Upload
nguyennhan
View
219
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
Evaluasi Strategi Pemeliharaan dan Perawatan Gelanggang Renang Universitas Pendidikan Indonesia
TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN BANGUNAN GEDUNG II - 1 POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
I
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Kegiatan Pemeliharaan Bangunan
2.1.1.1 Definisi Pemeliharaan Bangunan
Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 45∕PRT∕M∕2007 yang
dimaksud dengan pemeliharaan bangunan adalah kegiatan mempertahankan
kondisi bangunan agar tetap memenuhi persyaratan laik fungsi atau dalam usaha
meningkatkan wujud bangunan, serta menjaga terhadap pengaruh yang merusak.
Sedangkan menurut Hestin Mulyandari dalam bukunya Pemeliharaan Bangunan:
Basic Skill Facility Management, pemeliharaan bangunan adalah suatu cara atau
teknik yang tepat untuk menjaga kondisi atau komponen bangunan agar selalu
dalam keadaan prima sesuai fungsinya. Pemeliharaan bangunan juga merupakan
upaya untuk menghindari kerusakan komponen∕elemen bangunan akibat
kerusakan bangunan∕ kelusuhan sebelum umurnya berakhir.
Terdapat empat sifat dari kegiatan pemeliharaan bangunan diantaranya:
a. Inspeksi (Inspection)
Kegiatan pengecekan atau pemeriksaan berkala dan usulan penggantian
pada beberapa bagian.
b. Kegiatan Teknik (Engineering)
Kegiatan percobaan atas alat yang baru dibeli dan kegiatan pengembangan
atau komponen peralatan yang perlu diganti serta penelitian kemungkinan
pengembangannya.
c. Kegiatan Produksi (Production)
Kegiatan pemeliharaan yang sebenarnya, yaitu teknik pemeliharaan dan
kegiatan yang disarankan inspeksi.
Evaluasi Strategi Pemeliharaan dan Perawatan Gelanggang Renang Universitas Pendidikan Indonesia
TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN BANGUNAN GEDUNG II - 2 POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
I
d. Kegiatan Administrasi (Clerical Work)
Kegiatan pencatatan mengenai biaya kegiatan pemeliharaan, biaya
komponen (spare part) yang dibutuhkan, serta penyiapan jadwal
pemeliharaan.
2.1.1.2 Latar Belakang Pemeliharaan Bangunan
Suatu bangunan didirikan sebagai prasarana bagi pemilik bangunan atau
pengguna bangunan dengan tujuan untuk menunjang segala kegiatan yang akan
dilakukan pihak pengguna bangunan nantinya di dalam bangunan tersebut.
Bangunan diharapkan dapat bersifat fleksibel mengikuti arus perubahan yang
terjadi dalam kegiatan pemilik atau pengguna bangunan nantinya. Untuk dapat
selalu menunjang segala kegiatan di dalamnya dan untuk dapat bersifat fleksibel
mengikuti arus perubahan yang terjadi dalam kegiatan pemilik atau pengguna
bangunan, maka bangunan harus selalu dalam kondisi prima siap membantu
operasional kegiatan dan untuk mewujudkannya maka perlu suatu kegiatan
pemeliharaan bangunan. Bangunan yang baik tentu saja tidak hanya
mempertimbangkan kekuatan konstruksi dan arsitekturalnya saja tetapi juga
mempertimbangkan kenyamanan pengguna bangunan. Kenyamanan ini salah
satunya dipengaruhi oleh berfungsi atau tidaknya seluruh komponen∕elemen
bangunan tersebut. Untuk menjamin berfungsinya seluruh komponen∕elemen
bangunan maka lagi-lagi diperlukan suatu kegiatan pemeliharaan terhadap
komponen∕elemen bangunan tersebut.
Kurangnya perhatian atau tidak sesuainya kegiatan pemeliharaan yang
dilakukan akan menyebabkan suatu kondisi atau dampak negatif, yaitu
menurunnya tingkat produktifitas kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh
pemilik atau pengguna bangunan sebagai akibat dari kurang terpeliharanya
kondisi bangunan. Sedangkan kegiatan pemeliharaan bangunan yang memadai
akan menghasilkan umur bangunan yang panjang sesuai dengan perencanaan,
nilai ekonomis, serta kegunaan ekonomis dari bangunan dan komponen-
Evaluasi Strategi Pemeliharaan dan Perawatan Gelanggang Renang Universitas Pendidikan Indonesia
TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN BANGUNAN GEDUNG II - 3 POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
I
komponen didalamnya. Tanpa adanya kegiatan pemeliharaan bangunan, fungsi
suatu bangunan akan mengalami degradasi seiring berjalannya waktu.
Faktor-faktor penyebab degradasi fungsi bangunan dikelompokan sebagai
berikut:
1. Kondisi Lingkungan
Tingkat degradasi bergantung pada kondisi lingkungan daerah bangunan
berada dan orientasi dari bangunan tersebut.
2. Aktifitas Pengguna
Tingkat degradasi bergantung pada faktor manusia maupun
mekanikal/elektrikal (M/E) baik untuk penggunaan resmi atau tidak resmi.
3. Perubahan Standar
Tingkat degradasi bergantung pada perubahan—perubahan konstruksi
rencana berdasarkan kebutuhan dan selera yang berkembang pada pemilik
atau pengguna.
Setelah beberapa periode, perbedaan antara kondisi standar dan kondisi
yang terjadi pada bangunan semakin melebar seperti yang ditunjukkan pada
gambar 2.1. Pada diagram tersebut digambarkan, seiring dengan waktu yang
terjadi deviasi terhadap keadaan standar yang diakibatkan oleh kerusakan yang
digambarkan dengan penyimpangan kebawah dan deviasi yang terjadi karena
perubahan-perubahan untuk memenuhi permintaan pengguna yang
menggambarkan dengan garis keatas. Harus ada usaha-usaha pemeliharaan dan
perawatan supaya sedapat mungkin mendekati keadaan standar. Diagram ini
adalah presentasi dari kondisi bangunan keseluruhan jadi tidak dapat
diaplikasikan untuk masing-masing elemen.
Evaluasi Strategi Pemeliharaan dan Perawatan Gelanggang Renang Universitas Pendidikan Indonesia
TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN BANGUNAN GEDUNG II - 4 POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
I
Sumber : Building Maintenance Management
Gambar 2.1. Hubungan antara Kondisi Standar Bangunan dengan Waktu Rencana
2.1.1.3 Tujuan Pemeliharaan Bangunan
Tujuan dari aktifitas pemeliharaan bangunan yang utama adalah sebagai
berikut:
1. Memperpanjang umur layan bangunan.
2. Menjaga bangunan tetap dalam kondisi sesuai dengan standar/pedoman
yang telah ditetapkan.
3. Menjamin ketersedian perlengkapan (komponen bangunan) yang
diperlukan untuk kegiatan operasional bangunan.
4. Menjamin kesiapan operasional bangunan.
5. Menjamin keselamatan dan kesehatan pengguna bangunan tersebut.
2.1.1.4 Sasaran Pemeliharaan Bangunan
Sasaran dari kegiatan pemeliharaan adalah sebagai berikut:
1. Melaksanakan pekerjaan tata graha agar dapat memelihara fasilitas dengan
baik.
Evaluasi Strategi Pemeliharaan dan Perawatan Gelanggang Renang Universitas Pendidikan Indonesia
TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN BANGUNAN GEDUNG II - 5 POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
I
2. Melakukan pekerjaan perbaikan utama berdasar pada biaya life cycle –
cost terendah.
3. Mengembangkan dan melaksanakan suatu sistem secara teratur dengan
membuat penjadwalan pemeliharaan terhadap fasilitas bangunan.
4. Segera melakukan perbaikan jika terdapat kerusakan-kerusakan kecil.
5. Mengidentifikasi desain dan membuat peningkatan proyek untuk
mengurangi dan memperkecil jumlah keseluruhan biaya pemeliharaan.
6. Menggunakan fasilitas bangunan dengan hemat sesuai dengan kegunaan
dan kebutuhan.
7. Menyediakan laporan yang lengkap dan mudah dipahami serta
mengidentifikasi pekerjaan pemeliharaan.
8. Melakukan estimasi biaya pemeliharaan yang akurat untuk memastikan
mendapatkan biaya pemeliharaan yang paling rendah. Melakukan
breakdown detail biaya pemeliharaan yang teliti. Menjadwalkan semua
pekerjaan yang telah direncanakan dan melakukan antisipasi terhadap
pekerjaan yang tidak terencana.
2.1.1.5 Pemeliharaan Kolam Renang
Kegiatan pemeliharaan kolam renang diantaranya adalah kegiatan
menjaga kebersihan area kolam renang dan area di sekitar kolam renang, serta
kegiatan memelihara kondisi air kolam agar tetap bersih dan higienis. Berikut
akan dijelaskan metode-metode baik itu menjaga kebersihan area kolam renang
maupun menjaga kebersihan air kolam renang:
A. Menjaga Kebersihan Area Kolam Renang dan Area Di Sekitar Kolam
Renang
Yang dimaksud dengan area kolam renang adalah dinding dan lantai
kolam renang, sedangkan yang dimaksud dengan area disekitar kolam renang
adalah lantai di sekitar kolam renang beserta seluruh landscaping kolam renang.
Evaluasi Strategi Pemeliharaan dan Perawatan Gelanggang Renang Universitas Pendidikan Indonesia
TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN BANGUNAN GEDUNG II - 6 POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
I
1. Menjaga kebersihan lantai dan dinding kolam renang
Karena dinding serta lantai kolam renang terendam air maka hal ini sering
kali menyebabkan tumbuhnya alga dan lumut. Alga dan lumut yang tumbuh dapat
dihilangkan dengan melakukan kegiatan pemeliharaan rutin yaitu dengan
penyikatan ubin-ubin lantai dan dinding kolam renang. Penyikatan ini sebaiknya
dilakukan seminggu sekali dengan bantuan sikat lantai (vacuum head), sikat
dinding (wall brush), selang (vacuum hose), tongkat pegangan (telescopic
handle), saringan daun ( leaf cather). Meskipun kegiatan pemeliharaan rutin
seperti penyikatan dinding dan lantai kolam renang telah dilakukan, lumut dan
tumbuhan sejenisnya akan tetap terbentuk, untuk mengatasinya dapat dilakukan
penggunaan bahan kimia. Salah satu yang terbaik adalah sulfat tembaga karena
keduanya sangat aman digunakan dan efektif. Dosis yang diperlukan tergantung
pada derajat kekerasan air dan temperatur air. Untuk air hangat sekitar 0-30 mg ∕
liter (0-30 ppm) dari tembaga yang diperlukan. Ini setara dengan 1-2 mg ∕ liter
kristal tembaga sulfat (copper sulphate crystals) (𝐶𝑢𝑆𝑂4. 5𝐻2𝑂) Untuk air dingin
membutuhkan sekitar 2-5 mg ∕ liter tembaga ( 10 mg ∕ liter dari kristal tembaga
sulfat).
2. Menjaga kebersihan area di sekitar kolam renang
Lantai di sekitar area kolam renang biasanya selalu dalam kondisi basah
karena sering dilalui oleh kaki-kaki yang basah. Keadaan ini menjadikan lantai di
sekitar kolam renang menjadi licin dan dapat membahayakan keselamatan.
Pembersihan lantai disekitar kolam renang yang basah dilakukan dengan cara
menyikat lantai dan kemudian disemprot menggunakan air berkecepatan tinggi
agar semua kotoran bisa hilang. Kegiatan pembersihan lantai ini sebaiknya
dilakukan setiap hari. Selain pembersihan bisa juga diambil langkah maintenance
prevention yaitu dengan desain serta pemilihan material penutup lantai yang lebih
bersifat non-slip.
Untuk material beton dan keramik metode pengetsaan asam dapat
dilakukan. Asam hydrochloric cair dapat digunakan, satu bagian asam dicampur
Evaluasi Strategi Pemeliharaan dan Perawatan Gelanggang Renang Universitas Pendidikan Indonesia
TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN BANGUNAN GEDUNG II - 7 POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
I
8-10 bagian air. Sarung tangan karet dan kacamata sebaiknya digunakan dan
dalam pengerjaannya haruslah berhati-hati. Asam cair sebaiknya dituangkan
dalam area kecil dalam satu waktu dan diratakan serta dibiarkan selama sekitar 10
menit sebelum dicuci bersih dengan air yang cukup banyak. Pengetsaan asam ini
akan memberikan derajat non-slip yang diperlukan.
B. Memelihara Kondisi Air Kolam Tetap Bersih dan Higienis
Tabel 2.1 Daftar Persyaratan Air Kolam Renang
No. Parameter Satuan Kadar yang
diperbolehkan Keterangan Minimum Maksimum
A. Fisika
1. Bau - - - Bebas dari bau yang
mengganggu, bebas dari benda terapung. Piringan
sechi yang diletakkan pada dasar kolam yang terdalam, dapat dilihat dari tepi kolam
pada jarak lurus 9 meter
2. Benda terapung - - -
3. Kejernihan - - -
B. Kimia 1. Aluminium mg∕L - 0,2
Dalam waktu 4 Jam pada suhu udara
2. Kesadahan mg∕L 50 500 3. Oksigen terabsorbsi mg∕L - 1,0 4. pH - 6,5 8,5 5. Sisa Chlor mg∕L 0,2 0,5 6. Tembaga sebagai Cu mg∕L - 1,5 C. Mikro Biologi
1. Koliform total per 100 ml - 0
2. Jumlah kuman
Mangan Per 100
ml - 200
Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 416∕MENKES∕PER∕IX∕1990
Beberapa alasan mengapa perlu dilakukan penjagaan kebersihan air kolam
renang adalah sebagai berikut:
1. Air merupakan tempat berkembang biak patogen berbahaya seperti bakteri
dan mikroorganisme dimana air kolam menjadi tempat yang sempurna
untuk membawa penyakit dan dapat berpindah dari satu orang terhadap
orang lain.
Evaluasi Strategi Pemeliharaan dan Perawatan Gelanggang Renang Universitas Pendidikan Indonesia
TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN BANGUNAN GEDUNG II - 8 POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
I
2. Air yang kadar parameter-parameter fisika, kimia, dan mikro boiloginya
tidak sesuai persyaratan air kolam renang dapat mengganggu kulit dan
mata.
3. Air yang mempunyai kadar parameter kimiawi tidak sesuai persyaratan air
kolam renang dapat merusak bagian-bagian dari kolam.
4. Air yang kadar parameter-parameter fisika, kimia, dan mikro boiloginya
tidak sesuai persyaratan air kolam renang akan kelihatan kotor sehingga
mengurangi keindahan kolam.
Karena alasan-alasan di atas maka perlu dilakukan langkah-langkah
pemeliharaan air kolam renang sebagai berikut:
1. Penyaringan kotoran dalam air
Penyaringan kotoran dalam air dilakukan dengan alat bantu berupa
saringan pasir. Air kolam perlu disirkulasikan melewati proses penyaringan ini.
Pada lantai kolam renang terdapat floor drain yang merupakan jalan keluar air
untuk kemudian air yang keluar ini akan dipompakan masuk ke saringan pasir,
setelah melewati saringan pasir air akan dikirim masuk lagi ke dalam kolam
renang melalui lubang-lubang pengeluaran yang terdapat di sisi-sisi dinding
kolam renang. Proses sirkulasi air kolam sekaligus penyaringan kotoran ini harus
dilakukan sepanjang waktu, maka dari itu perlu dipertimbangkan mengenai
peralatan-peralatan cadangan baik itu dari filternya itu sendiri ataupun pompa
airnya.
2. Penyediaan feeder klorin otomatis
Sanitasi kolam renang sama dengan mensterilkan kolam renang, dimana
bentuk bakteri dan alga dapat dihancurkan. Kolam renang yang tidak sering
dibersihkan dapat menjadi tempat berkembang biaknya bakteri. Bakteri dan
bentuk ganggang dapat dihilangkan dengan menggunakan klorin. Bahkan
bromin dapat digunakan untuk mensterilkan kolam renang. Tingkat klorin yang
harus ditetapkan di kolam renang adalah 1,0-3,0 ppm. Klorin biasanya disusun
Evaluasi Strategi Pemeliharaan dan Perawatan Gelanggang Renang Universitas Pendidikan Indonesia
TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN BANGUNAN GEDUNG II - 9 POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
I
dalam bentuk cair, bentuk bubuk atau tablet (meskipun beberapa profesional
menggunakan gas klorin), dan dapat ditambahkan ke air pada bagian manapun
dalam perputaran siklus air. Ahli pemeliharaan kolam renang umumnya
merekomendasikan menambahkan hanya setelah proses penyaringan,
menggunakan feeder kimia. Jika ditambahkan langsung ke kolam renang,
dengan menggunakan tablet dalam kotak skimmer, misalnya, klorin juga
cenderung terkonsentrasi di daerah tersebut.
3. Pengecekan tingkat pH kolam renang
Mempertahankan keseimbangan air yang tepat sangat penting. Tingkat pH
adalah ukuran keasaman atau alkalinitas dan perlu diuji dua kali seminggu.
Tingkat pH dalam air kolam harus sedikit basa, menurut Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 416∕MENKES∕PER∕IX∕1990 yaitu pH
sekitar 6,5-8,5. Pada tingkat pH ini di mana klorin bekerja paling efektif. Hal ini
dapat dikendalikan dengan menambahkan baik asam, seperti asam muriatic, atau
alkali seperti baking soda. Penambahan asam alkali akan tergantung pada apakah
air terlalu asam atau terlalu basa. Tingkat pH yang salah dapat menyebabkan
kerusakan dari kolam dan peralatan kolam renang.
2.1.2 Kegiatan Perawatan Bangunan
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 45 ∕ PRT ∕ M ∕
2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara yang
dimaksud dengan pekerjaan perawatan bangunan adalah usaha untuk
memperbaiki kerusakan yang terjadi agar bangunan dapat berfungsi dengan baik
sebagaimana mestinya. Sedangkan menurut Hestin Mulyandari dalam bukunya
Pemeliharaan Bangunan: Basic Skill Facility Management, perawatan bangunan
adalah kegiatan memperbaiki dan atau mengganti bagian bangunan gedung,
komponen, bahan bangunan dan atau sarana dan prasarananya agar bangunan
tetap laik fungsi dan kuratif setelah ada kerusakan atau masalah baik pada tingkat
Evaluasi Strategi Pemeliharaan dan Perawatan Gelanggang Renang Universitas Pendidikan Indonesia
TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN BANGUNAN GEDUNG II - 10 POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
I
ringan, sedang atau berat. Yang dimaksud dengan laik fungsi adalah kondisi
bangunan memenuhi persyaratan administratif dan teknis sesuai dengan fungsi
bangunan gedung yang ditetapkan. Tujuan kegiatan perbaikan adalah memelihara
penampilan bangunan agar selalu dalam keadaan terbebas dari kerusakan akibat
pemakaian, cuaca dan pudar karena kondisi waktu. Berikut beberapa jenis
perbaikan bangunan:
A. Rehabilitasi
Memperbaiki bangunan yang telah rusak sebagian dengan maksud
menggunakan sesuai dengan fungsi tertentu yang tetap, baik arsitektur maupun
struktur bangunan gedung tetap dipertahankan seperti semula, sedang utilitas
dapat berubah.
B. Renovasi
Memperbaiki bangunan yang telah rusak berat sebagian dengan maksud
menggunakan sesuai fungsi tertentu yang dapat tetap atau berubah, baik arsitektur,
struktur maupun utilitas bangunannya.
C. Restorasi
Memperbaiki bangunan yang telah rusak berat sebagian dengan maksud
menggunakan untuk fungsi tertentu yang dapat tetap atau berubah dengan tetap
mempertahankan arsitektur bangunannya sedangkan struktur dan utilitas
bangunannya dapat berubah.
2.1.2.1 Tingkat Kerusakan
Perbaikan dan/atau penggantian dalam kegiatan perawatan bangunan
dengan tingkat kerusakan sedang dan berat dilakukan setelah dokumen rencana
teknis perawatan bangunan disetujui oleh pemerintah daerah. Kerusakan
bangunan adalah tidak berfungsinya bangunan atau komponen bangunan akibat
penyusutan∕berakhirnya umur bangunan, atau akibat ulah manusia atau perilaku
Evaluasi Strategi Pemeliharaan dan Perawatan Gelanggang Renang Universitas Pendidikan Indonesia
TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN BANGUNAN GEDUNG II - 11 POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
I
alam seperti beban fungsi yang berlebihan, kebakaran, gempa bumi, atau sebab
lainnya yang sejenis.
Intensitas kerusakan bangunan dapat digolongkan atas tiga tingkat
kerusakan, yaitu:
a. Kerusakan ringan
1) Kerusakan ringan adalah kerusakan terutama pada komponen
non-struktural, seperti penutup atap, langit-langit, penutup lantai,
dandinding pengisi.
2) Perawatan untuk tingkat kerusakan ringan, biayanya maksimum
adalah sebesar 35% dari harga satuan tertinggi pembangunan
bangunan baru yang berlaku, untuk tipe/klas dan lokasi yang
sama.
b. Kerusakan sedang
1) Kerusakan sedang adalah kerusakan pada sebagian komponen
non-struktural, dan atau komponen struktural seperti struktur atap,
lantai, dan lain-lain.
2) Perawatan untuk tingkat kerusakan sedang, biayanya maksimum
adalah sebesar 45% dari harga satuan tertinggi pembangunan
bangunan baru yang berlaku, untuk tipe/klas dan lokasi yang
sama.
c. Kerusakan berat
1) Kerusakan berat adalah kerusakan pada sebagian besar komponen
bangunan, baik struktural maupun non-struktural yang apabila
setelah diperbaiki masih dapat berfungsi dengan baik
sebagaimana mestinya
2) Biayanya maksimum adalah sebesar 65% dari harga satuan
tertinggi pembangunan bangunan baru yang berlaku, untuk
tipe/klas dan lokasi yang sama.
Evaluasi Strategi Pemeliharaan dan Perawatan Gelanggang Renang Universitas Pendidikan Indonesia
TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN BANGUNAN GEDUNG II - 12 POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
I
d. Perawatan khusus
Untuk perawatan yang memerlukan penanganan khusus atau dalam
usaha meningkatkan wujud bangunan, seperti kegiatan renovasi atau
restorasi (misal yang berkaitan dengan perawatan bangunan gedung
bersejarah), besarnya biaya perawatan dihitung sesuai dengan
kebutuhan nyata dan dikonsultasikan terlebih dahulu kepada Instansi
Teknis setempat.
Penentuan tingkat kerusakan dan perawatan khusus setelah berkonsultasi
dengan Instansi Teknis setempat. Persetujuan rencana teknis perawatan bangunan
tertentu dan yang memiliki kompleksitas teknis tinggi dilakukan setelah mendapat
pertimbangan tim ahli bangunan. Pekerjaan perawatan ditentukan berdasarkan
bagian mana yang mengalami perubahan atau perbaikan.
2.1.2.2 Perawatan Kolam Renang
Kerusakan yang biasa terjadi pada kolam renang biasanya berupa
kebocoran; keretakan non-struktural; kerusakan pada finishing kolam renang yang
dapat berupa keramik, ubin, maupun mozaik; cacat pada sambungan selubung
kolam renang; dan beton yang keropos pada struktur pembentuk kolam renang.
Berikut akan dijelaskan bagaimana metode perawatan untuk berbagai kerusakan
pada kolam renang yang diambil dari Swimming Pools A Treatise On The
Planning, Layout, Design and Construction, Water Treatment and Other Services,
Maintenance and Repair:
A. Kebocoran Pada Kolam Renang
Kebocoran biasanya dikarenakan adanya retakan pada lantai atau dinding
dimana tingkat ketebalan struktur penuh, mungkin juga terjadi kebocoran lewat
area poros atau beton yang keropos. Ini adalah beberapa penyebab terjadinya
kebocoran yang digambarkan secara umum sebagai berikut:
Evaluasi Strategi Pemeliharaan dan Perawatan Gelanggang Renang Universitas Pendidikan Indonesia
TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN BANGUNAN GEDUNG II - 13 POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
I
1. Kesalahan dalam desain struktural baik lantai ataupun dinding kolam
renang, jadi ketika struktur lantai atau dinding kolam tidak cukup kuat
untuk menahan beban masing-masing. Beban-beban ini menglingkupi
beban tekanan tanah, dan tekanan air tanah disekeliling kolam saat kolam
dalam keadaan kosong dan tekanan air di dalam kolam ketika kolam dalam
keadalan terisi penuh air. Ini adalah tipe permasalahan yang paling serius
dari kerusakan dan kerusakan ini sangat mahal dalam pembiayaan
perbaikannya (baik kolam renang baru ataupun kolam renang eksisting).
2. Penurunan struktur kolam renang akibat adanya pergerakan tanah, hasilnya
adalah retakan lantai atau dinding atau keduanya, ini juga memerlukan
biaya perbaikan yang mahal, penyusutan tanah berbutir halus (clay) selama
musim panas dapat menyebabkan keretakan.
3. Suhu dan atau penyusutan di dalam beton yang diakibatkan oleh panas
melebihi kekuatan dari tegangan beton, menghasilkan suatu retakan.
Perbaikannya secara umum dapat dikatakan mudah dan tidak mahal,
kecuali apabila rembesan air tanah telah masuk ke dalam kolam renang.
4. Kualitas beton yang jelek atau kesalahan dalam proses pengerjaan
menyebabkan beberapa kasus berikut ini:
a) Kekeroposan beton
b) Tidak cukupnya kesiapan atau penutupan dari kontruksi sambungan
dalam dinding dan lantai. Kebocoran pada area tumpangan pada
dinding adalah salah satu kesalahan umum yang sering terjadi. Dan
pada area yang cacat sangat mudah terancam pada saat level air
sedang hinggi.
Tantangan selanjutnya masalah kebocoran kolam renang ini adalah
berkaitan dengan bagaimana mencari lokasi kebocoran dan mendiagnosa
kebocoran. Sayangnya tidak ada metode praktek yang sederhana untuk mencari
kebocoran pada kolam renang, pada kasus dimana air merembes ke dalam tanah
sedangkan sama sekali tidak telihat kerusakan pada bagian dalam kolam renang.
Evaluasi Strategi Pemeliharaan dan Perawatan Gelanggang Renang Universitas Pendidikan Indonesia
TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN BANGUNAN GEDUNG II - 14 POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
I
Dari waktu ke waktu para penemu mengemukakan untuk menggunakan bahan
pencelup, konsentrat garam, perunut radioaktif. Cara-cara itu mungkin akan
berguna pada kasus dimana muka air tanah di bawah lantai kolam renang dan
kebocoran benar-benar besar dan jika kebocoran ini terjadi di sumpit atau pada
pipa bertekanan. Jika kolam renang adalah bangunan kolam renang baru dan
bagian belakang sekitar dinding belum diisi tanah maka apabila terjadi kebocoran
dapat di deteksi dengan mudah, namun apabila kebocoran itu terjadi pada lantai
maka akan terjadi kesulitan dalam pencarian jejak kebocorannya.
Kesulitan dalam mencari jejak kebocoran adalah alasan utama yang sangat
mendasar mengapa selubung kolam renang harus diuji terlebih dahulu sebelum
ubin atau berbagai dekorasi lainnya dipasang dan sebelum pengisian bahan
pengisi (tanah) disekitar dinding luar kolam renang. Terkadang pada masing-
masing kasus harus diperlakukan sesuai dengan masalahnya masing-masing,
kecuali jika masalah itu telah jelas dimana letak kebocoran terjadi, dan hal ini
secara umum sebaiknya mengikuti beberapa prosedur mendasar, dan ini biasanya
akan menghemat waktu. Di rekomendasikan untuk melakukan langkah-langkah
berikut ini:
1. Kolam renang sebaiknya diiisi hingga level air teratas dan semua pipa
masuk dan pipa keluar ditutup.
2. Dan jika kolam renang mengalami kekosongan akibat gravitasi, maka
lubang pemeriksaan pertama pada pada saluran pengeluaran harus di
periksa apakah terdapat tanda-tanda rembesan.
3. Penurunan pada level air harus diukur dengan jangka periode tidak lebih
dari 24 jam. Periode pengujian aktual tergantung pada tingkat kepelikan
kebocoran dan mempertimbangkan periode dalam jangka waktu beberapa
hari, bahkan hingga dua minggu barulah informasi yang berguna dapat
diperoleh. Penurunan level air harus diukur tidak lebih dari interval 24
jam.
4. Pengecekan harus dilakukan pada bagian jalur pemipaan keluar.
Evaluasi Strategi Pemeliharaan dan Perawatan Gelanggang Renang Universitas Pendidikan Indonesia
TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN BANGUNAN GEDUNG II - 15 POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
I
Sebagai contoh, apabila level air tanah berada dibawah level lantai kolam
renang dan dalam periode satu minggu dan level air di dalam kolam renang turun
sebanyak 1 feet (30 sentimeter), dengan rata-rata penurunan mendekati pada
setiap akhir minggu, ini dapat menjadi indikasi bahwa kebocoran tejadi sekitar 1
feet (30 sentimeter) dibawah level air kolam tertinggi. Inspeksi tertutup pada
daerah sekitar dinding pada level ini (sekitar 1 feet dari level air teratas) akan
mengungkapkan dimana lokasi kerusakan. Sebagaimana telah disebutkan
sebelumnya, bahwa lokasi kebocoran paling sering terjadi pada daerah konstruksi
sambungan, dan ini harus selalu diuji dengan sangat hati-hati, salah satu
diantaranya terutama pada bagian dinding dan lantai karena pada daerah-daerah
inilah tekanan maksimum terjadi.
Setelah lokasi kebocoran ditemukan tantangan selanjutnya adalah
bagaimana mendiagnosa tipe kebocoran dan memilih metode perbaikannya. Pada
kebocoran yang disebabkan oleh kesalahan dalam pendisainan mempunyai
karakteristik keretakan pada bagian horizontal dan diagonal pada dinding, atau
pergeseran vertikal dari satu atau lebih bagian dinding yang disertai dengan
keretakan yang serius. Kerusakan struktural pada lantai slab jarang terjadi, tetapi
mungkin juga terjadi apabila tidak adanya cadangan yang dibuat untuk
pengangkatan pada bagian tengah slab dalam kasus kolam renang yang dalam
dengan muka air tanah yang tinggi disekitarnya.
Tipe kerusakan yang dikarenakan penurunan atau pengembangan tanah.
Pada tanah lempung, pengembangan tanah dapat menyebabkan tekanan luar yang
intens. Tanah lempung mengembang ketika dalam keadaan basah terkena
pemanasan dan menjadi kering. Pada tanah lempung tertentu tekanan yang
disebabkan oleh pengembangan tanah kepada dinding dan pondasi mungkin dapat
melebihi 430 KN ∕ 𝑚2 (4 ton ∕ 𝑓𝑡2 ). Pada kasus ini tidak ada posisi serta petunjuk
arah yang tipikal untuk mencari lokasi keretakan karena hal ini tergantung pada
pergerakan tanah.
Tipe keretakan yang disebabkan tekanan suhu dan penyusutan yang
diakibatkan pengeringan (pemanasan), secara umum dapat dikatakan tidak lebih
Evaluasi Strategi Pemeliharaan dan Perawatan Gelanggang Renang Universitas Pendidikan Indonesia
TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN BANGUNAN GEDUNG II - 16 POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
I
serius apabila dibandingkan dengan dua tipe kerusakan sebelumnya, karena
keretakan yang terjadi biasanya sangatlah halus dengan lebar sekitar 0,125 mm -
0,50 mm. Biasanya retak ini terjadi pada dinding dimulai dari sekitar dasar hingga
dua pertiga dari tinggi dinding. Pada lantai retak halus ini umumnya memanjang
sepanjang garis melintang, keretakan yang disebabkan tekanan suhu terjadi pada
beberapa hari pertama setelah penyetakan beton dan sering kali terjadi ketika
perancah dilepas, dan mungkin penyusutannya akan terlihat setelah beberapa
minggu.
Tipe kerusakan dimana terdapat area-area beton yang keropos biasanya
dengan jelas terlihat pada permukaan, terkadang beton-beton keropos ini tertutup
oleh lapisan tipis kulit beton sehingga menjadi sulit untuk ditemukan. Kebocoran
pada konstruksi sambungan bagian horizontal pada bagian dinding biasanya
cukup mudah untuk ditemukan karena level air turun hingga batas tertentu. Tetapi
apabila kebocoran terjadi pada bagian sambungan vertikal ini akan lebih sulit
ditemukan dan pengujian yang sangat teliti sangat diandalkan dan diperlukan
untuk mengetahuinya. Pengujian menggunakan Palu Schmdt dapat membantu.
Setelah dilakukan diagnosa tipe kebocoran apa yang mungkin
menyebabkan terjadinya kebocoran maka selanjutnya dilakukan proses
memperbaiki kebocoran yang ada. Poin utama yang berkenaan dengan setiap
kegiatan perbaikan adalah apakah air tanah telah merembes masuk ke dalam
kolam renang, perpindahan aliran air ini harus ditutup dengan pengisian atau
dengan cara yang lain sebelum perbaikan permukaan dan salut perekat dipasang.
Jika perbaikan yang meluas diperlukan maka mungkin perlu untuk menurunkan
level muka air tanah di saat proses perbaikan dilakukan. Perkara lain yang juga
penting bahwa pengaplikasian semua metode perbaikan adalah bahwa permukaan
beton yang lama tidaklah sama dengan beton baru, adukan semen, atau berbagai
macam bahan perekat pada tempat menyambungan harus benar-benar dibersihkan
dari semua kotoran.
Evaluasi Strategi Pemeliharaan dan Perawatan Gelanggang Renang Universitas Pendidikan Indonesia
TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN BANGUNAN GEDUNG II - 17 POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
I
Ini adalah tiga metode dasar yang berhubungan dengan perembesan air
tanah:
1. Pengisian celah-celah yang bocor dengan semen cepat kering (ultra rapid
hardening cement) atau damar (resin).
2. Pemberikan lapisan semen bertekanan (pressure grout) pada lapisan tanah
sebelah bawah.
3. Penurunkan level muka air tanah dengan cara dewatering atau air dipompa
keluar melalui lubang sumpit.
B. Keretakan Non-Struktural
Keretakan tipe ini biasanya cukup kecil dan sering kali tertutup dengan
sendirinya setelah beberapa periode sekitar beberapa minggu jika kolam renang
diawasi dengan baik. Disini terdapat empat metode dasar perbaikan keretakan tipe
ini:
1. Memperbesar ukuran retakan dan mengisinya kembali menggunakan
mortar kualitas tinggi.
Poin utama yang menjadi bahan pertimbangan adalah apakah terjadi
keretakan dengan dengan arah menyilang, keretakan ini hanya akan terjadi apabila
retak telah menembus hingga seluruh ketebalan dari dinding dan lantai.
Kedalaman, panjang serta lebar retakan juga menjadi pertimbangan penting.
Metode memperbesar ukuran retakan dan mengisinya kembali menggunakan
mortar kualitas tinggi, metode ini cocok ketika tidak ada pergerakan keretakan
silang yang lebih lanjut, ketika keretakan mempunyai lebar setidaknya 1 mm (1∕25
inchi) dan ketika metode injeksi keretakan dipertimbangkan tidak dapat
dipraktekan (kemungkinan karena besarnya biaya pekerjaan tanah). Beton
sebaiknya dalam kualitas yang baik dan sebaliknya pembobokan bagian yang
retak justru dipertimbangkan dapat dilakukan.
Keretakan dengan lebar sekitar 12mm (1∕2 inchi) dari permukaan beton,
dan kedalaman retak berada di kedalaman antara 25-30 mm (1 - 1 1∕4 inchi),
Evaluasi Strategi Pemeliharaan dan Perawatan Gelanggang Renang Universitas Pendidikan Indonesia
TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN BANGUNAN GEDUNG II - 18 POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
I
pembobokan dapat dilakukan dengan bentuk V. Semua pasir dan debu haruslah
dihilangkan dan dibersihkan dan pada permukaannya dibasahi. Bagian yang telah
dibobok kemudian dengan hati-hati diisi dengan mortar yang telah dicampur
dengan styrene butadiene latex emulsion. Mortal ini haruslah dalam keadaan
kental dalam pengerjaannya dan harus mengisi setiap celah dengan baik. Proporsi
campuran mortar ini adalah 1 bagian portland cement untuk setiap 3 bagian pasir
yang bersih dengan sekitar 9 liter (2 galon) latek untuk setiap 50 kg semen. Untuk
membantu pengikatan antara mortar dengan beton asal maka pada permukaan
beton dapat diberi lapisan yang terbuat dari 2 bagian portland cement dengan 1
bagian latex (25 liter (5.5 galon emulsi untuk setiap 50 kg semen). Pengisian celah
retakan yang telah dibobok dengan mortar sebaiknya dilakukan sekitar 15 menit
setelah memberian bahan pengikat beton lama dan mortar. Mortar yang telah
diapalikasikan sebaiknya ditutup menggunakan lembaran polyethylene untuk
sekitar 4 hari, perawatan ini dilakukan untuk mencegah terkenanya tiupan angin
yang dapat merusak. Sepanjang hal ini mungkin untuk dilakukan, maka setelah
pengerjaan pengisian bagian yang retak dengan mortar maka lakukanlah pelapisan
dengan campuran semen dan latex minimal 2 kali.
2. Menginjeksi retakan menggunakan polymer resin.
Metode menginjeksi keretakan menggunakan polymer resin terutama
berguna ketika menginginkan adanya perkuatan untuk bagian dinding dan lantai,
resin akan mengikat dengan kuat antara beton dan kedua sisi dari retakan. Resin
dapat diformulasikan dengan fleksibilitas yang baik dengan viskositas yang
rendah. Dengan adanya penambahan epoxide coating pada kedua bagian sisi dari
dinding untuk untuk menutup keretakan beton pada masing-masing sisi. Pelapisan
mengunakan epoxide coating seharusnya diaplikasikan setelah beton disikat
mengunakan sikat kawat dan sebaiknya ini diperpanjang sekitar 300 mm pada
setiap bagian keretakan.
Evaluasi Strategi Pemeliharaan dan Perawatan Gelanggang Renang Universitas Pendidikan Indonesia
TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN BANGUNAN GEDUNG II - 19 POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
I
3. Perbaikan dimana fleksibilitas dibutuhkan.
Dilakukan dalam keadaan dimana metode ini dilakukan sebagai antisipasi
akan terjadinya pergerakan persilangan keretakan selama pengoperasian kolam
renang. Sebagai contoh pengangkatan kolam dimana sisi-sisi selubung kolam dan
bagian bawah selubung kolam dimanfaatkan sebagian ruang instalasi. Oleh karena
itu sangatlah bijaksana untuk memperbaiki keretakan dengan pemeliharaan yang
fleksibel, metode ini sangat penting dilakukan apabila kolam dalam keadaan
difinishing menggunakan ubin atau mozaik. Perbaikan dilakukan dengan
mempatenkan alur Neoprene tertentu dalam galur-galur dengan epoxide adhesive.
4. Pengaplikasian polymer resin (epoxide or polyurethane) menggunakan
sikat atau spray.
Dalam metode ini permukaan beton haruslah disiapkan secara seksama
dengan penyikatan menggunakan sikat kawat untuk menghilangkan semua debu.
Permukaan retakan haruslah sedikit dibuka dengan bantuan pahat. Kemudian
dilanjutkan dengan pelapisan dengan resin yang bervikositas rendah yang mana
akan menembus kedalam celah-celah retakan dan daerah sekitar beton. Setelah
pelapisan pertama, dua lapisan penyikatan resin yang baik dapat diaplikasikan
dengan lapisan kedua pada sudut kanan terlebih dahulu. Kasa fiber glass seperti „
Tyglas‟ dapat ditempelkan pada lapisan pertama resin setelah pelapisan primer.
Kasa fiber glass tidak diperlukan pada retak rambut yang halus. Material baru
telah masuk ke pasaran dengan merek dagang „ROK-RAP‟ dikembangkan oleh
Evode Ltd. Material ini terdiri dari kapas tenunan atau alkali-resistant glass fabric
yang diimpregnasikan dengan semen hidup yang mengandung admixture. Dibuat
seperti layaknya perban dalam bentuk roll dengan lebar mulai dari 75 mm sampai
200 mm. Permukaan beton disiapkan dengan cara dibersihkan dan dihilangkan
dari semua beton yang buruk, debu, pasir, kerikil dan lain sebagainya. Lapisan
pertama kemudian dapat diaplikasikan dan dilakukan penempelan „ROK-RAP‟
yang ditekankan kebawah pada bagian atas beton. Secara keseluruhan
Evaluasi Strategi Pemeliharaan dan Perawatan Gelanggang Renang Universitas Pendidikan Indonesia
TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN BANGUNAN GEDUNG II - 20 POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
I
pengaplikasiannya sangat mudah dan cepat, dan juga mempunyai hasil yang jauh
lebih baik.
C. Perbaikan pada Finishing Ubin dan Mozaik
Perbaikan pada bagian finishing baik itu ubin, keramik ataupun mozaik
yang terlepas dapat dilakukan dengan pemasangan material finising yang baru
pada posisi tetap dengan bantuan resin yang waktu pengikatannya sangat cepat
dan dapat diaplikasikan di bawah air. Pelaksanaan pekerjaan perbaikan ini dapat
dilaksanakan dengan menggunakan perlengkapan topeng tabung penyelam
dengan pekerja spesialis yang telah terlatih.
D. Perbaikan Sambungan yang Tidak Sempurna Pada Selubung Kolam
Renang
Seringkali selama menempatkan dan memadatkan beton bagian
sambungan selubung kolam menjadi tergeser atau terpindahkan dan hal ini dapat
menghasilkan kebocoran yang serius di sekitar sambungan. Jika kebocoran itu
berada pada titik dimana air melewati sambungan yang mana berisikan water bar
kemudian hal ini benar-benar merupakan sesuatu yang buruk bagi water bar itu
sendiri. Water bar itu dapat dipindahkan atau beton di sekitar water bar
kemungkinan mengalami keropos.
Sebaiknya hal ini dilakukan untuk bagian sambungan (kecuali sambungan
diantara kaki dan dinding) kemudian dilengkapi dengan sealing groove dan
properti sealing yang lainnya. Secara teori sealent dapat menjamin bagian
sabungan menjadi kedap air tanpa tergantung dengan water bar. Tetapi dalam
prakteknya ini adalah kasus yang jarang terjadi, sebagaimana halnya menjamin
penyatuan yang baik antara sealent yang biasa digunakan dengan betonnya itu
sendiri. Ketika seluruh atau sebagian sambungan bocor, berikut adalah metode
perbaikan yang diusulkan sebagai salah satu solusi.
(a) Sealant yang terpasang harus dipindahkan.
Evaluasi Strategi Pemeliharaan dan Perawatan Gelanggang Renang Universitas Pendidikan Indonesia
TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN BANGUNAN GEDUNG II - 21 POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
I
(b) Alur yang ada harus diperlebar dan diperdalam, dan kedua sisi dari alur
diperbaiki menggunakan epoxide mortar sehingga dapat memberikan garis
perkuatan dan permukaan yang rata.
(c) Setelah alur diperbaiki, bersihkan dengan hati-hati potongan sambungan
selular Neoprene yang akan dimasukan ke dalam galur. Alternatif yan
lain, galur harus diisi dengan flexible resin compound.
(d) Dari jarak 600 mm setiap sisi dari sambungan dan untuk jarak sepanjang
bentangan, permukaan beton harus disiapkan dengan penyikatan
menggunakan sikat kawat atau lakukan peniupan pada kerikil-kerikil halus
untuk menghilangkan semua agregat kasar yang terekspos.
(e) Dalam mempersiapkan permukaan beton untuk pelapisan pertama dengan
resin yang berviskositas rendah sehingga mudah diaplikasikan, dan
kemudian dapat dilanjutkan dengan dua lapisan resin yang lebih kental.
E. Perbaikan Beton yang Keropos
Langkah pertama adalah untuk mengetahui kedalaman dan luasan dari
kekeroposan beton itu sendiri. Jika bagian yang keropos itu lebih kecil dari
permukaan yang ada, maka lakukan penyikatan menggunakan sikat kawat
kemudian lanjutkan dengan pemberian dua lapisan tebal dari spesisemen yang
terdiri dari dua bagian OPC dan satu bagian latekx emulsion (styrene butadiene),
tindakan perbaikan ini sudah dapat dikatakan cukup. Untuk kekeroposan yang
lebih serius dimana kedalaman penetrasi sampai pada tulangan atau lebih dalam
lagi, maka bagian beton yang cacat haruslah dibongkar. Jika kerusakan ini
ditemukan pada bagian inti dinding, maka lakukanlah grouting bertekanan dengan
formula spesisemen yang spesial dirasakan dapat menjadi perbaikan yang efektiv.
Pada bagian beton yang cacat atau keropos haruslah dibongkar dan diganti
dengan material beton yang baru, prosedur yang benar, dan apakah menggunakan
mortar atau beton untuk pengerjaan yang baru akan bergantung pada keadaan.
Untuk pekerjaan perbaikan yang relatif kecil penggunaan semen dan pasir mortar
dirasa cukup praktis untuk dilakukan, tetapi untuk area yang lebih besar dan lebih
Evaluasi Strategi Pemeliharaan dan Perawatan Gelanggang Renang Universitas Pendidikan Indonesia
TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN BANGUNAN GEDUNG II - 22 POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
I
dalam maka material beton barulah yang harus digunakan. Bagian beton yang
keropos dapat dibongkar dengan menggunakan alat angin bertekanan tinggi atau
dapat pula disemprot dengan jet air berkecepatan tinggi. Area beton yan
diperbaiki harus dirawat seperti perawatan beton pada umumnya, tetapi jika
digunakan latex emultion maka perawatan beton akan tertunda sekitar 12-24 jam.
2.1.3 Tinjauan Kegiatan Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan
Dalam kegiatan pemeliharaan dan perawatan bangunan terdapat beberapa
proses yang menentukan berhasil atau tidaknya suatu kegiatan pemeliharan dan
perbaikan bangunan. Beberapa proses tersebut dimulai dari tahapan perencanaan
kegiatan, pengorganisasian dari pihak pengelola bangunan, pengkoordinasian
hubungan kerja antara seluruh personil, pengarahan perintah kerja dari pimpinan
manajemen kepada seluruh staf personil pemeliharaan dan perbaikan bangunan
serta pengawasan secara menyeluruh atas keseluruhan kegiatan pemeliharaan dan
perbaikan bangunan.
2.1.3.1 Perencanaan
Keberhasilan suatu organisasi dalam melakukan kegiatan pemeliharaan
dan perawatan bangunan sangat tergantung pada saat proses perencanaan awal
dalam menerjemahkan tujuan-tujuan pemeliharaan dan perawatan yang hendak
dicapai. Tujuan dari aktifitas pemeliharaan bangunan yang utama adalah sebagai
berikut:
1. Memperpanjang umur layan bangunan.
2. Menjaga bangunan tetap dalam kondisi sesuai dengan standar/pedoman
yang telah ditetapkan.
3. Menjamin ketersedian perlengkapan (komponen bangunan) yang
diperlukan untuk kegiatan operasional bangunan.
4. Menjamin kesiapan operasional bangunan.
Evaluasi Strategi Pemeliharaan dan Perawatan Gelanggang Renang Universitas Pendidikan Indonesia
TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN BANGUNAN GEDUNG II - 23 POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
I
5. Menjamin keselamatan dan kesehatan pengguna bangunan tersebut.
Dari tujuan-tujuan yang ingin dicapai di atas dapat menghasilkan suatu
konsep perencanaan kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang disesuaikan
dengan kebutuhan. Kesalahan dalam menentukan proses suatu perencanaan dapat
berakibat pada ketidak-efektifan kegiatan, oleh karena itu diperlukan suatu proses
perencanaan yang matang dan menyeluruh.
Untuk memudahkan keperluan perencanaan, kegiatan pemeliharaan dapat
dilakukan dengan mengelompokan elemen-elemen bangunan sebelumnya:
1. Elemen-elemen yang didesain secara tepat masa layannya sesuai usia
rencana dari bangunan tanpa memerlukan perhatian dan pemeliharaan
khusus.
Contoh: Pondasi, beberapa bagian seperti tiang penyokong, dimana habisnya
masa layan yang tidak sesuai bangunan diakibatkan kesalahan desain atau
adanya perubahan kondisi tanah yang tidak dapat diramalkan.
2. Elemen-elemen yang kekuatan atau masa layannya dapat diperpanjang
dengan penggantian sebagian kecil elemen-elemennya pada jangka waktu
tertentu.
Contoh: Elemen seperti genteng.
3. Elemen-elemen yang dipakai atau ditentukan oleh manusia dan peralatan
mesin.
Contoh: Elemen lantai, dimana usia layannya tergantung pada kepadatan dan
jenis lalu lintas diatasnya.
4. Elemen-elemen yang mudah kuno karena adanya teknologi baru atau
perubahn mode. Elemen seperti ini dimanfaatkan semaksimal mungkin
selama masih berfungsi dengan baik.
5. Elemen-elemen yang banyak bersentuhan langsung dengan cuaca yang
menyebabkan kerusakan atau perubahan bentuk dari semula. Dalam hal ini
kegiatan pemeliharaan dan pembersihan yang teratur sangat diperlukan.
Contoh: Pemeliharaan dengan pelapis pada genting dan dinding luar.
Evaluasi Strategi Pemeliharaan dan Perawatan Gelanggang Renang Universitas Pendidikan Indonesia
TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN BANGUNAN GEDUNG II - 24 POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
I
6. Elemen-elemen yang memerlukan lapisan pelindung. Untuk elemen
pengguna lapisan pelindung memerlukan perhatian khusus. Walaupun
lapisan ini mungkin memiliki nilai eksentrik, tetapi tujuan utama dari
pemeliharaan adalah untuk memperpanjang usai layan elemen yang
dipelihara tersebut. Pastinya kegiatan ini memerlukan proporsi
pengeluaran yang sangat besar.
2.1.3.2 Pengorganisasian
Pengorganisasian meliputi pemanfaatan dan penyusunan secara optimal
dari seluruh aset yang dimiliki. Agar seluruh aset dapat termanfaatkan secara
efektif dan efisien maka perlu dibentuk suatu organisasi (manajemen) yang
melakukan tindakan tertentu (kegiatan pemeliharaan dan perbaikan bangunan)
secara bersama-sama demi mencapai tujuan bersama. Tidak ada standart baku
organisasi pemeliharaan terbaik yang cocok diterapkan di semua kasus
(bangunan), maka dari itu organisasi yang dibentuk harus disesuaikan dengan
kondisi teknik, geografis dan orang-orang yang terlibat. Dalam menentukan
organisasi pemeliharaan, hal yang perlu dicamkan adalah kebutuhan mendasar
pembentukan organisasi adalah untuk memelihara bangunan dalam kondisi yang
tetap baik dengan biaya minimum dan produktifitas tinggi.
Ukuran dan struktur dari organisasi inti akan bergantung pada hal-hal
dibawah ini:
a. Volume kerja yang akan menentukan waktu yang dibutuhkan staff untuk
inspeksi, memperkirakan kebutuhan, persiapan gambar dan dokumen
teknik, serta fungsi kontrol.
b. Sifat kompleksitas kerja akan menentukan kualifikasi staf pengawas yang
diinginkan.
c. Lokasi dan penyebaran kerja akan berpengaruh pada waktu perjalanan dan
juga jumlah supervisor yang dibutuhkan untuk sebuah kontrol yang efektif.
d. Waktu kerja.
Evaluasi Strategi Pemeliharaan dan Perawatan Gelanggang Renang Universitas Pendidikan Indonesia
TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN BANGUNAN GEDUNG II - 25 POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
I
e. Skil dan keandalan pekerja yang mengoperasikan akan menentukan jumlah
informasi yang dibutuhkan dan frekuensi kunjungan untuk melihat
kemajuan dan menjaga kualitas kerja.
f. Kebijakan pemilik bangunan atau pengguna untuk bangunan dengan jenis
yang berbeda.
2.1.3.3 Pengkoordinasian
Untuk menjamin kegiatan pemeliharaan dan perawatan bangunan berjalan
dengan lancar tanpa adanya kesalah-pahaman dalam penafsiran tujuan kegiatan
ataupun hambatan-hambatan lainnya seperti misscomunication maka perlu adanya
suatu koordinasi yang baik antara semua pihak yang terlibat. Pimpinan organisasi
dapat mengembangkan pola usaha kelompok secara teratur diantara staf-staf
bawahannya dan menjamin kesatuan tindakan di dalam mencapai tujuan bersama.
Asas koordinasi adalah asas skala (hirarki) artinya koordinasi itu dilakukan
menurut jenjang-jenjang kekuasaan dan tanggung-jawab yang disesuaikan dengan
jenjang-jenjang yang berbeda-beda satu sama lainnya. Berikut adalah pendekatan-
pendekatan untuk mencapai koordinasi yang efektif:
1. Pendakatan Potensi Koordinasi
a. Sistem Informasi Vertikal
Adalah suatu sistem dimana informasi dapat dikirimkan ke atas dan ke
bawah jenjang organisasi.
b. Sistem Informasi Lateral
Sistem ini mengabaikan rantai komando. Hubungan lateral (hubungan
ke samping atau sejajar) ini memungkinkan adanya pertukaran
informasi yang dibutuhkan dapat dipertanggung-jawabkan.
c. Sistem Informasi Manajer Penghubung
Manager penghubung mempunyai wewenang formal atas semua unit
yang terlibat. Manager penghubung perlu dilaksanakan apabila
diperkirakan koordinasi secara efektif tidak dapat dilaksanakan.
Evaluasi Strategi Pemeliharaan dan Perawatan Gelanggang Renang Universitas Pendidikan Indonesia
TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN BANGUNAN GEDUNG II - 26 POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
I
2. Pendekatan Struktur
Pendekatan ini dilakukan apabila pihak manajemen merasakan adanya
iklim yang tidak sehat pada unit-unit karena adanya penumpukan kegiatan
pada satu unit. Pendekatan ini dikenal dengan organisasi matrik yang
mencirikan adanya satuan tugas yang mana satuan tugas ini dapat
dibubarkan apabila tujuan telah tercapai.
2.1.3.4 Pengarahan
Setiap unit bagian pekerjaan pemeliharaan dan perawatan bangunan
memerlukan suatu arahan yang jelas dan tegas dari pihak pimpinan baik
disampaikan secara langsung maupun tidak langsung mengenai tugas-tugas dan
perintah kerja yang diberikan. Pengarahan ini dapat dilakukan dalam program
pembekalan yang diberikan pada saat pekerja memulai bekerja di bagian
pemeliharaan dan perawatan bangunan yang mencangkup materi-materi di bawah
ini:
1. Kebijakan perusahaan ∕ lembaga∕ institusi dan manual prosedur.
2. Deskripsi pekerjaan
3. Peraturan kerja
4. Kontrak kerja
5. Panduan keselamatan
6. Program pemberian bonus da intensif
7. Panduan kesejahteraan pekerja
8. Struktur Organisasi
9. Tata letak bangunan
Evaluasi Strategi Pemeliharaan dan Perawatan Gelanggang Renang Universitas Pendidikan Indonesia
TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN BANGUNAN GEDUNG II - 27 POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
I
2.1.3.5 Pengawasan
Tahap yang sangat memegang peranan pada bagian akhir adalah
pengawasan secara menyeluruh atas keseluruhan aktifitas pemeliharaan dan
perawatan serta menyelesaikan setiap permasalahan atau kendala yang ada dan
untuk selanjutnya memberikan masukan (input) sebagai feedback atas kebijakan-
kebijakan yang ada dalam suatu organisasi pengelola bangunan untuk selanjutnya
bisa dilakukan penyempurnaan-penyempurnaan.
2.1.4 Strategi Pemeliharaan Bangunan
Dalam perkembangannya strategi pemeliharaan terus mengalami
perkembangan melalui banyak tahapan dan selama bertahun-tahun strategi
pemeliharaan berevolusi berdasarkan konsep manajemen peralatan menjadi
bentuk-bentuk strategi pemeliharaan sebagai berikut :
1. Breakdown Maintenance
2. Preventive Maintenance
3. Predictive Maintenance
4. Corrective Maintenance
5. Maintenance Prevention
6. Reliability Centered Maintenance
7. Productive Maintenance
8. Computerized Maintenance Management System
9. Total Productive Maintenance
Di bawah ini akan dijelaskan secara lebih mendalam mengenai pengertian
dan maksud dari masing-masing jenis strategi pemeliharaan dan perawatan yang
ada:
Evaluasi Strategi Pemeliharaan dan Perawatan Gelanggang Renang Universitas Pendidikan Indonesia
TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN BANGUNAN GEDUNG II - 28 POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
I
2.1.4.1 Breakdown Maintenance
Breakdown maintenance atau yang sering disebut dengan pemeliharaan
darurat adalah pemeliharaan yang dilakukan apabila bangunan beserta berbagai
fasilitas dan utilitas serta berbagi peralatan yang ada di dalamnya mengalami
kerusakan. Dengan kata lain tidak ada kegiatan pemeliharaan yang dilakukan
sampai fasilitas, utilitas dan peralatan tersebut rusak. Prioritas utama dalam
kegiatan pemeliharaan darurat adalah mengembalikan kondisi fasilitas, utilitas
dan peralatan kedalam keadaan normal secepat mungkin, karena dengan rusaknya
fasilitas, utilitas dan peralatan mengakibatkan berhentinya kegiatan operasional
pelayanan dari komponen-komponen bangunan tersebut.
Pemeliharaan darurat umumnya memerlukan biaya yang tinggi
dikarenakan banyaknya proses penggantian pada elemen-elemen dari komponen-
komponen bangunan tersebut. Dalam pemeliharaan darurat terdapat dua faktor
utama yang dapat memberikan konstribusi kuat yang menyebabkan tingginya
biaya perawatan, antara lain:
1. Belum adanya perencanaan pemeliharaan ataupun belum baiknya
perencanaan pemeliharaan.
2. Perbaikan yang kurang menyeluruh.
Pada faktor pertama disebutkan bahwa pada pemeliharaan darurat ini
terdapat keterbatasan yang menyangkut ketiadaan perencanaan pemeliharaan, hal
ini menjadikan penggunaan tenaga kerja (staff manajemen pemeliharaan dan
perbaikan bangunan) dan efektifitas sumber daya pemeliharaan yang minim
manfaat. Oleh karena itu menyebabkan biaya pemeliharaan berkisar antara tiga
hingga empat kali lebih besar dibandingkan dengan perbaikan yang sama apabila
dilakukan berdasarkan perencanaan yang matang sebelumnya. Pada faktor kedua
disebutkan bahwa pada pemeliharaan darurat ini terdapat keterbatasan yaitu
pemusatan perbaikan bukan pada akar penyebab terjadinya kegagalan fungsi dari
suatu komponen bangunan namun lebih kepada penggantian elemen yang rusak,
hal ini menjadi suatu permasalahan yang akan terus berulang ketika penyebabkan
Evaluasi Strategi Pemeliharaan dan Perawatan Gelanggang Renang Universitas Pendidikan Indonesia
TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN BANGUNAN GEDUNG II - 29 POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
I
kerusakan tidak diupayakan untuk diketahui lebih lanjut. Permasalahan yang
berulang kali terjadi akan membuat pembengkakan biaya pemeliharaan.
Walaupun sebenarnya strategi pemeliharaan seperti ini tidak disarankan,
tetapi strategi ini mungkin menjadi penting untuk elemen-elemen dari suatu
bangunan yang berharga tidak terlalu mahal. Hal ini juga berlaku untuk peralatan
yang tidak terlalu penting dalam menunjang operasi pelayanan dari suatu
bangunan. Strategi pemeliharaan ini dapat diterapkan dengan berbagai
pertimbangan berikut ini:
1. Komponen bangunan dan peralatan hanya bersifat optional (tambahan)
sehingga jika terjadi kerusakan tidak mengganggu operasional pelayanan
bangunan tersebut.
2. Biaya penggantian komponen dan perbaikannya murah.
3. Perbaikannya mudah dan cepat.
2.1.4.2 Preventive Maintenance
Konsep ini diperkenalkan dalam tahun 1951, yang menerapkan
pemeriksaan fisik atas kondisi bangunan untuk mencegah kerusakan dan
memperpanjang usia layanan dari komponen-komponen bangunan. Preventive
maintenance dilaksanakan berdasarkan perkiraan probabilitas bahwa suatu
komponen bangunan akan mengalami kerusakan atau penurunan kinerja pada
interval yang ditentukan. Preventive maintenance sering disebut sebagai
perawatan pencegahan dimana perawatan dilakukan sebelum sebuah komponen
atau sistem mengalami kerusakan dan bertujuan untuk mencegah terjadinya
kegagalan fungsi. Tujuan preventive maintenance adalah sebagai berikut:
a. Mencegah atau meminimalisasi akibat terjadinya kegagalan
b. Mendeteksi kegagalan
c. Menemukan kegagalan tersembunyi
d. Meningkatkan Reliability dan Availability komponen atau system
tersebut.
Evaluasi Strategi Pemeliharaan dan Perawatan Gelanggang Renang Universitas Pendidikan Indonesia
TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN BANGUNAN GEDUNG II - 30 POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
I
Strategi pemeliharaan ini termasuk kedalam kategori pemeliharaan yang
direncanakan sebelumnya, biasanya dilakukan mengikuti jadwal pemeliharaan
yang telah dibuat dan adakalanya dilakukan pemeliharaan terhadap komponen
bangunan berdasarkan kondisi komponen tersebut. Terdapat beberapa keuntungan
dari penerapan strategi pemeliharaan pencegahan ini, di antaranya:
1. Mengurangi downtime produksi (pada bangunan produksi) sehingga hanya
menghasilkan sedikit sekali peralatan yang mengalami breakdown.
2. Perlindungan yang lebih baik dengan harapan dapat memperpanjang umur
bangunan sehingga dapat menghilangkan biaya penggantian komponen
bangunan yang terlalu dini.
3. Mengurangi biaya overtime dan ekonomi yang digunakan oleh pekerja
pemeliharaan akibat perbaikan breakdown di luar jadwal.
4. Tepat waktu, menghindarkan rutinitas perbaikan skala besar (overhaul)
5. Mengurai biaya perbaikan akibat kerusakan yang berulang.
Menurut Dhillon B.S, (2006) dalam bukunya “maintainability,
maintenance, and reliability for engineers” ada 7 elemen dari pemeliharaan
pencegahan (preventive maintenance) yaitu:
1. Inspeksi: memeriksa secara berkala (periodic) bagian-bagian tertentu
untuk dapat dipakai dengan membandingkan fisiknya, mesin, listrik, dan
karakteristik lain untuk standar yang pasti,
2. Kalibrasi: mendeteksi dan menyesuaikan setiap perbedaan dalam akurasi
untuk material atau parameter perbandingan untuk standar yang pasti,
3. Pengujian: pengujian secara berkala (periodic) untuk dapat menentukan
pemakaian dan mendeteksi kerusakan mesin dan listrik,
4. Penyesuaian: membuat penyesuaian secara periodik untuk unsur variabel
tertentu untuk mencapai kinerja yang optimal,
5. Servicing: pelumasan secara periodik, pengisian, pembersihan, dan
seterusnya, bahan atau barang untuk mencegah terjadinya dari kegagalan
baru jadi,
Evaluasi Strategi Pemeliharaan dan Perawatan Gelanggang Renang Universitas Pendidikan Indonesia
TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN BANGUNAN GEDUNG II - 31 POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
I
6. Instalasi: mengganti secara berkala batas pemakaian barang atau siklus
waktu pemakaian atau memakai untuk mempertahankan tingkat toleransi
yang ditentukan,
7. Alignment: membuat perubahan salah satu barang yang ditentukan elemen
variabel untuk mencapai kinerja yang optimal.
2.1.4.3 Predictive Maintenance
Pemeliharaan prediktif sering juga disebut sebagai pemeliharaan
berdasarkan kondisi (Condition Based Maintenance - CBM). Dalam strategi ini,
tindakan perawatan diambil sebagai tanggapan terhadap kondisi komponen
bangunan tertentu atau ketika komponen bangunan atau peralatan mengalami
penurunan kinerja. Bila satu atau lebih dari indikator ini mencapai ambang batas
yang telah ditentukan, inisiatif pemeliharaan dilakukan untuk mengembalikan
komponen bangunan atau peralatan kepada kondisi yang diinginkan.
Pemeliharaan prediktif didasarkan pada prinsip yang sama dengan pemeliharaan
preventif meskipun menggunakan kriteria yang berbeda untuk menentukan
kebutuhan pemeliharaan tertentu. Kelebihan lainnya adalah bahwa kebutuhan
untuk melakukan pemeliharaan hanya terjadi ketika kebutuhan itu nyata, dan
bukannya setelah berlalunya jangka waktu tertentu.
2.1.4.4 Corrective Maintenance
Diperkenalkan pada tahun 1957, di mana konsep untuk menghindari
kegagalan fungsi dari komponen bangunan serta berbagai peralatan diperluas
menjadi peningkatan keandalan komponen bangunan dan peralatan sehingga
kegagalan fungsi dapat dihilangkan (peningkatan keandalan), dan komponen
bangunan∕peralatan dapat dengan mudah dipelihara (peningkatan kemampuan
pemeliharaan). Menurut Jay Heizer dan Barry Reder, 2001 pemeliharaan korektif
adalah: “Remedial maintenance that occurs when equipment fails and must be
Evaluasi Strategi Pemeliharaan dan Perawatan Gelanggang Renang Universitas Pendidikan Indonesia
TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN BANGUNAN GEDUNG II - 32 POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
I
repaired on an emergency or priority basis”. Pemeliharaan ulang yang terjadi
akibat peralatan yang rusak dan harus segera diperbaiki karena keadaan darurat
atau karena merupakan sebuah prioritas utama. Menurut Dhillon B.S, (2006)
Biasanya, pemeliharaan korektif (Corrective Maintenance) adalah pemeliharaan
yang tidak direncanakan, tindakan yang memerlukan perhatian lebih yang harus
ditambahkan, terintegrasi, atau menggantikan pekerjaan telah dijadwalkan
sebelumnya
Perbedaan utama antara pemeliharaan korektif dan preventif adalah bahwa
masalah harus ada sebelum tindakan korektif diambil . Tujuan dari perawatan
korektif adalah meningkatkan kehandalan komponen bangunan∕peralatan,
kemampuan pemeliharaan, keamanan, kelemahan desain (bahan, bentuk);
komponen bangunan∕peralatan yang mengalami reformasi struktural, mengurangi
kerusakan dan kegagalan, dan bertujuan dicapainya kondisi alat yang bebas
pemeliharaan.
2.1.4.5 Maintenance Prevention
Diperkenalkan pada tahun 1960-an, maintenance prevention adalah
kegiatan dimana komponen bangunan dan peralatan dirancang sedemikian rupa
sehingga menjadikannya bebas perawatan dan dicapainya kondisi ideal akhir dari
"bagaimana semestinya suatu peralatan dan jalur produksi" (Steinbacher dan
Steinbacher, 1993). Dalam perkembangan peralatan baru, inisiatif maintenance
prevention harus dimulai dari tahap desain dan secara strategis harus bertujuan
untuk memastikan komponen bangunan dan peralatan yang handal, mudah untuk
dirawat dan digunakan (user friendly), sehingga operator dapat dengan mudah
melakukan “retooling”, penyetelan (adjustment), dan menjalankannya (Shirose,
1992).
Evaluasi Strategi Pemeliharaan dan Perawatan Gelanggang Renang Universitas Pendidikan Indonesia
TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN BANGUNAN GEDUNG II - 33 POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
I
2.1.4.6 Reliability Centered Maintenance
Reliability adalah peluang suatu komponen, sub-sistem atau sistem
melakukan fungsinya dengan baik seperti yang dipersyaratkan dalam kurun waktu
tertentu dan dalam kondisi operasi tertentu pula. Reliability mengandung
komponen-komponen yang tidak terpisahkan diantaranya:
1. peluang dan ketidakpastian
2. melakukan fungsi dengan baik
3. pada waktu tertentu
4. kehandalan setiap komponen
Reliability centered maintenance dapat didefinisikan sebagai proses,
struktur logis untuk mengembangkan atau mengoptimalkan kebutuhan
pemeliharaan dari suatu sumber daya fisik dalam konteks operasi untuk
mewujudkan “keandalan yang melekat”, dimana tingkat kehandalan ini dapat
dicapai melalui program pemeliharaan yang efektif. Dalam pendapat yang lain
reliability centered maintenance didefinisikan sebagai suatu proses yang
dilakukan untuk menentukan apa saja yang harus dilakukan agar dapat mencegah
terjadinya kegagalan dan untuk memastikan bahwa komponen bangunan atau
peralatan dapat bekerja optimal saat dibutuhkan (handal). Reliability centered
maintenance merupakan suatu proses yang digunakan untuk menentukan
kebutuhan pemeliharaan dari aset fisik apapun (komponen bangunan dan
peralatan) dalam konteks operasional dengan mengidentifikasi fungsi aset,
penyebab kegagalan dan dampak dari kegagalan.
Tujuan dari reliability centered maintenance adalah:
1. Untuk mengembangkan komponen yang dipelihara menjadi bersifat
mampu dipelihara dengan baik (maintainability).
2. Untuk memperoleh informasi yang penting untuk melakukan improvement
pada desain awal dari tiap-tiap komponen yang dipelihara yang dirasakan
kurang baik.
3. Untuk mengembangkan sistem pemeliharaan yang dapat mengembalikan
kepada kehandalan dan keamanan seperti awal mula komponen bangunan
Evaluasi Strategi Pemeliharaan dan Perawatan Gelanggang Renang Universitas Pendidikan Indonesia
TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN BANGUNAN GEDUNG II - 34 POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
I
atau peralatan dari deteriorasi yang terjadi setelah sekian lama
dioperasikan.
4. Untuk mewujudkan semua tujuan di atas dengan biaya yang minimum.
Langkah-langkah penerapan reliability centered maintenance:
1. Identifikasi komponen bangunan dan peralatan yang penting untuk
dipelihara, biasanya digunakan metode failure, mode, effect, critacality
analysis (FMECA) dan fault tree analysis (FTA)
2. Menentukan penyebab terjadinya kegagalan dengan tujuan untuk
memperoleh probabilitas dan menetukan komponen krisis yang rawan
terhadap kegagalan. Untuk melakukan kegiatan ini maka diperlukan data
sejarah komponen bangunan dan peralatan yang lengkap.
3. Mengembangkan kegiatan analisis fault tree analysis (FTA) seperti
menentukan prioritas komponen bangunan atau peralatan yang perlu
dipelihara.
4. Mengklasifikasikan kebutuhan tingkatan kegiatan pemeliharaan.
5. Mengimplementasikan keputusan berdasarkan reliability centered
maintenance.
6. Melakukan evaluasi ketika sebuah komponen bangunan atau peralatan
dioperasikan maka data secara real-life mulai dicacat, tindakan dari
reliability centered maintenance perlu dievaluasi setiap saat agar terjadi
proses penyempurnaan.
Reliability centered maintenance dapat dikatakan proses pemeliharaan
yang efektif karena merupakan sebuah evolusi dari proses pemeliharaan yang
telah dipelajari bertahun-tahun. Reliability centered maintenance mengandung
komponen-komponen gabungan penunjang yang dilakukan agar operasional
komponen bangunan dan peralatan dapat terus berjalan dan tujuan dari
pemeliharaan itu sendiri tercapai secara optimal. Komponen-komponen penunjang
realibility centered maintenance ini antara lain adalah reactive maintenance dan
Evaluasi Strategi Pemeliharaan dan Perawatan Gelanggang Renang Universitas Pendidikan Indonesia
TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN BANGUNAN GEDUNG II - 35 POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
I
preventive maintenance. Reactive maintenance disebut juga dengan run failure
atau breakdown maintenance dimana komponen bangunan atau peralatan hanya
diperbaiki jika mengalami kerusakan, Sedangkan preventive maintenance
dilakukan tanpa mempertimbangkan kondisi komponen, dan dilakukan
berdasarkan rentan waktu tertentu (time based maintenance) yang telah ditentukan
sebelumnya. Kegiatan preventive maintenance terdiri dari pemeriksaan,
penggantian komponen, kalibrasi, pelumasan dan pembersihan. Maintenance jenis
ini dapat dikatakan kurang efisien dan efektif dari segi biaya (bila dibandingkan
dengan reactive maintenance) karena metode pemeliharaannya berdasarkan pola
suatu perencanaan namun dalam kehandalan lebih dapat mengurangi frekuensi
kegagalan dari objek yang dipelihara.
2.1.4.7 Productive Maintenance
Diartikan sebagai pemeliharaan yang paling ekonomis yang meningkatkan
produktivitas peralatan. Tujuan pemeliharaan produktif adalah untuk
meningkatkan produktivitas dari suatu peralatan dengan mengurangi biaya
keseluruhan peralatan sepanjang usia pakainya dari tahapan desain, pabrikasi,
operasi dan pemeliharaan, dan menekan kerugian yang disebabkan oleh
menurunnya kehandalan dan kinerja peralatan. Karakteristik utama dari filosofi
pemeliharaan ini adalah kehandalan peralatan dan fokus kemampuan-perawatan,
disamping kesadaran atas biaya-biaya kegiatan pemeliharaan. Strategi yang
melibatkan semua kegiatan untuk meningkatkan produktivitas peralatan dengan
melakukan preventive maintenance, corrective maintenance dan maintenance
prevention sepanjang siklus hidup peralatan ini disebut Pemeliharaan Produktif
(Wakaru dan Bhadury, 1988).
Evaluasi Strategi Pemeliharaan dan Perawatan Gelanggang Renang Universitas Pendidikan Indonesia
TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN BANGUNAN GEDUNG II - 36 POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
I
2.1.4.8 Computerized Maintenance Management System
Komputerisasi sistem manajemen pemeliharaan membantu dalam
mengelola berbagai informasi mengenai tenaga kerja pemeliharaan, persediaan
suku cadang, jadwal perawatan & perbaikan peralatan, dan riwayat perbaikan
kompenen bangunan. Sistem ini dapat digunakan untuk merencanakan dan
menjadwalkan perintah-perintah kerja pemeliharaan, mempercepat pengiriman
panggilan gangguan, dan untuk mengelola beban kerja perawatan secara
keseluruhan. Computerized maintenence management system juga dapat
digunakan untuk mengotomatisasi fungsi preventive maintenance, dan untuk
membantu mengendalikan persediaan pemeliharaan dan pembelian bahan.
Computerized maintenence management system berpotensi memperkuat
kemampuan pelaporan dan analisa (Hannan dan Keyport, 1991; Singer, 1999).
Kemampuan Computerized maintenence management system untuk mengelola
informasi pemeliharaan berkontribusi meningkatkan komunikasi dan kemampuan
pengambilan keputusan dalam fungsi pemeliharaan (Higgins dan kawan-kawan,
1995). Aksesibilitas informasi dan hubungan komunikasi pada Computerized
maintenence management system meningkatkan komunikasi yang lebih baik
mengenai kebutuhan perbaikan dan prioritas kerja, koordinasi ditingkatkan
melalui hubungan kerja yang lebih erat antara pemeliharaan dan produksi, dan
peningkatan responsivitas pemeliharaan (Dunn dan Johnson, 1991).
2.1.4.9 Total Productive Maintenance
Total productive maintenance adalah filosofi pemeliharaan yang berasal
dari Jepang yang dikembangkan berdasarkan konsep-konsep dan metodologi
pemeliharaan produktif. Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh Nippon
Denso Co Ltd dari Jepang, sebuah perusahaan pemasok Toyota Motor Company
pada tahun 1971. Total productive maintenance adalah sebuah pendekatan
inovatif yang mengoptimalkan keefektifan peralatan, meniadakan gangguan dan
mempromosikan pemeliharaan otonom oleh para operator dalam kegiatan sehari-
Evaluasi Strategi Pemeliharaan dan Perawatan Gelanggang Renang Universitas Pendidikan Indonesia
TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN BANGUNAN GEDUNG II - 37 POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
I
hari yang melibatkan keseluruhan pekerja (Bhadury, 2000). Pendekatan strategis
untuk meningkatkan kinerja kegiatan pemeliharaan adalah dengan cara
mengadaptasi dan mengimplementasikan inisiatif-inisiatif total productive
maintenance strategis dalam organisasi manufaktur. Total productive maintenance
lebih mengfokuskan kegiatan pemeliharaan dan menjadikannya sebagai bagian
penting dari bisnis. Inisiatif total productive maintenance diarahkan kepada
peningkatan daya saing perusahaan yang dijabarkan dengan pendekatan
terstruktur yang kuat untuk mengubah pola pikir manajemen pemelihara sehingga
membuat perubahan terlihat nyata dalam budaya kerja manajemen. Total
productive maintenance berusaha untuk melibatkan semua tingkat dan fungsi
dalam organisasi untuk memaksimalkan keefektifan peralatan produksi. Lebih
lanjut lagi metode ini juga memperbaiki proses dan peralatan yang ada dengan
mengurangi tingkat kesalahan dan kecelakaan. Total productive maintenance
adalah inisiatif manufaktur kelas dunia (World Class Manufacturing - WCM)
yang bertujuan untuk mengoptimalkan keefektivitasan peralatan pabrik (Shirose,
1995). Dimana manajemen pemeliharaan secara tradisional adalah pusat dari
pengelolaan program pemeliharaan preventif, disisi lain total productive
maintenance merangkul pekerja dari semua departemen dan tingkatan, dari
pekerja teknis di lapangan hingga eksekutif senior, dalam upaya memastikan
pengoperasian peralatan yang efektif.
2.2 Dasar Normatif
2.2.1 Kaidah dan Peraturan Terkait Kolam Renang dan Segala Fasilitasnya
Kaidah dan peraturan yang berkaitan dengan kolam renang dan segala
fasilitasnya ini diambil dari dewan kesehatan negara bagian Arkansas, Amerika
Serikat (Arkansas State Board of Health - Rules and Regulations Pertaining to
Swimming Pools and Other Related Facilities). Berikut adalah bagian XXII dari
keseluruhan kaidah dan peraturan yang berkaitan dengan kolam renang dan segala
Evaluasi Strategi Pemeliharaan dan Perawatan Gelanggang Renang Universitas Pendidikan Indonesia
TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN BANGUNAN GEDUNG II - 38 POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
I
fasilitasnya yang membahas mengenai kaidah dan peraturan mengenai operasional
dan pemeliharaan kolam renang:
1. Kebersihan Kolam Renang
Buih sampah yang mengapung, dahak, ludah, reruntuhan tidak
diijinkan berkumpul di dalam kolam. Level air harus dipeliharaan dan
dioperasionalkan dengan baik agar dapat menghilangkan material-material
sampah seperti di atas secara berkala. Bagian dasar dan bagian sisi kolam
harus dibersihkan sesering yang kebutuhan untuk memelihara kondisi
kebersihannya. Bagian sisi dan bagian dasar kolam renang, gelagak dan
permukaan lainnya harus dijaga agar terbebas dari lumut, lumpur, dan
ganggang. Prosedur untuk disinfektan dan manajemen penanganan
kecelakaan terdapat dalam lampiran D.
2. Pembersihan dan Pemeliharaan Kolam Renang dan Fasilitasnya
Semua bagian dari kolam renang dan segala hal yang berkenaan
dengan fasilitas kolam renang dan peralatan harus dipelihara dengan
tindakan perbaikan yang baik. Lantai harus dijaga agar tetap bebas dari
keretakan dan kerusakan lainnya. Dinding, langit-langit, partisi, pintu,
loker dan permukaan-permukaan serupa serta berbagai peralatan harus
dipelitur kembali sesering yang dibutuhkan untuk menjaga tetap dalam
kondisi yang baik. Segala sesuatu yang mencakup permukaan kolam
renang tidak terkecuali keramik, plaster dan cat harus diperlihara dengan
disertai tindakan perbaikan yang baik.
3. Dokumen Pengoperasionalan
Dokumen pengoperasionalan harus tetap sesuai dengan formulir
yang disediakan oleh departemen kesehatan. Pendokumentasian harus
merupakan niat baik dari pemilik atau manajer untuk peninjauan oleh
departemen. Dokumentasi yang bersifat wajib mencakup berbagai hal
tidak terbatas pada: Dokumentasi Pengoperasional Kolam Renang dan
Evaluasi Strategi Pemeliharaan dan Perawatan Gelanggang Renang Universitas Pendidikan Indonesia
TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN BANGUNAN GEDUNG II - 39 POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
I
Pendokumentasian Kecelakaan atau Tenggelam dalam kolam renang.
Dokumentasi yang direkomendasikan mencangkup: Dokumentasi
Peristiwa Kontaminasi Kolam Renang, Latihan Dasar Pekerja MSDS.
(lihat lampiran untuk penyalinan formulir).
4. Pemeriksaan
Pada setiap waktu yang memungkinkan, perwakilan dari
Departemen mempunyai akses dan kuasa untuk memasuki setiap kolam
renang umum atau berbagai fasilitas yang berkaitan dengan kolam renang
dan melakukan pemeriksaan untuk memutuskan apakah berbagai
ketentuan yang terdapat dalam kaidah dan peraturan departemen telah
ditaati. Hasil pemeriksaan akan didokumentasikan dalam berbagai
formulir pelengkapan departemen yang mana meringkas semua keperluan
dari kaidah dan peraturan ini. Kelengkapan laporan pemeriksaan harus
menetapkan kapan waktu-waktu yang memungkinkan untuk memperbaiki
segala pelanggaran yang ditemukan.
Semua pelanggaran pada item-item yang kritis harus telah
dilakukan tindakan perbaikan dalam jangka waktu 10 hari setelah
pemeriksaan. Tindak lanjut dari kegitan pemeriksaan adalah
menyelenggarakan pemenuhan asuransi. Semua item lainnya harus
diperbaiki sesegera mungkin, tetapi di dalam beberapa kejadian
berdasarkan waktu dari pemeriksaan rutin selanjutnya kecuali jika
pelanggaran melibatkan kontruksi kolam sebagimana terdapat dalam
bagian XXIV, Kolam Renang Existing.
5. Penutupan Kolam Renang
Beberapa kolam renang umum ditutup oleh pemiliknya sewaktu-
waktu berikut adalah hal-hal yang menyebabkan itu terjadi:
1) Kolam renang dioperasikan tanpa seijin Departemen.
Evaluasi Strategi Pemeliharaan dan Perawatan Gelanggang Renang Universitas Pendidikan Indonesia
TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN BANGUNAN GEDUNG II - 40 POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
I
2) Tercatat beberapa item yang mengalami kondisi krisis dalam
laporan pemeriksaan.
3) Terdapat perlengkapan keamanan yang sangat diperlukan tetapi
tidak ada atau terjadi pelanggaran terdapat perlengkapan keamanan
tersebut seperti dijelaskan dalam bagian XX
4) Parameter wajib dalam pengoperasian bahan kimia tidak terpenuhi
seperti diindikasikan dalam lampiran B
5) Rentan akan bahaya kesehatan seperti yang ditentukan oleh
Departemen
6) Dicurugai terjangkit water-borne seperti yang dilaporkan pada
Departemen
7) Ketika batas waktu yang ditentukan untuk tidak perbaikan, atau
penggantian komponen yang cacat, hilang atau atau perlengkapan
yang tidak disetujui telah melampaui batas.
Dalam kasus penutupan kolam renang secara sukarela, satunatau
lebih pertanda harus diinformasikan secara jelas dengan pernyataan
“Kolam Renang Di Tutup” atau “Tidak Ada Kegiatan Berenang” atau
bahasa yang menyerupai. Ketika pemilik kolam renang tidak berkenan
menutup fasilitasnya, pihak Departemen akan menutup fasilitas dan
menginformasikannya dengan tanda “Tutup”. Ketika penutupan dilakukan
oleh pihak Departemen, fasilitas tidak akan dibuka kembali sampai
berbagai pelanggaran yang ditemukan saat pemeriksaan yang dilakukan
pihak wakil Departement telah dipenuhi tindak perbaikannya.
6. Penutupan dan Penundaan Pembukaan Fasilitas
Kolam renang atau berbagai fasilitas yang berkenaan dengannya
yang tidak memiliki ijin beroperasi untuk jangka waktu dua minggu atau
lebih harus ditutup menggunakan cover yang benar, drainase mengalir dan
pemeliharaan oleh pihak memilik kolam renang dalam kondisi ini sebagai
upaya mencegah timbulnya bahaya bagi kesehatan atau keselamatan. Jika
Evaluasi Strategi Pemeliharaan dan Perawatan Gelanggang Renang Universitas Pendidikan Indonesia
TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN BANGUNAN GEDUNG II - 41 POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
I
saluran air mengalir, hal ini akan menjamin fasilitas tidak mengalami
kerusakan tekanan hidrostatik bawah tanah dan juga membatasi akses
masuk hewan ataupun manusia. Jika kolam renang umum ditutup secara
permanen, kolam renang harus ditimbun atau dipindahkan dan air serta
saluran penghubungnya harus dipindahkan. Catatan pemberitahuan harus
dibuat untuk diberikan kepada pihak Departemen.
2.2.2 Persyaratan Kuantitas dan Kualitas Air Kolam Renang
2.2.2.1 Persyaratan Kuantitas Air Kolam Renang
Sebuah kolam renang harus mempunyai kapasitas yang cukup untuk
menerima kunjungan maksimum yang datang pada hari-hari tertentu. Menurut
penyelidikan para ahli, maka kedatangan para pengunjung pada sebuah kolam
renang dapat diperhitungkan sebagai berikut:
a. Kedatangan rata-rata sehari adalah sebesar kedatangan minimal dibagi
dua.
b. Kedatangan maksimal sehari diperhitungkan dua atau tiga kali jumlah
kedatangan rata-rata sehari.
c. Kedatangan minimal sehari siperhitungkan satu per tiga dari jumlah
kedatangan rata-rata sehari.
Kapasitas kolam untuk dapat menampung sejumlah pemakai kolam dalam
batas-batas yang masih memenuhi syarat dapat diperhitungkan dengan cara :
a. Untuk kota pelajar 75% dari kedatangan rata-rata sehari.
b. Untuk kota biasa dari 50% kedatangan rata-rata sehari.
Hasil dari perhitungan tersebut jika dikalikan 50 akan mendapatkan hasil
yaitu kolam yang dibutuhkan. Dengan perhitungan tersebut diharapkan suatu
kolam renang dapat menerima semua pengunjung yang datang.
Evaluasi Strategi Pemeliharaan dan Perawatan Gelanggang Renang Universitas Pendidikan Indonesia
TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN BANGUNAN GEDUNG II - 42 POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
I
2.2.2.2 Persyaratan Kualitas Air Kolam Renang
Untuk menjaga agar kolam renang tidak menjadi tempat penularan
penyakit, maka kualitas airnya harus benar-benar dijaga dan diawasi agar
senantiasa memenuhi persyaratan dan standar yang telah diterapkan oleh Menteri
Kesehatan.
Adapun persyaratan air kolam renang yang harus dipenuhi adalah sebagai
berikut:
A. Syarat Fisik
Yang dimaksud dengan syarat fisik air adalah dipandang daris egi fisiknya.
Jadi air kolam renang harus memenuhi persyaratan seperti, jernih atau tidak
berwarna, tidak keruh, tidak berbau, tidak berasa dan suhu di bawah suhu udara
biasa.
B. Syarat Kimia
Syarat kimia air pada kolam renang yang harus diperhatikan secara terus
menerus adalah:
1. Oksigen terabsorbsi
Batas maksimum yang diperoleh di dalam air kolam renang adalah
0,1 mg ∕l.
2. Sisa Khlor
Pada suatu kolam renang pembubuhan zat khlor harus benar-benar
diperhatikan secara seksama dan terus-menerus. Khlor merupakan
senyawa kimia yang bersifat bakteriosid dan digunakan sebagai bahan
desinfektan dan digunakan sebagai bahan desinfektan air kolam renang.
Batas maksimum diperoleh adalah 0,2 - 0,5 mg∕l, ini yang lazim tidak
boleh melebihi batas yang telah ditentukan, karena bisa menyebabkan
iritasi mata perenang.
Evaluasi Strategi Pemeliharaan dan Perawatan Gelanggang Renang Universitas Pendidikan Indonesia
TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN BANGUNAN GEDUNG II - 43 POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
I
3. Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg)
Zat ini bersifat sadah dalam air, batas kesadahan adalah antara 5-10 Dº
(derjat jerman).
4. Tembaga (Cu)
Zat ini bersifat kadar Cu yang diperbolehkan untuk air kolam renang
adalah 1,5 mg∕l dan digunakan untuk menghambat perkembangbiakan atau
pertumbuhan alga atau lumut.
5. Aluminium (Al)
Batas maksimum yang diperbolehkan adalah 0,1 mg∕l. Unsur ini biasanya
terkandung pada senyawa-senyawa bahan koagulan dalam proses
pengolahan air kolam, misalnya tawas (𝐴𝑙 (𝑆𝑂4)3).
6. pH
Batas pH air kolam renang yang diperbolehkan yaitu antara 6,5 - 8,5. Jika
pH tidak sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan dapat
menghambat proses pengumpulan dan menyebabkan iritasi pada mata
perenang.
C. Syarat Bakteriologi
Syarat bakteriologi kolam renang adalah syarat kualitas air ditinjau dari
segi ada tidaknya atau banyak sedikitnya jumlah kehidupan mikroba air.
Penentuan jumlah kuman hanya ditunjukan pada kuman yang dapat
tumbuh di laboratorium dan bukan menghitung semua kuman yang
terdapat di dalam kolam renang. Penerapan jumlah kuman digunakan
sebagai indikator pengawasan kualitas air pada sistem pengolahannya.
Jumlah maksimum bakteri yang diperbolehkan adalah 200 per 1 ml contoh
air. Sedangkan perkiraan jumlah kuman golongan coli merupakan
indikator bahwa air kolam tersebut sudah tercemar. Batas maksimum
kuman coli dalam kolam renang yang diperbolehkan adalah 0,0∕100 ml
contoh air.
Evaluasi Strategi Pemeliharaan dan Perawatan Gelanggang Renang Universitas Pendidikan Indonesia
TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN BANGUNAN GEDUNG II - 44 POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
I
2.2.3 Manajemen dan Persyaratan Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan
Gedung
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 24 ∕ PRT ∕ M ∕
2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung dijelaskan
mengenai persyaratan manajemen pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung
dalam point-point sebagai berikut:
2.2.3.1 Batasan Organisasi Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung
Organisasi pengoperasian dan pemeliharaan bangunan gedung dipengaruhi
oleh tingkat kompleksitas bangunan yang meliputi luas dan dimensi bangunan,
sistem bangunan yang digunakan, teknologi yang diterapkan, serta aspek teknis
dan non teknis lainnya, seperti:
1. Ukuran fisik bangunan gedung.
2. Jumlah bangunan.
3. Jarak antar bangunan.
4. Moda transportasi yang digunakan oleh pekerja dan penyelia.
5. Kinerja produksi atau opersional dari tiap lokasi.
6. Jenis peralatan dan perlengkapan.
7. Jenis dan fungsi bangunan gedung.
Organisasi ini yang bertanggung jawab atas kelancaran operasional
bangunan, pelaksanaan pengoperasian dan perawatan sesuai dengan prosedur
yang sudah ditetapkan secara efisien dan efektif. Untuk itu, dibutuhkan organisasi
dengan ketentuan:
1. Seluruh personil mempunyai tugas, tanggung jawab, dan wewenang yang
jelas dan terukur.
2. Seluruh personil merupakan tenaga trampil dan handal, sudah terlatih dan
siap pakai.
3. Manajemen menerapkan pemberian imbalan dan sanksi yang adil.
Evaluasi Strategi Pemeliharaan dan Perawatan Gelanggang Renang Universitas Pendidikan Indonesia
TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN BANGUNAN GEDUNG II - 45 POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
I
2.2.3.2 Nisbah Sumber Daya Manusia
1. Satu orang pengawas/pelaksana untuk setiap 15 orang pekerja.
2. Satu orang penyelia (supervisor) untuk setiap lima orang
pengawas/pelaksana.
3. Satu orang manajer pemeliharaan/perawatan untuk setiap tiga sampai lima
orang penyelia.
4. Satu orang maintenance engineer untuk setiap 30 sampai 70 orang pekerja.
5. Satu orang tenaga administrasi untuk setiap 100 orang pekerja.
2.2.3.3 Program Pembekalan, Pelatihan dan Pemagangan
1. Program pembekalan diberikan pada saat pekerja memulai bekerja di
bagian pemeliharaan dan perawatan, yang mencakup materi:
a. Kebijakan perusahaan/lembaga/institusi dan manual prosedur.
b. Deskripsi pekerjaan.
b. Peraturan kerja.
c. Kontrak kerja.
d. Panduan keselamatan.
e. Program pemberian bonus dan insentif.
f. Panduan kesejahteraan pekerja.
g. Struktur organisasi.
h. Tata letak bangunan gedung.
2. Program pelatihan di dalam (untuk meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan) dan atau di luar tempat kerja (untuk menambah pengetahuan
dan ketrampilan) dilakukan secara berkala, mencakup materi:
a. Untuk bidang keahlian.
b. Untuk bidang ketrampilan.
Evaluasi Strategi Pemeliharaan dan Perawatan Gelanggang Renang Universitas Pendidikan Indonesia
TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN BANGUNAN GEDUNG II - 46 POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
I
3. Program pemagangan merupakan gabungan antara pelatihan di dalam
institusi (in-house training) dan pelatihan di tempat kerja (on-the-job
training), dengan jumlah jam latih minimum 100 jam per mata
pelajaran/latihan, dengan total lama pemagangan 8.000 jam kerja, serta
persyaratan peserta, sebagi berikut:
a. Usia peserta sesuai ketentuan perundangan.
b. Menandatangani perjanjian pemagangan.
c. Lama program minimum satu tahun.
d. Instruksi diberikan juga di dalam kelas.
e. Setelah selesai program pemagangan, atas rekomendasi instruktur dan
manajemen, peserta diberikan sertifikat.
2.2.4 Persyaratan Penyedia Jasa dan Tenaga Ahli ∕ Terampil Pemeliharaan
dan Perawatan Bangunan Gedung
2.2.4.1 Persyaratan Penyedia Jasa
Penyedia jasa bidang pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung
adalah badan usaha yang dapat melakukan pekerjaan dan mempunyai kompetensi
bidang pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung sesuai ketentuan peraturan
perundangan-undangan.
2.2.4.2 Persyaratan Tenaga Ahli ∕Terampil
Tenaga ahli/terampil bidang pemeliharaan dan perawatan bangunan
gedung adalah orang perorangan yang memliki kompetensi keahlian/kompetensi
keterampilan bidang pemeliharan dan perawatan bangunan gedung sesuai
ketentuan peraturan perundangan-undangan.