24
II -1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Campuran Beraspal Campuran beraspal adalah suatu kombinasi campuran antara agregat dan aspal. Pencampuran dilakukan sedemikian rupa sehingga permukaan agregat terselimuti oleh aspal dengan seragam. Untuk mengeringkan agregat dan memperoleh kekentalan aspal yang mencukupi dalam mencampur dan mengerjakannya, maka kedua-duanya harus dipanaskan masing-masing pada suhu tertentu. Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar partikel agregat, dan agregat sendiri berperan sebagai tulangan. Sifat-sifat mekanis aspal dalam campuran beraspal diperoleh dari bahan-bahan pembentuk aspalnya. Dan sifat mekanis agregat diperoleh dari ikatan antar butir agregat (interlocking), dan kekuatannya tergantung pada gradasi, tekstur permukaan, bentuk butiran, kekerasan, ketahanan, kebersihan, dan ukuran agregat maksimum yang digunakan. Sedangkan sifat kohesinya diperoleh dari sifat-sifat aspal yang digunakan. Kinerja campuran beraspal sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat agregat danaspal serta sifat-sifat campuran padat yang sudah terbentuk dari kedua bahan tersebut. Perkerasan beraspal dengan kinerja yang sesuai dengan persyaratan tidak akan dapat diperoleh jika bahan yang digunakan tidak memenuhi persyaratan, meskipun peralatan dan metoda kerja yang digunakan telah sesuai. Dengan banyaknya kerusakan-kerusakan pada perkerasan jalan terutama pada perkerasan jalan lentur yang diakibatkan oleh air maupun kelembaban maka pada spesifikasi umum Bina Marga 2010, divisi VI tentang campuran beraspal panas dianjurkan untuk menggunakan bahan tambah aspal yaitu bahan aditif kelekatan atau bahan anti pengelupasan ( anti stripping agent). Campuran beraspal terutama AC-WC pada perkerasan jalan ditempatkan pada lapisan permukaan (surface course), lapisan atas yang sekaligus akan

BAB II - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/101/jbptppolban-gdl-sayuti1011... · Titik Lembek oC SNI 06-2434-1991 H 48 4. Titik Nyala oC SNI 06-2433-1991

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/101/jbptppolban-gdl-sayuti1011... · Titik Lembek oC SNI 06-2434-1991 H 48 4. Titik Nyala oC SNI 06-2433-1991

II -1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Campuran Beraspal

Campuran beraspal adalah suatu kombinasi campuran antara agregat dan

aspal. Pencampuran dilakukan sedemikian rupa sehingga permukaan agregat

terselimuti oleh aspal dengan seragam. Untuk mengeringkan agregat dan

memperoleh kekentalan aspal yang mencukupi dalam mencampur dan

mengerjakannya, maka kedua-duanya harus dipanaskan masing-masing pada suhu

tertentu.

Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar

partikel agregat, dan agregat sendiri berperan sebagai tulangan. Sifat-sifat mekanis

aspal dalam campuran beraspal diperoleh dari bahan-bahan pembentuk aspalnya.

Dan sifat mekanis agregat diperoleh dari ikatan antar butir agregat (interlocking),

dan kekuatannya tergantung pada gradasi, tekstur permukaan, bentuk butiran,

kekerasan, ketahanan, kebersihan, dan ukuran agregat maksimum yang

digunakan. Sedangkan sifat kohesinya diperoleh dari sifat-sifat aspal yang

digunakan.

Kinerja campuran beraspal sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat agregat

danaspal serta sifat-sifat campuran padat yang sudah terbentuk dari kedua bahan

tersebut. Perkerasan beraspal dengan kinerja yang sesuai dengan persyaratan tidak

akan dapat diperoleh jika bahan yang digunakan tidak memenuhi persyaratan,

meskipun peralatan dan metoda kerja yang digunakan telah sesuai.

Dengan banyaknya kerusakan-kerusakan pada perkerasan jalan terutama

pada perkerasan jalan lentur yang diakibatkan oleh air maupun kelembaban maka

pada spesifikasi umum Bina Marga 2010, divisi VI tentang campuran beraspal

panas dianjurkan untuk menggunakan bahan tambah aspal yaitu bahan aditif

kelekatan atau bahan anti pengelupasan (anti stripping agent).

Campuran beraspal terutama AC-WC pada perkerasan jalan ditempatkan

pada lapisan permukaan (surface course), lapisan atas yang sekaligus akan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 2: BAB II - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/101/jbptppolban-gdl-sayuti1011... · Titik Lembek oC SNI 06-2434-1991 H 48 4. Titik Nyala oC SNI 06-2433-1991

II -2

langsung menerima beban dan gesekan dari lalu lintas maupun air. Campuran

aspal tersebut juga dinamakan lapisan aus (wearing course), yang juga sebagai

lapisan yang kedap terhadap air atau sebagai lapisan pelindung terhadap lapisan

yang ada dibawahnya.

Oleh karena itu dalam perancangan campuran beraspal perlu ditambahkan

dengan bahan tambah aspal anti pengelupasan (anti stripping agent) yang

diharapkan dapat lebih memperbaiki kinerja pada campuran beraspal terutama

pada campuran AC-WC. Dengan menambahkan anti stripping agent pada

campuran beraspal diharapkan akan dapat menambah kekuatan pada perkerasan

jalan serta dapat meminimalkan kerusakan-kerusakan yang diakibatkan oleh air.

Dengan hal yang tersebut diatas, maka penulis dalam penyelesaian tugas

akhir ini dengan mengambil judul tentang variasi penambahan anti stripping

agent jenis wetfix-be pada campuran beraspal dengan metode Marshall, dan

memakai agregat lokal dari Lab.Uji Bahan Polban dengan mengacu pada

spesifikasi umum Bina Marga 2010. Penambahan tersebut dilakukan pada kadar

aspal optimum. Hal ini sebelumnya pernah dilakukan oleh Departemen Teknik

Sipil Universitas Sumatera Utara, dengan Spesifkasi Umum Bina Marga 2006

yang hasilnya menunjukkan peningkatan pada sifat- sifat campuran seperti terlihat

pada tabel 2.1 berikut ini.

Tabel 2.1 Hasil Pengujian Marshall AC - WC dengan Penambahan Anti stripping Agent Jenis WETFIX- BE

Sumber tabel : Hasil Penelitian Departemen Teknik Sipil,Universitas Sumatra Utara

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 3: BAB II - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/101/jbptppolban-gdl-sayuti1011... · Titik Lembek oC SNI 06-2434-1991 H 48 4. Titik Nyala oC SNI 06-2433-1991

II -3

Dan tabel 2.2 adalah hasil pengujian Marshall sisa yang dilakukan oleh

USU, yang memakai agregat lokal dari Patumbak, yang hasilnya dapat dilihat

berikut ini

Tabel 2.2. Hasil Pengujian Marshall sisa pada Kadar Aspal Optimum dengan penambahan jenis WETFIX- BE

Dengan perbedaan rujukan tersebut maka dalam penulisan tugas akhir ini,

apakah ada persamaan ataukah berbedaan hasil didapatkan antara penelitian

sebelumnya dengan menggunakan spesifikasi Umum Bina Marga 2010 dengan

ketentuan yang sifat-sifat campuran beraspal seperti terlihat pada tabel 2.3.

Halus Kasar Halus Kasar Halus Kasar

Kadar aspal efektif (%) 5,1 4,3 4,3 4,0 4,0 3,5

Penyerapan aspal (%) Maks.

Jumlah tumbukan per bidang

Min.

Maks.

Rongga dalam agregat (VMA) ( %) Min.

Rongga terisi aspal (VFB) (%) Min.

Min.

Maks.

Pelelehan (mm) Min.

Marshall Qu0tient (MQ) (kg/mm) Min.

Min.

Min.

perendaman 24 jam, pada suhu 60 oC

membal (refusal)

15 14 13

Sifat-Sifat CampuranLASTON

Lapis Aus Lapis Antara Lapis Pondasi

1,2

75 112(1)

Rongga dalam campuran (VIM) (%)3,5

5

65 63 60

Stabilitas marshall (kg)800 1800(1)

- -

Rongga dalam campuran (%) pada kepadatan

2,5

3 4,5(1)

250 300

Stabilitas Marshall sisa (%) setelah

90

Tabel 2.3 Ketentuan sifat-sifat campuran Laston (AC)

Sumber tabel : Spesifikasi Umum Bina Marga 2010

Sumber : Hasil Penelitian Departemen Teknik Sipil,Universitas Sumatra Utara

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 4: BAB II - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/101/jbptppolban-gdl-sayuti1011... · Titik Lembek oC SNI 06-2434-1991 H 48 4. Titik Nyala oC SNI 06-2433-1991

II -4

Campuran ini juga mempunyai ukuran maksimum agregat campuran

adalah 19 mm untuk AC-WC bergradasi kasar maupun halus. Adapun ketentuan

gradasi gabungan yang harus dipenuhi untuk setiap perancangan campuran

beraspal, dapat dilihat pada tabel 2.4 dibawah ini dan gambar 2.1 adalah grafik

batasan gradasi gabungan untuk AC-WC bergradasi kasar.

(mm) Kelas A Kelas B WC BASE WC BASE WC BC BASE WC BC BASE

37,5 100 100

25,4 100 90 - 100 100 90 - 100

19,0 100 100 100 100 100 100 100 90 - 100 73 - 90 100 90 - 100 73 - 90

12,7 90 - 100 90 - 100 87 - 100 90 - 100 90 - 100 74 - 90 61 - 79 90 - 100 71 - 90 55 - 76

9,50 90 - 100 75 - 85 65 - 90 55 - 88 55 - 70 72 - 90 64 - 82 47 - 67 72 - 90 58 - 80 45 - 66

4,75 54 - 69 47 - 64 39,5 - 50 43 - 63 37 - 56 28 - 39,5

2,36 75 - 100 50 - 723 35 - 553 50 - 62 32 - 44 39,1 - 53 34,6 - 49 30,8 - 37 28 - 39,1 23 - 34,6 19 - 30,8

1,18 31,6 - 40 28,3 - 38 24,1 - 28 19 - 25,6 15 - 22,3 12 - 18,1

0,60 35 - 60 15 - 35 20 - 45 15 - 35 23,1 - 30 20,7 - 28 17,6 - 22 13 - 19,1 10 - 16,7 7 - 13,6

0,30 15 - 35 5 - 35 15,5 - 22 13,7 - 20 11,4 - 16 9 - 15,5 7 - 13,7 5 - 11,4

0,150 9 - 15 4 - 13 4 - 10 6 - 13 5 - 11 4,5 - 9

0,075 10 - 15 8 - 13 6 - 10 2 - 9 6 - 10 4 - 8 4 - 10 4 - 8 3 - 6 4 - 10 4 - 8 3 - 7

UKURAN AYAKAN

% BERAT YANG LOLOS TERHADAP TOTAL AGREGAT DALAM CAMPURAN

LATASIR (SS)LATASTON (HRS) LASTON (AC)

Gradasi Senjang3 Gradasi Semi Senjang2 Gradasi Halus Gradasi kasar3

Tabel 2.4 Gradasi agregat gabungan untuk campuran beraspal

Sumber tabel : Spesifikasi Umum Bina Marga 2010

0

20

40

60

80

100

0,01 0,10 1,00 10,00 100,00

Lolo

s Kom

ulat

if (%

)

Ukuran Saringan (mm)

AGREGAT GABUNGAN AC-WC GRADASI KASAR SPEC. UMUM 2010

Limt Min Limit Max

Batas maksimum

Batas minimum

Gambar 2.1 Grafik batasan gradasi gabungan agregat

Sumber gambar : Spesifikasi Umum Bina Marga 2010

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 5: BAB II - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/101/jbptppolban-gdl-sayuti1011... · Titik Lembek oC SNI 06-2434-1991 H 48 4. Titik Nyala oC SNI 06-2433-1991

II -5

2.2 Sifat – Sifat Campuran Beraspal

Dalam bukunya Sukirman, Silvia,(1999) yang berjudul Perkerasan Lentur

Jalan Raya menyatakan bahwa perancangan campuran beraspal mencakup

kegiatan pemilihan dan penentuan proporsi material untuk mencapai sifat-sifat

akhir dari campuran beraspal yang diinginkan. Tujuan dari perancangan campuran

beraspal adalah untuk mendapatkan campuran yang efektif dari gradasi agregat

dan aspal yang akan menghasilkan campuran beraspal yang memiliki sifat-sifat

dan persyaratan campuran sebagai berikut :

2.2.1 Stabilitas (Stability)

Stabilitas adalah kemampuan campuran beraspal untuk menerima atau

menahan baban, baik beban yang bersifat statis maupun dinamis (lalu lintas) tanpa

terjadi perubahan bentuk tetap, seperti bergelombang, melendut, bergeser, alur

bleeding atau tanda-tanda yang lain yang mengubah campuran beraspal.

2.2.2 Kelenturan (Flexibility)

Kelenturan (flexibility) adalah kemampuan campuran beraspal untuk dapat

mengikuti deformasi yang terjadi akibat beban lalu-lintas yang berulang-ulang

tanpa mengalami keretakan dan perubahan volume ini disebut juga punya sifat

ketahanan terhadap leleh.Kelenturan yang tinggi dapat diperoleh dengan :

─ Penggunaan agregat bergradasi senjang.

─ Penggunaan aspal lunak (aspal dengan penetrasi tinggi).

─ Penggunaan aspal yang cukup banyak.

2.2.3 Keawetan/Daya Tahan (Durability)

Durabilitas adalah kemampuan campuran aspal untuk mempertahankan

sifatnya dari pengaruh perubahan lingkungan. Faktor-faktor lingkungan tersebut

dapat disebabkan oleh cuaca, lalu lintas, air, perubahan suhu atau keausan akibat

gesekan kendaraan. Pada umumnya durabilitas campuran dapat ditingkatkan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 6: BAB II - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/101/jbptppolban-gdl-sayuti1011... · Titik Lembek oC SNI 06-2434-1991 H 48 4. Titik Nyala oC SNI 06-2433-1991

II -6

dengan menggunakan aspal dan agregat yang baik, serta pemadatan campuran

yang mencukupi.

2.2.4 Impermeabilitas (Impermeability)

Impermeabilitas adalah kemampuan perkerasan aspal untuk mencegah

masuknya air, udara kedalam perkerasan aspal.Gradasi rapat memberikan

hubungan yang erat antar pertikel agregat, sehingga meningkatkan

impermeabilitas dari campuran. Sifat ini berhubungan dengan kandungan rongga

pada campuran yang telah dipadatkan.

2.2.5 Kemudahan Pelaksanaan (Workability)

Workabilitas adalah kemampuan campuran beraspal untuk

dikerjakan/dicampur, ditempatkan/dihampar dan dipadatkan tanpa mengalami

suatu kesulitan sampai mencapai tingkat pemadatan yang diinginkan dengan

peralatan yang memungkinkan.

2.2.6 Tahanan Geser atau Kesesatan (Skid Resistance)

Tahanan geser atau Kesesatan adalah kemampuan campuran aspal padat

untuk menahan gaya geser yang timbul akibat gesekan. Tahanan geser dapat

ditingkatkan dengan menggunakan agregat dengan permukaan kasar dengan sisi-

sisi yang tajam dan menggunakan kadar aspal yang tidak berlebihan.

2.2.7 Pemadatan

Pemadatan adalah proses pemampatan yang memberikan volume terkecil,

menggelincir rongga sehingga batas yang disyaratkan dan menambah kepadatan

optimal. Pemadatan merupakan suatu upaya untuk memperkecil jumlah VIM,

sehingga memperoleh nilai struktural yang diharapkan.

2.2.8 Temperatur

Temperatur pemadatan merupakan faktor penting yang mempengaruhi

pemadatan, kepadatan hanya bisa terjadi pada saat aspal dalam keadaan cukup cair

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 7: BAB II - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/101/jbptppolban-gdl-sayuti1011... · Titik Lembek oC SNI 06-2434-1991 H 48 4. Titik Nyala oC SNI 06-2433-1991

II -7

sehingga aspal tersebut dapat berfungsi sebagai pelumas, karena jika aspal sudah

dalam keadaan cukup dingin maka kepadatan akan sulit dicapai. Temperatur

campuran beraspal panas merupakan satu-satunya faktor yang paling penting

dalam pemadatan, disebabkan temperatur pada saat pemadatan sangat

mempengaruhi viskositas aspal yang digunakan dalam campuran beraspal panas.

Apabila temperatur pada saat pemadatan rendah, mengakibatkan kekentalan aspal

menjadi tinggi dan membuat sulit dipadatkan

2.3 Bahan Pembentuk Campuran Beraspal

Bahan adalah merupakan komponen utama pada pekerjaan campuran

beraspal. Komponen bahan dasar yang akan dipergunakan campuran beraspal tersebut

adalah terdiri atas agregat dan aspal. Agregat sendiri terbagi atas agregat kasar

(split), Agregat sedang/medium (screen), dan agregat halus adalah abu batu atau

pasir. Penggunaannya bahan tersebut tergantung dari pada jenis campuran

beraspalnya yang nantinya akan digunakan sebagai lapisan perkerasan jalan.

Dalam penggunaannya semua jenis agregat dan aspal harus sesuai dengan

persyaratan spesifikasi teknis. Untuk itu, pemilihan dan penggunaan dari kedua bahan

tersebut haruslah didasarkan pada hasil uji dari laboratorium. Demikian juga halnya

dengan penanganan dan penyimpanannya, dimana kedua pekerjaan itu harus

diperhatikan agar tidak terjadi perubahan mutu pada bahan tersebut.

Didalam spesifikasi umum Bina Marga 2010 Campuran beraspal harus

menambahkan bahan pengisi (filler) dan bahan anti pengelupasan jika diperlukan.

2.3.1 Aspal

Aspal sering disebut juga dengan bitumen yaitu merupakan material

perekat (cementitious) yang berwarna hitam kecoklatan yang terdiri dari senyawa

hidrokarbon dan bersifat viskoelastis, sehingga akan melunak dan mencair bila

mendapat cukup pemanasan dan juga sebaliknya. Sifat viskoelastis inilah yang

membuat aspal dapat menyelimuti dan menahan agregat tetap pada tempatnya

selama proses produksi dan masa pelayanannya. Aspal adalah salah satu

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 8: BAB II - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/101/jbptppolban-gdl-sayuti1011... · Titik Lembek oC SNI 06-2434-1991 H 48 4. Titik Nyala oC SNI 06-2433-1991

II -8

komponen utama dalam perkerasan lentur, karena aspal mempunyai adhesi yang

kuat dan juga kedap air dan mudah dikerjakan.

Dalam campuran berbahan pengikat aspal selain sifat agregat, sifat aspal

juga sangat menentukan kinerja dari campuran tersebut, oleh karena itu kuantitas

dan kualitas aspal harus sangat diperhatikan yaitu dengan terlebih dulu diadakan

uji laboratorium, sifat-sifat aspal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :

Sifat kimia, ditentukan berdasarkan kandungan aspalten dan kandungan

malten (resin, aromated, saturated).

Sifat fisik, yaitu ditentukan berdasarkan durabilitasnya (penetrasi, titik

lembek, daktilitas dan seterusnya), adhesi/kohesi, kepekaan terhadap

perubahan temperatur, dan pengerasan atau penuaan.

Aspal yang digunakan dalam hal ini adalah aspal keras pen 60/70. Dengan

ketentuan mutu aspal keras pen 60/70 yang harus diuji dan dipenuhi menurut

spesifikasi umumBina Marga 2010, yaitu dapat dilhat pada tabel 2.5 berikut ini.

1. Penetrasi, 25o C 0,01 mm SNI 06-2456-1991 60 - 702. Viskositas 135oC cSt SNI 06-6441-2000 3853. Titik Lembek oC SNI 06-2434-1991 ≥ 48

4. Titik Nyala oC SNI 06-2433-1991 ≥ 232

5. Daktilitas, 25o C cm SNI 06-2432-1991 ≥ 100Kelarutan dalam TrichlorEthilen

7. oCASTM D 5976

Part. 6.1-

8. Berat jenis SNI 06-2441-1991 ≥ 1.09. - - ≥ -1.0

Stabilitas Penyimpanan

Indeks Penetrasi (4)

No. Jenis Pengujian Satuan Metode Tipe I Aspal Pen. 60/70

6. % SNI 06-2438-1991 ≥ 99

Pengujian Residu Hasil TFOT atau RTFOP :10. Berat yang hilang % SNI 06-2441-1991 ≤ 0,8(2)

11. Penetrasi pada 25oC % SNI 06-2456-1991 ≥ 54

12. - - ≥ -1.0Keelastisan setelah pengem- balian

14. Daktilitas, 25o C cm SNI 06-2432-1991 ≥ 100

Partikel yang lebih halus dari150 mikron (µm)

-

15. % - -

Indeks Penetrasi (4)

13. % AASHTO T 301-98

Sumber tabel : Spesifikasi Umum Bina Marga 2010

Tabel 2.5. Ketentuan-ketentuan Aspal Keras pen 60/70

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 9: BAB II - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/101/jbptppolban-gdl-sayuti1011... · Titik Lembek oC SNI 06-2434-1991 H 48 4. Titik Nyala oC SNI 06-2433-1991

II -9

Sifat-sifat fisik aspal yang sangat mempengaruhi perancangan, produksi dan

kinerjacampuran beraspal antara lain sebagai berikut :

1) Durabilitas (Keawetan)

Drabilitas adalah kemampuan aspal untuk menghambat laju penuaan.

Pengujian durabilitas aspal bertujuan untuk mengetahui seberapa baik, aspal untuk

mempertahankan sifat-sifat awalnya akibat proses penuaan. Walaupun banyak

faktorlainnya yang menentukan, aspal dengan durabilitas yang baik akan

menghasilkan campuran dengan kinerja baik pula. Pengujian kuantitatif yang

biasanya dilakukan untuk mengetahui durabilitas aspal adalah pengujian

penetrasi, titik lembek, kehilangan berat dan daktilitas. Sifat aspal terutama

viskositas dan penetrasi akan berubah bila aspal tersebut mengalami pemanasan

ataupun penuaan. Aspal dengan durabilitas yang baik hanya sedikit mengalami

perubahan.

2) Adhesi dan Kohesi

Adhesi adalah kemampuan partikel aspal untuk melekat satu sama lainnya,

dan kohesi adalah kemampuan aspal untuk melekat dan mengikat agregat. Sifat

adhesi dan kohesi aspal sangat penting diketahui dalam pembuatan campuran

beraspal karena sifat ini sangat mempengaruhi kinerja dan durabilitas campuran.

Uji daktilitas aspal adalah suatu uji kualitatif yang secara tidak langsung dapat

digunakan untuk mengetahui tingkat adhesifnes atau daktilitas aspal keras. Aspal

keras yang nilai daktilitasnya rendah adalah aspal yang memiliki daya adhesi yang

kurang baik dibandingkan dengan aspal yang memiliki nilai daktilitas yang tinggi.

3) Kepekaan Aspal terhadap Temperatur

Seluruh aspal bersifat termoplastik yaitu menjadi lebih keras bila temperatur

menurun dan melunak bila temperatur meningkat. Kepekaan aspal untuk berubah

sifat akibat perubahan temperatur ini dikenal sebagai kepekaan aspal terhadap

temperatur. Kepekaan aspal terhadap temperatur bervariasi untuk masing-masing

jenis aspal dan berbeda bila aspal tersebut berasal dari minyak bumi dengan

sumber yang berbeda walaupun aspal tersebut masuk dalam klasifikasi yang

sama, Pengetahuan tentang kepekaan aspal terhadap temperatur adalah suatu hal

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 10: BAB II - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/101/jbptppolban-gdl-sayuti1011... · Titik Lembek oC SNI 06-2434-1991 H 48 4. Titik Nyala oC SNI 06-2433-1991

II -10

yang penting dalam pembuatan campuran dan perkerasan beraspal. Pengetahuan

ini berguna untuk mengetahui pada temperatur berapa aspal dan agregat dapat

dicampur dan dipadatkan.

4) Pengerasan dan Penuaan

Penuaan aspal adalah suatu parameter yang baik untuk mengetahui durabilitas

campuran beraspal. Penuaan aspal ini disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu

penguapan fraksi minyak ringan yang terkandung dalam aspal dan oksidasi

(penuaan jangka pendek, short-term aging), dan oksidasi yang progresif (penuaan

jangka panjang, long-term aging).

Kedua macam proses penuaan ini menyebabkan terjadinya pengerasan pada

aspal dan selanjutnya akan meningkatkan kekakuan campuran beraspal sehingga

akan mempengaruhi kinerja campuran tersebut. Peningkatan kekakuan ini akan

meningkatkan ketahanan campuran terhadap deformasi permanen dan

kemampuan untuk menyebarkan beban yang diterima, tetapi dilain pihak akan

menyebabkan campuran menjadi lebih getas sehingga akan cepat retak dan akan

menurunkan ketahanannya terhadap beban berulang.

Dalam dua proses penuaan seperti yang telah disebutkan di atas, oksidasi

merupakan suatu faktor penting yang menentukan kecepatan penuaan. Kecepatan

penuaan jangka panjang semata-mata disebabkan oleh oksidasi. Kecepatan

oksidasi yang terjadi sangat dipengaruhi oleh rongga udara yang terkandung

dalam campuran dan lingkungan dimana campuran ini dihampar.

2.3.2 Agregat

Agregat atau batu, atau granular material adalah material berbutir yang

keras dan kompak. Istilah agregat mencakup antara lain batu bulat, batu pecah,

abu batu, dan pasir. Dalam manual pekerjaan campuran beraspal panas disebutkan

bahwa ukuran agregat dalam suatu campuran beraspal terdistribusi dari yang

berukuran besar sampai ke yang kecil. Semakin besar ukuran maksimum agregat

yang dipakai semakin banyak variasi ukurannya dalam campuran tersebut.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 11: BAB II - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/101/jbptppolban-gdl-sayuti1011... · Titik Lembek oC SNI 06-2434-1991 H 48 4. Titik Nyala oC SNI 06-2433-1991

II -11

Pada campuran beraspal, agregat memberikan kontribusi sampai 90-95%

terhadap berat campuran, sehingga kualitas agregat merupakan salah satu faktor

penentu dari kinerja campuran tersebut. Oleh karena itu sebelum agregat

digunakan untuk perancangan campuran beaspal panas hendaknya harus melalui

pengujian telebih dahulu, untuk mengetahui kualitas dari agregat tersebut.

Kualitas suatu agregat sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat yang

dikandungnya. Diantara sifat-sifat yang ada yaitu strength atau kekuatan,

durability atau keawetan, adhesiveness atau daya rekat terhadap aspal dan

workability atau kemudahan dalam pelaksanaan. Sifat kekuatan dan keawetan

(strength and durability) dipengaruhi oleh gradasi, kadar lumpur, kekerasan

(hardness) dan bentuk butir (shape-grain).

Berdasarkan spesifikasi umum Bina Marga 2010, agregat yang digunakan

dalam perancangan harus dibuat sedemikian rupa agar campuran beraspal

proporsinya sesuai dengan rumusan campuran kerja, dan memenuhi semua

ketentuan yang disyaratkan tergantung campuran mana yang dipilih. Dalam

pemilihan sumber agregat, harus sudah memperhitungkan penyerapan aspal oleh

agregat. Oleh sebab itu penyerapan air oleh agregat dibolehkan maksimum 3%.

Serta berat jenis (spesific gravity) agregat kasar dan halus tidak boleh berbeda

lebih dari 0,2.

2.3.2.1 Agregat Kasar

Agregat kasar yang digunakan untuk rancangan campuran beraspal panas

menurut spesifikasi umum Bina Marga 2010 adalah sebagai berikut :

a) Agregat kasar harus tertahan saringan No.8 (2,36 mm) yang dilakukan secara

basah.

b) Agregat kasar harus bersih, keras, kuat, awet, kering dan bebas dari bahan

lain seperti lempung, zat organik dan yang akan menghalangi kelekatan aspal

terhadap agregat.

c) Agregat kasar harus berasal dari batu pecah mesin dan disiapkan dalam

ukuran nominal.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 12: BAB II - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/101/jbptppolban-gdl-sayuti1011... · Titik Lembek oC SNI 06-2434-1991 H 48 4. Titik Nyala oC SNI 06-2433-1991

II -12

d) Agregat kasar yang digunakan tidak boleh kotor dan berdebu serta jumlah

bahan lolos saringan No. 200 (0,075 mm) tidak boleh lebih besar dari 1%

serta harus memenuhi ketentuan-ketentuan yang sesuai spesifikasi teknis

seperti yang terlihat pada tabel 2.6 berikut ini.

Catatan :

(*) 95/90 menunjukkan bahwa 95% agregat kasar mempunyai muka bidang pecah satu atau lebih dan 90%

agregat kasar mmepunyai muka bidang pecah dua atau lebih

2.3.2.2 Agregat Halus

Agregat halus dari sumber bahan manapun, harus terdiri dari pasir alam

ataupun penyaringan batu pecah dan terdiri dari bahan yang lolos saringan No.8

(2,36 mm) atau sesuai SNI 03-6819-2002. Pasir alam dapat digunakan dalam

campuran AC sampai suatu batas yang tidak melampaui 15% terhadap berat total

campuran. Agregat dan haruslah bersih, keras, awet dan bebas dari lempung atau

bahan yang tidak dikehendaki lainnya. Agregat halus dalam campuran beraspal

berfungsi :

1. Untuk menambah stabilitas dengan memperkokoh sifat saling mengunci

(interlocking) dengan agregat kasar,

No.

3.

6.

80/751

95/901

Maks. 40%

Maks. 1%

Abrasi dengan mesin Los angeles

Partikel pipih dan lonjong

Campuran AC bergradasi kasar

Semua jenis campuran aspal

Maks. 30%

Min. 95 %

maks. 10%

Material lolos ayakan No. 200 (0,075 mm)

SNI 2417-2008

SNI 03-2439-1991

PENGUJIAN STANDART UJI SPEC.

Kekekalan bentuk agregat terhadap larutan natrium

dan magnesium sulfatSNI 3407-2008 mak. 12 %

RSNI T-01-2005

Rasio 1:5

SNI 03-4142-1996

Angularitas (kedalaman dari permukaan < 10 cm)

Angularitas (kedalaman dari permukaan ≥ 10 cm)

DoT's Pennsylvania Test Method PTM No.

621

1.

2.

5.

bergradasi lainnya Kelekatan agregat terhadap aspal

4.

Sumber tabel : Spesifikasi Umum Bina Marga 2010

Tabel 2.6. Persyaratan-persyaratan Agregat Kasar

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 13: BAB II - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/101/jbptppolban-gdl-sayuti1011... · Titik Lembek oC SNI 06-2434-1991 H 48 4. Titik Nyala oC SNI 06-2433-1991

II -13

2. Untuk mengurangi rongga udara dalam campuran,

3. Untuk menaikan luas permukaan dari agregat sehingga otomatis menaikan

kadar aspal, kadar aspal yang tinggi akan membuat campuran menjadi lebih

awet (durable). Agregat halus harus memenuhi ketentuan sebagaimana yang

ditunjukan pada tabel 2.7. berikut ini.

2.3.3 Bahan Pengisi (Filler)

Bahan pengisi (filler) adalah material yang lolos saringan No. 200 (0,075

mm) tidak kurang 75 % terhadap beratnya, bersifat non plastis dan di tambahkan

dalam keadaan kering serta bebas dari gumpalan-gumpalan. Bahan pengisi yang

digunakan pada perancangan campuran beraspal dalam usaha penyelesian tugas

akhir ini adalah semen tiga roda.

Pada spesifikasi umum Bina Marga 2010, semua campuran beraspal harus

mengandung bahan pengisi yang ditambahkan tidak kurang dari 1% dan

maksimum 2% dari berat total agregat. Adapun jenis dan sifat bahan tambah

(filler) untuk campuran beraspal adalah sebagai berikut :

a) Debu batu kapur (limestone dust), kapur padam (hydrated lime), semen atau

abu terbang. b) Bahan pengisi harus kering dan bebas dari gumpalan-gumpalan dan bila diuji

dengan pengayakan sesuai SNI 03-1968-1990.

No.

2.

3. Maks. 1%

4. Angularitas (kedalaman dari permukaan < 10 cm)

SNI 03-6877-2002Min. 45%

Angularitas (kedalaman dari permukaan ≥ 10 cm) Min. 40%

SNI 03 4142-1996 Material lolos ayakan No. 200 (0,075 mm

kadar lempung SNI 3423-2008

Maks. 8%

PENGUJIAN STANDART UJI SPEC.

1. SNI 03-4428-1997 Nilai setara pasir (sand equivalent)

Min 50% u/ SS, HRS & AC bergradasi halus

Min 70% untuk AC bergradasi kasar

Sumbertabel : Spesifikasi Umum Bina Marga 2010

Tabel 2.7. Ketentuan Agregat Halus

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 14: BAB II - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/101/jbptppolban-gdl-sayuti1011... · Titik Lembek oC SNI 06-2434-1991 H 48 4. Titik Nyala oC SNI 06-2433-1991

II -14

c) Bilamana kapur tidak terhidrasi atau terhidrasi sebagian, dapat digunakan

sebagai bahan pengisi proporsi maksimum yang diijinkan adalah 1,0% dari

berat total campuran beraspal. Sedang kapur yang seluruhnya terhidrasi dan

memenuhi persyaratan yang disebutkan pada tabel 2.8 dibawah ini, dapat

digunakan maksimum 2% terhadap berat total campuran beraspal.

Bahan tambah (filler) pada campuran beraspal berfungsi sebagai :

Untuk memodifikasi gradasi agregat halus, sehingga berat jenis agregat

meningkat dan jumlah aspal yang diperlukan untuk mengisi rongga akan

berkurang.

Mengisi ruang antar agregat halus dan kasar serta meningkatkan kepadatan

dan stabilitas.

Mengisi rongga dan menambah bidang kontak antar butir agregat sehingga

akan meningkatkan kekuatan campuran.

Bila dicampur dengan aspal, filler akan membentuk bahan pengikat yang

berkonsistensi tinggi sehingga mengikat butir agregat secara bersama-sama.

Menguranggi rongga udara (air void).

Untuk meningkatkan kekentalan bahan bitumen dan untuk mengurangi sifat

rentan terhadap temperatur.

2.3.4 Bahan Tambah Anti Pengelupasan (Anti Stripping Agent)

Hilangnya integritas dari suatu campuran aspal melalui melemahnya

ikatan antara agregat dan pengikat dikenal sebagai pengelupasan. Pengelupasan

biasanya dimulai di bagian bawah lapisan campuran aspal, dan secara bertahap

bergerak ke atas selama bertahun-tahun, itu yang banyak menyebabkan timbul

Berat butiran yang lolos ayakan 75 Mikron SNI 03-4141-1996 ≥ 75 %

Sifat-sifat Metoda Pengujian Persyaratan

Sumber tabel : Spesifikasi Umum Bina Marga 2010

Tabel 2.8. Persyaratan bahan untuk kapur terhidrasi seluruhnya

Sumber tabel : Spesifikasi Umum Bina Marga 2010

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 15: BAB II - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/101/jbptppolban-gdl-sayuti1011... · Titik Lembek oC SNI 06-2434-1991 H 48 4. Titik Nyala oC SNI 06-2433-1991

II -15

kerusakan di permukaan seperti alur, lipatan, gelombang, raveling, cracking, dll

(Roberts et all 1996)

Pengelupasan pada perkerasan aspal adalah hilangnya adhesi antara

agregat dan aspal pengikat. Hilangnya adhesi dapat menimbulkan beberapa jenis

kerusakan, kehilangan adhesi dapat diatasi dengan bantuan bahan anti

pengelupasan (anti strippingagent), maksudnya adalah untuk menggantikan

kelembaban di permukaan dari adhesi agregat dan akan menghasilkan ikatan di

permukaan agregat.

Pada spesifikasi umum Bina Marga 2010, Aditif kelekatan atau anti

pengelupasan (anti striping agent) harus ditambahkan dalam bentuk cairan

kedalam campuran agregat dengan mengunakan pompa penakar (dozing pump)

pada saat proses pencampuran basah di pugmil. Kuantitas pemakaian aditif anti

stripping agent dalam rentang 0,2% - 0,3% terhadap berat aspal. Anti striping

agent harus digunakan untuk semua jenis aspal tetapi tidak boleh tidak digunakan

pada aspal modifikasi yang bermuatan positif. Namun pada revisi I spesifikasi

umum Bina Marga 2010, kuantitas pemakaian anti stripping agent dalam rentang

0,20 % - 0,4% dari berat aspal.

Adapun bahan tambah aspal yang digunakan dalam tulisan tugas akhir ini

adalah anti stripping agentjenis wetfix-be. Anti stripping agent jenis wetfix-be

merupakan salah satu dari jenis anti stripping yang memiliki kesensitifan yang

cukup tinggi, selain harganya yang relatif mahal, penambahan jumlahnya terhadap

campuran aspalpun sangat sedikit, akan tetapi menghasilkan stabilitas yang cukup

baik. Jenis anti stripping ini memiliki beberapa keuntungan antara lain :

a. Memodifikasi aspal supaya melekat lebih kuat terhadap agregat, sehingga

penyelimutan aspal terhadap agregat lebih sempurna.

b. Memungkinkan seleksi jenis agregat yang lebih luas.

c. Biaya perawatan yang lebih rendah.

d. Meningkatkan kinerja perkerasan serta meminimalkan kerusakan perkerasan

jalan akibat oleh air.

e. Memperpanjang waktu pelapisan ulang Hotmix.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 16: BAB II - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/101/jbptppolban-gdl-sayuti1011... · Titik Lembek oC SNI 06-2434-1991 H 48 4. Titik Nyala oC SNI 06-2433-1991

II -16

2.4 Pengujian Campuran Beraspal (Marshall)

Pada pengujian campuran beraspal (AC-WC) bergradasi kasar, baik yang

memakai maupun yang tidak memakai anti stripping, penulis menggunakan

metode Marshall (SNI 03-2489-1991). Karena metode Marshall merupakan

pengujian yang paling banyak dan paling umum dipakai pada saat ini. Hal ini

disebabkan karena peralatannya sederhana dan cukup praktis untuk dimobilisasi.

Pengujian Marshall bertujuan untuk mengukur daya tahan (stabilitas) terhadap

kelelehan plastis (flow) dari campuran beraspal.

Stabilitas adalah kemampuan suatu campuran beraspal untuk menerima

beban sampai terjadi kelelehan plastis yang dinyatakan dalam kg atau pound.

Nilai stabilitas diperoleh dari hasil pembacaan dikalikan dengan kalibrasi alat dan

faktor kerelasi tebal atau volume benda uji. Nilai ini menunjukan nilai struktural

suatu campuran yang dipengaruhi oleh susunan gradasi, kualitas bahan dan

kandungan aspalnya.

Kelelehan plastis (flow) didefenisikan sebagai perubahan bentuk suatu

campuran yang diakibatkan oleh beban sampai beban maksimum atau sampai

batas runtuh yang dinyatakan dalam milimeter atau 0.01 inchi. Pengukuran flow

dilakukan bersamaan dengan pengukuran stabilitas dimana nilai flow dibaca pada

dial saat benda uji mengalami keruntuhan. Dari hasil pengujian Marshall dengan

beberapa variasi aspal akan diperoleh kadar aspal optimum.

2.5 Parameter dan Formula Pehitungan Marshall

Campuran aspal padat ini dibentuk dari agregat, aspal, filler dan bahan anti

stripping agent yang dicampur secara merata pada suhu tertentu. Campuran

kemudian dipadatkan dalam cetakan marshall, sehingga terbentuk beton aspal

padat. Parameter dan formula untuk menganalisa sifat-sifat campuran beton aspal

padat adalah sebagai berikut :

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 17: BAB II - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/101/jbptppolban-gdl-sayuti1011... · Titik Lembek oC SNI 06-2434-1991 H 48 4. Titik Nyala oC SNI 06-2433-1991

II -17

2.5.1 Berat Jenis Bulk dan Apparent campuran agregat

Agregat total terdiri atas fraksi-fraksi agregat kasar, agregat halus dan

bahan pengisi / filler yang masing-masing mempunyai berat jenis yang berbeda,

baik berat jenis kering (bulk spesific gravity) dan berat jenis semu (apparent

grafity). Kedua macam berat jenis dari total agregat tersebut dapat dihitung dalam

persamaan berikut ini :

a. Berat Jenis Kering (bulk specific gravity) Campuran Agregat

BJ.bulk =

FillerBJ

Filler

batuabubulkBJ

batuabu

screenbulkBJ

screen

splitbulkBJ

split %...

.%..

%..

%100

.........................(1)

b. Berat Jenis Semu (apparent spesific gravity) Campuran Agregat

BJ.Apparent=

FillerBJ

Filler

batuabuappBJ

batuabu

screenappBJ

screen

splitappBJ

split %...

.%..

%..

%100

.....................(2)

2.5.2 Berat Jenis Efektif Agregat (Gse)

Berat jenis efektif adalah perbandingan antara berat bahan diudara (tidak

termasuk rongga yang menyerap aspal) pada satuan volume dan suhu tertentu

dengan berat air destilasi dengan volume yang sama dan suhu tertentu pula. Berat

jenis efektif agregat, kecuali rongga udara dalam partikel agregat yang menyerap

aspal dapat dihitung dengan rumus yang biasanya digunakan berdasarkan hasil

pengujian kepadatan maksimum teoritis sebagai berikut :

Gse =

AspalBJ

Aspal

Gmm

Agregat

.%100

%

.....................(3)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 18: BAB II - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/101/jbptppolban-gdl-sayuti1011... · Titik Lembek oC SNI 06-2434-1991 H 48 4. Titik Nyala oC SNI 06-2433-1991

II -18

2.5.3 Berat Jenis Maksimum Campuran (teoritis)

Berat jenis maksimum campuran (teoritis) adalah perbandingan antara %

berat total campuran dengan % agregat berbanding berat jenis efektif ditambah

dengan % aspal berbanding dengan berat jenis aspal, dengan rumus yang terlihat

dibawah ini :

AspalBj

Aspal

aggeffBj

agg

.%

...%100

......................(4)

2.5.4 Berat Jenis Maksimum Campuran Beraspal

Berat Jenis maksimum campuran beraspal (Gmm) adalah perbandingan berat

isi benda uji campuran beraspal dalam keadaan rongga udara sama dengan nol

pada temperatur 25 oC terhadap berat isi air pada volume dan temperatur yang

sama. Berat jenis maksimum campuran beraspal SNI 03-6893-2002 dapat

dihitung dengan rumus sebagai berikut :

GmmCBA

A

.........................(5)

Dimana ; A = Berat benda uji kering oven diudara (g)

B = Berat labu berisi air ( 25 oC) (g)

C = berat labu berisi air dan benda uji pada suhu 25oC (g)

2.5.5 Berat Jenis Campuran Beraspal Padat

Perhitungan berat jenis campuran beraspal setelah dipadatkan (Gmb)

kepadatan campuran aspal padat (density) dinyatakan dalam gram/cc dan dapat

dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :

GmbV

Wa .........................(6)

Dimana ; Gmb = Berat jenis campuran beraspal padat (gr/cc)

Wa = Berat kering di udara (gr)

V = Volume campuran beraspal padat (cc)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 19: BAB II - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/101/jbptppolban-gdl-sayuti1011... · Titik Lembek oC SNI 06-2434-1991 H 48 4. Titik Nyala oC SNI 06-2433-1991

II -19

2.5.6 Penyerapan Aspal

Penyerapan aspal dinyatakan dalam persen terhadap berat agregat total, tidak

terhadap berat campuran. Perhitungan penyerapan aspal (Pba) menggunakan

rumus sebagai berikut:

Pba = aspalBjgabunganbulkBjaggeffBj

gabunganbulkBjaggeffBj .........100

............(7)

2.5.7 Kadar Aspal Efektif

Kadar aspal efektif (Pbe) campuran beraspal adalah kadar aspal total

dikurangi jumlah aspal yang terserap oleh partikel agregat. Kadar aspal efektif ini

akan menyelimuti permukaan agregat bagian luar yang pada akhirnya akan

menentukan kinerja perkerasan beraspal. Kadar aspal efektif dapat dihitung

menggunakan rumus sebagai berikut :

Pbe = 100

%100.% aspalaspalAbsaspal

.....................(8)

2.5.8 Stabilitas Marshall

Nilai stabilitas diperoleh berdasarkan nilai masing-masing yang

ditunjukkan oleh jarum dial. Stabilitas merupakan parameter yang menunujukkan

batas maksimum beban yang dapat diterima oleh suatu campuran beraspal saat

terjadi keruntuhan yang dinyatakan dalam kilogram atau pound. Nilai stabilitas

marshall diperoleh dari pembacaan dial dikali dengan kalibrasi alat, dan

selanjutnya dikorelasi terhadap ketebalan atau volume benda uji. Nilai stabilitas

yang terlalu tinggi akan menghasilkan perkerasan yang terlalu kaku sehingga

tingkat keawetannya berkurang. Angka kerelasi beban (stabilitas) terhadap

ketebalan atau volume benda uji dapat dilihat pada tabel 2.9 dibawah ini.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 20: BAB II - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/101/jbptppolban-gdl-sayuti1011... · Titik Lembek oC SNI 06-2434-1991 H 48 4. Titik Nyala oC SNI 06-2433-1991

II -20

Tebal Angka

Min. Maks. Rata2 mm Koreksi

200 213 206,5 25,4 5,56

214 225 219,5 27,0 5,00

226 237 231,5 28,6 4,55

238 250 244,0 30,2 4,17

251 264 257,5 31,8 3,85

265 276 270,5 33,3 3,57

277 289 283,0 34,9 3,33

290 301 295,5 35,5 3,03

302 316 309,0 38,1 2,78

317 328 322,5 39,7 2,50

329 340 334,5 41,3 2,27

341 353 347,0 42,9 2,08

354 367 360,5 44,4 1,92

368 379 373,5 46,0 1,79

380 392 386,0 47,6 1,67

393 405 399,0 49,2 1,56

406 420 413,0 50,8 1,47

421 431 426,0 52,4 1,39

432 443 437,5 54,0 1,32

444 456 450,0 55,6 1,25

457 470 463,5 57,2 1,19

471 482 476,5 58,7 1,14

483 495 489,0 60,3 1,09

496 508 502,0 61,9 1,04

509 522 515,5 63,5 1,00

523 535 529,0 65,1 0,96

536 546 541,0 66,7 0,93

547 559 553,0 68,3 0,89

560 573 566,5 69,9 0,86

574 585 579,5 71,4 0,83

586 598 592,0 73,0 0,81

599 610 604,5 74,6 0,78

611 625 618,0 76,2 0,76

Volume Banda Uji (cm3)

Tabel 2.9 Angka kerelasi beban (stabilitas)

Sumber tabel : Metode campuran aspal dengan alat marshall SNI 06-2489-1991

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 21: BAB II - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/101/jbptppolban-gdl-sayuti1011... · Titik Lembek oC SNI 06-2434-1991 H 48 4. Titik Nyala oC SNI 06-2433-1991

II -21

2.5.9 Kelelehan (flow)

Seperti halnya cara memperoleh nilai stabilitas, nilai flow merupakan nilai

dari masing-masing yang ditunjukkan oleh jarum dial. Hanya saja jarum dial flow

biasanya dalam satuan mm (millimeter). Suatu campuran yang mempunyai nilai

kelelehan (flow) rendah akan lebih kaku dan kecenderungan akan mengalami

retak dini pada usia pelayanan.

2.5.10 Marshall Quotient

Marshall Quotient (MQ) adalah merupakan hasil bagi nilai stabilitas

(ketahanan) terhadap kelelehan plastis (flow) dari campuran beraspal. Nilai

marshall ini akan memberikan nilai fleksibelitas campuran. Semakin tinggi nilai

MQ, maka kemungkinan akan semakin tinggi kekakuan suatu campuran dan

semakin rentan campuran tersebut terhadap keretakan. Dan sebaliknya semakin

rendah MQ maka campuran akan semakin lentur.

Marshall Quotient = Flow

terkoreksiStabilitas ....................(9)

2.5.11 Rongga Terisi Aspal (VFA atau VFB)

Rongga terisi aspal (VFA) adalah persen rongga yang terdapat diantara

partikel agregat (VMA) yang terisi oleh aspal, tidak termasuk aspal yang diserap

oleh agregat. VMA dapat ihiyung menggunakan rumus sebagai berikut :

VFA =

VMA

VIMVMA100 ....................(10)

Dimana :

VFA : Rongga udara yang terisi aspal, persen dari VMA, (%)

VMA : Rongga diantara mineral agregat, persen volume bulk, (%)

VIM : Rongga udara pada campuran, persen total campuran (%)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 22: BAB II - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/101/jbptppolban-gdl-sayuti1011... · Titik Lembek oC SNI 06-2434-1991 H 48 4. Titik Nyala oC SNI 06-2433-1991

II -22

2.5.12 Rongga Antar Agregat (VMA)

Rongga antar agregat (VMA) adalah ruang rongga diantara partikel

agregat pada suatu perkerasan, termasuk rongga udara dan volume aspal efektif

(tidak termasuk volume aspal yang diserap agregat). Jika komposisi campuran

ditentukan sebagai persen berat dari campuran total, VMA yang rendah dapat

mengakibatkan :

Kadar aspal rendah,

Aspal tipis,

Ikatan aspal mudah lepas, lapisan tidak kedap air,mudah terjadi oksidasi,

Stabilitas akan turun.

Maka VMA dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

VMA = ....

.)%100(100campuranaggBulkBj

isiBerataspal .........................(11)

2.5.13 Rongga dalam Campuran (VIM)

Rongga udara dalam campuran(VIM) perkerasan beraspal terdiri atas

ruang udara diantara partikel agregat yang terselimuti aspal dinyatakan dalam

persen. Rongga udara dalam campuran dapat ditentukan dengan rumus berikut:

VIM = teoritiscampmaksBj

isiBerat

....100100

.........................(12)

2.6 Kepadatan Mutlak (Refusal Density)

Kepadatan Mutlak (refusal density) adalah kepadatan tertinggi

(maksimum) yang dicapai sehingga walaupun dipadatkan terus, campuran

tersebut praktis tidak dapat menjadi lebih padat lagi. Kepadatan mutlak adalah

masa persatuan volume termasuk rongga benda uji yang dipadatkan sampai

mencapai kepadatan maksimum.

Rongga dalam campuran kepadatan membal (refusal) dirancang untuk

dapat dicapai dengan persyaratan mminimal 2,5 %. Pemadatan contoh uji dapat

dilakukan dengan menggunakan alat getar listrik (BS 598 Part. 104-1989) atau

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 23: BAB II - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/101/jbptppolban-gdl-sayuti1011... · Titik Lembek oC SNI 06-2434-1991 H 48 4. Titik Nyala oC SNI 06-2433-1991

II -23

dengan jumlah tumbukan yang lebih banyak sebagai simulasi adanya pemadatan

sekunder oleh lalu lintas, sampai benda uji tidak bertambah lebih padat lagi.

Kepadatan membal (refusal density) dapat dihitung menggunakan rumus ;

= )( BC

A

.........................(13)

dimana: A = masa benda uji di udara (gram)

B = masa benda uji dalam air (gram)

C = masa benda uji kering permukaan jenuh (gram)

γω = berat isi air (=1 gram/cm3)

2.7 Stabilitas Sisa (Retained Stability)

Pengujian Marshall sisa merupakan salah satu jenis pengujian untuk

mengetahui keawetan (durabilitas) campuran. Uji perendaman panas dilakukan

untuk mengukur kinerja ketahanan campuran beraspal terhadap perusakan yang

diakibatkan oleh air. Dari pengujian ini diperoleh stabilitas marshall campuran

setelah dipengaruhi oleh air

Kehilangan stabilitas berdasarkan perendaman diukur sebagai ketahanan

terhadap akibat pengaruh kerusakan oleh air disebut Indeks Perendaman (Index of

Retained Strength) yang dinyatakan dalam persen (%). Indeks Perendaman adalah

hasil perbandingan antara stabilitas benda uji setelah perendaman selama 24 jam

pada suhu 60oC dan stabilitas benda uji standar (rendaman 30oC pada suhu yang

sama). Pada suhu tersebut dianggap campuran tersebut sudah mengalami

perubahan deformasi plastis, sedangkan perendaman selama 24 jam dianggap air

telah meresap dalam campuran dan telah mempengaruhi ketahanan campuran.

Dengan alasan tersebut maka dalam penulisan tugas akhir ini, stabilitas

sisa menjadi suatu parameter untuk dapat menentukan optimalisasi penambahan

kadar anti stripping agent dalam campuran beraspal panas (AC-WC). Karena

Marshall sisa dapat memberikan gambaran dan fungsi sehingga ditambahkannya

anti stripping agent didalam campuran beraspal dengan ketentuan yang diatur

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 24: BAB II - Perpustakaan Digital Polbandigilib.polban.ac.id/files/disk1/101/jbptppolban-gdl-sayuti1011... · Titik Lembek oC SNI 06-2434-1991 H 48 4. Titik Nyala oC SNI 06-2433-1991

II -24

dalam spesifikasi umum Bina Marga 2010. Hal ini juga tidak terlepas dari

penelitian-penelitian dan pengujian-pengujian sebelumnya yang menjadikan

Marshall sisa sebagai sebuah hasil evaluasi dalam variasi penambahan anti

stripping agent. Karena Marshall sisa/stabilitas sisa menjadi parameter yang

dipakai sebagai indikasi ketahanan campuran terhadap pengaruh air. Stabilitas sisa

dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

IRS = menitStabilitas

jamStabilitas

3024 x 100% ≥ 90 % .....................(14)