Upload
hoangdung
View
221
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu
Di Denpasar
7
BAB II
PEMAHAMAN TERHADAP PROYEK
Pada bab ini akan dibahas tentang landasan teori yang berhubungan dan
terkait dengan Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu yang ditulis
sejalan dengan permasalahan yang dihadapi. Tujuan dari landasan teori ini adalah
sebagai dasar untuk memahami Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu
yang sudah ada dan merencanakan Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini
Terpadu yang lebih baik .
2.1 Anak Usia Dini.
Usia dini diyakini sebagai masa kritis bagi perkembangan karena dasar bagi
keterampilan dan kecerdasan yang akan dibawa sampai usia dewasa dibangun pada
usia tersebut (Shonkoff, 2000). Pengakuan akan pentingnya masa usia dini muncul
dari bukti-bukti yang memperlihatkan pesatnya perkembangan otak yang terjadi
sebelum anak berusia enam tahun, dan bagaimana pertumbuhan otak dipengaruhi
oleh lingkungan anak, seperti rangsangan, pengasuhan dan gizi yang diberikan di
rumah dan diluar rumah (McCain,2007).
2.1.1 Pengertian Anak Usia Dini.
Menurut Pasal 1 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak, anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas)
tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu
Di Denpasar
8
Anak usia dini merupakan periode sesudah masa bayi hingga berusia lima
tahun disebut periode masa prasekolah. Usia ini merupakan periode berat karena
kondisi kesehatan anak masih belum stabil. Usia ini merupakan periode berat
karena kondisi kesehatan anak masih belum stabil. Jika makanan yang diberikan
tidak memenuhi standar gizi, anak mudah terserang infeksi, terutama diare atau
cacingan. Jika terserang, anak akan menjadi kurus, kurang bersemangat, cengeng,
cenderung lamban, dan bodoh. Karena itu, kebutuhan gizinya yang semakin besar
sejalan dengan perkembangan fisiknya harus diperhatikan (Widjaja, 2002).
2.1.2 Teori Perkembangan Anak Usia Dini.
Dalam ilmu jiwa perkembangan, dikenal beberapa pembagian masa hidup
anak yang disebut sebagai fase atau perkembangan. Fase perkembangan ini
mempunyai ciri-ciri yang relatif sama, berupa kesatuan-kesatuan peristiwa yang
bulat. Menurut artikel berjudul “Definisi menurut beberapa ahli”
(www.matapelajaran.org) adalah sebagai berikut;
1. Perkembangan menurut Aristoteles (384-322 SM).
Aristoteles membagi masa perkembangan selama 21 tahun dalam 3 septenia
(3 periode kali 7 tahun), yang dibatasi oleh 2 gejala alamiah yang penting, yaitu:
a. Pergantian gigi
b. Munculnya gejala-gejala pubertas
Hal ini didasarkan pada paralelitas perkembangan jasmaniah dengan
perkembangan jiwani anak. Pembagian tersebut meliputi:
0-7 tahun : masa anak kecil, masa bermain.
7-14 tahun : masa anak-anak, masa belajar, atau masa sekolah rendah.
14-21 tahun : masa remaja atau pubertas, masa peralihan dari anak menjadi
orang dewasa.
2. Perkembangan menurut Charlotte Buhler.
Charlotte Buhler membagi masa perkembangan sebagai berikut:
a. Fase pertama, 0-1 tahun
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu
Di Denpasar
9
Merupakan masa menghayati obyek - obyek di luar diri sendiri dan saat melatih
fungsi-fungsi, terutama fungsi motorik, yaitu fungsi yang berkaitan dengan
gerakan-gerakan dari badan dan anggota badan.
b. Fase ke dua, 2-4 tahun
Merupakan masa pengenalan dunia obyektif di luar diri sendiri, disertai
penghayatan subyektif. Anak tidak mengenal dunia luar berdasarkan
pengamatan obyektif, melainkan memindahkan keadaan batinnya pada benda-
benda di luar dirinya. Fase ini disebut juga sebagai fase bermain, dengan
subyektifitas yang sangat menonjol.
c. Fase ke tiga, 5-8 tahun
Merupakan masa sosialisasi anak. Anak mulai memasuki masyarakat luas,
misalnya taman kanak-kanak, pergaulan dengan teman-teman sepermainan, dan
sekolah rendah. Anak juga mulai belajar mengenal sekitar secara obyektif serta
mulai belajar mengenal arti prestasi pekerjaan dan tugas-tugas kewajiban.
d. Fase ke empat, 9-11 tahun
Merupakan masa sekolah rendah. Pada periode ini anak mencapai obyektivitas
tertinggi. Periode ini juga merupakan masa pemusatan dan penimbunan tenaga
untuk berlatih, menjelajah dan bereksplorasi.
e. Fase ke lima, 14-19 tahun
Merupakan masa tercapainya sintese antara sikap ke dalam batin sendiri dengan
sikap keluar kepada dunia obyektif. Pada masa ini subyektivitas anak dilakukan
secara sadar.
3. Perkembangan menurut Johan Amos Comenius (1592-1671)
Johan Amos Comenius dalam bukunya “Didactica Magna” membagi
periode perkembangan sebagai berikut:
a. 0-6 tahun, merupakan periode sekolah ibu.
b. 6-12 tahun, merupakan periode sekolah bahasa ibu.
c. 12-18 tahun, merupakan periode sekolah latin.
d. 18-24 tahun, merupakan periode universitas.
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu
Di Denpasar
10
2.1.3 Prinsip Perkembangan Anak Usia Dini.
Dalam buku “Child Development 0–8 A Journey through the Early Years”
(2008), Maria Robinson menjabarkan beberapa prinsip dalam perkembangan anak
usia dini adalah sebagai berikut:
1. Anak akan belajar dengan baik apabila kebutuhan fisiknya terpenuhi serta
merasa aman dan nyaman dalam lingkungannya.
2. Anak belajar terus-menerus, dimulai dari membangun pemahaman tentang
sesuatu, mengeksplorasi lingkungan, menemukan kembali suatu konsep, hingga
mampu membuat sesuatu yang berharga.
3. Anak belajar melalui interaksi sosial, baik dengan orang dewasa, maupun
dengan teman sebaya.
4. Minat dan ketekunan anak akan memotivasi belajar anak.
Gambar 1.Anak yang sedang bercocok tanam.
Sumber:
http://www.vancouversun.com/binary/7905585.jpg
Gambar 2.Anak yang sedang berinteraksi sosial.
Sumber:
http://www.livingwellspendingless.com/85.jpg
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu
Di Denpasar
11
5. Perkembangan dan gaya belajar anak harus dipertimbangkan sebagai perbedaan
individu.
6. Anak belajar dari hal-hal yang sederhana sampai yang komplek, dari yang
konkrit ke abstrak, dari yang berupa gerakan ke bahasa verbal, dan dari diri
sendiri ke interaksi dengan orang lain.
2.1.4 Perkembangan Karakter Anak Usia Dini.
Anak usia dini memiliki karakteristik yang khas, baik secara fisik, sosial,
moral dan sebagainya. Menurut Siti Aisyah (2010: 1.4-1.9) karakteristik anak usia
dini antara lain; a) memiliki rasa ingin tahu yang besar, b) merupakan pribadi yang
unik, c) suka berfantasi dan berimajinasi, d) masa paling potensial untuk belajar, e)
menunjukkan sikap egosentris, f) memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek,
g) sebagai bagian dari makhluk sosial.
Perkembangan karakter pada anak dapat dilihat dari 3 aspek perkembangan,
yaitu perkembangan kognitif, perkembangan afektif, dan perkembangan
psikomotor.
1. Perkembangan Kognitif
Kognitif adalah proses yang terjadi secara internal di dalam pusat susunan saraf
pada waktu manusia sedang berpikir (Gagne dalam Jamaris, 2006).
Piaget membagi tahapan perkembangan kognitif ke dalam 4 periode, yaitu:
a. Usia 0-2 tahun, disebut sebagai periode kepandaian sensorimotorik
(sensorimotorik). Periode ini terbagi atas 6 tahapan, yaitu:
Tahap 1. (lahir-1 bulan) penggunaan refleks-refleks
Tahap 2. (1-4 bulan) reaksi-reaksi sirkuler primer
Tahap 3. (4-10 bulan) reaksi-reaksi sirkuler sekunder
Tahap 4. (10-12 bulan) koordinasi skema-skema sekunder
Tahap 5. (12-18 bulan) reaksi-reaksi sirkuler tersier
Tahap 6. (18 bulan-2 tahun) permulaan berpikir
b. Usia 2-7 tahun, disebut sebagai periode pikiran operasional (praoperasional
konkret).
c. Usia 7-11 tahun, disebut sebagai periode operasi-operasi berpikir konkret
(operasional konkret).
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu
Di Denpasar
12
d. Usia 11 tahun, sampai dewasa disebut sebagai periode operasi berpikir
formal (operasional formal).
2. Perkembangan Afektif
Afektif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah berkenaan dengan rasa
takut atau cinta; mempengaruhi keadaan perasaan dan emosi; mempunyai gaya
atau makna yang menunjukkan perasaan (tentang tata bahasa atau makna).
3. Perkembangan Psikomotor
Psikomotor secara harfiah berarti sesuatu yang berkenaan dengan gerak fisik
yang berkaitan dengan proses mental (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
Tahapan perkembangan motorik:
a. Tahap gerakan refleks (0-1 tahun)
b. Tahap gerakan permulaan (lahir-2 tahun)
c. Tahap gerakan dasar (2-7 tahun)
d. Tahap gerakan keahlian (7-14 tahun)
2.2 Tinjauan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
2.2.1 Pengertian Pusat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Terpadu.
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, pusat merupakan tempat yg
letaknya di bagian tengah, pelayanan adalah usaha melayani kebutuhan orang lain,
dan terpadu berarti menjadi satu. Sedangkan Menurut Pasal 1 ayat 14 UU Sisdiknas
2003 Pendidikan Anak Usia Dini didefinisikan sebagai suatu upaya pembinaan
yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang
dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan
dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Maka dapat disimpulkan bahwa Pusat
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Terpadu adalah Suatu tempat yang berada di
tengah suatu perkotaan yang berusaha melayani segala kebutuhan pendidikan anak
usia dini.
2.2.2 Landasan Yuridis Pendidikan Anak Usia Dini.
Dalam Amandemen UUD 1945 pasal 28 B ayat 2 dinyatakan bahwa ”Setiap
anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”. Dalam UU NO. 23 Tahun 2002
Pasal 9 Ayat 1 tentang Perlindungan Anak dinyatakan bahwa ”Setiap anak berhak
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu
Di Denpasar
13
memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya
dan tingkat kecerdasarnya sesuai dengan minat dan bakatnya”. Dalam UU NO. 20
TAHUN 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1, Pasal 1, Butir 14
dinyatakan bahwa ”Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang
ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan
melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut”. Sedangkan pada pasal 28 tentang Pendidikan Anak Usia
Dini dinyatakan bahwa ”(1) Pendidikan Anak usia dini diselenggarakan sebelum
jenjang pendidikan dasar, (2) Pendidkan anak usia dini dapat diselenggarakan
melalui jalur pendidkan formal, non formal, dan/atau informal, (3) Pendidikan anak
usia dini jalur pendidikan formal: TK, RA, atau bentuk lain yang sederajat, (4)
Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan non formal: KB, TPA, atau bentuk lain
yang sederajat, (5) Pendidikan usia dini jalur pendidikan informal: pendidikan
keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan, dan (6) Ketentuan
mengenai pendidikan anak usia dini sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat
(2), ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.”
2.2.3 Landasan Keilmuan Pendidikan Anak Usia Dini.
Konsep keilmuan PAUD bersifat isomorfis, artinya kerangka keilmuan
PAUD dibangun dari interdisiplin ilmu yang merupakan gabungan dari beberapa
displin ilmu, diantaranya: psikologi, fisiologi, sosiologi, ilmu pendidikan anak,
antropologi, humaniora, kesehatan, dan gizi serta neuro sains atau ilmu tentang
perkembangan otak manusia (Yulianai Nurani Sujiono, 2009: 10). Berdasarkan
tinjauan secara psikologi dan ilmu pendidikan, masa usia dini merupakan masa
peletak dasar atau fondasi awal bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Apa
yang diterima anak pada masa usia dini, apakah itu makanan, minuman, serta
stimulasi dari lingkungannya memberikan kontribusi yang sangat besar pada
pertumbuhan dan perkembangan anak pada masa itu dan berpengaruh besar
pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya. Pertumbuhan dan perkembangan
anak tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan perkembangan struktur otak. Dari
segi empiris banyak sekali penelitian yang menyimpulkan bahwa pendidikan anak
usia dini sangat penting, karena pada waktu manusia dilahirkan, menurut Clark
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu
Di Denpasar
14
(dalam Yuliani Nurani Sujono, 2009) kelengkapan organisasi otaknya mencapai
100 – 200 milyard sel otak yang siap dikembangkan dan diaktualisasikan untuk
mencapai tingkat perkembangan optimal, tetapi hasil penelitian menyatakan bahwa
hanya 5% potensi otak yang terpakai karena kurangnya stimulasi yang berfungsi
untuk mengoptimalkan fungsi otak.
2.2.4 Bermain (Play)
a. Definisi Bermain.
Bermain seringkali didefinisikan sebagai suatu aktifitas yang dilakukan untuk
kepentingan pelakunya sendiri dan dicirikan dengan lebih mengutamakan
cara/proses permainan dibandingkan dengan tujuan akhirnya. Hal inilah yang
membedakan bermain dengan eksplorasi (dimana hal tersebut akan mengarah
menjadi bermain di saat anak mulai menjadi terbiasa dengan mainan atau
lingkungan baru), dengan kerja (yang mempunyai tujuan akhir yang jelas), dan
dengan berkelahi. Karakter bermain yang lain adalah adanya fleksibilitas
(dimana objek dapat diletakkan dalam kombinasi yang baru, peran yang
dilakukan dengan cara yang baru), perasaan positif (anak seringkali tersenyum
dan tertawa di dalam bermain sebagai tanda bahwa mereka menikmatinya), dan
keberpura-puraan (menggunakan obyek dan bertindak dengan cara yang tidak
biasa). (Kartini,1995 hal 45)
b. Tipe Bermain.
Jenis bermain yang umumnya diakui adalah object play, pretend play dan
sociodramatic play, dan physical activity play (exercise play; rough-and-tumble
play). Object play dan physical activity play juga dapat ditemukan di spesies
mamalia lainnya. Pretend play dan sociodramatic play hanya terlihat pada
manusia, walaupun primata great ape (misal gorila, orang utan, dan simpanse)
juga ada yang melakukan pretend play dengan bentuk yang paling mendasar.
(Kartini,1995 hal 45)
Object Play
Aktifitas ini sudah dimulai sejak masa kanak-kanak awal (infancy)
dan akan membantu anak di dalam mengembangkan keahlian pemecahan
masalah secara kreatif. Jerome Bruner dan Kathy Silva melaporkan bahwa
anak-anak yang memiliki pengalaman bermain dengan obyek dapat
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu
Di Denpasar
15
menyelesaikan tugas dengan lebih baik. Namun penelitian berikutnya
menyatakan bahwa pemberian instruksi seringkali sama efektifnya
(Johnson, Christie & Yawkie, 1999).
Manfaat dari object play perlu diseimbangkan dengan pemberian
instruksi, dengan mempertimbangkan umur anak, sifat tugas, dan
kekhususan dari pembelajaran yang diharapkan – apakah untuk
menumbuhkan keahlian yang bersifat khusus ataukah hanya untuk
menimbulkan perilaku kreatif dan rasa ingin tahu.
Pretend Play
Perilaku bermain ini berkembang pada anak sejak berumur sekitar 15 bulan,
dengan perbuatan yang sederhana (misal, berpura-pura tidur) hingga
berkembang menjadi aliran cerita yang lebih panjang dan bermain peran
(role play). Mulanya pretend play akan dilakukan dengan orang tua ataupun
saudara kandung yang lebih tua. Namuan pada usia 3 hingga 4 tahun,
pretend play akan dilakukan dengan teman sebaya. Pretend play biasanya
dilakukan dengan meniru aktifitas orang dewasa. Leslie (1987) berpendapat
bahwa pretend play merupakan indikator awal dari theory of mind abilities.
Gambar 3.Anak yang sedang bermain mobil-mobilan.
Sumber: http://ilslearningcorner.com/wp-content/uploads/2015/12/object-
play-benefits-1274x800-1024x643.jpg
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu
Di Denpasar
16
Sociodramatic Play
Jenis bermain ini biasa dilakukan oleh anak sejak berumur sekitar 3
tahun. Sociodramatic play biasa didefinisikan sebagai bermain sosial (social
play) dengan orang lain, pengambilan peran yang berkelanjutan (sustained
role taking), dan tema yang naratif (narrative line). Jenis ini dapat pula
menjadi cukup kompleks, yang melibatkan pemahaman terhadap peran dan
tujuan orang lain, konstruksi bahasa yang rumit, dan pengembangan tema
cerita layaknya novel (atau kurang dari itu).
Smilansky (1968) berpendapat bahwa sociodramatic play dapat
membantu pengembangan berbahasa, pengembangan kognitif, kreatifitas,
dan pengambilan peran. Ia juga mengklaim bahwa pretend play dan
sociodramatic play kurang sering dan kurang kompleks dilakukan pada
anak-anak dengan kehidupan sosial ekonomi di bawah standard
(disadvantaged children). Hal ini menyebabkan dirinya dan beberapa pihak
lain untuk mengembangkan play tutoring (intervensi oleh orang dewasa)
untuk meningkatkan level permainan ini, dimana orang dewasa akan
menyediakan alat-alat (prop), kunjungan (visit), dan lainlainnya yang
sesuai, dan mendorong terjadinya sociodramatic play oleh anak di nursery
dan taman kanak-kanak, hingga mereka pada akhirnya dapat lebih
meneruskan permainan ini secara mandiri.
Beberapa studi eksperimental telah dilakukan untuk menguji
pendapat Smilansky, dan memperlihatkan bahwa secara umum, anak-anak
Gambar 4.Anak yang sedang bermain. (pretend play)
Sumber: http://www.grandmastoyreview.com/wp-
content/uploads/2014/06/pretend-play.jpg
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu
Di Denpasar
17
yang memperoleh play tutoring mengalami perbaikan dalam ukuran
kognisi, bahasa, dan kreatifitas.Meskipun demikian, adapula kritik yang
timbul dengan menunjukkan adanya kecacatan penelitian yang diakibatkan
oleh interpretasi hasil yang bersifat selektif, efek dari bias eksperimental,
dan penggunaan kelompok kendali (control goup) yang tidak sesuai.
Studi lanjutan telah mempertimbangkan kritikan tersebut, termasuk
dengan menyeimbangkan antara play tutoring dan skill tutoring. Namun
umumnya anak menganggap play tutoring lebih menyenangkan dan lebih
bersifat sosial pada tahun-tahun pra sekolah, sehingga cukup ada alasan
yang kuat untuk memasukkannya ke dalam kurikulum nursery. Adapun
jenis pretend play yang seringkali tidak dianjurkan di nursery adalah war
play, yakni pretend play dengan menggunakan senapan mainan ataupun
tokoh aksi militer. Banyak yang percaya bahwa jenis bermain ini dapat
mendorong perilaku agresi yang nyata, meskipun ada juga yang tidak
sepakat dengan hal ini.
Exercise Play
Jenis bermain ini makin meningkat frekuensinya sejak dari usia
toddler hingga pra sekolah, memuncak pada permulaan usia sekolah dasar,
dan kemudian menurun. Anak-anak yang lebih muda akan lebih
memerlukan kesempatan untuk bermain latihan fisik dibandingkan anak-
Gambar 5.Anak yang sedang bermain masak memasak.
Sumber: http://3.bp.blogspot.com/-4J6Oa-
JafC8/UnoPSs7Pm1I/AAAAAAAAAMA/qPjrZTCXTmo/s1600/
fantasy-play.jpg
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu
Di Denpasar
18
anak yang lebih tua, dan akan lebih mudah gelisah setelah berdiam diri
sekian waktu, dan akan berlarian disaat mereka dilepaskan. Anak lelaki
akan lebih menyukai jenis bermain ini dibandingkan anak perempuan.
Ada hipotesis yang mendukung latihan otot anak untuk
meningkatkan kekuatan dan ketahanan tubuhnya serta memperbaiki
efektifitas bergeraknya. Adapula hipotesis (yakni, cognitive immaturity
hypothesis) yang mengatakan bahwa exercise play akan mendorong anak-
anak yang lebih muda untuk beristirahat sejenak setelah terlalu dibebani
dengan tugas-tugas kognitif. Hipotesis ini berargumen bahwa anak-anak
yang lebih muda masih memiliki kapasitas kognitif yang belum sempurna,
sehingga manfaat dari melakukan konsentrasi kepada suatu tugas yang
menuntut adanya kemampuan kognitif akan menurun setelah sekian waktu
dibandingkan pada anakanak yang lebih tua.
Rough-and-tumble Play
Jenis bermain ini mulai meningkat frekuensinya sejak dari usia
toddler, memuncak pada usia akhir sekolah dasar, dan kemudian menurun
frekuensinya. Anak lelaki lebih menyukai hal ini dibandingkan anak
perempuan, terutama play fighting.
Gambar 6.Anak yang sedang bermain bola.
Sumber: http://www.littlestomaks.com/wp-
content/uploads/2014/02/playland-littlestomaks-how-to-encourage-play-
and-exercise4-1024x6821.jpg
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu
Di Denpasar
19
Tabel 1. Tabel perbedaan Play Fighting dan Real Fighting.
KRITERIA PLAY FIGHTING REAL
FIGHTING
Ekspresi Tersenyum, tertawa.
Memperlihatkan
ketidaksukaan,
Menangis.
Pengendalian Diri
Menendang dan
memukul yang tidak
keras ataupun tidak
melakukan kontak fisik.
Menendang dan
memukul dengan
keras ataupun
melakukan kontak
fisik
Pembalikan peran
Secara sengaja bersedia
beralih menjadi “yang di
atas” ataupun “yang
dikejar”.
Ingin menjadi
“yang di atas”
ataupun “yang
mengejar” pihak
lain.
Sikap menghadapi awal
dan akhir
Memulai dengan
mengundang pihak lain
dan diakhiri dengan
melanjutkan permainan
atau aktifitas lain secara
bersama-sama.
Memulainya
dengan
menantang pihak
lain dan diakhiri
dengan berpisah
dengannya.
Sumber: Brian Hopkins, Ronald G. Barr, George F. Michel, Philippe Rochat, 2005
Kebanyakan anak dapat membedakan antara play fighting dan real
fighting. Dalam suatu studi yang dilakukan terhadap anak-anak di Inggris
dan Italia memperlihatkan bahwa mereka dapat secara akurat di dalam
membedakan hal tersebut dengan melihat kaset video, dengan mengabaikan
kebangsaan dari pelaku dalam kaset tersebut.
Selama masa sekolah dasar, hanya sekitar 1% dari roughand-tumble
play yang akhirnya berubah menjadi real fighting. Apabila banyak guru
yang berpendapat bahwa jumlah tersebut seharusnya 30%, hal ini
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu
Di Denpasar
20
disebabkan mereka menyamaratakan semua anak didiknya. Padahal para
guru tersebut lebih mendasarkan pendapatnya tersebut kepada para
“rejected children” (yakni, anak-anak yang tidak disukai oleh kawankawan
sebanyanya), dimana mereka seringkali merespons rough-and-tumble play
secara agresif, sehingga menimbulkan masalah yang harus ditangani para
guru. Pada awal masa remaja, terlihat perubahan yang terjadi pada jenis
bermain ini, dimana dominasi/status menjadi hal penting di dalam memilih
rekan bermain maupun teman, sehingga berisiko besar untuk mengubah
play fighting menjadi real fighting. Bahkan pada masa remaja, rough-and-
tumble play dapat digunakan untuk membangun ataupun memelihara
dominasi pada kelompok usia sebaya (peer group).
c. Tahap Perkembangan Bermain.
Eksploratory Stage
Hingga bayi berumur sekitar 3 bulan, jenis bermainnya terutama berupa
melihat orang dan obyek di sekitarnya dan melakukan usaha acak untuk
meraih obyek yang ada dihadapannya. Kemudian bayi akan mulai
memegang dan memeriksa obyekobyek berukuran kecil. Setelah bayi dapat
merangkak ataupun berjalan, maka ia akan mulai memeriksa semua obyek
yang ada di dalam jangkauannya
Toy Stage
Toy play dimulai pada tahun pertama dan akan mencapai puncaknya pada
usia 5-6 tahun. Mulanya bayi hanya akan memeriksa mainannya. Antara
umur 2-3 tahun, ia mulai membayangkan bahwa mainannya dapat bergerak,
berbicara, dan merasakan. Setelah anak berkembang daya intelektualnya, ia
akan memandang mainannya sebagai benda mati, dan hal ini akan
menghilangkan ketertarikannya kepada mainan tersebut. Setelah memasuki
sekolah, kebanyakan anak akan menganggap toy play sebagai “baby play”.
Play Stage
Setelah anak bersekolah, jenis bermainnya akan meningkat. Mulanya ia
akan terus bermain sendiri dengan mainannya. Namun, ia akan juga mulai
tertarik dengan game, olahraga, hobi, dan bentuk bermain lainnya yang
sudah lebih bersifat dewasa.
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu
Di Denpasar
21
Daydream Stage
Ketika anak mendekati masa puber, ia akan mulai kehilangan ketertarikan
pada aktifitas bermain yang sebelumnya ia nikmati dan mulai menghabiskan
banyak waktu bermainnya dengan melamun. Anak yang berada dalam masa
puber akan menganggap dirinya disalahpahami dan diperlakukan secara
tidak tepat oleh orang lain.
2.2.4.1 Teori Tentang Bermain
Beberapa teori tentang arti dan nilai permainan adalah sebagai berikut:
1 Teori Rekreasi
Teori ini dikembangkan oleh Schaller dan Lazarus (Jerman) antara tahun 1841
dan 1884. “Permainan adalah kesibukan rekreatif sebagai lawan dari kerja dan
keseriusan hidup.”
2. Teori Pemunggahan (disebut juga Teori Kelebihan Tenaga)
Teori ini dikembangkan oleh Herbert Spencer (Inggris). “Permainan disebabkan
oleh mengalir keluarnya energi, yaitu tenaga yang belum dipakai dan
menumpuk pada diri anak yang menuntut dimanfaatkan atau dipekerjakan.”
3. Teori Atavistis
Teori ini dikembangkan oleh Stanley Hall (Amerika). “Permainan merupakan
penampilan dari semua faktor hereditas (waris, sifat keturunan), yaitu segala
pengalaman jenis manusia sepanjang sejarah akan diwariskan kepada anak
keturunannya.”
4. Teori Biologis
Teori ini dikembangkan oleh Karl Groos (Jerman), yang kemudian diikuti oleh
Maria Montessori. “Permainan mempunyai tugas biologis, yaitu melatih
macammacam fungsi jasmani dan rohani. Waktu-waktu bermain merupakan
kesempatan baik bagi anak untuk melakukan penyesuaian diri terhadap
lingkungan hidup dan terhadap hidup itu sendiri.” Menurut William Stern, bagi
anak permainan sama pentingnya dengan taktik dan manuver-manuver dalam
peperangan bagi orang dewasa. Menurut Profesor Buytendijk (Belanda) yang
mempunyai pandangan murni biologis, “Permainan merupakan bentuk
pelahiran dorongan-dorongan hidup.”
5. Teori Psikologi Dalam
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu
Di Denpasar
22
“Permainan merupakan penampilan dorongan-dorongan yang tidak disadari
pada anak-anak dan orang dewasa.” Dalam situasi bermain, terdapat dua faktor
penting, yaitu: a. fantasi b. kebebasan Meskipun terdapat aturan-aturan bermain
yang harus dipatuhi, namun dalam setiap permainan pasti terdapat dimensi
kebebasan dan kemungkinan-kemungkinan baru.
6. Teori Fenomenologis
Teori ini dikembangkan oleh Kohnstamm (Belanda). “Permainan merupakan
satu fenomena atau gejala yang nyata yang mengandung unsur suasana
permainan. Dorongan bermain merupakan dorongan untuk menghayati suasana
bermain itu, yaitu tidak khusus bertujuan untuk mencapai prestasi-prestasi
tertentu, tetapi anak bermain untuk permainan itu sendiri. Jadi, tujuan
permainan adalah permainan itu sendiri.” Dalam suasana permainan tersebut
terdapat faktor: a. kebebasan b. harapan c. kegembiraan d. ikhtiar e. siasat untuk
mengatasi hambatan serta perlawanan
2.2.4.2 Bentuk Permainan.
Bentuk permainan dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Permainan gerakan
Pada mulanya, bayi bermain-main sendiri untuk melatih gerakan dan anggota
tubuh dengan melakukan bermacam-macam manipulasi. Kemudian saat
usianya bertambah, anak melakukan gerakan-gerakan dan olah tubuh dengan
bermain bersama dengan teman sepermainannya.
2. Permainan memberi bentuk
Kegiatan memberi bentuk pada fase permulaan berupa kegiatan yang destruktif,
dengan jalan meremas-remas, mencabik-cabik, membelah-belah, dan lain-lain.
Lambat laun anak dapat memberikan bentuk lebih konstruktif pada macam-
macam materi yang diberikan.
3. Permainan ilusi
Pada jenis permainan ini unsur fantasi memegang peranan paling menonjol,
misalnya menjadikan sebuah sapu sebagai kuda tunggangan. Permainan meniru
juga termasuk dalam jenis permainan ini, misalnya bermain ibu-ibuan atau
dokter-dokteran. Dalam permainan tersebut, anak memasuki dunia ilusi yang
dijadikan dunia sungguhan oleh fantasi anak. Permainan merupakan alat
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu
Di Denpasar
23
pengekspresi jiwa yang paling efisien dan tinggi nilalinya karena di dalam
permainan tersebut terdapat dimensi pengembangan segenap kemampuan di
tengah iklim kebebasan. Menurut Frobel, permainan bisa memberikan pada
anak kesempatan bergiat untuk memuaskan dorongan sibuk dan
melaksanakan/merealisir fantasinya. Frobel mementingkan fantasi,
kegembiraan dan kebebasan untuk waktu sekarang di dalam setiap permainan.
Sebaliknya, Maria Montessori paling mengutamakan kegiatan melatih panca
indera dan semua fungsi-fungsi untuk persiapan kerja di masa mendatang.
2.2.5 Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini.
Secara umum tujuan pendidikan anak usia dini adalah mengembangkan
berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Secara khusus tujuan pendidikan anaka
usia dini adalah (Yuliani Nurani Sujiono, 2009: 42 – 43):
Agar anak mampu mengelola keterampilan tubuhnya termasuk gerakan motorik
kasar dan motorik halus, serta mampu menerima rangsangan sensorik.
Anak mampu menggunakan bahasa untuk pemahaman bahasa pasif dan dapat
berkomunikasi secara efektif sehingga dapat bermanfaat untuk berpikir dan
belajar.
Anak mampu berpikir logis, kritis, memberikan alasan, memecahkan masalah
dan menemukan hubungan sebab akibat.
Anak mampu mengenal lingkungan alam, lingkungan social, peranan
masyarakat dan menghargai keragaman social dan budaya serta mampu
mngembangkan konsep diri yang positif dan kontrol diri.
Anak memiliki kepekaan terhadap irama, nada, berbagai bunyi, serta
menghargai karya kreatif.
2.2.6 Prinsip – prinsip Pendidikan Anak Usia Dini.
Pendidikan anak usia dini pelaksanaannya menggunakan prinsip-prinsip
(Forum PAUD, 2007) sebagai berikut.
A. Berorientasi Pada Anak.
Kegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi kepada
kebutuhan anak. Anak usia dini adalah anak yang sedang membutuhkan
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu
Di Denpasar
24
upayaupaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek
perkembangan baik perkembangan fisik maupun psikis, yaitu intelektual,
bahasa, motorik, dan sosio emosional.
B. Belajar Melalui Bermain.
Bermain merupakan saran belajar anak usia dini. Melalui bermain anak diajak
untuk bereksplorasi, menemukan, memanfaatkan, dan mengambil kesimpulan
mengenai benda di sekitarnya. Salah satu contohnya seperti permainan
berhitung dengan menggunakan media – media interaktif seperti kelereng,
tumpukan kubus dll.
Gambar 7. seorang anak yang sedang bermain
Sumber :
https://www.healthyfamiliesbc.ca/hfbc/files/image/iStock_00001
8537961Small.jpg.
Gambar 8. anak – anak belajar melalui sebuah permainan
Sumber : http://blog.bebe2go.com/wp-content/uploads/2015/11/compartir.jpg.
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu
Di Denpasar
25
C. Menggunakan Lingkungan yang Kondusif.
Lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa sehingga menarik dan
menyenangkan dengan memperhatikan keamanan serta kenyamanan yang
dapat mendukung kegiatan belajar melalui bermain.
D. Menggunakan pembelajaran terpadu
Pembelajaran pada anak usia dini harus menggunakan konsep pembelajaran
terpadu yang dilakukan melalui tema. Tema yang dibangun harus menarik dan
dapat membangkitkan minat anak dan bersifat kontekstual. Hal ini agar anak
mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas sehingga
pembelajaran menjadi mudah dan bermakna bagi anak.
E. Mengembangkan berbagai kecakapan hidup
Mengembangkan keterampilan hidup dapat dilakukan melalui berbagai proses
pembiasaan. Hal ini dimaksudkan agar anak belajar untuk menolong diri
sendiri, mandiri dan bertanggungjawab serta memiliki disiplin diri.
F. Menggunakan berbagai media edukatif dan sumber belajar
Media dan sumber pembelajaran dapat berasal dari lingkungan alam sekitar atau
bahan-bahan yang sengaja disiapkan oleh pendidik /guru. Pembelajaran bagi
anak usia dini hendaknya dilakukan secara bertahap, dimulai dari konsep yang
sederhana dan dekat dengan anak. Agar konsep dapat dikuasai dengan baik
hendaknya guru menyajikan kegiatan–kegiatan yang berluang.
Gambar 9. Kondisi lingkungan yang menarik untuk anak-anak.
Sumber : http://cdc.ucr.edu/images/cdcslide5.jpg.
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu
Di Denpasar
26
2.2.7 Jenis – jenis Kegiatan PAUD.
Jenis-jenis kegiatan PAUD dijelaskan dalam tabel berikut ini:
Tabel 2. Jenis – jenis Kegiatan PAUD
Taman Kanak–
kanak (TK)
Kelompok Bermain
(KB)
Taman Penitipan
Anak (TPA) POSYANDU
Bina Keluarga
Balita (BKB)
Usia 4-6 tahun 2-6 tahun 3-6 tahun 0 – 6 tahun 0 – 5 tahun
Target Anak Anak Anak Anak dan Ibu Ayah - Ibu
Fokus
Pendidikan
Anak Usia
Dini
Perkembangan
anak dan
kesiapan
bersekolah
Pendidikan pada
dasarnya
bermain-main
Perkembangan
emosi dan
mental
Pelayanan
perawatan untuk
anak-anak yang
orangtuanya
bekerja, digabung
dengan komponen
perkembangan
emosi dan mental
Pelayanan
kesehatan
untuk ibu dan
anak, digabung
dengan
pendidikan
orangtua
Pendidikan
orangtua;
kegiatan untuk
anak juga
ditawarkan
selama
pertemuan
Waktu
Kegiatan 2 jam setiap hari,
2 jam, min. 3 kali
seminggu
8-10 jam setiap
hari 2 jam
2 jam, 2 kali
sebulan
2 jam, 2 kali
sebulan
Agen
Pemerintah
Departemen
Pendidikan
Nasional
Departemen Sosial
dan Departemen
Pendidikan
Nasional
Departemen
Sosial, komponen
supervise
Departemen
Diknas garis-garis
besar
perkembangan
Departemen
Kesehatan,
Menteri Dalam
Negeri
Kementerian
Pemberdayaan
Perempuan
BKKBN
Sumber: (MARIESKA HAPPY LAKSMITA .2010)
2.2.8 Nilai Positif dari PAUD
Pendidikan anak usia dini memberikan kesempatan bagi anak untuk
mengembangkan keterampilan dan kecerdasan sedini mungkin. Seperti halnya
pendidikan formal yang ada di sekolah dasar, dalam pendidikan informal anak usia
dini baik PG, TK maupun SPS (satuan paud sejenis) juga diberikan pembelajaran
dengan kurikulum yang disusun terstruktur sehingga bukan hanya belajar
berinteraksi dan membaca namun anak bisa mengembangkan berbagai macam
keterampilan lainnya sejak dini.
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu
Di Denpasar
27
2.3 Tinjauan Fasilitas Sejenis.
Tinjauan fasilitas sejenis ini berupa tinjuan langsung dan tinjauan tidak
langsung/ tinjuan online.
2.3.1 Tinjuan Langsung
1. The Anak Atelier
The Anak Atelier merupakan salah satu PAUD yang terletak di jalan pantai
balangan Badung – Bali. Observasi dan wawancara dilakukan pada tanggal 4 Maret
2016. Narasumber bernama Kimberly Utama selaku head marketing PAUD
tersebut. Dari hasil observasi diperoleh informasi sebagai berikut;
Konsep Bangunan : Nature
Arsitek : Baito (Jogjakarta)
Luas Tanah :1400m2
Program layanan
- Toodlers (1.5 thn - 2.5 thn),
- Preschool (2.5 thn – 4 thn), dan
- Kindergarten (4 thn – 6 thn)
Waktu kegiatan
- Toodlers (3 x 1 minggu , 8.30 – 11.30)
- Preschool (5 x 1 minggu , 8.30 – 11.30 dan 12.00 – 2.30)
- Kindergarten (5 x 1 minggu , 8.30 – 11.30 dan 12.00 – 2.30)
Jumlah Pengajar : 2 Leader Educator , 1 Help Training Teacher, 4 Co-
Leader Educator.
Sarana Prasarana
- Joglo Building (2 Classroom) + 2 Toilets/classroom
- Organic Garden
- Amphitheater , Playground Complex
- Front Office , Kitchen , Lobby and Parking lot
Keunggulan : Lingkungan PAUD, Kurikulum yang digunakan
dan tenaga pengajar.
Kapasitas : 45 anak (15 anak/program)
Staff : 1 Petugas Kebersihan, 1 Koki & 1 Tukang Kebun.
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu
Di Denpasar
28
PAUD ini memakai konsep nature yang mengutamakan / menonjolkan
penataan lingkungan (environtments) yang baik. Elemen yang dipakai masih
banyak memakai material kayu.
Dilihat dari tampilan bangunan, PAUD ini tidak mencirikan bangunan
edukasi / sekolah untuk anak – anak usia dini. Tampilan bangunan ini lebih terlihat
seperti villa – villa dan bangunan umum lainnya.Pemakaian material seperti rotan
Gambar 10. Entrance & Exit pada The Anak Atelier.
Sumber : Dokumen Observasi Pribadi.
Gambar 12. Lobby pada The Anak Atelier.
Sumber : Dokumen Observasi Pribadi.
Gambar 11. Struktur Atap pada lobby The
Anak Atelier.
Sumber : Dokumen Observasi Pribadi.
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu
Di Denpasar
29
untuk sofa dan meja, serta kayu untuk struktur atapnya semakin menonjolkan
konsep nature pada PAUD ini. Pemakaian kipas angina untuk area lobby semi-
outdoor merupakan salah satu cara dalam bentuk penghematan pemakaian energi.
The Anak Atelier memiliki 2 kelas dengan detil sebagai berikut;
Toddler Class (Kelompok Bermain)
Fasilitas Jumlah
Playroom 1
Toilet 2
Naping room 1
Ruang Guru 1
Sandpit 1
Tree House 1
Waiting room for parents 1
Gudang 1
Kids Class (Taman Kanak – Kanak)
Fasilitas Jumlah
Playroom 1
Toilet 2
Naping room 1
Ruang Guru 1
Ruang Pengelolaan Barang Bekas 1
Organic garden 1
Waiting room for parents 1
Gudang 1
Sumber : Observasi 4 Maret 2016
Tabel 3. Tabel Detil Kelas The Anak Atelier
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu
Di Denpasar
30
Didalam toddler classroom (Kelompok Bermain) terdapat beberapa media
permainan edukasi yang sangat menarik. Elemen penutup lantai menggunakan
keramik yang dilapisi dengan karpet bertekstur halus sangat aman dan nyaman
Gambar 13. Suasana Toddler Classroom The Anak Atlier
Sumber : Observasi 4 Maret 2016
Gambar 14. Waiting Room The Anak Atelier
Sumber : Observasi 4 Maret 2016
Gambar 15. Naping Room
Sumber : Observasi 4 Maret 2016
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu
Di Denpasar
31
untuk anak – anak. Model kelas ini berbentuk rumah joglo dan semua elemen –
elemennya masih sama dengan rumah joglo yang asli.
Berikut adalah detil furniture dan lampu pada toddler classroom;
Gambar 17. Struktur Atap Toddler
Classroom The Anak Atelier
Sumber : Observasi 4 Maret 2016
Gambar 16. Toilet Toddler Classroom
The Anak Atelier
Sumber : Observasi 4 Maret 2016
Gambar 18. Hiasan Atap Toddler Class The Anak Atelier
Sumber : Observasi 4 Maret 2016
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu
Di Denpasar
32
Jenis Furniture/Lampu Jumlah
Meja Tulis 2
Kursi 4
Rak 7
Lampu Utama 1
Spotlight 6
Sumber : Observasi 4 Maret 2016
Karena jam observasi bertepatan dengan jadwal kids classroom (Taman
Kanak – Kanak) maka tidak izinkan untuk pengambilan foto di area atau ruang
kelas tersebut.
Organic Garden merupakan salah satu keunggulan dari The Anak Atelier.
Organic Garden ini dibuat agar anak – anak bisa mempelajari bagaimana berkebun
dan lebih menghargai kehidupan.
Tabel 4. Tabel Detil Furniture toddler room the Anak Atelier
Gambar 20. Seed Station pada Organic Garden
The Anak Atelier
Sumber : Observasi 4 Maret 2016
Gambar 19 Tempat Pembuatan Pupuk The
Anak Atelier
Sumber : Observasi 4 Maret 2016
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu
Di Denpasar
33
2. Hooray Kids
Hooray merupakan salah satu PAUD yang terletak di jalan teuku umar barat
Denpasar - Bali. Observasi dan wawancara dilakukan pada tanggal 11 Maret 2016.
Narasumber bernama Wiwid Lestari selaku front office staff PAUD tersebut. Dari
hasil observasi diperoleh informasi sebagai berikut;
Konsep Bangunan : Colorfull & Playfull
Tanggal didirikan : Juli 2012
Program layanan
Umur Program Layanan Kelas
0 – 1 Baby Class
1 – 2 Toddler Junior
2 – 3 Toddler Senior
3 – 4 Playgroup
4 – 5 Kindergarten A
5 – 6 Kindergarten B
0 – 6 Day Care
Sumber : 11 Maret 2016
Gambar 21. Amphitheater The Anak Atelier
Sumber : Observasi 4 Maret 2016
Tabel 5. Program Layanan Hooray Kids
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu
Di Denpasar
34
Sarana Prasarana
Program Facilities
Baby Class Baby Spa , Baby Activities room , Baby Gym , Baby
Pool Room , Sensitive room , Visual room.
Toddler Junior Activities room , Lunch room , Storytelling room ,
Gym room , Toilets , Naping room
Toddler Senior Activities room , Lunch room , Storytelling room ,
Gym room , Toilets
Playgroup Playroom , Theme class
Kindergarten A Activities room , Lunch room , Storytelling room ,
Gym room , Toilets , Naping room
Kindergarten B Activities room , Lunch room , Storytelling room ,
Gym room , Toilets , Naping room
Sumber : 11 Maret 2016
Berbeda dengan lokasi observasi sebelumnya PAUD ini memakai konsep
modern playfull & colorfull. Ruang – ruang kelas dari PAUD ini menggunakan
bermacam – macam tema yang atraktif. Ini bertujuan agar peserta didik tidak bosan
dengan kegiatan mereka. Menurut narasumber konsep yang mereka terapkan ini
Tabel 6. Fasilitas pada Hooray Kids
Gambar 22. Tampak Depan Hooray Kids
Sumber : Observasi 11 Maret 2016
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu
Di Denpasar
35
sangat membantu para guru pengajar untuk mengendalikan emosi anak. Kegiatan
PAUD ini dilakukan di dalam ruangan menyebabkan penghawaan dalam bangunan
ini menggunakan penghawaan buatan (AC). Dalam setiap kelasnya terdapat 2 buah
pendingin ruangan (AC).
Gambar 23. Lobby Hooray Kids
Sumber : Website Hooray Kids
Gambar 24. Koridor Lantai Satu Hooray Kids
Sumber : Facebook Hooray Kids
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu
Di Denpasar
36
Dari gambar 24 dan gambar 25
dapat terlihat bahwa pencahayaan
ruangan menggunakan cahaya buatan.
Atap dibuat dengan bentuk – bentuk yang
atraktif dan menggunakan warna – warna
yang cerah. Penutup lantai menggunakan
keramik anti slip dengan motif bertekstur
halus. Lantai ini didesain menyerupai
jalan. Tiap – tiap area di depan kelas
diberikan rak – rak berwarna – warni
yang berfungsi untuk penyimpanan
sepatu sebelum memasuki ke dalam
ruangan. Bertujuan untuk menjaga
kebersihan kelas.
Gambar 25. Koridor Lantai Dua Hooray Kids
Sumber : Facebook Hooray Kids.
Gambar 26. Activities Toddler Senior Room
Hooray Kids
Sumber : Facebook Hooray Kids
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu
Di Denpasar
37
2.3.2 Tinjuan Tidak Langsung/ Tinjauan online
1. Ecole Maternelle Pajol - Paris
Gambar 28. Tampak Depan Ecole Maternelle Pajol
Sumber : http://www.thecoolhunter.net/article/detail/2098/ecole-maternelle-pajol--paris.
Gambar 27. Activities Kindergarten A Hooray Kids
Sumber : Facebook Hooray Kids.
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu
Di Denpasar
38
Menurut salah satu artikel online yang berjudul “Ecole Maternelle Pajol”
(http://www.thecoolhunter.net/article/detail/2098/ecole-maternelle-pajol--paris.)
PAUD ini terletak di daerah yang bernama Rue Rajol di Paris – Perancis. Bangunan
merupakan bangunan redesign dari bangunan pemerintahan yang berdiri sejak
tahun 1940. Menurut artikel lainnya yang membahas PAUD ini yang berjudul
“Ecole Maternelle Pajol: The Colors of a Happy Childhood”
(http://entertainmentdesigner.com/news/childrens-design/ecole-maternelle-pajol-
the-colors-of-a-happy-childhood/.) Mengatakan bahwa redesign ini bertujuan
untuk menjaga atau melestarikan bangunan bersejarah di paris agar terhindar dari
kemungkinan penggusuran. Warna-warna yang dipakai diluar ruangan maupun
didalam ruangannya sangat cerah dan bersemangat. Warna – warna ini dipilih
bertujuan untuk meningkatkan perasaan bahagia anak – anak sebagai fous
emosional. Warna-warna cerah, terutama merah, oranye dan kuning, merangsang
otak dan mendorong sikap aktif untuk anak – anak.
Gambar 29. Tampak Depan Bangunan Ecole Maternelle Pajol
Sumber : http://www.thecoolhunter.net/article/detail/2098/ecole-maternelle-pajol--paris.
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu
Di Denpasar
39
Gambar 30. Lobby Ecole Maternelle Pajol
Sumber : http://www.thecoolhunter.net/article/detail/2098/ecole-maternelle-pajol--paris.
Gambar 31. Ruang dalam bangunan Ecole Maternelle Pajol
Sumber : http://www.thecoolhunter.net/article/detail/2098/ecole-maternelle-pajol--paris.
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu
Di Denpasar
40
2. Mama Smile – Tokyo
Berdasarkan artikel internet yang berjudul “mama smile – tokyo”
(http://www.thecoolhunter.net/article/detail/2328/mama-smile--tokyo) . Mama
smile merupakan indoor playground yang terletak sebuah mall di Tokyo. Indoor
Playground ini dirancang oleh arsitek asal Perancis yang bernama Emmanuelle
Moureaux. Emmanuelle Moureaux memakai konsep friendly and harmonius
atsmosphere yang memberikan anak – anak dan orangtua sebuah tempat yang
nyaman dan beristirahat setelah melakukan aktivitas berbelanja seharian. Moureaux
Gambar 32. Keadaan Kamar Mandi bangunan Ecole Maternelle Pajol
Sumber : http://www.thecoolhunter.net/article/detail/2098/ecole-maternelle-pajol--paris.
Gambar 33. Exterior Mama Smile
Sumber : www.designboom.com
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu
Di Denpasar
41
berpendapat bahwa metode yang digunakan merupakan metode dari jepang yaitu
iro-iku dimana metode itu percaya bahwa pemakaian warna-warni dapat membantu
konsentrasi anak – anak dan memunculkan imajinasi.
Gambar 34. Denah Mama Smile
Sumber : www.designboom.com
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu
Di Denpasar
42
2.3.4 Kesimpulan Tinjauan Fasilitas Sejenis.
Kesimpulan dari tinjauan fasilitas sejenis dibuat dalam bentuk tabel sebagai
berikut;
The Anak Atelier Hooray Kids Ecole Maternelle
Pajol Mama Smile
Keunggulan
Program – program
yang ada di The
Anak Atelier
terbilang cukup
Program –
program yang
ada di Hooray
Kids sangat baik
Mempunyai
perencanaan ruang
dalam , ruang luar
dan bentuk fisik
bangunan yang
Memiliki
konsep yang
baik dengan
mengambil
dari salah satu
Tabel 7. Kesimpulan Tinjauan Fasilitas Sejenis.
Gambar 35. Area bermain Mama Smile
Sumber : www.designboom.com
Gambar 36. Area lobby dan Registrasi Mama Smile
Sumber : www.designboom.com
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu
Di Denpasar
43
baik dan sesuai
standar.
dan sangat
lengkap.
sangat baik dan
peka terhadap
pskologis anak
metode yang
dipercaya di
lokasi
bangunan.
Mempunyai
lingkungan yang
baik serta
pencahayaan dan
penerangan alami
yang sangat baik
Mempunyai
desain atau
konsep ruang
yang baik
dengan tema-
tema yang
berbeda
Desain toilet sangat
baik dimana terlihat
sangat aman dan
nyaman untuk anak
– anak.
Penataan
registrasi
room yang
simple dan
menarik
Kelemahan
Lingkungan dan
lokasi PAUD yang
berada di dekat
pantai dimana
banyak nyamuk
yang berbahaya
untuk anak - anak
Tidak memiliki
ruang luar - -
Desain toilet yang
tidak
memperhatikan
anak – anak
penggunaan
pendingin buatan
yang terlalu
banyak dimana
hal tersebut tidak
baik untuk anak -
anak
- -
2.4 Spesifikasi Umum Pusat Layanan PAUD Terpadu di Denpasar
Pusat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Terpadu adalah Suatu tempat
yang berada di tengah suatu perkotaan yang berusaha melayani segala kebutuhan
pendidikan anak usia dini.
2.4.1 Struktur Organisasi Program Anak Usia Dini.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
(PERMENDIKNAS) Nomor 58 tahun 2009 tentang standar pendidikan anak usia
dini bahwa, standar isi, proses, dan penilaian meliputi struktur program, alokasi
waktu, dan perencanaan, pelaksanaan, penilaian dilaksanakan secara
terintegrasi/terpadu sesuai dengan tingkat perkembangan, bakat/minat dan
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu
Di Denpasar
44
kebutuhan anak. Standar ini yang mempertimbangkan potensi dan kondisi
setempat, sehingga dimungkinkan terjadinya perbedaan kegiatan dan pelaksanaan
pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan di lapangan.
Perbedaan dapat terjadi karena adanya: (1) keragaman bentuk layanan
PAUD (TK/RA, TPA, KB dan bentuk lain yang sederajat), yang menerapkan
program paruh waktu dan program penuh waktu; (2) perbedaan kelompok usia yang
dilayani (antara anak usia 0 - <2 tahun dengan anak usia 2 - <4 tahun serta 4 - ≤6
tahun); dan (3) perbedaan kondisi lembaga. Perencanaan program dilakukan oleh
pendidik yang mencakup tujuan, isi, dan rencana pengelolaan program yang
disusun dalam Rencana Kegiatan Mingguan (RKM) dan Rencana Kegiatan Harian
(RKH). Pelaksanaan program berisi proses kegiatan pendidikan, pengasuhan, dan
perlindungan yang dirancang berdasarkan pengelompokan usia anak, dengan
mempertimbangkan karakteristik perkembangan anak dan jenis layanan PAUD
yang diberikan. Penilaian merupakan rangkaian kegiatan pengamatan, pencatatan,
dan pengolahan data perkembangan anak dengan menggunakan metode dan
instrumen yang sesuai.
Struktur program kegiatan PAUD mencakup bidang pengembangan
pembentukan perilaku dan bidang pengembangan kemampuan dasar melalui
kegiatan bermain dan pembiasaan. Lingkup pengembangan meliputi: (1) nilainilai
agama dan moral, (2) fisik, (3) kognitif, (4) bahasa, dan (5) sosial emosional.
Kegiatan pengembangan suatu aspek dilakukan secara terpadu dengan aspek yang
lain, menggunakan pendekatan tematik.
A. Bentuk Layanan PAUD.
Kelompok Usia 0 – 2 tahun
Kelompok Usia 0 -4 tahun
Kelompok Usia 4 – 6 tahun
Kegiatan Pengasuhan Anak Usia 0 – 6 tahun
Alokasi Waktu.
Kelompok Usia/tahun Pertemuan
/Menit /Minggu Semester
0 - < 2 120 1 2
Tabel 8. Tabel Waktu Pembelajaran sesuai Kelompok Usia
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu
Di Denpasar
45
2 - < 4 180 2 2
4 - ≤ 6
(Pendidikan Jalur Formal) 150 - 180 5 - 6 2
4 - ≤ 6
(Pendidikan Jalur Non-Formal) 180 3 2
0 - ≤ 6 tahun
(Kegiatan Pengasuhan)
Alokasi waktu disesuaikan dengan sisa
waktu dari penitipan dikurangi dengan
kegiatan terstruktur yang sudah
dilaksanakan, sesuai dengan jenis
kegiatan dan kelompok usia.
Sumber : PERMENDIKNAS NO.58 2009
B. Rombongan Belajar.
- PAUD Jalur Pendidikan Formal,
jumlah maksimal peserta didik setiap rombongan belajar sebanyak 20
peserta didik dengan 1 orang guru TK/RA atau guru pendamping.
Kelompok A untuk anak usia 4-5 tahun dan kelompok B untuk anak usia
5-6 tahun.
- PAUD Jalur Pendidikan Nonformal,
jumlah peserta didik setiap rombongan bersifat fleksibel, disesuaikan
dengan usia dan jenis layanan program, dan tersedia minimal seorang
guru/guru pendamping. Selain itu harus tersedia pengasuh dengan
perbandingan antara pendidik (guru/guru pendamping/pengasuh) dan
peserta didik sbb:
Kelompok Usia Jumlah Anak
0 - < 1 4
1 - < 2 6
2 - < 3 8
3 - < 4 10
4 - < 5 12
5 - < 6 14
Sumber : PERMENDIKNAS NO.58 2009
Tabel 9. Jumlah Peserta Didik sesuai Kelompok Usia
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu
Di Denpasar
46
2.4.2 Spesifikasi Umum Kelompok Bermain
Kelompok Bermain adalah salah satu bentuk pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan non-formal yang memberikan layanan pendidikan bagi anak usia 2 – 6
tahun, untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan anak.
A. Peserta Didik
Persyaratan peserta didik menurut Direktorat Pembinaan PAUD 2013
adalah sebagai berikut;
Peserta didik adalah anak usia 2 – 6 tahun.
Tiap kelompok bermain minimal terdapat 10 orang peserta didik.
Peserta didik dikelompokkan berdasarkan pengelompokan usia yakni; 2-3
tahun, 3-4 tahun, 4-5 tahun, dan 5-6 tahun.
B. Sarana dan Prasarana.
Sarana dan prasarana kelompok bermain Direktorat Pembinaan PAUD 2013
adalah seperti pada tabel 10.
Sarana dalam ruang
Sarana luar
ruang Prasarana
Persyaratan
Terdapat Buku –
buku /bahan bacaan
untuk anak.
Terdapat Alat – alat
peraga atau bahan
main untuk anak.
Terdapat Lemari/rak
untuk wadah alat
permainan.
Terdapat Tape
recorder / VCD
Player , Papan tulis
Papan
flannel,Panggung
Terdapat alat
permainan
edukatif yang
mudah
dibongkar
pasang, mudah
dijangkau , aman
, kuat , kokoh
tidak mudah
patah/pecah.
Alat permainan
harus
disesuaikan
dengan usia anak
Memiliki
tempat untuk
kegiatan
kelompok
bermain.
Memiliki
ruangan
untuk proses
pembelajaran
Tabel 10. Syarat sarana dan prasarana kelompok bermain
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu
Di Denpasar
47
boneka,Papan
geometris,puzzle,
balok , Alat
permainan edukatif
sederhana
Terdapat Alat
permaian untuk
mendukung budaya
local
Alat – alat untuk
memasak dll.
dan dapat
mendukung
kegiatan belajar
anak yang
berbeda – beda.
Sumber : Direktorat Pembinaan PAUD 2013
Adapun syarat sarana dan prasarana kelompok bermain menurut Norma,
Standar, Prosedur, dan Kriteria Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Kelompok
Bermain seperti pada tabel 11.
No Jenis Ruang Jumlah Minimal Luas/m2 Kapasitas/org
1 Ruang Kelas 1 64 20
2 Ruang Kantor/kepala
Kelompok Bermain 1 12 1
3 Ruang Dapur 1 9 2
4 Gudang 1 9 1
5 KM/WC Guru 1 4 1
6 KW/WC Anak 1 4 1
7 Ruang Guru 1 16 3
8 UKS 1 9 3
Sumber: Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Kelompok Bermain
2.4.3 Spesifikasi Umum Taman Kanak – Kanak.
Taman kanak – kanak (TK) adalah salah satu bentuk satuan PAUD pada
jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak
usia 4 – 6 tahum dengan prioritas usia 5 dan 6 tahun.
A. Peserta Didik
Tabel 11. Syarat sarana dan prasarana kelompok bermain menurut NSPK
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu
Di Denpasar
48
Persyaratan peserta didik taman kanak - kanak menurut Direktorat
Pembinaan PAUD 2013 adalah sebagai berikut;
Peserta didik adalah anak usia 4 – 6 tahun.
Tiap kelompok bermain minimal terdapat 10 orang peserta didik.
Peserta didik dikelompokkan berdasarkan pengelompokan usia yakni; 4-5
tahun, dan 5-6 tahun.
B. Sarana dan Prasarana.
Sarana dan prasarana taman kanak – kanak menurut Norma, Standar,
Prosedur, dan Kriteria Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Kelompok Bermain
seperti pada tabel 12.
No Jenis Ruang Jumlah Minimal Luas/m2 Kapasitas/org
1 Ruang Kelas 1 64 25
2 Ruang Kantor/kepala Kelompok
Bermain 1 20 1
3 Ruang Dapur 1 16 2
4 Gudang 1 16 1
5 Ruang Tata Usaha 1 20 2
6 KM/WC Guru 1 4 1
7 KW/WC Anak 1 4 1
8 Ruang Guru 1 16 5
9 UKS 1 16 3
10 Kamar Penjaga 1 16 1
11 Ruang Terbuka 1 120
12 Ruang Tunggu Terbuka 1 16
Sumber : Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Taman
Kanak – Kanak.
2.4.4 Spesifikasi Umum Taman Penitipan Anak (TPA)
Taman Penitipan Anak (TPA) merupakan salah satu bentuk layanan PAUD
yang menyelenggarakan program kesejahteraan sosial yang mencakup perawatan,
pengasuhan dan pendidikan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia 6 (enam)
tahun.
A. Peserta Didik
Tabel 12. Syarat sarana dan prasarana taman kanak - kanak
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu
Di Denpasar
49
Persyaratan peserta didik taman penitipan anak (TPA) menurut Direktorat
Pembinaan PAUD 2013 adalah sebagai berikut;
Sekurang-kurangnya berusia 3 bulan sampai 6 tahun, prioritas anak yang
orangtuanya bekerja.
Kegiatan di TPA dilakukan dengan cara dikelompokkan berdasarkan usia
(utamanya anak 0-2 tahun), dengan pengelompokkan sebagai berikut:
- 3 bulan - < 12 bulan
- 12 bulan - < 18 bulan
- 3) 18 bulan - < 24 bulan
- 2 tahun - < 3 tahun
- 3 tahun - < 4 tahun
- 4 tahun - < 5 tahun
- 5 tahun - < 6 tahun
B. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana taman penitipan anak (TPA) menurut Direktorat
Pembinaan PAUD 2013 sebagai berikut;
Lingkungan tempat belajar
Lingkungan belajar terdiri dari ruang dalam dan ruang luar. Keduanya
digunakan untuk kegiatan bermain anak. Lingkungan belajar harus memenuhi
kriteria kebersihan, aman secara fisik maupun dari ketakutan atau tekanan.
Gedung
Program TPA harus menggunakan bangunan/ gedung permanen yang mudah
dijangkau oleh orangtua calon peserta didik, cukup aman dan nyaman
Ruangan
Luas ruangan disesuaikan dengan jumlah peserta didik sehingga anak dapat
leluasa bergerak. Ruangan juga harus dilengkapi dengan penerangan dan
ventilasi yang cukup. Idealnya lembaga TPA memiliki beberapa ruangan,
antara lain :
- Ruang serbaguna (untuk proses pembelajaran, makan dan tidur anak,
dilengkapi buku bacaan untuk anak);
- Ruang kantor/administrasi;
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu
Di Denpasar
50
- Dapur;
- Kamar mandi/WC anak;
- Kamar mandi/WC untuk orang dewasa (pendidik, pengelola dan
pengasuh);
- Tempat cuci;
- Ruang UKS atau khusus bagi anak yang sakit.
Sarana Belajar
Sarana penunjang yang perlu disediakan di lembaga TPA adalah:
- Sarana untuk kesehatan yang mendukung pembentukan perilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS) bagi anak, seperti bahan untuk mencuci tangan, menyapu,
sikat gigi masing-masing anak, dsb.
- Sarana makan yang bersih : piring, sendok, mangkok dsb.
- Sarana MCK untuk toilet: air bersih yang cukup, sabun mandi, handuk kecil,
dsb.
- Sarana untuk tidur seperti matras, bantal, selimut sesuai ukuran anak.
- Sarana penunjang perkantoran/administrasi : seperti meja, rak buku, kursi,
almari, rak-rak untuk alat permainan, box, tempat tidur, kasur, telepon,
perlengkapan administrasi, TV, Radio, dll.
Alat Permainan (APE)
APE adalah segala sesuatu yang dirancang dan dapat dipergunakan sebagai
sarana/peralatan untuk bermain yang mengandung nilai edukasi.
- APE dalam ruangan
Berbagai jenis alat permainan buatan pabrik atau buatan sendiri untuk
mendukung kegiatan main sensori motorik, main pembangunan, dan main
peran. Alat yang disediakan dapat mengambil dari lingkungan sekitar seperti
batu-batuan, kerang, daun-daunan, alat musik sederhana, pakaian adat daerah,
alat permainan daerah, dll. Semua alat permainan yang disediakan dapat
digunakan anak untuk membangun kemampuan matematika, sosial-emosi,
bahasa, seni, sains, dan keaksaraan.
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu
Di Denpasar
51
- Alat permainan luar ruang
Alat permainan di luar ruangan disediakan untuk mendukung motorik kasar,
keseimbangan, kekuatan otot, keterampilan gerak, dan kelenturan gerakan. Alat
permainan di luar dapat berbentuk bak air, bak pasir, papan luncur, papan titian,
ayunan, panjatan, kuda-kudaan dll. Alat permainan dalam ruangan dapat pula
ditata untuk dimainkan di luar ruangan bila kondisi ruangan tidak
memungkinkan.
Gambar 37. Alat permainan dalam ruang
Sumber : jualbukubantal.wordpress.com
Gambar 38. Alat permainan luar ruang
Sumber : https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/c/c5/Playground_at_Fuji-Hakone-
Izu_National_Park.jpg
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu
Di Denpasar
52
BAB III
STUDI PENGADAAN PROYEK.
Pada bab ini akan membahas Kota Denpasar sebagai lokasi perencanaan,
analisis S.W.O.T : potensi (strength), kelemahan/hambatan (weakness), peluang
(opportunity), dan tantangan (treathness), dan spesifikasi khusus proyek. Informasi
tersebut mengenai potensi lokasi, permasalahan, pemecahannya dan spesifikasi
proyek di lokasi perancangan.
3.1 Potensi Lokasi.
Kota Denpasar, selain merupakan ibu kota daerah tingkat II, juga
merupakan ibu kota Provinsi Bali dan sekaligus sebagai pusat pemerintahan
pendidikan, serta perekonomian. Letak yang sangat strategis ini sangatlah
menguntungkan, baik dari segi pusat pendidikan, ekonomi, maupun kepariwisataan
karena merupakan titik sentral berbagai kegiatan sekaligus sebagai penghubung
dengan kabupaten lainnya.
Menurut Ditjen-Paud Dikmas tahun 2015 wilayah Denpasar timur
merupakan wilayah yang paling banyak mempunyai PAUD yang tidak
terakreditasi, sebanyak 78 dari 98 PAUD maka, pembangunan proyek ini akan
lakukan di Kecamatan Denpasar timur. Implikasi dari potensi lokasi ini, nantinya
dapat dijadikan acuan dalam proses perancangan dengan memanfaatkan potensi-
potensi lokasi yang sudah ada di lokasi perancangan dan dapat ditariknya
kesimpulan bahwa proyek ini layak untuk dirancang.
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu
Di Denpasar
53
3.1.1 Kondisi Fisik
Keadaan fisik Kota Denpasar telah mengalami pertumbuhan pesat bersama
dengan kemajuan pembangunan Provinsi Bali misalnya gaya hidup masyarakat
setempat yang menunjukkan ciri-ciri dan sifat masyarakat perkotaan serta
bertransformasi menjadi pusat pemerintahan, perdagangan, pendidikan, dan
industri terutama industri pariwisata.
A. Letak Geografis
Menurut situs resmi Denpasar (http://www.denpasarkota.go.id/Kondisi-
Geografi. Diakses pada tanggal 28 Maret 2016) bahwa Kecamatan Denpasar Timur
terletak dibagian Timur Kota Denpasar dengan batas-batas :
Sebelah Utara : Kecamatan Denpasar Utara dan Desa Jagapati Kecamatan
Abiansemal Kabupaten Badung.
Sebelah Timur : Desa Batubulan Kecamatan Sukawati Kabupaten Gianyar.
Sebelah Selatan : Selat Bali dan Kecamatan Denpasar Selatan.
Sebelah Barat : Kecamatan Denpasar Barat.
Batas wilayah berimplikasi pada penentuan lokasi yang terbaik dan
memiliki potensi yang paling baik untuk pembangunan proyek. Penentuan ini
berdasarkan aksesibilitas proyek kepada fasilitas – fasilitas terkait.
Gambar 39. Peta Kota Denpasar
Sumber : http://wisata.balitoursclub.com/wp-content/uploads/2012/09/Peta-Wilayah-
Denpasar.jpg
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu
Di Denpasar
54
B. Iklim
Kota Denpasar termasuk daerah beriklim tropis yang dipengaruhi angin
musim sehingga musim kemarau dengan angin timur (Juni-Desember) dan musim
hujan dengan angin barat (September – Maret) dan diselingi oleh musim
pancaroba. Shubu rata-rata berkisar antara 24.4C̊ - 31.4̊C dengan suhu maksimum
pada bulan Januari, sedangkan suhu minimum pada bulan Agustus. Jumlah curah
hujan di Kecamatan Denpasar Timur berkisar 0-406 mm dan rata-rata 97,1 mm.
Bulan basah (curah hujan lebih dari 100mm/bl) selama empat bulan dari bulan
Nopember sampai dengan Februari. Sedangkan bulan kering (curah hujan kurang
dari 100mm/bl) selama 8 bulan jatuh pada bulan Maret sampai dengan Oktober.
Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Februari (406 mm) dan terendah terjadi
bulan Oktober (0 mm). (http://dentim.denpasarkota.go.id/index.)
Berdampak pada pemilihan bentuk atap yang baik dan material yang sesuai
dengan kondisi curah hujan pada lokasi pembangunan proyek. Pembuatan
lingkungan binaan atau pengolahan ruang luar yang baik di sekitar bangunan.
dengan pohon atau tumbuhan hijau yang maksimal untuk menyerap radiasi sinar
matahari dengan mendapatkan udara segar dari angin yang melewati taman.
C. Luas Wilayah
Menurut situs resmi Denpasar (http://www.denpasarkota.go.id/Kondisi-
Geografi. Luas seluruh Kota Denpasar 127,78 km2 atau 12.778 Ha , yang
merupakan tambahan dari reklamasi pantai serangan seluas 380 Ha. Dari luas
tersebut diatas tata guna tanahnya meliputi Tanah sawah 2.717 Ha dan, tanah kering
10.051 Ha. Tanah kering kering terdiri dari tanah pekarangan 7.831 Ha, tanah
tegalan 396 Ha, tanah tambak/kolam 10Ha, tanah sementara tidak diusahakan
81Ha,tanah hutan 613 Ha. Tanah perkebunan 35 Ha dan tanah lainnya:1.162Ha.
Berikut luas wilayah kecamatan Denpasar timur.
No Desa / Kelurahan Luas Wilayah Km2
1 Desa Dangin Puri Klod 2.23
2 Desa Sumerta Klod 2.68
3 Desa Kesiman Petilan 2.84
4 Desa Kesiman Kertalangu 3.76
Tabel 13. Luas Wilayah Denpasar timur
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu
Di Denpasar
55
5 Desa Suerta Kaja 0.52
6 Desa Sumerta Kauh 0.89
7 Desa Penatih Dangri 3.12
8 Kelurahan Kesiman 2.43
9 Kelurahan Sumerta 0.50
10 Kelurahan Penatih 2.73
11 Kelurahan Dangin Puri 0.62
Kecamatan Denpasar Timur 22.31
Sumber: http://dentim.denpasarkota.go.id/index.php/profil
Dalam segi ideal pembangunan proyek, akan dibangun di wilayah yang
paling besar untuk mencegah terjadinya kepadatan dalam sebuah wilayah. Namun
penentuan lokasi tetap harus mempertimbangkan hal lainnya.
D. Topografi
Ditinjau dari segi Topografi keadaan geografis Kecamatan Denpasar Timur
secara umum miring kearah selatan dengan ketinggian berkisar antara 0 – 75 meter
dari permukaan laut. Memiliki morfologi landai dengan kemiringan lahan sebagain
besar berkisar 0,5% namun dibagian tepi kemiringan bisa mencapai 15 %.
(http://dentim.denpasarkota.go.id/index.) Daerah yang landai merupakan potensi
dalam mempermudah pembangunan suatu proyek.
3.1.2 Kondisi Non-Fisik
Kondisi non fisik KecamatanDenpasar Timur dapat dilihat dari:
A. Jumlah Penduduk
Menurut situs resmi Denpasar (http://www.denpasarkota.go.id/Kondisi-
Geografi. Diakses pada tanggal 10 April 2016) Jumlah Penduduk Kecamatan
Denpasar Timur sampai bulan Desember 2013 sesuai dengan data dari Badan Pusat
Statistik Kota Denpasar adalah 146.510 jiwa, laki-laki sebanyak 74.460 jiwa dan
perempuan sebanyak 146.510 jiwa. Kepadatan penduduk Kecamatan Denpasar
Timur adalah 6.567 jiwa/ Km². Sebaran penduduk Kecamatan Denpasar Timur
dapat dilihat pada table 14.
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu
Di Denpasar
56
No Desa / Kelurahan Laki - laki Perempuan Jumlah
1 Desa Dangin Puri Klod 8.557 8.002 16.559
2 Desa Sumerta Klod 10.409 9.854 20.263
3 Desa Kesiman Petilan 8.120 7.710 15.830
4 Desa Kesiman Kertalangu 6.224 5.960 12.184
5 Desa Suerta Kaja 14.081 13.351 27.433
6 Desa Sumerta Kauh 5.354 5.477 10.443
7 Desa Penatih Dangri 4.420 4.420 10.830
8 Kelurahan Kesiman 4.102 4.067 8.840
9 Kelurahan Sumerta 3.606 3.647 7.253
10 Kelurahan Penatih 5.911 5.940 11.851
11 Kelurahan Dangin Puri 3.677 3.621 7.298
Kecamatan Denpasar Timur 74.460 72.050 146.510
Sumber: Denpasar Timur Dalam Angkat Tahun 2014
Berdasarkan data kependudukan di atas, maka data ini menjadi salah satu
faktor penentu pembanding dalam analisa kebutuhan kapasitas peserta didik yang
akan ditampung pada sekolah ini.
B. Aspek Pendidikan
Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan
manusia karena baik buruknya kualitas sumber daya manusia suatu bangsa sangat
ditentukan oleh tinggi rendahnya pendidikan penduduknya. Disamping itu
pendidikan juga menjadi salah satu indikator yang menentukan Indek
Pembangunan Manusia ( Human Development Index – HDI) dan Gender
Development Index (GDI) dari suatu negara. Oleh karena itu pendidikan bagi setiap
individu baik laki-laki maupun perempuan sangatlah penting.
Kualitas pendidikan penduduk (sumber daya manusia) juga ditentukan oleh
salah satu indikatornya, yaitu angka partisipasi sekolah (APS). Partisipasi penduduk
bersekolah merupakan bentuk nyata usaha peningkatan sumber daya manusia
melalui pendidikan. Berikut adalah APS PAUD di Provinsi Bali. Lihat tabel 15.
Tabel 14. Jumlah penduduk Denpasar timur
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu
Di Denpasar
57
Kota/Kab Usia 0 – 6
tahun TK TPA KB SPS
Siswa
PAUD
APS
PAUD
Buleleng 54.519 15.293 99 7.745 12.506 35.373 64.88
Jembrana 22.246 4.931 41 3.942 5.588 14.502 65.19
Tabanan 22.406 1.078 77 4.340 6.910 18.405 82.14
Badung 28.669 13.295 120 4.521 9.868 27.804 96.98
Gianyar 28.498 8.789 37 6.340 2.888 18.405 63.35
Klungkung 10.674 4.384 27 2.493 3.186 10.090 94.55
Bangli 17.434 4.571 14 4.994 2.763 12.342 70.79
Karang Asem 55.891 12.441 4 7.652 8.927 29.024 55.98
Denpasar 37.163 22.061 373 6.332 8.243 37.009 99.59
Sumber : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 2013/2014
Seperti pada tabel 15, dapat dilihat bahwa Angka Partisipasi Sekolah anak
– anak usida dini di Kota Denpasar merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan
kabupaten lainnya. Tingginya angka partisipasi sekolah (APS) ini harus diimbangi
dengan ketersediannya tempat atau fasilitas pendidikan terkait dan kelayakan
standarisasi fasilitas pendidikan tersebut. Lihat tabel 16 dan 17.
Kecamatan KB TK TPA SPS TOTAL
Denpasar Selatan 28 78 9 0 115
Denpasar Timur 31 62 42 7 98
Denpasar Utara 41 81 5 3 127
Denpasar Barat 19 88 7 4 118
Total Keseluruhan 458
Sumber: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 2015
Kecamatan KB TK TPA SPS TOTAL Akreditasi
Sudah Belum
Denpasar Selatan 28 78 9 0 115 37 78
Denpasar Timur 31 62 42 7 98 20 78
Denpasar Utara 41 81 5 3 127 48 79
Tabel 15. Jumlah APS di Provinsi Bali 2013 -2014
Tabel 16. Jumlah PAUD di Kota Denpasar
Tabel 17. Jumlah PAUD terakreditasi di Kota Denpasar
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu
Di Denpasar
58
Denpasar Barat 19 88 7 4 118 55 63
Total Keseluruhan 458 160 298
Sumber : Ditjen-Paud Dikmas 2015 (http://118.98.233.177:616/#/laman/sp_akreditasi/2/226000)
Berikut sebaran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di kecamatan
Denpasar timur. Gambar 37 dan Tabel 18.
No Desa / Kelurahan Sekolah Murid Guru
1 Dangin Puri Klod 9 146 46
2 Sumerta Klod 12 1.848 121
3 Kesiman 9 531 55
4 Kesiman Petilan 6 265 29
5 Kesiman Kertalangu 14 1.102 74
6 Sumerta 5 321 34
Gambar 40. Sebaran PAUD di Kecamatan Denpasar Timur
Tabel 18. Banyaknya sekolah,murid, dan guru PAUD di Kecamatan Denpasar Timur
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu
Di Denpasar
59
7 Sumerta Kaja 3 288 18
8 Sumerta Kauh 1 14 3
9 Dangin Puri 5 328 18
10 Penatih 8 393 35
11 Penatih Dangin Puri 2 76 8
Kecamatan Denpasar Timur 73 5412 438
Sumber: UPT Disdikpora Kecamatan Denpasar Timur
Banyaknya PAUD yang belum diakreditasi menurut Dikjen PAUD Dikmas
tahun 2015 serta besarnya jumlah angka partisipasi sekolah anak – anak usia dini
merupakan kekuatan dari proyek pusat pelayanan pendidikan anak usia dini ini.
Lokasi proyek ditentukan pula berdasarkan desa yang sangat membutuhkan
lembaga atau fasilitas terkait.
C. Aspek Ekonomi
PDRB merupakan salah satu indikator yang dapat dipakai untuk mengukur
keberhasilan perkembangan ekonomi pada suatu daerah. Antara lain akan dapat
diketahui struktur ekonomi, laju pertumbuhan, tingkat kesejahteraan dan potensi
suatu daerah. Ekonomi suatu daerah dikatakan semakin baik jika dari waktu ke
waktu nilai PDRB daerah yang bersangkutan semakin bertambah. Agar
kesejahteraan ekonomi penduduk semakin meningkat, dalam periode yang sama
tingkat pertumbuhan PDRB harus lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan
penduduknya. PDRB per kapita merupakan suatu indikator yang dihitung dengan
cara membagi data PDRB terhadap jumlah penduduk pada pertengahan tahun. Hal
ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang seberapa besar nilai tambah
yang diciptakan/diterima tiap-tiap penduduk, sehingga secara tidak langsung akan
menggambarkan tingkat kesejahteraan penduduk didaerah/wilayah bersangkutan.
Semakin besar nilai PDRB per kapita, maka dapat dikatakan suatu daerah/wilayah
makin sejahtera atau makmur. (RKPD Kota Denpasar tahun 2014)
Tahun
Atas Dasar Harga Berlaku Atas Dasar Harga Konstan
Perkapita
(Rp/juta)
Pertumbuhan
(%)
Perkapita
(Rp/juta)
Pertumbuhan
(%)
Tabel 19. PDRB per kapita Kota Denpasar Tahun 2010 - 2014
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu
Di Denpasar
60
2010 10.755.112,28 14.36 5.358.246,42 6.53
2011 12.497.412,51 16.20 5.710.412,32 6.57
2012 13.856.496,18 10.87 6.097.167,27 6.77
2013 15.557.924,87 12.28 6.535.171,36 6.18
2014 17.777.752,59 14.27 6.988.712,25 6.94
Dari kondisi perekonomian diatas akan mempengaruhi civitas yang menjadi
sasaran pengunjung dari segi sosial ekonominya. Pertimbangan kondisi ekonomi
ini dapat dijadikan suatu acuan bagaimana memanajemen pengadaan PAUD di
Kota Denpasar bagian timur.
D. Peraturan Daerah
Peraturan-peraturan daerah Propinsi Bali yang mengikat adalah sebagai
berikut :
Peraturan Sempadan Bangunan
- Perdagangan pelayanan regional dan kota : KDB maksimum 50%, KLB
maksimum 3 x KDB. Parkir minimum 20% dari luas area. Jarak bangunan
terhadap pagar depan dan samping tidak berbatasan langsung dengan rumah
tinggal. Jarak dengan pagar belakang minimum 3 meter.
- Perdagangan pelayanan 30.000-120.000 penduduk : KDB maksimum 75%,
KLB maksimum 3 x KDB. Jarak bangunan terhadap pagar depan dan samping,
tidak berbatasan langsung dengan perumahan. Bila berbatasan langsung dengan
rumah tinggal, maka tidak ada jarak. Jarak bangunan dengan pagar depan
minimum 6 meter, jarak samping 3 meter.
- Perdagangan pelayanan ± 5.000 penduduk : KDB maksimum 75%, KLB
maksimum 3 x KDB. Jarak pagar depan dengan samping tidak ada jika terpisah
dengan lingkungan perumahan. Bila berbatasan langsung dengan perumahan,
jarak bangunan dengan pagar belakang minimum 3 meter.
- Kawasan Pendidikan : KDB maksimum 50%, KLB maksimum 4 x KDB, RTH
minimum 50%. . Jarak bangunan terhadap pagar depan dan samping tidak
berbatasan langsung dengan rumah tinggal. Jarak dengan pagar belakang
minimum 3 meter.
Sumber : Sumber data: Badan Pusat Statistik Kota Denpasar
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu
Di Denpasar
61
Peraturan Ketinggian Bangunan
- Ketinggian bangunan yang memanfaatkan ruang udara di atas permukaan bumi
dibatasi maksimum 15 meter, kecuali bangunan umum dan bangunan khusus
yang memerlukan persyaratan ketinggian lebih dari 15 meter setelah pengkajian
ulang.
- Pada kawasan pusat kota, KLB maksimum 4 x KDB.
3.2 Studi Kelayakan Pusat Pelayanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu di
Denpasar.
Dalam setiap perencanaan suatu proyek, pasti terdapat beberapa
permasalahan dan terdapat pula pemecahan untuk permasalahan tersebut. Hal ini
dapat dilakukan dengan analisis SWOT yang merupakan suatu acuan dalam
penentuan kelayakan suatu proyek yang direncanakan dan yang termasuk di
dalamnya yaitu potensi (strength), hambatan (weakness), peluang (opportunity) dan
tantangan (threat).Lihat tabel 20.
Opportunities
(Kesempatan)
Threats
(Ancaman)
Strengths
(Kekuatan)
Angka Partisipasi
Sekolah yang tinggi
Pendapatan ekonomi
/kapita yang tinggi
Banyaknya lembaga
PAUD lainnya di Dentim
Weakness
(Kelemahan)
Banyaknya sekolah
yang belum
terakreditasi di Dentim.
Kurangnya kreatifitas
dalam perencanaan
bentuk fisik bangunan
pendidikan anak usia
dini.
Desain – desain PAUD
di Kota Denpasar masih
banyak yang tidak
sesuai dengan fungsi
yang diwadahi,
(berdasarkan tinjauan
fasilitas sejenis)
Banyaknya lembaga
PAUD lainnya di Dentim
Kecenderungan orang tua
yang cuek untuk memilih
sarana prasarana sekolah
yang baik untuk anak –
anaknya.
Peraturan daerah yang
mengikat menyebabkan
tidak berkembangnya
kreatifitas dari desain
PAUD
Faktor
Eksternal
Faktor
Internal
Tabel 20. Analisa SWOT
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu
Di Denpasar
62
Dari analisa diatas maka kesimpulan solusi dari weakness dan threats adalah
sebagai berikut;
1. Menciptakan sekolah yang memperhatikan civitas utama dari PAUD yaitu
anak-anak yang sesuai standar yang sudah ditentukan dan memenuhi nilai
akreditasi.
2. Menciptakan PAUD yang memilki desain yang menarik dan mencirikan
bangunan sekolah untuk anak-anak usia dini dan mampu bersaing dengan
PAUD lain yang sudah ada.
3.3 Spesifikasi Khusus Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu di
Denpasar.
Pusat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Terpadu adalah Suatu tempat
yang berada di tengah suatu perkotaan yang berusaha melayani segala kebutuhan
pendidikan anak usia dini yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani
agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
3.3.1 Tujuan
Adapun tujuan dari pengadaan proyek Pusat pelayanan pendidikan anak
usia dini sebagai berikut.
1. Sebagai pusat sarana pendidikan untuk anak – anak usia dini se-Kota Denpasar
khususnya Denpasar timur.
2. Terpadu menyangkut kelengkapan suatu program terkait pendidikan anak usia
dini.
3. Sebagai fasilitasi pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan anak usia dini;
4. Menyediakan lingkungan yang mendukung proses belajar. Lingkungan harus
diciptakan menjadi lingkungan yang menarik dan menyenangkan bagi anak
selama mereka bermain.
5. Mengembangkan kecakapan hidup anak. Kecakapan hidup diarahkan untuk
membantu anak menjadi mandiri, disiplin, mampu bersosialisasi, dan memiliki
keterampilan dasar yang berguna bagi kehidupannya kelak.
6. Menyediakan layanan PAUD yang bermutu, akuntabel, dan selaras dengan
tahap perkembangan anak
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu
Di Denpasar
63
7. Mewujudkan layanan PAUD yang non-diskriminatif, inklusif, dan
berkeadilan.
8. Mewujudkan sistem layanan PAUD yang menjamin semua anak usia dini
berkesempatan memperoleh layanan PAUD.
3.3.2 Fungsi
1. Fasilitas sarana dan prasarana serta pendanaan pendidikan anak usia dini se-
Kota Denpasar khususnya Denpasar timur.
2. Sebagai fasilitas peningkatan kualitas sumber daya para peserta didik.
3.3.3 Pengelola
Pengelola Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu ini
difokuskan berasal dari Kecamatn Denpasar Timur dan disesuaikan dengan
kualifikasi dan klasifikasi tenaga pengajar dan staff pengajar yang sudah
ditetapkan.
3.3.4 Sasaran
Sasaran layanan pendidikan anak usia dini adalah anak yang berada pada
rentang usia 0- 6 tahun. Pengelompokan anak didasarkan pada usia sebagai berikut;
0 - 1 tahun,
1 - 2 tahun,
2 - 3 tahun,
3 - 4 tahun,
4 - 5 tahun, dan
5 - 6 tahun.
3.3.5 Program Pusat Pelayanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu di
Denpasar.
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, pusat merupakan tempat yg
letaknya di bagian tengah, pelayanan adalah usaha melayani kebutuhan orang lain,
dan terpadu berarti menjadi satu. Program yang akan dilakukan di PAUD ini pun
akan menjadi yang terlengkan dan lebih dari 1 program (Terpadu) dan menjadi
pusat untuk kegiatan sejenis. Program yang akan dijalankan meliputi sebagai
berikut;
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu
Di Denpasar
64
Program Utama
Nama
Program Penjelasan Program
Sasaran /
Sasaran
Usia
Waktu
Kegiatan
Target Peserta
Didik Maks/
ruang kelas
Kelompok
Bermain
(KB)
Pendidikan pada
dasarnya bermain-
main, Perkembangan
emosi dan mental
2 – 4 tahun 2 jam, min. 3
kali seminggu 10 anak
Taman
Kanak –
kanak (TK)
Pendidikan Anak Usia
Dini , Perkembangan
anak dan kesiapan
bersekolah
4 – 6 tahun 2 jam, senin -
jumat 15 anak
Taman
Penitipan
Anak (TPA)
Pelayanan perawatan
untuk
anak-anak yang
orangtuanya bekerja,
digabung dengan
komponen
perkembangan emosi
dan mental
3 – 6 tahun
8-10 jam
setiap hari 2
jam
20 anak
Program Tambahan
Nama
Program Penjelasan Program
Sasaran /
Sasaran
Usia
Waktu
Kegiatan
Target Peserta
Didik Maks/
ruang kelas
Preschool
Pendidikan anak usia
dini dengan pemberian
rangsangan –
rangsangan dan
pengenalan terhadap
benda – benda di
lingkungan sekitar
1 – 2 tahun 1.5 jam 2 kali
seminggu 10
Baby Spa
Kegiatan berenang
pemijatan yang
bertujuan untuk
meningkatkan sensorik
anak
0 – 1 tahun Setiap hari 2
Tabel 21. Program Pusat Pelayanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu di Denpasar.
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu
Di Denpasar
65
3.3.5 Struktur Organisasi Lembaga Paud Terpadu.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 36 Tahun 2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan Nasional. Struktur
organisasi lembaga PAUD terpadu terdiri dari unsur :
Kepala pengelola PAUD Terpadu
Petugas Tata Usaha/Administrasi
Kepala Satuan PAUD
o Kepala Taman Kanak-Kanak
o Penanggung Jawab Program Kelompok Bermain
o Penanggung Jawab Program Taman Penitipan Anak
o Penanggung Jawab Program Pos PAUD
Tenaga Pendidik/Pengasuh
Tenaga kebersihan
Tenaga perawatan lingungan sekitar PAUD.
Pengelola PAUD Terpadu
Kepala Taman Kanak - Kanak
Guru Pendamping
Guru Pengasuh
Penanggung Jawab Program Kelompok
Bermain
Guru Pendamping
Guru Pengasuh
Penanggung Jawab Program Taman Penitipan Anak
Guru Pendamping
Guru Pengasuh
Penanggung Jawab
Program Early years childhood
Guru Pendamping
Guru Pengasuh
Penanggung Jawab
Program Pra-sekolah bayi
Teraphistuntuk bayi
Penanggung Jawab
Program Posyandu dan
Bina Keluarga
Balita
Dokter
Petugas pembantu
pelaksanaan program
Petugas Tata Usaha
Gambar 41. struktur Organisasi Lembaga PAUD Terpadu
Sumber : Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 36 Tahun 2010
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu
Di Denpasar
66
3.3.6 Persyaratan Lokasi Lingkungan.
Adapun persyaratan sarana dan prasarana PAUD berdasarkan Pedoman
Penyelenggaraan PAUD Terpadu 2012 sebagai berikut;
1. Dekat pemukiman penduduk dengan jumlah anak usia dini sesuai dengan
kapasitas yang direncanakan
2. Jauh dari keramaian dan hiburan yang dapat mengganggu aktivitas belajar serta
terhindar dari sumber kebisingan, polusi , tegangan tinggi dan limbah industri
yang dapat mengganggu serta membahayakan.
3. Lingkungan tempat penyelenggaraan PAUD Terpadu harus dapat
menciptakan rasa aman kepada anak untuk belajar dan berkembang.
Lingkungan di dalam ruangan hendaknya disusun dan direncanakan sesuai
dengan kegiatan dan jumlah anak. Fasilitas yang terdapat di luar ruangan harus
dapat digunakan untuk kegiatan bermain dan perkembangan motorik kasar
anak-anak peserta didik.
3.3.7 Fasilitas Proyek
4. Fasilitas proyek yang ada dalam pusat pelayanan pendidikan anak
usia dini di Denpasar ini seperti dalam tabel .
Fasilitas Utama
Kelompok usia 0 – 1 tahun
(Program pra-sekolah untuk bayi)
Ruang spa bayi
Ruang visual bayi
Ruang olahraga / gym bayi
Ruang bermain bayi
Kolam renang bayi
Ruang untuk mengganti popok
Kelompok usia 1 – 4 tahun
(Program kelompok bermain)
Ruang kelas
Ruang bermain
Ruang makan
Ruang tidur
Ruang Baca
Tabel 22. Fasilitas dalam proyek.
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu
Di Denpasar
67
Ruang Olahraga
Toilet
Kelompok usia 4 – 6 tahun
(Program Taman Kanak – Kanak)
Ruang kelas
Ruang bermain
Ruang makan
Ruang tidur
Ruang Baca
Ruang Olahraga
Toilet
Kelompok usia 0 – 6 tahun
(Program Taman Penitipan Anak)
Ruang bermain
Ruang makan
Ruang tidur
Toilet
Ruang untuk mengganti popok
Fasilitas Penunjang Fasilitas Pendukung
Aula/Auditorium Ruang kepala PAUD
Kantin Ruang kepala program PAUD
Taman bermain Ruang guru
Lapangan olahraga Ruang staff
Parkir Ruang mekanikal dan elektrikal
Ruang UKS
Ruang Ibadah