Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Prosedur
2.1.1. Pengertian Prosedur
Menurut George R. Terry dalam Umam (2014:151) mengatakan bahwa
“prosedur dapat diartikan sebagai serangkaian tahapan pekerjaan kertas terpilih,
biasanya dikerjakan oleh lebih dari satu orang yang merupakan cara-cara yang
ditentukan dan dalam mengadakan keseluruhan fase utama dari aktivitas kantor”.
Menurut Allen dalam Solihin (2009:71) Prosedur (procedures) merupakan
“metode atau cara yang baku untuk melaksanakan pekerjaan tertentu. Prosedur
diperlukan agar pelaksanaan pekerjaan dilaksanakan menurut metode tertentu
sehingga diperoleh hasil yang seragam”.
Sedangkan menurut Sedarmayanti (2009:134) menyatakan bahwa
“prosedur kerja adalah rangkaian tata kerja yang berkaitan satu sama lain sehingga
menunjukan adanya suatu urutan tahap demi tahap serta jalan yang harus
ditempuh dalam rangka penyelesaian suatu bidang tugas”. Adapun manfaat dari
prosedur kerja antara lain:
1. Sebagai suatu pola kerja yang merupakan penajabaran tujuan, sasaran, program
kerja, fungsi-fungsi dan kebijaksanaan ke dalam kegiatan-kegiatan pelaksanaan
yang nyata.
2. Dapat dilakukan standarisasi dan pengendalian kerja dengan setepat-tepatnya.
3. Bermanfaat baik bagi para pelaksana maupun semua pihak yang
berkepentingan, untuk dijadikan sebagai pedoman kerja.
8
Menurut Hartatik (2014:35) dalam bukunya yang berjudul “Buku Pintar
Membuat SOP” yaitu SOP atau Standar Operasional Prosedur adalah petunjuk
bagi pegawai untuk melaksanakan pekerjaan sesuatu dengan standar yang telah
ditetapkan. Bagi akademis, Standar Operasional Prosedur merupakan salah satu
materi yang diberikan dosen kepada mahasiswa untuk dipelajari”.
2.1.2. Pengertian Standard Operasional Prosedures (SOP)
Istilah SOP sering kali digunakan untuk menyebut semua dokumen yang
mengatur kegiatan operasional organisasi. Misalnya seperti protocol, prosedur
tetap, instruksi kerja, diagram alir, dan lain sebagainya.
Dalam buku yang berjudul Standard Operasional Prosedures (SOP)
Istyadi Insani mengatakan bahwa SOP adalah pedoman pelaksanaan administrasi
peerkantoran dalam rangka peningkatan pelayanan. Selanjutnya menurut Gareth
R. Jones dalam buku Organisational Teory, menyatakan bahwa SOP merupakan
bagian dari peraturan tertulis yang menbantu untuk mengontrol perilaku anggota
organisasi.
Adapun menurut Tjipto, SOP merupakan suatu pedoman atau acuan untuk
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat penilaian kinerja instansi
pemerintah berdasarkan indicator-indikator teknis, administratif dan procedural
sesuai dengan tata kerja, prosedur kerja dan sistem kerja pada unit kerja yang
bersangkutan.
9
2.1.3. Unsur-unsur Standard Operating Procedures (SOP)
Sebagai pedoman yang penting bagi organisasi, unsur-unsur Standard
Operating procedures (SOP) sangat menentukan efektiftas pedoman SOP.
Mengabaikan unsur-unsur standar SOP sama saja dengan memulai penyusunan
SOP tanpa berharap Standard Operating Procedures (SOP) tidak saja bermanfaat
untuk menjadi rujukan penyusunan, tetapi juga sebagai control pelaksanaan
penyusunan SOP, yaitu untuk melihat apakah Standard Operating Procedures
(SOP) yang disusun telah lengkap atau tidak. Dalam SOP sendiri, unsur-unsur
tidak selalu merupakan urutan-urutan yang harus dipenuhi, karena format
penyusunan adalah hal yang sama sekali berbeda dengan rujukan dan kontrol
penyusunan. Peran unsur-unsur ini lebih kepada rujukan kontrol penyusunan.
Maka itu, gunakan unsur-unsur ini sebag acuan dalam melakukan observasi,
menyusun, dan mengimplementasikan Standard Operating Procedures (SOP).
Unsur-unsur Standard Operating Procedures (SOP) adalah tujuan,
kebijakan, petunjuk operasional, pihak yang terlibat, formulir, masukan, proses,
laporan, validasi, dan control. Tujuan merupakan unsur pertama yang dibutuhkan
dalam pembuatan SOP pada perusahaan, ini dikarenakan agar pembuatan SOP
memiliki arah yang sama dengan organisasi. Pernyataan tujuan dalam pembuatan
SOP tidak terlepas dari adanya kebijakan sebagai pedoman dan rujukan yang
harus ditaati dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan kegiatan. Maka itu
SOP perlu di lengkapi dengan pernyataan kebijakan-kebijakan yang terkait, yang
mendukung pelaksanaan prosedur secara efektif dan efisien.
10
Pada unsur petunjuk operasional di dalam pembuatan SOP, ini bukan
menjelaskan tentang SOP yang telah dibuat melainkan tata cara pengguna dalam
membaca pedoman atau panduan prosedur operasional secara benar. Petunjuk
operasional ini sangat penting karena untuk mengarahkan pengguna dalam
memahami berbagai bentuk tampilan dan simbol-simbol yang digunakan. Suatu
prosedur yang dibuat akan melibatkan orang-orang atau pihak-pihak sebagai
pelaksananya dengan kapasitas dan tanggung jawab yang berbeda baik dalam hal
dimensi keputusan, pelaksanaan, ataupun kedua-duanya. Maka penjelasan tentang
pihak yang terlibat perlu dijelaskan secara rinci agar para pengguna memahami
tentang siapa-siapa dan fungsi-fungsi yang terlibat dalam sebuah prosedur.
2.1.4. Tujuan Standard Operating Procedures (SOP)
Menurut Hartatik (2014:38) dalam Buku Pintar Membuat SOP, ada beberapa
tujuan dibuatnya SOP:
a. Agar karyawan/pegawai dapat menjaga tingkat kinerja yang konsisten pada
unit kerjanya masing-masing.
b. Agar mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiap-tiap posisi dalam
organisasi.
c. Memperjelas alur tugas, wewenang, dan tanggung jawab dari
karyawan/pegawai terkait.
d. Melindungi organisasi/unit kerja dan karyawan/pegawai dari malpraktek atau
kesalahan administrasi lain.
e. Untuk menghindari kegagalan/kesalahan, keraguan, duplikasi, dan inefesiensi.
11
2.1.5. Manfaat Standard Operating Procedures (SOP)
Rudi M. Tambunan dalam Pedoman Standard Operating Procedures (2008
: 97 ), menyebutkan Manfaat SOP di dalam suatu organisasi adalah:
a. Manfaat SOP sebagai pedoman, SOP mempunyai peran untuk memberikan
acuan tentang semua kegiatan-kegiatan yang dijalankan dalam organisasi
secara efektif, sehingga membantu organisasi mencapai tujuan-tujuannya, baik
jangka pendek maupun jangka panjanng.
b. Manfaat Teknis SOP, yakni manfaat yang diterima atau dirasakan oleh para
pelaksana SOP, juga bagi organisasi, juga pihak-pihak luar yang menerima
dampak dari pelaksanaan SOP. Suatu organisasi harus menjalankan kegiatan-
kegiatan tersebut secara efektif dan efisien, agar daya saing dan kualitas
layanan meningkat. Cara paling tepat untuk mewujudkan efektifitas dan
efesiensi kegiatan, salah satunya adalah dengan menerapkan secara
menyeluruh prosedur-prosedur operasional atau SOP, dengan manfaat-manfaat
teknis yang jelas.
Secara rinci, manfaat yang diperoleh oleh organisasi dengan menyusun
dan menerapkan Standard Operating Procedures (SOP) adalah sebagai berikut:
a. Menjamin adanya standarisasi kebijakan
b. Menjamin adanya standarisasi pelaksanaan setiap Standard Operating
Procedures (SOP)
c. Menjamin adanya standarisasi penggunaan dan distribusi formulir, blanko, dan
dokumen dalam prosedur
12
d. Menjamin adanya standarisasi system administrasi (termasuk kegiatan
penyimpangan arsip dan system dokumentasi)
e. Menjamin adanya standarisasi validasi
f. Menjamin adanya standarisasi pelaporan
g. Menjamin adanya standarisasi control
h. Menjamin adanya standarisasi pelaksanaan evaluasi dan penilaian kegiatan
organisasi/perusahaan
i. Menjamin adanya standarisasi pelayanan dan tanggapan kepada pihak luar
organisasi
j. Menjamin adanya standarisasi keterpaduan dan keterkaitan diantara satu
prosedur dengan prosedur operasional lainnya dalam konteks dan kerangka
tujuan organisasi
k. Memastikan adanya acuan formal bagi anggota organisasi untuk menjalankan
kewajiban di dalam Standard Operating Procedures (SOP)
Standard Operating Procedures (SOP) yang baik akan menjadi pedoman
bagi pelaksana, menjadi alat komunikasi dan pengawasan dan menjadikan
pekerjaan diselesaikan secara konsisten. Para pegawai akan lebih percaya diri
dalam bekerja dan tahu apa yang harus dicapai dalam setiap pekerjaan. Standard
Operating Procedures (SOP) juga bisa digunakan sebagai salah alat training dan
bisa digunakan untuk mengukur kinerja pegawai. Oleh karena itu diperlukan
Standard Operating Procedures (SOP) sebagai acuan kerja secara sungguh-
sungguh untuk menjadi sumber daya manusia yang profesional dan handal
sehingga dapat mewujudkan visi dan misi perusahaan.
13
2.1.6. Isi Standard Operating Procedures (SOP)
Rudi M. Tambunan dalam Pedoman Standard Operating Procedures
(SOP) (2008 : 299), menyebutkan bagian-bagian SOP adalah:
a. Heading (kepala judul), merupakan format tampilan yang ditetapkan oelah
organisasi sebagai wadah atau tempat informasi yang penting bagi suatu SOP
b. Penjelasan terkait dengan isi prosedur secara langsung, termasuk peraturan dan
kebijakan yang berasal dari intern organisasi
c. Peraturan dan kebijakan ekstern terkait prosedur, bagian ini mencangkup
peraturan dan kebijakan-kebijakan ekstern yang berkaitan dengan SOP
d. Isi prosedur, adalah penerapan metode dan teknik penyusunan yang dapat
berupa teknik naratif, teknik bagan arus, atau penggabungan kedua teknik
tersebut
e. Lampiran-lampiran, bagian ini digunakan untuk menampilkan lampiran-
lampiran yang berkaitan dengan SOP
SOP disusun sesuai dan kondisi yang ada pada saat SOP disusun, tidak ada
format yang baku untuk SOP. Menurut Helmi Purwanti pada “Standar
Operasional Prosedur (2014 : 50), sistematika penyusunan isi SOP di
perpustakaan sebagai berikut:
a. Tujuan, menjelaskan apa tujuan dari kegiatan tersebut
b. Deskripsi, gambaran bagaimana proses kegiatan tersebut berlangsung
c. Ruang Lingkup, berada dimana kegiatan tersebut berada
d. Daftar Istilah dan definisi, daftar istilah-istilah yang ada pada kegiatan tersebut,
dijelaskan dengan definisinya
14
e. Referensi, untuk membuat SOP suatu kegiatan diperlukan buku petunjuk atau
buku sumber, untuk itu tulislah buku sumber yang diperlukan dalam kegiatan
tersebut
f. Prosedur dan tanggung jawab, deskripsikan prosedur dari kegiatan tersebut,
kalau dalam satu kegiatan ada sub-sub kegiatan maka harus ditulis dengan jelas
dan bagian apa yang bertanggung jawab dan setiap sub kegiatan tersebut
g. Keadaan khusus, bila ada hal-hal khusus dalam kegiatan tersebut yang kadang
muncul maka harus dituliskan
h. Dokumentasi, dokumen yang dihasilkan dari kegiatan tersebut
i. Prosedur-prosedur terkait, prosedur atau unit yang terkait dengan kegiatan
tersebut baik eksternal maupun internal
j. Lampiran, tuliskan dokumen yang diperlukan untuk lampiran kegiatan tersebut
2.1.7. Pengertian Administrasi
Menurut Yuliati (2015) mengatakan bahwa, “Secara etimologi atau asal
usul katanya, administrasi berasal dari bahasa Latin ad artinya intensif dan
ministrare artinya melayani, membantu dan mengarahkan. Jadi pengertian
administrasi adalah melayani secara intensif.”
Menurut Yuliati (2015) mengatakan bahwa, Kata administrasi dalam artian
sempit berasal dari bahasa Belanda, yaitu dari kata administratie, yang berarti
pekerjaan ketatausahaan dan kesekretariasan; yakni pekerjaan-pekerjaan yang
beerhubungan dengan hal-hal sebagai berikut :
15
a. Surat menyurat, menerima, mencatat, menghimpun, mengolah, menggandakan,
mengirim, dan menyimpan.
b. Dokumentasi
c. Pendaftaran atau registrasi
d. Kearsipan
e. Kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan setiap usaha kerja sama yang
teratur untuk mencapai tujuan tertentu.
Menurut Siagian dalam Yuliati (2015) mengatakan bahwa,
“Mendifinisikan administrasi sebagai keseluruhan proses kerja sama antara dua
orang manusia atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.”
Menurut Widiyanti (2014) mengatakan bahwa, “Istilah administrasi
berasal dari bahasa latin yaitu “ad” dan “ministrate” yang artinya pemberian jasa
atau bantuan, yang dalam bahasa inggris disebut “administration” artinya “to
serve”, yaitu melayani dengan sebaik-baiknya.”
Menurut Widiyanti (2014) mengatakan bahwa, “Dalam arti luas,
pengertian administrasi adalah proses kerja sama beberapa individu dengan cara
yang efisien untuk mencapai tujuan organisasi. Sedangkan pengertian administrasi
dalam arti sempit merupakan kegiatan ketatausahaan yang meliputi kegiatan catat-
mencatat, surat-menyurat, pembukuan, dan pengarsipan surat serta ha-hal lainnya
yang dimaksudkan untuk menyediakan informasi serta mempermudah
memperoleh informasi kembali jika dibutuhkan.”
16
Handayaningrat dalam Yuliati (2015) membagi administrasi dalam 2
golongan, yaitu administrasi Negara dan administrasi swasta.
a. Administrasi Negara (Public Administration)
Yaitu kegiatan-kegiatan/proses/usaha di bidang kenegaraan. Definisi tentang
administrasi Negara adalah sebagai berikut.
1) Suatu proses yang berhubungan dengan pelaksanaan kebijaksanaan negara (
Public Administration is a prosess concerned with carrying out public
policies; J.M. Pfiffner & Robert V. Presthus dalam buku Public
Administration).
2) Kegiatan Negara dalam melaksanakan kekuasaan/kewenangan politiknya
(Public administration the activity of the State the exercise of its political
power”; Dimock dalam buku Public Administration).
b. Administrasi Swasta/Niaga (Private Business Administration)
Yaitu kegiatan-kegiatan/proses/usaha yang dilakukan dibidang swasta/niaga.
Dalam hal ini, administrasi niaga (Business Administration) diartikan sebagai
kegiatan-kegiatan organisasi niaga dalam usahanya mencapai tujuan yaitu
mencari keuntungan (provit making).
Menurut Widiyanti (2014) mengatakan bahwa, Suatu kegiatan dapat
dikatakan sebagai administrasi apabila memiliki ciri-ciri pokok berikut ini.
1. Dilakukan oleh sekelompok orang, artinya kegiatan administrasi hanya terjadi
jika dilakukan oleh lebih dari satu orang.
2. Adanya kerja sama, kegiatan administrasi hanya mungkin terjadi jika dua
orang atau lebih bekerja sama. Kelompok kerja sama formal dan informal
17
dibentuk karena pemuasan kebutuhan (the statisfaction of needs), kedekatan
dan daya tarik (proximity and attraction), tujuan kelompok (group goals), dan
alasan ekonomi (economic reasons).
3. Adanya pembagian tugas, artinya kegiatan administrasi bukan sekedar kegiatan
kerja sama biasas, melainkan kerja sama tersebut harus didasarkan pada
pembagian kerja yang jelas.
4. Memiliki kegiatan yang runtut dalam suatu proses, artinya kegiatan
administrasiberlangsung dalam tahapan-tahapan tertentu secara
berkesinambungan.
5. Mempunyai tujuan, artinya adanya suatu yang ingin dicapai melalui kegiatan
kerja sama tersebut.
2.1.8. Ujian Nasional
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2008 : 431), Ujian
Nasional adalah hasil memeriksa sesuatu (kepandaian, kemampuan, hasil belajar)
untuk kenaikan kelas diselenggarakan disekolah masing-masing dan bersifat
kebangsaan.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 14 Tahun 2007 tentang
Standar Isi untuk Program Paket A, Program Paket B, dan Program Paket C.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 3 Tahun 2008 tentang Standar
Proses Pendidikan Kesetaraan Program Paket A/Ula, Program Paket B/Wustha,
dan Program Paket C.
18
Pasal 69 ayat (2): Setiap peserta didik sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) wajib mengikuti satu kali Ujian Nasional tanpa dipungut biaya.
Pasal 69 ayat (3): Peserta didik pendidikan informal dapat mengikuti Ujian
Nasional setelah memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP)
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 59 tahun 2011 tentang Kriteria Kelulusan Peserta Didik dari Satuan
Pendidikan dan Penyelenggaraan Ujian Sekolah/Madrasah dan Ujian Nasional.
2.1.8.1. Tujuan dan Manfaat Ujian Nasional
Adapun Tujuan dan Manfaat ini terdapat dalam Peraturan Pemerintah (PP)
Nomor 32 Tahun 2013 Ujian Nasional yang dilansir oleh Kemendikbud sebagai
berikut:
1. Pemetaan mutu program pendidikan dan atau satuan pendidikan untuk
meningkatkan kualitas sekolah di daerahnya masing-masing
2. Pertimbangan seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya
3. Dasar pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan untuk
pemerataan dan peningkatan mutu pendidikan
4. Pemerintah Daerah dapat memanfaatkan hasil UN untuk melakukan pemetaan
pencapaian standar peserta didik, satuan pendidikan maupun wilayah. Dengan
begitu, baik pemda maupun sekolah bisa mempelajari letak kekurangan atau
19
kelemahan setiap sekolah di setiap daerah jika dibandingkan dengan perolehan
nasional
5. Mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik
6. Mengukur mutu pendidikan di tingkat nasional, propinsi, kabupaten/kota, dan
sekolah/madrasah
7. Mempertanggung jawabkan penyelenggaraan pendidikan secara nasional,
propinsi, kabupaten/kota, sekolah/madrasah, dan kepada masyarakat.
2.1.9. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)
Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan ( 2016 : 2 ), Pusat Kegiatan
Belajar Masyarakat (PKBM) merupakan prakarsa pembelajaran masyarakat yang
didirikan dari, oleh dan untuk masyarakat. PKBM adalah suatu isntitusi yang
berbasis masyarakat (Community Based Institution). Terminology PKBM dari
masyarakat,berarti bahwa pendirian PKBM merupakan inisiatif dari masyarakat
itu sendiri. Keinginan itu datang dari suatu kesadaran akan pentingnya
peningkatan mutu kehidupan melalui suatu proses transformasional dan
pembelajaran. Inisiatif ini dapat dihasilkan oleh suatu proses sosialisasi akan
pentingnya PKBM sebagai wadah pemberdayaan masyarakat. Kepada beberapa
anggota atau tokoh masyarakat setempat oleh pihak pemerintah ataupun oleh
pihak lain di luar komunitas tersebut. Oleh masyarakat, berarti bahwa
penyelenggaraan, pengembangan, dan keberlanjutan PKBM sepenuhnya menjadi
tanggung jawab masyarakat itu sendiri. Ini juga bermakna adanya semangat
kebersamaan, kemandirian, dan kegotong royongan dalam pengelolaan PKBM
serta penyelenggaraan berbagai program pendidikan masyarakat pada lembaga
20
tersebut. Untuk masyarakat, berarti bahwa keberadaan kehidupan masyarakat
tempat lembaga tersebut berada. Eksistensi lembaga didasarkan pada pemilikan
program-prpgram yang sesuai dengan kebutuhan pendidikan atau pemberdayaan
masyarakat. Hal ini tidak menutup kemungkinan anggota masyarakat di luar
komunitas tersebut ikut serta dalam berbagai program dan kegiatan yang
diselenggarakan oleh PKBM. Masyarakat bertindak sekaligus sebagai subjek dan
objek dalam berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh PKBM.
PKBM sebagai akronim dari Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat,
mempunyai makna yang strategis. Berbagai simbolis makna dari akronim PKBM
dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Pusat, berarti bahwa penyelenggaraan PKBM haruslah terkelola dan
terlembagakan dengan baik. Hal ini sangat penting untuk efektivitas
pencapaian tujuan, mutu penyelenggaraan program-program, efesiensi
pemanfaatan sumber-sumber, sinergitas antar berbagai program dan
keberlanjutan keberadaan PKBM itu sendiri. Hal ini juga berkaitan dengan
kemudahan untuk dikenali dan diakses oleh seluruh anggota masyarakat untuk
berkomunikasi, berkoordinasi dan bekerja sama dengan berbagai pihak baik
yang berada di wilayah keberadaan PKBM tersebut, maupun dengan berbagai
pihak di luar wilayah tersebut misalnya pemerintah, lembaga nasional maupun
internasional, dan sebagainya.
2. Kegiatan, berarti bahwa di PKBM diselenggarakan berbagai kegaiatan-
kegiatan yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat setempat, serta PKBM
selalu dinamis, kreatif dan produktif melakukan berbagai kegiatan-kegiatan
21
yang positif bagi masyarakat setempat, kegiatan-kegiatan inilah yang
merupakan inti dari keberadaan PKBM, yang tentunya juga sangat tergantung
pada konteks kebutuhan dan situasi kondisi masyarakat setempat.
3. Belajar, berarti bahwa berbagai kegiatan yang diselenggarakan di KB, harus
merupakan kegiatan yang mampu memberikan dan menciptakan proses
tranformasi peningkatan kapasitas serta perilaku anggota komunitas tersebut ke
arah yang lebih positif. Belajar dapat dilakukan oleh setiap orang selama
sepanjang hayat di setiap kesempatan yang dapat dilakukan dalam berbagai
dimensi kehidupan. Belajar dapat dilakukan dalam kehidupan kesenian,
beragama, berolahraga, adat istiadat dan budaya, ekonomi, sosial politik dan
sebagainya. Dengan demikian, PKBM merupakan suatu institusi terdepan yang
langsung berada di tengah-tengah masyarakat yang mengelola dan
mengimplementasikan konsep belajar hayat.
4. Masyarakat, berarti bahwa PKBM adalah usaha bersama masyarakat untuk
memajukan dirinya sendiri (self help) secara bersama-sama sesuai dengan
ukuran nilai dan norma masyarakat itu sendiri akan makna kehidupan . Dengan
demikian, ciri-ciri suatu masyarakat akan sangat kental mewarnai suatu PKBM
baik mewarnai tujuan, pilihan dan desain program, kegiatan yang
diselenggarakan, budaya yang dikembangkan dalam kepemimpinan dan
pengelolaan kelembagaannya, keberadaan penyelenggara maupun pengelola
PKBM haruslah mencerminkan peran dan fungsi seluruh anggota masyarakat
tersebut.
22
2.1.9.1 Komponen PKBM
Adapun komponen – komponen PKBM Menurut BNSP (2016 : 5 ) adalah:
1. Komunitas Binaan/Sasaran
Setiap PKBM memiliki komunitas yang menjadi tujuan atau sasaran
pengembangannya. Komunitas ini dapat dibatasi oleh wilayah geografis
tertentu ataupun komunitas dengan permasalahan dan kondisi sosial serta
ekonomi tertentu.
2. Peserta Didik
Peserta didik adalah bagian dari komunitas binaan atau dari komunitas
lainnya yang dengan kesadaran yang tinggi mengikuti satu atau lebih
program pembelajaran yang ada di lembaga
3. Pendidik/Tutor/Instruktur/Narasumber Teknis
Pendidik/tutor/instruktur/narasumber teknis adalah sebagian dari warga
komunitas tersebut ataupun dari luar yang bertanggung jawab langsung
atau proses pembelajaran mayarakat di lembaga.
4. Penyelenggara dan Pengelola
Penyelenggara PKBM adalah sekelompok warga masyarakat setempat
yang dipilih oleh komunitas yang mempunyai tanggung jawab atas
perencanaan, pelaksanaan, dan pengembangan program di PKBM serta
bertanggung jawab terhadap seluruh pelaksanaan program dan harta
kekayaan lembaga. Pengelola program kegiatan adalah mereka yang
ditunjuk melaksanakan kegiatan teknis operasional program tertentu yang
ada di PKBM.
5. Mitra PKBM
23
Mitra PKBM adalah pihak-pihak dari luar komunitas maupun lembaga-
lembaga yang memiliki agen atau perwakilan atau aktivitas atau
kepentingan atau kegiatan dalam komununitas tersebut yang dengan suatu
kesadaran dan kerelaan telah turut berpartisipasi dan berkontribusi bagi
keberlangsungan dan pengembangan suatu PKBM.