54
3 كاة ز ل واع ا ن ا ن ع ث ح ب ل اBAB II PEMBAHASAN A. Macam-macam harta yang wajib dizakatkan. Zakat wajib pada 5 macam harta, yaitu : 1. Uang 2. Barang tambang dan perniagaan 3. Barang Dagangan 4. Hasil Tanaman dan Buah-buahan 5. Hasil Binatang ternak 2.1 Zakat logam (Emas,Perak,Uang Kertas) Para ulama fiqih sepakat 1 tentang kewajiban zakat logam lempengan, tercetak atau berupa wadah atau juga berupa perhiasan menurut Hanafiyah, karna dalil-dalil tersebut ada didalam Al-qur’an, sunnah, ijma’ ulama mengenai kewajiban zakat secara mutlak. Allah Swt berfirman dalam surat At-Taubah ayat 34-35: 1 Abu Hasan Ahmad bin Muhammad bin Ahmad Addhobii,Al-lubaab (Madinatul Munawwarah:Daarul Bukhaari, 1416) , juz I hal 148. Muhammad Khatiib Assyarbaini, Mughnil Muhtaaj (Beirut:Daarul Fikri), juz I hal 389 dan seterusnya; Ibrahim bin ‘Ali bin Yusuf Assyairazi Abu ishaq, Al-Muhadzdzab (Beirut:Daarul Kutubil’ilmiyyah,1995), juz I hal 157 dan seterusnya; Abdullah bin Ahmad bin Qudaamah Almaqdisii Abu Muhammad, Al-Mughnii (Beirut:Daarul Fikri, 1405), juz III hal 1-16; Mansyur bin yunus bin idris Al Buhutii, Kasysyaaful Qinaa’ (Beirut:Daarul Fikri,1402), juz II hal 266-275.

BAB II Pembahasan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

fiqih ibadah

Citation preview

Page 1: BAB II Pembahasan

البحث عن أنواع الزكاة3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Macam-macam harta yang wajib dizakatkan.

Zakat wajib pada 5 macam harta, yaitu : 1. Uang

2. Barang tambang dan perniagaan

3. Barang Dagangan

4. Hasil Tanaman dan Buah-buahan

5. Hasil Binatang ternak

2.1 Zakat logam (Emas,Perak,Uang Kertas)

Para ulama fiqih sepakat1 tentang kewajiban zakat logam lempengan, tercetak atau berupa wadah atau

juga berupa perhiasan menurut Hanafiyah, karna dalil-dalil tersebut ada didalam Al-qur’an, sunnah, ijma’

ulama mengenai kewajiban zakat secara mutlak. Allah Swt berfirman dalam surat At-Taubah ayat 34-35:

Artinya:

34.Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, Maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih,

35. Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, Maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu."

Disini kita akan membahasnya sebagai berikut :

1 Abu Hasan Ahmad bin Muhammad bin Ahmad Addhobii,Al-lubaab (Madinatul Munawwarah:Daarul Bukhaari, 1416) , juz I hal 148. Muhammad Khatiib Assyarbaini, Mughnil Muhtaaj (Beirut:Daarul Fikri), juz I hal 389 dan seterusnya; Ibrahim bin ‘Ali bin Yusuf Assyairazi Abu ishaq, Al-Muhadzdzab (Beirut:Daarul Kutubil’ilmiyyah,1995), juz I hal 157 dan seterusnya; Abdullah bin Ahmad bin Qudaamah Almaqdisii Abu Muhammad, Al-Mughnii (Beirut:Daarul Fikri, 1405), juz III hal 1-16; Mansyur bin yunus bin idris Al Buhutii, Kasysyaaful Qinaa’ (Beirut:Daarul Fikri,1402), juz II hal 266-275.

Page 2: BAB II Pembahasan

4

a). Nishab dan jumlah yang wajib dizakati.

Nisab emas adalah 20 mitsqal2 atau dinar ini sebanding dengan 14 lira emas usmani kira-kira, atau

15 lira perancis, 12 lira inggris dan setara dengan mistqal irak 100 gram kira-kira, setara dengan

mitsqal asing 96 gram, menurut mayoritas ulama 20/23 x 91 gram.

Perbedaan antara 2 jenis mitsqal (0,2) karna mitsqal asing (4,8 gram), mitsqal irak (5 gram), kita

hendaknya meletakkan pada yang kecil sebagai bentuk kehati-hatian yaitu ukuran 85 gram dengan

menganggap dirham arab (2,976 gram) ini lebih baik.

Didalam kitab fiqih sunnah3, disana dikatakan bahwasanya emas tidak wajib dikeluarkan hingga

banyaknya mencapai 20 dinar. jika telah sampai 20 dinar dan menjalani masa satu tahun, wajib

dikeluarkan 1/40 yakni 1/2 dinar. setiap lebih dari 20 dinar, dikeluarkan 1/40-nya lagi.

Dari Ali R.a bahwa Rasulullah Saw bersabda:

�ذا ى يكون لك ع�شرون د�ينارا, فإ - حت �ى ف�ى الذهب� -يعن ليس عليك شيئ-�صف د�ينار. فما زاد كانت لك ع�شرون د�ينارا وحال عليها الحول فف�يها ن

ى يحول عليه� الحول. )رواه أحمد, �ك, وليس ف�ي مال زكاة- حت �ح�ساب� ذل فبوأبو داود والبيهقي, وصححه البخاري, وحسنه الحافظ(

Artinya:

“Tak ada kewajiban –yakni mengenai emas- sampai kamu memiliki 20 dinar, dan cukup masa satu

tahu, maka zakatnya setengah dinar. dan kelebihannya diperhitungkan seperti itu, dan tidak wajib

zakat pada sesuatu harta sampai menjalani masa satu tahun .” (Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu daud,

Baihaqi, dan dinyatakan sah oleh Bukhari dan sebagai hadist hasan oleh hafidz).

Imam Malik Berpendapat Dalam Al-muwaththa’ bahwasanya: “sunnah yang tak ada

perselisihan diantara kami adalah bahwa zakat itu wajib pada 20 dinnar, sebagaimana wajib

pada 200 dirham”.

2 Satu mitsqal menurut Hanafiyah adalah setara dengan lima gram, Bank Faisal Islami di Sudan menentukan 4,457 gram. ini adalah pendapat tengah rasional atau 4,25 gram.

3Sayyid Sabbiq, Fiqih Sunnah (Bandung:PT.Alma’rif,2001) , juz III hal 30.

Page 3: BAB II Pembahasan

5

Nisab perak adalah 200 dirham yang setara menurut Hanafiyah sekitar 700 gram,

menurut mayoritas ulama sekitar 642 gram4.

Menurut mayoritas ulama (selain syafi’iyah) berpendapat salah satu dari emas

digabungkan dengan yang lain dalam penyempurnaan nishab, emas digabungkan dengan

perak begitu juga dengan sebaliknya berdasarkan harga. barang siapa yang mempunyai

seratus dirham dan lima mitsqal seharga seratus, maka wajib zakat, sebab tujuan zakatnya

sama yaitu keduanya adalah satu jenis.

Menurut syafi’iyah berpendapat salah satu dari emas dan perak tidak bisa digabungkan

dengan yang lain. seperti unta dan sapi. macam zakat menjadi sempurna dengan macam

zakat yang lainnya dengan jenis yang sama, meskipun keduanya berbeda dari sisi baik dan

buruk.

Pendapat pertama adalah yang wajib diikuti sekarang ini dalam hal mata uang kertas.

penggabungan macam pertama dari dua macam kepada yang lain menjadi keharusan dan

tertentu.

Harga tukar: penaksiran nishab zakat harga dilakukan di setiap masa sesuai dengan

kekuatan daya beli uang modern dan sesuai dengan harga tukar emas dan perak disetiap

tahun, masing-masing Negara orang yang berzakat pada waktu pengeluaran zakat. uang

kertas menurut pendapat yang paling unggul diperirakan dengan petunjuk harga emas, sebab

emas adalah yang asli dalm bertransaksi, juga karna representasi nilai mata uang dengan

emas. dan juga karna mitsqal pada masa Nabi dan menurut penduduk makkah adalah dasar

mata uang. ini adalah dasar penaksiran diyat.

4 Dua ratus dirham adalah timbangan tujuh mitsqal. Satu dinar adalah dua puluh qirath. satu qirath lima syuairat. maka satu dirham syara’ adalah tujuh puluh syu’airah, satu mitsqal adalah seratus syuairah. Disini ada titik kecocokan antara mitsqal dan dinar. Dirham syara’ menurut Hanafiyah (3,50 gr) menurut mayoritas ulama (3,20 gr).

Page 4: BAB II Pembahasan

6

Ukuran Zakat : ukuran wajib zakat untuk emas dan perak adalah 2,5%. jika seseorang

mempunyai 200 dirham dan telah genap satu tahun, maka zakatnya adalalah 5 dirham, dalam

setiap 20 mitsqal zakatnya adalah 1/2 dinar.

Jadi nishab emas adalah 20 dinar (85 gram emas murni) dan perak adalah 200 dirham

(setara 672 perak) artinya bila seseorang telah memiliki emas sebesar 20 dinar atau perak 200

dirham dan sudah setahun, maka ia telah terkena wajib zakat, yakni 2,5%.

Demikian juga segala macam jenis harta yang merupakan harta simpanan dan dapat

dikategorikan dalam “emas dan perak”, seperti uang tunai, tabungan cek, saham, surat

berharga ataupun yang lainnya. maka nishab dan zakatnya sama dengan ketentuan emas dan

perak, artinya jika seseorang memiliki bermacam-macam bentuk harta dan jumlah

akumulasinya lebih besar atau sama dengan nishab (85 gram emas) maka ia telah terkena

wajib zakat( 2,5%).

Page 5: BAB II Pembahasan

7

Contoh:

Seseorang memiliki simpanan harta sebagai berikut:

Tabungan Rp 5 juta

Uang Tunai (diluar kebutuhan pokok) Rp 2 juta

Perhiasan Emas (berbagai bentuk) 100 gram

Hutang yang harus dibayar (jatuh tempo) Rp 1,5 juta

Perhiasan emas atau yang tidak wajib dizakati kecuali selebihnya dari jumlah maksimal perhiasan

yang layak dipakai. jika layaknya seseorang memakai perhiasan maksimal 60 gram, maka yang wajib

dizakati hanya perhiasn yang selebihnya dari 60 gram.

Dengan demikian jumlah harta orang tersebut, sbb:

1. Tabungan

2. Uang Tunai

3. Perhiasan (10-60) gram

Rp 5.000.000

Rp 2.000.000

Rp 1.200.000

Jumlah Rp 8.200.000

Hutang Rp 1.500.000

Saldo Rp 6.500.000

Besar zakat = 25% X Rp 6.700.000 = Rp 167.5000,-\

Page 6: BAB II Pembahasan

8

b). Sesuatu yang kurang dari nishab atau lebih.

Zakat sebagaimana kita ketahui berdasarkan ijma’ wajib dilakukan untuk emas sampai 20 mitsqal

(dirham). Nilainya 200 dirham. Adapun yang kurang maka tidak ada zakatnya kecuali jika dilengkapi

dengan perak atau barang-barang dagangan.

Para ulama bersepakat bahwa jika kurang dari 20 mitsqal dan tidak sampai 200 dirham, maka tidak

ada zakatnya karna belum sampai nishab. Para fuqaha mengatakan bahwa nishab emas adalah 20

mitsqal tanpa mempertimbangkan nilainya dan takarannya dengan perak5. Rasulullah Saw bersabda:

ليس ف�ي أقل م�ن ع�شر�ين م�ثقاال م�ن الذهب� وال ف�ي أقل م�ن م�ائتي د�رهمصدقة-

Artinya:

"Tidak ada untuk yang kurang dari 20 mitsqal emas, dan tidak pula yang kurang dari 200 dirham

ada kewajiban sedekah”6.

Adapun kelebihan dari nishab, maka tidak ada kewajiban zakat didalamnya menurut Abu

Hanifah7kecuali sampai 40 dirham. Maka didalamnya ada zakat 1 dirham. kemudian untuk setiap 40

dirham ada 1 dirham, tidak ada ada sesuatu kewajiban antara jumlah tersebut. Demikian juga tidak

ada zakat untuk kelebihan dinar kecuali sampai 4 dinar. ini adalah pendapat yang shahih menurut

hanafiyah karna sabda Rasulullah Saw bersabda:

م�ن كل أربع�ين د�رهما د�رهم-Artinya:

“Untuk setiap 40 dirham ada kewajiban 1 dirham”8.

5 Abdullah bin Ahmad bin Qudaamah Almaqdisii Abu Muhammad, Al-Mughnii (Beirut:Daarul Fikri, 1405), juz III hal 4;Abu Hasan Ahmad bin Muhammad bin Ahmad Addhobii,Al-lubaab (Beirut:Daarul Bukhaari, 1416) , juz I hal 148.

6HR Abu Ubaid7 Abu Hasan Ahmad bin Muhammad bin Ahmad Addhobii,Al-lubaab (Beirut:Daarul Bukhaari, 1416) , juz I hal 149.8HR Ahmad, Abu Dawud, at-Tirmidzi dari Ali dengan redaksi : قدعفوت لكم عن صدقة الخيل والرقيق,فهاتوا صدقة الرقة من كل أربعين درهمادرهم,وليس في تسعين

ومائة شيئ,فإذابلغت مائتين ففيها خمسة دراهم.aku telah mengampuni kalian mengenai sedekah kuda dan budak. Maka berikanlah sedekah perak, untuk 40

dirham perak ada kewajiban 1 dirham. Untuk 90 dan 100 tidak ada kewajiban sama sekali. Jika sampai 200 maka didalam ada kewajiban zakat 5 dirham. (Muhammad bin ‘Ali bin Muhammad Assyaukani, Nailul Authaar (Riyadh:Daarul Ibnul Qayyim Linasyri Wattauzii’i,2005), juz IV hal 137.)

Page 7: BAB II Pembahasan

9

Dua murid Imam Abu Hanifah dan pendapat mayoritas ulama fiqih berpendapat9 : bahwa apa yang lebih dari dua ratus, maka zakanya adalah sesuai dengan hitungan. meskipun sedikit tambahannya, karna sabda Rasulullah Saw:

�م ى يت هاتوا ربع العشر� م�ن كل أربع�يند�رهما د�رهما, وليس عليكم شيئ- حت�ك �ح�ساب� ذل �, فما زاد ب �ذا كانت م�ائتي د�رهم- فف�يها خمسة دراه�م , فإ م�ائتين�

Artinya:

“Berikanlah 2,5% untuk setiap 40 dirham 1 dirham, tidak ada kewajiban apapun terhadap kalian sampai genap dua ratus . jika itu 200 dirham, maka didalamnya ada kewajiban zakat 5 dirham. apa yang lebih dari itu, maka dengan hitungan tersebut10.

9 Abdullah bin Ahmad bin Qudaamah Almaqdisii Abu Muhammad, Al-Mughnii (Beirut:Daarul Fikri, 1405), juz III hal 6; Abdullah Abdurrahman bi fadhil Hadramiyyi, Al-Hadramiyyah (Damaskus:Daarul Muttahidah, 1413), hal 101

10HR ad-Daruquthni dan al-Atsram, HR Abu Dawud dari Ali, Hadist itu diriwayatkan dengan sanad mauquf pada Ali dan Ibnu Umar

Page 8: BAB II Pembahasan

10

c). Hukum (المغشوش) atau barang yang tercampur dengan lainnya.

Al-maghsyusy adalah barang-barang yang tercampur dengan yang lebih rendah nilainya dari

barang tersebut seperti emas dengan perak, perak dengan tembaga. para fuqaha mengenai zakat barang

tersebut mempunyai 3 pendapat11:

1. Hanafiyah mengatakan bahwa barang yang kebanyakan berupa perak, maka dia dianggap

perak, barang yang kebanyakan berupa emas, maka dia dianggap emas. jika yang dominan pada

emas dan perak adalah barang lain, maka barang itu dalam status barang dagangan dan nilainya

harus mencapai satu nishab, harus diniatkan zakat untuk dagang sebagaimana barang-barang

yang lain, kecuali jika ada perak murni dari barang itu yang mencapai satu nishab. sebab, perak

itu sendiri tidak bisa dipertimbangkan nilainya, tidak pula diniatkan pada berdagang. mengenai

barang lain yang setara dengan emas dan perak ini diperselisihkan pendapat yang terpilih

adalah keharusan berzakat demi kehati-hatian.

2. Malikiyah mengatakan bahwa yang dijadikan pertimbangan adalah pasaran harga. maka, zakat

wajib untuk harta yang genap timbangannya. yaitu barang yang tercampur keduanya, jika

kurang timbangannya antara masing-masing barang keduanya seperti barang yang

timbangannya genap, lalu ia tidak laku dipasaran maka barang yang murni dihitung dengan

menaksir pembersihan barang yang tercampur. Alkamal menganggap barang yang kurang

dengan menambahi satu dinar atau lebih, ketika genap dizakatkan, jika tidak maka tidak

dizakatkan. berdasarkan hal ini, maka jika dinar-dinar itu bercampur dengan tembaga dan

lainnya, maka digugurkan dan dizakatkan yang murni.

3. Syafi’iyah dan Hanabilah mengatakan tidak ada kewajiban sama sekali pada barang yang

bercampur kecuali yang murni mencapai satu nishab penuh. barang siapa yang memiliki emas

atau perak yang tercampur dengan barang lainnya, maka tidak ada kewajiban didalamnya.

kecuali sampai kadar nishab emas dan perak. karna Rasulullah Saw bersabda :

ليس ف�يما دون خمس� أواق م�ن الور�ق� صدقة-Artinya:“Tidak ada untuk yang kurang dari lima auqiyah dari perak kewajiban sedekah”.

d). Zakat Uang Kertas

11 Abu Hasan Ahmad bin Muhammad bin Ahmad Addhobii,Al-lubaab (Beirut:Daarul Bukhaari, 1416) , juz I hal 149; Muhammad Khatiib Assyarbaini, Mughnil Muhtaaj (Beirut:Daarul Kutubil’ilmiyyah,1994), juz I hal 39; Abdullah bin Ahmad bin Qudaamah Almaqdisii Abu Muhammad, Al-Mughnii (Beirut:Daarul Fikri, 1405), juz III hal 5.

Page 9: BAB II Pembahasan

11

Uang kertas dan uang logam adalah alat yang telah dijadikan transakasi sebagai pengganti emas

dan perak. uang tersebut dianggap dalam posisi transfer bank yang menjadi tanggung jawab bank sentral

untuk Negara yang seimbang dengan emas, dari akun emas yang disimpan yang bisa menutupi mata uang

yang beredar. para fuqaha membahas tentang hukum zakat uang kertas ini. mereka memutuskan

kewajiban zakat pada uang kertas menurut mayoritas fuqaha (Hanafiyah, Malikiyah, Syafi’iyah) , sebab

uang ini adakalanya dalam posisi hutang yag kuat yang menjadi tanggungan pembendaharaan Negara,

cek hutang atau transfer bank yang nilainya menjadi hutang bank.

Pengikut mazhab hanbali tidak melihat adanya kewajiban zakat pada uang kertas sampai benar-

benar ditukar dengan logam mulia (emas dan perak) demi mengqiyaskan penerimaan hutang.

Yang benar adalah adanya kewajiban zakat pada uang. sebab, itu menjadi alat bayar barang.

sementara transaksi dengan emas itu dilarang. dan tidak sah pengqiyasan uang ini dengan hutang. sebab,

hutang ini tidak dimanfaatkan oleh pemiliknya. yaitu orang yang mempunyai piutang. para fuqaha tidak

mewajibkan zakatnya, kecuali setelah dia menerima karna adanya kemungkinan tidak menerima. Adapun

uang-uang ini benar-benar dimanfaatkan oleh orang yang membawanya, sebagaimana dia memanfaatkan

emas yang dianggap sebagai alat bayar barang-barang. Oleh karna itu, tidak benar pendapat yang

mengatakan adanya perbedaan mengenai zakat uang-uang ini. pendapat tidak adanya zakat pada uang-

uang ini adalah tidak diragukan lagi adalah ijtihad yang salah. sebab, hal menyebabkan pada kesimpulan

yang jelas bahwasanya tidak ada kewajiban zakat pada macam yang paling penting dari harta-harta zakat.

Maka, secara pasti uang kertas wajib dizakatkan sebagai zakat hutang yang jatuh tempo kepada orang

yang mampu membayar, sebagaimana yang ditetapkan oleh madzhab syafi’iyah dan wajib didalam zakat

2,5%.

2.2 Zakat Barang Tambang dan Barang Peninggalan Kuno.

Page 10: BAB II Pembahasan

12

Para fuqaha berbeda pendapat mengenai pengertian barang tambang, barang peninggalan kuno, atau

harta karun. juga mengenai macam-macam barang tambang yang wajib dizakatkan dan besaran untuk

masing-masing barang tambang dan barang peninggalan kuno.

Barang tambang adalah barang peninggalan kuno menurut hanafiyah. keduanya berbeda menurut

mayoritas ulama. barang tambang wajib dizakatkan adalah emas dan perak menurut Malikiyah dan

Syafi’iyah. Menurut Hanafiyah adalah setiap benda yang terbentuk dengan adanya api (benda cair).

Menurut Hanabilah adalah semua jenis benda barang, baik itu barang tambang yang bersifat beku maupun

yang bersifat cair.

Mengenai barang-barang tambang tersebut, zakatnya 1/5 menurut Hanafiyah. dan 2,5% menurut

Malikiyah, Syafi’iyah dan Hanabilah.

Mengenai zakat barang peninggalan kuno, zakatnya 1/5 berdasarkan kesepakatan ulama. perlu

diketahui bahwasanya wajib zakat pada barang-barang tambang menurut mayoritas ulama, dan sebagai

Ghanimah menurut kalangan Hanafiyah. Dan kewajiban mengenai barang peninggalan kuno menurut

mayoritas ulama adalah Ghanimah untuk kemaslahatan umum, dan disalurkan kepada para penerima

zakat menurut Syafi’iyah. Mengenai barang tambang, disyaratkan mencapai nishab menurut kesepakatan

ulama. Dalam masalah zakat peninggalan barang kuno, tidak disyaratkan mencapai nishab menurut

mayoritas ulama’, sedangkan menurut Syafi’iyah disyaratkan.

Barang tambang dan barang peninggalan kuno meskipun termasuk emas dan perak, hanya saja dua

barang tersebut itu dianggap sebagai macam tersendiri, karna terkait dengan hukum-hukum yang khusus

mengenai keduanaya, seperti persyaratan haul dan presentase yang dibayarkan kepada orang-orang yag

berhak menerima.

Pendapat Para fuqaha tentang zakat tentang zakat barang tambang dan barang peninggalan kuno:

Page 11: BAB II Pembahasan

13

a) Madzhab Hanafiyah12.

Barang tambang dan barang peninggalan kuno (harta karun) mempunyai pengertian yang sama.

yakni semua harta yang tertimbun dibawah bumi. hanya saja, barang tambang adalah barang yang

diciptakan Allah SWT didalam bumi pada waktu menciptakan bumi. sementara, barang peninggalan

kuno (harta karun) adalah harta yang tertimbun karna pekerjaan orang-orang kafir.

Barang-barang tambang ada 3 macam:

1. Benda yang beku, yang bisa meleleh dan terbentuk dengan api seperti : emas, perak, besi,

tembaga, timah, merkuri. ini adalah yang wajib dizakati yakni 1/5, meskipun belum

mencapai satu nishab.

2. Benda yang beku, yang tidak bisa meleleh dan tidak bisa dibentuk dengan api, seperti :

plester dan kapur (batu kapur), alkohol, arsenic, dan batu-batuan lainnya seperti runi dan

garam.

3. Benda yang mencair, tidak beku, seperti aspal dan minyak bumi.

Zakat tidak wajib kecuali pada macam yang pertama, baik barang itu ditemukan dibumi

Kharrajiyah atau Usyuriyyah13. 1/5 diberikan kepada yang berhak menerima dalam bagian seperlima

ghanimah. Dalil mereka adalah Al-qu’an, Hadist yang Shahih dan Qiyas. Adapun dari Al-qur’an

adalah firman Allah SWT dalam surat Al-Anfaal ayat 41:

Artinya:41. ketahuilah, Sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan perang, Maka

Sesungguhnya seperlima untuk Allah, rasul, Kerabat rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan ibnussabil, jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apayang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqaan, Yaitu di hari bertemunya dua pasukan. dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Barang tambang dianggap sebagai Ghanimah, sebab sebelumnya, ditempatnya ada ditangan orang-

orang kafir. Kaum muslimin menguasainya dengan paksa.

12Muhammad bin abdul wahid assiwaasii, Fathul Qadhir (Beirut:Daarul Kutubil’ilmiyyah),juz I hal 537-543.13 Tanah Kharrajiyah adalah setiap tanah yang dibebaskan dengan paksa dan penduduknya menerimanya. Atau,

pemimpinnya berdamai dengan syarat membayar kharraj (pajak orang kafir. kecuali tanah Makkah. Tanah Usyuriyyah adalah tanah yang dimana penduduknya menyerah sebelum diperangi atau dibebaskan dengan paksa dan kekayaannya dibagikan kepada pejuangnya. (Ibid. juz 7 hal 353.)

Page 12: BAB II Pembahasan

14

Adapun Hadist adalah sabda Nabi Muhammad Saw:

]]از� ك ]]ار- وف�ي الر �ئر جبار- والمعد�ن- جب -أي هدر- ال شيئ ف�يه�- والب ار- العجماء جب14الخمس

Artinya:

“Orang-orang asing terbuang sia-sia, sumur terbuang sia-sia, barang tambang terbuang sia-sia, dan

barang peninggalan kuno terbuang sia-sia”.

Barang peninggalan kuno mencakup barang tambang dan harta karun, baik yang dari Yang Maha

Pencipta ataupun makhlukNya.

Adapun qiyas adalah menqiyaskan barang tambang pada barang harta qarun jahiliyah dengan titik

kesamaan adanya makna ghanimah pada masing-masing keduanya. oleh karna itu wajib zakat 1/5.

Yang lebih dari seperlima adalah jika barang itu ada di tanah yang dimiliki, maka tanah itu milik

pemiliknya. jika terdapat di tanah yang tidak dimiliki siapa pun seperti padang pasir dan gunung,

maka ia untuk orang yang menemukan.

b)Madzhab Malikiyah15.

14 HR Imam enam dalam kitab mereka dari Abu Hurairah ( Muhammad Abdullah bin yusuf bin Muhammad Azzili, Nashbur Raayah (Beirut:Daarul Qabalah Litsaaqafal isalamiyyah, 1997), juz II hal 38.

15Ibnu Ruyd, Bidayatul Mujtahid Wa nihayatul Muqtasid (Mesir:Musthafal baabiyyul halbiyuu,1975), juz I hal 25

Page 13: BAB II Pembahasan

15

Barang tambang bukanlah barang peninggalan kuno. Barang tambang adalah barang yang

diciptakan Allah SWT di bumi yang berupa emas, perak atau lainnya seperti tembaga, timah,

belerang dan perlu dikeluarkan untuk diolah atau dibersihkan.

Dalam hal kepemilikan barang-barang tambang, barang-barang tambang ada 3 macam :

1. Hendaklah ada di tanah yang tidak dimiliki. tanah tersebut milik pemimpin (Negara). dia

bisa memberikannya kepada siapa pun dari orang-orang muslim atau menjadikannya di

Baitul mal untuk kemanfaatan mereka bukan untuk dirinya.

2. Hendaklah barang itu ada di tanah yang dimiliki oleh orang tertentu, ini milik pemimpin

juga dan tidak menjadi milik pribadi pemilik tanah. Ada mengatakan milik pemiliknya.

3. Hendaklah barang itu ada pada tanah yang dimiliki oleh orang yang tidak tertentu seperti

tanah yang diperoleh dengan paksa dan perdamaian. tanah yang diperoleh dengan paksa

adalah milik pemimpin (Negara), sedangkan barang tambang yang diperoleh dengan

perdamaian adalah milik pemiliknya. kita tidak akan mencampurinya selama mereka orang-

orang kafir. jika mereka masuk islam, maka masalahnya dikembalikan kepada pemimpin.

kesimpulannya, hukum barang tambang secara mutlak adalah milik pemimpin kecuali tanah

yang diperoleh dengan perdamaian selama penduduknya orang-orang kafir.

Yang wajib pada barang tambang : Zakat wajib pada barang tambang yaitu 2,5% jika mencapai

nishab dengan syarat merdeka dan islam, sebagaimana yang disyaratkan pada zakat. Namun, tidak ada

hitungan haul untuk untuk zakat barang tambang. Barang tambang yang wajib dizakatkan adalah emas,

dan perak saja, bukan barang tambang lainnya seperti tembaga, timah, merkuri, dan lain-lain. kecuali jika

dijadikan barang dagangan. sebab, perbedaan antara mereka dan Hanafiyah adalah dalam ukuran

kewajiban.

Adapun barang peninggalan kuno atau harta karun adalah barang timbunan jahiliyah yang berupa

emas dan perak atau lainnya. jika harta yang tertimbun diragukan, apakah jahiliyah atau bukan jahiliyah

maka dianggap jahiliyah.

Kepemilikan : Hukum kepemilikan barang peninggalan kuno berbeda dengan tanah yang

didalamnya ada barang peninggalan kuno (harta karun). Ini ada 4 macam:

Page 14: BAB II Pembahasan

16

1. Barang peninggalan kuno itu ada di pasir dan termasuk timbunan jahiliyah, maka ini untuk orang

yang menemukan.

2. Barang peninggalan kuno itu ada di tanah yang dimiliki. maka, ini milik pemilik tanah asli karna

membukanya atau mewarisinya, bukan milik orang yang menemukannya, tidak pula milik

pemiliknya karna membeli atau hibah. Namun, milik penjual asli atau pemberinya jika itu

diketahui. kalau tidak maka menjadi barang temuan.

3. Barang peninggalan kuno (harta karun) itu ada di tanah yang di bebaskan dengan paksa, maka ini

milik penemunya.

4. Barang peninggalan kuno itu ada di tanah yang di bebebaskan dengan damai, maka ini milik

penemunya.

Ini semua, selama tidak ada ciri orang-orang muslim, jika ada ciri orang-orang muslim, maka

hukumnya adalah hukum barang temuan. yang harus diumumkan. jika setahun kemudian tidak ada yang

mengakui barang tersebut. maka ia milik orang dimilikinya.

Zakatnya: Mengenai barang peninggalan kuno, wajib zakat 1/5 secara mutlak, baik itu berupa emas,

perak atau lainnya. baik ditemukan olehorang muslim maupun non-muslim. seperlima itu diberikan

seperti ghanimah untuk kemaslahatan umum. kecuali, jika eksplorasinya membutuhkan pekejaan besar

atau biaya besar, maka kewajiban zakatnya adalah 2,5% dan diberikan kepada yang berhak menerimanya.

Page 15: BAB II Pembahasan

17

c) Madzhab Syafi’iyah16.

Barang tambang adalah bukan barang peninggalan kuno. barang tambang adalah barang yang

dikeluarkan dari tempat yang diciptakan Allah. itu khusunya pada emas dan perak sebagaimana pendapat

Malikiyah.

Barang tambang wajib zakat 2,5% jika berupa emas dan perak, bukan lainnya seperti rubi,

zabarjd (aquamarine), tembaga, dan besi. karna keumuman dalil-dalil zakat seperti hadist:

قة� ربع العشر� وف�ي الرArtinya:

“Barang yang ada di tanah ada kewajiban 2,5%

Adapun barang peninggalan kuno adalah barang timbunan jahiliyah. pada barang peninggalan

kuno tersebut ada kewajiban zakat 1/5. sebagaimana yang ditetapkan oleh madzhab hanafiyah, seketika

itu juga dengan memenuhi syarat-syarat zakat, yakni islam, merdeka, mencapai nishab, barang itu berupa

emas dan perak yang dicetak dan dilebur. sebab itu adalah harta yang diambil dari tanah, maka

diperlakukan khusus sebagaimana dalam kewajiban zakat, baik besaran atau macam sperti barang

tambang. Barang tersebut tidak disyaratkan genapnya satu tahun adan diberikan kepada yang berhak

menerimanya, menurut pendapat yang masyhur. Dalil kewajiban zakat untuk barang peninggalan kuno

adalah hadist Abu hurairah yang tersebut diatas:

كاز� الخمس وف�ي الرArtinya:

“Pada barang peninggalan kuno, ada kewajian zakat 1/5”.

d) Madzhab Hanabilah17.

16 Muhammad Khatiib Assyarbaini, Mughnil Muhtaaj (Beirut:Daarul Kutubil’ilmiyyah,1994), juz I hal 394-396; Ibrahim bin ‘Ali bin Yusuf Assyairazi Abu ishaq, Al-Muhadzdzab (Beirut:Daarul Kutubil’ilmiyyah,1995), juz I hal 162.

Page 16: BAB II Pembahasan

18

Barang tambang adalah bukan barang peninggalan kuno. barang tambang adalah barang yang

diambil dari tanah yang diciptakan oleh Allah SWT. sedang barang itu bukan termasuk jenis tanah, maka

barang itu bukanla barang yang ditimbun, baik barang itu beku/padat atau cair.

Kepemilikannya: Barang-barang tambang yang beku/padat seperti emas, perak, tembaga,

dimiliki dengan kepemilikan tanah yang mana barang itu ada didalamnya. sebab itu adalah bagian dari

tanah. Barang itu seperti tanah dan batu-batuan yang menetap, berbeda dengan barang peninggalan kuno,

ia bukanlah termasuk bagian dari tanah.

Adapun barang-barang tambang yang cair seperti minyak mentah, arsenic, dan sebagainya, maka

bagaimana pun juga hukumnya mubah. hanya saja makruh memasuki milik orang lain tanpa izin.

Ciri barang tambang yang wajib zakat didalamnya, yaitu semua yang kekuar dari bumi yang

diciptakan didalamnya. jika seseorang mengeksplorasi barang-barang tambnag yang berupa emas

sebnayak 20 mitsqal, perak 200 dirham (nishab zakat) atau senilai itu berupa besi, timah, tembaga,

merkuri, Kristal, alcohol, arsenic. demikian juga barang-barng tambang yang cair seperti aspal, minyak

mentah, belerang dan lain sebagainya yang dikeluarkan dari bumi, maka didalamnya ada kewajiban zakat

secara langsung. artinya semenjak dikeluarkan. dalil mereka adalah keumuman firman Allah SWT dalam

surat Al-Baqarah ayat 267:

Artinya:

267. Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-

baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-

buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, Padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan

memincingkan mata terhadapnya. dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.

Apa yang keluar dari bumi adalah barang tambang, maka zakatnya berkaitan dengan yang keluar

dari bumi seperti emas dan perak. adapun tanah, maka tidak termasuk barang tambang. sebab itu hanya

debu. barang tambang adalah barang yang ada didalam bumi diluar jenis bumi tersebut.

17 Abdullah bin Ahmad bin Qudaamah Almaqdisii Abu Muhammad, Al-Mughnii (Beirut:Daarul Fikri, 1405), juz III hal 17-29.

Page 17: BAB II Pembahasan

19

Ukuran kewajiban dan sifatnya : Ukuran kewajiban zakat barang tambang adalah 2,5%.

sifatnya adalah zakat, sebagaimana yang diucapakan Syafi’iyah karana hadist yang diriwayatka oleh Abu

Ubaid.

�ي مع]]اد�نأ �الل بن حار�ث المزن م أقطع ب ن رسول الله� صلى الله عليه� وسلة� �ي القبل

Artinya:

“Bahwasanya Rasulullah Saw memberikan bagian kepada Bilal bin Harits al-muzani dari

barang-barang qabliyah”.

Syarat-syarat pengeluaran zakat pada barang-barang tambang.

Ada 2 hal yang disyaratkan :

1. Barang tambang itu setelah dilebur dan dibersihkan mencapai satu nishab jika berupa emas,

perak atau barang-barang tambang lainnya.

2. Hendaklah orang yang mengeksplorasi adalah orang yang berkewajiban zakat. maka kafir

dzimmi, orang kafir, orang yang berhutang dan sebagainya tidak ada kewajiban zakat atas

barang tambanag yang dieksplorasi.

2.3 Zakat Barang-Barang Dagangan.

Page 18: BAB II Pembahasan

20

Disini kita akan membahas tentang Makna Barang-barang dagangan, syarat-syarat zakat barang

dagangan, Hukum zakat perdagangan, Cara Menzakatkan Barang Perdagangan.

Berikut Penjelasannya:

a) Makna Barang-barang dagangan.

Dalam bahasa arab adalah .عروض yaitu bentuk jamak dari yang berarti عرض harta duniawi.

‘aradh yang berarti selain emas dan perak (dirham emas dan dirham perak). yaitu meliputi barang-barang,

perumahan, macam-macam hewan, tanaman, pakaian, dan sebagainya yang disiapkan untuk berdagang.

Menurut Malikiyah termasuk perhiasan yang dijadikan berdagang, perumahan yang dijadikan berdagang

oleh pemiliknya dalam bentuk jual beli, maka hukumnya adalah hukum barang dagangan dan dizakatkan

seperti zakat barang dagangan. adapun perumahan yang dihuni oleh pemiliknya atau tempat kerjanya

seperti tempat dagang dan tempat industri, maka tidak ada kewajiban zakat didalamnya.

b) Syarat-Syarat Zakat Barang Dagangan.

Para Fuqaha mengenai kewajiban zakat barang dagangan menyaratkan beberapa syarat. 4 milik

Hanafiyah, 5 milik Malikiyah, 6 milik Syafi’iyah, dan 2 syarat saja milik Hanabilah18. Diantara syarat-

syarat itu ada 3 syarat yang disepakati oleh mereka, yaitu mencapai nishab, genap satu tahun, niat

berdagang. Diantara syarat-syarat itu ada syarat-syarat tambahan dibeberapa madzhab, yaitu hal-hal

sebagai berikut:

1. Mencapai nishab

2. Genapnya satu tahun

3. Niat berdagang ketika membeli.Penjelasan: Hendaklah pemilik barang-barang itu berniat

untuk berdagang pada waktu membeli. Adapun jika niat itu ada setelah memiliki, maka harus

ada penyertaan aktifitas berdagang dengan niat. menurut Hanafiyah disyaratkan juga barang

yang dijadikan berdagang ini sesuai dengan niat berdagang. dan menurut Syafi’iyah hendaklah

pemilik barang meniatkan barnag itu untuk berdagang pada waktu transaksi ditempat akad atau di majelis akad, jika tidak meniatkan untuk ini, maka tidak ada kewajiban zakat didalamnya.

18 Ustman bin ‘Ali Azzil’il Hanafi, Tabyiinul Haqaa’iq (Kairo:Daarul kutubil islami,1313), juz I hal 280;Muhammad bin abdul wahid assiwaasii, Fathul Qadhir (Beirut:Daarul Kutubil’ilmiyyah,2003),juz I hal 526-528;Abu Hasan Ahmad bin Muhammad bin Ahmad Addhobii,Al-lubaab (Madinatul Munawwarah:Daarul Bukhaari, 1416) , juz I hal 150;Ibnu Ruyd, Bidayatul Mujtahid Wa nihayatul Muqtasid (Mesir:Musthafal baabiyyul halbiyuu,1975), juz I hal 260-264;Muhammad Khatiib Assyarbaini, Mughnil Muhtaaj (Beirut:Daarul Kutubil’ilmiyyah,1994), juz I hal 397-400; Ibrahim bin ‘Ali bin Yusuf Assyairazi Abu ishaq, Al-Muhadzdzab (Beirut:Daarul Kutubil’ilmiyyah,1995), juz I hal 159-161;Mansyur bin yunus bin idris Al Buhutii, Kasysyaaful Qinaa’ (Beirut:Daarul Fikri,1402), juz II hal 280;Abdullah bin Ahmad bin Qudaamah Almaqdisii Abu Muhammad, Al-Mughnii (Beirut:Daarul Fikri, 1405), juz III hal 29-36.

Page 19: BAB II Pembahasan

21

4. Kepemilikan barang-barang dagangan dengan transaksi. Penjelasan: Mayoritas Ulama

selain Hanafiyah mensyaratkan hendaklah barang-barang itu dimiliki dengan cara transaksi

seperti membeli,sewa dan mahar. jika barang itu dimiliki dengan cara selain trasnsaksi seperti

warisan, khulu’, hibah, wasiat atau sedekah misalnya maka tidak ada zakat didalamnya sampai

mereka mengelolanya dengan niat berdagang.

5. Hendaklah harta itu tidak dimaksudkan untuk memiliki (hanya memanfaatkannya bukan

untuk diperdagangkan). ini adalah syarat yang disebutkan oleh Syafi’iyah, Hanabilah,

Malikiyah. jika dia bermaksud seperti itu, maka terputuslah haulnya. jika dia berkeinginan

berdagang setelah itu, maka dia perlu memperbaharui niat berdagang.

6. Hendaklah seluruh harta dagang ½ haulnya uang sementara ia kurang dari satu nishab.

ini adalah syarat lain menurut Syafi’iyah. jika semua harta menjadi uang sementara ia kurang

dari nishab, maka haulnya terputus, dan tidak ada yang menyaratkan selain Syafi’iyah syarat

ini.

7. Hendaklah zakat tidak terkait dengan barang dagangan. ini adalah syarat menurut

Malikiyah. jika zakat tergantung dengan barang itu seperti perhiasan, emas atau perak, binatang

ternak, ladang, maka wajib zakat telah mencapai satu nishab seperti zakat emas dan perak,

binatang ternak dan ladang, jika zakat tidak berkaitan dengan harta itu, maka wajib zakat

perdagangan.

Kesimpulan:

Page 20: BAB II Pembahasan

22

Hanabilah mensyaratkan kewajiban zakat pada barang-barang dagangan ada 2 syarat19:

1. Hendaklah barang itu dimiliki oleh pemiliknya dengan perbuatannya sendiri seperti

membeli.

2. Hendaklah pemiliknya meniati berdagang pada waktu memilikinya.

Hanafiyah mensyaratkan 4 syarat:

1. Tercapainya nishab

2. Genap satu haul

3. Niat berdagang yang disertai dengan aktifitas berdagang secara riil, sebab niat saja tidak

mencukupi

4. Hendaklah barang-barang itu pantas untuk niat berdagang

Malikiyah mensyaratkan 5 syarat:

1. Hendaklah zakat tidak terkait dengan barang itu seperti pakaian dan kitab-kitab

2. Hendaklah barang itu dimiliki dengan cara barter seperti membeli, bukan dengan cara

warisan, hibah dan sebagainya.

3. Hendaklah barang itu diniatkan berdagang pada waktu membeli

4. Hendaklah nilai beli yang digunakan untuk membeli barang itu dimiliki dengan transaksi

uang, artinya dengan membeli, bukan dengan semacam warisan atau hibah.

5. Hendaklah orang yang menimbun itu menjual barang itu satu nishab atau lebih, atau dengan

apapun, meskipun satu dirham jika dia termasuk orang yang memutar hartanya.

Syafi’iyah mensyaratkan 6 syarat:

19 Realitanya, kedua syarat yang disebutkan dalam kitab Al-fiqh ‘alal Mahdzaahib al-‘Arba’ah (1/490) dinukil dari al-Mughni (III/31); Kasysyaaful Qinaa’ (II/280). Keduanya ada syarat agar menjadi barang dagangan. Juga diakui oleh syafi’iyah dalam kitab al-Muhadzdzab (I/159). Adapun syarat-syarat lain seperti tercapainya nishab, genapnya haul , maka diakui oleh Hanabilah sama seperti Syafi’iyah (lihat al-Mughnii III/30-36)

Page 21: BAB II Pembahasan

23

1. Hendaklah barang dagangan itu dimiliki dengan cara transaksi seperti membeli bukan

dengan warisan atau lainnya.

2. Hendaklah barang itu diniatkan berdagang pada saat akad transaksi atau di majelis akad,

kalau tidak, maka membutuhkan pembaharuan niat berdagang.

3. Hendaklah harta itu tidak diniatkan untuk dimanfaatkan saja.

4. Berlalu satu tahun semenjak memiliki barang-barang tersebut, artinya semenjak membeli

5. Hendaklah semua barang dagangan itu tidak menjadi uang dan kurang dari satu nishab.

Syafi’iyah mengungkapakan dengan ucapan “Hendaklah harta itu tidakdiuangkan. menurut

pendapat yang jelas. Artinya semuanya menjadi uang resmi dengan cara dijual atau dirusak

oleh orang yang melampaui batas.

6. Hendaklah nilai barang diakhir haul mencapai nishab.

c) Hukum Zakat Perdagangan.

Page 22: BAB II Pembahasan

24

Sebagian besar ulama baik dari sahabat dan tabi’in begitupun para fuqaha dibelakang mereka

berpendapat tentang wajibnya zakat pada barang perniagaan atau perdagangan20. berdasarkan apa yang

diriwayatkan oleh Abu Daud dan Baihaqi dari Samurah bin jundub:

م كان يأمرنا أن نخر�ج الصدقة م�ن �ي صلى الله عليه� وسل ب �ن الن أما بعد: فإ�لبيع� ذ�ي نع�ده ل ال

Artinya:

“Adapun setelahnya”: Sesungguhnya Nabi Muhammad Saw menyuruh kami zakat dari barang-

barang yang kami sediakan untuk perdaganagan.

Dan diriwayatkan oleh Daruquthni dan Baihaqi dari Abu Dzar, bahwa Nabi Muhammad Saw

Bersabda:

� صدقتها,وف�ي البقر� صدقتها,وف�ي البز صدقتها �ل� صدقتها,وف�ي الغنم �ب ف�ي اإلArtinya:

“Wajib zakat pada unta, kambing, sapi, dan barang-barang rumah tangga”.

Mengenai qiyas yang menjadi pegangan jumhur ialah bahwa barang yang disediakan buat

perdagangan atau perniagaan itu merupakan harta yang dimaksudkan supaya berkembang. maka ia serupa

dengan ketiga jenis yang disepakati wajib zakatnya yakni tanaman, ternak dan emas-perak.

d) Cara Menzakatkan Barang Perdagangan.20Sayyid Sabbiq, Fiqih Sunnah (Bandung:PT.Alma’rif, 2001), juz III hal 38.

Page 23: BAB II Pembahasan

25

Barang siapa yang memiki barang-barang perdagangan atau perniagaan yang banyaknya cukup

satu nishab serta telah berjalan dalam masa satu tahun, hendaklah ia menaksir harganya pada akhir tahun

itu lalu mengeluarkan zakat yaitu 1/40 dari harga tersebut. Demikianlah harus dilakukan oleh saudagar itu

terhadap perdagangannya setiap tahun. dan tidak dihitung satu tahun, bila jumlah yang dimiliki tidak

cukup satu nishab.

Jadi, jika seorang saudagar memiliki barang dagangan yang nilainya tidak cukup satu nishab,

kemudian masa berlalu dan barang tetap seperti demikian, lalu nilainya bertambah disebabkan

berkembang atau harganya naik hingga sampai satu nishab, atau dapat dijualnya barang itu dengan harga

senishab, atau sementara itu ia peroleh barang lain atau uang hingga dengan itu tercapai nishab, maka

perhitungan tahun dimulai dari saat itu, bukan dari waktu yang telah berlalu. ini adalah pendapat

Tsauri,Ahnaf, Syafi’i, Ishaq, Abu Ubaid, Abu Tsur dan Ibnul Mundzir.

Harta perniagaan atau perdagangan yang bergerak di bidang perdagangan, industri, agroindustri

ataupun jasa dikelola secara individu maupun badan usaha (seperti: PT, CV, Yayasan, Koperasi, Dll)

Nishabnya adalah 20 Dinar (setara dengan 85 gram emas murni). Artinya jika suatu badan usaha pada

akhir tahun (tutup buku) memiliki kekayaan (modal kerja dan untung) lebih besar atau setara dengan 85

gram emas (jika pergram Rp25.000,- =Rp 2.125.000,-), maka ia wajib mengeluarkan zakat 2,5%.

Pada badan usaha yang berbentuk syirkah (kerja sama), maka jika semua anggota syirkah

beragama islam, zakat dikeluarkan lebih dahulu sebelum dibagikan ke pihak-pihak yang bersyirkah. tetapi

jika anggota syirkah terdapat orang non-muslim, maka zakatnya hanya dikeluarkan dari anggota syirkah

muslim saja (apabila jumlahnya lebih dari nishab).

Cara Menghitung:

Kekayaan yang dimiliki badan usaha tidak akan lepas dari salah satu atau lebih 3 bentuk dibawah

ini:

1. Kekayaan dalam bentuk barang

2. Uang tunai

3. Piutang

Maka yang dimaksud dengan harta perdagangan atau perniagaan yang wajib dizakati adalah yang

harus dibayar (jatuh tempo) dan pajak.

Contoh:

Page 24: BAB II Pembahasan

26

Sebuah perusahaan mebel pada tutup buku per januari tahun 1995 dengan keadaan sbb:

1. Mebel belum terjual 5 set

2. Uang Tunai

3. Piutang

Rp. 10.000.000

Rp. 15.000.000

Rp. 2.000.000

Jumlah Rp. 27.000.000

Hutang dan Pajak Rp. 7.000.000

Saldo Rp. 20.000.000

Besar Zakat = 2,5% X Rp. 20.000.000,- = Rp. 5.000.000,-

Pada harta perniagaan atau perdagangan, modal investasi yang berupa tanah dan banguan atau

lemari, eltalase pada took, dll. tidak termasuk harta yang wajib dizakati sebab termasuk dalam kategori

barang tetap (tidak berkembang).

Usaha yang bergerak di bidang saja, seperti Perhotelan, penyewaan apartemen, taksi, rental mobil,

bus/truk, kapal laut, pesawat udara, dll, kemudian dikeluarkan zakatnya dapat dipilih diantara 2 cara:

1. Pada perhitungan akhir tahun (tutup buku), seluruh harta kekayaan perusahaan dihitung.

termasuk barang (harta) penghasil jasa, seperti hotel, taksi, kapal, dll. kemudian dikeluarkan

zakatnya 2,5%

2. Pada perhitungan akhir tahun (tutup buku), hanya dihitung dari hasil bersih yang diperoleh

usaha tersebut selama satu tahun, kemudian zakatnya dikeluarkan 10%. Hal ini diqiyaskan pada

hasil pertaniannya, tidak dihitung harga tanahnya.

2.4 Zakat Tanaman dan Buah-Buahan.

Page 25: BAB II Pembahasan

27

Dalam pembahasan ini mencakup tentang hukum zakat tanaman dan buah-buahan, syarat-syaratnya,

nishab zakat tanaman dan buah-buahan, besaran wajib zakat dan sifatnya, pengeluaran zakat tanaman dan

buah. berikut penjelasanya:

a) Hukum Zakat Tanaman dan Buah-Buahan.

Zakat tanaman dan buah-buahan hukumnya wajib, Dalilnya terdapat didalam Al-qur’an, dan

Hadist.

Dalil Al-qur’an adalah firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 267:

Artinya:

267. Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-

baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-

buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, Padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan

memincingkan mata terhadapnya. dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.

Dalil Hadist adalah Sabda Rasululullah Saw:

ف �ص]] ح� ن ض]] �الن ماء والعيون أوكان ع-ثر�يا العشر,وف�يماسق�ي ب ف�يماسقت� الس.21العشر�

Artinya:

“Tanaman yang disiram oleh langit dan mata air atau yang menyerap dari air dekatnya, maka

didalamnya ada kewajiban zakat 1/10. Tanaman yang disiram dengan menyiraminya, maka

didalamnya ada zakat 1/20”.

Juga Sabda Rasululullah Saw:

�صف العشور�. �ية� ن ان �االس ف�يماسقت� األنهار والغيم العشور وف�يما سق�ي بArtinya:

“Tanaman yang disiram oleh sungai dan awan, maka ada kewajiban zakat 1/10, sedangkan

tanaman tadah hujan didalamnya terdapat zakat 1/20”.

b) Syarat-Syarat Zakat Tanaman dan Buah-Buahan.

21HR Jama’ah kecuali Muslim dari Ibnu Umar (lihat Nailul Authaar IV/201)

Page 26: BAB II Pembahasan

28

Ada beberapa Syarat umum untuk setiap zakat yaitu baligh dan berakal, maka tidak wajib zakat

menurut Hanafiyah pada harta anak kecil dan orang gila serta orang kafir sebab didalamnya ada makna

ibadah, sementara anak kecil, orang gila tidak termasuk orang yang mendapatkan beban ibadah.

Syarat-syarat umum itu ditambahi dengan syarat-syarat khusus yang diperinci dalam madzhab-

madzhab fiqih.

Menurut Hanafiyah sebagai tambahan syarat-syarat umum diatas ditambahkan hal-hal berikut:

1. Hendaklah tanah itu termasuk tanah usyuriyyah. oleh karna itu, tidak wajib zakat pada tanah

kharrajiyah, sebab tanah usyur dikenakan 1/10 sedangkan kharraj dikenakan pajak, hal ini tidak

bisa digabungkan dalam satu tanah menurut mereka.

2. Adanya sesuatu yang keluar. kalau tanah tidak mengeluarkan apa-apa, mak tidak wajib 1/10,

sebab kewajiban adalah adanya bagian dari sesuatu yang keluar.

3. Hendaklah sesuatu yang keluar itu adalah termasuk hal untuk penanamannya dimaksudkan

untuk pertumbuhan tanah, pengembangannya serta pengeksploitasinya. oleh karna itu, zakatnya

tidak wajib pada ganja dan sebagainya, sebab, tanah tidak tumbuh dengan menanam hal itu, tapi

jusrtu akan merusaknya.

Menurut Imam Abu Hanifah “Tidak disyaratkan nishab demi kewajiban zakat 1/10, oleh karna

itu, zakat 1/10 wajib pada sesuatu yang keluar dari tanah yang baik, banyak maupun sedikit.

Malikiyah mensyaaratkan 2 syarat:

1. Hendaklah hasil tanaman adalah biji dan buah-buahan (kurma dan zaitun). Tidak ada kewajiban

zakat untuk buah-buahan lain seperti apel dan delima dan tidak pula sayur-sayuran dan kacang-

kacangan.

2. Hendaklah hasil tanah itu mencapai satu nishab yaitu lima wasaq (653 kg). satu wasaq adalah

enam puluh shaq. satu shaq adalah empat mud nabi Muhammad Saw. yaitu dua belas qinthar

Andalus.

Syafi’iyah mensyaratkan 3 syarat22:

22 Ibrahim bin ‘Ali bin Yusuf Assyairazi Abu ishaq, Al-Muhadzdzab (Beirut:Daarul Kutubil’ilmiyyah,1995), juz I hal 156;Muhammad Khatiib Assyarbaini, Mughnil Muhtaaj (Beirut:Daarul Kutubil’ilmiyyah,1994), juz I hal 156.

Page 27: BAB II Pembahasan

29

1. Hendaklah hasil yang dikeluarkan oleh tanah adalah termasuk bahan pokok makanan, disimpan

dan ditumbuhkan oleh manusia.

2. Hendaklah hasilnya mencapai satu nishab penuh yaitu 5 wasaq atau setara dengan 653 kg.

3. Hendaklah hasil itu dimiliki oleh pemilik tertentu. oleh karna itu, tidak ada kewajiban zakat pada

barang yang diwakafkan kepada masjid menurut pendapat shahih.sebab, tidak ada pemilik

tertentu.

Hanabilah mensyaratkan 3 syarat23:

1. Hendaklah hasil tanah tersebut bisa disimpan dan dikembangkan hasilnya.

2. Hendaklah hasil tanah mencapai satu nishab.

3. Hendaklah barang satu nishab itu dimiliki oleh orang merdeka dan muslim.

c) Nishab Zakat Tanaman dan Buah-buahan.

23 Abdullah bin Ahmad bin Qudaamah Almaqdisii Abu Muhammad, Al-Mughnii (Beirut:Daarul Fikri, 1405), juz II hal 690-695; Mansyur bin yunus bin idris Al Buhutii, Kasysyaaful Qinaa’ (Beirut:Daarul Fikri,1402), juz II hal 239-242.

Page 28: BAB II Pembahasan

30

Imam Abu Hanifah mengatakan24 nishab bukanlah syarat akan kewajiban 1/10. maka, zakat 1/10

wajib untuk tanaman yang disiram tanpa menggunakan alat melainkan disiram dari air hujan maka

zakatnya wajib 1/10 baik tanaman hasilnya sedikit maupun banyak, hal ini karna dalil keumuman firman

Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 267 :

Artinya:

267. Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-

baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang

buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, Padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya

melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha

Terpuji.

Juga sabda Nabi Muhammad Saw:

�صف العشر�. �ية فف�يه� ن �غرب أودال ماء فف�يه� العشر وماسق�ي ب ماسقته السArtinya:

“Apa yang disiram oleh langit maka zakatnya 1/10 (10%). apa yang disiram dengan gayung atau

timba, maka zakatnya 1/20 (5%).”

Dua murid Abu hanifah dan mayoritas fuqaha mengatakan nishab adalah syarat, maka tidak wajib

zakat pada sesuatu dari tanaman dan buahan hingga sampai 5 wasaq yaitu 632 kg, karna sabda Nabi

Muhammad Saw:

مر� صدقة-. ليس ف�يما دون خمسة� أوسق م�ن التArtinya:

“Untuk yang kurang dari 5 wasaq, tidak ada kewajiban sedeka”.25

d) Ukuran Kewajiban Zakat dan Jenisnya.

24Muhammad bin’Abdul Wahid Assiwaasii, Fathul Qadiir (Beirut:Daarul Kutubil’ilmiyyah,2003), juz II hal 2.25HR Jama’ah dari Abu Sa’id al-Khudri (lihat Nailul Authar IV/141)

Page 29: BAB II Pembahasan

31

Para fuqaha sepakat26 bahwa 1/10 wajib dizakatkan pada jenis tanaman dan buah-buahan yang

disiram tanpa biaya (tanpa menggunakan alat) yaitu dengan air hujan.

Dan 1/20 wajib dizakatkan pada tanaman dan buah-buahan yang disiram dengan menggunakan

biaya, alat dan sebagainya. Dalilnya adalah sabda Rasulullah Saw:

ف �ص]] ح� ن ض]] �الن ماء والعيون أوكان عثر�يا العشر,وف�يماسق�ي ب ف�يماسقت� السالعشر�.

Artinya:

“Tanaman yang disiram dari langit dan mata air yang menyerap didekatnya, ada kewajban

zakat 1/10. Tanaman yang disiram dengan menyiraminya, maka ada kewajiban zakat 1/20”.

e) Pengeluaran Zakat Tanaman dan Buah-buahan.

Nishab hasil hasil pertanian adalah 5 wasaq atau setara dengan 632 kg. Apabila hasil pertanian

dari makanan pokok. seperti jagung, beras, gandum, dll. maka nishabnya adalah 632 kg dari hasil

pertanian tersebut.

Tetapi, jika hasil pertanian itu selain makanan pokok seperti buah-buahan, sayur-sayuran, dll

maka nishabnya tidak disetarakan dengan harga nishab dari makanan pokok yang paling umum di

daerah (negri) tersebut. (di negri kita beras).

Kadar zakat untuk hasil pertanian, apabila diairi dengan air hujan, sungai, atau mata air. maka

zakatnya 10%. apabila diari dengan dengan cara disiram/irigasi (ada biaya tambahan) maka

zakatnya 5%.

Dari ketentuan ini dapat dipahami bahwa pada tanaman yang disirami zakatnya 5%. artinya 5%

yang lainnya didistribusikan untuk biaya pengairan. Imam Az-zarqoni bahwa apabila pengolahan

lahan pertanian diari dengan air hujan, sungai, dan disirami dengan irigasi. maka perbandingan

50:50, maka kadar zakatnya 7,5% (3/4 dari 1/10).

Pada system pertanian saat ini, biaya tidak sekedar air, akan tetapi ada biaya lain, seperti pupuk

dan insektisida, dll. maka untuk mempermudah perhitungan zakatnya, biaya pupuk, insektisida

dan sebagainya diambil dari hasil panen, kemudian sisanya (apabila lebih dari nishab) dikeluarkan

zakatnya 10 atau 5% (tergantung system pengairannya).

26 Muhammad Khatiib Assyarbaini, Mughnil Muhtaaj (Beirut:Daarul Kutubil’ilmiyyah,1994), juz I hal 685;Abdullah bin Ahmad bin Qudaamah Almaqdisii Abu Muhammad, Al-Mughnii (Beirut:Daarul Fikri,1405), juz II hal 698-702; Mansyur bin yunus bin idris Al Buhutii, Kasysyaaful Qinaa’ (Beirut:Daarul Fikri,1402), juz II hal 242.

Page 30: BAB II Pembahasan

32

2.5 Zakat Hewan atau Binatang Ternak.

Dalam Pembahasan ini mencakup pembahasan tentang : Syarat-syarat wajib zakat hewan, macam-

macam hewan yang wajib dizakatkan dan nishab masing-masing, hukum auqash, zakat hewan selain

binatang ternak, dan zakat anak hewan. berikut penjelasannaya:

a) Syarat-syarat wajib zakat hewan.

Para fuqaha mengenai zakat hewan mensyaratkan akan hal27:

1. Hendaklah hewan-hewan itu berupa unta, sapi, dan kambing jinak, tidak buas. dan hewan

tersebut merupakan hewan yang digembalakan, artinya makan rumput yang tidak terlarang

dalam sebagian besar masa setahun.

2. Hendaklah hewan-hewan itu mencapai mencapai nishab.

3. Hendaklah genap satu haul dalam kepemilikan pemiliknya, yakni kepemilikannya itu telah

berlalu satu tahun penuh semenjak awal kepemilikannya.

4. Hendaklah kepemilikan hewan tersebut masih berlangsung sepanjang tahun, jika tidak

berlangsung satu tahun dalam kepemilikannya maka tidak wajib zakat. karna sabda Rasululla

Saw :

ى يحول عليه� الحول. الزكاة ف�ي مال حتArtinya:

“Tidak ada kewajiban zakat pada harta, sampai genap satu tahun”28.

5. Hendaklah keadaan hewan itu dilepas, Artinya gembala lepas di sebagian besar haul, bukan

hewan yang diberi makan, tidak pula hewan yang bekerja diladang dan sebagainya. ini adalah

syarat menurtu mayoritas ulama selain malikiyah, karna sabda Rasulullah Saw:

�نت لبون. �ل ف�ي أربع�ين ب �ب �مة� إ 29ف�ي كل سائ

Artinya:

“Untuk setiap unta yang dilepas, pada setiap empat puluh ada kewajiban zakat satu binti labun

(anak unta umur dua tahun).”

b) Macam-Macam Hewan Yang Wajib Dizakatkan dan Nishab masing-masing.

27 Muhammad Khatiib Assyarbaini, Mughnil Muhtaaj (Beirut:Daarul Kutubil’ilmiyyah,1994), juz I hal 369;Abdullah bin Ahmad bin Qudaamah Almaqdisii Abu Muhammad, Al-Mughnii (Beirut:Daarul Fikri, 1405), juz II hal 595.

28HR Abu Dawud, menurut riwayat at-Tirmidzi dari Ibnu Umar:ى يحول عليه� الحول. من� استفاد ماال فال زكاة حت

“Siapa yang memperoleh harta, maka tidak ada kewajiban zakat hingga genap satu haul”. (lihat Subulus Salaam II/129).

29 HR. Abu Dawud dan lainnya. Al-Hakim mengatakan : Hadist ini shahih sanadnya. Perawinya, Bahz bin Hakim dari ayahnya (lihat Subulus Salaam II/126).

Page 31: BAB II Pembahasan

33

Hewan yang wajib dizakatkan adalah :

1. Unta.

2. Sapi.

3. Kambing.

1. Zakat Unta

Para Ulama sepakat bahwa pada 5 ekor unta ada kewajiban zakat seekor kambing betina, pada

10 ekor unta ada kewajiban zakat 2 ekor kambing betina, pada 15 ekor unta ada kewajiban 3 ekor

kambing betina, pada 20 ekor unta ada kewajiban 4 ekor kambing betina.

Jika banyak unta 25-35 ekor maka ada kewajiban zakat didalamnya 1 anak ekor unta betina

yang berumur 1-2 tahun atau 1 ekor anak unta jantan yang berumur 2-3 tahun.

Jika banyak unta 36-45 ekor maka ada kewajiban zakat didalamnya 1 ekor unta betina yang

berumur 2-3 tahun.

Jika banyak unta 46-60 ekor maka ada kewajiban zakat didalamnya 1 ekor unta betina yang

berumur 3-4 tahun.

Jika banyak unta 61-75 ekor maka ada kewajiban zakat didalamnya 1 ekor unta betina yang

berumur 4-5 tahun.

Jika banyak unta 76-90 ekor maka ada kewajiban zakat didalamnya 2 ekor unta betina yang

berumur 2-3 tahun.

Jika banyak unta 91-120 ekor maka ada kewajiban zakat didalamnya 2 ekor unta betina yang

berumur 3-4 tahun.

Jika jumlahnya lebih, maka setiap 40 ekor zakatnya 1 ekor anak unta betina berumur 2-3 tahun,

dan setiap 50 ekor, maka zakatnya 1 ekor unta betina yang berumur 3-4 tahun. Menurut riwayat ad-

Daruquthni :

]]ل ]]ون,وف�ي ك �نت لب ]]ل أربع�ين ب �ذا زدات وح�]]دة- فف�ي ك �لى ع�شر�ين وم�ئة,فإ إين ح�قة-. خمس�

Artinya:

“Sampai seratus dua puluh, maka jika lebih seekor maka setiap empat puluh ekor unta ada

kewajiban seekor unta binti labun, dan setiap lima puluh ekor ada kewajiban seekor unta

hiqqah”.

Page 32: BAB II Pembahasan

34

2. Zakat Sapi.

Kefardhuan zakat sapi sebagaimana yang telah disebutkan, hal ini karna dalil hadist, adapun

hadist diantaranya adalah hadist mu’adz:

]]ل �لى اليمن� وأم]]ره أن يأخ]]ذ م�ن ك ]]ه إ م بعث ل �ي صلى الله عليه� وس]] ب أن النا. ة أو عدله معاف�ر�ي ن �يعة وم�ن كل أربع�ين مس� �يعا أوتب �ن بقرة تب ثالثي

Artinya:

“Bahwasanya Nabi Muhammad Saw. mengutus muadz ke yaman. beliau memerintahkannya

agar mengambil seekor tabi’ah (jantan atau betina) untuk setiap tiga puluh ekor , dan seekor

musinnah untuk setiap empat puluh ekor sapi. atau menggantinya dengan baju ma’afiri”30.

Tabi’ah adalah sapi yang berumur satu tahun baik yang jantan maupun betina. Musinnah adalah

sapi yang berumur dua tahun. Ma’afir adalah pakaian, dinisbatkan pada kampong di yaman dimana

pakaian ini dinisbatkannya.

Adapun sapi, tidak wajib zakat sebelum cukup 30 ekor dalam keadaan digembalakan. maka jika

sudah cukup 30 ekor dalam keadaan digembalakan itu dan berlangsung selama satu tahun, dikeluarkan 1

ekor sapi jantan atau betina yang berumur 1 tahun. dan tidak perlu ditambah dari tersebut, hingga

banyaknya mencapai 40 ekor. jika telah cukup 40 ekor, maka dizakatkan seekor sapi betina yang berumur

2 tahun. dan tidak ada tambahan lain hingga banyaknya mencapai 60 ekor.

Jika telah cukup 60 ekor sapi, maka zakatnya ialah 2 ekor sapi berumur satu tahun.

Jika 70 ekor sapi, maka zakatnya ialah 1 ekor sapi betina umur 2 tahun dan 1 ekor sapi umur 1

tahun.

Jika 80 ekor sapi, maka zakatnya 2 ekor sapi betina umur 2 tahun, sedangkan jika 90 ekor sapi,

maka zakatnya ialah 3 ekor sapi berumur 1 tahun.

Jika 100 ekor sapi, maka zakatnya 1 ekor sapi betina umur 2 tahun, serta 2 ekor sapi umur 1

tahun.

Jika 110 ekor sapi, maka zakatnya 2 ekor sapi betina umur 2 tahun, dan 1 ekor sapi

umur 1 tahun.

Jika 120 ekor sapi, maka zakatnya 3 ekor sapi betina umur 2 tahun, atau 4 ekor sapi

umur 1 tahun.

Demikian seterusnya jika banyaknya bertambah, maka setiap 30 ekor ialah 1 ekor sapi berumur

1 tahun dan setiap 40 ekor ialah 1 ekor sapi betina berumur 2 tahun.

30HR Lima orang rawi. Redaksi hadist oleh Ahmad.

Page 33: BAB II Pembahasan

35

3. Zakat Kambing.

Zakat kambing hukumnya wajib, karna ada dalil hadist, Adapun dalil hadistnya adalah hadist

Anas dalam surat Abu Bakar disebutkan didalamnya:

اة- ر�ين وم�ائة ش]] �لى ع�ش]] ]]انت أربع�ين إ �ذاك �ها إ �مت ائ � ف�ي س]] دقة� الغنم وف�ي ص]]�ذا زادت على ,ف]]إ اتان� �لى م�]]ائتين� فف�يه]]ا ش]] ر�ين وم�ائة إ �لى ع�ش]] �ذا زادت إ فإ�ذا زادت على ثالث� م�ائة فف�ي ياه,ف]]إ �لى ثالث م�ائة فف�يه]]ا ثالث ش]]� م�]]ائتين� إ

كل م�ائة شاة-.Artinya:

“Untuk sedekah kambing yang dilepas, jika berjumlah 40-120 kambing maka zakatnya seekor

kambing. jika lebih dari 100-200 didalamnya ada zakat 2 ekor kambing. jika lebih dari 200-300 maka

didalamnya ada kewajiban zakat 3 ekor kambing. jika lebih dari 300 ratus maka setiap seratus zakatnya

seekor kambing”.

Tidak wajib zakat pada kambing hingga banyaknya sampai 40 ekor. maka jika jumlahnya 40-

120 dan cukup digembalakan dalam masa 1 tahun, maka zakatnya adalah 1 ekor kambing betina. dan jika

jumlah kambing 121-200 ekor maka zakatnya adalah 2 ekor kambing betina, dan jika jumlah kambing

200-300 ekor maka zakatnya adala 3 ekor kambing betina. Selanjutnya, jika lebih dari 300 ekor, maka

setiap 100 ekor, dikeluarkan zakatnya 1 ekor kambing betina. dari domba dikeluarkan yang berumur 1

tahun, sedangkan dari kambing yang berumur 2 tahun.

c) Hukum Auqash.

Page 34: BAB II Pembahasan

36

Auqash adalah jamak dari Waqash, maksudnya ialah jumlah yang terdapat diantara dua

fardhu yang tidak disebutkan oleh Rasulullah berapa Zakatnya. Menurut kesepakatan ulama, ia

dima’afkan, tidak wajib padanya zakat31.

Telah diterima Sabda Nabi Saw mengenai zakat unta: “jika banyaknya sampai 25 ekor,

maka zakatnya 1 ekor anak unta betina umur 1-2 tahun, dan jika sampai 36-45 ekor, maka zakatnya 1

ekor anak unta betina umur 2-3 tahun”.

Demikian pula mengenai zakat sapi, beliau bersabda: “jika sampai 30 ekor, maka zakatnya 1

ekor anak sapi yang berumur 1 tahun, baik jantan maupun betina. sedangkan jika banyaknya 40 ekor,

maka zakatnya 1 ekor sapi betina umur 2 tahun”.

Dan mengenai zakat kambing beliau berpesan: “kambing yang digembalakan, jika

banyaknya 40-120 ekor, maka zakatnya ialah 1 ekor anak kambing betina”.

Maka jumlah unta yang terdapat diantara 25-36 ekor disebut waqash, tidak ada wajib

padanya zakat. begitupun jumlah sapi diantara 30-40 ekor dan demikian pula halnya dengan kambing.

d) Zakat Hewan bukan Hewan Ternak.

Tidak wajib zakat pada hewan yang tidak termasuk hewan ternak ,unta) (األنعام) sapi,

kerbau, kambing, dan domba). maka tidak wajib zakat pada kuda, bighol,keledai, kecuali jika untuk

diperdagangkan. Diterima dari Ali R.a, Bahwa Rasulullah Saw bersabda:

دقة ف�يه�م]]ا. رواه أحم]]د, وأب]]وه ,والص]] ]]ق� ق�ي ]]ل� والر ق]]د عف]]وتلكم عن� الخيداودبسند جيد.

Artinya:

“Telah saya ma’afkan bagimu mengenai kuda dan hamba sahaya, dan tidak wajib zakat pada

keduanya”.

e) Zakat Anak-Anak Hewan.31Sayyid Sabbiq, Fiqih Sunnah (Bandung:PT.Alma’rif, 2001), juz III hal 66.

Page 35: BAB II Pembahasan

37

Bila seseorang memiliki satu nishab unta, sapi atau kambing, kemudian beranak

dipertengahan tahun. wajiblah mengeluarkan zakat dari keseluruhannya, yaitu disaat yang besar cukup 1

tahun lamanya32. Para imam empat bersepakat33 bahwa hasil atau anak binatang ternak mengikuti induk

dalam hitungan haul. maka, setiap dihasilkan atau lahir dari induk dan telah disapih sebelum genap haul

nishab induknya meskipun sebentar, tetap dizakatkan berdasarkan haul induknya. Hal ini didasarkan

ucapan Umar r.a kepada pengumpul zakatnya : “Lewatlah anak hewan sebagai kewajiban mereka dimana

pengembalanya membawanya di depanya. dan janganlah kamu ambil dari mereka”. juga karna haulnya

hanya disyaratkan karna kesempurnaan pertumbuhan yang terjadi. Hasil (anak hewan) adalah

pertumbuhan dalam diri induk, oleh karna itu harus digabungkan dalam haul sebagaimana harta-harta

perdaganagan lainnya.

Berdasarkan hal ini, jika seseorang memiliki 120 kambing lalu salah satu dari kambing-

kambing itu melahirkan anak kambing sebelum genap haul, sementara induk masih ada, maka harus zakat

2 ekor kambing.

BAB III32Ibid, hal 69.33 Abdullah bin Ahmad bin Qudaamah Almaqdisii Abu Muhammad, Al-Mughnii (Beirut:Daarul Fikri, 1405), juz II

hal 605;Abu Hasan Ahmad bin Muhammad bin Ahmad Addhobii,Al-lubaab (Madinatul Munawwarah:Daarul Bukhaari, 1416) , juz I hal 143;Muhammad Khatiib Assyarbaini, Mughnil Muhtaaj (Beirut:Daarul Kutubil’ilmiyyah,1994), juz I hal 374;Mansyur bin yunus bin idris Al Buhutii, Kasysyaaful Qinaa’ (Beirut:Daarul Fikri,1402), juz II hal 224.

Page 36: BAB II Pembahasan

38

PENUTUP

A. Kesimpulan.

Zakat Wajib Hukumnya pada 5 macam harta: 1. Uang

2. Barang tambang dan perniagaan

3. Barang Dagangan

4. Hasil Tanaman dan Buah-buahan

5. Hasil Binatang Ternak.

Para ulama fiqih sepakat bahwa hukum zakat pada logam seperti emas dan perak hukum wajib,

karna dalil-dalilnya terdapat dalam Al-qur’an, Hadist, Ijma’ ulama mengenai kewajiban zakat

secara mutlak.

Ukuran wajib zakat untuk emas dan perak adalah 2,5%, jika sudah mencapai nishab. jadi nishab

emas adalah 20 dinnar (85 gram emas murni) dan perak adalah 200 dirham (setara dengan 672

perak). artinya bila seseorang telah memiliki emas sebesar 20 dinar atau perak 200 dirham dan

sudah setahun dimiiki, maka ia telah terkena wajib zakat yakni 2,5%

Barang tambang adalah barang peninggalan kuno menurut Hanafiyah, kedunya berbeda menurut

mayoritas ulama.

Ukuran wajib zakat untuk barang-barang tambang menurut Hanafiyah zakatnya 1/5 sedangkan

menurut Malikiyah,Syafi’iyah,dan Hanabilah zakatnya adalah 2,5%. dan mengenai zakat barang

peninggalan kuno, zakatnya 1/5 berdasarkan kesepakatan ulama.

Sebagian besar ulama, baik dari sahabat dan tabi’in serta para fuqaha setelahnya berpendapat

bahwa hukum zakat perdagangan adalah wajib.

Ukuran wajib zakat perdagangan adalah 1/40 (2,5% jika dipersenkan), apabila telah mencapai

nishab serta telah berjalan perdagangan selama satu tahun.

Zakat tanaman dan buah-buahan hukum wajib, karna dalil terdapat dalam Al-qur’an dan Sunnah.

Para fuqaha sepakat bahwa 1/10 wajib dizakatkan pada jenis tanaman dan buah-buahan yang

disiram tanpa biaya (tanpa menggunakan alat) yaitu dengan air hujan. dan 1/20 wajib dizakatkan

pada tanaman dan buah-buahan yang disiram dengan menggunakan biaya, alat dan sebagainya.

Adapun syarat-syarat wajib zakat hewan adalah :

Page 37: BAB II Pembahasan

39

1. Hendaklah hewan tersebut ternasuk hewan yang digembalakan, seperti: unta, sapi, kerbau,

kambing dan domba.

2. Hendaklah hewan-hewan tersebut mencapai nishab.

3. Hendaklah genap satu haul dalam kepemilikan pemiliknya.

4. Hendaklah kepemilikan hewan tersebut berlangsung sepanjang tahun.

5. Hendaklah keadaan hewan itu dilepas pada waktu digembalakan.

Para Ulama sepakat bahwa pada 5 ekor unta ada kewajiban zakat seekor kambing betina, pada 10

ekor unta ada kewajiban zakat 2 ekor kambing betina, pada 15 ekor unta ada kewajiban 3 ekor

kambing betina, pada 20 ekor unta ada kewajiban 4 ekor kambing betina. Jika jumlahnya lebih,

maka setiap 40 ekor zakatnya 1 ekor anak unta betina berumur 2-3 tahun, dan setiap 50 ekor, maka

zakatnya 1 ekor unta betina yang berumur 3-4 tahun.

Adapun sapi, tidak wajib zakat sebelum cukup 30 ekor dalam keadaan digembalakan. maka jika

sudah cukup 30 ekor dalam keadaan digembalakan itu dan berlangsung selama satu tahun,

dikeluarkan 1 ekor sapi jantan atau betina yang berumur 1 tahun. dan tidak perlu ditambah dari

tersebut, hingga banyaknya mencapai 40 ekor. jika telah cukup 40 ekor, maka dizakatkan seekor

sapi betina yang berumur 2 tahun. dan tidak ada tambahan lain hingga banyaknya mencapai 60

ekor.

Adapun Kambing, Tidak wajib zakat hingga banyaknya sampai 40 ekor. maka jika jumlahnya 40-

120 dan cukup digembalakan dalam masa 1 tahun, maka zakatnya adalah 1 ekor kambing betina.

dan jika jumlah kambing 121-200 ekor maka zakatnya adalah 2 ekor kambing betina, dan jika

jumlah kambing 200-300 ekor maka zakatnya adala 3 ekor kambing betina. Selanjutnya, jika lebih

dari 300 ekor, maka setiap 100 ekor, dikeluarkan zakatnya 1 ekor kambing betina. dari domba

dikeluarkan yang berumur 1 tahun, sedangkan dari kambing yang berumur 2 tahun.

DAFTAR PUSTAKA

Page 38: BAB II Pembahasan

40

Abdullah, 1405. Al-Mughni. Beirut : Daarul Fikri.

Abdullah, Muhammad. 1997. Nashbur Raayah. Beirut : Daarul Qabalah Litsaaqafal Islamiyyah.

Abdurrahman, Abdullah. 1413. Al-Hadramiyyah. Damaskus : Daarul Muttahidah.

Ahmad, Abu Hasan. 1416. Al-Lubbab. Madinatul Munawwarah : Daarul Bukhari.

Azzuhaili, Wahbah. 1428. Fiqih Islam Wa Adillatuhu. Damaskus : Daarul Fikri.

Ibrahim, 1995. Al-muhadzdzab. Beirut : Daarul Kutubil’ilmiyah.

Khatiib, Muhammad. Tth. Mughil Muhtaaj. Beirut : Daarul Fikri.

Mansyur. 1402. Kasysyaaful Qinaa’. Beirut : Daarul Fikri.

Muhammad. 2003. Fathul Qadhir. Beirut : Daarul Kutubil’ilmiyah.

Muhammad. 2005. Nailul Authaar. Riyadh : Daarul Ibnul Qayyim Linasyri Wattauzii’i.

Rusyd, Ibnu. 1975. Bidayatul Mujtahid Wa Nihayatul Muqtasid. Mesir : Musthofa Babiyul Halabiy.

Sabiq, Sayyid. 2001. Fiqih Sunnah. Bandung : PT Al-Ma’rif.

Utsman. 1313. Tabyiinul Haqaa’iq. Kairo : Daarul Kutubil Islami.