Upload
ivo-afiani
View
27
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penggolongan Darah
2.1.1 Golongan Darah Sistem O-A-B
Golongan Darah Anti A Anti BAnti
A,BAnti Rhesus
A + - +
B - + +
AB + + +
O - - -
Rhesus + +
Rhesus - -
Tabel A. Contoh reaksi aglutinasi golongan darah
Keterangan :
(+) : Adanya reaksi aglutinasi
(-) : Tidak adanya reaksi aglutinasi
Dalam mentransfusi darah dari orang yang satu ke orang yang lain, darah donor
dan darah resipien normalnya diklasifikasikan ke dalam empat tipe golongan darah
O-A-B yang utama, seperti yang tampak pada Tabel A seseorang yang bergolongan
darah A memiliki zat anti B/antibodi B (beta). Seseorang yang bergolongan darah B
memiliki antigen B pada permukaan eritrositnya dan pada plasma darahnya
memiliki zat anti A (Alfa). Namun seseorang bergolongan darah AB memiliki
antigen AB dan tidak memiliki zat anti pada plasma darahnya. Sebaliknya pada
orang dengan golongan darah O, tidak memiliki antigen A dan B, namun memiliki
zat anti A dan B pada plasma darahnya.
2.1.2 Golongan Darah Sistem Rh
Bersama dengan sistem golongan darah O-A-B, golongan darah sistem Rh juga
penting dalam mentransfusi darah. Pada sistem ini, apabila salah satu jenis antigen
Rh terdapat di sel darah merah, maka orang yang bersangkutan dianggap positif Rh.
Apabila antigen tersebut tidak ada, maka orang tersebut dianggap negatif Rh.
2.2 Proses Aglutinasi pada Reaksi Transfusi
Bila ada darah yang tidak cocok dicampur, misalnya seperti aglutinin plasma anti-A
atau anti-B dicampur dengan sel darah merah yang mengandung aglutinogen A atau B,
maka sel darah merah akan mengalami aglutinasi karena agglutinin melekatkan diri pada
sel darah merah.
Aglutinin mempunyai dua tempat pengikatan atau (tipe IgG) atau 10 tempat pengikatan
(tipe IgM), sehingga satu aglutinin dapat melekat pada dua atau lebih sel darah merah pada
waktu yang sama dan menyebabkan sel tersebut melekat bersamaan dengan aglutinin.
Keadaan ini menyebabkan sel-sel menggumpal, yang merupakan proses “aglutinasi”.
Kemudian gumpalan ini menyumbat pembuluh darah kecil di seluruh sistem sirkulasi.
Selama beberapa jam sampai beberapa hari berikutnya, baik gangguan fisik sel maupun
serangan oleh sel darah putih fagositik akan menghancurkan sel-sel yang teraglutinasi,
yang akan melepaskan hemoglobin ke dalam plasma, yaitu suatu keadaan yang disebut
“hemolisis” sel darah merah.
2.3 Reaksi Transfusi Akibat Golongan Darah yang Tidak Cocok
Jika darah donor dengan golongan tertentu ditransfusikan ke dalam darah resipien
dengan golongan darah yang lain, reaksi transfusi yang cenderung terjadi adalah aglutinasi
pada sel darah merah dari darah donor. Jarang terjadi bahwa darah yang ditransfusi akan
menyebabkan aglutinasi pada sel-sel darah resipien, karena alasan berikut : Bagian plasma
dari donor darah dengan segera akan diencerkan oleh seluruh plasma dari resipien, yang
dengan demikian akan menurunkan titer aglutinin yang diinfuskan. Biasanya, kadar
aglutinin tersebut diturunkan sampai mencapai jumlah yang sangat rendah untuk dapat
menimbulkan aglutinasi. Sebaliknya, sejumlah kecil darah yang diinfus tidak
mengencerkan aglutinin dalam plasma resipien. Oleh karena itu, agglutinin resipien tetap
masih bisa mengaglutinasikan sel-sel donor yang golongan darahnya berlainan.