Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
LANDASAN TEORITIS
2.1. Riwayat Hidup Georg Simmel
Georg Simmel lahir pada tanggal 01 maret 1858, di sudut Leipzigerstrasse
dan Friedrichstrasse, pusat kota Berlin. 1 Tempat kelahirannya secara simbolis cocok
dengan kehidupan seorang yang berada dalam titik pertemuan (intersections) berbagai
gerakan yang secara intensif sangat dipengaruhi oleh ―persilangan arus-arus‖ (cross-
currents) lau-lintas intelektual dan keserbaragaman aral moral (multiplicity of moral
directions).
Simmel merupakan ―sosok urban modern‖ (a modern urban man) yang tidak
berakar dalam budaya masyarakat tradisional. Seperti layaknya yang terlukis dalam
salah satu esainya, ―Orang Asing‖ (The Stranger), Simmel berada dalam jarak yang
―dekat‖ dan sekaligus ―jauh‖ pada waktu yang bersamaan, ―seorang pengembara
penuh daya kekuatan‖ (a potential wanderer). Kendati tidak ―berjalan‖ terus-
menerus, ia selalu tidak dapat mengatasi kebebasan untuk datang dan pergi. 2
Georg Simmel merupakan anak bungsu dari tujuh bersaudara. Ayahnya
merupakan pedagang Yahudi yang kaya, yang menganut agama Katolik Roma.
1 Kelahiran simmel ini kutip dari sebuah kutipan dari A.B Widyanta dalam buku Sosiologi
Budaya yang dia kutip juga dari oleh David Frisby dalam buku Bohringer & ZK. Grunder (editor) yang
berjudul Asthetik und Soziologie um die Jahrhundertwende : Georg Simmel. Satu-satunya anak
Simmel, Hans Simmel, mengatakan bahwa, ... pada tanggal 1 maret 1858, Georg Simmel, ayah saya,
terlahir di sebuah rumah di sisi barat laut dari persilangan Leipzigerstrasse dan Friedrichstrasse. Di sisi
barat pusat kota yang lama, dua jalan ini nantinya menjadi jalan yang mempunyai sifat khas dan
merupakan jalur perdagangan yang sangat penting... Lihat dalam David Frisby. Georg Simmel key
Sociologist (London: Tavistock.1984),.21. Lihat juga Lewis Coser, Master of Socilogical
Thought;ideas in hitorical and sosial contexs. (New York :Harcount brace Jovanovich. 1971).,194.
2 Ungkapan ini pernah diungkapkan oleh Hans Simmel, Ia mengatakan, ―Dia (Simmel)
merupakan urban modern, ... seorang yang terasing di tanah kelahiranya sendiri. Layaknya orang asing
dilukiskan dalam sala satu esainya yang sangat terkenal, ia berada dekat dan jauh sekaligus dalam
waktu yang sama, seorang pertualangan yang penuh daya kekuatan‖. uraian diatas lihat David Frisby
Georg Simmel key Sociologist., 21. dan Lewis Coser Master of Socilogical Thought.,194.
11
Sedangkan ibunya adalah orang yahudi tulen yang menganut agam Kristen Protestan
(Lutheran). Ia dibaptis dalam tradisi iman Kristen Protestan yang di kemudian hari
meninggalkan keanggotaan Gerejanya, namun masih saja ―meng-imani‖ tatkala
minatnya terhadap filsafat agama muncul.3
Saat Georg masih dalam usia sekolah, yang terhitung masih kecil, ayahnya
meninggal dunia. Hubungannya yang agak jauh dengan ibunya menyebabkan Georg
merasa tidak mempunyai lingkungan keluarga yang aman hingga menimbulkan
perasaan marjinalitas dan ketidakamanan di masa kanan-kanak dan remaja. Hal ini
semakin relevan tatkala ia mengatakan bahwa tak seorangpun dari penghuni rumah
ayahnya itu yang berbasis pada budaya intelektual.4
Setelah kematian ayah Georg, Julius Friedlander- seorang teman dari keluarga
Georg dan produser musik yang sangat sukses, banyak peranan dalam membesarkan
Georg dari masa kecil hingga mencapai gelar doktornya. Tidak heran bila Georg
mempersembahkan disertasinya untuk ―ayah angkatnya‖ tersebut.5 Warisan uang
ayah angkatnya memungkinkan Georg mempertahankan gaya hidup borjuis. Kendati
karir akademis tidak mendatangkan banyak uang bagi Georg 6
.
Di tahun 1876, sesudah lulus Gymnasium, Simmel masuk Universitas Berlin.
Pada awalnya, ia banyak mempelajari sejarah folk psychology, seni, dan filsafat.
Beberapa figur akademisi yang sangat penting dan berpengaruh pada waktu itu di
3 Beberapa esai Simmel tentang agama dan kristianitas pernah dikaji oleh Bradphetic E. Star
dengan judul : ―The Tragedy of The Kingdom, Simmel and Troeltsch on Prophetic Religions‖, dalam
Journal of Religious Ethics (JRE) 24. 1, Spring 1996.,141-167. Simmel juga menulis The Sociology of
Religions (1906), yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Curt Rosenthal pada tahun
1959 terbitan New York : Philosophical Library)
4 David Frisby. Georg Simmel key Sociologist.,22. Lihat juga Lewis Coser. Master of Socilogical
Thought.,194; Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi Klasik Modern, (Jakarta:Garamedia Pustaka Utama
1994),. 253. Renate Mayntz, dalam David L Shill, International Encyclopediaof The Social Science,
vol.14, (New York: Free Press & Macmilan, 1968)., 252.
5 David Frisby..., 23.
6 Doyle Paul Johnson. Teori Sosiologi Klasik Modern.,252.
12
antaranya sejarawan Theodor Mommsen, Treitschke, Sybel, dan Droysen; filsuf
Friendrict Harms Dan Eduard Zeller; sejarawan seni Hermann Grimm; antropolog
Moritz Lazarus—Wilhem Dilthey dan Wilhem Wundt ikut diajarnya--7 dan Steinthal
(seorang pendiri Voelkerpsychologie) dan psikolog Adolf Bastian. 8 Itu sebabnya
tulisan awal Simmel berada di wilayah studi filsafat dan psikologi.
Pada tahun 1880, disertasinya tentang musik berjudul Psychological and
Ethnografic Studies on Music ditolak. 9 Setahun berikutnya baru Simmel menerima
gelar doktor di Universitas Berlin. Disertasinya membahas tentang Discriptions and
Assesment of Kant’s Various Views on the Nature of Matter dengan judul The Nature
of Matter According to Kant’s Physical Monadology. Beberapa tahun berselang
disertasi itu mendapat penghargaan. 10
Sejak bulan Januari 1885, ia mulai mengajar di Universitas Berlin sebagai
Privatdozent (dosen yang tidak digaji, melainkan hanya tergantung pada iuran
mahasiswanya sebagai upah). Banyak orang mengakui Simmel mempunyai komitmen
kuat. Ia memutuskan tetap tinggal dan mengajar di Universitas Berlin. Komitmennya
yang kuat tidak terpengaruh oleh kebanyakan akademisi Jerman secara tipikal
berpindah dari Universitas yang satu ke universitas lain, baik selama studi maupun
ketika mereka mengajar.
Sebagai seorang pengajar yang cemerlang, peka dan sangat mendalam
pengetahuannya tentang pelbagai hal, kuliahnya berpengaruh sangat luas dan banyak
membangkitkan antusiasme audiens. Ia merupakan pengajar yang sangat terkenal.
Kuliahnya secara cepat menjadi peristiwa intelektual yang terkemuka dan dianggap
7 David FrisbyGeorg Simmel key Sociologist.,23.. Master of Socilogical Thought,
8 Lewis Coser. Master of Socilogical Thought.,194-195.
9 David Frisby. Georg Simmel key Sociologist., 23.
10 Lewis Coser. Master of Socilogical Thought.,194.
13
penting. Dalam kuliahnya, tidak hanya mahasiswa saja yang menghadirinya tetapi
juga kaum elit intelektual di Berlin.
Kali pertama, Simmel mengajar logika, sejarah filsafat hingga etika, psikologi
sosial, sosiologi, dan metafisika. Ia mengajar tentang Kant, Schopenhauer, Darwin,
Nietzsche, dan beberapa tokoh lainnya. Tetapi segera sesudahnya, ia mulai
menekankan beberapa aspek sosiologis dalam tema-tema kuliahnya dan selanjutnya
mencurahkan seluruh hal pada subyek pengetahuan yang baru ini yang pada waktu itu
belum ada orang lain yang mengajarkannya. Kendati begitu, sosiologi hanya berarti
kurang lebih separuh dari seluruh bagian yang ditawarkannya.
Di bulan Juli 1890, Simmel menikah dengan Gertrud Kinel,11
seorang filosuf.
Dari perkawinannya, ia mempunyai seorang anak laki-laki bernama Hans Simmel
yang kelak juga menjadi seorang intelektual dan penulis dalam bidang filsafat.12
Dengan menggunakan nama samaran Marie-Luise Enckendorf, Gertrud menerbitkan
berbagai topik seperti filsafat agama dan seksualitas. Gertrud juga menjadikan salon
dirumahnya sebagai ajang diskusi dan pertemuan rutin kelompok, sehingga
Sosiabilitas yang ditulis Simmel menemukan setting memadai.13
Salon itu juga
menjadi ruang diskusi yang hangat bagi para elit intelektual Berlin.
11 Pertemuan pertama antara Simmel dengan Gertrud Kinel terjadi di rumah teman dekatnya
Sabine Graef-yang kemudian bernama Sabine Lepsius-seorang ilmuwan yang memperkenalkan dan
membawa Simmel dalam diskusi ―lingkaran Stefan Georg‖ (the circle around the poet Stefan Georg).
David Frisby. Georg Simmel key Sociologist.,35.
12 Renate Mayntz dalam David L. Shill, International Encyclopediaof The Social Science,
vol.14.,252.
13 Di rumah Simmel terdapat salon, yalkni sebuah ruangan/tempat khusus untuk benda-benda
antik/seni, seperti furniture, lukisan, patung dan benda-benda antik lainnya, yang sering menjadi ruang
tamu atau tempat diskusi kelompoknya. Dalam konteks ini, tatkala Leopold van Weise me-review ―The
Sociology of Sociability‖, ia mengatakan bahwa sosiologi Simmel merupakan ―a sociology for the
literary salon‖. Lihat dalam David Frisby. Georg Simmel key Sociologist.,35 dan Lewis Coser Master
of Socilogical Thought., 196.
14
Meskipun Simmel sangat dikagumi orang karena pengetahuan yang luas,
kecermelangan kuliahnya, dan mutu tulisan-tulisannya namun pengakuan profesional
yang diberikan kepadanya sangat minim. Di Universitas Berlin, setelah jabatan
Privatdozent dijalaninya hingga kurang lebih lima belas tahun Pada tahun 1901
(dalam usia 53 tahun) ia menerima gelar ―Ausserordentlicher Professor‖ (Profesor
Luar Biasa). Titel ini melulu gelar kehormatan (titular professor) bahkan
menyebabkan dirinya semakin tersingkirkan dari urusan akademis.
Setelah seluruh upaya mencapai profesor penuh dirasakan gagal, hingga
mencapai usia yang ke-56, pada tahun 1914 Simmel meninggalkan Universitas Berlin.
Ia mendapat panggilan untuk menduduki kursi di Universitas Starssburg sebagai
profesor penuh. Malang tidak dapat ditolak untung tidak dapat diraih. Kehidupan
akademisnya berhenti karena pecah perang. Empat tahun ia bekerja di Universitas
Strassburg. Kanker hati merenggut nyawanya pada 28 September 1918, tak lama
sebelum Perang Dunia I berakhir14
.
Riwayat kehidupan Simel sebagai seorang filusof sampai mencapai gelar
Profesor penuh. Tidaklah muda bagi simmel apa lagi situasi lingkungan dimana ia
tinggal dan besar tidak disatu tempat melain banyak tempat. Perjumpan dengan orang
orang tidak dikenal seblumnya menjadi tantangan baginya dalam berintraksi soaial.
Situasi perang di Jerman juga menjadi tantangan baginya ditambah lagi Simmel
adalah orang Yahudi. Di dalam masa-masa sulit itu dia meliat bahwa ternyata
manusia itu tidak bisa hidup tanpa ada orang lain. Sehingga perjumpaan-perjumpaan
dengan orang banyak ditertuangkan dalam sejumlah teori sosial interaksi.
14 Tom Bottomore dan David Frisby, ―Introductions to the Translations‖ dalam Georg Simmel,
The Philosophy of money, (London : Routledge & Kegan Paul 1978).,3.
15
Riwayat kehidupan Georg Simmel dalam tulisan ini juga memiliki kesamaan
dengan masayarakat yang menjadi fokus dari penelitian dalam Tulisan ini. Dimana
jika suatu individup hidup sesorang tidak akan terlepas dari atau dipisahkan dari
kehidupan diluar .dirinya atau orang lain dapat dikatakan bahwa manusia tidak dapat
hidup tanpa manusia lain selain dirinya.
2.2. Pemikiran-Pemikiran Simmel Tentang Masyarakat
2.2.1 Konsep Masyarakat dan Individu.
Usaha simmel mengangkat sosiologi sebagai disiplin yang khusus dan
independen diletakkan dalam kerangka kristis atas isi kajian (renewal of subject)
dalam sosiologi, yakni konsepsi masyarakat dan individu. Munculnya berbagai
penolakan atas kemungkinan sosiologi sebagai sebuah ilmu khusus, menurut Simmel,
disebabkan oleh karakter problematis dua konsepsi itu. Keduanya jatuh dalam
ektremitas masing-masing dan berusaha melebih-lebihkan agrumennya dengan cara
meminimasi pihak lain.
Menurut Simmel, paham pertama menganggap bahwa hanya individu yang
nyata (realitas primer). Kehidupan merupakan sifat eksklusif individu, kualitas dan
pengalaman–pengalaman individu. Sedangkan masyarakat hanya dianggap sebagai
abstraksi. Meskipun sangat diperlukan untuk tujuan-tujuan praktis dan sangat berguna
untuk suatu penelitian yang mendasar tentang fenomena yang mengelilingi kita,
namun masyarakat bukan obyek yang nyata. Ia tidak ada diluar individu dan juga
bukan penjumlahan dari individu-individu maupun proses-proses di antara mereka.
Paham ini juga menganggap, setelah masing-masing individu diteliti secara alamiah
dan historis, tak satu subyek persoalan yang terlewatkan oleh suatu ilmu khusus.
16
Sedangkan paham kedua menganggap bahwa masyarakat jauh lebih besar dan
lebih penting untuk diangkat sebagai subyek persoalan dari suatu ilmu khusus.
Menurutnya, hanya masyarakat yang nyata, sedangkan individu hanya merupakan
bagian dari kehidupan masyarakat sehingga ia dibatasi oleh masyarakat. Perilaku dan
gerak-gerik tindakan individu yang saling menstimulir serta perubahan-perubahan
yang terjadi merupakan sesuatu yang tidak dapat diraba.15
Menanggapi dua perangkap ekstremitas itu, Simmel menyatakan, dua paham
itu sama-sama menyesatkan bagi sosiologi dalam menjalani proses pencarian jati diri.
Terkait pada upaya menghindari paham yang menyesatkan, Simmel mengingatkan:16
Ketika sosiologi mencakup banyak pendapat yang kacau balau mengenai isi dan
tujuan-tujuannya atau terkandung banyak kontradiksi dan kebingungan didalamnya,
maka orang menjadi ragu-ragu untuk menegaskan bahwa sosiologi merupakan sebuah
ilmu yang dapat dipercaya. Lagi-lagi orang akan meragukan apakah sosiologi dapat
mengelola permasalahan, secara ilmiah dapat dipertanggungjawabkan sepenuhnya.
Namun, kurangnya definisi-jelas dalam sosiologi ini, tidak akan menjadi sangat buruk
apabila kita mengejarnya dengan menempatkan sejumlah ―permasalahan spesifik‖,
yang tidak secara mendalam dibicarakan oleh ilmu-ilmu lain; dimana mereka juga
memuat fakta atau konsep masyarakat sebagai unsur-unsur umum dan titik
keterkaitannya. Masing-masing dari mereka bisa juga berbeda dalam isi, orientasi dan
metode pemecahan yang diperlakukannya dalam lapangan yang homogen dari
penelitian.
15 Robert Bierstedt, The making Society:An Outline of Sociology, (New York : Random Hause
1959)., 376.
16 Robert Bierstedt. The making Society:An Outline of Sociology.,377-378
17
Konteks itu, ungkapan Simmel diatas menjadi sangat jelas. Ia sangat berhasrat
membangun sosiologi menjadi ilmu spesifik, sehingga mampu menunjukkan jati diri
yang kokoh dan terpercaya. Sosiologi dituntut mengeksplorasi kekhasannya yang
terletak dalam kualifikasi permasalahan spesifik yang secara potensial dapat
digalinya. Mengingat kedua paham sama-sama kurang memahami, Simmel
memahaminya dengan mengatakan:
Berbagai sistem besar atau organisasi supraindividual yang biasa
menghampiri pikiran kita ketika bepikir tentang masyarakat sebenarnya tidak
ada secara nyata; tetapi interaksi di antara manusia yang terjadi secara
langsung dan kontans, di setiap waktu, telah memperoleh bentuk yang jelas
dalam medan yang permanen ini, sebagai suatu fenomena yang otonom.
Dalam bentuk yang jelas, mereka memperoleh eksistensi dari pelbagai dalil
dan hukuman sendiri, meskipun dengan sendirinya nampak berhadapan dan
berlawanan dengan interaksi-interaksi di dalamnya. Pada waktu yang sama,
masyarakat dengan kehidupan yang disadari tak ada hentinya ini, selalu
menandakan bahwa individu-individu dihubungkan oleh pengaruh dan
penentuan bersama...Karenanya, sesuatu yang dilakukan dan diperoleh
individu tersebut merupakan sesuatu yang fungsional17
.
Simmel lebih banyak melukiskan hubungan formal unsur-unsur yang
kompleks dalam konstelasi fungsional tersebut. Kata fungsional itu sendiri nantinya
menjadi kata kunci yang penting dalam sosiologi Simmel.18
Terkait dengan hal ini,
dalam tulisan lainnya yang dikutip oleh Frisby, Simmel menjelaskan realitas aktual
yang seharusnya dipahami sosiologi adalah aktivitas individu-individu yang
memunculkan masyarakat. Ia mengatakan:
Jika masyarakat hanyalah sebuah... kumpulan individu-individu yang
merupakan realitas-realitas aktual; dan kemudian individu-individu dengan
tingkah lakunya tersebut juga menentukan munculnya obyek riil dari ilmu dan
konsep masyarakat maka apa sesungguhnya ada hanyalah manusia-manusia
individual beserta keadaan-keadaan maupun aktivitas-aktivitas mereka.
Karenanya, gugus tugas (sosiologi-pen) hanya dapat dipahami dalam hal-hal
tersebut; sedangkan esensi masyarakat, yang muncul melalui suatu sintesis
17 Robert Bierstedt. The making Society:An Outline of Sociology.,376-384.
18 Renate Mayntz dalam David L Shill, International Encyclopedia of The Social Science.,255.
18
ideal semata-mata dan tidak pernah bisa dipegang, tidak membentuk obyek
refleksi yang bisa diarah oleh penyelidikan realitas19
.
Terbukti, pandangan Simmel sangat berbeda baik dengan konsepsi masyarakat
sebagai entitas yang otonom maupun konsepsi individualis yang berusaha mereduksi
realitas sosial dalam individu ke dalam atom-atom yang terisolasi semata.
Bagaimanapun juga, menurutnya, obyek studi sosiologi bukan konsepsi masyarakat
ataupun individu-individu yang telah tereduksi seperti itu.
Kembali diungkapan pendapat Frisby, dalam tataran ini, kita sesungguhnya
telah menemukan inti dari gagasan Simmel tentang landasan baru bagi sosiologi,
dengan memulai dari suatu prinsip dunia regulatif atau prinsip regulatif global. 20
Simmel menganggap segala sesuatu berinterasi dengan yang lainnya dalam berbagai
cara dan antara setiap hal yang ada di dunia dan kekuatan lainnya secara permanen
bergerak menurut hubungan-hubungan yang ada.
Dengan tetap berpegang pada argumen tentang kompleksitas realitas, Simmel
mengungkapkan bahwa kita tidak dapat memaksakan unsur tunggal dari interaksi
yang tak ada hentinya ini, dan hal itu merupakan unsur yang menentukan. Oleh
karena itu, kita harus menegaskan bahwa apa yang menyatukan unsur-unsur dalam
sejumlah bentuk obyektif adalah interaksi.
Bagi Simmel hanya terdapat satu faktor dasar yang memberikan obyektivitas
relatif dari penyatuan : interaksi (Wechselwirkung) dari bagian-bagian. Kita
19 David Frisby, Georg Simmel Key Sosiologist.,49.
20 Dengan menujuk pengertiann yang sama, A.B.Widyanta merujuk kapada David Frisby
mengunakan terjemahan a regulative world principle(suatu prinsip dunia yang regukatif), sedangkan
Lihbtblau lebih familiar dengan mengukapkan global regulative principle (Prinsip regulatif global).
Lihat Klaus Lichtblau, ―Causality or Interaction? Simmel, Weber and Interpretive Sociology‖, dalam
Theory Culture and Society, vol. 8, no. 3, August 1991, london: sage publication.,48. .
19
mencirikan suatu obyek yang tersatukan ke dalam tingkatan yang bagian-bagiannya
berdiri dalam hubungan dinamis resiprokal.21
Sosiologi Simmel tidak bertitik tolak pada konsep masyarakat, melainkan pada
konsep interaksi sosial dari sejumlah individu dan kelompok yang berfungsi sebagai
kesatuan. Konsep masyarakat hanyalah nama untuk menujuk pada jumlah interaksi-
interaksi. Ia bukanlah konsep yang utuh dan pasti, melainkan suatu konsep yang
terjadi secara gradual. masyarakat terbentuk menurut jumlah orang dan kohesi
interaksi-interaksi yang terjadi diantara mereka. Melalui mekanisme itu, konsep
masyarakat kehilangan wajah gaibnya dan mewujud dalam wajah yang dapat dilihat
seperti dikehendaki realisme individualistik.
Simmel tidak menfokuskan konsep masyarakat sebagai subtansi tetapi sebagai
unsur-unsurnya. Perhatiannya tertuju pada hubungan-hubungan social (social
relationships), atau biasa disebut interaksi sosial, dan sosiologinya ditetapkan dalam
prinsip regulatif dari interaksi dan kesaling terkaitan (inter-relatedness) seluruh
fenomena. 22
Dengan kata lain, resiprositas interaksi-interaksi adalah inti sosiologi
Simmel, yang terlepas dari pertimbangan sepihak, prioritas logis ataukah prioritas
masyarakat. 23
Georg Simmel menyebut manusia untuk pertama kalinya sebagai
Unterschiedswesen (Makhluk Pembeda). Istilah Jerman ini sebaiknya diterjemahkan
sebagai ‗makhluk perbedaan‘. Manusia adalah makhluk perbedaan karena dia tidak
mau dan tak dapat disamakan sepenuhnya dengan yang lain. Dia selalu ingin sedikit
berbeda dari yang lain. Simmel tidak ingin diisolasi dan dibedakan dari yang lain
21 David Frisby.Georg Simmel key Sociologost.,49-50.
22 David Frisby. Georg Simmel key Sociologost.,50.
23 David Frisby. Georg Simmel key Sociologost.,51.
20
Singkatnya, manusia adalah sama sekaligus berbeda dari sesamanya24
. Dalam
kesamaannya dia berbeda, sementara dalam perbedaannya dia sama dengan yang
lain. Seberapa individualkah seorang individu? Pertanyaan ini mendasar bukan
hanya penting secara antropologis, melainkan terlebih secara epistemologis. Simmel
membuktikan bahwa individualisme tidak konsekuen dan tak bisa konsekuen.
Betulkah individu merupakan realitas terakhir dalam masyarakat? Bahkan
seorang individu mengandung pluralitas di dalam dirinya, karena manusia adalah
―produk dari faktor- faktor yang beraneka ragam‖, seperti: sejarah, kebudayaan,
genetik dst 25
. Dalam Ûber sociale Differenzierung, Simmel memberikan sebuah
penjelasan yang dapat dikembalikan pada evolusionisme Charles Darwin dan Herbert
Spencer:
Bila kita menimbang perubahan-perubahan yang tak terukur yang
membentuk organisme-organisme sebelum mereka dapat berkembang dari
bentuk-bentuk yang paling primitif sampai ke umat manusia, mencermati
berbagai pengaruh dan kondisi hidup yang rumit yang menempatkan setiap
generasi pada kebetulan-kebetulan dan tegangan-tegangan, dan akhirnya
memperhitungkan kelenturan dan pola pewarisan organis…kesatuan manusia
secara metafisis dan absolut itu akan tampak sangat meragukan. Manusia
bukanlah suatu kesatuan, melainkan jumlah dan produk keanekaragaman
factor yang darinya orang secara kualitatif maupun fungsional hanya dapat
mengatakan secara tidak persis bahwa semua faktor itu mengarah pada
sebuah kesatuan26
.
Individu adalah totalitas dalam arti bahwa dia terdiri dari banyak elemen yang
dikonstruksi oleh pikiran pengamat menjadi suatu kesatuan. Di sini konsep
fenomenologi sosial dari Alfred Schutz, yaitu tipifikasi (Typifizierung), menjelaskan
24 Simmel, Aufsaetze 1881-1890. Ueber sociale Differenzierung 1890. Suhrkamp, Frankfurt
a.M., 1989).,137.
25 F. Budi Hardiman. ―GEORG SIMMEL DAN RELASIONISME Sebuah Tinjauan Filosofis
atas Hubungan Individu dan Masyarakat‖ Studia Philosophica et Theologica, Vol. 10 No. 1, 2010.,6.
26 Lih. Simmel, Georg, ―Philosophy of Fashion‖, dalam: Frisby, David et.al. (ed.), Simmel on
Culture, Sage Publications, London, 1997.,127 dst.
21
yang dimaksud oleh Simmel. Tipifikasi adalah konstruksi realitas yang dilakukan oleh
kesadaran kita. Dunia sosial (Sozialwelt) adalah hasil rekaan kesadaran yang kita
kenakan pada obyek- obyek sehingga obek-obyek itu berhubungan satu sama lain dan
membentuk suatu tatanan tertentu yang disebut dunia sosial, seperti: birokrasi, agama,
masyarakat, dst. jadi bukan hanya
―masyarakat‖, tetapi ―individu‖ juga adalah hasil konstruksi kesadaran atau
tipifikasi para aktor sosial. Oleh karena itu Jika individu merupakan hasil tipifikasi,
―individu‖ itu sendiri merupakan sebuah social value27
.
Tipifikasi tidak hanya menyingkapkan kolektivitas individu, melainkan juga
individualitas kolektif. ―Masyarakat‖ bukanlah suatu substansi yang berdiri di luar
individu-individu. Simmel memperkenalkan istilah ―Wechselwirkung‖ ke dalam
sosiologi, dan istilah itu kiranya dapat diterjemahkan sebagai ―efek timbal-balik‖.
Masyarakat adalah hasil efek timbal balik di antara individu-individu. Dalam efek
timbal balik inilah tipifikasi terjadi, dan tipifikasi inilah yang menghasilkan tipe-tipe
sebagai hasil kontruksi, seperti misalnya ―individu‖, ―orang asing‖, ―pelacur‖,
―lawan‖, ―bangsawan‖, ―Pemboros‖, dan ―orang miskin‖. Tersirat dalam berbagai
teks Simmel bahwa tipifikasi mengandaikan konsep ruang, yakni dialektika jarak dan
kedekatan. Dalam Ûber sociale Differenzierung, misalnya, dia menjelaskan sebuah
‗hukum‘ yang ia sebut “Reciprocitats- verhaltnis von Individualisierung und
Verallgemeinerung‖28
(hubungan timbal balik dari individualisasi dan kolektivisasi)‘
sebagai berikut:
Semakin terdiferensasi sebuah kolektivitas menurut komponen-
komponennya, semakin sedikit pulalah kesan individual yang ditunjukkan
oleh kolektivitas itu sebagai keseluruhan…(d)alam setiap manusia seakan-
27 Sandel, M., Liberalism and the Limits of Justice, Continuum, New York, 2001.,11.
28 F. Budi Hardiman. Studia Philosophica et Theologica, Vol. 10.,7.
22
akan ceteris pari- bus terdapat suatu proporsi tetap antara yang individual dan
yang sosial yang hanya berubah bentuk saja: semakin rapat sebuah kolektivitas
yang di dalamnya kita menjadi anggota-anggotanya, semakin sedikit pulalah
kita memiliki kebebasan individualitas; karenanya kolektivitas itu sendiri
menjadi sesuatu yang individual dan memisahkan diri dari yang lainnya
dengan batas yang tegas, justru karena kolektivitas ini kecil 29
.
Georg Simmel memikirkan hubungan antara individualisasi dan kolektivisasi
sebagai semacam ekuilibrium atau homeostasis: (A) Semakin para individu dalam
sebuah kolektif mengambil distansi satu ama lain dan mengenali yang lain lebih
sebagai individu daripada sebagai anggota kelompok, semakin kurang individuallah
kolektif itu. Artinya, kolektif itu longgar dan berciri kosmopolitan. (B) Akan tetapi
semakin para individu sampai pada taraf tertentu kehilangan distansi satu sama lain
(atau belum terdiferensiasi oleh proses modernisasi) dan mengenali yang lain lebih
sebagai anggota kelompok daripada sebagai individu, semakin individuallah kolektif
itu. Artinya, kolektif itu massif, rapat dan berciri etnosentris dan eksklusif.
2.3. Pokok Pemikiran Teori Sosiologi Georg Simmel
Tom Bottomore dan David Frisby menyatakan bahwa, Georg Simmel dalam
teorinya mempunyai 4 (empat) level perhatian, antara lain: Psikologis, interaksional,
struktural dan institusional, dan metafisika hakiki kehidupan. Perhatian terhadap
beragamnya level realitas sosial ini tercermin dalam definisi Simmel tentang 3 (tiga)
wilayah masalah dalam sosiologi.
Wilayah pertama yaitu sosiologi murni, yang mengkombinasikan variabel-
variabel sosiologi dengan bentuk-bentuk interaksi. Wilayah kedua, sosiologi umum
yang membahas produk sosial dan cultural sejarah manusia. Wilayah ketiga, sosiologi
29 Ini juga yang dikutif dalam Jurna Budi hardiman ―GEORG SIMMEL DAN
RELASIONISME Sebuah Tinjauan Filosofis atas Hubungan Individu dan Masyarakat‖ Studia
Philosophica et Theologica, Vol. 10 Simmel, dari G., Aufsaetze 1881-1890. Ueber sociale
Differenzierung (1892), Suhrkamp, Frankfurt a.M., 1989.,173-174.
23
filosofis yang di dalamnya membahas tentang pandangannya mengenai hakikat dasar
dan takdir yang tak dapat ditolak manusia 30
. Wilayah keempat yaitu metafisis,
menunjukkan adanya kemiripan sosiologi Simmel dengan teori Marx.
Sebuah pendekatan dialektis pada umumnya selalu memiliki sebab dan arah,
mengintegrasikan fakta dengan nilai, menolak gagasan tentang adanya garis pemisah
yang tegas dan jelas antar fenomena social, terfokus pada relasi sosial. Hal ini tidak
hanya melihat ke masa kini namun harus melihat ke masa lalu dan juga masa
depan, dan lebih menitik beratkan konflik dan kontradiksi 31
Dalam sosiologi mikronya Georg Simmel mempunyai 6 (enam) pokok
pemikiran, diantaranya: kesadaran individu, interaksi sosial, struktur sosial,
kebudayaan objektif, uang dan nilai, dan kerahasiaan namun dengan demikian tidak
semua dijelaskan.
2.3.1 Kesadaran individu
Pada level ini Simmel memusatkan pada bentuk asosiasi dan tidak terlalu
memperhatikan masalah kesadaran individu itu sendiri (kecuali pembahasan tentang
memori yang dapat dibaca dalam Jedlawski, Seperti yang dikatakan Frisby bagi
Simmel kehidupan sosial adalah individu atau kelompok individu yamg sadar dan
berinteraksi satu sama lain untuk beragam motif, tujuan, dan kepentingan 32
. Hal ini
menurut saya sangat realitistis karena sakarang hal inilah yang berkembang dan
menjadi kebutuhan ditengah masyarakat.
Bagi Simmel, kesadaran mempunyai peran lain dalam karyanya. Sebagai
contoh, meskipun Simmel percaya bahwa struktur sosial dan budaya memiliki
30 Ritzer George dan Goodman J. Douglas.Teori Klasik.,174.
31 Ritzer George. Teori Sosiologi edisi kedelapan (Yogyakarta): Pustaka Pelajar. 2014.,275.
32 Ritzer George dan Goodman J. Douglas. Teori sosiologi terjemaahan Nurhadi (bantul) Kreasi
Wacana. 2008.,177.
24
hidupnya sendiri, ia sadar bahwa orang harus mengonseptualisasikan struktur-struktur
tersebut agar bisa mempunyai pengaruh pada dirinya. Simmel juga menyatakan33
―masyarakat tidak sekedar„ada di luar sana‟, namun juga „menjadi representasi
saya‟, yang merupakan sesuatu yang bergantung pada aktivitas kesadaran.
Pandangan Simmel sangat mirip dengan pandangan dari George Herbert Mead
dan para penganut interaksionisme simbolik tentang kemampuan orang untuk secara
mental menentang dirinya sendiri dan menjauhkan dirinya dari tindakannya sendiri.
Dalam hal ini, Simmel menjelaskan bahwa aktor dapat mengambil dorongan
eksternal, menjajakinya, mencoba hal-hal tindakan berbeda, kemudian memutuskan
apa yang sebaiknya dilakukan 34
Simmel juga menyadari adanya kesadaran individu dan fakta bahwa norma
serta nilai masyarakat terinternalisasi dalam kesadaran individu, paham pertama
menganggap bahwa hanya individu yang nyata (realitas Primer). Kehidupan
merupakan sifat eksklusif individu, kualitas dan pengalaman-pengalaman individu.
Sedangkan masyarakat hanya dianggap sebagai abstraksi 35
Selanjutnya paham kedua menganggap bahwa masyarakat jauh lebih besar dan
lebih penting untuk diangkat sebagai subyek persoalan dari suatu ilmu khusus.
Menurut Simmel, hanya masyarakat yang nyata, sedangkan individu hanya
merupakan bagian dari kehidupan masyarakat sehingga individu terbatasi oleh
33 Ritzer George dan Goodman J. Douglas. Teori sosiologi.,178.
34 Ritzer George.. Teori Sosiologi edisi kedelapan.,281.
35 A.B Widyanta.ProblemModernitas dalam Kerangka Sosiologi Kebudayan Georg Simmel.
(Yogyakarta) Cindelaras Pustaka Rayakyat Cerdas 2002.,85.
25
masyarakat36
. prilaku dan tindakan gerak-gerik Individu yang saling menstimulir serta
perubahan perubahan yang terjadi sesuatu yang tidak dapat dirabah37
Georg Simmel
2.3.2 Interaksi sosial Masyarakat (Asosiasi)
Adanya kesadaran individu yang dikemukakan oleh Georg Simmel menjadi
sumber awal Simmel dalam mengkaji lebih jauh tentang interaksi sosial. Simmel
menjelaskan bahwa salah satu perhatian utamanya ialah interaksi (asosiasi-asosiasi) di
kalangan aktor-aktor yang sadar dan maksudnya Simmel melihat sederetan luas
interaksi yang mungkin tampak sepele pada suatu ketika tetapi sangat penting pada
saat lainnya. Perhatiannya bukan ungkapan Durkheimian mengenai minat pada fakta-
fakta sosial tetapi suatu pernyataan mengenai fokus berskala kecil bagi sosiologi38
.
Sedangkan konflik dan krisis kebudayaan modern dilukiskan Simmel dalam bentuk
pemiskinan-subyektivitas yang disebutnya endemi atrophy (terhentinya pertumbuhan
budaya subyektif) karena hypertrophy (penyuburan budaya obyektif) 39
Simmel berusaha menjelaskan adanya ketimpangan budaya individu atas
manusia sebagai subjeknya dibandingkan dengan perkembangan media atau sarana
kehidupan yang mengurangi peran aktif manusia dalam berkarya. Sehubungan dengan
fenomena endemi antrophy interaksi menjadi salah satu pokok pemikiran dalam teori
Simmel. Sikap Simmel yang terkadang mengambil posisi yang terlalu dibesar-
besarkan terkait dengan arti penting interaksi dalam sosiologinya, banyak orang tidak
memerhatikan aspek realitas sosial pada skala yang lebih besar. Sebagai contoh,
kadang ia menyamakan masyarakat dengan interaksi. 40
36 A.B Widyanta. ProblemModernita.,82.
37 Bierstedt Robert. The Making Society, An outline of Sociology.., ,376.
38 Ritzer George..Teori Sosial.,282.
39 A.B WidyantaProblemModernita.,16.
40 Ritzer George dan Goodman J. Douglas.,179.
26
Kemudian masyarakat dapat didefinisikan sebagai sejumlah individu yang
dihubungkan dengan interaksi. Interaksi ini dapat menjadi mengkristal sebagai bidang
permanen. Hubungan ini, atau bentuk sociation, sangat penting karena mereka
menunjukkan bahwa masyarakat bukan merupakan substansi, tetapi sebuah peristiwa,
dan karena bentuk-bentuk sociation mengatasi individu/dualisme sosial (individu
terlibat dengan satu sama lain dan dengan demikian merupakan sosial). Sedangkan
interaksi sosial menurut Georg Simmel memiliki poin-poin tersendiri yang
menurutnya merupakan hal yang perlu untuk disertakan dalam teori-teorinya, Simmel
mengungkapkan bahwa interaksi :
a) Menurut bentuk, meliputi: Subordinasi dan Superordinasi, Hubungan
seksual (prostitusi), Pertukaran, Konflik, Gaya.
b) Menurut tipe, meliputi: Orang asing/the stanger, Pemboros, Pengelana,
Bangsawan, Orang miskin.
Dalam sosiologi formal Simmel, kita dapat meliihat jelas upayanya
mengembangkan geometri relasi sosial. Dua dari koefisien geometri yang menarik
perhatiannya adalah jumlah dan jarak. Ketertarikan Simmel pada jumlah dapat dilihat
dari bahasannya mengenai dyad (kelompok yang terdiri dari dua orang) dan triad
(kelompok yang terdiri dari tiga orang). Menurut Simmel tambahan orang ketiga
menyebabkan perubahan yang radikal dan fundamental. Sedangkan masuknya
anggota keempat dan seterusnya membawa dampak yang hampir sama dengan
masuknya anggota ketiga.
Dyad : Bentuk duaan memperlihatkan ciri khas yang unik sifatnya yang
tidak terdapat dalam satuan sosial apapun yang lebih besar. Hal ini muncul dari
kenyataan bahwa masing-masing individu dikonfrontasikan oleh hanya seorang yang
27
lainnya, tanpa adanya suatu kolektivitas yang bersifat superpersonal (suatu
kolektivias yang kelihatannya mengatasi para anggota individu). Oleh karena itulah
pengaruh yang potensial dari seseorang individu terhadap satuan sosial lebih besar
daripada dalam tipe satuan sosial apapun lainnya. Dilain pihak, kalau seseorang
individu memilih untuk keluar dari suatu kelompok duaan maka satuan sosial itu
sendiri akan hilang lenyap. Sebaliknya, dalam semua kelompok lainnya, hilangnya
satu orang anggota tidak ikut menghancurkan keseluruhan satuan sosial itu.
Keunikan bentuk duaan yang lain adalah dengan adanya istilah berdua itu
sepasang, bertiga menjadi kerumunan (two is company, three is a crowd). Semua
orang percaya bahwa rahasia dapat dijaga oleh satu orang, dan tidak lebih dari itu.
Karena setiap orang dalam kelompok duaan hanya berhadapan dengan satu orang
saja, maka kebutuhan tertentu, keinginan dan karakteristik pribadi dari teman lain itu
dapat ditanggapi dengan lebih sunguh-sungguh daripada yang mungkin dapat dibuat
dalam kelompok yang lebih besar. Akibatnya, hubungan duaan menjadi intim dan
unik secara emosional yang tidak mungkin terjadi dalam bentuk sosial lainnya. Hal
ini menimbulkan sifat yang ekslusivistik kepercayaan bahwa kehidupan yang dihayati
oleh dua orang tidak dapat dihayati bersama orang lain, dan tidak ada hubungan
lain yang memiliki tingkat kekayaan emosional yang sama dengan itu.
Hubungan duaan tidak selalu disertai oleh perasaan-perasaan positif. Dalam
situasi konflik, apapun masalah dan sebab musababnya, hubungan yang sangat intim
seringkali membuat konflik malah menjadi lebih parah. Masalah konflik yang
kelihatannya sepele bagi orang luar, ditanggapi dengan sangat emosional.
Sesungguhnya keterbukaan mereka satu sama lain pada tingkat kepribadian yang
28
sangat dalam membuat mereka mudah saling menyerang yang berhubungan dengan
masalah kepribadian ini.
Triad : Triad disini diartikan sebagai pihak ketiga. Salah satu pokok pikiran
Simmel yang terkenal adalah diskusinya mengenai berbagai peran yang dapat
dilakukan oleh pihak ketiga. Peran-peran ini yang tak mungkin kita temukan dalam
bentuk duaan, meliputi penengah, wasit, tertius gaudens (pihak ketiga yang
menyenangkan) dan orang yang memecah belah dan menaklukan (divider and
conqueror). Dalam berbagai situasi, peran penengahlah yang muncul karena ikatan
antara kedua anggota dalam bentuk duaan itu didasarkan terutama pada hubungan
mereka bersama pada pihak ketiga. Karena kelompok tumbuh menjadi lebih besar,
kemungkinan pembentukan sub kelompok internal itu bertambah besar. Kalau hal ini
terjadi bentuk-bentuk sosial yang sesuai dengan jumlah yang terdapat dalam berbagai
sub kelompok itu akan menjadi dominan.
Berkaitan dengan dyad dan triad pada level yang lebih umum, terdapat
sikap Simmel mengenai ukuran kelompok. Di satu sisi ia berpendapat bahwa
meningkatnya ukuran kelompok atau masyarakat akan meningkatkan kebebasan
individu. Namun di sisi lain Simmel juga menyatakan bahwa masyarakat besar
menciptakan serangkaiaan masalah yang mengancam kebebasan individu dimana hal
ini bertentangan dengan pendapat pertamanya. Inilah sikap Simmel yang ―mendua‖.
2.3.3. Struktur Sosial
Simmel relatif tidak banyak membahas struktur masyarakat pada skala besar,
karena fokusnya pada pola-pola interaksi, ia mengabaikan eksistensi level realitas
sosial tersebut. Contoh hal di atas dapat ditemukan dalam upayanya mendefinisikan
29
masyarakat, Simmel menolak pandangan yang diungkapkan Emile Durkheim bahwa
masyarakat adalah entitas riil dan material41
Suatu struktur merujuk pada pola interaksi tertentu yang kurang lebih mantap
dan tetap, yang terdiri atas jaringan relasi-relasi kelas sosial hierarkis dan pembagian
kerja tertentu, serta ditopang oleh kaidah-kaidah, peraturan-peraturan, dan nilai-nilai
budaya. Dalam pembahasan struktur sosial, menurut Ralph Linton, dikenal dua
konsep penting, status dan peran (role).
Status sosial merupakan kedudukan atau posisi sosial seseorang dalam
masyarakat. Sedang, Peran sosial merupakan seperangkat harapan terhadap seseorang
yang menempati suatu posisi atau status sosial tertentu. Meskipun Simmel
menyatakan pendirian interaksionis itu, di dalam banyak karyanya dia bekerja sebagai
seorang realis, seakan-akan masyarakat adalah suatu struktur material yang nyata.
Kemudian, kontradiksi mendasar di dalam karya Simmel mengenai level struktur-
sosial. Simmel mencatat, ―Masyarakat melampaui individu, dan menjalani
kehidupannya sendiri yang mengikuti hukum-hukumnya sendiri. Masyarakat juga,
menghadapi individu dengan keteguhan historis, imperatif‖ 42
2.3.4 Kebudayaan Obyektif
Salah satu fokus utama sosiologi filosofis dan historis simmel adalah level
budaya realitas sosial atau yang sering disebut dengan kebudayaan obyektif. Simmel
memandang bahwa orang menghasilkan kebudayaan namun karena kemampuan
mereka untuk mereifikasi realitas sosial, dunia kultural dan sosial mulai memiliki
41 Ritzer George.. Teori Sosiologi edisi kedelapan.,29.
42 Ritzer George. Teori Sosiologi.,291.
30
kehidupannya sendiri, kehidupan yang semakin lama semakin mendominasi tokoh
yang menciptakan dan menciptakannya ulang setiap hari 43
Simmel juga mengidentifikasi sejumlah komponen kebudayaan obyektif
antara lain: perkakas, sarana transportasi, produk ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, bahasa, ranah intelektual, kebijakan konvensional, dogma agama, sistem
filosofis, sistem hukum, kode moral dan juga gagasan ideal. Ada berbagai cara
budaya obyektif berkembang dan meluas: pertama, ukuran berkembang sesuai
dengan modernisasi. Kedua, ada pertumbuhan jumlah komponen ranah budaya yang
berlainan. Ketiga, beragam elemen dunia budaya menjadi semakin berkelindan dalam
dunia mandiri yang semakin kuat, dan semakin berada diluar kendali aktor44
Bagi
Simmel yang mengkhawatirkan bukanlah ancaman pada kebudayaan individu dari
kebudayaan obyektif. Simpati pribadinya mengarah pada dunia yang didominasi oleh
kebudayaan individu, namun ia melihat kemungkinan dunia menuju kearah itu
semakin berkurang. Inilah yang digambarkan Simmel sebagai ―tragedi kebudayaan‖
Di salah satu essainya ―The Metropolis And Mental Life‖ Simmel
menganalisis bentuk interaksi yang terjadi di kota modern Ia melihat kota metropolis
modern sebagai ―arena asli‖ pertumbuhan kebudayaan objektif dan merosotnya
kebudayaan individu45
Menurut pandangan Simmel orang dipengaruhi dan
cenderung terancam, terancam oleh struktur sosial dan lebih penting bagi Simmel
oleh produk budaya mereka. Simmel membedakan kebudayaan individu dengan
kebudayaan objektif. Kebudayaan objektif, seperti yang telah dikatakan sebelumnya
merujuk pada hal- hal yang dihasilkan orang. Sedangan kebudayaan individu
43 Ritzer George dan Goodman J. Douglas. Teori sosiologi.,186.
44 Ritzer George dan Goodman J. Douglas...,186.
45 Ritzer dan J. Douglas ...,187.
31
(subyektif) adalah kapasitas aktor untuk menghasilkan, menyerap, dan
mengendalikan elemen- elemen kebudayaan objektif.
2.3.5 Teori Simmel tentang Kerukunan Hidup dalam Masyarakat.
Konsep Wechselwirkung (efek Timabal Balik) menjadi alat analisi dalam
menganaliasa pada bab IV konsep Wechselwirkung ini menjadi kerangka acuan
konseptual Georg Simmel46
. Berikut adalah krangka acauan konsep Wechselwirkung
(efek Timabal Balik)
Sumber Gambar 47
Konsep Wechselwirkung menuntun dua pasangan konseptual, ‗bentuk‘ dan
‗muatan‘, serta ‗bertindak‘ (Tun) dan ‗menderita‖ (Leiden), konsep yang terakhir
mengacu dan menerima berbagai akibat yang berasal dari rentetan interaksi
sebelumnya. Bagian-bagian konstituen dari tiap-tiap pasangan saling mengondisikan
secara timbal-balik. Bentuk hanya dapat menjadi makhluk sosial bila individu
berjuang keras mewujudkan keinginan, kebutuhan, kepentingan, atau hasratnya
(muatan primer); dan sebaliknya, muatan hanya dapat terwujud melalui dan di dalam
bentuk sosial. Mengenai pasangan konseptual kedua, ‗bertindak‘ adalah prasyarat
yang penting untuk ‗menerima‘ akibat interaksi; dan sebaliknya, ‗menerima‘ akan
mendorong cara baru dalam ‗bertindak‘ selanjutnya. Namun, ada makanisme
transformatif penting yang menghubungkan kedua pasangan konseptual itu, yaitu,
46 Ritzer George dan Barry Smart Handbook Teori sosiologi.(Jakarta:Diadit media.2001)132
juga mengutip dari Neldelmanngeorg Simmel (1858-1918) dalam Dkaesler (peny.)Klassiker der
sozologie (munich:C.H.beck 1999).,133
47 Ritzer George dan Barry Smart..., 233
32
pengalaman48
. Para aktor mengevaluasi akibat yang mereka terima dengan sisi batin
dari individualitas mereka. Hasilnya terbentuk pengalaman yang jenisnya berbeda-
beda, yang pada akhirnya mengubah bentuk ‗muatan primer‘ menjadi ‗muatan
sekunder‘, yaitu, menjadi kepentingan kebutuhan, keinginan, atau hasrat yang
terbentuk secara sosial. Sekali lagi muatan sekunder dapat menimbulkan tindakan
yang mengubah bentuk sosial lama atau menciptakan bentuk sosial baru. Dan
karangka acuannya sebagai berikut :
Selanjutnya teori simmel yang lainnya ialah Empat subproses sosiasi Setelah
disaring melalui pengalaman berbagai cara bertindak, dan menerima muatan (primer
dan sekunder) dan bentuk saling mendorong secara timbal-balik dan saling-saling,
sehingga menggerakkan empat subproses berbeda. Ketika bergabung, keempatnya
membentuk proses sosiasi lengkap yaitu:
proses pertama kita sebut ‗eksternalisasi‖; proses ini terkait dengan konsep
‗bertindak‘. Proses kedua disebut ‗internalisasi‘ proses ini terkait dengan konsep
‗menerima‘. Proses ketiga, ‗institusionalisasi‘, mengacu pada konsep ‗bentuk‘ dan
berarti proses mengonstruksi, membentuk, dan membentuk ulang institusi sosial.
Proses keempat, yang terakhir, ‗pembentukan-kepentingan‘, terkait dengan konsep
‗muatan‘ dan artinya ialah dinamika membentuk dan membentuk ulang kepentingan
sosial kebutuhan keinginan atau emosi49
.
48 Ritzer George dan Barry Smart..., 233 lihat juga Neldelmann Brigitta On the concept of
“Erleben” in georg Simmel’s Sociology, dalam M.Kaern, B.S. Philips dan R.S. Cohen (Peny.) Georg
Simmel and Contemporary Sociology. Dordrecht:kluwur AcademicPublishers 1990
49 Ritzer George dan Barry Smart..., 233-234