Upload
auriga2008
View
38
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
rfkjvfdjkfd lknklrrb lkkkb lklknbng
Citation preview
BAB IIORGANISASI DAN DATA TEKNIS
2.1 Lokasi Pekerjaan
Pekerjaan tempat penulis melakukan Praktik Kerja Lapangan adalah
bagian dari PAB Cimanuk – Cisanggarung. Dalam pelaksanaannya di tangani
oleh PPK-14 Penyedia Air Baku untuk tahun anggaran 2013. Dengan nama paket
Pelaksanaan Pekerjaan Normalisasi Alur Sungai Jamblang di Desa Jamblang
Kecamatan Gunungjati Kabupaten Cirebon.
Pekerjaan tersebut terletak pada º65.75.9ˮ LS dan º108 520 64.09” Eelevasi
15 m. Salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan petani agar tidak kekurangan
air disaat musim kemarau, maka pihak yang berwewenang khususnya SNVT
PJPA Cimanuk-Cisanggarung melalui PPK-14 Penyedia Air Baku mengupayakan
agar daya tampung sungai tersebut lebih meningkat dibandingkan sebelumnya.
Sehingga Petani bisa panen tepat waktu dan tidak terjadi gagal panen.
Gambar 2.1 Lokasi Sungai Jamblang
2.2 Data Umum Pekerjaan
Berikut ini adalah data umum dari Pelaksanaan Pekerjaan Normalisasi Alur
Sungai di Kabupaten Cirebon.
-Nama Pekerjaan :Pengerukan Longe Storage Bendung Karet Jamblang Kecamatan Gunungjati
-Nama Satuan Kerja ( Satker ) :SNVT PJPA
-Pejabat Pembuat Komitmen :PPK-14 PAB
-Alamat Kantor :Jl. Bypass Km 3 Pilangsari,
Jatibarang Indramayu
-Nomor Telepon : ( 0234 ) 351073
-Tahun Anggaran : 2013
2.3 Struktur Organisasi
2.3.1 Umum
Organisasi Proyek adalah suatu susunan skematis yang menunjukan
fungsi departemen serta posisi dalam sebuah organisasi yang akan berhubungan,
yang pada hakekatnya struktur organisasi proyek adalah struktur organisasi
fungsional. Struktur organisasi proyek meliputi prosedur dan hubungan kerja
antara keseluruhan komponen dalam proyek serta dalam pelaksanaan Peningkatan
Bendung Karet Jamblang instansi yang terlibat adalah sebagai berikut:
a) Balai Besar Wilayah Sungai Cimanuk – Cisanggarung Pemerintahan
Pusat (Kementrian Pekerjaan Umum)
b) Kontraktor Pelaksana
c) Konsultan Supervisi
Hubungan Kerja dalam proyek dapat dilihat seperti diagram di bawah ini:.
Gambar diagram 2.2 Hubungan kerja
Keterangan Gambar :
Hubungan Kerjasama ( Kontrak )
Hubungan Fungsional
Gambar Diagram 2.3.1 Hubungan Kerja
Hubungan Kerjasama (Kontrak) merupakan suatu hubungan yang berdasarkan
atas kontrak dua pihak atau lebih yang terlibat kerjasama, dimana kontrak itu
sendiri adalah persetujuan antara kedua belah pihak atau lebih yang mempunyai
kekuatan hukum. Kesepakatan itu dapat tercapai setelah salah satu dari kedua
belah pihak tersebut menerima penawaran yang diajukan oleh pihak yang lain
untuk melakukan sesuatu seperti yang telah tercantum dalam dokumen
penawaran.
Pengguna Jasa
Konsultan supervisi
Konsultan Perencanaan
Kontraktor
KA. SATKER
PELAKSANATEKNIK
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN (PPK)
PELAKSANAKEGIATAN
PELAKSANAADM
PEMEGANGUMK
STAFTEKNIK
PENGAWASLAPANGAN
STAFADM
2.3.2 Struktur Organisasi
I. Organisasi Pengguna Jasa
Gambar. 2.3 Struktur Organisasi Pengguna JasaSumber :Rencana Mutu Kontrak
Pemilik pekerjaan yaitu orang / perseorangan, badan hukum, perusahaan
atau instansi yang memiliki serta membiayai pembangunan pekerjaan. Dalam hal
ini pemilik pekerjaan adalah Pemerintah dengan memberi kepercayaan kepada
Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. Penyediaan
Air Baku PPK 14 SNVT PJPA Cimanuk – Cisanggarung
Adapun tugas dan tanggung jawab pemilik pekerjaan adalah sbb :
a. Menyusun perencanaan pekerjaan, berupa gambar bestek, rencana
anggaran biaya (RAB) dan rencana kerja beserta dengan syarat –
syaratnya.
b. Memeriksa berkas mutual check (MC) sebagai dasar pembayaran.
c. Memimpin dan mengadakan pengawasan utama dalam pelaksanaan
pekerjaan sehingga sesuai dengan apa yang telah di rencanakan.
d. Berhak memperingatkan dan membatalkan suatu tahapan pekerjaan bila
terjadi penyimpangan yang tidak sesuai dengan syarat yang telah
disepakati bersama.
e. Berhak melakukan perubahan dalam pekerjaan yang disebabkan oleh
kondisi yang belum terbayangkan seluruhnya, untuk kemajuan pekerjaan.
f. Membuat dan mengirimkan dokumen penarikan dana yang harus
dilakukan menurut bentuk dan cara yang telah ditetapkan.
g. Bersama – sama dengan pihak kontraktor mengevaluasi kemajuan, mutu,
biaya dan keamanan pekerjaan.
h. Melaporkan setiap terjadinya kerugian negara menurut bentuk dan cara
yang ditetapkan tepat pada waktunya.
i. Membuat dan mengirim berita acara penyerahan pekerjaan selesai
(sebagian atau keseluruhan).
j. Bertanggung jawab baik dari segi keuangan maupun fisik untuk
pekerjaan yang dipimpinnya sesuai dengan Rencana Mutu Kontrak
(RMK) Surat Perjanjian untuk pekerjaan yang bersangkutan.
k. Bertanggung jawab untuk tidak mengadakan ikatan yang membawa
akibat terlampauinya batas anggaran yang tersedia dalam tolak ukur
anggaran pengeluaran sesuai dengan Daftar Isian Pekerjaan atau
Petunjuk Operasional yang bersangkutan.
PELAKSANAAN TEKNIK
Tugas :
Membantu PPK melakukan kegiatan :
1. Melaksanakan pekerjaan perencanaan teknik untuk pekerjaan-pekerjaan
yang akan dilaksanakan, termasuk penyusunan spesifikasi teknik dan
rencana anggaran biaya dan perubahannya.
2. Bersama-sama unit terkait lainnya menyusun perencanaan tahunan
(DUP/DIPA).
3. Menyusun TOR (term of referen) pekerjaan jasa konstruksi dan jas
konsultansi yang akan dilaksanakan.
4. Menyelenggarakan pekerjaan geologi teknik dan mekanika tanah
untuk mendukung/pembuatan detail desain dan pelaksanaan
pekerjaan.
5. Menyelenggarakan pekerjaan pengujian bahan/material, mutu
lainnya untuk menunjang pembuatan detail desain.
6. Menyelenggarakan perhitungan mutual chack volume pekerjaan
untuk menunjang pelaksanaan pekerjaan.
7. Menyelenggarakan pekerjaan survey/pengukuran untuk
mendukung pembuatan detail desain dan pelaksanaan pekejaan
serta menyiapkan gambar pelaksanaan (construction drawing) dan
asbuilt drawing.
8. Menyelenggarakan administrasi teknik (kontrak,VO,dll).
9. Menyusun laporan pelaksanaan pekerjaan.
10. Melaksanakan pengelolaan peralatan untuk mendukung pekerjaan.
PELAKSANA ADMINISTRASI
Tugas :
1. Melaksanakan tugas kerumah tanggaan, kesekretariatan,
kehumasan dan keselamatan kerja.
2. Menyelenggarakan sebagian administrasi kepegawaian.
3. Menyusun rencana pengadaan barang kebutuhan satuan kerja.
4. Menyelenggarakan pengadaan, penatausahaan barang-barang
kebutuhan PPK.
5. Mengawasi dan mengendalikan administrasi serta pemakaian
barang PPK.
6. Menyelenggarakan administrasi pergudangan.
7. Menyelenggarakan kegiatan pengamanan proyek.
Membina sumber daya manusia yang ada di unitnya
II. Organisasi Kontraktor Pelaksana
Kontraktor adalah pihak pelaksana pekerjaan yang berbentuk badan
hukum yang mendapatkan kepercayaan dari pemilik pekerjaan untuk
melaksanaakan atau melakukan proses kegiatan dalam suatu pekerjaan.
Kontraktor secara langsung mengendalikan dan melaksanakan
pekerjaan dengan rencana.
Gambar. 2.4 Struktur Organisasi Penyedia JasaSumber :Rencana Mutu Kontrak
Adapun tugas dan tanggung jawab Penyedia Jasa adalah sbb :
a. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan ketentuan dalam dokumen
kontrak.
b. Melaksanakan pekerjaan tepat waktu sesuai dengan yang direncanakan
dan mutu yang telah ditetapkan.
c. Mengerahkan semua keperluan tenaga kerja termasuk tenaga pelaksana
pelaksana dan bahan pelaksanaan konstruksi.
d. Melaporkan hasil kerja secara terperinci dan jelas.
MANAJER LAPANGAN
PELAKSANAPELAKSANAJURU UKUR
II.4 Spesifikasi Teknik
Dalam melaksanakan suatu proyek dibutuhkan standar mutu proyek
mengenai bahan dan peralatan yang akan dipakai dalam pelaksanaan pekerjaan.
Adapun standar mutu proyek tersebut telah di sahkan oleh KA. SATKER SNVT
PELAKSANAAN JARINGAN SUMBER DAYA AIR CIMANUK-
CISANGGARUNG. Spesifikasi Teknik sebagai acuan dalam pelaksanaan
pekerjaan sehingga dapat terlaksana sesuai dengan yang direncanakan, sehingga
akan tercapai produk akhir yang sesui dengan keinginan Pemilik Proyek.
2.4.1 Alat
1. Excavator dipakai untuk galian tanah biasa.
Data Spesifikasi alat:- Operating Weight : OW= 20000
kg- Tenaga mesin : PW =
140 Hp- Kapasitas Bucket : V =
0,75 m3- Faktor efesiensi kerja : fa =
0,80- Factor bucket : fb =
0,85- Faktor konversi : fv =
0,90 dtk- Waktu siklus standar : Ts =
0,58 menit
Kapasitas produksi / jam = Ql
Ql = f x fa x fb x 60 = 0,75 x 0,80 x 0,85 x 60Ts x fv 0,58 x 0,95
Ql = 58,29 m3
Koefesien alat = E.10 = 1 : Ql = 0,0172 / jam
2. Dump Truck Untuk Pengangkutan Tanah Hasil Galian
Data Spesifikasi alat : - Kapasitas bak ( v) : Cp = 4 m3 6,2 Ton- Faktor efesiensi kerja : fa = 0,8- Berat jenis Galian : D = 1,55 ton/m3- Waktu Siklus Standar : Ts = T1 + T2 + T3 + T4
- Kecepatan Bermuatan: VF = 20,00 Km/jam- Kecepatan kosong : VR = 40,00 Km/jam
T1 = V X 60,00 menit D X Q Excavator
= 4 X 60,00 1,55 X 58,29
= 2,66 menit
T2 = L X 60,00 menit VF
= 0,025 X 60,00 menit 20
= 0,08 menit
T3 = L X 60,00 menit VR
= 0,025 X 60,00 menit 40
= 0,04 menit
T2 = tI + tI menit = 2,73 menit
Waktu siklus standar : Ts = T1 + T2 + T3 + T4 = 5,73 menit
Kapasitas Produksi = Q2
Q2 = V x Fa x Fb x 60 = 6,40 x 0,8 x 60 D x Ts 1,60 x 5,50 = 34,91 m3 Koefesien alat = E.08 = I : Q2
= 0,0286 Jam3. Buldozer untuk meratakan tanah hasil galian
Data Spesifikasi alat :- Tenaga Penggerak : Pw = 145 Hp- Sekar Pisau / Blade : L = 3,175 m- Tinggi Pisau : H = 1,3 m- Kapasitas Pisau : q = 5,4 m3- Faktor Efesiensi Kerja : Fa = 0,75 - Faktor Kemiringan : Fm = 1,00- Faktor pisau : Fb = 1,00- Kecepatan Maju : VF = 3,00 Km- Kecepatan Mundur : VR = 4,00 Km
- Jarak Kosrekan / keruk : / = 50m (Asumsi)Dimana Z = Waktu pasti (Fixed time) = 0,4
menit.Waktu Siklus : TS = / + / + Z
1 lintasan VF VR
TS = 30 x 60 + 30 x 60 + 0,4 3 x 1000 4 x 10000
= 2,15 (menit)
Kapasitas Produksi / jam = Q1
Q1 = q x Fb x Fm x Fa x 60 TS
= 5,4 x 1,0 x 1,0 x 0,75 x 60 2,15
Q1 = 113,02 m3
Koefesien alat / m3 = E.04 = 1 : Q1 = 0,0088
Alat- alat Pengukuran
1. Waterpass
Waterpass adalah alat yang digunakan untuk mengukur elevasi datar
dan menentukan koordinat suatu titik. Alat yang digunakan sebanyak
1 unit.
2. Theodolite
Theodolite adalah alat yang digunakan untuk mengukur sudut
horizontal maupun vertikal dengan tingkat ketelitian yang tinggi.
Dalam pekerjaan ini dipakai 1 unit theodolite.
Dalam penggunaan bahan dan peralatan serta pelaksanaan pekerjaan,
selain harus memenuhi persyaratan mutu yang tercantum dalam spesifikasi
teknik juga harus mendapat persetujuan Direksi pekerjaan. Disini Direksi
pekerjaan dapat memerintahkan agar diadakan pemeriksaan terhadap
bahan dan kondisi peralatan yang dipakai.
2.4.2 Tenaga Kerja
Selain pengadaan bahan dan peralatan, pengadaan tenaga kerja juga merupakan
faktor penting dalam suatu pekerjaan karena pekerjaan apapun baik pekerjaan kecil
maupun besar tidak dapat terlaksana apabila tidak ada tenaga kerjanya dan secanggih
apapun peralatan yang digunakan dalam suatu pekerjaan tetap masih memerlukan tenaga
kerja manusia.
Pengadaan tenaga kerja di lapangan dilakukan oleh penyedia jasa (kontraktor)
dengan menggunakan tenaga kerja setempat/penduduk setempat yang memiliki kualitas
kerja yang baik sesuai dengan kebutuhan, kecuali pekerjaan tertentu yang memerlukan
penanganan khusus harus di datangkan dari luar lokasi pekerjaan. Pengadaan tenaga kerja
ini secara umum dibagi menjadi tiga bagian yaitu tenaga ahli, tenaga terampil, dan tenaga
kasar. Tenaga Ahli ditempatkan sesuai pengetahuan, kemampuan dan pengalaman kerja
sebagai pimpinan. Tenaga Terampil adalah tenaga yang mampu menyelesaikan dan
mengawasi jalannnya suatu pekerjaan agar sesuai dengan yang direncanakan. Tenaga
terampil ditempatkan sebagai operator-operator, mandor dan tukang. Tenaga terampil
bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan yang mereka tangani terhadap kontraktor.
Tenaga Kasar adalah tenaga terlatih dalam mengerjakan hal-hal yang berhubungan
dengan tenaga kasar dalam pekerjaan bangunan. Tenaga Kasar merupakan tenaga buruh
yang terdiri atas tenaga-tenaga yang disediakan oleh mandor dan ditempatkan sebagai
pembantu tukang/kenek.
II.5 Metode pelaksanaan
Galian tanah biasa menggunakan alat berat adalah sebagai berikut :
Galian tanah biasa menggunakan alat berat untuk pekerjaan
normalisasi atau kurasan dan harus sesuai dengan petunjuk Direksi
Lapangan. Tanah hasil galian harus di angkat, dirapihkan untuk
membentuk tanggul saluran dan yang jelek harus dibuang ditempat
pembuangan atau ditempat telah ditentukan oleh Direksi Lapangan.
1. Semua pekerjaan galian harus dikerjakan menurut profil-profil dan
ukuran-ukuran seperti ditunjukan dalam gambar rencana atau perintah
Direksi
2. Selama pelaksanaan pekerjaan mungkin dijumpai perlunya pengguna
memberikan atau mengadakan perubahan-perubahan ukuran atau
kemiringan dari galian. Dalam hal ini penedia jasa tidak berhak untuk
mengajukan suatu tambahan harga atas harga satuan pekerjaan tersebut
diatas yang telah tercantum dalam Rencana Anggaran Biaya. Kecuali
apabila ditentukan lain oleh pengguna bahwa harga satuan dapat dirubah
sesuai dengan perubahan pekerjaan danpenyesuaian harga kontrak akan
diadakan menurut ketentuan-ketentua kontrak
3. Pekerjaan-pekerjaan galian lain yang diselenggarakan di galian terbuka
yang dikerjakan atas kehendak penyedia jasa harus di jaga agar dalam
batas-batas yang disetujui oleh Direksi pekerjaan harus atas tanggungan
pembiayaan oleh Penyedia jasa sendiri. Galian-galian yang demikian
bisa diperlukan untuk diurug kembali atas biaya penyedia jasa.
4. Semua galian dengan alat Excavator Ampibios maupun excavator
standar harus dilaksanakan sesuai dengan kontrak dan dengan detail
seperti yang di kehendaki untuk pekerjaan galian. Tidak diperbolehkan
ada bahan galian yang ketinggalan di atas garis rencana.
5. Sebelum mengadakan penggalian dengan alat excavator, penyedia harus
menyerahkan uraian lengkap dan metode-metode yang diusulkan kepada
pengguna untuk dapat persetujuanya.
6. Penyedia harus memperkerjaan enaga-tenaga operator yang ahli, berijasa
dan efisien untuk menangani mesin-mesin tersebut.
7. Daerah pembuangan harus dipersiapkan dan disetujui dulu oleh
pengguna jasa sebelum mengadakan pengalian dengan mesin. Persiapan
harus meliputi ketentuan volumenya cukup, tindakan untuk mengetahui
material yang tergali serta cara-cara untuk menangani kelebihan air.
8. Penyedia dianggap sudah cukup mengetahui tentang sifat bahan yang
akan digali oleh penyelidikanya sendiri.
9. Apabila selama pelaksanaan pekerjaan Direksi menghendaki adanya
penggalian tambahan pada lokasi antara profil,maka harus dilaksanakan
atas beban penyedia jasa.
10. Perhitungan volume pekerjaan terhadap galian alur sungai dilakukan
oleh Direksi atau wakilnya, setelah adanya permintaan tertulis dan pada
lokasi sampai batas maxsimum sesuai dengan jarak antara profil yang
ada, dari hasil galian yang terakhir.
11. Sehubungan pekerjaan dipengaruhi oleh pasang surut dan debit sungai
yang bervariasi maka ada kemungkinan gerakan dan aliran sungai akan
mengendapkan sedimen pada daerah yang telah digali. Untuk penggalian
ulang hasil pengendapan tidak dilakukan perhitungan volume.
12. Bahan hasil galian hanya diperbolehkan dibuang pada lokasi yang
disetujui Direksi dan Penyedia harus mengusahakan untuk mencegah
tertumpuknya bahan hasil galian ketambak perikanan, saluran irigasi
atau saluran drainase. Apabila terjadi klaim atas kesalahan ini, maka
menjadi tanggungjawab penyedia.
ALUR PELAKSANAAN KEGIATAN GALIAN DAN TIMBUNAN
TIDAK
YA
TIDAK TIDAK TIDAK
YA YA YA
TIDAKTIDAK TIDAK
YA YA YA
MOBILISASI SDMALAT & BAHAN
MENGGALI TANAH DENGAN EXCAVATOR
TANAHTERGALI
C
TANAH GALIAN DIBUANG 0-100 M
TANAH GALIAN DIBUANG 0-100 M
TANAH GALIAN DIBUANG 0-100 M
Tanah Terbuang
Tanah Terbuang
C C CC
TANAH BUANGANDIRATAKAN DOZER
TANAH BUANGANDIRATAKAN DOZER
TANAH BUANGANDIRATAKAN DOZER
Tanah Buangan Menjadi
Tanah Terbuang
Tanah Buangan Menjadi
Tanah Buangan Menjadi
C C C
PEKERJAAN SELESAI
MULAI
Pemeriksaan kegiatan untuk menghindari penyimpangan
Perencanaan dan Pengorganesasian proyek
Pelaksanaan Proyek
Pengendalian :PengukuranEvaluasiPerbandinganKinerja terhadap rencana
Pencapaian Jadwal kerja
Tindakan KoreksiAnalisis
Penyimpangan Proyek berhasil
2.6 Pengendalian
Selain melakukan perencanaan yang baik dan matang terhadap sumber
daya, perencanaan sistem pengendalian proyek harus mendapatkan perhatian yang
sama besarnya. Hal ini dikarenakan pengendalian proyek adalah suatu tahap
dimana dilakukan control terhadap pelaksanaan, apakah pelaksanaan proyek
sesuai dengan yang direncanakan atau tidak. Syarat penting untuk mencapai
keberhasilan suatu proyek adalah proses pengendalian yang efektif terhadap
biaya, waktu dan mutu.
Proses pengendalian proyek dalam setiap kegiatan konstruksi terdiri dari tiga
langkah pokok (Dipohusodo, 1996) :
1. Menetapkan standar kinerja.
Proses pengendalian proyek dalam setiap kegiatan konstruksi terdiri dari tiga
langkah pokok (Dipohusodo, 1996) :
1. Menetapkan standar kinerja.
2. Mengukur kinerja terhadap standar.
3. Memperbaiki penyimpangan terhadap standar bila terjadi penyimpangan.
Gambar 2.5 Langkah-Langkah Proses Pengendalian
(Sumber : Istimawan Dipohusodo “Manajemen Proyek dan Konstruksi Jilid 2”,1996).
Pada prinsipnya setiap pelaksanaan pekerjaan selalu diawali dengan perencanaan,
kemudian selama pelaksanaan pekerjaan, dilakukan pengendalian agar hasil
pekerjaan yang dicapai sesuai dengan yang direncanakan.
1. Pengendalian waktu
Pengendalian waktu ditujukan agar waktu pelaksanaan konstruksi dapat
berlangsung seperti yang direncanakan. Keterlambatan akan menjadi
kerugian bagi pemilik pekerjaan maupun bagi kontraktor.
Bagi pemilik, keterlambatan berarti mundurnya waktu pemanfaatan
bangunan, sedangkan bagi kontraktor akan
berakibat bertambahnya biaya tidak langsung yang diperlukan untuk
menyelesaikan konstruksi.
2. Pengendalian mutu pekerjaan
Pengendalian mutu proses konstruksi harus diarahkan pada upaya untuk
memenuhi persyaratan yang dinyatakan dalam bentuk kriteria
perencanaan dan penyusunan spesifikasi jenis pekerjaan. Pada prinsipnya
usaha pengendalian mutu pekerjaan mempunyai tujuan, yaitu :
a) Mengarahkan agar pelaksanaan konstruksi sesuai dengan spesifikasi
teknis dan dokumen kontrak.
b) Mencakup pertimbangan ekonomi dalam penetapan jenis material dan
metode konstruksi yang dipakai dengan memastikan bahwa
perencanaannya telah memenuhi syarat peraturan bangunan.
Singkatnya pengendalian mutu pekerjaan dilakukan melalui pengawasan
pelaksanaan pekerjaan yang harus dilakukan sesuai dengan gambar
konsruksi, persyaratan teknis dan peraturan-peraturan yang berlaku.
3. Pengendalian biaya
Posisi biaya proyek pada saat monitoring tidak terlepas dari status
(kemajuan) pada saat monitoring. Dengan kata lain, biaya proyek pada
saat monitoring diperoleh dengan membandingkan total pengeluaran
biaya (berdasarkan laporan keuangan) dengan rencana anggaran pada
tingkat kemajuan tercapai pada saat yang sama (berdasarkan laporan
kemajuan).
Dari sini akan dapat disimpulkan apakah biaya proyek pada tingkat
kemajuan tersebut lebih besar, sama atau lebih kecil dari proyeksi
anggaran yang telah direncanakan.
Pada prinsipnya setiap pelaksanaan pekerjaan selalu diawali dengan
perencanaan, kemudian selama pelaksanaan pekerjaan, dilakukan
pengendalian agar hasil pekerjaan yang dicapai sesuai dengan yang
direncanakan.
4. Pengendalian waktu
Pengendalian waktu ditujukan agar waktu pelaksanaan konstruksi dapat
berlangsung seperti yang direncanakan. Keterlambatan akan menjadi
kerugian bagi pemilik pekerjaan maupun bagi kontraktor.
Bagi pemilik, keterlambatan berarti mundurnya waktu pemanfaatan
bangunan, sedangkan bagi kontraktor akan berakibat bertambahnya biaya
tidak langsung yang diperlukan untuk menyelesaikan konstruksi.
5. Pengendalian mutu pekerjaan
Pengendalian mutu proses konstruksi harus diarahkan pada upaya untuk
memenuhi persyaratan yang dinyatakan dalam bentuk kriteria
perencanaan dan penyusunan spesifikasi jenis pekerjaan. Pada prinsipnya
usaha pengendalian mutu pekerjaan mempunyai tujuan, yaitu :
1. Mengarahkan agar pelaksanaan konstruksi sesuai dengan spesifikasi
teknis dan dokumen kontrak.
2. Mencakup pertimbangan ekonomi dalam penetapan jenis material dan
metode konstruksi yang dipakai dengan memastikan bahwa
perencanaannya telah memenuhi syarat peraturan bangunan.
Singkatnya pengendalian mutu pekerjaan dilakukan melalui pengawasan
pelaksanaan pekerjaan yang harus dilakukan sesuai dengan gambar
konsruksi, persyaratan teknis dan peraturan-peraturan yang berlaku.
Jadual Waktu Pelaksanaan / Time Schedule dan Kurva S
Adapun tujuan dan kegunaan Time Schedule adalah :
1. Memberikan pedoman kepada satuan pelaksana dilapangan mengenai batas
waktu suatu pekerjaan.
2. Memberi saran atau sebagai alat bagi pemimpin pelaksana dilapangan untuk
melakukan suatu koordinasi terutama untuk pekerjaan penting, mana yang harus
dilakukan terlebih dahulu dan mana yang bisa dikerjakan berikutnya.
3. Menjadi ukuran untuk menilai kemajuan pelaksanaan pekerjaan masing masing
sub kegiatan.
4. Menciptakan laju perkembangan / Rate of Progress yang seimbang dan merata.
5. Untuk menghindari perkiraan atas dasar intuisi atau perasaan saja bila terjadi
Crash Pogram.
Oleh karena itu pembuat Time Schedule haruslah orang yang berpengalaman,
tajam perasaan dan tajam prediksinya sehingga menghasilkan Time Schedule
yang baik.
Salah satu dari manajemen proyek agar pekerjaan dapat diselesaikan secara
efisien dan efektif adalah pengendalian waktu pelaksanaan dengan instrumen
yang digunakan adadlah S kurve yang datanya ditampilkan pada Lampiran
Time Schedule.
2.7 Perencanaan K3L
a) Pengendalian Bahaya dan Pengendalian Resiko
NoJENIS/TYPE PEKERJAAN
INDENTIFIKASI
JENIS BAHAYA DAN RESIKO K3
PEKERJAAN RESIKO K3
1 2 3 4
1 .
11.
Pekerjaan PersiapanMobilisasi / Demobilisasi
Pekerjaan KonstruksiPengerukan Alur dari jembatan ke Hulu
-Tertabrak Kendaraan-Terlindas Alat Berat
-Tertabrak Excavator-Terjepit oleh Excavator-Terjatuh dari alat-Mata terkena lumpur
-Memasang rambu-rambu LL-Menjauh dari areal alat berat
-Menjauh dari areal Excavator-pastikan posisi yang aman-Gunakan selalu Safety belt-Gunakan kaca mata pelindung
b) Pemenuhan Undang-undang dan persyaratan lainnya
1. UU No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja
2. UU No. 18 Tahun 1999 tentang jasa Konstruksi.
3. PP No. 28 Tahun 2000 tentang usaha dan peran. masyarakat Jasa Konstruksi.
4. PP No. 29 Tahun 2000 tentang penyelenggaraan jasa konstruksi.
5. Peraturan Menteri PU No. 09/PRT/M/2008 tentang pedoman sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) Konstruksi Bidang PU.
6. PERMENAKER & NO.01//1980 tentang keselamatan dan kesehatan kerja pada konstruksi bangunan.
7. SKB MENAKER & MEN PU 174/MEN/1986 & 104/KPTS/1986 tentang keselamatan dan kesehatan kerjapada tempat kegiatan konstruksi.
8. No. Per .23/MEN/1992 tentang kesehatan kerja
9. No:Per. 01/MENNAKERTRANS/1980 tentang keselamatan dan kesehatan kerja paada konstruksi bangunan.
10. PP.NO. 74/2011 tentang pengelolaan B3
11. Skep.Mennaker & Men. PU No tentang K3 pada tempat kegiatan konstruksi.
12. UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan
13. Kep.Menkes no. 1405/MENKES/SK/X1/2002 tentang persyaratan kesehatan lingkungan.
14. SkepMenKes & MenNaker No. 168/KPTS/1971 dan 207/Kab/B.Ch/1971 tentang hiegene perusahan dan kesehatan kerja.
c) Sasaran K3
1. Tidak ada kecelakaan kerja yang berdampak pada korban jiwa (ZERO FATAL ACCIDEN)
2. tingkat penerapan elemen SMK 3 minimal 80%
3. semua pekerjaan wajib memakai ADP yang sesuai bahaya dan resiko kerjaan masing-masing.
4. Insiden/ Near missim
5. Kecelakaan ringan
6. Kecelakaan berat.
7. Kecelakaan meninggal dunia
8. Kecelakaan kendaraan
d) Program K3
1. Melaksanakan Program K3 dengan menyediakan sumber daya K3 (APD, rambu- rambu, spanduk, poster, pagar pengaman dsb)secara konsisten
2. Melakukan inspeksi secara rutin terhadap kondisi dan cara berbahaya.
3. Memastikan semua pekerjaan yang memenuhi peraturan yang telah ditetapkan.