35
BAB II PENGATURAN TATA KELOLA BADAN USAHA MILIK DAERAH (BUMD) A. Perkembangan Pengaturan BUMD. 1. Dasar hukum dan bentuk BUMD. Istilah BUMD terdapat di dalam Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, Pasal 84 undang-undang tersebut menyebutkan bahwa Pemerintah Daerah mendirikan BUMD, didirikan dengan Peraturan Daerah. Ketentuan tersebut belum memberikan definisi yang jelas tentang BUMD. Selanjutnya Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 dirubah dengan Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, undang-undang ini juga belum memberikan definisi yang tegas tentang defenisi BUMD, namun pada pasal 177 undang-undang tersebut juga bahwa Pemerintah Daerah dapat memiliki BUMD yang pembentukan, penggabungan, pelepasan kepemilikan, dan/atau pembubarannya ditetapkan dengan Peraturan Daerah yang berpedoman pada peraturan perUndang- undangan. Kedua perundang-undangan diatas tidak memberikan definisi maupun batasan yang jelas tentang BUMD. Sebenarnya jika merujuk pada Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahan Daerah, Undang-undang ini memberikan definisi yang jelas tentang Perusahaan Daerah, Pasal 2 Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 menyebutkan : Universitas Sumatera Utara

BAB II PENGATURAN TATA KELOLA BADAN USAHA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34437/3/Chapter II.pdf · Dasar hukum dan bentuk BUMD. ... pelepasan kepemilikan, dan/atau pembubarannya

Embed Size (px)

Citation preview

BAB II

PENGATURAN TATA KELOLA BADAN USAHA MILIK DAERAH (BUMD)

A. Perkembangan Pengaturan BUMD.

1. Dasar hukum dan bentuk BUMD.

Istilah BUMD terdapat di dalam Undang-undang Nomor 22 tahun 1999

tentang Pemerintah Daerah, Pasal 84 undang-undang tersebut menyebutkan bahwa

Pemerintah Daerah mendirikan BUMD, didirikan dengan Peraturan Daerah.

Ketentuan tersebut belum memberikan definisi yang jelas tentang BUMD.

Selanjutnya Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 dirubah dengan Undang-undang

Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, undang-undang ini juga belum

memberikan definisi yang tegas tentang defenisi BUMD, namun pada pasal 177

undang-undang tersebut juga bahwa Pemerintah Daerah dapat memiliki BUMD yang

pembentukan, penggabungan, pelepasan kepemilikan, dan/atau pembubarannya

ditetapkan dengan Peraturan Daerah yang berpedoman pada peraturan perUndang-

undangan. Kedua perundang-undangan diatas tidak memberikan definisi maupun

batasan yang jelas tentang BUMD.

Sebenarnya jika merujuk pada Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang

Perusahan Daerah, Undang-undang ini memberikan definisi yang jelas tentang

Perusahaan Daerah, Pasal 2 Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 menyebutkan :

Universitas Sumatera Utara

” bahwa Perusahaan Daerah ialah semua perusahaan yang modalnya untuk

seluruhnya atau untuk sebagian merupakan kekayaan Daerah yang dipisahkan,

kecuali jika ditentukan lain dengan atau berdasarkan undang-undang”

Oleh karena BUMD merupakan perusahaan yang modalnya seluruhnya atau

sebahagian merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan, sehingga Perusahaan

Daerah juga merupakan BUMD. Ketentuan didalam Pasal 2 Undang-undang Nomor

5 Tahun 1962 tersebut memberikan batasan tentang BUMD atau Perusahaan Daerah,

dinyatakan bahwa BUMD merupakan perusahan yang modalnya berasal dari

kekayaan Pemda yang dipisahkan, kekayaan daerah yang dipisahkan dapat diartikan

sebagai kekayaan daerah yang dilepaskan dari penguasaan umum yang semula

pertanggungjawabannya melalui angaran belanja daerah yang kemudian setelah

dipisahkan menjadi modal BUMD akan dipertanggung jawabkan tersendiri.19

19 Penjelasan Pasal 2 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah.

Senada dengan ketentuan Pasal 4 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang

Badan Usaha Milik Negara yang menyatakan modal BUMN merupakan dan berasal

dari kekayaan negara yang dipisahkan, pengertian kekayaan negara yang dipisahkan

dijelaskan dalam penjelasan Pasal 4 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang

BUMN sebagai pemisahan kekayaaan negara dari Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara (APBN) pada BUMN untuk selanjutnya di bina dan dikelola tidak lagi

didasarkan pada sistem APBN namun pembinaan dan pengelolaannya didasarkan

Universitas Sumatera Utara

pada prinsip-prinsip pengelolaan perusahaan yang sehat.20

Kemudian Pasal 6 Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan

Negara menyatakan Perusahan Daerah adalah badan usaha yang seluruhnya atau

sebahagian modalnya dimiliki oleh Pemerintah Daerah. Selanjutnya Menteri Dalam

Negeri melalui keputusannya Nomor 153 tahun 2004 tentang Pedoman Pengelolaan

Barang Daerah Yang Dipisahkan pada konsideran huruf “b” menyatakan bahwa

Perusahaan Daerah atau BUMD merupakan badan usaha yang seluruh atau

sebahagian modalnya berasal dari kekayaan daerah yang dipisahkan

Jika di perhatikan dengan

seksama bahwa tidak ada perbedaan yang mendasar tentang pengertian kekayaan

yang dipisahkan antara kedua undang-undang tersebut, namun Undang-undang

Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN lebih jelas memberikan arahan tentang

pembinaan dan pengelolaan kekayaan yang dipisahkan tersebut dengan didasarkan

pada prinsip-prinsip pengelolaan perusahaan yang baik.

Pasal 5 Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah

menjelaskan bahwa Perusahaan Daerah atau BUMD merupakan suatu kesatuan

produksi yang sifatnya memberi jasa dengan menyelenggarakan usaha yang

memberikan kemanfaatan bagi masyarakat banyak serta memupuk pendapatan.

Dalam penjelasan pasal ini ditegaskan bahwa Perusahaan Daerah itu adalah kesatuan

produksi (regional), yaitu kesatuan produksi dalam arti yang luas, yang meliputi

perusahaan yang memberi jasa, menyelenggarakan kemanfaatan umum yang bersifat

20 Penjelasan Pasal 4 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

Universitas Sumatera Utara

nasional untuk kebutuhan seluruh masyarakat dan tidak termasuk dalam bidang usaha

yang diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat. Perusahaan Daerah dalam menunaikan

tugasnya selalu memperhatikan daya guna yang sebesar-besarnya dengan tidak

melupakan tujuan perusahaan untuk ikut serta dalam pembangunan daerah khususnya

dan pembangunan ekonomi nasional umumnya dalam rangka ekonomi terpimpin

untuk memenuhi kebutuhan rakyat dengan mengutamakan industrialisasi dan

ketentraman serta kesenangan kerja dalam perusahaan menuju masyarakat yang adil

dan makmur materiil dan spiritual.

Sangat sulit untuk merinci dengan tegas tentang urusan rumah tangga daerah

dan urusan rumah tangga pemerintah pusat, karena perincian yang mungkin dibuat

tidak akan sesuai dengan perkembangan kehidupan masyarakat baik di daerah

maupun di pusat. Urusan-urusan yang tadinya termasuk lingkungan daerah karena

perkembangan keadaan dapat dirasakan tidak sesuai lagi apabila masih diurus oleh

daerah itu karena urusan tersebut sudah meliputi kepentingan yang lebih luas dari

pada daerah itu sendiri. Sehubungan dengan hal itu, Pasal 5 Undang-undang Nomor

5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah menetapkan bahwa Perusahaan yang dapat

didirikan oleh daerah ialah: perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam lapangan

yang sesuai dengan urusan rumah tangganya menurut kemampuan/kekuatan masing-

masing Daerah. Demikian pula tidaklah mungkin memberi perincian secara tegas dari

cabang-cabang produksi yang penting bagi Daerah dan yang menguasai hajat hidup

di Daerah oleh karena segala sesuatu erat hubungannya dengan perkembangan dan

kemajuan masyarakat di Daerah. Sebagai contoh yang harusnya diusahakan oleh

Universitas Sumatera Utara

Perusahaan Daerah yang modalnya untuk seluruhnya merupakan kekayaan Daerah

dapat disebutkan Perusahaan Air Minum. Perusahaan Tanah untuk Pembangunan

Perumahan, Perusahaan Pasar, Perusahaan Pembangunan Perumahan Rakyat.21

Dari penjelasan pasal 5 diatas dapat disimpulkan bahwa ada dua jenis atau

pola BUMD, yaitu :

a. BUMD yang berorientasi pada pelayanan masyarakat (public service),

bertujuan untuk sebesar besarnya memberikan pelayaan yang memadai

kepada masyarakat, sehinga untuk jenis ini didirikanlah BUMD yang core

bisnisya berhubungan dengan penyaluran kebutuhan yang mempengaruhi

hajat hidup masyarakat banya.

b. BUMD yang berorientasi pada pencapaian keuntungan atau laba (provit

orientied) didirikan hanya semata-mata untuk memberikan kontribusi kepada

Pemerintah Daerah, biasanya BUMD ini memiliki core bisnis yang lebih

kompetitif, seperti BUMD yang bergerak dalam bidang perbankan maupun

perkebunan.

2. Perkembangan Pengaturan BUMD.

Keberadaan BUMD tidak terlepas dari perkembangan kebijakan terkait

dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) . Pada awalnya, BUMN merupakan

perusahaan-perusahaan negara baik yang berbentuk badan-badan berdasarkan hukum

perdata maupun yang berbentuk badan hukum berdasarkan hukum publik antara lain

yang berdasarkan Undang-Undang Perusahaan Indonesia diatur dengan Staatsblad

21 Penjelasan Pasal 5 Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah

Universitas Sumatera Utara

Tahun 1927 Nomor 419. Dalam rangka mensingkronkan segala kegiatan ekonomi

pada saat itu, Pemerintah mengeluarkan Perpu nomor 17 Tahun 1960 tentang

Perusahaan Negara. Selanjutnya, dalam rangka menertibkan usaha negara berbentuk

Perusahaan Negara terutama karena ada banyak usaha negara dalam bentuk

Perusahaan Negara yang inefisien, maka Pemerintah menerbitkan Perpu Nomor 1

Tahun 1969 tentang Bentuk-Bentuk Usaha Negara. Dalam Perpu ini, ditetapkan

bahwa usaha-usaha negara berbentuk perusahaan dibedakan dalam Perusahaan

Jawatan (Perjan) yang didirikan dan diatur menurut ketentuan-ketentuan dalam

Indonesische Bedrijvenwet (Staatsblad Tahun 1927 Nomor 419), Perusahaan Umum

(Perum) yang didirikan dan diatur berdasarkan ketentuan Undang-undang Nomor 19

Tahun 1960 tentang Perusahaan Negara, dan Persero yang merupakan penyertaan

negara pada perseroan terbatas sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-undang

Hukum Dagang atau KUHD (Wetboek Van Koophandel, Staatsblad Tahun 1847

Nomor 23).22

Seiring dengan perkembangan zaman serta dalam rangka menjamin kepastian

dan penegakan hukum mengingat terjadinya dualisme pengaturan pada Perseroan

Terbatas yang selama ini diatur dalam KUHD (Staatsblad Tahun 1847 Nomor 23)

dan Ordonansi Maskapai Andil Indonesia (Ordonnantie op de Indonesische

Maatschappij op Aandeelen, Staatsblad 1939: 569 jo.717) Pemerintah menerbitkan

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas sebagai penganti

Buku Kesatu Titel Ketiga Bagian Ketiga Pasal 36 sampai dengan Pasal 56 Kitab

22 Penjelasan Umum Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah

Universitas Sumatera Utara

Undang-undang Hukum Dagang (Wetboek van Koophandel, Staatsblad 1847: 23)

yang mengatur mengenai Perseroan Terbatas berikut segala perubahannya, terakhir

dengan Undang-undang Nomor 4 Tahun 1971 dan Ordonansi Maskapai Andil

Indonesia (Ordonnantie op de Indonesische Maatschappij op Aandeelen, Staatsblad

1939: 569 jo.717).

Sejalan dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995, Pemerintah

menerbitkan beberapa peraturan pemerintah sebagai peraturan pelaksana Perpu

Nomor 1 Tahun 1969 yaitu Peraturan Pemerintah Nomor Nomor 12 Tahun 1998

tentang Perusahaan Perseroan (Persero) dan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun

1998 tentang Perusahaan Umum.Namun demikian, mengingat bahwa Perpu 1 Tahun

1969 dan kedua Peraturan Pemerintah tersebut dianggap sudah tidak sesuai lagi

dengan perkembangan zaman, serta didorong dengan terbitnya Undang-Undang

Nomor 17 Tahun 2003 tentang keuangan Negara, Pemerintah menerbitkan Undang-

Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara yang hanya

mengatur dua bentuk hukum badan usaha negara yaitu Perum dan Persero. Sementara

Perjan, dengan terbitnya Undang-Undang ini, harus dirubah bentuk hukumnya

menjadi Perum atau Persero.

Berbeda dengan BUMN yang definisinya telah ditetapkan Undang-Undang

Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN, istilah BUMD baru dikenal dalam Peraturan

Mendagri Nomor 3 Tahun 1998 tentang Bentuk Hukum BUMD, tertuang dalam

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang dirubah menjadi Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. Hal ini dapat dimaklumi

Universitas Sumatera Utara

karena pendirian dan pengaturan BUMD sampai saat ini masih tunduk dengan

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 Tentang Perusahaan Daerah walaupun

undang-undang ini telah dicabut dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1969,

namun karena ditegaskan bahwa Undang-undang nomor 5 tahun 1962 tentang

Perusahaan Daerah tidak berlaku sejak diterbitkannya undang-undang pengganti, dan

sampai sekarang belum ada undang-undang penggantinya, maka Undang-undang

Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah masih berlaku sampai sekarang.

Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah merupakan

undang-undang yang penyusunannya diilhami dari terbitnya Perpu Nomor 17 Tahun

1960 tentang Perusahaan Negara. Berdasarkan Undang-undang Nomor 5 tahun 1962

tentang Perusahaan Daerah, Perusahaan Daerah adalah perusahaan yang seluruh atau

sebagian besar modalnya berasal dari kekayaan daerah yang dipisahkan. Mengingat

bahwa pembinaan Pemerintahan Daerah berada di bawah tanggung jawab Menteri

Dalam Negeri, maka peraturan pelaksana Undang-undang Nomor 5 tahun 1962

tentang Perusahaan Daerah diterbitkan oleh Mendagri baik berupa Peraturan menteri

Dalam Negeri seperti Peraturan Menteri Dalam Negeri 1 Tahun 1984 tentang Tata

Cara Pembinaan dan Pengawasan Perusahaan Daerah, Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 3 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Barang Milik Perusahaan Daerah.

Sejak terbitnya Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas

Universitas Sumatera Utara

dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 1998 tentang Bentuk Hukum

BUMD, maka sebagian BUMD ada yang berbentuk Perseroan Terbatas. 23

Bentuk hukum badan hukum BUMD menurut Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 3 Tahun 1998 tentang Bentuk Hukum BUMD dapat berupa

Perusahaan Daerah atau PD dan Perseroan Terbatas atau PT, kemudian dalam

oprasionalnya setiap BUMD tunduk pada masing masing ketentuan yang mengatur

tentang badan hukum masing-masing, dengan kata lain bagi Perusahaan Daerah

berlaku ketentuan tentang Perusahaan Daerah sebagaimana yang diatur dalam

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah sedangkan untuk

BUMD yang bentuk badan hukumnya Perseroan Terbatas berlaku undang-undang

yang mengatur tentang Perseroan Terbatas yang untuk saat ini diatur dalam Undang-

undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

3. Tujuan dan Manfaat BUMD

Pasal 5 ayat 2 Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahaan

Daerah menegaskan tujuan pendirian Perusahaan Daerah adalah untuk turut serta

melaksanakan pembangunan Daerah khususnya dan pembangunan ekonomi nasional

umumnya dalam rangka memenuhi kebutuhan rakyat menuju masyarakat yang adil

dan makmur.

Tidak berbeda dengan otonomi daerah yang memberikan kesempatan seluas

luasnya kepada Pemda untuk mencari sumber-sumber penghasilan bagi peningkatan

pendapatan asli daerah sebagai salah satu modal pembangunan daerahnya, sehingga

23 “Sekilas Sejarah BUMD” , http://bumd.wordpress.com/, diakses tanggal 19 Maret 2012

Universitas Sumatera Utara

Pemerintah Daerah mendirikan BUMD yang berbasis pada sumber daya alam yang

dimiliknya. Pendirian BUMD oleh Pemda merupakan salah satu cara untuk

memenuhi pendapatan asli daerah, pendirian ini merupakan upaya Pemda untuk

menambah sumber pendapatan daerah dari hasil pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan, sebagai mana yang diatur didalam Pasal 157 huruf “a” angka 4 Undang-

undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Ada beberapa hal yang

mendasari pendirian suatu BUMD antara lain :

a. Alasan ekonomis, yaitu sebagai langkah mengoptimalisasikan potensi ekonomi di daerah dalam upaya menggali dan mengembangkan sumber daya daerah, memberikan pelayanan masyarakat (public services) dan mencari keuntungan (provit motive).

b. Alasan strategis, yaitu mendirikan lembaga usaha yang melayani kepentingan publik, yang mana masyarakat atau pihak swasta lainnya tidak (belum) mampu melakukannya, baik karena investasi yang sangat besar, risiko usaha yang sangat besar, maupun eksternalitasnya sangat besar dan luas.

c. Alasan budget, yaitu sebagai upaya dalam mencari sumber pendapatan lain di luar pajak, retribusi dan dana perimbangan dari pemerintah pusat untuk mendukung pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintahan di daerah. 24

Selanjutnya didalam Pasal 8 ayat (3) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962

tentang Perusahaan Daerah, menegaskan bahwa selain Pemerintah Daerah pihak

swasta juga dapat menyertakan sahamnya dalam suatu BUMD yang didirikan

Pemerintah Daerah, masuknya pemegang saham lain selain Pemerintah Daerah dapat

memberikan modal yang lebih banyal lagi, yang kemudian akan digunakan untuk

pengembangan usaha BUMD, sehingga masuknya pihak diluar Pemerintah Daerah

dalam suatu BUMD memberikan manfaat untuk peningkatan pendapatan asli daerah.

24 Chairil Furkan “Badan Usaha Milik daerah Sudah Rawan” http://andichairilfurqan.wordpress.com/tag/bumd/, diakses tanggal 21 Maret 2012

Universitas Sumatera Utara

B. Tata kelola BUMD sesuai UU No. 5/1962 tentang Perusahaan Daerah.

1. Modal dan Kekayaan BUMD

Sebagai suatu perusahaan BUMD juga memiliki modal dan kekayaan, Pasal

7 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah mengatur

modal dan kekayaan suatu BUMD, dijelaskan sebagai berikut :

a. bahwa modal BUMD terdiri untuk seluruhnya atau untuk sebagian dari kekayaan Pemerintah Daerah yang dipisahkan.

b. Modal BUMD yang untuk seluruhnya terdiri dari kekayaan satu Pemerintah Daerah yang dipisahkan tidak terdiri atas saham-saham.

c. Apabila modal BUMD terdiri atas kekayaan beberapa Pemerintah Daerah, maka modal dasar BUMD tersebut terdiri atas saham-saham.

d. Modal BUMD yang sebagian dimiliki oleh kekayaan Pemerintah Daerah yang dipisahkan dan kekayaan pihak lain yang bukan Pemerintahan Daerah maka modal BUMD tersebut terdiri atas saham-saham.

e. Semua alat liquide disimpan dalam bank yang ditunjuk oleh Kepala Daerah yang bersangkutan berdasarkan petunjuk-petunjuk Menteri Keuangan. Kemudian pasal 8 Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 menyatakan atas

modal BUMD yang terdiri dari saham-saham, maka saham tersebut terdiri dari

saham prioritas dan saham biasa, saham priotitas adalah saham yang hanya dapat

dimiliki oleh Pemerintah Daerah, sedang untuk saham biasa dapat dimiliki oleh

Pemerintah Daerah dan dan pihak swasta atau badan hukum lain yang menjadi

pemegang saham dalam suatu BUMD, sebagaimana yang termaktub dalam

penjelasan umum Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 sebagai berikut:

“ Apabila Perusahaan Daerah telah didirikan berdasarkan Undang-undang ini, maka modal perusahaan terdiri untuk seluruhnya atau untuk sebagian atas kekayaan Daerah yang dipisahkan dari Anggaran Belanja Daerah tetapi tetap masuk neraca kekayaan Daerah. Dengan ketentuan ini maka ditegaskan bahwa Perusahaan Daerah untuk selanjutnya dapat berdiri sendiri tanpa memberatkan lagi budget Daerah. Modal Perusahaan Daerah yang untuk seluruhnya terdiri dari kekayaan satu Daerah tidak perlu terdiri atas saham-saham. Apabila modal

Universitas Sumatera Utara

termaksud diatas merupakan kekayaan beberapa Daerah maka modal perusahaan itu perlu terdiri atas saham-saham. Salah satu jalan yang dapat ditempuh untuk mengerahkan funds and forces dari masyarakat di Daerah ialah dengan mengikut-sertakan warga negara Indonesia dan atau badan hukum yang didirikan berdasarkan Undang-undang Indonesia dan yang pesertanya terdiri dari warga negara Indonesia dalam modal yang diperlukan untuk mendirikan Perusahaan Daerah. Berhubung dengan itu dalam Undang-undang ini dimuat ketentuan bahwa modal Perusahaan Daerah yang untuk sebagian terdiri dari kekayaan Daerah yang dipisahkan terdiri atas saham-saham, yaitu saham-saham prioritet dan saham-saham biasa. Saham-saham prioritet hanya dapat dimiliki oleh Daerah, baik Daerah tingkat I dan atau Daerah tingkat II. Dengan adanya saham-saham prioritet ditangan Daerah, segala kegiatan, penguasaan dan pengurusan Perusahaan Daerah pada hakekatnya berada dibawah pimpinan dan pengawasan Kepala Daerah, yang oleh Undang-undang ini diberi wewenang untuk melakukan hak, wewenang dan kekuasaan pemegang saham prioritet.”

Hak dan wewenang pemegang saham prioritas dalam hal ini di wakili oleh

Kepala Daerah (Gubernur, Bupati dan Wali Kota) Pada suatu BUMD menurut

Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 adalah :

a. Menunjuk bank untuk menyimpan semua alat liquide berdasarkan petunjuk-

petunjuk Menteri Keuangan yang diatur pada pasal 7 ayat (4).

b. Menjalankan Hak, wewenang dan kekuasaan sebagai pemegang saham

prioritet yang diatur pada pasal 9 ayat (3).

c. Mengangkat dan memberhentikan Direksi untuk sementara atau untuk

selamanya diatur pada pasal 11 ayat (2) dan pasal 12 ayat (2) dan (4).

d. Pada prinsipnya antara anggota Direksi tidak boleh memiliki rangkap jabatan

ada hubungan keluarga sampai derajat ketiga baik menurut garis lurus

maupun garis kesamping termasuk menantu dan ipar, kecuali jika untuk

kepentingan perusahaan diizinkan oleh Kepala Daerah/pemegang

Universitas Sumatera Utara

saham/saham prioritet. Jika sesudah pengangkatan mereka masuk periparan

Yang terlarang itu, maka untuk dapat melanjutkan jabatannya diperlukan izin

Kepala Daerah/pemegang saham/saham prioritet sebagaimana yang diatur

didalam pasal 13 ayat (1) dan (2)

e. Mengambil keputusan dalam Rapat Umum Pemegang Saham diatur pada

pasal 18 ayat (4).

f. Mengangkat atau menunjuk Badan Pengawas BUMD diatur pada pasal 19.

g. Menunjuk badan yang menerima pertanggung jawaban pegawai BUMD yang

memiliki tugas penyimpanan pembayaran atau penyerahan uang dan surat-

surat berharga milik Perusahaan Daerah dan barang-barang persediaan milik

Perusahaan Daerah yang disimpan di dalam gudang atau tempat penyimpanan

yang khusus dan semata-mata digunakan untuk keperluan tertentu, diatur pada

pasal 20 ayat (3) dan (4).

h. Mengesahkan Rencana Kerja dan Rencana Anggaran BUMD diatur pad

apasal 22 ayat (1), (2) dan (3).

i. Menerima laporan hasil usaha atau laporan berkala BUMD diatur pada pasal

23.

j. Mengesahkan perhitungan tahunan terdiri dari neraca dan perhitungan laba-

rugi diatur pada pasal 24 ayat (1), (3) dan (4).

k. Menetukan cara mengurus dan penggunaan dana penyusutan dan cadangan

diatur pada pasal 25 ayat (5).

Universitas Sumatera Utara

l. Menyetujui tindakan direksi mengangkat dan memberhentikan Pegawai

BUMD diatur pada pasal 26 ayat (2) .

m. Menunjuk badan yang mempunyai tugas dan kewajiban melakukan

pengawasan BUMD atas pekerjaan menguasai dan mengurus BUMD diatur

pada pasal 27 ayat (1).

Untuk BUMD yang bentuk badan hukumnya PT seluruh ketentuan yang

mengatur tentang modal dan kekayaan sepanjang tidak diatur dalam Undang-undang

Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, maka pada BUMD tersebut dapat

diberlakukan ketentuan sebagaimana yang ada mengenai modal dan kekayaan BUMD

yang ada dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah.

2. Rapat Pemegang Saham BUMD

Sebagaimana perusahaan pada umunya, BUMD yang berbentuk Perusahaan

Daerah juga memiliki organ Rapat Pemegang Saham, namun Undang-undang

Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah tidak memberikan rincian yang jelas

tentang peran dan fungsi organ tersebut. Keberadaan organ ini bukanlah sebagai

lembaga tertinggi didalam suatu perusahaan sebagaimana yang dianut dalam

terminologi Undang-undang Nomor 1 tahun 1995 tentang Perseoan Terbatas atau

organ yang memiliki wewenang yag tidak dimiliki oleh organ lain yaitu Direksi dan

Dewan Komisaris dalam terminologi Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas.

Pada BUMD yang berbadan hukum Perusahaan Daerah fungsi Rapat

Pemegang Saham tidak selalu sebagai pengambil keputusan akhir, Undang-undang

Universitas Sumatera Utara

Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah menegaskan bahwa keputusan

Rapat Pemegang Saham pada Perusahaan Daerah harus diambil dengan

permufakatan seluruh pemegang saham yang ada, jika permufakatan tidak tercapai

dalam suatu hal yang menghendaki suatu keputusan maka Kepala Daerah memiliki

kewenangan untuk memutus masalah tersebut dengan tetap memperhatikan pendapat

pendapat yang berkembang dalam RUPS, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 18

Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah, yakni :

Pasal 18.

a. Tata-tertib rapat pemegang saham/saham prioritet dan rapat umum pemegang

saham (prioritet dan biasa) diatur dalam peraturan pendirian Perusahaan

Daerah.

b. Keputusan dalam rapat pemegang saham/saham prioriteit dan rapat umum

pemegang saham (prioritet dan biasa) diambil dengan kata mufakatan.

c. Jika kata mufakat termaksud pada huruf “b” tidak tercapai maka pendapat-

pendapat yang dikemukakan dalam musyawarah disampaikan kepada Kepala

Daerah dari Daerah yang mendirikan Perusahaan Daerah.

d. Kepala Daerah termaksud pada huruf “c” mengambil keputusan dengan

memperhatikan pendapat-pendapat termaksud.

Universitas Sumatera Utara

3. Pengurus BUMD

Pengurusan BUMD dilakukan oleh suatu Direksi, jumlah anggota serta

susunan Direksi diatur didalam peraturan daerah yang merupakan peraturan

pendiriannya, pengangkatan anggota Direksi pada BUMD dilakukan oleh Kepala

Daerah setelah mendengar pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dari

Daerah yang mendirikan Perusahaan Daerah, mengenai pengangkatan anggota

Direksi terdapat dua mekanisme, Kepala Daerah memiliki kewenangan untuk

mengangkat dan memberhentikan anggota Direksi jika modal badan usaha tersebut

seluruhnya berasal dari kekayaan daerah yang dipisahkan. Pengangkatan anggota

Direksi BUMD dilakukan dari usulan pemegang saham prioritas, bagi badan usaha

yang modalnya sebahagian dari kekayaan daerah yang dipisahkan.

Dalam menjalankan perseroan Direksi menentukan kebijaksanaan dalam

memimpin perusahaan, dengan mengurus dan menguasai kekayaan perusahaan, untuk

pengaturan dan tata tertib serta cara menjalankan pekerjaan tersebut, Direksi secara

otonom diberikan kewenangan untuk mengatur tata tertib dan cara menjalankan

perusahan dalam peraturan yang ditetapkan oleh Direksi sebagaimana yang diatur

didalam Pasal 15 Undang-undang No 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah.

Dalam pelaksanannya kewenangan yang dimiliki Direksi tersebut dapat dibatasi

didalam peraturan daerah tentang pendirian perusahaan milik daerah tersebut,

pembatasan ini bertujuan untuk menyesuaikan dengan sifat dan corak perusahaan

Universitas Sumatera Utara

Daerah masing-masing, maka sewajarnya batas kekuasaan tersebut diatas ditetapkan

dalam peraturan pendirian perusahaan yang bersangkutan.25

Untuk menjalankan fungsi pengurusan Direksi bertanggung jawab kepada

Gubernur melalui Badan Pengawas, Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I

Sumatera Utara Nomor 24 tahun 1985 tentang Perusahaan Daerah Perkebunan

Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara mengatur Direksi antara lain:

a. Direksi menjalankan pimpinan Perusahaan Daerah sehari-hari berdasarkan

kebijaksanaan yang digariskan oleh Gubernur dan atau Badan Pengawas

dengan mengikuti peraturan tata tertib serta tata kerja yang sudah ditetapkan

serta memperhatikan ketentuan yang sudah ditetapkan serta memperhatikan

ketentuan peraturan perUndang-undangan yang berlaku. (Pasal 10 Perda

pendirian)

b. Direksi mengangkat dan memberhentikan pimpinan unit, pegawai perusahaan

berdasarkan ketentuan-ketentuan pokok perusahan (Pasal 11 Perda pendirian)

c. Direksi mewakili perusahan didalam maupun diluar pengadilan dan dapat

menyerahkan kekuasan mewakili tersebut kepada seorang anggota Direksi

atau kepada seseorang atau beberapa orang pegawai perusahaan yang khusus

ditunjuk untuk itu ataupun kepada orang atau badan diluar perusahan tersebut.

(Pasal 14 Perda pendirian)

d. Dalam jangka waktu selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum tahun buku

berakhir, Direksi harus menyampaikan rencana anggaran perusahaan kepada

25 Penjelasan Pasal 16 Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah

Universitas Sumatera Utara

Gubernur untuk disahkan, pengesahannya dilakukan oleh Gubernur diambil

setelah mendengar pertimbangan Badan Pengawas atas usulan rencana

anggaran tersebut. (Pasal 35 Perda pendirian)

4. Pengawas BUMD

Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah mengatur

tentang pengawasan Perusahaan Daerah, Pasal 19 menyatakan bahwa Direksi dalam

menjalankan pengurusannya terhadap perusahaan berada di bawah pengawasan

Kepala Daerah bagi Perusahaan daerah yang seluruh sahamnya dimiliki oleh Pemda.

Fungsi pengawasan dilaksanakan oleh Pemegang Saham atau Pemegang Saham

Prioritas mana kala saham-saham perusahaan tersebut dimiliki oleh lebih dari satu

pegang saham. Pengawasan juga dapat dilakukan oleh badan yang dibentuk atau

ditunjuk dengan diberikan mandat untuk melakukan pengawasan oleh Kepala Daerah

atau Pemegang Saham.

Sebagaimana lazim berlaku didalam tiap-tiap Perusahaan terhadap tugas yang

dipercayakan kepada Direksi, yaitu menjalankan kepemimpinan, cara mengurus dan

mengusahai perusahaan diadakan pengawasan (umum) apakah benar-benar sesuai

dengan garis-garis kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh para pemilik/pemegang

saham.

Biasanya tugas pengawasan yang diserahkan kepada suatu Dewan/Badan

terhadap suatu perusahaan yang besarnya ditunjuk satu badan, yang menjalankan

Universitas Sumatera Utara

pengawasan umum terhadap perusahaan sedang untuk perusahaan-perusahaan yang

kecil ditunjuk hanya satu badan untuk melakukan pengawasan.26

5. Kedudukan Pegawai BUMD

Pada BUMD tidak mengenal pengertian buruh dan majikan, semuanya

adalah karyawan perusahaan. kedudukan hukum, gaji, pensiun serta penghasilan-

penghasilan lain dibuat dalam ketentuan yang berlaku untuk seluruh karyawan pada

suatu BUMD, ketentuan mana ditetapkan dalam peraturan pokok kepegawaian

BUMD ditetapkan dengan Peraturan Daerah yang berlaku setelah mendapat

pengesahan instansi atasan. Pemberhentian karyawan pada suatu BMUD dilakukan

menurut ketentuan perundang-undangan yang mengatur tentang ketenagakerjaan.

6. Pembubaran BUMD

Sebagaimana pendirian BUMD yang dilakukan dengan Peraturan Daerah,

demikian juga halnya dengan pembubaran BUMD dilakukan dengan Peraturan

Daerah hal mana diatur pada pasal 29 Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang

Perusahaan Daerah. Pembubaran BUMD yang dilakukan dengan peraturan daerah

berlaku setelah peraturan daerah itu disahkan, selengkapnya pasal 29 berbunyi :

a. Pembubaran Perusahaan Daerah dan penunjukan likwidaturnya ditetapkan

dengan Peraturan Daerah dari Daerah yang mendirikan Perusahaan Daerah

dan yang berlaku setelah mendapat pengesahan instansi atasan.

b. Semua kekayaan Perusahaan Daerah setelah diadakan likwidasi dibagi

menurut perimbangan nilai nominal saham-saham.

26 Penjelasan Pasal 19 Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah.

Universitas Sumatera Utara

c. Pertanggungan jawab likwidasi oleh likwidatur dilakukan kepada Pemerintah

Daerah yang mendirikan Perusahaan Daerah dan yang memberikan

pembebasan tanggung-jawab tentang pekerjaan yang telah diselesaikannya.

d. Dalam hal likwidasi, Daerah termaksud pada ayat (1) bertanggung-jawab atas

kerugian yang diderita oleh pihak ketiga apabila kerugian itu disebabkan oleh

karena neraca dan perhitungan laba-rugi yang telah disahkan tidak

menggambarkan keadaan perusahaan yang sebenarnya.

Pemberesan atas harta BUMD yang dibubarkan dibagi menurut perimbangan

nilai nominal saham yang dimiliki oleh masing-masing pemegang saham, sedang

kepentingan fihak ketiga cukup terjamin dengan adanya jaminan Daerah termaksud

pada ayat (4). Pasal ini juga memberi jaminan diperhitungkan pula segala sesuatu

yang bersangkutan dengan karyawan BUMD yang akan dilikuidasi.

C. Perubahan Bentuk Badan Hukum BUMD

1. Dasar Perubahan Bentuk Badan Hukum Menjadi Perseroan Terbatas

Untuk memberikan ruang gerak bagi badan usaha yang dimiliki oleh Pemda,

terutama bagi badan usaha yang bertujuan untuk mencari laba bagi peningkatan

pendapatan asli daerah serta untuk meningkatkan kinerja BUMD. Menteri Dalam

Negeri Republik Indonesia mengeluarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3

Tahun 1998 tentang Bentuk Hukum BUMD tanggal 24 Pebruari 1998, peraturan ini

memberikan penegasan tentang bentuk hukum BUMD.

Universitas Sumatera Utara

Jika dilihat dari konsideran peraturan menteri ini ada beberapa hal yang

menjadi dasar dikeluarkannya peraturan ini, antara lain :

a. Untuk meningkatkan kinerja pelayanan BUMD menyongsong era globalisasi

dengan mendorong peran swasta dan masyarakat dalam mengelola BUMD.

b. Untuk memperjelas keikutsertaan swasta dan masyarakat dalam BUMD agar

jelas kedudukan hukumnya dan mampu meningkatkan pengelolaan

manajemen.

Perubahan bentuk badan hukum didasari atas beberapa alasan yang menjadi

problematika dalam pengelolaan BUMD, alasan ini dilihat dari aspek juridis dan non

juridis. Secara juridis kebutuhan untuk merubah bentuk badan hukum suatu badan

usaha sangat di pengaruhi oleh peraturan atau regulasi yang melingkupi badan usaha

tersebut, dari sudut ini dapat dilihat apakah peraturan atau regulasi dapat mendukung

atau memberikan kepastian pada dunia bisnis atau dunia usaha, jika dilihat dari aturan

pokok yang ada sampai saat ini BUMD yang berbentuk Perusahaan Daerah atau PD,

masih mengacu pada Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahan

Daerah. Secara yuridis keberadaan peraturan ini masih berlaku, namun jika dilihat

dari materi yang diaturnya sangat sulit untuk mengimplementasikannya dalam dunia

usaha sekarang ini.

Adanya kebijaksanan pemerintah yang tertuang didalam Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 3 tahun 1998 tentang Bentuk Hukum BUMD yang menjadi

dasar bagi perubahan suatu bentuk hukum BUMD, yang sejara juridis perubahan

Universitas Sumatera Utara

bentuk badan hukum ini dimaksudkan juga untuk memperjelas kedudukan hukum

keikutsertaan pihak swasta dan masyarakat dalam hal kepemilikan BUMD.

2. Akibat Hukum Perubahan Bentuk Badan Hukum

a. Akibat Hukum Terhadap Saham BUMD

Kepemilikan suatu usaha dapat dibuktikan dengan lembaran-lembaran saham

atas suatu usaha. Sehingga saham dapat dikatakan sebagai suatu bagian dalam

kepemilikan suatu perusahaan atau suatu modal yang ditanam dalam suatu

perusahaan seperti yang diwakili oleh bagian bagian dari modal itu yang dimiliki oleh

individu masing-masing dalam bentuk sertifikat saham.27

Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah memang

tidak membatasasi kepemilikan BUMD yang berbentuk Perusahaan Daerah, Undang-

undang tersebut hanya membatasi kewenangan dari pemegang saham, pembatasan ini

dapat dilihat dari beberapa Pasal, Pasal 8 Undang-undang Nomor 5 tahun 1962

tentang Perusahaan Daerah yang menyatakan :

1) Saham-saham Perusahaan Daerah terdiri atas saham-saham prioritet dan

saham-saham biasa.

2) Saham-saham prioritet hanya dapat dimiliki oleh Daerah.

3) Saham-saham biasa dapat dimiliki oleh Daerah, warga negara Indonesia

dan/atau badan hukum yang didirikan berdasarkan Undang-undang Indonesia

dan yang pesertanya terdiri dari warga negara Indonesia.

27 Fuady Munir, Hukum Bisnis Dalam Teori dan Peraktek, (Bandung: Citra Aditya Bakti, tahun 1999), hlm 35

Universitas Sumatera Utara

4) Besarnya jumlah nominal dari saham-saham prioritet dan saham-saham biasa

ditetapkan dalam peraturan pendirian Perusahaan Daerah.

Sebagaimana yang telah diuraikan pada pembahasan terdahulu, bahwa

terdapat dua jenis saham pada BUMD jika mengacu pada Undang-undang Nomor 5

tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah yaitu saham prioritas dan saham biasa, saham

prioritas hanya dapat dimiliki oleh Pemerintah Daerah. Ketentuan yang ada pada

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 tahun 1998 tentang Bentuk Hukum

BUMD tidak mengatur tentang klasifikasi saham namun mengatur atau memberikan

batasan yang jelas tentang siapa-siapa yang dapat memiliki saham didalam suatu

perusahaan yang telah merubah bentuk hukumnya menjadi perseroaan terbatas, Pasal

8 Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 3 tahun 1998 tentang Bentuk Hukum

BUMD menjelaskan, antara lain :

1) Saham Perseroan Terbatas dapat dimiliki oleh Pemda, Perusahaan Daerah,

swasta dan masyarakat.

2) Bagian terbesar dari saham Perseroan terbatas dimiliki oleh Pemda dan

Perusahaan Daerah.

Ada beberapa hal yang dapat dilihat dari uraian Pasal ini, Pertama saham

Perseroan Terbatas dapat dimiliki oleh Pemerintah Daerah. Kedua, BUMD yang

merupakan badan hukum dapat juga bertindak sebagai pemegang saham dalam suatu

BUMD lain. Ketiga, swasta dan masyarakat juga dapat memiliki saham didalam

BUMD.

Universitas Sumatera Utara

Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, tidak

mengatur klasifikasi saham, tentang saham dalam Undang-undang Nomor 40 tahun

2007 tentang Perseroan Terbatasdiatur pada Bagian Kelima Pasal 48 sampai dengan

Pasal 62, tidak ada terdapat pengklasifikasian saham sebagaimana yang ada

pengaturannya dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan

Daerah, dalam undang-undang perseroan terbatas tersebut, selanjutnya dalam Pasal

52 Ayat 1 disebutkan bahwa saham memberikan hak kepada pemiliknya untuk

menghadiri dan mengeluarkan suara dalam RUPS, menerima pembayaran deviden

dan sisa kekayaan hasil likwidasi, menjalankan hak lainnya sesuai dengan Undang-

undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

memberikan keleluasaan kepada pendiri untuk menentukan persyaratan kepemilikan

termasuk tentang klasifikasi saham dalam anggaran dasar perseroan. Walaupun

Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 tidak mengatur tentang klasifikasi saham,

namun didalam suatu BUMD harus tetap diatur tentang adanya saham dengan hak

prioritas sebagaimana yang diatur didalam Pasal 8 Undang-undang Nomor 5 tahun

1962 tentang Perusahaan Daerah, karena secara juridis formal undang-undang

tersebut masi merupakan payung hukum BUMD.

b. Akibat Hukum Terhadap Tata Kelola.

Perubahan bentuk badan hukum memberikan dampak pada tata kelola suatu

BUMD, sebagai mana yang diatur didalam Permendagri Nomor 3 tahu 1998 tentang

Bentuk Badan Hukum BUMD diatur tentang oprasional BUMD, pasal 3 peraturan

Universitas Sumatera Utara

tersebut menyatakan bahwa BUMD yang bentuk badan hukumnya Perusahaan

Daerah (PD) tunduk pada peraturan perundang undangan yang berlaku mengatur

Perushaan Daerah dalam hal ini Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang

Perusahaan Daerah, selanjuntya untuk BUMD yang bentuk badan hukumnya

Perseroan Terbatas (PT) tunduk pada perundang-undangan yang mengatur tentan

perseroan terbatas, saat ini perseroan terbatas diatur oleh Undang-undang Nomor 40

tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas membawa

cukup banyak perubahan signifikan bagi dunia usaha di Indonesia. Perubahan-

perubahan tersebut wajib dicermati oleh BUMD yang bentuk badan hukumnya PT,

agar semua kegiatan usaha PT senantiasa dijalankan dalam koridor hukum yang tepat

dan benar.

Salah satu bentuk penyempurnaan Undang-undang No. 40 Tahun 2007 adalah

pembaharuan tentang konsep pengelolaan perseroan. Pendirian perseroan terbatas

dihadapkan pada dua kepentingan, yaitu kepentingan pemegang saham/ pemilik serta

kepentingan masyarakat luas dalam hal ini adalah stake holder dan share holders.

Sehingga dengan dua kepentingan yang saling tarik menarik ini, diharapkan pada

pengelolaan perseroan yang bisa mengakses kepentingan kedua belah pihak.

Tujuan pembaharuan Undang-undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007,

salah satunya adalah untuk mendukung implementasi Good Corporate Governance.

Pengelolaan yang baik lazim disebut dengan Good Corporate Governance (GCG)

atau prinsip Tata Kelola Usaha yang Baik. Prinsip Tata Kelola Usaha yang Baik

Universitas Sumatera Utara

diadopsi dari Undang-undang No. 1 Tahun 1995 maupun Undang-undang No. 40

Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

(1) Hak dan Tanggung Jawab Pemegang Saham.

Hak-hak pemegang saham harus dilindungi dan pemegang saham harus dapat

menjalankan hak-hak mereka melalui prosedur yang memadai yang ditetapkan

perusahaa. Hak-hak pemegang saham pada dasarnya adalah hak untuk menghadiri

dan memberikan suara dalam rapat berdasarkan prinsip satu saham satu suara. Hak

untuk mendapatkan informasi mengenai perusahaan secara tepat waktu dan teratur

yang memungkinkan pemegang saham membuat keputusan yang baik mengenai

investasi yang berkaitan dengan sahamnya dalam perusahaaan dan hak ikut serta

dalam pembagian keuntungan, demikian pula dengan hak pemegang saham pada

suatu BUMD yang berbadan hukum Perusahaan Daerah yang diatur dalam Undang-

undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah.

Pilihan terhadap bentuk badan hukum PT untuk kegiatan bisnisnya adalah

dikarenakan Pemegang Saham PT hanya bertanggung jawab sebesar nilai saham yang

diambilnya dan tidak meliputi harta kekayaan pribadinya. Undang-undang Nomor 40

tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menegaskan prinsip tanggung jawab terbatas

tersebut dengan menetapkan bahwa Pemegang Saham PT tidak bertanggung jawab

secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama perseroan dan tidak bertanggung

jawab atas kerugian perseroan melebihi nilai saham yang telah diambilnya. Prinsip

tanggung jawab terbatas Pemegang Saham tidak berlaku mutlak, kemungkinan untuk

Universitas Sumatera Utara

mengecualikan prinsip tanggung jawab terbatas tersebut dimungkinkan dalam hal-hal

sebagai berikut28

1. Persyaratan perseroan sebagai badan hukum belum atau tidak terpenuhi.

:

2. Pemegang Saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung

dengan itikad buruk memanfaatkan perseroan semata-mata untuk kepentingan

pribadi.

3. Pemegang Saham yang bersangkutan terlibat dalam perbuatan melawan

hukum yang dilakukan oleh perseroan.

4. Pemegang Saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung

secara melawan hukum menggunakan kekayaan perseroan, yang

mengakibatkan kekayaan perseroan menjadi tidak cukup untuk melunasi

utang perseroan.

Tujuan utama dimungkinkannya penghapusan tanggung jawab terbatas suatu

PT, dapat dilihat dari Penjelasan Pasal 3 ayat (2) Undang-undang Nomor 40 Tahun

2007 tentang Perseroan terbatas, adalah agar PT didirikan tidak semata-mata sebagai

alat yang dipergunakan untuk memenuhi tujuan pribadi Pemegang Saham (alter ego),

sehingga terjadi pembauran harta kekayaan pribadi Pemegang Saham dan harta

kekayaan PT, atau antara harta kekayaan Pemegang Saham dan harta kekayaan PT

tidak dapat lagi dibedakan.

28 “Tinjauan Kritis Implemetasi GCG di Indonesia” , http://mhugm.wikidot.com/artikel:008. Diakses tanggal 23 Maret 2012.

Universitas Sumatera Utara

(2) Tanggung Jawab Direksi.

Perseroan Terbatas sebagai suatu perusahaan atau suatu entitas ekonomi

dimana salah satu karakteristiknya adalah terpusatnya manajemen dibawah struktur

dewan direksi. Oleh karena itu sangat penting untuk mengontrol prilaku dari para

direktur yang mempunyai posisi dan kekuasaan besar dalam mengelola perusahaan,

termasuk menetukan standar prilaku ( standart of counduct) untuk melindungi pihak-

pihak yang akan dirugikan apabilah seorang direktur berprilaku tidak sesuai dengan

kewenangannya atau berprilaku tidak jujur.29

Secara umum Direksi merupakan agent dari PT, hal ini dapat dilihat pada

pasal 1 butir 4 dan pasal 8 Undang-undang Nomor 40 tahun 2007. Direksi

merupakan organ perseroan yang bertanggung jawab penuh atas pengurusan

perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di

dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar.

Kemudian ditegaskan pula pada pasal 79 ayat (1) bahwa Kepengurusan perseroan

dilakukan oleh Direksi. Ketentuan ini, sebagaimana disebutkan dalam penjelasannya,

adalah menugaskan Direksi untuk mengurus perseroan yang antara lain meliputi

pengurusan sehari-hari dari perseroan. Selain Direksi, karyawan atau orang lain juga

diberikan kemungkinan untuk mewakili perseroan, atas hal ini undang-undang

membatasi dengan ketentuan bahwa kemungkinan tersebut diberikan dengan kuasa

29 Bismar Nasution, “UU No. 40 Tahun 2007 Dalam Perspektif Hukum Bisnis : Pembelaan Direksi Melalui Prinsip Busines Judgment Rule” disampaikan pada Seminar Bisnis 46 tahun FE USU: “Pengaruh UU No.40 tahun2007 tentang Perseroan Terbatas terhadap Iklim Usaha di Sumatera Utara”, Aulah Fakultas Ekonomi USU tanggal 24 November 2007.

Universitas Sumatera Utara

tertulis dari Direksi kepada 1 (satu) orang karyawan perseroan atau lebih atau orang

lain untuk dan atas nama perseroan melakukan perbuatan hukum tertentu. Biasanya

aturan mengenai kewenangan mewakilkan dari Direksi selaku principal diatur dalam

anggaran dasar perseroan.

Oleh sebab itu direktur harus mengetahui tugas dan tanggung jawabnya

kepada perusahaan untuk menghindari hal yang diatas, hal ini berkaitan dengan

tanggung jawab direktur yang disebut dengan fiduciariy duty. Prinsip fiduciariy duty

ini meletakkan direktur sebagai trustee dalam pengertian hukum trust, sehingga

seorang direktur haruslah mempunyai kepedulian dan kemampuan ( duty of care dan

duty of loyality), itikad baik, loyaliatas dan kejujuran terhadap perusahaannya dengan

derajat yang tinggi. Hal ini dilakukan untuk memberi perlindungan terhadap hak

pemegang saham perusahaan, karena direktur memiliki kewajiban untuk melindungi

kepentingan pemegang saham dari tindakan sewenang-wenang pemegang saham

mayoritas, namun perlu diketahui bahwa kewajiban utama dari direktur adalah

kepada perusahaan secara keseluruhan bukan kepada pemegang saham baik secara

individu maupun kelompok. Oleh karena itu seorang direktur harus bertindak hati-

hati dalam melakukan tugasnya (duty of care) dan juga dalam melakukan tugasnya

seorang direktur tidak boleh mengambil keuntungan untuk dirinya sendiri atas

perusahaan (duty of loyality), pelanggaran terhadap kedua prinsip tersebut dalam

hubungannya dengan fiduciary duty dapat menyebabkan direktur dapat dimintai

Universitas Sumatera Utara

pertanggungan jawaban hukumnya secara pribadi terhadap perbuatan yang

dilakukannya, baik kepada para pemegang saham maupun kepada pihak lainnya.30

Sebagai artificial person perseroan tidak mungkin dapat bertindak sendiri,

sehingga memerlukan orang-orang yang memiliki kehendak yang akan menjalankan

perseroan sesuai dengan tujuan pembentukan perseroan. Direksi adalah organ

perseroan yang bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk

kepentingan dan tujuan perseroan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar

perseroan.

31Pada prinsipnya suatu perseroan dapat memiliki hanya satu orang

direktur, tetapi dalam hal-hal tertentu sebuah perseroan harus memiliki paling

sedikit dua orang direktur, yaitu dalam hal-hal perseroan yang bidang usahanya

mengerahkan dana masyarakat, perseroan yang menerbitkan surat pengakuan hutang

dan perseroan berbentuk perseroan terbuka.32

Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

mensyaratkan banhwa anggota direksi haruslah orang perseorangan, ini berarti tidak

dibenarkan adanya pengurusan suatu perseroan oleh badan hukum perseroan lain

maupun badan hukum lain, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan

hukum, selanjutnya orang perseorangan itu adalah mereka yang cakap untuk

bertindak dalam hukum, tidak pernah dinyatakan pailit oleh pengadilan baik dalam

menjadi direksi maupun komisaris pada perusahaan lain, tidak pernah dihukum

30 Ibid,hlm 7 31 I.G.Rai Wijaya, Hukum Perseroan Terbatas, (Jakarta: Megapoin, 2002), hlm. 64. 32 Munir Fuady, Perseroan terbatas Pradigma Baru, (Bandung: Citra Aditiya Bakti, 2003),

hlm.51.

Universitas Sumatera Utara

karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan negara dalam jangka

waktu lima tahun terhitung sejak tanggal pengangkatannya.

Dalam hal menjalankan tugas dan kepengurusannya, Direksi dituntut harus

senantiasa33

1. Bertindak dengan itikat baik.

:

2. Senantiasa memperhatikan kepentingan perseroan dan bukan kepentingan

pemegang saham semata-mata.

3. Kepengurusan perusahaan harus dilaksanakan dengan baik, sesuai dengan

tugas dan kewenangan yang diberikan kepadanya, dengan tingkat kecermatan

yang wajar, dengan ketentuan bahwa Direksi tidak dibenarkan untuk

memperluas maupun mepersempit ruanglingkup geraknya sendiri.

4. Tidak diperkenankan untuk melakukan tindakan yang dapat menyebabkan

benturan kepentingan antara kepentingan perseroan dengan kepentingan

Direksi.

Hal diatas merupakan hal yang penting karena memberikan relasi yang

penting bahwa Direksi dan Perusahaan memiliki hubungan yang saling

ketergantungan, dimana perseroan bergantung kepada Direksi sebagi organ yang

dipercayakan untuk melakukan pengurusan perseroan dan demikian sebaliknya

keberadaan perseroan merupakan sebab keberadaan Direksi, dengan kata lain tanpa

perseroan tidak mungkin ada Direksi. Sebagai suatu organ perseroan maka tugas dan

33 Gunawan Wijaya, Tanggung Jawab Direksi Atas Kepailitan Perseroan, (Jakarta: Rajagarafindo Persada, 2003), hlm. 23.

Universitas Sumatera Utara

tanggung jawab Direksi adalah tugas dan tanggung jawab kolektif koligeal diantara

anggota Direksi, anggota Direksi tidak bertanggung jawab secara sendiri-sendiri

kepada perseroan sehingga setiap tindakan yang dijalankan oleh Direksi menjadi

mengikat seluruh anggota Direksi. Tanggung jawab kolektif kolegial ini tidak berarti

tidak dibenarkannya terjadinya pembagian tugas di antara para anggota direksi

perseroan. Dalam menjalankan tugas Direksi harus mematuhi anggaran dasar

perseroan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, sehingga setiap anggota

direksi harus memahami anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan yang

berlaku terutama yang berhubungan dengan tugas dan kewenagan Direksi yang

berlaku dari waktu ke waktu.

Setiap anggota Direksi secara pribadi bertanggung jawab atas penyimpangan

atau kelalaian dalam menjalankan tanggung jawab sebagai Direksi, Pasal 92 dan

Pasal 98 Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

menyatakan Direksi bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk

kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik didalam maupun

diluar pengadilan, (persona standi in judicio), setiap anggota Direksi wajib dengan

itikat baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas untuk kepentingan dan

usaha perseroan dan setiap anggota Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi

apabila yang bersangkutan bersalah menjalankan tugas-tugasnya sesuai dengan

ketentuan yang telah digariskan dalam suatu perseroan.

Universitas Sumatera Utara

(3) Tanggung Jawab Dewan Komisaris.

Sebagai salah satu organ perseroan Komisaris juga memiliki tanggung jawab

berdasarkan tugas yang dijalankan Komisaris, sebagai badan usaha yang membatasi

tanggung jawab pemegang saham sampai sebesar jumlah saham yang dimilikinya.

Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan terbatas (UUPT)

mengharuskan adanya lembaga komisaris sebagai salah satu organ dalam perseroan,

dalam sistem kepengurusan perseroan peran Dewan Komisaris adalah melakukan

fungsi pengawasan, namun UUPT juga membenarkan dalam hal-hal tertentu

Komisaris dapat juga menjalankan fungsi pengurusan perseroan. Dewan Komisaris

bertanggung jawab atas pengawasan perseroan baik mengenai pengurusan maupun

usaha perseroan.

Dewan Komisaris bertanggung jawab atas pengawasan Perseroan

sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 108 ayat (1) UUPT yaitu dalam hal

melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada

umumnya, baik mengenai Perseroan maupun usaha Perseroan, dan memberi nasehat

kepada Direksi. Setiap anggota Dewan Komisaris wajib dengan itikad baik, kehati-

hatian, dan bertanggung jawab dalam menjalankan tugas pengawasan dan

pemberikan nasehat kepada Direksi untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan

maksud dan tujuan Perseroan. Kemudian setiap anggota Dewan Komisaris ikut

bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian Perseroan, apabila yang bersangkutan

bersalah atau lalai menjalankan tugasnya. Jika Dewan Komisaris terdiri atas 2 (dua)

anggota Dewan Komisaris atau lebih, maka tanggung jawab sebagaimana dimaksud

Universitas Sumatera Utara

diatas, berlaku secara tanggung renteng bagi setiap anggota Dewan Komisaris (Pasal

114 ayat (3) UUPT). Namun, Dewan Komisaris tidak dapat dipertanggung jawabkan

atas kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat Pasal 114 ayat (3) UUPT apabila

dapat membuktikan:

a. Telah melakukan pengawasan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan;

b. Tidak mempunyai kepentingan pribadi baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan Direksi yang mengakibatkan kerugian.

c. Telah memberikan nasehat kepada Direksi untuk mencegah timbul atau berlanjutnya kerugian tersebut. Dalam hal terjadi kepailitan karena kesalahan atau kelalaian Dewan Komisaris

dalam melakukan pengawasan terhadap pengurusan yang dilaksanakan oleh Direksi

dan kekayaan Perseroan tidak cukup untuk membayar seluruh kewajiban Perseroan

akibat kepailitan tersebut, Pasal 114 ayat (4) UUPT mengatur bahwa setiap anggota

Dewan Komisaris secara tanggung renteng ikut bertanggung jawab dengan anggota

Direksi atas kewajiban yang belum dilunasi. Tanggung jawab sebagaimana dimaksud

diatas, berlaku juga bagi anggota Dewan Komisaris yang sudah tidak menjabat 5

(lima) tahun sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan. Namun, anggota Dewan

Komisaris tidak dapat dimintai pertanggungjawaban atas kepailitan Perseroan

sebagaimana dimaksud diatas, apabila dapat membuktikan bahwa kepailitan tersebut

bukan karena kesalahan atau kelalaiannya, telah melakukan tugas pengawasan

dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan

maksud dan tujuan Perseroan, tidak mempunyai kepentingan pribadi, baik langsung

maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan oleh Direksi yang mengakibatkan

Universitas Sumatera Utara

kepailitan dan telah memberikan nasehat kepada Direksi untuk mencegah terjadinya

kepailitan.

Selain tugas-tugas umum, Dewan Komisaris juga memiliki kewajiban untuk

membuat risalah rapat Dewan Komisaris dan menyimpan salinannya. Selain itu

Dewan Komisaris juga berkewajiban untuk melaporkan kepada Perseroan mengenai

kepemilikan sahamnya atau keluarganya pada Perseroan tersebut dan Perseroan lain.

Dewan Komisaris juga berkewajiban untuk memberikan laporan tentang tugas

pengawasan yang telah dilakukannya selama tahun buku yang baru lampau kepada

RUPS. Dewan Komisaris dapat memberikan persetujuan atau bantuan kepada Direksi

dalam melakukan perbuatan hukum tertentu diluar tugas pengawasan dan pemberian

nasihat sepanjang wewenang tersebut ditetapkan di dalam Anggaran Dasar Perseroan,

termasuk syarat-syaratnya. Tanpa persetujuan atau bantuan Dewan Komisaris

berdasarkan syarat-syarat dalam Anggaran Dasar, perbuatan hukum Direksi tetap

mengikat Perseroan sepanjang pihak lainnya dalam perbuatan hukum tersebut

beritikad baik. Diluar tugas pengawasan dan pemberian nasihat, Dewan Komisaris

juga dapat melakukan tindakan pengurusan Perseroan dalam “keadaan tertentu”.

Tindakan tersebut dilakukan hanya untuk “jangka waktu tertentu”. Tindakan Dewan

Komisaris dalam keadaan dan jangka waktu tertentu itu berlaku terhadap semua

ketentuan mengenai hak, wewenang, dan kewajiban Direksi terhadap Perseroan dan

pihak ketiga.34

34 “Dewan Komisaris”.

http://www.legalakses.com/dewan-komisaris/, diakses tanggal 1 Maret 2012

Universitas Sumatera Utara