42
16 BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD A. Kondisi Pertahanan & Keamanan Negara Sejarah pertahanan negara tidak jauh dari sejarah perang negara tersebut bagaimana negara itu lahir. Industri pertahanan maupun alutista Indonesia lahir dari perang masa Hindia Belanda hingga perjuangan fisik Indonesia menghadapi ancaman luar seperti saat Agresi Militer Belanda. Berkembangnya alutista maupun Industri senjata di Indonesia mulai terjadi semenjak penyerahan Leger Produktie Bedrejven (LPB) kepada Pemerintahan Republik Indonesia Serikat. Namun industri ini belum mengalami perkembangan yang pesat hingga akhirnya mampu memproduksi senjata sampai peralatan militer yang dibutuhkan TNI-AD. Sebelum hingga tahun 1983 semenjak industri ini mengalami perkembangan dan dimasukan ke dalam Badan Usaha Milik Negara Indonesia Industri Strategis ( BUMNIS ). Pindad sebagai badan dari industri pertahanan negara dan dikelola oleh TNI-AD sebagai kepala direksi maupun struktur organisasi membuat Pindad menjadi salah satu industri penting dalam pertahanan. 1. Era Orde Lama Pertahanan negara sejatinya adalah elemen terpenting bagi kelangsungan negara. Terlebih lagi di Indonesia sebagai negara dengan struktur geografis negara kepulauan, dan memiliki sumber daya alam serta manusia yang besar, tentu pertahanan negara menjadi hal yang mutlak untuk dijalankan dan harus diatur secara tepat dan. Pertahanan negara sendiri menurut Pasal 1 ayat 1 UU No. 3 Tahun 2002 Tentang Pertahanan Negara adalah Segala Usaha Untuk Mempertahankan Kedaulatan Negara, Keutuhan Wilayah Negara Kesatuan

BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD · 16 BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD A. Kondisi Pertahanan & Keamanan Negara Sejarah pertahanan negara tidak jauh dari

  • Upload
    others

  • View
    11

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD · 16 BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD A. Kondisi Pertahanan & Keamanan Negara Sejarah pertahanan negara tidak jauh dari

16

BAB II

LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD

A. Kondisi Pertahanan & Keamanan Negara

Sejarah pertahanan negara tidak jauh dari sejarah perang negara tersebut

bagaimana negara itu lahir. Industri pertahanan maupun alutista Indonesia lahir

dari perang masa Hindia Belanda hingga perjuangan fisik Indonesia menghadapi

ancaman luar seperti saat Agresi Militer Belanda. Berkembangnya alutista

maupun Industri senjata di Indonesia mulai terjadi semenjak penyerahan Leger

Produktie Bedrejven (LPB) kepada Pemerintahan Republik Indonesia Serikat.

Namun industri ini belum mengalami perkembangan yang pesat hingga

akhirnya mampu memproduksi senjata sampai peralatan militer yang dibutuhkan

TNI-AD. Sebelum hingga tahun 1983 semenjak industri ini mengalami

perkembangan dan dimasukan ke dalam Badan Usaha Milik Negara Indonesia

Industri Strategis ( BUMNIS ). Pindad sebagai badan dari industri pertahanan

negara dan dikelola oleh TNI-AD sebagai kepala direksi maupun struktur

organisasi membuat Pindad menjadi salah satu industri penting dalam pertahanan.

1. Era Orde Lama

Pertahanan negara sejatinya adalah elemen terpenting bagi kelangsungan

negara. Terlebih lagi di Indonesia sebagai negara dengan struktur geografis negara

kepulauan, dan memiliki sumber daya alam serta manusia yang besar, tentu

pertahanan negara menjadi hal yang mutlak untuk dijalankan dan harus diatur

secara tepat dan. Pertahanan negara sendiri menurut Pasal 1 ayat 1 UU No. 3

Tahun 2002 Tentang Pertahanan Negara adalah Segala Usaha Untuk

Mempertahankan Kedaulatan Negara, Keutuhan Wilayah Negara Kesatuan

Page 2: BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD · 16 BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD A. Kondisi Pertahanan & Keamanan Negara Sejarah pertahanan negara tidak jauh dari

17

Republik Indonesia, dan Keselamatan Segenap Bangsa Dari Ancaman dan

Gangguan Terhadap Keutuhan Bangsa dan Negara.1

Pertahanan negara adalah tanggung jawab setiap warga negara. Dan

sesungguhnya dengan sumber daya yang besar yang dimiliki, Indonesia dapat

membentuk kekuatan pertahanan yang besar pula. Untuk membentuk kekuatan

pertahanan yang baik tentu harus terlebih dahulu dibentuk sistem pertahanan yang

komprehensif, agar dapat mencakup seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia dan dapat menangkal segala bentuk ancaman, baik dari dalam maupun

luar negara.

Pada masa Orde Lama kondisi pertahanan dan keamanan negara masih

belum stabil akibat Revolusi Nasional Indonesia. Dalam masa perjuangan

Indonesia untuk merebut kemerdekaan dengan jalan diplomasi maupun perang.

Walaupun perjuangan melalui dengan diplomasi berjalan namun tanpa perang,

Indonesia tidak bisa meraih kemerdekaan. Indonesia adalah negara yang lahir dari

suatu perjuangan melepaskan diri dari kolonialisme negara lain. Perjuangan yang

dilakukan bangsa Indonesia dalam mencapai kemerdekaannya tidak hanya

berbentuk perjuangan damai melalui jalur diplomasi, tapi juga perjuangan fisik

melalui perang atau perjuangan bersenjata.2

Karena kondisi keamanan negara yang tidak stabil dalam masa awal

kemerdekaan, pemerintah membutuhkan angkatan bersenjata untuk melindungi

dan menjaga keamanan negara. Namun karena Republik Indonesia baru terbentuk

1 UU No.3 Tahun 2002 Tentang Pertahanan Negara.

2 Silmy Karim., Membangun Kemandirian Industri Pertahanan Indonesia,

(Jakarta : PT. Gramedia, 2014), hlm. 8.

Page 3: BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD · 16 BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD A. Kondisi Pertahanan & Keamanan Negara Sejarah pertahanan negara tidak jauh dari

18

dan masih belum ada tentara resmi untuk menjaga pertahanan dan kemanan

negara.

Di periode perang kemerdekaan, pengembangan prinsip-prinsip dasar

tentang pertahanan Indonesia tidak terlepas dari kebutuhan Indonesia untuk

mengembangkan diri sebagai negara baru. Sesudah proklamasi kemerdekaan,

pemerintah tidak segera membentuk angkatan bersenjata seperti yang telah

diputuskan oleh sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada 18

Agustus 19453, melainkan membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang

merupakan bagian dari Badan Penolong Keluarga Korban Perang yang dibentuk

pemerintah pada 22 Agustus 1945.4 Seusai dengan Pasal 8 Putusan PPKI 22

Agustus 1945, BKR bukanlah tentara, tetapi korps rehabilitasi perang BKR

dibentuk mengingat pendirian para pemimpin nasional yang berpendapat bahwa

perjuangan kemerdekaan bukanlah dengan jalan pemberontakan bersenjata,

melainkan dengan jalan diplomasi.5 Pembentukan BKR dimaksudkan untuk

menghindari segala tindakan perlawanan militer yang dapat mempersulit

perundingan diplomasi dengan Sekutu.

Periode ini, doktrin pertahanan disesuaikan dengan kondisi Indonesia

sebagai negara yang baru terbentuk. Pasca proklamasi, dibentuk Badan Keamanan

Rakyat (BKR). BKR bukanlah tentara atau angkatan bersenjata, melainkan korps

rehabilitasi perang. Tidak dibentuknya angkatan bersenjata disebabkan oleh

3 Sidang PPKI pada 18 Agustus 1945 antara lain memutuskan untuk

membubarkan Tentara Peta di Jawa dan Bali serta Lasykar Rakyat di Sumatera,

membubarkan Heiho, dan memerintahkan Presiden selekas mungkin mendirikan

Tentara Nasional Indonesia untuk kepentingan mempertahankan kedaulatan

Republik Indonesia. http://www.id.m.wikipedia. diakses pada 30 Juli 2015. 4 A.H. Nasution., TNI Jilid I, (Bandung: Ganaco N.V, 1963), hlm. 109.

5 Ibid.

Page 4: BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD · 16 BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD A. Kondisi Pertahanan & Keamanan Negara Sejarah pertahanan negara tidak jauh dari

19

prinsip para pemimpin nasional Indonesia bahwa kemerdekaan Indonesia dicapai

dengan jalan diplomasi, bukan dengan jalan pemberontakan bersenjata.6

Tentara reguler baru dibentuk pada tanggal 5 Oktober 1945 dengan nama

Tentara Keamanan Rakyat (TKR). TKR kemudian berganti nama menjadi Tentara

Nasional Indonesia (TNI) pada tanggal 7 Juni 1947. Transformasi angkatan

bersenjata ini menunjukkan bahwa pembentukan organisasi militer moderen

sangat dipengaruhi oleh kebijakan politik pemerintah untuk menjalankan

diplomasi perjuangan.7

Peran serta TNI dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan

membuahkan hasil hingga saat ini yaitu kemerdekaan bagi Republik Indonesia.

Indonesia meraih kemerdekaan bukan hanya dari jalur perang melalui angkatan

bersenjatanya, namun hasil dari jalur diplomasi juga sama penting dengan

perjuangan melalui perang. Walaupun Indonesia akhirnya mendapat kedaulatan

pada tanggal 27 Desember 1949 dari Kerajaan Belanda, tetapi keadaan kondisi

keamanan negara masih jauh dari stabil. Pemberontakan-pemberontakan terjadi

karena kondisi kemanan negara yang masih belum stabil. Pemberontakan ini

umumnya bersifat gerakan dari daerah yang masuk ke dalam provinsi Republik

Indonesia. Seperti pemberontakan Madiun di Jawa Tengah, DI/TII di Jawa Barat,

hingga PRRI/PERMESTA di Riau.

Tidak hanya ancaman dari dalam negeri namun ancaman dari luar juga

berwujud nyata seperti saat Agresi Militer Belanda. Hal ini yang menyebabkan

pemerintah mulai memikirkan untuk membenahi kondisi persenjataan bagi

6 Andi Widjajanto., Evolusi Doktrin Pertahanan Indonesia , Jurnal Pro

Patria, 2005, hlm. 2. 7 Ibid.

Page 5: BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD · 16 BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD A. Kondisi Pertahanan & Keamanan Negara Sejarah pertahanan negara tidak jauh dari

20

angkatan bersenjata republik untuk tidak kalah unggul untuk melawan senjata-

senjata yang digunakan oleh militer asing.

Maka pada pemerintahan Soekarno masa Orde Lama, pemerintah banyak

melakukan import senjata dari negara asing. Ini untuk mengurangi kekurangan

senjata maupun peralatan perang saat Indonesia sedang mengalami ancaman

keamanan dari luar.

2. Era Orde Baru

Kondisi keamanan yang tidak stabil akibat pemberontakan dalam negeri

seperti Gerakan Komunis yang berujung pada Gerakan 30 September yang

mengancam kondisi keamanan dan stabilitas negara menyebabkan Presiden

Soekarno menyerahkan Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) kepada Mayor

Jenderal Soeharto sebagai Panglima Kostrad (Komando Strategis Angkatan Darat)

yang bertugas untuk mengembalikan kondisi stabilitas dan keamanan negara.

Pada awal pemerintahan Orde Baru tahun 1965, Indonesia benar-benar

dalam keadaan nasional yang porak-poranda. Untuk mengatasi masalah nasional

tersebut pemerintah kemudian merumuskan kebijakan di bidang ideologi,

psikologi, politik, ekonomi, keuangan, bidang rohani, sosial dan budaya serta

pertahanan keamanan. Kesemuanya dibahas secara serius dalam Seminar

Pertahanan Keamanan yang diikuti oleh 220 orang terpilih yang terdiri dari

perwira dan para pakar dari disiplin ilmu.8

8 Connie Rahakundini Bakrie., Pertahanan Negara dan Postur TNI Ideal, (Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2007), hlm. 83.

Page 6: BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD · 16 BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD A. Kondisi Pertahanan & Keamanan Negara Sejarah pertahanan negara tidak jauh dari

21

Kebijakan di bidang Pertahanan Keamanan kemudian dirumuskan dalam

bentuk:

a) Doktrin Pertahanan dan Keamanan Nasional dilampiri dengan Doktrin

Pertahanan Darat Nasional , Doktrin Pertahanan Maritim Nasional dan

Doktrin Pertahanan Keamanan dan Ketertiban.9

b) Doktrin Pembinaan Pertahanan Keamanan Nasional dilampiri dengan

Doktrin Pembinaan Pertahanan Darat Nasional, Pembinaan

Pertahanan Maritim Nasional, Pembinaan pertahanan Udara Nasional

dan pembinaan Kamtibmas (Keamanan ketertiban masyarakat).10

c) Konsep Pertahanan Keamanan Nasional. Hasil rumusan seminar ini

menjadi dasar kebijakan pemerintah di bidang pertahanan dan

landasan wawasan dengan sebutan “Wawasan Nusantara” berdasarkan

Keputusan Menteri Utama Hankam No. Kep B/177/1966 tanggal 21

November 1966.11

Selanjutnya berdasarkan Doktrin tersebut, Menhankam atau Pangab

menyusun komando utama operasional Hankam atau ABRI yang mempunyai

fungsi melaksanakan operasi defensif strategis yang merupakan mandala atau

kompartemen strategis dengan tugas defensif yang luas dan berlanjut sebagai

komando gabungan. Komposisi yang diatur terdiri dari Komando Antar Daerah

(Koandahan), Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas) dan Komando

Pertahanan Maritim Nasional (Koppanmarnas). Pada periode ini juga dibentuk

9 Ibid.

10 Ibid., hlm. 84.

11 Ibid.

Page 7: BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD · 16 BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD A. Kondisi Pertahanan & Keamanan Negara Sejarah pertahanan negara tidak jauh dari

22

Kowilhan (Komando Wilayah Pertahanan) dan Komando Strategi Nasional

(Kostranas).12

Sedangkan dari aspek strategi pertahanan keamanan nasional, Dewan

Pertahanan Keamanan Nasional juga merumuskan pembentukan Sishankamrata13

yang meliputi wilayah perang, wawasan nusantara dan masalah teritorial. Ini

meliputi visualisasi pola operasi keamanan dalam negeri dalam rangka Pertahanan

Keamanan Rakyat Semesta serta visualisasi pola operasi pertahanan dalam rangka

pertahanan keamanan rakyat semesta. Adapun isinya meliputi pola operasi,

visualisasi serangan musuh hingga bilamana musuh menguasai wilayah nasional,

ofensif14

balas, konsolidasi dan rehabilitasi wilayah.15

Sistem Pertahanan Peamanan Rakyat Semesta kemudian mendapat bentuk

operasional saat Panglima ABRI Jenderal L.B. Moerdani menetapkan Keputusan

Panglima Angkatan Bersenjata No: Kep/04/II/1988 tentang Doktrin Perjuangan

TNI-ABRI “Catur Darma Eka Karma (CADEK)”. Dalam Doktrin CADEK 1988

ini, penyelenggaraan pertahanan keamanan negara dilakukan dengan

mengembangan suatu kemampuan pertahanan keamanan negara yang diwujudkan

dalam suatu sishankamrata. Sishankamrata dikembangkan dengan

mendayagunakan segenap sumber daya nasional dan prasarana nasional secara

menyeluruh, terpadu, dan terarah. Doktrin CADEK 1988 juga menetapkan bahwa

12

Ibid. 13

Pengertian Sishankamrata adalah sistem pertahanan yang menyeluruh

untuk melindungi kesatuan dan kesatuan NKRI. http://www.pengertian menurut

para ahli.com/pengertian-sishankamrata-dan-komponennya, diakses pada 22 Juni

2015. 14

Pengertian ofensif adalah serangan: negara itu sedang dalam keadaan

siaga menghadapi militer dari negara lawannya. http://kbbi.web.id/ofensif,

diakses pada 22 Juni 2015. 15

Ibid.

Page 8: BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD · 16 BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD A. Kondisi Pertahanan & Keamanan Negara Sejarah pertahanan negara tidak jauh dari

23

politik pertahanan keamanan negara adalah “defensif-aktif serta preventif aktif

yang diarahkan untuk menjamin keamanan dalam negeri, turut serta memelihara

perdamaian dunia pada umumnya dan keamanan di kawasan Asia Tenggara.”16

Pada masa Orde Baru kondisi pertahanan dan keamanan negara mulai

stabil akibat berbagai kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah melalui

Menhankam atau Pangab. Meskipun kemudian terjadi perang saudara di Timor-

Timor yang kemudian berujung pada intervensi militer Indonesia di Negara

tersebut untuk masuk ke dalam NKRI.

B. Latar Belakang Kebutuhan Industri Senjata Dalam Negeri

Dalam memenuhi kebutuhan alutista maupun peralatan militer Indonesia

lebih banyak menempatkan anggaran untuk pembelian luar negeri. Sedangkan

produksi belum dapat berkembang secara maksimal akibat kurangnya sumber

daya manusia dan kurangnya anggaran untuk pemenuhan produksi senjata dalam

negeri. Karena biaya produksi lebih besar dibandingkan dengan pembelian maka

pemerintah lebih mengutamakan pada pembelian senjata maupun alutsita asing.

Setiap operasi militer yang dilakukan oleh TNI-AD dalam upaya

pertahanan dan keamanan negara masa Orde Lama dan Orde Baru pemenuhan

kebutuhan suplai militer melalui impor. Tanpa persenjataan yang lengkap tentara

tidak mampu melakukan operasi militer secara efektif. Padahal dalam setiap

operasi militer yang dilakukan oleh angkatan bersenjata biasanya menelan biaya

yang tidak sedikit dimana untuk memastikan keberhasilan dalam berlangsungnya

16

Andi Widjajanto., Op.Cit., hlm. 16.

Page 9: BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD · 16 BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD A. Kondisi Pertahanan & Keamanan Negara Sejarah pertahanan negara tidak jauh dari

24

operasi. Namun setiap akhir dari pembelian persenjataan asing negara biasa

menelan kerugian devisa karena pembelian yang terkadang kurang efisien.

Kebutuhan akan industri pertahanan dalam rangka melindungi kesatuan

dan persatuan Republik Indonesia mulai disadari pemerintah sejak masa

perjuangan fisik Indonesia saat menghadapi Agresi Militer Belanda juga dalam

operasi-operasi militer seperti penumpasan G30S, DWIKORA dan TRIKORA.

1. Aspek Pertahanan

Pada masa perjuangan fisik Indonesia kalah dalam persenjataan dan

kelengkapan militer oleh Belanda. Keunggulan tentara republik terdapat pada

jumlah dan moral prajurit. Namun karena hal ini lah selama masa perjuangan

korban pihak Indonesia lebih banyak dibandingkan dengan korban dari pihak

Belanda maupun Sekutu. Tentara Belanda dan Sekutu yang lebih lengkap dalam

persenjataan militernya mampu menrenggut nyawa banyak pejuang pemuda

Indonesia. Dimana saat pertempuran tidak banyak terjadi kekurangan senjata

maupun amunisi bagi tentara pejuang. Sehingga harus menggunakan senjata

tradisional seperti bambu runcing.

Perebutan Papua Barat dari tangan Belanda juga kemudian dimasukan ke

wilayah NKRI langsung menjadi agenda kepentingan nasional. Di sinilah

nantinya penguatan persenjataan di Indonesia kemudian menjadi jelas akibat dari

kebijakan yang bersifat ofensif Soekarno. Ketika sebuah pemerintahan

menyatakan perang, maka persiapan alat utama sistem persenjataan menjadi

sangat krusial. Pada masa itulah Presiden Soekarno kemudian meminta bantuan

asing dalam hal untuk memenuhi kebutuhan pasokan senjata guna menghadapi

Page 10: BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD · 16 BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD A. Kondisi Pertahanan & Keamanan Negara Sejarah pertahanan negara tidak jauh dari

25

perang perebutan wilayah Papua Barat. Negara yang kemudian menjadi pemasok

tunggal senjata untuk tentara Indonesia adalah Uni Soviet.

Pada masa itu Indonesia memiliki banyak persenjataan mutakhir pada

zamanya, sebut saja pesawat-pesawat pembom tercanggih zaman itu seperti MiG

15, MiG 17, MiG 19, dan tipe yang paling canggih saat itu MiG 21, Pesawat

Seperti Tupolev, Antonov dan beberapa alutsista yang berasal dari Uni Soviet,

namun bukan berarti Indonesia pada masa itu tidak mendapat pasokan dari

Amerika Serikat sendiri. Amerika Serikat juga memasuk beberapa alutsista seperti

pesawat Hercules, tank atau panser buatan Inggris (Saladin, Ferret, Saracen) dan

Perancis (AMX-13/75), yang notabene adalah blok Barat. Dapat dilihat bahwa

kebijakan Soekarno yang cenderung ke Blok Timur kemudian menjadi anti Barat,

namun hal tersebut hanya pada tataran politis saja dan konfrontatif membawa

dampak pada pengembangan sistem persenjataan militer pada masa itu.17

Sikap ofensif Soekarno ini memang kemudian dapat dilihat merujuk pada

politik luar negeri yang bebas aktif, dimana walaupun dunia tengah terbelah

menjadi dua kubu dalam Perang Dingin, Indonesia tetap menjalin kerjasama

dengan dua belah blok, namun kecenderungan kedekatan lebih ke Russia. Dengan

ini apa yang diinginkan Soekarno yakni penguatan sektor militer berupa suplai

persenjataan akan tetap terpenuhi, sebab kedua belah blok juga bersaing dalam

perluasan ideologi dan pengaruhnya dimana pasokan persenjataan menjadi salah

satu mekanisme terhadap visi tersebut.

Selain dari Konfrontasi yang bertujuan untuk merebut Irian Barat dari

tangan Belanda dan implikasinya terhadap pengembangan persenjataan dari

17 Baskara T Wardaya., Indonesia Melawan Amerika Konflik Perang

Dingin 1953-1963 , (Jakarta : Galang Press, 2009), hlm. 266.

Page 11: BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD · 16 BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD A. Kondisi Pertahanan & Keamanan Negara Sejarah pertahanan negara tidak jauh dari

26

bantuan Uni Soviet, serta beberapa diantara suplai persenjataan juga dari Amerika

Serikat adalah adanya kejadian lain yang juga mempengaruhi pengunaan

persenjataan yakni konfrontasi dengan Malaysia di masa-masa akhir

kepemimpinan Soekarno.18

Konfrontasi ini juga mendorong pembangunan alat persenjataan di

kalangan militer Indonesia, walaupun nantinya hal ini tidak mendapatkan bantuan

langsung seperti halnya yang didapat ketika perang untuk merebut Papua Barat.

Pengaruh Uni Soviet pada pembangunan sistem persenjataan di Indonesia

kemudian menjadi hilang pada masa setelah lengsernya Presiden Soekarno dan

runtuhnya Orde Lama. Hal ini nantinya dikarenakan peristiwa G30S/PKI yang

sebelumnya terjadi di Jakarta yang ditengari merupakan sebuah gerakan kudeta

PKI terhadap pemerintah. Setelah itu hal-hal yang berbau komunisme menjadi

sesuatu yang haram di Indonesia terlebih ketika rezim baru yang dipimpin oleh

Presiden Soeharto tumbuh dan menjadi penguasa baru di perpolitikan Indonesia

yakni rezim Orde Baru.

2. Aspek Ekonomi

Awal masa kemerdekaan, Indonesia berulang mengalami berbagai macam

krisis ekonomi yang menyebabkan tekendalanya pembangunan industri-industri

pertahanan. Sepert: Masa pasca Kemerdekaan (1945-1950) Pada masa awal

kemerdekaan, keadaan ekonomi Indonesia sangat buruk. Rekonstruksi dan

Rasionalisasi Angkatan Perang (Rera) 1948, mengalihkan tenaga bekas angkatan

perang ke bidang-bidang produktif. Masa Demokrasi Liberal (1950-1957)

Permasalah ekonomi yang dihadai oleh bangsa Indonesia masih sama seperti

18

Ibid.

Page 12: BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD · 16 BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD A. Kondisi Pertahanan & Keamanan Negara Sejarah pertahanan negara tidak jauh dari

27

sebelumnya. Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1967) Sebagai akibat dari dekrit

presiden 5 Juli 1959, maka Indonesia menjalankan sistem demokrasi terpimpin

dan struktur ekonomi Indonesia menjurus pada sistem etatisme (segala-galanya

diatur oleh pemerintah).

Faktor negara dalam usahanya membangun industri pertahanan maupun

sipil lainya tanpa harus mengandalkan bantuan asing. Anggaran yang besar dalam

pertahanan tetapi tidak untuk meningkatkan industri Hankam melainkan untuk

belanja alutsista membuat Indonesia menjadi negara yang ketergantungan akan

kebutuhan impor senjata maupun peralatan perang lainnya.

Berusaha memperbaiki perekonomian dalam negeri serta mengembangan

industri dalam negeri merupakan tujuan yang di terapkan melalui kebijakan

pemerintah melalui Repelita. Hutang negara yang sudah ada sejak Orde Lama

membuat keterbatasan dalam pemberian modal untuk industri Hankam.

Peran pemerintah adalah sebagai pelanggan barang dan jasa yang

diproduksi industri pertahanan. Bagi industri pertahanan, yang menawarkan

produk yang sangat spesifik, pemerintah negaranya adalah costumer yang paling

utama mungkin satu-satunya. Maka karateristik sektor pertahanan adalah

monopsoni.19

Setiap negara ingin alat peralatan pertahanan dan keamanan

(alpalhankam) mereka adalah buatan dalam negeri sendiri.20

19 Monopsoni berarti pasar dikuasai satu pembeli. Lawannya adalah

monopoli, ketika hanya ada satu penjual di pasar.

20 Silmy Karim., Op.Cit., hlm. 154.

Page 13: BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD · 16 BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD A. Kondisi Pertahanan & Keamanan Negara Sejarah pertahanan negara tidak jauh dari

28

C. PT Pindad Sebagai Industri Senjata Nasional

1. Perencanaan Perusahaan PT Pindad

Pindad memasuki era 80, keinginan pemerintah untuk alih teknologi

semakin bulat. Sesuai fungsi dan tugas pokoknya seperti tertuang di Keputusan

Presiden RI No. 47 tahun 1981, maka Badan Pengkajian Penerapan Teknologi

(BPPT) harus memperhatikan transformasi teknologi yang ditetapkan pemerintah

Indonesia. Termasuk pencapaian pengadaan mesin-mesin untuk keperluan

industri. Maka ketua BPPT melalui Surat Keputusan Nomor :

SL/084/KA/BPPT/VI/81 membentuk tim guna : menyusun Corporate Plan

(rencana perusahaan) Pindad untuk jangka waktu 10 tahun. Tim ini selanjutnya

disebut Team Corporate Plan (Tim Perencanaan Perusahaan) Pindad yang

anggotanya terdiri dari unsur BPPT dan Departemen Pertahanan dan Keamanan

(Dephankam). Dalam penyusunan Corporate Plan perusahaan, disesuaikan dengan

arah pengembangan Pindad yaitu 20% produksi militer dan 80% produsi

komersial. Target ini tetap mengandalkan teknologi dan fasilitas yang ada.21

Tim Corporate Plan Pindad yang dinahkodai Prof. Dr. Ing B.J. Habibie

(juga menjabat Ketua BPPT) menetapkan perencanaan itu secara seksama.

Sebelum tahun 1983 Pindad adalah singkatan Perindustrian Angkatan Darat

merupakan instalasi produksi Angkatan Darat. Tugas pokoknya memproduksi

peralatan militer yang diperlukan Angkatan Darat maupun Departemen

Pertahanan dan Keamanan. Dengan status jawatan, pada saat kurun waktu

sebelum 1983, maka ruang gerak Pindad sangat dibatasi peraturan yang berlaku.

Seperti saat perusahaan ini masih berbentuk A.C.W. akibatnya, meskipun sebuah

21 Sutarto., Prabu Kresna di Pindad , (Bandung : PT. Pindad, 2006), hlm. 33.

Page 14: BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD · 16 BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD A. Kondisi Pertahanan & Keamanan Negara Sejarah pertahanan negara tidak jauh dari

29

instalasi produksi, tapi karena dibatasi oleh peraturan tadi, maka Pindad tidak

dapat bekerja secara ekonomis layaknya perusahaan.

Biaya yang diperlukan untuk kegiatan produksi hanya didapat dari

anggaran tahunan Departemen Hankam. Pendanaan itu juga harus dipertanggung

jawabkan setiap tahun berdasarkan pembukuan kas negara. Hal seperti itu

membatasi perkembangan Pindad sebagai sebuah industri, sehingga pelaksanaan

produksi menjadi kurang efisien karena prinsip-prinsip ekonomi perusahaan dan

manajemen perusahaan tidak dapat dijalankan. Di samping itu Pindad sangat

membebani anggaran Departemen Hankam, karena Dephankam di samping harus

mengeluarkan biaya produksi, dibebani juga biaya penelitian dan pengembangan

serta biaya investasi yang jumlahnya yang cukup besar.

Dephankam menyarankan agar “war making activities” dipisahkan

dengan kegiatan “war support activities” juga diarahkan untuk dipisahkan dari

kegiatan perang. Atas pemikiran tersebut Pindad yang melakukan kegiatan

produksi alat perang, harus lepas dari pengelolaan Departemen Hankam dan

selanjutnya dikelola terpisah sebagai sebuah Persero milik Pemerintah.22

Dasar pemikiran demikian diharapkan akan dapat menberi keuntungan

sebagai berikut:

a. Dapat memproduksi peralatan militer yang dibutuhkan secara

efisien.

b. Dapat juga berfungsi sebagai industri yang menghasilkan produk

komersial.

c. Dapat bekerja sebagai industri yang profit making.

d. Dapat membiayai sendiri penelitian pengembangan dan biaya

investasi.

22 Ibid., hlm 34.

Page 15: BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD · 16 BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD A. Kondisi Pertahanan & Keamanan Negara Sejarah pertahanan negara tidak jauh dari

30

e. Mengembangkan profesionalisme industri.23

Sejalan dengan kebijaksanaan pemerintah dalam Pelita IV, khususnya

dalam pengembangan sektor industri logam dan mesin, maka dirasakan perlu

memberikan perhatian langsung terhadap pengembangan sektor industri. Sebagai

instalasi produksi yang memiliki fasilitas dan keterampilan di bidang tempa dan

pemeliharaan perkakas, maka Pindad selanjutnya diarahkan untuk menghasilkan

produk komersial, seperti produk-produk tempa, mesin perkakas, rem angin,

peralatan proses produksi komponen dan produk stamping (cetakan). Hal ini

sejalan dengan kebijaksanaan pemerintah, khususnya dalam pengembangan sektor

industri logam dan mesin, Pemerintah turun langsung karena sekor ini

membutuhkan teknologi investasi tinggi. Atas dasar itu maka tim yang dibentuk

menyusun Corporate Plan Pindad untuk sepuluh tahun.24

Tugas Tim Corporate Plan meliputi :

a. Menetapkan produk-produk yang akan dihasilkan dan fasilitas

pendukungnya.

b. Menyusun jadwal dan program.

c. Menyusun anggaran untuk pengembangan perusahaan.25

Akhirnya, tim memutuskan Corporate Plan Pindad 10 tahun, yakni 20%

produk militer dan 80% produk komersial. Program ini harus tetap memanfaatkan

dan mengembangkan teknologi serta fasilitas yang tersedia.

Dalam melaksanakan tugas pokoknya sebagai berikut :

a. Menyediakan/memproduksi produk-produk keperluan Dephankam

yang terdiri dari munisi ringan, munisi berat, senjata dan peralatan

23 Ibid., hlm 35.

24 Ibid.

25 Ibid.

Page 16: BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD · 16 BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD A. Kondisi Pertahanan & Keamanan Negara Sejarah pertahanan negara tidak jauh dari

31

militer lainnya, diwajibkan juga untuk menghilangkan ketergantungan

dari pihak manapun.

b. Memproduksi produk-produk komersial yang meliputi mesin perkakas,

produk tempa, air brake system, perkakas, peralatan proses, peralatan

komponen da pesanan khusus.26

Keputusan tim ini diterima semua pihak terkait. Selanjutnya ini dijadikan

pedoman mengembangkan Pindad ke depan sebagai sebuah persero.

Gambar 3.

Serah Terima PT. PINDAD (Persero) dari Kasad Jend. Rudini kepada Prof. Dr.

B.J. Habibie tanggal 29 April 1983

Repro : Buku 50 Tahun ABRI

Sumber : Disjarah AD Tahun 1983

Pada 29 April 1983, Perindustrian Angkatan Darat resmi beralih status dari

institusi yang sebelumnya di bawah naungan Departemen Pertahanan dan

Keamanan menjadi Perseroan Terbatas (PT). Nama barunya PT. Pindad (Persero).

Pindad dibelakang kata PT bukan merupakan singkatan lagi melainkan utuh

sebagai sebuah nama. Selaku direktur utama, menteri keuangan menunjuk Prof.

Dr. Ing. B.J. Habibie. Kala itu Habibie merangkap jabatan sebagai ketua BPPT.

26 Ibid., hlm 36.

Page 17: BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD · 16 BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD A. Kondisi Pertahanan & Keamanan Negara Sejarah pertahanan negara tidak jauh dari

32

Sejak itu, secara efektif peran BPPT dalam mengkaji dan menerapkan teknologi di

Pindad mulai dilaksanakan.27

2. Tahapan Teknologi

Empat tahapan yang harus dilalui dalam penguasaan teknologi sebetulnya

sudah digariskan sejalan dengan pelaksanaan industrialisasi terutama di

lingkungan BUMNIS. Pertama, belajar dari membeli lisensi (membeli desain).

Kedua, memilih disain sendiri. Ketiga, pengembangan (development). Dan

keempat, yaitu penelitian dan pengembangan (Research & Development).

Seperti halnya anggota Badan Pengelola Industri Strategis (BPIS) lainnya ,

Pindad menjalankan misi utama sebagai wahana transformasi industri.

Terapannya melalui implementasi rencana yang spesifik dan juga sebagai wahana

alih teknologi, Pindad mengembangkan produk melalui program produksi yang

menjadi inti dari langkah penguasaan teknologi dan penguasaan pangsa pasar

yang ada.28

Program produksi pindad dibagi menjadi produk militer dan produk

komersial. Produk militer dikembangkan untuk mendukung kebutuhan militer

melalui program senjata. Program mortir dan pendayagunaan fasilitas dalam

produksi munisi berbagai tipe. Sebagai wacana transformasi industri, Pindad

menerapkan implementasi secara bertahap meliputi :29

Tahap pertama, tahap dasar penggunaan teknologi yang sudah ada untuk

proses nilai tambah. Wujudnya produksi barang-barang yang telah ada di pasaran

melalui proses alih teknologi. Pelaksanaan produksinya atas dasar lisensi. Pada

27 Ibid., hlm 37.

28 Ibid., hlm 38.

29 Ibid., hlm 39.

Page 18: BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD · 16 BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD A. Kondisi Pertahanan & Keamanan Negara Sejarah pertahanan negara tidak jauh dari

33

tahap ini, penerapannya didasarkan pada rencana produksi progresif (Progressive

Manufaktur Plan/ PMP).

Tahap Kedua adalah integrasi teknologi yang telah dikuasai ke desain

dan produksi barang-barang baru sama sekali atau belum ada di pasaran.

Kelebihannya dengan menyertakan elemen-elemen penciptaan disertai

pengembangan keahlian desain dan peningkatan keahlian lainnya. Program pada

tahap ini seperti program senjata FNC dengan telah diproduksi varian yang

disesuaikan dengan postur TNI dan POLRI. Tak ketinggalan produksi amunisi

lainnya.

Tahap Ketiga adalah pengembangan teknologi. Teknologi yang telah

dikuasai dikembangkan lebih lanjut dengan menyertakan teknologi baru yang

dikembangkan secara mandiri. Dalam usaha ini diperlukan penciptaan teknologi

baru sama sekali. Dengan melakukan riset dan pengembangan teknologi untuk

mendukung program-program melalui proyek-proyek penelitian.

Tahap Keempat merupakan pelaksaan penelitian dasar bidang ilmu dan

teknologi. Untuk kegiatan ini kerjasama Pemerintah dengan Puspitek, LIPI,

Perguruan Tinggi dan lembaga-lembaga penelitian lain. Bahkan kerjasama

penelitian dengan luar negeri juga dikembangkan.30

30 Ibid.

Page 19: BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD · 16 BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD A. Kondisi Pertahanan & Keamanan Negara Sejarah pertahanan negara tidak jauh dari

34

3. Beberapa Catatan Penting Untuk Mengenal Aktivitas PT. Pindad

a) Business Description

Memproduksi senjata, munisi dan peralatan sistem senjata untuk

kebutuhan Hankam.31

b) Vital Mission Rule

Keputusan Presiden RI No. 59 tahun 1983, sejak 29 April 1983 Pindad

(Perindustrian Angkatan Darat) telah beralih status menjadi Badan Usaha Milik

Negara Industri Strategis (BUMNIS) dengan pemegang saham 100% adalah

pemerintah RI.32

c) Tujuan

Melaksanakan serta menunjang kebijaksanaan program pemerintah di

bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, dan khususnya

dalam bidang industri peralatan militer, industri manufktur, energi dan

transportasi dengan memperhatikan prinsip-prinsip yang berlaku bagi perseroan

terbatas.33

d) Strategi

PT. Pindad konsisten berkelanjutan melakukan pembaharuan dan

pengembangan fasilitas serta kemampuan yang telah dimiliki. Seperti memenuhi

perlengkapan mesin serta peningkatan budaya kerja perusahaan, targetnya dapat

memenuhi standar pasar industri.

e) Produksi

31 Ibid., hlm 41.

32 Ibid.

33 Ibid.

Page 20: BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD · 16 BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD A. Kondisi Pertahanan & Keamanan Negara Sejarah pertahanan negara tidak jauh dari

35

PT. Pindad telah membangun dan menerapkan sistem manajemen mutu

sesuai standar penilaian internasional. Melakukan pembaharuan berkelanjutan

dalam perancangan produksi, proses produksi, pengendalian mutu dan teknik

memproses data setiap langkah produksi. PT. Pindad dapat memenuhi rasio

kualitas, harga yang paling optimal serta memprioritaskan fungsi dan

kehandalan.34

f) Pemasaran

Memberikan konsultasi teknik ke pelanggan mengenai pemilihan produk

yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan sesungguhnya secara khusus.

Memberikan pelayanan purna jual cepat dan efisien, guna menjamin fungsi

produk secara maksimal.35

g) Teknologi

Melakukan pengembangan dan penyesuaian jenis produk agar dapat

memenuhi berbagai kebutuhan baru yang terus meningkat seiring dengan

kemajuan perkembangan teknologi.36

h) Sumber Daya

Guna menghasilkan produk dan jasa yang berkualitas tinggi, PT. Pindad

menerapkan program pengembangan personil yang berkesinambungan. Mereka

dilatih di instansi dan industri dalam maupun luar negeri, seperti : Austria, Jepang,

Swiss, Belgia serta universitas dalam dan luar negeri.

34 Ibid., hlm 42.

35 Ibid.

36 Ibid.

Page 21: BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD · 16 BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD A. Kondisi Pertahanan & Keamanan Negara Sejarah pertahanan negara tidak jauh dari

36

PT. Pindad juga memiliki Departemen Pendidikan dan Pelatihan

(Depdiklat) yang tidak hanya melatih personil perusahaan saja tetapi juga untuk

melatih pelanggan dalam berbagai keterampilan dan pengetahuan. 37

i) Kemitraan

Bekerja sama dengan perusahaan maupun instansi lain dalam rangka

memperoleh keuntungan bagi kedua belah pihak.

Pengabdian Masyarakat

- Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi (PUKK)

- Pelayanan kesehatan kepada masyarakat (RS. PINDAD)

j) Komunitas

Program Bina Lingkungan (BILIK)

k) Peduli Lingkungan

PT. Pindad menerapkan kebijakan untuk melaksanakn pembangunan,

pengembangan perusahaan yang berwawasan lingkungan secara berkelanjutan

dengan menciptakan lingkungan kerja yang aman, nyaman serta bebas dari

kecelakaan, penyakit akibat kerja dan pencemaran lingkungan.

Unsur lingkungan yang dikelola meliputi :38

- Pengelolaan sampah dan limbah

- Pelestarian lingkungan, seperti Flora & Fauna

- Kawasan dan lahan penelitian Flora & Fauna

l) Layanan

Memberikan konsultasi teknik kepada para pelanggan mengenai pemilihan

produk yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan yang sesungguhnya dari tiap-tiap

37 Ibid., hlm 43.

38 Ibid., hlm 44.

Page 22: BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD · 16 BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD A. Kondisi Pertahanan & Keamanan Negara Sejarah pertahanan negara tidak jauh dari

37

kasus. Memberikan pelayanan purna jual yang cepat dan efisien yang dapat

menjamin fungsi produk secara maksimal.39

D. Senjata Pertama 100 Persen Buatan Indonesia

SS1 adalah Senjata 100 persen buatan Pindad muncul.40

Melalui proses

panjang dan keinginan untuk menghilangkan ketergantungan pada negara lain.

Senjata yang berhasil menjadi produk penting dalam produksi militer PT. Pindad

adalah SS1. Dengan awal kemunculan produk senjata asli Pindad kemudian

Pindad menjadi salah satu industri strategis yang diperhitungkan oleh pemerintah.

Sebelumnya Pindad hanya mampu memproduksi senjata luar negeri dari dalam

negeri dengan lisensi dari negara terkait, untuk mengurangi biaya pembelian

senjata dalam memenuhi kebutuhan Hankam.

1. Perakitan Senjata Dalam Negeri

Senapan SS77 kaliber 223 atau 5,56 mm merupakan desain yang dibuat

Pindad sebelumnya. Senapan SS77 mengadopsi senapan AR-18 Rifle yang Frame

dan Receiver (rumah mekanik dan dudukan pasir) dibuat dari plat yang di

stamping, sehingga memudahkan produksi. Keuntungan lain, senapan berkualitas

lebih baik. Pada tahun 1978 dibuatlah prototipe sebanyak 150 pucuk dengan tipe

popor lipat dan diserahkan ke Dinas Penelitian dan Pengembangan (Dislitbang

AD) sebanyak 30 pucuk untuk diuji coba. Perintah Menhankam Pangab tahun

1978 kepada Kasad untuk memilih Senapan Serbu Kaliber 5,56 mm yang handal

39 Ibid.

40 Ibid., hlm 51.

Page 23: BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD · 16 BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD A. Kondisi Pertahanan & Keamanan Negara Sejarah pertahanan negara tidak jauh dari

38

untuk dijadikan senapan standar TNI yang akan diproduksi di dalam negeri. Maka

didatangkan senapan-senapan dari berbagai negara yaitu :41

a) Senapan M16-A1 dari negara Amerika Serikat

b) Senapan HK.33 dari negara Jerman Barat

c) Senapan FNC dari negara Belgia

d) Senapan AR.70 dari negara Italia

e) Senapan Styer dari negara Austria

f) Senapan SG.540 dari negara Swedia

I. Perintah Kasad pada Bulan Mei 1978 kepada Danjen Kobangdiklat42

untuk

membentuk tim uji coba, yang terdiri dari unsur-unsur terkait yaitu :

Dirlitbang43

Kobangdiklat sebagai Ketua

Lakgiat dilaksanakan oleh :Kol. Inf. Alex Suseno

Pussenif dari Departemen Teknik :Mayor Inf. Pieter Hermanus

Pindad dari Kabanglitbangjat44

dan Almil : Mayor CPL. Sutarto

Sedangkan pelaku dari pasukan adalah satu Kompi Yonif 328 LINUD KOSTRAD

dengan Komandan Batalyon Mayor Inf, Bambang Sembodo, uji coba meliputi :45

- Kemudahan bongkar pasang senjata di lapangan

- Kemudahan baris berbaris

- Kehandalan uji tempur di lapangan

41 Ibid., hlm 18.

42 Danjen Kobangdiklat adalah Komandan Jenderal (Danjen) Komando

pembina doktrin, pendidikan dan latihan. http://www.pengertian menurut

paraahli.com, diakses pada 22 Juli 2015.

diakses pada 22 Juli 2015.

43 Dirlitbang adalah Direktur Penelitian dan Pengembangan. http://www.pengertian menurut para ahli.com

diakses pada 22 Juli 2015.

44 Kabanglitbangjat adalah Kepala bagian pengembangan dan penelitian pengembangan senjata. http://www.pengertian menurut para ahli.com

diakses pada 22 Juli 2015.

45 Sutarto., Op.Cit., hlm. 20.

Page 24: BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD · 16 BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD A. Kondisi Pertahanan & Keamanan Negara Sejarah pertahanan negara tidak jauh dari

39

II. Hasil uji coba berdasarkan kriteria penilaian maka mendapatkan urutan

penilaian sebagai berikut :46

1. HK 33

2. M16-A1

3. FNC

4. AR-70

5. SG 540

6. Styer

Kemudian dievaluasi lanjutan kemungkinan untuk diproduksi di Pindad :

Gambar 3.

Senjata HK 33 serta Spesifikasinya

Sumber : Buku Prabu Kresna di Pindad

a) HK 33 dinilai bagus no.1 tetapi tidak diproduksi karena :47

- Prinsip kerja bukan gas operated

- Teknologi pembuatan komponen lebih sulit dan masih ada

komponen yang didatangkan dari Jerman terutama roller

- Pengalaman Thailand tidak melanjutkan produksi senjata

tersebut karena harganya relatif maha

46 Ibid.

47 Ibid., hlm 21.

Page 25: BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD · 16 BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD A. Kondisi Pertahanan & Keamanan Negara Sejarah pertahanan negara tidak jauh dari

40

Gambar 4.

Senjata M.16 A1 serta Spesifikasinya

Sumber : Buku Prabu Kresna di Pindad

b) M16-A1 nilai no.2 disukai oleh para prajurit karena ringan tetapi

tidak diproduksi karena :

- Sebagian komponen harus didatangkan dari Amerika (rumah

mekanik atas dan bawah, juga laras)

- Peluru harus menggunakan peluru buatan Amerika

- Penggunaan di luar Indonesia harus seizin kongres Amerika

- Produksi dibatasi maksimal 150.000 pucuk.

Page 26: BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD · 16 BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD A. Kondisi Pertahanan & Keamanan Negara Sejarah pertahanan negara tidak jauh dari

41

Gambar 5.

Senjata FNC serta Spesifikasinya

Sumber : Buku Prabu Kresna di Pindad

c) FNC nilai no.3 Senapan diadopsi untuk diproduksi di Pindad

dengan pertimbangan sebagai berikut :

- Sudah menggunakan laras kisar 7 inchi dengan peluru SS. 109

(peluru inti baja)

- Semua komponen dapat dibuat di Pindad

- Penyerapan teknologi 100% diberikan ke Indonesia

- Pembuatan produksi minimal 200.000 pucuk

2. Lahirnya SS1

a) Diawali dengan surat perintah kepala BPPT Nomor :

059/KA/BPPT/V/1982 tanggal 18 Mei 1982, tentang pembentukan

tim negosiasi untuk mengadakan perundingan dengan pihak FN

Herstal Belgia. Dalam rangka bantuan teknis pengembangan desain

dan produksi Senapan Serbu (SS).

b) Hasil laporan ketua tim negosiasi pengembangan desain dan

produksi senapan serbu, pada rapat tim industri Hankam tanggal 3

Juni 1982 telah disepakati bahwa FNC ciptaan pabrik FN Herstal SA

Page 27: BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD · 16 BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD A. Kondisi Pertahanan & Keamanan Negara Sejarah pertahanan negara tidak jauh dari

42

dari Belgia menjadi calon tunggal senjata yang diproduksi dalam

negeri.

c) Laporan Senior Scientist/Asren UPT Industri Hankam BPPT Brigjen

TNI (Purn) Ir. R.M. Abdi Krim Kusumo Putra, bahwa untuk

produksi senjata SS memerlukan waktu lama yaitu 6 hingga 8 tahun.

Rentang waktu bisa dicapai pabrikan senjata yang berpengalaman

dan menggunakan sistem komputer sebagai alat bantu desain.48

Mengacu kesepakatan antara BPPT dan FN Herstal SA pada tanggal 17

Februari 1983 setelah 200.000 pucuk senapan yang diproduksi Pindad tidak perlu

bayar Royalti49

Surat Sekretaris Jenderal Departemen Pertahanan kepada B.J

Habibie Dierktur Utama Pindad tanggal 25 Juli 1984 yang

ditandatangani Yogi Supardi tentang rencana produksi sejumlah

200.000 pucuk senapan SS1 selama 10 (sepuluh) tahun.

Surat Assistem Logistik Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia

Angkatan Darat ke Kadislitbang tanggal 6 Agustus 1984 tentang

saran modifikasi senjata FNC sesuai kebutuhan operasional TNI-

AD yang ditandatangani oleh Mayor Jenderal TNI Ishak Odang.

Surat Menteri/Sekretaris Negara selaku ketua Tim Pengendali

Pengadaan Barang/Peralatan Pemerintah yang ditandatangani

Sudharmono, SH tanggal 18 Juni 1984 tentang persetujuan

pembukaan LC untuk program produksi senjata ringan FNC.

48 Ibid., hlm 51.

49 Ibid., hlm 52.

Page 28: BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD · 16 BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD A. Kondisi Pertahanan & Keamanan Negara Sejarah pertahanan negara tidak jauh dari

43

3. Program Retrofit (Perbaikan)

a) Pindad mendapatkan kesempatan memperbaiki ribuan FNC yang

dibeli Dephankam 20.000 pucuk langsung dari Belgia. Senjata

ini banyak mengalami kendala saat digunakan. Sesuai

kesepakatan, FN Herstal selaku produsen bersedia membiayai

perbaikan FNC. Tiap pucuknya mendapat talangan 12 USD.

Sesuai dengan surat perintah Kasad kepada Kajanpalad yang

ditandatangani Asisten Logistik Kasad Mayor Jenderal TNI

Ishak Odang tanggal 12 Oktober 1984, untuk melaksanakan

retrofit senapan FNC di Pindad.

b) Untuk kelancaran alih teknologi SS1 di Pindad, maka dibentuk

suatu tim proyek SS1. Tim dipimpin Kepala Divisi Perakitan

Kol. CPL. Ir. Yuwono S dan sebagai wakil Letkol CPL. Sutarto

yang juga kepala Departemen Perakitan Senjata. Dan tim ini

bertugas menyusun realisasi pelaksanaaan retrofit senapan FNC

yang ada di pasukan yang dilakukan dengan 5 (lima) lokasi

pelaksanaan retrofit.

Pelaksanaan Retrofit dilaksanakan di Kodam-kodam dan di PT. Pindad

dengan jumlah sebagai berikut :50

a) PT. Pindad Bandung sebanyak 13.221 pucuk.

b) Paldam IV/Diponegoro Semarang sebanyak 1.533 pucuk.

c) Paldam V/Brawijaya Surabaya :

- TNI AD : 1.631 pucuk

50 Ibid., hlm 53.

Page 29: BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD · 16 BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD A. Kondisi Pertahanan & Keamanan Negara Sejarah pertahanan negara tidak jauh dari

44

- TNI AU : 480 pucuk

- TNI AL : 750 pucuk

Totak : 2.861 pucuk.

d) Paldam I/Bukit Barisan di Medan 572 pucuk.

e) Paldam VII/Wirabuana Makasar 1.774 pucuk Jumlah : 19.961

pucuk

Bagan 2.

KRONOLOGIS RETROFIT

Sumber: Buku Prabu Kresna di Pindad.

Pelaksanaan produksi SS1 sesuai dengan program dilakukan dengan alih

teknologi PMP (Progressive Manufakturing Plan) dalam pelaksanaaan produksi

SS1 mengalami penyempurnaan product development 4 tahap yaitu :51

1. Temuan hasil Litbang Pindad dan FN.

2. Keinginan pengguna atas dasar temuan pemakai di lapangan.

3. Perkembangan teknik manufaktur dan penyempurnaan SS1.

4. Perkembangan kebutuhan operasi di lapangan.

51 Ibid., hlm 51.

PT PINDAD

PROGRAM FNC

SURVEY

KODAM-KODAM

1. KONDISI

SENJATA

2.KELUHAN/

SARAN

PRAJURIT

PT PINDAD

F.N

1. RETROFIT

MEKANIK

2.SURFACE

TRATMENT

Page 30: BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD · 16 BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD A. Kondisi Pertahanan & Keamanan Negara Sejarah pertahanan negara tidak jauh dari

45

Untuk memenuhi kebutuhan pasukan yang sangat mendesak,

maka dalam menuunggu persiapan produksi di PT. Pindad pada

September 1984 Departemen Hankam mendatangkan 8.000

pucuk senjata terdiri dari 2 (dua) jenis yaitu :52

- SS1 - V1 sebanyak 4.000 pucuk

- SS1 - V2 sebanyak 4.000 pucuk

Senapan tersebut sebagian sudah menggunakan komponen yang sudah mengalami

perubahan dan sebagian masih asli FNC, khusus SS1- V2 masuk ke Pindad bulan

Agustus 1986 dalam pelaksaan produksi dibuat phase sebagai berikut :53

Pelaksanaan phase tersebut disesuaikan dengan tahap PMP dari

kemampuan produksi Pindad antara lain :

Phase 1 : sebanyak 21 macam komponen dibuat di PT. Pindad

Phase 2 : sebanyak 61 komponen

Phase 3a : sebanyak 79 komponen

Phase 3b : sebanyak 76 komponen

Phase 3c : 6 assembling group adalah 13 komponen

Phase 4 : 2 komponen block support dan frame trigger

E. Pengembangan Industri Hankam

1. Proyeksi Kondisi Pengembangan Industri Hankam

Dengan memperhatikan kedudukan dan peranan industri Hankam sebagai

komponen pendukung kekuatan pertahanan keamanan negara dan sebagai

komponen atau bagian dari industri nasional, maka dalam upaya pengembangan

industri Hankam terdapat 3 faktor utama yang mempengaruhinya yaitu :

Pertama, ciri-ciri dari industri Hankam yang memproduksi alat utama Hankam

yang terdiri dari : (1) pengembangannya memerlukan invertasi yang cukup besar ;

52 Ibid., hlm 53.

53 Ibid.

Page 31: BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD · 16 BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD A. Kondisi Pertahanan & Keamanan Negara Sejarah pertahanan negara tidak jauh dari

46

(2) perannya sebagai pendukung alat utama Hankam yang bersifat canggih, maka

dituntut bahwa industri Hankam harus selalu menggunakan teknologi canggih.

Oleh karena itu pada dasarnya industri Hankam bersifat padat modal; (3)

membutuhkan tenaga ahli yang berkualitas tinggi dan (4) perlu didukung oleh

kemampuan penelitian dan pengembangan yang tinggi pula ; (5) mampu

memproduksi alat utama Hankam dan alat komersial.54

Kedua, karena industri Hankam merupakan komponen atau bagian dari industri

nasional, maka industri Hankam turut mewujudkan pencapaian sasaran industri

nasional. Oleh karena itu melali pembahasan terhadap sasaran industri nasional

dengan pola pikir ketahanan nasional, akan dapat diturunkan proyeksi sasaran

industri Hankam mencakup :

1. Ideologi-politik.

a) Dilingkungan industri Hankam harus dapat terbina dan terciptanya

suasana dan hubungan kerja yang mencerminkan penghayatan dan

pengamalan pancasila secara nyata.

b) Pengelolaan dan pengembangan industri Hankam harus dilandasi

oleh semangat dan jiwa Pasal 33 UUD 1945.

2. Ekonomi.

a) Upaya pembangunan pabrik dan peningkatan kasitas produksi.

Upaya dibidang ini sejak dari awal Pelita IV telah dilakukan.

Karena pembangunan industri Hankam memerlukan investasi yang

besar, perkembangannya masih sangat tergantung dari

perkembangan penerimaan pemerintah dari dalam negeri maupun

54 Chaidir Basrie, “Pembangunan Industri Pertahanan Keamanan Untuk Memenuhi Kebutuhan Peralatan Hankam”, Tesis, (Jakarta : UI, 1987), hlm, 176.

Page 32: BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD · 16 BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD A. Kondisi Pertahanan & Keamanan Negara Sejarah pertahanan negara tidak jauh dari

47

dari luar negeri. Disamping itu perluasan kapasitas produksi masih

tergantung dari luasnya pemasaran baik didalam maupun diluar

negeri.

b) Upaya untuk mempercepat pertumbuhan lapangan kerja, karena

ciri industri Hankam pada dasarnya padat modal, sulit diharapkan

untuk dapat memberikan lapangan kerja yang luas didalam industri

Hankam itu sendiri. Tetapi melalui kebutuhan bahan baku, sarana

dan prasarana produksi maupun sarana prasarana pendistribusian

hasil-hasil produksi serta kebutuhan lainnya, yang dikerjakan oleh

kontraktor atau oleh industri lainnya secara berantai, akan

menumbuhkan lapangan kerja yang cukup banyak.

c) Upaya untuk mendorong dan meningkatkan pembagian pendapatan

yang makin merata. Dalam upaya dibidang ini, industri Hankam

dapat melaksanakan perannya seperti halnya dengan upaya

mempercepat pertumbuhan lapangan kerja.

d) Upaya meningkatkan percepatan pertumbuhan ekonomi.

Penguasaan dan pengembangan teknologi dan industri yang

canggih oleh industri Hankam serta kemampuannya untuk

mendukung dan menyebarluaskan penggunaan teknologi maju

pada industri nasional lainnya serta kemampuan industri Hankam

untuk mengeksport hasil-hasil produksinya, akan turut

mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional.

e) Mendorong pengembangan eksport non-migas. Industri Hankam

yang memiliki potensi untuk memproduksi alat utama Hankam dan

Page 33: BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD · 16 BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD A. Kondisi Pertahanan & Keamanan Negara Sejarah pertahanan negara tidak jauh dari

48

alat peralatan komersial, harus berusaha memperluas

pemasarannya kenegara-negara lain, baik peralatan komersial

maupun peralatan Hankam.

3. Sosial budaya.

a) Mendorong peningkatan, kualitas dan kemampuan manusia

Indonesia untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi,

meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja, penguasaan

rancang bangun dan perekayasaan, manajemen, kejuruan.

b) Terbinanya kerjasama dibidang teknologi dan industri dengan

negara-negara-negara lain melalui kegiatan penelitian dan

pengembangan, maupun dibidang pemasaran.

c) Mendorong dan menggerakan bangsa Indonesia untuk

menggunakan hasil produksi dalam negeri.

d) Terbinanya pemanfaatan dan kelestarian lingkungan.

4. Pertahanan keamanan.

a) Terbinanya industri Hankam, khususnya industri yang tetapkan

berdasarkan Kep Pres No. 59 Tahun 1983, untuk mendukung

kebutuhan alat utama Hankam.

b) Terbinanya industri nasional lainnya yang tersebar diseluruh

wilayah nusantara untuk mewujudkan kemampuan sistem logistik

wilayah.

Page 34: BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD · 16 BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD A. Kondisi Pertahanan & Keamanan Negara Sejarah pertahanan negara tidak jauh dari

49

c) Terbinannya kemampuan dan kesiap-siagaan mobilisasi industri

Hankam dan industri nasional lainnya yang dapat dikonversikan

menjadi industri Hankam, bila keadaan negara membutuhkan.55

Ketiga, sebagai komponen pendukung kekuatan pertahanan keamanan, maka dari

sasaran atau tingkat kondisi ketahanan nasional dibidang Hankam, dapat

diturunkan sasaran industri Hankam sebagai berikut :

1. Ideologi politik

Terbinannya suasana dan kondisi, pengelolaan dan pengembangan

industri Hankam dilandasi oleh sikap mental, semangat kejuangan

sapta marga dan sumpah prajurit serta makin mantapnya penerapan

demokrasi ekonomi.

2. Ekonomi.

Terbinannnya kemampuan industri Hankam semaksimal mungkin

memenuhi kebutuhan alat utama Hankam atau setidak-tidaknya

memiliki kemampuan membuat desain dan protype alat utama

Hankam.

3. Sosial budaya.

a) Terbinannya kesadaran para karyawan bahwa tugas pengabdiannya

dilingkungan industri Hankam merupakan bagian penunaian hak

dan kewajibannya turut serta dalam usaha pembelaan negara.

b) Terbinanya kelestarian lingkungan dari pencemaran yang

diakibatkan oleh industri Hankam.

55

Ibid., hlm. 181.

Page 35: BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD · 16 BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD A. Kondisi Pertahanan & Keamanan Negara Sejarah pertahanan negara tidak jauh dari

50

4. Pertahanan keamanan.

a) Terwujudnya kemampuan industri Hankam untuk mendukung

kemandirian dalam penyelenggaraan pertahanan keamanan,

terutama dalam upaya mendukung pengembangan kekuatan ABRI

yang tangguh dan modern.

b) Terbinanya kemampuan dan kesiapan pelaksanaan mobilisasi

industri Hankam untuk mendukung kepentingan penyelenggaraan

Hankam dalam keadaan darurat atau bahaya.

c) Terbinannya kemampuan industri Hankam untuk mendukung

perwujudan sistem logistik wilayah, terutama dalam upaya

menunjang kemampuan bengkel-bengkel untuk melakukan

pemeliharaan, perbaikan-perbaikan alat utama Hankam.56

Pindad sebagai salah satu industri Hankam yang turut berperan dalam

pertahankan dan keamanan negara diwujudkan melalui pengembangan teknologi

maupun alat Hankam. Pengembangan senjata untuk perlengkapan militer TNI

khususnya Angkatan Darat merupakan faktor penting dalam mewujudkan visi dan

tujuan Pindad.

2. Pembinaan Industri Hankam.

Dalam rangka mengembangkan industri Hankam, pemerintah telah menata

organisasi pembinaan industri Hankam yaitu dengan membentuk “Team

pengembangan Industri Hankam” dan “Dewan pembina dan pengelola industri-

industri strategis dan industri Hankam”. Team pengembangan industri Hankam

56

Ibid., hlm. 182.

Page 36: BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD · 16 BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD A. Kondisi Pertahanan & Keamanan Negara Sejarah pertahanan negara tidak jauh dari

51

dibentuk dengan Kep. Pres no. 40 tahun 1980 bertugas membantu Presiden untuk

merumuskan kebijaksanaan Pemerintah guna pengembangan industri Hankam

secara terpadu, efektif dan efisien, dengan memanfaatkan industri nasional yang

telah ada milik Pemerintah serta menyiapkan rencana pelaksanaannya dan

mengawasi pelaksanaan program pengembangan industri Hankam. Team

pengembangan industri Hankam terdiri dari Menteri Negara Ristek/ Ketua Badan

Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sebagai ketua merangkap anggota

serta Menteri Hankam dan Menteri Perindustrian sebagai anggota, dan dibantu

oleh seorang Sekretaris yang diangkat oleh Presiden. Dewan Pembina dan

Pengelola Industri Strategis dan Industri Hankam dibentuk dengan Kep. Pres no.

59 tahun 1983 bertugas membantu Presiden dalam merumuskan kebijaksanaan

mengenai pengembangan jangka panjang industri-industri strategi serta

mengkoordinasikan perencanaan dan pelaksanaan dari pembinaan dan

pengelolaan industri-industri strategis.57

Dewan ini terdiri dari Menteri Negara Ristek selaku Ketua merangkap

anggota, serta Menteri Perindustrian, Menteri Hankam, Menteri Perhubungan,

Menteri Parpostel, Menteri Sekneg dan Pangab, masing-masing sebagai anggota.

Untuk kelancaran tugas Dewan Pembina Industri Strategis sehari-hari, dengan

Kep. Pres dibentuk suatu Badan Pelaksana Pengelola Industri Strategis (BPPIS).

Sebagai Ketua Dewan merangkap Ketua BPPIS adalah Menteri Negara

Ristek/Ketua BPPT. Sebelum terbentuknya BPPIS , maka tugas sehari-hari

Dewan dilakukan oleh BPP Teknologi. Untuk melaksanakan tugas tersebut oleh

Ka BPPT dibentuk Tim Pelaksana Pengelola Industri Strategis dan Industri

57

Ibid., hlm. 197.

Page 37: BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD · 16 BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD A. Kondisi Pertahanan & Keamanan Negara Sejarah pertahanan negara tidak jauh dari

52

Hankam (TPPIS). Tim ini tampaknya merupakan embrional pembentukan BPPIS.

Baik Team Pengembangan Industri Hankam maupun Dewan Pembina Industri

Strategis pembinaanya dibebankan kepada anggaran BPPT.58

Kebijaksanaan dalam upaya pengembangan industri strategis ada 3

kendala yang dihadapi yaitu : (1) kelangkaan dana; (2) kelangkaan tenaga ahli

(didalam segala bidang dan tingkatan); (3) penguasaan teknologi. Kendala-

kendala ini pemecahannya berkaitan erat dengan tugas dan program yang

dilaksanakan oleh BPPT. Berhubung dengan adanya kenyataan kendala-kendala

tersebut dan adanya keterkaitan dengan industri strategis dengan industri-industri

nasional lainnya serta sasaran industri Hankam yang berkaitan pula dengan

ideologi-politik, ekonomi, sosial-budaya, maka hal-hal yang perlu diperhatikan

dalam upaya memantapkan koordinasi dan pengendalian industri Hankam :

a) Keanggotaan Dewan Pembinaan Industri Strategis diperluas

dengan Menteri Keuangan, Menteri Dikbud, Menteri Bappenas dan

Ketua LIPI.

b) BPPIS yang dibentuk dengan Keppres di dalam pelaksanaan

kegiatannya merumuskan program-program pengembangan

industri Hankam harus selalu dilandasi pola pikir

pendekatanketahanan nasional serta meningkatkan efisiensi,

efektivitas dan produktivitas industr-industri strategis selaku

BUMN.59

58

Ibid., hlm. 198.

59

Ibid., hlm. 199.

Page 38: BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD · 16 BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD A. Kondisi Pertahanan & Keamanan Negara Sejarah pertahanan negara tidak jauh dari

53

3. Perangkat Lunak Pedoman/Pengarah Koordinasi dan

Pengendalian.

Politik dan strategi Hankam merupakan salah satu perangkat lunak yang

pokok, untuk mengkoordinasikan dan mengendalikan upaya pengembangan

industri Hankam. Politik dan strategis Hankam isinya melingkupi (1) Penilaian

terhadap ancaman yang diperkirakan akan dihadapi bangsa dan negara Indonesia

dalam jangka sedang; (2) Rumusan sasaran, kebijaksanaan dan strategi serta

pengembangan kemampuan komponen kekuatan pertahanan keamanan jangka

sedang dalam upaya pertahanan keamanan dan mendukung serta mengamankan

kebijaksanaan pembangunan nasional, dan (3) penentuan Pola Umum

pembangunan kemampuan dan kekuatan pertahanan keamanan.60

Politik dan strategi Hankam merupakan pedoman bagi Pemerintah dan

masyarakat bangsa Indonesia dalam upaya membangun dan menggunakan

komponen kekuatan Hankam. Oleh karena itu Politik dan Strategi Hankam bukan

semata-mata pedoman bagi Departemen Hankam dan ABRI beserta segenap

jajarannya dalam melaksanakan pembangunan dan penggunaan kekuatan

Hankam, tetapi juga merupakan podoman bagi segenap Departemen/Aparatur

negara dan segenap masyarakat yang turut serta melaksanakan dan mendukung

penyelenggaraan Hankam. Karena Politik dan Strategi Hankam merupakan

pedoman baik dilingkungan Departemen Hankam/ABRI maupun di lingkungan

Departemen/Instansi Pemerintrah lainnya dan masyarakat, maka Politik dan

Strategi Hankam merupakan produk yang dikeluarkan oleh Presiden (Keppres).

60

Ibid., hlm. 200.

Page 39: BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD · 16 BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD A. Kondisi Pertahanan & Keamanan Negara Sejarah pertahanan negara tidak jauh dari

54

Berdasarkan ketentuan UU Pertahanan Keamanan, rancangan Politik dan Strategi

Hankam disusun oleh Dewan Pertahanan Keamanan Nasional.61

F. Realisasi Pembangunan Pertahanan Keamanan Dalam

Kebijakan Pemerintah

1. Repelita I-III

Usaha pembanugunan dibidang pertahanan keamanan sebelumnya masih

sangat terbatas. Keadaan ini tercermin dalam proyeksi anggaran pembangunan

Repelita, bidang Hankam mendapat tempat prioritas yang paling rendah, yaitu

sebesar2, 64% dari seluruh anggaran pembangunan dalam Repelita I. Usaha

peningkatan daya tahan dan tingkat kesiap-siagaan serta peremajaan material

Hankam selama Repelita I dilakukan sangat terbatas dan selektif berdasarkan

skala yang tajam dan mutlak.62

Kedudukan dan peranan sektor Hankam pada kurun waktu Pelita II tetap

tidak berubah ialah membangun dan memantapkan sektor Hankam untuk

menunjang pelaksanaan Repelita II secara optimal. Disamping itu sektor Hankam

harus juga ikut berperan meningkatkan usaha ketahanan nasional di segala aspek

kehidupan nasional. Dari 17 sektor pembangunan dalam Repelita II,

pembangunan sektor Hankam menempati urutan prioritas ke-9 dengan anggaran

pembangunan yang diproyeksi sebesar 2,4 % dari seluruh rancangan anggaran

61

Ibid.

62

Buku III, Rencana Pembangunan Lima Tahun Kedua (Repelita II,

lampiran Keppres nomor 11 tahun 1974, Bab 28, hlm 333.

Page 40: BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD · 16 BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD A. Kondisi Pertahanan & Keamanan Negara Sejarah pertahanan negara tidak jauh dari

55

Repelita II. Penjabaran pembangunan sektor Hankam dalam Repelita II,

dituangkan dalam “Rencana Sasaran Strategi Hankam I (1974-1978).63

Renstra Hankam ke-II, dalam penjabarannya sudah mulai memperbesar

lingkup kegiatan dengan memanfaatkan hasil-hasil Renstra Hankam I. Satuan

kekuatan tempur mulai digarap secara instensif dengan program pemantapan

batalion yang berintikan kekuatan tempur darat. Dibidang pembekalan dan

pemeliharaan dalam Repelita III, memberikan prioritas pada peningkatan atau

perwujudan kemampuan produksi senjata ringan. Biaya pembangunan disektor

Hankam yang diproyeksikan dalam Repelita III adalah 7,3 %dari rancangan

anggaran Repelita III. Maka dari itu, hasil produksi Pindad ditingkatkan dalam

Renstra II untuk produksi senjata ringan.

2. Repelita IV

Pembangunan pertahanan keamanan dalam Repelita IV yang

penjabarannya pada Renstra Hankam III, kegiatan pembangunan Hankam

ditingkatkan baik dalam intensitas maupun dalam ruang lingkupnya. Renstra

Hankam ini diwarnai oleh UU nomor 20 tahun 1982. Prinsip-prinsip

penyelenggaraan pertahanan keamanan yang berkaitan dan memberikan gaya

pertahanan keamanan serta menentukan pengembangan kekuatan ABRI. Prinsip-

prinsip yang dimaksud adalah pertama pertahanan defensif aktif yang

menggambarkan pandangan bangsa Indonesia tentang perang dan damai, kedua

hakekat pertahanan keamanan adalah perlawanan rakyat semesta dengan

mendayagunakan segenap sumber daya nasional dan prasarana nasional, yang

63

Rencana Sasaran Strategis (RENSTRA) Hankam adalah Program Lima

Tahun dibidang Hankam yang memuat pokok-pokok rencana pencapaian sasaran

program pembangunan Hankam secara bertahan dalam waktu lima tahun beserta

proyeksi alokasi anggarannya.

Page 41: BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD · 16 BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD A. Kondisi Pertahanan & Keamanan Negara Sejarah pertahanan negara tidak jauh dari

56

dilaksanakan dengan sistem pertahanan keamanan rakyat semesta dan ketiga

penerapan nyata dari wawasan nusantara menjadi kepentingan pertahanan

keamanan yang harus ditegakkan. Sasaran pembangunan Hankam khususnya

pengembangan penyusunan pengikutsertaan rakyat dalam Hankam dititik

beratkan pada bidang perangkat lunaknya yaitu landasan peraturan perundang-

undangnya sebagai penjabaran dari ketentuan UU nomor 20 tahun 1982.64

Sasaran pembangunan pertahanan keamanan pada aspek material

diarahkan pertama kepada memperpanjang usia pakai alat utama ABRI yang

belum mungkin diganti dengan alat utama jenis baru, melalui renovasi,

rehabilitasi, refit, kedua upaya untuk memproduksi paling tidak peralatan dan

bahan-bahan lain yang dianggap sebagai kebutuhan minimum untuk

menyelenggarakan pertahanan keamanan. Oleh karena itu perhatian utama harus

ditumpahkan kepada pengembangan industri senjata ringan, bahan peledan dan

munisi, alat optik militer, alat elektronik dan peralatan lain yang sederhana tetapi

dapat diproduksi di dalam negeri. Satu hal yang mendasar yang diletakkan oleh

Renstra Hankam III dalam pembangunan pertahanan keamanan yang modern

yaitu adanya sasaran pengembangan partisipasi ilmu pengetahuan dan teknologi

dalam upaya pertahanan keamanan. Dan oleh karenanya upaya pengalihan

teknologi harus mendapatkan prioritas dalam pembangunan pertahanan

keamanan. Apabila sasaran-sasaran yang telah ditetapkan dalam Renstra Hankam

III, baik pada aspek perangkat lunaknya, dihubungkan dengan strategi Hankam

yang diisyaratkan UU no. 20 tahun 1982 yaitu “penangkalan”, maka Renstra

64

Chaidir Basrie., Op.Cit., hlm. 73.

Page 42: BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD · 16 BAB II LATAR BELAKANG INDUSTRI SENJATA PINDAD A. Kondisi Pertahanan & Keamanan Negara Sejarah pertahanan negara tidak jauh dari

57

Hankam III akan meletakkan landasan bagi perwujudan penangkalan melalui

Renstra-Renstra berikutnya.65

Dari rangkaian pembangunan pertahanan sejak Pelita I sampai Pelita III,

sebagian besar dari Alat Utama Hankam masih bergantung pada import dari

berbagai negara. Sebagai akibatnya banyak macam tipe alat utama Hankam yang

dimiliki berasal dari Amerika, Russia, Inggris, Belgia, Australia, Jerman Barat,

Korea dan lain-lain. Keadaan demikian menimbukan kerwanan. Kerawanan ini

mulai dari hal yang bersifat teknis dibidang penyediaan suku cadang dan material

bekal yang khusus, sampai pada hal yang bersifat strategis perkembangan alat

utama yang baru akibat dari perkembangan teknologi, yang membuat alat utama

lama yang dimiliki menjadi kurang efektif.

Sasaran pokok dari pembangunan Hankam yang dilakukan dalam Renstra

Hankam III untuk merealisir unsur pokok kedua dari konsepsi penangkalan.

Sedangkan penyiapan perangkat lunak merupakan landasan bagi realisasi unsur

pokok pertama dari konsepsi penangkalan. Biaya pembangunan pertahanan dalam

Repelita IV, diproyeksikan sebesar 6,66 % dari anggaran Repelita tersebut.

65 Ibid., hlm. 75.