26
PROTEINURIA 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara fisiologis urin yang normal adalah bebas dari protein dimana urin dihasilkan oleh nefron ginjal. Selama 24 jam komposisi dan konsentrasi urin dapat berubah secara terus menerus dimana variasi konsentrasi urin dapat ditentukan oleh waktu pengambilan dan aktivitas sebelum pengambilan urin. Pemeriksaan proteinuria yang akurat dan cepat sangat diperlukan untuk diagnosis maupun untuk mengetahui prognosis penyakit. Selain itu juga diperlukan dalam tatalaksana penyakit ginjal dan penyakit lainnya. Tes urin dapat membantu menegakkan diagnosa penyakit-penyakit pada manusia. Ini membuktikan bahwa urin merupakan suatu media tes yang ideal bagi para dokter, karena tes ini non invasive, dan hasil dari pemeriksaan dapat diperoleh beberapa menit. Proteinuria dan albuminuria merupakan faktor utama penentu terjadinya perburukan fungsi ginjal yang telah dibuktikan dengan beberapa penelitian menyatakan reabsorbsi protein oleh sel tubulus proksimal yang amat meningkat menimbulkan inflamasi interstisial dan reaksi fibrogenik yang menimbulkan jaringan ikat, sehingga kemampuan reabsorbsi menjadi berkurang. Pemeriksaan tes protein urin dengan semi kuantitatif memberikan hasil positif bila ekskresi protein urin sudah sangat besar. Proteinuria akibat kerusakan glomerulus, ditandai oleh adanya protein dengan berat molekul tinggi dalam urin. Menurut Carrie dan Myers hal ini dapat

Bab II Pembahasan

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangSecara fisiologis urin yang normal adalah bebas dari protein dimana urin dihasilkan oleh nefron ginjal. Selama 24 jam komposisi dan konsentrasi urin dapat berubah secara terus menerus dimana variasi konsentrasi urin dapat ditentukan oleh waktu pengambilan dan aktivitas sebelum pengambilan urin.Pemeriksaan proteinuria yang akurat dan cepat sangat diperlukan untuk diagnosis maupun untuk mengetahui prognosis penyakit. Selain itu juga diperlukan dalam tatalaksana penyakit ginjal dan penyakit lainnya.Tes urin dapat membantu menegakkan diagnosa penyakit-penyakit pada manusia. Ini membuktikan bahwa urin merupakan suatu media tes yang ideal bagi para dokter, karena tes ini non invasive, dan hasil dari pemeriksaan dapat diperoleh beberapa menit. Proteinuria dan albuminuria merupakan faktor utama penentu terjadinya perburukan fungsi ginjal yang telah dibuktikan dengan beberapa penelitian menyatakan reabsorbsi protein oleh sel tubulus proksimal yang amat meningkat menimbulkan inflamasi interstisial dan reaksi fibrogenik yang menimbulkan jaringan ikat, sehingga kemampuan reabsorbsi menjadiberkurang. Pemeriksaan tes protein urin dengan semi kuantitatif memberikan hasil positif bila ekskresi protein urin sudah sangat besar. Proteinuria akibat kerusakan glomerulus, ditandai oleh adanya protein dengan berat molekul tinggi dalam urin. Menurut Carrie dan Myers hal ini dapat terjadi karena adanya kerusakan luas membrana basalis glomerulus yang mengakibatkan glomerulus tidak mampu melakukan filtrasi selektif berdasarkan ukuran,muatan listrik dan konfigurasi bentuk molekul protein. Dalam keadaan normal, sejumlah kecil albumin difiltrasi oleh glomerulus dan hampir seluruh albumin direabsorbsi oleh tubulus proksimal. Oleh karenaitu kadaralbumin urin sangat rendah dantidak terdeteksi dengantestprotein urin secara konvensional maupun secara dipstik. Proteinuria memiliki peranan penting pada PGK karena berbagai alasan diantaranya dapat digunakan sebagai petanda kerusakan ginjal, clue terhadap tipe atau diagnosis dari PGK, faktor resiko untuk terjadinya hasil akhir sampingan sehingga proteinuria dapat digunakan untuk memprediksi kecepatan progresivitas PGK, peningkatan resiko peyakit jantung koroner, menilai efek modifikasi terhadap intervensi yangdilakukan, marker surrogate dan target terhadap terapi. Pada banyak kasus proteinuria seperti Nefropati Diabetik maupun Nefropati Non Diabetik para klinisi tidak cukup puas dengan pemeriksaan proteinuria kwalitatif. Karena protein yang dikemihkan setiap saat sepanjang 24 jam tidak selalu sama bahkan bisa bervariasi sangat jauh.Mereka inginlebih tahujumlah totalprotein yangdikeluarkan selama24 jam agar dapat mengetahui sejauh mana tingkat kerusakan ginjal yang terjadi. Sampai saatini pemeriksaan Protein Urin 24 jam masih merupakan goldstandard untuk mengetahui jumlah total protein yang diekskresikan. SayangnyapemeriksaanProteinUrin24jaminitidak menyenangkan buat pasien terutama pada pasien rawat jalan, karena harus menampung urinnya setiap kali berkemih dan tentunya menyulitkan bagi pasien-pasien yang bekerja seharian. Selain itu penampungan urin 24 jam sering terjadi kesalahan (error) karena Inadequate ataupun kelebihan dalam pengumpulan urin. Belakangan ini muncul laporan pemeriksaan Protein to CreatinineRatio (PCR)yaitu membandingkan kadar protein urin dengan kreatinin urin. Pemeriksaan PCR dilakukan pada sampel urinspot sehingga lebih mudah tingkat kepatuhan pasien dan kesalahan (error) sampel hampir tidak ada. Pemeriksaan PCR mulai banyak diuji para ahli pada berbagai penyakit yang menimbulkan proteinuria dengan harapandapatmenjadipenggantipemeriksaan Protein Urin 24 jam. Oleh karena itu penelitian ini ingin mengetahui apakah adakorelasi antara PCR dengan Protein Urin 24 jam pada pasien Nefropati Diabetik. NationalKidney Foundation Kidney Disease Outcome Quality Initiative (NKF-K/DOQI) menyarankan pemeriksaan penunjang ratio protei terhadap kreatinin denganurinpertamapadapagihariatau urin sewaktu pada semua pasien PGK.

BAB II PEMBAHASAN2.1 Anatomi Ginjal Ginjal merupakan suatu organ yang berbentuk seperti kacang yang letaknya retroperitoneal di sebelah kiri dan kanan kolumna vertebralis. Penampang longitudinal dari ginjal terdiri dari 2 bagian yaitu bagian luar yang disebut korteks dan bagian dalam yang disebut medulla, bagian tengah terdapat pelvis yang merupakan ujung atas dari ureter. Nefron berfungsi menghasilkan urin dimana pembetukan urin merupakan suatu tanda dari fungsi ginjal yang baik, sebuah ginjal terdiri dari 1 juta sampai 1.5 juta nefron dimana nefron juga mempunyai peran penting pada proses filtrasi dan reabsorbsi. Nefron merupakan satu unit yang terdiri dari glomerulus, tubulus kontortus proksimalis, saluran henle dan tubulus kontortus distalis.2.2 Fungsi Ginjal Ginjal merupakan salah satu organ tubuh yang sangat vital yang mempunyai fungsi antara lain pembentukan urin, mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit, asam basa, pembuangan hasil metabolisme protein yang tidak terpakai, pengeluaran bahan obat maupun toksin dan mensekresi hormon renin, eritropoetin 1.25 dihidroksi, vitamin D dan prostaglandin.Fungsi ginjal yang sangat penting adalah mengeluarkan bahan yang tidak diperlukan tubuh agar jumlahnya tidak berlebihan dalam tubuh. Fungsi homeostasis dilakukan dengan pengaturan cairan tubuh, elektrolit, keadaan asam basa dan keikutsertaan fungsi hormon yang dihasilkannya.2.3 Fisiologi Ginjal Darah dalam kapiler glomerulus, akan disaring melalui dinding kapiler. Hasil ultrafiltrasi tersebut, mengandung semua substansi plasma kecuali protein protein yang berat molekul lebih dari 68.000. Filtrat dikumpulkan dalam ruang bowman dan masuk ke tubulus kemudian diubah komposisinya sesuai dengan kebutuhan tubuh sebelum meninggalkan ginjal berupa urin. Setelah terjadi filtrasi maka ultrafiltrat akan mengalami sekresi, reabsorpsi atau keduanya dan hasilnya merupakan eksresi zat zat. Tubulus dapat mensekresi zat-zat dari ruang ekstrasel ke lumen tubulus. Cara sekresi seperti pada reabsorpsi yaitu secara aktif dan pasif.2.4 Anatomi dan Fisiologi GlomerulusGlomerulus merupakan gulungan pembuluh darah kapiler yang berada di dalam sebuah kapsul sirkuler, yang disebut kapsula Bowman. Secara bersamaan, glomerulus dan kapsula Bowman disebut dengan korpuskulum renalis. Ginjal manusia memiliki sekitar satu juta glomerulus di dalamnya. Glomerulus terdiri atas tiga tipe sel intrinsik: sel endotel kapiler, sel epitel yang dipisahkan dari sel endotel oleh membrana basalis glomerular, serta sel mesangial.

Gambar : GlomerulusDinding kapiler pada glomerulus berfungsi sebagai membran filtrasi dan terdiri atas tiga lapisan: (1) endotelium kapiler, (2) membrana basalis, dan (3) epitel (podosit atau epitel viseral). Setiap lapisan tersebut memiliki keunikan tersendiri sehingga dapat membiarkan seluruh komponen darah lewat dengan perkecualian sel-sel darah serta protein plasma dengan berat molekul di atas 70.000. Endotel glomerulus terdiri atas sel-sel yang kontak dengan membrana basalis. Sel-sel ini memiliki banyak bukaan atau jendela kecil yang disebut fenestrae. Membrana basalis merupakan jaringan glikoprotein dan mukopolisakarida yang bermuatan negatif dan bersifat selektif permeabel. Epitel glomerulus memiliki sel-sel khusus yang dinamakan podosit. Podosit memiliki prosesus yang menyerupai kaki (footlike processes) yang menempel ke membrana basalis. Prosesus yang satu akan berjalinan dengan prosesus lainnya membentuk filtration slit, yang akan memodulasi proses filtrasi.Membran filtrasi glomerulus memisahkan darah kapiler dengan cairan di ruang Bowman. Filtrat glomerulus melewati ketiga lapisan membran filtrasi dan membentuk urin primer. Selsel endotel dan membrana basalis memiliki glikoprotein bermuatan negatif sehingga membentuk barrier filtrasi terhadap protein anionik.Glomerulus menerima darah dari arteriol aferen dan mengalirkan darah ke arteriol eferen. Sekelompok sel khusus yang dinamakan sel jukstaglomerular terdapat di sekitar arteriol aferen, di dekat tempat masuknya ke korpuskulum renalis. Di antara arteriol aferen dan eferen terdapat bagian dari tubulus kontortus distal yang memiliki sel khusus bernama makula densa. Bersamaan, sel jukstaglomerular dan makula densa membentuk aparatus jukstaglomerular, yang berfungsi untuk mengatur aliran darah ginjal, filtrasi glomerulus, serta sekresi renin.Glomerulus berperan sebagai penyaring darah untuk membentuk urin, yang kemudian akan diekskresikan dari tubuh. Cairan yang disaring oleh membran filtrasi glomerulus tidak mengandung protein namun mengandung elektrolit seperti natrium, klorida, dan kalium, serta molekul organik seperti kreatinin, urea, dan glukosa. Seperti membran kapiler lainnya, glomerulus permeabel terhadap air dan relatif impermeabel terhadap koloid berukuran besar seperti protein plasma. Ukuran dan muatan molekul sangat menentukan kemampuannya untuk melewati glomerulus. Hal ini diatur oleh filtration slits serta muatan negatif yang terdapat pada membran filtrasi.Tekanan kapiler memiliki efek terhadap filtrasi glomerulus.(7) Tekanan hidrostatik pada kapiler merupakan gaya utama yang mendorong air serta solut melewati membran filtrasi menuju kapsula Bowman. Tekanan ini dipengaruhi secara tidak langsung oleh efisiensi kontraksi jantung dan secara langsung oleh tekanan arteri sistemik serta resistensi pada arteriol aferen dan eferen. Gaya yang mendorong komponen darah untuk dapat masuk ke dalamkapsula Bowman adalah tekanan hidrostatik kapiler (PGC), sedangkan gaya yang melawan masuknya komponen darah tersebut adalah tekanan hidrostatik di ruang Bowman (PBC) serta tekanan onkotik efektif darah kapiler glomerulus (GC). Resultan dari kedua gaya ini akan menghasilkan net filtration pressure (NFP), yaitu jumlah dari gaya yang mendorong dan melawan filtrasi, dengan perhitungan sebagai berikut:NFP = (PGC) - (PBC + GC)Volume total cairan yang tersaring oleh glomerulus sekitar 180 L/hari, atau 120 mL/menit. Jumlah filtrasi plasma per satuan waktu disebut dengan glomerular filtration rate (GFR), dan berbanding langsung dengan tekanan perfusi pada kapiler glomerulus. Faktor-faktor yang menentukan GFR berkaitan langsung dengan tekanan yang mendorong atau melawan filtrasi. Perubahan pada resistensi arteriol aferen maupun eferen akan menyebabkan perubahan pada tekanan hidrostatik kapiler serta GFR. Vasokonstriksi pada salah satu arteriol memiliki efek berlawanan pada tekanan glomerular. Contohnya, apabila arteriol aferen berkonstriksi maka aliran darah akan berkurang sehingga ada penurunan tekanan glomerular. Hal ini akan kemudian menurunkan GFR sehingga cairan tubuh terjaga. Sebaliknya, konstriksi dari arteriol eferen akan meningkatkan NFP dan selanjutnya meningkatkan GFR. Konstriksi dari kedua arteriol tersebut akan mengakibatkan perubahan kecil pada NFP, namun aliran darah renal akan menurun sehingga GFR pun akan ikut berkurang. Obstruksi pada aliran keluar urin akan menimbulkan peningkatan tekanan secara retrograde pada kapsula Bowman yang akan menurunkan GFR.(7) Kehilangan cairan yang berlebihan dapat meningkatkan tekanan onkotik kapiler dan menurunkan GFR. Penyakit ginjal juga dapat menyebabkan perubahan tekanan dengan adanya perubahan permeabilitas kapiler serta luas permukaan untuk filtrasi.2.5 Definisi ProteinuriaProteinuria adalah adanya protein di dalam urin manusia yang melebihi nilai normalnya yaitu lebih dari 150 mg/24 jam. Dalam keadaan normal, protein di dalam urin sampai sejumlah tertentu masih dianggap fungsional. Orang dewasa normal dan sehat mengekskresi sedikit protein dalam urin sampai 150 mg/24 jam, yang terutama terdiri dari albumin dan protein Tamm-Horsfall.Sejumlahprotein ditemukan pada pemeriksaan urin rutin, baik tanpa gejala, ataupun dapat menjadi gejala awal dan mungkin suatu bukti adanya penyakit ginjal yang serius. Adanya protein didalam urin sangatlah penting, dan memerlukan penelitian lebih lanjut untuk menentukanpenyebab atau penyakit dasarnya. Biasanya proteinuria dikatakan patologis bila kadarnya diatas 200 mg/hari pada beberapa kali pemeriksaan dalam waktu yang berbeda. Ada yang mengatakan proteinuria persisten jika protein urin telah menetap selama 3 bulan atau lebih dan jumlahnya biasanya hanya sedikit di atas normal. Dikatakan proteinuria masif bila terdapat protein di urin melebihi 3500 mg/hari dan biasanya mayoritas terdiri atas albumin.Albuminuria atau proteinuria adalah suatu kondisi dimana terlalu banyak protein dalam urin yang dihasilkan dari adanya kerusakan ginjal. Proteinuria pada diabetes biasanya merupakan hasil dari hiperglikemia baik jangka panjang (kadar gula tinggi) atau hipertensi (tekanan darah tinggi). Ketika ginjal bekerja dengan benar , maka menyaring produk limbah keluar dari darah akan tetapi tetap menyimpan unsur penting termasuk albumin. Albumin adalah protein yang membantu dalam mencegah air bocor ke luar dari darah ke jaringan lain.Protein plasma adalah komponen penting dari setiap makhluk hidup , dan ginjal berperan sangat penting dalan retensi protein plasma dengan tubulus ginjal yang berfungis mereabsorbsi protein melewati penghalang filtrasi gromerulus.Ekskresi protein urine normal hingga 150 mg/hari. Oleh karena itu, jika jumlah protein dalam urine menjadi abnormal, maka dianggap sebagai tanda awal penyakit ginjal atau penyakit sistemik yang signifikan. Jika kadar gula darah tinggi selama beberapa tahun kerusakan ginjal, maka kemungkinan akan terlalu banyak albumin akan hilang dari darah. Proteinuria merupakan tanda bahwa ginjal telah rusak. 2.6 Proteinuria FisiologisProteinuria sebenarnya tidaklah selalu menunjukkan kelainan/penyakit ginjal. Beberapa keadaan fisiologis pada individu sehat dapat menyebabkan proteinuria. Pada keadaan fisiologis sering ditemukan proteinuria ringan yang jumlahnya kurang dari 200 mg/hari dan bersifat sementara. Misalnya, pada keadaaan demam tinggi, gagal jantung, latihan fisik yang kuat terutama lari maraton dapat mencapai lebih dari 1 gram/hari, pasien hematuria yang ditemukan proteinuria masif, yang sebabnya bukan karena kebocoran protein dari glomerulus tetapi karena banyaknya protein dari eritrosit yang pecah dalam urin akibat hematuri tersebut (positif palsu proteinuria masif). Pada wanita tidak hamil dijumpai protein dalam urin sekitar 18 mg/jam. Wanita hamil normal jumlah protein dalam urin bisa mencapai 300 mg/24jam. Dikatakan patologis jika kadar protein dalam urinnya di atas 300 mg/24 jam. Proteinuria dapat dideteksi dengan alat dipst ik reagents test, tetapi dapat memberikan 26% positif palsu karena adanya sel - sel pus atau negatif palsu karena gravitasi