Daryanto (2003:6) motor bahan bakar adalah salah satu jenis
motor bahan bakar menggunakan cara pembakaran dalam (internal combustion
engine) yang banyak digunakan sebagai penggerak atau sumber tenaga kendaraan.
Tenaga motor bensin dihasilkan dari pembakaran campuran bensin dan udara di
dalam ruang bakar, campuran bahan bakar bensin dan udara yang masuk dalam
silinder dimampatkan oleh torak dan dibakar oleh nyala api busi sesuai dengan
namanya, yang dimaksud motor bensin empat langkah adalah motor yang dalam
proses kerjanya menggunakan bahan bakar mesin, dimana untuk menghasilkan satu
kali tenaga membutuhkan empat langkah gerakan torak, dua kali putaran poros
engkol serta satu kali pembakaran.
2. Cara kerja motor bensin empat langkah dapat dilihat pada gambar (1a, b, c,
dan d)
a. Langkah Hisap (Gambar a)
Pada langkah ini, torak bergerak dari posisi Titik Mati Atas (TMA) ke Titik
Mati Bawah (TMB). Akibat dari gerakan ini maka terjadi penurunan tekanan di
dalam silinder, karena ruang di atas torak menjadi lebih luas, sehingga terjadi
perbedaan tekanan udara bagian luar silinder dan dalam silinder. Pada saat langkah
isap, katub masuk dalam keadaan terbuka dan katub buang dalam keadaan tertutup.
Kondisi ini memungkinkan campuran bahan bakar dan udara dari karburator masuk
dalam silinder melalui saluran (intake manifold).
b. Langkah Kompresi (Gambar b)
Pada langkah ini, katub masuk dan buang dalam keadaan tertutup. Torak
bergerak dari TMB ke TMA sehingga terjadi penyempitan ruangan di atas torak.
Campuran bahan bakar dan udara dimampatkan oleh torak sehingga tekanan dan
suhu naik. Menurut Daryanto (2000:1) kenaikan tekanan mencapai 700 – 9000C.
Tekanan dan suhu ini menuntut kerapatan pada kompresi mesin, antara lain katub,
gashet silinder dan ring torak. Bila tekanan dan suhu campuran udara bahan bakar
ini ditambah maka akan terjadi letupan dan tekanan yang besar sehingga torak akan
terdorong ke bawah.
c. Langkah Usaha (Gambar c)
Pada langkah ini, keadaan katub masuk dan katub keluar masih tertutup.
Pada akhir langkah kompresi (torak belum mencapai TMA) beberapa derajat
sebelum TMA busi memercikkan bunga api untuk membakar campuran bahan
bakar dan udara yang telah dikompresikan. Penyalaan busi beberapa derajat
sebelum TMA ini bertujuan untuk mendapatkan tekanan tertinggi akibat
pembakaran. Campuran bahan bakar dan udara yang terbakar mengakibatkan suhu
di dalam silinder naik, sehingga tekanannya naik. Tekanan yang dihasilkan akan
mendorong torak dari TMA ke TMB sehingga terjadi langkah usaha (ekspansi),
berarti motor mengeluarkan tenaga. Tenaga inilah yang kemudian dipakai untuk
menggerakkan kendaraan.
d. Langkah Buang (Gambar d)
Pada langkah ini, katub hisap masih tertutup, sedang katub buang terbuka.
Pada saat langkah usaha, torak bergerak dari TMA ke TMB, sehingga ruangan di
atas torak semakin sempit. Ruangan diatas torak yang semakin sempit ini, tidak
akan mempertinggi tekanan, karena katub buang telah terbuka. Gerakan dari TMB
ke TMA mendorong sisa hasil pembakaran bahan bakar dan udara yang ada di
dalam silinder. Dengan berakhirnya langkah buang, yaitu pada saat torak mencapai
TMA berarti torak telah bergerak empat langkah dan poros engkol berputar sebesar
7200 (dua putaran).
Gambar 4. Cara kerja motor bensin empat langkah
3. Bahan Bakar
Bahan bakar bensin adalah zat cair yang pada umumnya diperoleh dari hasil
pemurnian minyak bumi, yang didalamnya terkandung unsur Karbon dan Hidrogen.
Pada suhu biasa bensin akan mudah menguap dan terbakar.
a. Sifat – sifat bensin
Menurut Daryanto (2000:53), sifat bensin adalah mudah menguap, mudah
melarutkan karet dan lemak, mudah terbakar, warnanya jernih, berbau
merangsang dan mempunyai berat jenis 0,6 – 0,78 juga mampu menghasilkan
panas yang besar (9500 – 10500 kkal/kg) serta anti knock yang tinggi.
b. Angka Oktan
Suatu bilangan yang menunjukkan kemampuan terhadap knocking,
besarnya angka oktan bahan bakar biasanya tergantung pada persentase iso oktan
dan normal heptan yang terkandung dalam bahan bakar tersebut. Misalnya dalam
suatu bahan bakar terkandung 80% iso oktan dan 20% normal heptan, maka
dikatakan bahwa angka oktan bahan bakar tersebut adalah 80. Iso oktan
mempunyai sifat tahan terhadap knocking dan nilai oktannya adalah 100. Normal
heptan cenderung terhadap terjadinya detonasi dan nilai oktannya adalah nol (0).
c. Komposisi Bahan Bakar Bensin
Komposisi bahan bakar bensin meliputi Karbon (C). Hidrogen (H),
Nitrogen (N), Sulfur (S), Oksigen (O), dan elemen lain seperti abu dan air. Dan
susunan utama bahan bensin terdiri dari 84 – 86% carbon 5-10% Hidrogen, 2%
Belerang, 0,05% kadar abu dan kandungan air tidak lebih dari 0,5% (Daryanto,
2000:35).
d. Bahan Tambah Bensin
Untuk memperoleh kemampuan bahan bakar yang baik, maka bahan
bakar perlu ditambah dengan zat – zat tertentu. Menurut Djaenudin (1988:36-46)
bahan bakar yang ada pada bensin antara lain adalah sebagai berikut :
1) Aditif Anti Ketuk
Bahan tambah yang digunakan untuk mempertinggi ketahanan bahan
bakar terhadap detonasi, bahan ini antara lain Tetra Ethly Lead (TEL), Tetra
Methyl Lead (TML) dan Methylclopen ladenyl Manganese Tricarbonyl (TMM),
TML dan TEL merupakan campuran bahan kimia seperti anti oksidan, zat
pewarna, etilena bromida dan bau, yang mempunyai kegunaan : untuk
pengentalan, karena warna dan bau TEL dan TML baik dalam fase gas maupun
dalam fase cair sangat beracun. Mencegah pengendapan Pb (timbal) dengan
mengubahnya menjadi timbal bromida (Pb Br2) mencegah penguraian TEL dan
TML selama penyimpanan dan di dalam gasoline (fungsi anti oksidan).
2) Aditif Anti Oksidan
Anti oksidan yaitu untuk mengatasi kerusakan bensin akibat oksidan
olefin, yang diperkenalkan tahun 1930. Anti oksidan ini adalah fenilena diamin
dan hindered fenol, yang mempunyai efek terhadap bensin mampu
memperpanjang periode induksi, dimana periode induksi bahan bakar adalah
waktu yang dengan penaruh temperatur dan tekan tertentu dari oksigen, bahan
bakar masih stabil. Anti oksidan ini berfungsi untuk mencegah terjadinya reaksi
oksidasi. Bahan bakar yang ditambah dengan aditif anti oksidan tidak mudah
terbentuk endapan walau disimpan agak lama.
3) Metal Deactivator
Bahan tambahan ini dapat membantu mencegah terjadinya substansi –
substansi terbentuk karena bahan tambah dapat bereaksi dengan metal. Efek
dari terbentuknya substansi ini adalah merusak komponen mesin seperti
mempercepat keausan dinding silinder dan menyumbat saluran bahan bakar
Aditif Metal Deactivator yang banyak dipakai adalah garam kompleks dari
senyawa amina. Aditif garam kompleks amina yang ditambahkan ke dalam
bensin dengan kadar 2 – 10 ppm.
4) Aditif Pelindung Korosi
Aditif ini merupakan bahan tambahan yang berfungsi untuk melindungi
sistem bahan bakar dari korosi. Aditif pelindung korosi yang ditambahkan ke
dalam bensin mempunyai sifat untuk membentuk lapisan tipis yang secara fisik
diabsorb oleh permukaan logam. Hidroponic film yang tipis ini menghindari
bersentuhnya air dengan permukaan logam sehingga proses terjadinya karat
dapat dihindari. Aditif yang dipakai adalah persenyawaan anima phosphate,
alkohol dan asam lemak.
5) Aditif Anti Icers
Aditif jenis ini mempunyaid dua tipe yang sering digunakan, yaitu:
a) Freezing point depresent, yaitu aditif yang berfungsi untuk menekan titik
beku menghalangi terbentuknya kristal es pada sistem karburator.
b) Surface active anti acers yaitu berfungsi untuk membentuk lapisan tipis
(film) pada permukaan logam. Bila terbentuk kristal es maka es tersebut
dihalangi untuk tidak menempel pada dinding karburator. Dengan
demikian aditif ini berfungsi sebagai aditif deterjen.
6) Aditif Deterjen
Aditif ini mempunyai peranan untuk mencegah terbentuknya endapan –
endapan pada bagian sistem inlet bahan bakar. Mekanisme pengaruh aditif
deterjen di dalam bahan bakar bensin mempunyai dua fungsi, yaitu : sebagai
pelindung, sifat polar dari molekul – molekul aditif deterjen ini akan
menyebabkan terbentuknya lapisan tipis di permukaan logam sehingga
merupakan lapisan pelindung di bagian tersebut dari endapan – endapan
kontaminan – kontaminan. Sebagai pelarut, kemampuan daya pelarut dari aditif
tergantung dari jenis hidrokarbon dan komponen nonpolar dari aditif deterjen.
Aditif deterjen yang banyak dipakai untuk bensin adalah senyawa dari amina
fosfat, imidazoline, siccimid dan amida.
7) Aditif Zat Warna
Aditif ini merupakan tipe aditif yang ditambahkan ke bensin. Zat
warna tidak mempengaruhi kualitas bensin tetapi sebagai identitas dari
bahan kimia (TEL) bensin. Aditif zat warna ditambahkan dalam bensin
dengan kadar 0,20 – 0,80 gr/100 gallon bensin.
8) Aditif Pembantu Penguapan
Bahan aditif ini berfungsi untuk mengubah endapan Pb menjadi
senyawa yang mudah menguap. Aditif pembantu penguapan ini antara lain
triereasyl phospate, tripropil fosfat dan trikloro propolio phospate.
4. Bahan Bakar Premium
Premium merupakan bahan bakar minyak jenis distilat berwarna
kekuningan yang jernih, warna kuning ini disebabkan oleh zat pewarna tambahan.
Adapun spesifikasi dari bahan bakar premium dapat dilihat dari tabel di bawah ini.
Tabel 1. Spesifikasi Bahan Bakar Premium
MIN MAKS ASTM LAIN1 Angka Oktan Riset RON 88 - D-26992 Kandungan Timbal Gr/lt - 0,3 D-33413 DISTILASI 74
10% vol. Penguapan ºC - 12550% vol. Penguapan ºC 88 18090% vol. Penguapan ºC - 205Titik didih akhir ºC - 2,0Residu %vol - 9,0Tekanan Uap Reid pada 37,8ºC Kpa - 4Getah purwa Mg / 100ml - -Periode induksi Menit - 0,20Kandungan Belerang %massa 240 No. 1Korosi bilah tembaga 3 jam / 122ºF - -Uji Doctor %massa -Belerang Merccaptan 0,0020
NoBATASAN METODE TEST
SATUAN SIFAT
(Pertamina : 1988:28)
Keterangan Tabel
a) ASTM (American Society for Testing and Materials) : Suatu asosiasi gabungan di
Amerika Serikat untuk mempromosikan pengetahuan tentang properti – properti
material – material teknik dan untuk menstandarkan rincian – rincian dan metode
pengujian.
b) Distilasi : Proses pemecahan berdasarkan titik didih berbagai unsur pokok
campuran yang dipecahkan. Ini dilaksanakan melalui penguapan dan kondensasi.
c) RON (Research Oktane Number ) : Jumlah Oktane gasoline motor yang
ditentukan dengan engine tes laboratorium tertentu dengan syarat – syarat
“kekuatan engine” ringan yang memberikan ukuran kasar property gasoline knock
kecepatan rendah.
d) D adalah jenis / metode pengujian yang digunakan sesuai ASTM angka di
belakang menunjukkan lembar spesifikasi tabel ASTM.
5. Pembakaran Bahan Bakar
Secara umum pembakaran didefinisikan sebagai reaksi kimia atau reaksi
persenyawaan bahan bakar dan oksigen dengan diikuti oleh sinar dan panas (Toyota
1988:2-2). Menurut Daryanto (2003:25), pembakaran merupakan proses fisik yang
terjadi di dalam silinder selama pembakaran berlangsung. Pembakaran diawali
dengan loncatan bunga api busi pada akhir langkah pemampatan, pada tahapan
biasa kita mendapatkan pembakaran teratur dimana selalu terdapat dua tahapan
yaitu bagian yang terbakar dan bagian yang tidak terbakar, keduanya dibatasi oleh
api pembakaran, suhu pembakarannya berkisar antara 2100 K sampai 2500 K.
Tabel 2 Komposisi udara dalam atmosfer
By vol By wt Vol WtOxigen O2 32,0 23,2 1 1 6,717Nigrogen N2 28,02 76,8 21,848Argon A2 40,0 0,376Carbon dioxide CO2 44,0 0,013Other gases - -Total air - 28,95 100,0 4,71 4,31 28,95
Constituents SymbolMol Wt M
Analysis PercentRelatie to O2 Mol Wt Per
Mol air
3,76 3,31
Sumber : (Male eve, 1999:69)
Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa pada setiap 100% By vol udara
terdapat 20,99% O2, 0,98% gas lain. Pada 100% Wt udara terdapat 23,3% Wt O2,
76% N2 + gas lain. Apabila jumlahnya dihitung terdapat O2, maka pada 4,31 Wt
udara terdapat 1 Wt O2 dan 3,31 N2 + gas lain. Pada 4,76 volume udara terdapat 1
volume O2 dan 3,76 volume N2 (unsur lain diabaikan karena terlalu kecil) dari sini
dapat pula diketahui mengapa dalam produk pembakaran ada unsur NO atau NOx,
ini disebabkan karena dalam unsur udara yang dihisap sudah terdapat N2.
Mekanisme pembakaran bahan bakar dan udara sangat dipengaruhi keadaan dari
keseluruhan proses pembakaran, dimana atom – atom dari komponen yang dapat
bereaksi dengan oksigen membentu produk yang berupa gas. Sebagaimana telah
diketahui bahwa bahan bakar motor bensin terutama mengandung unsur karbon dan
hydrogen. Ada 3 teori mengenai terbakarnya hidrokarbon yaitu :
1. Karbon terbakar terlebih dahulu daripada oksigen.
2. Senyawa hidrokarbon terlebih dahulu bergabung dengan oksigen dan
membentuk senyawa (hidroksilasi) yang kemudian dipecah secara terbakar
termis).
3. Hidrokarbon terbakar bersama – sama dengan oksigen sebelum karbon
bergabung dengan oksigen.
Pembakaran hidrokarbon yang biasa (normal) tidak terjadi gejala bila
kondisi memungkinkan untuk proses hidroksilasi. Hal ini terjadi hanya bila
percampuran antara bahan bakar dan udara mempunyai waktu yang cukup,
sehingga memungkinkan masuknya oksigen ke dalam molekul hidrokarbon. Bila
oksigen dan hidrokarbon ini tidak tercampur dengan baik, maka akan terjadi proses
cracking, dimana pada nyala akan timbul asap. Pembakaran semacam ini disebut
pembakaran tidak sempurna. Ada dua kemungkinan yang dapat terjadi dalam
pembakaran motor bensin, yaitu pembakaran sempurna dan pembakaran tidak
sempurna.
a. Pembakaran sempurna (normal)
Pembakaran sempurna merupakan pembakaran, dimana bahan bakar
dapat terbakar secara keseluruhan pada saat dan kondisi yang dikehendaki.
Mekanisme pembakaran normal dalam motor bensin dimulai pada saat
terjadinya loncatan bunga api pada busi. Selanjutnya api membakar gas yang
berada disekelilingnya, dan terus menjalar ke seluruh bagian sampai semua
partikel gas terbakar habis. Dalam pembakaran normal pembagian nyala pada
waktu pengapian terjadi merata di seluruh bagian.
Pada keadaan yang sebenarnya mekanisme pembakaran di dalam motor
bensin bersifat kompleks, karena berlangsungnya melalui beberapa fase, seperti
pada diagram pembakaran dibawah ini.
Gambar 5. Posisi busi memercikkan bunga api
Gambar 5 diatas dapat dilihat, pada saat busi memercikkan bunga api
titik (1) sampai dengan titik (2) terjadi keterlambatan pembakaran bahan bakar
dan dilanjutkan ke seluruh bagian ruang bakar. Bila proses pembakaran ini
berlangsung normal maka kecepatan rambatan apinya agak konstan dan merata
keseluruh silinder.
Bila gambar di atas diperhatikan, terlihat saat setelah bahan bakar mulai
terbakar (titik 2), maka tekanan di dalam silinder akan naik dengan drastis. Hal
ini disebabkan karena sempitnya ruang bakar akibat dari langkah kompresi dan
panas pembakaran ini akan mengakibatkan naiknya tekanan dalam silinder.
Tekanan pembakaran ini akan mencapai titik tertinggi pada beberapa
saat setelah torak melewati TMA. Menurut Obert (1993), daerah tekanan
maksimum. Adalah sekitar lima sampai sepuluh derajat setelah TMA. Hal ini
mempunyai maksud agar tenaga yang dihasilkan oleh motor betul – betul
maksimum, sebab tekanan pembakarn akan digunakan untuk mendorong torak.
Daerah tekanan maksimum ini harus dipertahankan, untuk itu penyalaan motor
(saat busi memercikkan api) harus dimajukan, tepatnya pada saat motor
berjalan cepat walaupun tekanan tertinggi dicapai pada titik (3), tetapi proses
pembakaran tetap berlangsung sampai pada titik empat (4).
b. Pembakaran tidak sempurna
Pembakaran tidak sempurna merupakan proses pembakaran dimana
sebagian bahan bakar tidak ikut terbakar, atau tidak terbakar bersama pada
saat keadaan dikehendaki. Pembakaran tidak sempurna ini menurut Toyota
(1999:2-3), dibedakan menjadi dua jenis, yaitu knocking dan pre-ignition.
1) Knocking
Seperti yang telah diungkapkan di atas, pada peristiwa pembakaran
normal api menyebar ke seluruh bagian ruang bakar dengan kecepatan
konstan dan busi sebagai pusat penyebaran. Dalam hal ini gas baru yang
belum terbakar terdesak gas yang telah terbakar sehingga tekanan dan
suhunya menjadi naik. Jika saat ini gas tadi terbakar dengan sendirinya,
maka akan timbul ledakan (detonasi) yang menimbulkan gelombang
kejutan berupa suara ketukan (knocking noise). Fluktuasi tekanan yang
besar dan cepat ini terjadi pada akhir pembakaran. Sebagai akibatnya
tenaga mesin akan berkurang dan jika sering terjadi akan memperpendek
umur mesin. Di bawah ini diperlihatkan diagram detonasi pada motor
mesin.
Gambar 6. Diagram detonasi motor bensi menurut Toyota
Adapun hal – hal yang menyebabkan terjadinya detonasi menurut
Toyota (1988:2-3) antara lain :
1) Perbandingan kompresi yang tinggi, tekanan dan suhu silinder yang
tinggi.
2) Masa pengapian yang terlalu kecil.
3) Putaran mesin yang rendah dan penyebaran api yang lambat.
4) Penempatan busi dan konstruksi ruang bakar yang tidak tepat serta
jarak penyebaran api yang terlalu jauh.
2) Pre-ignition
Gejala pembakaran yang tidak sempurna lainnya adalah pre-
ignition. Peristiwanya hampir sama dengan knocking, tetapi terjadinya
hanya pada saat busi sebelum memercikkan bunga api. Disini bahan bakar
terbakar dengan sendirinya sebagai akibat dari tekanan dan suhu yang
cukup tinggi sebelum memercikkan bunga api. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pre-ignition adalah peristiwa pembakaran yang dapat
terjadi sebelum saat yang dikehendaki.
2.2 Kemampuan Mesin
2.2.1 Volume Silinder
Volume yang menunjukkan saat torak bergerak dari TMB ke TMA
dinamakan volume silinder (displacement). Pada umumnya volume silinder ini
dinyatakan dengan CC atau liter. Displacement ini dapat ditentukan dari
persamaan dibawah ini bila diketahui ukuran langkah dan diameter silindernya.
V = NLD ...4
2π
Keterangan :
V = Total displacement
R = Jari – jari silinder
L = Panjang langkah pendek
N = Jumlah silinder
Pada umumnya displacement yang besar jumlah campuran udara dari
bensin yang dihisap dalam silinder akan lebih besar dan juga tekanan pembakaran
akan bertambah dan tenaga yang dihasilkan akan berrtambah besar.
2.2.2 Perbandingan Kompresi
Perbandingan Kompresi adalah perbandingan antara volume bila torak
bergerak pada TMB (volume silinder + volume ruang bakar) dengan volume sisa
pada bagian atas silinder bila torak berada pada TMA. Bila perbandingan
kompresi dipertinggi, tekanan pembakaran akan bertambah dan dari mesin akan
diperoleh output yang besar. Secara umum perbandingan kompresi yang
diperbolehkan pada motor bensin adalah 8-11:1.
2.2.3 Effisiensi Thermis
Effisiensi thermis adalah perbandingan antara panas yang diberikan
dengan panas yang diubah kedalam bentuk efektif. Bila panas yang dihasilkan
dari pembakaran campuran bahan bakar dan udara yang dimasukkan kedalam
silinder adalah Q1 kCal dan panas yang hilang dalam silinder serta bagian –
bagian yang lain adalah Q2kCal, maka besarnya effisiensi thermis dapat diperoleh
dengan perhitungan dibawah ini.
Effisiensi Thermis : %1001
21 xQ
QQ −
2.2.4 Putaran mesin
Putaran mesin adalah besarnya keliling poros engkol yang diukur dalam
satuan rpm (rotasi per menit) dari beberapa besarnya kerja yang dapat dilakukan
pada waktu tertentu. Umumnya untuk kerja dinyatakan dalam satuan TK (tenaga
kuda). Bila tenaga kuda adalah jumlah kerja mesin yang dapat disalurkan pada
waktu tertentu, momen dapat dijadikan sebagai ukuran kerja yang dilakukan
mesin. Seperti dijelaskan bahwa waktu termasuk pada tenaga kuda sehingga
kecepatan kerja dalam hal ini adalah kecepatan putar mesin merupakan suatu
masalah. Jika ditarik hubungan antara tenaga kuda, momen dan kecepatan putaran
mesin dapat dirumuskan sebagai :
P = TKTn60,75.2π
P = Daya kuda
T = Momen (Kgm).
n = Kecepatan putar (rpm).
Momen yang dimaksud adalah momen putar yang terjadi pada poros
engkol, sedangkan kecepatan mesin adalah tenaga yang keluar dari poros engkol.
Semakin besar tenaga yang keluar (P) semakin besar pula putaran mesin yang
dihasilkan atau semakin besar tenaga (P) berbanding lurus dengan kecepatan
putar. Momen dan pemakaian bahan bakar menunjukkan faktor – faktor yang
penting dalam kemampuan mesin. Dengan melihat gambar dibawah ini sumbu
horizontal menunjukkan putaran mesin per menit dan sumbu vertikal untuk
momen, sedangkan dibagian bawah sebagai kurva pemakaian bahan bakar.
G
Gambar 7. Grafik kemampuan mesin
2.2.5 Konsumsi bahan bakar
Dalam kemampuan mesin, umumnya tingkat pemakaian bensin tidak
diartikan dalam berapa kilometer (Km) mobil berjalan dengan menggunakan satu
liter bensin, sebagai pengganti adalah besarnya pemakaian bensin dalam satu
tenaga kuda dalam satu jam dan dinyatakan dalam gram. Tingkat pemakaian
bensin akan ditentukan dengan adanya hubungan antara banyaknya bensin yang
diberikan dan tenaga kuda yang dihasilkan. Karena itu tidak selamanya dapat
dikatakan bahwa mesin yang mempunyai silinder yang besar akan berarti
pemakaian bahan bakarnya tinggi.
2.2.6 Keseimbangan panas
Pembagian distribusi panas ini, diketahui dengan keseimbangan panas dan
grafik yang digambarkan didalam diagram keseimbangan panas. Panas yang
dikeluarkan terdiri dari panas untuk kerja mesin, panas yang hilang akibat
pendinginan, panas yang hilang akibat gas buang dan radiasi, panas yang hilang
dalam menggerakkan kelengkapan dan panas yang hilang akibat turun naiknya
torak.
Gambar 8. Diagram keseimbangan panas
2.2.7 Perbandingan udara dan bahan bakar
Perbandingan udara dan bahan bakar berdasarkan perbandingan berat
udara dengan bahan bakar, bensin harus dapat terbakar seluruhnya dalam ruang
bakar untuk menghasilkan tenaga yang besar pada mesin dan dalam teorinya
perbandingannya adalah 15 : 1, yaitu 15 untuk udara berbanding 1 untuk bensin.
Tabel dibawah ini menunjukkan perbandingan yang sesuai dengan kondisi mesin.
Tabel 4. Kondisi pengendaraan dan perbandingan campuran udara dan bensin.
Sumber : Toyota Astra Motor (1995:3-8)
Kondisi keadaan kerja mesin Perbandingan udara dan bensin
Mesin mulai hidup 5:1
Putaran idle 11 : 1
Dengan tenaga 12-13 : 1
Kecepatan ekonomis 16-18 : 1