45
10 BAB II PEMBAHASAN Bab ini terdiri dari 3 (tiga) bagian yaitu kerangka teori yang terdiri dari teori penegakan hukum, perizinan dalam hal ini IMB dan Satpol PP. Kemudian hasil peneltian yang meliputi Gambaran Umum Satpol PP Kota Salatiga dan Tugas Pokok Fungsinya, Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kota Salatiga dan Fakta Data Pelanggaran Ketentuan Zonasi tersebut. Selanjutnya merupakan pembahasan yaitu Penegakan Hukum oleh Satpol PP Kota Salatiga dan Hambatan yang ditemui dalam Penegakan Hukum. Berdasarkan penjabaran diatas maka masing-masing bagiannya dijelaskan sebagai berikut : A. KERANGKA TEORI a. Teori Penegakan Hukum 1. Pengertian Secara konseptual maka inti dan arti penegakan hukum terletak pada kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan didalam kaedah-kaedah yang mantap dan mengenjawantahkan dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir untuk menciptakan memelihara dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup. 1 1 Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, Cet. 13 Rajawali Press 2014, h 1.

BAB II PEMBAHASAN...10 BAB II PEMBAHASAN Bab ini terdiri dari 3 (tiga) bagian yaitu kerangka teori yang terdiri dari teori penegakan hukum, perizinan dalam hal ini IMB dan Satpol PP

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 10

    BAB II

    PEMBAHASAN

    Bab ini terdiri dari 3 (tiga) bagian yaitu kerangka teori yang terdiri dari

    teori penegakan hukum, perizinan dalam hal ini IMB dan Satpol PP. Kemudian

    hasil peneltian yang meliputi Gambaran Umum Satpol PP Kota Salatiga dan

    Tugas Pokok Fungsinya, Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kota Salatiga dan

    Fakta Data Pelanggaran Ketentuan Zonasi tersebut. Selanjutnya merupakan

    pembahasan yaitu Penegakan Hukum oleh Satpol PP Kota Salatiga dan Hambatan

    yang ditemui dalam Penegakan Hukum.

    Berdasarkan penjabaran diatas maka masing-masing bagiannya dijelaskan

    sebagai berikut :

    A. KERANGKA TEORI

    a. Teori Penegakan Hukum

    1. Pengertian

    Secara konseptual maka inti dan arti penegakan hukum terletak pada kegiatan

    menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan didalam kaedah-kaedah yang

    mantap dan mengenjawantahkan dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran

    nilai tahap akhir untuk menciptakan memelihara dan mempertahankan kedamaian

    pergaulan hidup.1

    1 Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Raja

    Grafindo Persada, Jakarta, Cet. 13 Rajawali Press 2014, h 1.

  • 11

    Kaidah-kaidah tersebut kemudian menjadi pedoman atau patokan atau sikap

    tindak yang dianggap pantas atau seharusnya. Perilaku atau sikap tindak bertujuan

    untuk menciptakan, memelihara dan mempertahankan kedamaian. Demikian

    konkretisasi dari pada penegak hukum secara konsepsional.2 Penegakan hukum

    sebagai suatu proses pada hakikatnya merupakan penerapan diskresi yang

    menyangkut membuat keputusan yang tidak secara ketat diatur oleh kaidah

    hukum, akan tetapi mempunyai unsur penilaian pribadi.3

    Atas dasar tersebut dapatlah dikatakan bahwa gangguan terhadap penegakan

    hukum mungkin terjadi, apabila ada ketidakserasian antara nilai kaidah dan pola

    perilaku. Gangguan tersebut terjadi apabila terjadi ketidak serasian antara nilai-

    nilai yang berpasangan, yang menjelma didalam kaidah-kadiah yang bersimpang

    siur dan pola perilaku tidak terarah yang mengganggu kedamaian pergaulan

    hidup.4

    Menurut Soerjono Soekanto, penegakan hukum adalah kegiatan

    menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan didalam kaidah-

    kaidah/pandangan nilai yang mantap dan mengejewantah dan sikap tindak sebagai

    rangkaian penjabaran nilai tahap akhir untuk menciptakan, memelihara dan

    mempertahankan kedamaian pergaulan hidup. Penegakan hukum secara konkret

    adalah berlakunya hukum positif dalam praktik sebagaimana seharusnya patut

    dipatuhi. Oleh karena itu, memberikan keadilan dalam suatu perkara berarti

    memutuskan hukum in concreto mempertahankan dan menjamin di taatinya

    2 Loc Cit h. 2

    3 Ibid.

    4Ibid h. 7

  • 12

    hukum materiil dengan menggunakan cara prosedural yang ditetapkan oleh

    hukum formal.5

    Penegakan hukum adalah penegakan ide- ide serta konsep- konsep yang

    notabene adalah abstrak. Abstrak dalam hal ini adalah ide tentang keadilan,

    kepastian hukum dan kemanfaatan sosial. Untuk mewujudkan penegakan hukum,

    terdapat jawatan hukum atau kantor hukum seperti Pengadilan, Kejaksaan,

    Kepolisian, Pemasyarakatan dan juga Badan Peraturan Perundang- undangan.

    Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa pengakan hukum bukanlah semata-mata

    berarti pelaksanaan undang-undang, walaupun di dalam kenyataan di Indonesia

    kecenderungannya adalah demikian.6

    Berdasarkan penjelasan tersebut dapatlah ditarik suatu kesimpulan bahwa

    penegakan hukum merupakan suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide keadilan,

    kepastian hukum dan kemanfaatan sosial, menjadi kenyataan. Penegakan hukum

    merupakan usaha untuk mewujudkan ide-ide dan konsep-konsep hukum yang

    diharapakan rakyat menjadi kenyataan.

    2. Faktor –faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum

    Adapun masalah dari penegakan hukum adalah terletak faktor-faktor yang

    mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut mempunyai arti yang netral, sehingga

    dampak positif atau negatifnya terletak pada isi faktor-faktor tersebut.

    5 Dellyana,Shant.1988,Konsep Penegakan Hukum. Yogyakarta: Liberty h. 32.

    6 Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Ibid h. 7.

  • 13

    Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut: 7

    1. Faktor Hukumnya sendiri, yang ddalam penelitian ini hanya

    dibatasi pada peraturan perundang-undangan saja.

    2. Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk

    maupun menerapkan hukum

    3. Faktor sarana atau fasilitas huku, yakni pihak-pihak yang

    mendukung penegakan hukum.

    4. Faktor masyakarat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut

    berlaku atau diterapkan.

    5. Faktor kebudayaan yakni sebagi hasil karya, cipta dan rasa yang

    didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.8

    Kelima faktor tersebut saling berkaitan dengan eratnya, oleh karena

    merupakan esensi dari penegakan hukum juga merupakan tolok ukur daripada

    efektivitas penegakan hukum.9

    Adapun ke 5 (lima) faktor tersebut dijelaskan masing-masing sebagai

    berikut :

    1. Faktor Hukum (perundang-undangan)

    Yang dalam penelitian ini diartikan dalam arti material adalah

    peraturan tertulis yang berlaku umum dan dibuat oleh penguasa pusat

    maupun daerah yang sah.10

    7 Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Loc Cit h.

    8. 8 Ibid.

    9 Ibid h. 9.

  • 14

    Undang-undang dalam arti material mencakup :

    1. Peraturan pusat yang berlaku untuk semua warga negara

    atau semua golongan tertentu saja maupun berlaku umum

    disebagian wilayah negara;

    2. Peraturan setempat yang hanya berlaku untuk umum di

    suatu tempat atau daerah tertentu saja.11

    Mengenai berlakunya undang-undang, terdapat beberapa asas yang

    tujuannya agar undang-undang tersebut berdampak positif.12

    Asas tersebut antara lain :

    1) Undang-undang tidak berlaku surut. Artinya undnag-undang

    hanya boleh diterapkan terhadap peristiwa yang tersebut di

    dalam undang-undang serta terjadi setelah undang-undang

    dinyatakan berlaku.

    2) Undang-undang di buat oleh Penguasa yang tinggi dan

    mempunyai kedudukan yang lebih tinggi pula.

    3) Undang-undang yang bersfat khusus menyampingkan undang-

    undang yang bersifat umum apabila pembuatnya sama.13

    4) Undang-undang yang berlaku belakangan, membatalkan undang-

    undang yang berlaku terdahulu.14

    5) Undang-undang tidak dapat diganggu gugat

    10

    Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Loc Cit h.

    11. 11

    Ibid. 12

    Ibid. 13

    Asas Lex Specialis derogat legi generalis 14

    Asas Lex Priori derogat legi posteori

  • 15

    6) Undang-undang merupakan sarana untuk mencapai kesejahteraan

    spiritual dan materiel bagi masyarakat maupun pribadi melalui

    pelestarian maupun pembaharuan (inovasi).15

    Suatu masalah lain yang dijumpai didalam undang-undang

    adalah adanya pelbagai undang-undang yang belum mempunyai

    peraturan pelaksanaan padahal didalam undang-undang tersebut

    diperintahkan demikian.16

    Tidak adanya peraturan pelaksnaan akan

    mengganggu keserasian antara ketertiban dengan kententraman.17

    Persoalan lain yang mungkin timbul di dalam undang-undang

    adalah ketidakjelasan didalam kata-kata yang dipergunakan

    didalam perumusan pasal-pasal.18

    Kemungkinan hal itu disebabkan

    karena penggunaan kata-kata yang artinya dapat ditafsirkan secara

    luas sekali atau karena terjemahan bahasa asing yang kurang

    tepat.19

    Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa

    gangguan/hambatan terhadap penegakan hukum yang berasal dari

    undang-undang disebakan karena:

    1) Tidak diikutinya asas-asas berlakunya undang-

    undang,

    15

    Soerjono Soekanto, Loc Cit h. 13. 16

    Ibid h.14. 17

    Ibid h. 16. 18

    Ibid. 19

    Ibid h.17.

  • 16

    2) Belum adanya peraturan pelaksanaan yang sangat

    dibutuhkan untuk menetapkan undang-undang

    3) Ketidakjelasan arti kata-kata didalam undang-undang

    yang mengakibatkan kesimpangsiuran didalam

    penafsiran serta penerapannya.20

    2. Faktor Penegak Hukum

    Secara sosiologis maka setiap penegak hukum tersebut mempunyai

    kedudukan (status) dan peranan (role).21

    Kedudukan (sosial)

    merupakan posisi tertentu didalam struktur kemasyarakatan yang

    mungkin tinggi sedang atau rendah. Kedudukan tersebut sebenarnya

    merupakan sebuah wadah yang isinya adalah hak dan kewajiban

    tertentu.22

    Suatu peranan dapat dijabarkan kedalam unsur-unsur sebagai

    berikut:

    1) Peranan yang ideal (ideal role)

    2) Peranan yang seharusnya (expected role)

    3) Peranan yang dianggap oleh diri sendiri (perceived role)

    4) Peranan yang sebenarnya dilakukan (actual role).23

    Seorang penegak hukum sebagimana halnya dengan warga

    masyarakat lainnya mempunyai kedudukan dan peranan sekaligus.

    Dengan demiikian tidaklah mustahil bahwa antara pelbagai kedudukan

    20

    Ibid h.18 21

    Ibid h. 19. 22

    Suatu hak sebenarnya merupakan wewenang untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu

    sedangkan kewajiban adalah beban atau tugas. 23

    Ibid h. 20

  • 17

    dan peranan timbul konflik (status conflict dan conflict of roles).24

    Kalau didalam kenyataannya terjadi suatu kesenjangan antara peran

    yang seharusnya dengan peranan yang sebenanya dilakukan atau

    peranan aktual maka akan terjadi suatu kesenjangan peranan.25

    Pembahasan mengenai penegak hukum sebenarnya lebih banyak

    tertuju pada diskresi.26

    Penegak hukum merupakan golongan panutan dalam masyarakat

    yang hendaknya mempunyai kemampuan-kemampuan tertentu, sesuai

    dengan aspirasi masyarakat. Oleh karena itu golongan panutan ini

    harus dapat memilih waktu dan lingkungan yang tepat didalam

    memperkenalkan norma-norma atau kaidah-kaidah hukum yang baru,

    serta memberikan keteladanan yang baik.27

    Hambatan yang dijumpai

    pada penerapan peranan yang seharusnya dari golongan panutan atau

    penegak hukum ini berasal dari diri sendir atau lingkungan.28

    3. Faktor Sarana atau Fasilitas

    Tanpa adanya sarana atau fasilitas tertentu maka tidak mungkin

    penegakan hukumn akan berlangsung dengan lancar. Sarana atau

    fasilitas tersebut anatara lain mencakup tenaga manusia yang

    berpendidikan dan terampil. Organisasi yang baik, peralatan yang

    memadai, keuangan yang cukup dan seterusnya.29

    24

    Ibid h 21 25

    Ibid 26

    Ibid 27

    Ibid h.34. 28

    Ibid. 29

    Ibid h 37

  • 18

    Kepastian dan kecepatan penanganan perkara senantiasa

    tergantung pada masukan sumber daya yang diberikan di dalam

    program-program pencegahan dan pemberantasan kejahatan seiting

    dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi.

    Dengan demikian sarana-fasilitas mempunyai peranan yang sangat

    penting di dalam penegakan hukum. Tanpa adanya sarana atau fasilitas

    tersebut tidak mungkin penegak hukum menyerasikan peranan yang

    seharusnya dengan peranan yang aktual.30

    4. Faktor Masyarakat

    Penegakan hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk

    mencapai kedamaian masyarakat.31

    Oleh karena itu dari sudut pandang

    tertentu masyarakat dapat mempengaruhi penegakan hukum. Dari sudt

    sistem sosial dan budaya, Indonesia merupakan suatu masyarakat

    majemuk (plural society) terdapat banyak golongan etnik dan

    kebudayaan-kebudayaan khusus.32

    Masyarakat dapat mempengaruhi penegakan hukum. Penegakan

    hukum bukanlah merupakan suatu kegiatan yang berdiri sendiri

    melainkan mempunyai hubungan timbal balik yang erat dengan

    masyarakat. Untuk mencapai kedamaian harus ada kepatuhan dari

    masyarakat dan kepatuhan tersebut ditentukan oleh kesadaran hukum.

    Kesadaran hukum merupakan nilai-nilai yang terdapat didalam diri

    manusia tentang hukum yang ada atau tentang hukum yang diharapkan

    30

    Ibid h. 44 31

    Ibid h. 45 32

    Ibid h.50

  • 19

    akan ada. Dalam melaksanakan penegakan hukum selain faktor

    kesadaran hukum masyarakat perlu memperhatikan nilai-nilai budaya

    masyarakat setempat.

    Satjipto Rahardjo memberikan ulasan “........ apa yang dilakukan

    oleh seseorang merupakan reaksi terhadap perbuatan yang dilakukan

    oleh orang lain”33

    hal ini berkaitan dengan penegak hukum melakukan

    peranan aktual yang tidak dikehendaki oleh masyarakat misalnya

    penerapan kekerasan. Akan tetapi perlu diteliti apakah kekerasan

    tersebut memang berasal dari penegak hukum itu sendiri atau suatu

    akibat dari lingkungan.

    Penerapan kekerasan harus dapat dicegah karena dapat

    memberikan gambaran yang keliru mengai hukum yang identik dengan

    penegak hukum. Disinilah letak maslah faktor masyarakat didalam

    kaitannya dengan penegakan hukum. Anggapan masyarakat bahwa

    hukum identik dengan penagak hukum (atau sebaliknya)

    mengakibatkan harapan-harapan yang tertuju pada peran aktual

    penegak hukum menjadi terlampau banyak.34

    5. Faktor Kebudayaan

    Faktor kebudayaan sebenarnya satu dengan masyarakat

    tetapi dalam pembahasan diketengahkan masalah sistem nilai-nilai

    33

    Ibid h .53. 34

    Ibid h .54.

  • 20

    yang menjadi inti dari kebudayaan spiritual atau non materiel.35

    Kebudayaan (sistem) hukum pada dasarnya mencakup nilai-nilai

    yang mendasari hukum yang berlaku, nilai-nilai yang merupakan

    konsepsi-konsepsi abstrak mengenai apa yang seharusnya dianggap

    baik(sehingga dianuti) dan apa yang dianggap buruk (sehingga

    dihindari). Nilai-nilai tersebut merupakan pasangan nilai yang

    mencerminkan dua keadaan ekstrim yang harus diserasikan.36

    Pasangan nilai yang berperan dalam hukum adalah sebagi

    berikut: nilai ketertiban dan nilai ketentraman. Nilai jasmaniah

    (kebendaan) dan nilai rohaniah (nilai keakhlakan) dan nilai

    kelanggengan dan nilai kebaruan.37

    Secara psikologis keadaan tentram ada bila seorang tidak

    merasa khawatir, tidak merasa diancam dari luar dan tidak terjadi

    konflik batiniah.38

    Pasangan nilai-nilai tersebut yaitu ketertiban dan

    ketentraman sebenarnya sejajar dengan nilai kepentingan umum

    dan kepentingan pribadi. Pasangan nilai ketertiban dan ketentrman

    merupakan pasangan nilai yang bersifat universal mungkin

    keserasiannya berbeda menurut keadaan kebudayaan dimana

    masing-masing nilai diterapkan.39

    Pasangan nilai kebendaan dan

    nilai keahklakan juga merupakan nilai yang bersifat universal.

    Akan tetapi dalam kenyataan pada masing-masing masyarakat

    timbul perbedaan karena perlbagai pengaruh. Selanjutnya pasangan

    35

    Ibid h .59. 36

    Ibid h.60 37

    Ibid. 38

    Ibid h.61 39

    Ibid h 62.

  • 21

    nilai konservatisme dan nilai inovatisme yang senantiasa berperan

    dalam perkembangan hukum, oleh karena itu di satu pihak ada

    yang menyatakan bahwa hukum hanya mengikuti perubahan yang

    terjadi dan bertujuan mempertahankan statusquo. Di lain pihak ada

    anggapan yang kuat bahwa hukum juga berfungsi sebagai sarana

    mengadakan perubahan dan menciptakan hal-hal baru. 40

    b. Perizinan

    1. Pengertian

    Perizinan merupakan instrumen kebijakan pemerintah untuk melakukan

    pengendalian atas eksternalisasi negatif yang mungkin ditimbulkan oleh aktifitas

    sosial maupun ekonomi. Izin merupakan keputusan administratif yang berisi

    pengaturan mengenai kegiatan yang dapat atau tidak dapat dilakukan oleh

    masyarakat. Izin juga merupakan instrumen untuk perlindungan hukum atas

    kepemilikan atau penyelenggaraan kegiatan. Sebagai instrumen pengendalian,

    perizinan memerlukan rasionalitas yang jelas dan tertuang dalam bentuk

    kebijakan pemerintah sebagai bahan acuan.41

    Rumusan pengertian izin Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

    di rumuskan sebagai berikut:42

    Izin, pernyataan mengabulkan (tiada melarang dan

    sebagainya); persetujuan membolehkan: terbit izin dari pemerintah yang

    diperlukan untuk menerbitkan surat kabar atau terbitan lainnya: menizinkan

    40

    Ibid h 66-67. 41

    Adrian Sutedi, Hukum Perizinan Dalam Sektor Pelayanan Publik, Sinar Grafika

    Jakarta 2009, h. 89 42

    Anton M. Moeleiono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan

    Kebudayaan, Balai Pustaka Jakarta, 1990, h. 341.

  • 22

    memberi izin; mengabulkan;tidak melarang;perizinan hal pemberian izin keizinan

    kerelaan;izin;seizin dengan izin;atas izin.

    N.M Spelt dan J. B. J. M ten Berge merumuskan pengertian izin dalam

    arti luas adalah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan Undang-undang atau

    Peraturan pemerintah untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan

    larangan perundangan. Dalam bentuk tertentu diberi perkenan untuk melakukan

    sesuatu yang mestinya dilarang.43

    Dengan mengikat tindakan-tindakan pada suatu sistem perizinan, pembuat

    undang-undang dapat mengejar berbagai tujuan dari izin, yaitu sebagi berikut.

    1. Keinginan mengarahkan/mengendalikan aktivitas-aktivitas

    tertentu, misalnya izin mendirikan bangunan, izin HO dan lain-

    lain,

    2. Mencegah bahaya bagi lingkungan, misalnya izin-izin

    lingkungan,

    3. Keinginan melindungi obyek-obyek tertentu, misalnya izin

    membongkar pada monumen-monumen,

    4. Hendak membagi benda-benda yang sedikit, misalnya izin

    penghuni di daerah padat penduduk,

    5. Pengarahan dengan menyeleksi orang-orang dan aktivitas-

    aktivitas.44

    Izin digunakan pemerintah sebagai instrumen untuk mengendalikan atau

    mengatur perilaku masyarakat agar melakukan atau tidak melakukan suatu

    43

    N. M Spelt dan J.B.J.M ten Berge “ Pengantar Hukum Perizinan” Yuridika Surabaya

    1993, h. 2. 44

    Op Cit, Spelt N.M dan ten Berge J.B.J.M, h, 4 -5

  • 23

    perbuatan tertentu, utamanya untuk membatasi gerak-gerik masyarakat. Jadi izin

    digunakan oleh penguasa sebagai instrumen untuk mempengaruhi (hubungan

    dengan) para warga agar mau mengikuti cara yang dianjurkan guna mencapai

    tujuan konkrit.45

    2. Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

    IMB diatur dalam Undang-Undang No 28 Tahun 2002 tentang Bangunan

    Gedung, dimana dalam Undang-undang tersebut menyatakan bahwa untuk

    mendirikan bangunan gedung di Indonesia diwajibkan untuk memiliki Izin

    Mendirikan bangunan. Selain dalam Undang-Undang No 28 Tahun 2002, IMB

    juga diatur dalam Undang-Undang No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

    dan PP No 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang No 28

    Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.

    Dalam Peraturan Daerah Kota Salatiga No 7 Tahun 2013 tentang

    Penyelenggaran Gedung. Menurut Pasal 14 ayat (1) “setiap orang atau yang

    mendirikan atau mengubah merobohkan banguanan gedung dan atau prasarana

    bangunan gedung wajib mendapatkan IMB.” Yang berarti semua aktivitas

    kegiatan baik itu pembanguan (membangun) meroboh atau sudah ada atau yang

    akan ada harus memiliki izin terlebih dahulu. Kemudian pada ayat (2) Pasal 12

    tersebut disebutkan bahwa IMB tersebut di keluarkan oleh Walikota atau pejabat

    lain yang berwenang dan di tunjuk, melengkapi persyaratan, dokumen

    administrasi dan rencana teknis perizinan yang di pandu oleh pelayanan terpadu

    satu pintu di DPMPTSP Kota Salatiga.

    45

    ibid

  • 24

    Selain itu pengertian IMB juga disebutkan dalam Peraturan Daerah No 2

    Tahun 2014 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Salatiga No 14 Tahun

    2011 Tentang Retribusi Perizinan Tertentu. IMB adalah pemberian Izin untuk

    membangun baru rehabilitasi/renovasi dan/atau memugar dalam rangka

    melestarikan bangunan sesuai dengan ersyaratan administrasi dan persyaratan

    teknis yang berlaku.

    Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang

    menyatu dengan tempat kedudukannya sebagian atau seluruhnya berada di atas

    dan/atau didalam tanah dan/atau air yang berfungsi sebagai tempat manusia

    melakukan kegiatannya baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan

    keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya maupun kegiatan khusus.

    Sedangkan bangunan bukan gedung adalah perwujudan fisik hasil pekerjaan

    konstruksi yang sebagian atau seluruhnya berada diatas dan/atau didalam tanah

    dan/atau air yang tidak digunaan untuk tempat hunian atau tempat tinggal.

    Adapun manfaat dari sebuah bangunan yang telah ber-IMB adalah :

    1. Mendapatkan kepastian dan perlindungan hukum pada

    bangunan dan tidak menggangu kepentingan orang lain.

    2. Meningkatkan nilai jual

    3. Dapat dijadikan sebagai jaminan atau agunan

    4. Syarat transakasi jual beli

    5. Jaminan kredit bank

    6. Peningkatan status tanah

    7. Informasi peruntukan dan rencana jalan.

  • 25

    c. Satpol PP

    Satpol PP adalah perangkat pemerintah daerah dalam memelihara

    ketentraman dan ketertiban umum serta menegakan peraturan daerah. organisasi

    dan tata kerja Satpol PP ditetapkan dengan peraturan daerah. Dalam Peraturan

    Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Satuan Polisi Pamong Praja disebutkan

    bahwa Satpol PP adalah aparat pemerintah daerah dalam penegakan Perda dan

    penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat.46

    Yang dimaksud

    dengan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat adalah suatu keadaan

    dinamis yang memungkinkan Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakt dapat

    melakukan kegiatannya dengan tenteram, tertib dan teratur.47

    Susunan Organisasi Satpol PP dapat dibentuk di tingkat provinsi,

    Kabupaten/kota dan kecamatan. Tugas Satpol PP diatur dalam Pasal 255 ayat (1)

    dan ayat (2) Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

    sebagai berikut:

    1) Satuan polisi pamong praja dibentuk untuk menegakan Perda dan

    Perkada menyelenggarakan ketenteraman serta menyelenggarakan

    perlindungan masyarakat.;

    2) Satuan polisi pamong praja mempunyai kewenangan :

    a. Melakukan tindakan penertiban non yustitia terhadap warga

    masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang melakukan

    pelanggaran atas perda dan atau Perkada menindang warga

    46

    Lihat Bab I Ketnetuan Umum Pasal 1 angka8 47

    l Lihat Bab I Ketnetuan Umum Pasal 1 angka10

  • 26

    masayarakat, aparatur, atau badan hukum yang mengganggu

    ketertiban umum dan ketentraman masyarakat.

    b. melakukan tindakan penyelidikan terhadap masyarakat,

    aparatur, atau badan hukum yang diduga melakukan

    pelanggaran atas perda dan atau perkada;

    c. melakukan tindakan administratif terhadap masyarakat,

    aparatur atau bdan hukum yang melakukan poelanggaran

    atas perda dan atau perkada.

    d. menindak warga masyarakat, badan hukum yang

    mengganggu ketertiban umum dan ketentraman masyarakat.

    Selain penjabaran diatas Pasal 6 Peraturan Pemerintah No 6 Tahun 2010

    juga menjelaskan wewenang Satpol PP yaitu untuk :

    1) melakukan tindakan penertiban nonyustisial48 terhadap

    warga masyarakat, aparatur atau badan hukum yang

    melakukan pelanggaran atas Perda dan/atau peraturan kepala

    daerah;

    2) menindak49 warga masyarakat, aparatur ata badan hukum

    yang mengganggu ketertiban umum danketentraman

    masyarakat.

    48

    Nonyustisial maksudnya tindakan yang dilakukan oleh Satpol PP tidak sampai pada

    proses peradilan. 49

    Menindak maksudnya melakukan tindakan hukum terhadap pelanggaran Perda untuk

    diproses melalui peradilan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

  • 27

    3) Melakukan penyelidikan50 terhadap apartur atau badan

    hukum yang diduga melakukan pelanggaran Perda atau

    Peraturan kepala daerah.

    4) Melakukan tindakan administrasi51 terhadap aparatur atau

    badan hukum yang diduga melakukan pelanggaran Perda

    atau Peraturan Kepala Daerah.

    Satpol PP wajib :

    1) Menjunjung tinggi norma hukum, norma agama, hak asasi

    manusia dan norma sosial lainnya yang hidup dan

    berkembang di masyarakat.

    2) Menaati disiplin pegawai negeri sipil dan kode etik Satpol

    PP

    3) Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat

    yang dapat mengganggu ketertiban umum dan ketentraman

    masyarakat

    4) Melaporkan kepada Kepolisian Republik Indonesia atas

    ditemukannya atau patut diduga adanya tindakan pidana

    yaitu tindak pidana diluar yang diatur dalam Perda

    50

    Tindakan penyelidikan adalah tindakan Satpol PP yang tidak menggunakan upaya

    paksa dalam mencari data dan informasi tentang adanya dugaan pelanggaran Perda atau Peraturan

    Kepala daerah antara lain mencatat, mendokumentasikan atau merekam kejadian/tindakan serta

    meminta keterangan. 51

    Tindakan administrasi maksudnya tindakan berupa pemberian surat pemberitahuan,

    surat teguran/surat peringatan terhadap pelanggaran Perdadan peraturan kepala daerah.

  • 28

    5) Menyerahkan kepada Pegawai Negeri Sipil daerah atas

    ditemukannya atau patut diduga adanya pelanggaran

    terhadap perda atau peraturan kepala daerah.

    Satpol PP dapat ditetapkan menjadi penyidik pegawai negeri sipil. Satpol

    PP yang ditetapkan sebagai penyidik pegawai negeri sipil dapat langsung

    mengadakan penyidikan terhadap pelanggaran Peraturan daerah dan atau

    peraturan kepala daerah yang dilakukan oleh warga masyarakat, aparatur atau

    badan hukum.52

    Adapun pengertian peraturan daerah kabupaten/kota disebutkan dalam

    Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan

    Peraturan Perundang–undangan sebagai berikut:

    “Peraturan Daerah Kabupaten/Kota adalah Peraturan

    Perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan

    Rakyat Daerah Kabupaten/Kota dengan persetujuan bersama

    Bupati/Walikota.”

    Untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah dan Tugas Pembantuan,

    Daerah membentuk Peraturan daerah. Peraturan daerah sebagaimana dimaksud

    memuat materi muatan:

    a. penyelenggaraan Otonomi Daerah dan Tugas Pembantuan; dan

    b. penjabaran lebih lanjut ketentuan peraturan perundang-

    undangan yang lebih tinggi.

    52

    Marbun, S.F. Hukum Administrasi Negara, FH UII Press, Yogyakarta, 2012 , h. 148

  • 29

    Selain materi muatan tersebut Peraturan daerah dapat memuat materi

    muatan lokal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.53

    Peraturan

    daerah merupakan pelaksanaan otonomi daerah dan tugas pembantuan, secara

    materiil tidak boleh bertentangan dengan aturan yang lebih tinggi sebaliknya

    peraturan daerah harus bermateri muatan berupa penjabaran dari norma yang lebih

    tinggi. Oleh karena itu peraturan daerah materi muatannya adalah:

    1) Kewenangan yang diperoleh dalam bidang otonomi yang

    berisikan kewenangan yang bersifat lintas kabupaten/kota,

    kewenangan di bidang pemerintahan tertentu dan

    kewenangan yang tidak atau belum dapat dilaksanakan oleh

    kabupaten/kota;

    2) Berdasarkan penjabaran lebih kanjut dari peraturan

    perundang-undangan di atasnya, termasuk tugas

    pembantuan;

    3) Untuk menampung dan mengekspresikan kondisi khusus

    daerah.54

    B. HASIL PENELITIAN

    Sebagaimana telah dijabarkan diatas hasil penelitian terdiri dari : Gambaran

    Umum satpol PP Kota Salatiga, Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kota Salatiga

    53

    Pasal 236 ayat 1, 2 dan 3 Undang-undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

    Daerah. 54

    B Hestu Cipto Handoyo, Prinsip-prinsip Legal Drafting dan Desain Naskah Akademis,

    Universitas Atmajaya, Yogyakarta, 2012, h.126.

  • 30

    dan Fakta Data Pelanggaran IMB, yang masing-masing dijelaskan sebagai

    berikut:

    a. Gambaran Umum Satpol PP Kota Salatiga

    Satpol PP Kota Salatiga beralamat di Jl. Sukowati No. 51

    Kota Salatiga.

    Satpol PP sebagai penegak peraturan yang ada di Kota

    salatiga, baik itu peraturan daerah atau peraturan walikota yang

    menjadi produk hukum yang harus di taati yang harus di

    laksanakan oleh semua pihak baik pemerintah, masyarakat dan

    swasta.

    a. Kedudukan : Satpol PP di pimpin oleh seorang kepala dan

    berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada

    walikota melalui sekretaris daerah.55

    b. Tugas : satpol PP mempunyai tugas memelihara dan

    menyelenggarakan ketentraman dan ketertiban umum,

    menegakan peraturan daerah dan peraturan walikota. 56

    c. Fungsi :

    1. Penyusunan program dan pelaksanaan

    ketentraman dan ketertiban umum, penegakan

    peraturan daerah dan peraturan walikota;

    55

    Pasal 2 Peraturan Daerah Kota Salatiga No 30 Tahun 2016 tentang Struktur, Organisasi

    dan Tata Kerja Satpol PP Kota Salatiga 56

    Lihat Pasal 3

  • 31

    2. Pelaksanaan kebijakan pemeliharaan dan

    penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban

    umum di daerah;

    3. Pelaksanaan kebijakan penegakan daerah dan

    peraturan walikota;

    4. Pelaksanaan koordinasi pemeliharaan dan

    penyelenggraan ketentraman dan keteriban umum

    seperti penegakan peraturan daerah, peraturan

    walikota dengan aparat kepolisian negara,

    penyidik pegawai negeri sipil (PPMS) dan atau

    aparatur lainnya;

    5. Pengawasan terhadap masyarakt agar mematuhi

    dan mentaati peraturan daerah dan peraturan

    walikota.57

    Susunan organisasi kantor Satpol PP terdiri dari :

    1. Kepala

    2. Sub Bagian Tata usaha

    3. Sesksi Bina Ketertiban dan Ketentraman

    4. Seksi Penegakan Peraturan Daerah

    5. Seksi Pengamanan.58

    Uraian tugas :

    57

    Lihat Pasal 4 58

    Lihat Pasal 9 ayat (i)

  • 32

    1. Kepala memimpin pelaksanaan tugas dan fungsi

    mengkoordinasikan seluruh kegiatan sub bagian,

    seksi-seksi dan operasional kantor Satpol PP serta

    pengamanan aparatur pemerintah kota dan tempat-

    tempat penting.59

    2. Sub Bagian Tata Usaha bertugas melaksanakan

    urusan administrasi umum, administrasi keuangan,

    menyelenggarakan ketatausahaan dan administrasi

    kepegawaian, pelengkapan kerumah tanggan,

    penyusunan program dan pelaporan.60

    3. Seksi Bina Ketertiban dan Ketentraman bertugas

    sebagai menyosialisasikan peraturan daerah dan

    peraturan walikota dan mengadakan penyuluhan

    dan monitoring pengekan peraturan daerah dan

    peraturan walikota.61

    4. Seksi Penegakan Peraturan Daerah bertugas

    menyusun program pedoman atau petunjuk

    tekhnis penegakan peraturan daerah dan peraturan

    walikota, menyelesaikan pengaduan masyarakat,

    melaksanakan kerja sama atau koordinasi dengan

    aparatur ketertiban dan dinas atau/ instansi terkait

    59

    Lihat Pasal 11 ayat (1) dan (2) 60

    Lihat Pasal 12 ayat (1) 61

    Lihat Pasal 13

  • 33

    dan dalam melakukan pelaksanaan upaya dengana

    arif dan bijaksana.62

    5. Seksi Pengamanan bertugas menyelenggarakan

    penjagaan pengawalan, patroli, pengamanan dan

    pengendalian olerasional rumah dinas, kegiatan

    kedinasan dan tempat umum serta lingkungan

    kantor milik daerah.63

    b. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kota Salatiga

    Peraturan daerah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari

    kesatuan sistem peraturan perundang-undangan nasional. Pembuatan

    peraturan perundang-undangan tingkat daerah bukan sekedar melihat batas

    kompetensi formal atau kepentingan daerah yang bersangkutan tetapi

    harus dilihat pula kemungkinan dampaknya terhadap daerah lain atau

    kepentingan nasional secara keseluruhan.64

    Dalam rangka penetapan pedoman untuk arah pembangunan di

    Kota Salatiga dengan memanfaatkan ruang wilayah secara berdaya guna,

    berhasil guna, serasi, selaras, seimbang dan berkelanjutan dalam rangka

    meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pertahanan kemanan perlu

    disusun Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Salatiga.65

    62

    Lihat Pasal 14 63

    Lihat Pasal 15 64

    Ibid, h. 151. 65

    Konsideran Sebelum menjelaskan lebih lanjut ketentuan zonasi Kota Salatiga perlu di

    ketahui bahwa peraturan zonasi diatur dalam Peraturan Daerah Kota Salatiga No 4 Tahun 2011

    tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Salatiga Tahun 2010-2030.

  • 34

    Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Salatiga merupakan penjabaran

    lebih lanjut dari ketentuan Pasal 26 ayat (7) Undang-Undang No 26 Tahun

    2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan Pemerintah No 26 Tahun

    2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional mengamanatakan

    bahwa dalam penataan ruang perlu diperhatikan tiga tahapan yaitu

    perencanaan ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian runag.

    Peraturan Daerah Kota Salatiga No 4 Tahun 2011 tentang Rencana

    Tata Ruang Wilayah Kota Salatiga Tahun 2010-2030 yang memuat

    rencana tata ruang wilayah Kota Salatiga, dari berbagai ketentuan yang

    diatur penulis hanya akan menjabarkan sesuai dengan penelitian yaitu

    tentang ketentuan zonasi sehingga berhubungan dengan data pelanggaran

    pada penjelasan bagian selanjutnya.

    Ketentuan zonasi dimulai dari gambaran umum Kota Salatiga,

    Batas-batas wilayah, runag lingkup dan tujuan pengaturan, yang masing-

    masing dijabarkan sebagai berikut:

    1) Gambaran umum Kota Salatiga

    Kota Salatiga merupakan salah satu Kota yang

    terletak di Provinsi Jawa Tengah secara geografis terletak

    pada 007.17’ dan 007.17’.23 Lintang Selatan dan antara

    110.27’.56,81” dan 110.32’.4.64”. bujur Timur dengan luas

    wilayah daratan kurang lebih seluas 5.678 (lima ribu enam

    ratus tujuh puluh delapan) hektar.66

    66

    Berdasarkan Pasal 6 Peraturan Daerah Kota Salatiga No 4 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Salatiga Tahun 2010-2030.

  • 35

    2) Batas Wilayah Kota Salatiga

    Kota Salatiga terdiri dari 4 (empat) kecamatan dan 22

    (dua puluh dua) kelurahan.

    Adapun batas wilayah Kota Salatiga meliputi :

    a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan

    Pabelan dan Kecamatan Tuntang, Kabupaten

    Semarang;

    b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan

    Pabelan dan Kecamatan Tengaran, Kabupaten

    Semarang;

    c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan

    Getasan dan Kecamatan Tengaran, Kabupaten

    Semarang;

    d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan

    Tuntang dan Kecamatan Getasan Kabupaten

    Semarang.

    3) Tujuan Penataan Ruang

    Adapun tujuan penataan ruang Kota Salatiga adalah

    mewujudkan Kota Salatiga sebagai pusat pendidikan dan

    olahraga di kawasan Kendal –Ungaran – Semarang –

    Salatiga - Purwodadi (Kedungsepur) yang berkelanjutan

  • 36

    didukung sektor perdagangan dan jasa yang berwawasan

    lingkungan.67

    4) Rencana Pola Ruang Wilayah

    Rencana pola ruang wilayah kota terdiri atas :

    a. Kawasan lindung

    b. Kawasan budi daya. 68

    Adapun fokus dalam penelitian ini adalah kawasan

    perlindungan setempat yang merupakan bagian dari

    kawasan lindung. Kawasan perlindungan setempat meliputi

    kawasan sempadan sungai, kawasan sekitar mata air dan

    kawasan sekitar embung atau waduk.69

    Kawasan sempadan sungai adalah kawasan

    sepanjang kiri/kanan sungai/sungai buatan/saluran yang

    mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan

    kelestarian fungsi sungai/sungai buatan/saluran.70

    Yang

    dimaksud dengan sempadan sungai adalah jalur hijau yang

    terletak dibagian kiri dan kanan sungai yang memiliki

    fungsi utama untuk melindungi sungai tersebut dari

    67

    Lihat Pasal 8 68

    Lihat Pasal 36 (ayat) 1 69

    Lihat Pasal 39 70

    Lihat Penjelasan Pasal 39.

  • 37

    gangguan yang dapat merusak konsisi sungai dan

    kelestariannya.71

    Ketentuan umum kegiatan sempadan sungai

    meliputi:

    a. Diizinkan pemanfaatan ruang untuk ruang

    terbuka hijau;

    b. Memantau penutupan vegetasi clan kondisi

    kawasan DAS;

    c. Mengamankan kawasan sempadan sungai serta

    penutupan vegetasi di sempadan sungai;

    d. Menjaga kelestarian konservasi dan aktivitas

    perambahan keanekaragaman vegetasi terutama

    jenis unggulan lokal dan bernilai ekologi;

    e. Menghalau gangguan terhadap populasi satwa

    liar dan burung;

    f. Memantau fluktuasi debit sungai maksimum.

    Ketentuan umum sempadan dan intesitas bangunan

    meliputi:

    1. Sungai tidak bertanggul:

    a. Sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih

    dari 3 meter garus sempadan ditetapkan

    71

    Terdapat dalam deskripsi Tabel Ketentuan Umum Peraturan Zonasi.

  • 38

    sekurang-kurangnya 10 meter dihitung dari tepi

    sungai pada waktu ditetapkan;

    b. Sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3

    meter sampai 20 meter garis sempadan

    ditetapkan sekurang-kurangnya 15 meter

    dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan;

    c. Sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari

    20 meter garis sempadan ditetapkan sekurang-

    kurangnya 30 meter dihitung dari tepi sungai

    pada waktu ditetapkan.

    2. Sungai bertanggul : garis sempadan sungai ditetapkan

    sekurang-kurangnya 3 meter disebelah luar sepnajang kaki

    tanggul.72

    5) Ketentuan Peraturan Zonasi

    Ketentuan umum peraturan zonasi meliputi :

    a) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan lindung

    b) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan budi

    daya.73

    Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan lindung

    meliputi :

    72

    Ibid. 73

    Lihat Pasal 69 ayat (1)

  • 39

    a) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan yang memberi perlindungan kawasan

    bawahannya;

    b) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perlindungan setempat;

    c) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk RTH Kota;

    d) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan cagar budaya;

    e) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan rawan bencana alam;

    f) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan lindung geologi;

    g) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan lindung lainnya.

    74

    Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan budi daya

    meliputi :

    a) Peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan perumahan;

    b) Peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan perdagangan dan jasa;

    c) Peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan perkantoran;

    d) Peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan industri;

    e) Peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan pariwisata;

    f) Peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan RTNH;

    g) Peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan evakuasi bencana;

    h) Peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan bagi kegiatan sektor informal;

    i) Peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan lainnya.

    75

    74

    Lihat Pasal 69 ayat (2) 75

    Lihat Pasal 69 ayat (3)

  • 40

    6) Ketentuan Perizinan

    Ketentuan perizinan merupakan acuan bagi pejabat

    yang berwenang dalam pemberian izin pemanfaatan ruang

    berdasarkan rencana struktur dan pola ruang yang ditetapkan

    dalam peraturan daerah.76

    Izin pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud terdiri

    atas :

    a) Izin prinsip;

    b) Izin lokasi/penetapan lokasi;

    c) Izin penggunaan pemanfaatan tanah;

    d) Izin mendirikan bangunan (IMB) dan

    e) Izin lain berdasarkan peraturan perundang-

    undangan.

    Adapun yang berhubungan dengan penulisan ini

    adalah IMB. IMB merupakan setiap aktivitas budidaya rinci

    bersifat binaan (bangunan) kemudian perlu memperoleh IMB

    jika akan dibangun dan dibongkar, perhatian utama diarahkan

    pada kelayakan struktur bangunan melalui penelaahaan

    Rancangan Rekayasa Bangunan; Rencana Tapak di Tiap

    Blok Peruntukan (terutama bangunan berskala besar,

    megastruktur) atau rancangan arsitektur.77

    76

    Lihat Pasal 71 77

    Lihat Pasal 72 (ayat) 6.

  • 41

    7) Sanksi

    Arahan sanksi sebagaiamana yang dimaksud

    merupakan pengenaan sanksi terhadap pelanggaran

    pemanfaatan ruang yang bertujuan untuk mewujudkan tertib

    tata ruang dan tegaknya peraturan perundang-undangan

    bidang penataan ruang.78

    Arahan sanksi dapat berupa :

    a. Sanksi administrasi dan;

    b. Sanksi pidana.79

    Arahan pengenaan sanksi administrasi dilaksanakan

    oleh pemerintah kota.80

    Pelanggaran penataan ruang yang dapat dikenai

    sanksi administrasi meliputi :

    a. Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan

    RTRW kota;

    b. Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai izin

    prinsip, izin lokasi, izin penggunaan

    pemanfaatn tanah, IMB dan izin lainnya.81

    Sanksi administrasi terhadap pelanggaran

    pemanfaatan ruang berupa:

    a. Peringatan tertulis;

    78

    Lihat Pasal 7 79

    Lihat Pasal 74 (ayat) 2. 80

    Lihat Pasal 74 (ayat ) 3 81

    Lihat Pasal 74 (ayat) 4.

  • 42

    b. Penghentian sementara kegiatan;

    c. Penghentian sementara pelayanan umum;

    d. Penutupan lokasi;

    e. Pencabutan izin;

    f. Pembongkaran bangunan;

    g. Pembatalan izin;

    h. Pemulihan fungsi ruang;

    i. Denda administarsi.82

    Adapun pengenaan sanksi pidana terhadap

    pelanggaran pemanfaatan ruang dilakukan sesuai dengan

    ketentuan peraturan perundang-undangan. 83

    c. Fakta Data Pelanggaran

    Untuk memperoleh fakta data pelanggaran IMB yang lengkap di

    Kota Salatiga maka penulis melakukan wawancara dengan Kepala Dinas

    Pekerjaan Umum84

    dan Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kota Salatiga.

    Dari hasil wawancara dengan Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota

    Salatiga.85

    Maka diperoleh data bahwa ada Pelanggaran IMB, pelanggaran

    yang dimaksudkan adalah ada pelanggaran izin mendirikan bangunan

    dengan kategori : bangunan yang dibangun terletak di sepadan sungai atau

    82

    Lihat Pasal 75 (ayat) 1 83

    Lihat Pasal 85. 84

    Penelitian ini hanya berfokus pada penegakan oleh Satpol PP tetapi untuk memperoleh

    data pelanggaran secara lengkap penulis diarahkan untuk mewawancarai Kepala Dinas Pekerjaan

    Umum . 85

    Wawancara dilakukan di Kantor Dinas Pekerjaan Umum antara Penulis dan Kepala

    Dinas Pekerjaan Umum Kota Salatiga, pada hari, Selasa, 21 November 2017.

  • 43

    sepadan jalan dan ada yang tidak sesuai dengan peruntukannya, misalnya

    izin mendirikan bangunan rumah tetapi dijadikan usaha bengkel.

    Selain itu ada bangunan yang tidak sesuai dengan rencana awal

    pengajuan izin, contohnya dalam pengajuan izin bangunan tersebut

    berbentuk kotak tetapi pelaksanananya menjadi memanjang atau sebaliknya.

    Serta ada kawasan pemukiman warga atau perumahan yang dijadikan

    tempat industri. Selain bangunan terdapat zonasi/kawasan yang digunakan

    tidak sesuai dengan peruntukannya. Wilayah yang seharusnya menjadi

    zonasi/kawasan lahan pertanian kering dan lahan pertanian basah yang

    dijadikan perumahan dan sudah terjual habis dan sudah ada aktivitas

    penghuninya. Hal ini tentunya melanggar izin mendirikan bangunan seperti

    yang dimaksudkan.86

    Selain data yang diperoleh dari Dinas Pekerjaan Umum, penulis juga

    mewawancarai Satpol PP.87

    Sebagai penegak hukum terhadap pelanggaran

    Perda Kota Salatiga. Dijelaskan bahwa ada pelanggaran IMB diantaranya

    yaitu sempadan sungai dan sempadan jalan dalam Rencana Tata Ruang.

    Adapun pelanggaran yang dimaksudkan disini adalah fakta bahwa beberapa

    bangunan yang dibangun tidak sesuai dengan Perda kota Salatiga. Oleh

    karena itu dapat disimpulkan bahwa ada pelanggaran izin mendirikan

    bangunan sebagaimana telah disebutkan diatas.

    Dari uraian diatas maka data pelanggaran IMB di Kota Salatiga

    adalah sebagai berikut :

    86

    Hasil wawancara 87

    Wawancara dilakukan di Kantor Dinas Pekerjaan Umum antara Penulis dan Kepala

    Dinas Pekerjaan Umum Kota Salatiga, pada hari, Selasa, 21 November 2017.

  • 44

    1. Pemukiman warga :

    a. Jalan Karang Pete RT 11 RW 06)

    Pembangunannya berada di sempadan sungai.;

    b. Jalan Kalitaman RT 04 RW 04 pembangunannya

    berada di sempadan sungai dan jika ditinjau;

    c. Jalan Nanggulan RT 04 RW 06

    pembangunannya berada di sempadan sungai;

    d. Jalan Sono Tirto RT 08 RW 04

    pembangunannya berada di sempadan sungai;

    e. Bangunan Rumah. Alamat Bugel

    pembangunannya tidak memiliki Izin

    mendirikan bangungan.

    2. Tempat Usaha:

    a. UNIT SIMPAN PINJAM SWASTA. Alamat

    Jalan Nanggulan No.75 pembangunanya berada

    di sempadan sungai dan jika di tinjau;

    b. CAFÉ OLE. Alamat Jalan Tentara Pelajar No.

    61, Mangunsari, Sidomukti sebagian

    pembangunanya berada di sempadan sungai dan;

    c. Toko. Alamat Jalan Pemotongan,

    pembangunannya berada di sempadan sungai;

    3. Fasilitas Umum

  • 45

    a. TK AL MUDRALO. Alamat Jalan Kh. Abdul

    Hamid No.1, Pungkusari. Pembangunnannya

    berada di sempadan sungai.

    Selain itu penulis melakukan wawancara dengan

    masayarakat yaitu disekitar wilayah Kalitaman dan mendapat

    informasi bahwa mereka memang tahu dan sadar bahwa

    membangun di tempat tersebut bertentangan dengan peraturan

    daerah tetapi tetap membangun di tempat tersebut karena

    kekurangan lahan.

    C. ANALISIS

    Penegakan hukum oleh Satpol PP berkaitan dengan pengenaan

    sanksi sebagaimana disebutkan pada Pasal 74, sanksi terhadap

    pelanggaran pemanfaatan ruang bertujuan untuk meweujudkan tertib tata

    ruang dan tegaknya peraturan perundang-undangan bidang penataan

    ruang.

    1) Penegakan Hukum oleh Satpol PP

    Sebagaimana yang telah dijabarkan diatas maka dalam penegakan

    hukum oleh Satpol PP terhadap pelanggaran IMB dilakukan secara

    bertahap sesuai dengan ketentuan Pasal 75 Peraturan Daerah Kota Salatiga

    No 4 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Salatiga

    Tahun 2010-2030.

  • 46

    Adapun penegakan hukum yang dilakukan Satpol PP Kota Saltiga

    terhadap pelanggaran IMB adalah sebagai berikut:

    a) Peringatan tertulis : peringatan tertulis dilakukan melalui

    penerbitan surat peringatan tertulis dari pejabat yang

    berwenang melakukan penertiban pelanggaran IMB tersebut.

    Surat peringatan tersebut diberikan sebanyak-banyaknya 3

    (tiga) kali dengan ketentuan sebagai berikut:

    1. Pelanggar mengabaikan peringatan pertama, maka

    pejabat yang berwenang melakukan penertiban

    kedua yang memuat penegasan terhadap hal-hal

    sebagaimana dimuat dalam surat peringatan

    pertama;

    2. Pelanggar mengabaikan peringatan kedua, maka

    pejabat yang berwenang melakukan penertiban

    ketiga yang memuat penegasan terhadap hal-hal

    sebagaimana dimuat dalam surat peringatan

    pertama dan kedua;

    3. Pelanggar mengabaikan peringatan pertama,

    peringatan kedua dan peringatan ketiga, maka

    pejabat yang berwenang melakukan penertiban

    surat keputusan pengenaan sanksi yang dapat

    berupa penghentian kegiatan sementara,

    penghentian sementara pelayanan umum,

    penutupan lokasi, pencabutan izin pembatalan izin,

  • 47

    pembongkaran bangunan dan atau denda

    administrasi.

    b) Penghentian sementara kegiatan : penghentian sementara

    dilakukan melalui penertiban surat perintah penghentian

    kegiatan sementara dari pejabat yang berwenang melakukan

    penertiban pelanggaran tersebut. apabaila pelanggar

    mengabaikan perintah penghentian sementara maka dapat

    melakukan penertiban dengan menerbirkan keputusan

    pengenaan sanksi penghentian sementara secara paksa. Setelah

    kegiatan tersebut dihentikan maka pejabat berwenang

    melakukan pengawasan agar kegiatan yang dihentikan tersebut

    tidak beroperasi kembali sampai dengan terpenuhinya

    kewajiban pelanggar.

    c) Penutupan lokasi : dilakukan melalui langkah-langkah sebagai

    berikut :

    1. Penerbitan surat pemberitahuan penutupan

    lokasi

    2. Apabila pelanggar mengabaikan surat perintah

    yang disampaikan maka menerbitkan surat

    keputusan pengenaan sanksi penutupan lokasi

    yang akan segera dilaksanakan.

    3. Melakukan tindakan penertiban dengan

    memberitahukan kepada pelanggar mengenai

  • 48

    sanksi penutupan lokasi yang akan segera

    dilaksanakan

    4. Berdasarkan surat keputusan pengenaan sanksi

    maka kemudian penertiban melakukan

    penutupan lokasi secara paksa

    5. Pengawasan terhadap penerapan sanksi

    penutupan lokasi, untuk memastikan lokasi yang

    ditutup tidak dibuka kembali sampai dengan

    pelanggar memenuhi kewajibannya.

    d) Pencabutan izin : dilakukan melalui langkah-langkah sebagai

    berikut yaitu penerbitan surat pemberitahuan sekaligus

    pencabutan izin yang meliputi:

    1. Pemberitahuan tentang terjadinya pelanggaran;

    2. Peringatan kepada pelanggar untuk dengan

    kesadarannya sendiri mengambil tindakan-

    tindakan yang diperlukan dalam rangka

    pemanfaatn ruang;

    3. Memberikan batas waktu maksimal kepada

    pelanggar;

    4. Konsekuensinya akan dilakukan pencabutan izin

    apabila pelanggar mengabaikan surat peringatan.

    e) Pembongkaran bangunan : dilakukan setelah melalui tahap

    evaluasi dan peringatan tertulis sebanyak 3 (tiga) kali.

  • 49

    Penegakan hukum yang dilakukan oleh Satpol PP diatas

    dilakukan dengan mengutamakan pendekatan humanis terhadap

    masyarakat agar mengembalikan citra Satpol PP yang identik

    dengan kekerasan.

    2) Penegakan Hukum Oleh Satpol PP terhadap Pelanggaran

    IMB di Kota Salatiga

    Dalam hal penegakan hukum yang dilakukan oleh Dinas

    Pekerjaan Umum adalah mengerahkan Tim untuk memeriksa

    (survey) secara langsung atau ke lapangan (tempat yang

    dimaksud). Apabila terdapat pelanggaran maka di beri peringatan

    terlebih dahulu, apabila ada perbedaan bangunan sebagaimana

    dimaksud diatas maka akan diminta tambahan retribusi tanah

    sebagaimana ukuran yang seharusnya. Selanjutnya jika peringatan

    yang diberikan tidak ditanggapi oleh yang bersangkutan maka Tim

    tersebut bekerja sama dengan PDAM dan PLN untuk pemutusan

    aliran baik listrik maupun air. Yang terakhir adalah pembongkaran

    yang dilakukan oleh Satpol PP sebagai penegak Peraturan Daerah.

    Dalam setiap pelanggaran yang ada dilapangan tentunya kami

    akan melaksanakan penertiban. Kareana dalam Perda No 7 Tahun

    2013 ada sanksi pembinaan dan pengawasan. Ada kriterianya

    masing-masing, misalnya peringatan tertulis, pembahasan kegiatan

    pembangunan, penghentian sementara atau tetap pada pekerjaan

    pelaksana pembangunan, pembekuan IMB, pencabutan IMB,

  • 50

    pembekuan sertifikat laik bangunan gedung dan pencabutan laik

    fungsi bangunan gedung atau pemerintah melakukan

    pembongkaran bangunan gedung.

    Kami melakukan pembongkaran hanya satu dua kali, karena

    keterbatasan personil sehingga pematauan dan pengawasan di

    lapangan itu tidak bisa dilakukan secara terperinci. Nanum kami

    berusaha terus melakuan patroli yang kami laksanakan sehari 4 kali

    itu terbagi 2 kelompok terus rutin. Setiap kelompok melaporkan

    apapun hasilnya. Pendekatan dilakukan secara humanis agar

    merubah pemikiran bahwa Satpol PP identik dengan kekerasan.

    3. Hambatan Yang Ditemui Oleh Satpol PP

    Hambatan yang dihadapi adalah kurangnya pegawai (Tim

    tekhnis) yang akan melakukan pemeriksaan dilapangan. Sehingga

    berakibat pada lemahnya pengawasan RT/RW. Selain masalah

    internal dinas juga terdapat beberapa masalah yaitu kurangnya kerja

    sama antar dinas terkait. Sehingga berpengaruh pada penyediaan

    mobilitas bagi tim untuk melakukan tugas lapangan. Kendala yang

    pertama dari saran prasarana baik mobilitas, keterbatasan personil

    dalam melangsungkan pemantauan dan jadwal yang cukup padat

    bagi Satpol PP karena Perda yang ditegakan bukan hanya Perda

    tentang perizinan bangunan namum semua perda yang ada di kota

    Salatiga.

  • 51

    Sebagaimana telah dijelaskan diatas masalah pokok dalam

    penegakan hukum sebenarnya terletak dari faktor-faktor yang

    mempengaruhinya. Dalam penegakan hukum oleh Satpol PP

    terhadap IMB Kota Salatiga terdapat beberapa faktor yang menjadi

    hambatan dalam penegakan hukum.

    Faktor Sarana dan Fasilitas : Sarana dan fasilitas

    merupakan faktor pendukung mobilitas dari penegakan hukum.

    Tanpa adanya sarana dan fasilitas tidak mungkin penegakan hukum

    dapat berjalan lancar. Bagi Satpol PP Kota Salatiga sarana tersebut

    meliputi transportasi dan akomodasi yang tentunya hal tersebut

    menghambat kinerja kerja Satpol PP itu sendiri. Selain itu dari hasil

    penelitian disebutkan bahwa salah satu faktor yang menghambat

    adalah kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) atau keterbatasan

    personel Satpol PP juga menjadi faktor lemahnya penegakan hukum

    terhadap pelanggaran IMB. Patroli dan pengawasan pemanfaatan

    ruang menjadi terhambat. Padatnya jadwal kegiatan dan perda yang

    harus ditegakan tidak sebanding dengan personel penegak hukum

    (Satpol PP). Kemudian masalah internal antar lembaga/dinas terkait

    menjadikan penegakan hukum terhadap IMB menjadi lemah.

    4. Peran Serta Masyarakat

    Peran serta masyarakat menjadi penting karena berhubungan

    dengan kesadaran hukum mayarakat itu sendiri tetap berdirinya

    bangunan atau tetap mendirikan banguan di kawasan sempadan

  • 52

    sungai membuktikan kurangnya kesadaran hukum masyarakat.

    Menurut Soerjono Soekanto kesadaran hukum adalah kesadaran

    nilai-nilai yang terdapat didalam diri manusia tentang hukum yang

    ada atau hukum yang diharapkan. Salah satu cara pembentukan

    kesadaran hukum adalah bagaimana hukum disebarluaskan atau

    dikomunikasikan kepada masyarakat. Sehingga masyarakat dapat

    mengerti, memahami dan melakukan apa yang dikehendaki oleh

    aturan hukum tersebut.88

    Dalam proses penegakan hukum tentunya dimaksudkan agar

    hukum atau peraturan yang diberlakukan dapat berfungsi sesuai yang

    dikehendaki atau dipatuhi dalam masyarakat. Suatu kepatuhan

    hukum antar lain ditentukan pada kesadaran hukum. Sedangkan

    kesadaran hukum merupakan faktor dari diri seseorang dan memiliki

    indikator sebagai berikut:89

    1. Pengetahuan tentang peraturan (law awareness) :

    Pengetahuan tentang hukum diartikan sebagai kesan

    dalam pikiran seseorang mengenai hukum-hukum

    tertentu.

    2. Pengetahuan tentang isi peraturan (law acquaintance)

    :Pengetahuan saja belum cukup sehingga perlu suatu

    pemahaman atas pengertian hukum yang berlaku.

    88

    Soerjono Soekanto dan Mustofa Abdullah, Sosiologi Hukum dan Mayarakat, Rajawali

    Press Jakarta 1980, h. 94 89

    Soerjono Soekanto dan Mustofa Abdullah, Sosiologi Hukum dan Mayarakat, Rajawali,

    h. 96

  • 53

    3. Sikap hukum (legal attitude) : apabila masyarakat sudah

    mengetahui peraturan dan memahami isinya maka dapat

    diduga ia akan bersikap sesuai dengan nilai-nilai yang

    dianut dalam aturan tersebut.

    4. Perikelakuan hukum (legal behavior) : apabila

    masyarakat sudah mengetahui peraturan dan memahami

    isinya serta bagaimana sikap terhadap peraturan maka

    akan tampak hukum. Perilaku hukum merupakan

    manifestasi dari kesadaran hukum yang relatif tinggi.

    Dikatakan relatif karena ketaatan hukum merupakan

    perwujudan dari suatu taraf kesadaran hukum tertentu yang

    masing-masing disebabkan :

    a. Rasa takut akan sanksi negatif sebagai akibat

    melanggar hukum

    b. Ada rasa keinginan kuat untuk memelihara

    hubungan baik dengan lingkungan

    c. Ada rasa keinginan kuat untuk memelihara

    hubungan baik dengan penguasa

    d. Sesuai dengan nilai-nilai yang dianut

    e. Sebagian besar dari kepentingan dijamin dan

    dilindungi hukum.

    Selain itu dalam Perda tentang RTRW Kota Salatiga

    terdapat bab tentang peran serta masyarakat yang dapat berupa:

    a. Masukan mengenai kebijakan pemanfaatan ruang;

  • 54

    b. Kerja sama dalam pemanfaatan ruang;

    c. Kegiatan memanfaatkan ruang sesuai dengan

    kearifan lokal dan RTRW yang telah ditetapkan;

    d. Peningkatan efisiensi, efektivitas dan keserasian

    dalam pemanfaatan ruang;

    e. Kegiatan menjaga kepentingan pertahanan,

    keamanan serta memelihara dan meningkatkan

    kelestarian fungsi lingkungan hidup dan sumber

    daya alam;

    f. Kegiatan invetasi dalm pemanfaatan ruang sesuai

    dengan ketentaun perundang-undangan.

    Peran serta masyarakat menjadi bagian yang saling

    berkaitan dengan penegakan hukum oleh Satpol PP Kota Salatiga

    terhadap pelanggaran IMB.