29
BAB II DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Sampah Sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari zat organik dan zat an organic yang dianggap tidak berguna dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan. Sampah perkotaan adalah sampah yang timbul di kota. (SNI 19-2454-2002). Menurut UU no 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, mengatakan sampah adalah sisa kegiatan sehari- hari manusia dan atau proses alam yang berbentuk padat. Sampah spesifik adalah sampah yang karena sifat, konsentrasi, dan volumenya yang memerlukan pengelolaan khusus. Pengertian sampah juga didefinisikan oleh organisasi di dunia seperti American Public Health Association (APHA), yaitu sesuatu yang tidak dapat digunakan, dibuang, yang beasal dari kegiatan atau aktifitas manusia. Sedangkan menurut World Health Association (WHO), sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. Definisi sampah lainnya adalah semua jenis limbah 5

BAB II Sampah

Embed Size (px)

DESCRIPTION

dasar teori sampah

Citation preview

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Pengertian Sampah

Sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari zat organik dan zat

an organic yang dianggap tidak berguna dan harus dikelola agar tidak

membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan.

Sampah perkotaan adalah sampah yang timbul di kota. (SNI 19-2454-2002).

Menurut UU no 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, mengatakan

sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau proses alam yang

berbentuk padat. Sampah spesifik adalah sampah yang karena sifat, konsentrasi,

dan volumenya yang memerlukan pengelolaan khusus.

Pengertian sampah juga didefinisikan oleh organisasi di dunia seperti

American Public Health Association (APHA), yaitu sesuatu yang tidak dapat

digunakan, dibuang, yang beasal dari kegiatan atau aktifitas manusia. Sedangkan

menurut World Health Association (WHO), sampah adalah sesuatu yang tidak

digunakan, dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang berasal dari

kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.

Definisi sampah lainnya adalah semua jenis limbah berbentuk padat yang

berasal dari kegiatan manusia dan hewan, dan dibuang karena tidak bermanfaat

atau tidak lagi diinginkan keberdaannya (Tchobanoglous et al., 1993). Namun

pada beberapa tahun terakhir ini definisi sampah mengalami pergeseran karena

aspek pembuangan tidak disebutkan secara jelas. Saat ini kecenderungan untuk

tidak membuang sampah begitu saja, melainkan sedapat mungkin dilakukan

proses daur ulang.

2.2 Landasan Teori

2.2.1. Sumber Sampah

Sumber sampah seperti dijelaskan pada Undang-Undang Republik

5

Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah didefinisikan

sebagai asal timbulan sampah. Sampah dihasilkan oleh penghasil sampah yaitu

setiap orang dan atau akibat proses alam yang menghasilkan timbulan sampah.

Sampah yang dikelola berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah ini terdiri atas:

a. Sampah rumah tangga didefinisikan sebagai berasal dari kegiatan sehari-hari

dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik.

b. Sampah sejenis sampah rumah tangga sabagaimana dimaksud berasal dari

kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas

umum, dan/atau fasilitas lainya.

c. Sampah spesifik sebagaimana dimaksud meliputi:

- Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun.

- Sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun.

- Sampah yang timbul akibat bencana.

- Bongkaran bangunan.

- Sampah yang secara teknologi belum dapat diolah dan/atau

- Sampah yang timbul secara tidak periodik.

Sampah rumah tangga bersumber dari aktifitas rumah/dapur serta aktifitas

rumah tangga lainya. Jenis atau tipe sampah yang dihasilkan terutama berupa

sampah basah, sampah kering, dan debu. Sampah sejenis sampah rumah tangga,

bersumber dari pasar, pertokoan,restoran, perusahaan dan sebagainya. Sebagian

besar kategori sampah ini berasal dari pasar dan kebanyakan berupa sampah

organik. Kategori sampah spesifik dikelola secara terpisah dengan jenis sampah

yang lain karena mempunyai sifat spesifik yang harus ditangani harus secara

khusus. Berdasarkan klasifikasi sumber-sumber sampah tersebut, dapat

dikembangkan lagi jenis sumber-sumber sampah yang lainya sesuai dengan

sumber sampah. Sebagai contoh misalnya, dari sampah pertanian, kandang

hewan/pemotongan hewan, instalasi pengolahan air bersih, instalasi pengolahan

air limbah dan lain-lain.

Prosentase timbulan sampah adalah 75% timbulan sampah berasal dari

permukiman dan 25% dari non permukiman. Ada beberapa kategori sumber

6

sampah yang dapat digunakan sebagai acuan, yaitu:

a. Daerah Perumahan (rumah tangga) Sumber sampah didaerah perumahan dibagi

atas :

- Perumahan masyarakat berpenghasilan tinggi (High income)

- Perumahan masyarakat berpenghasilan menengah (Middle income)

- Perumahan masyarakat berpenghasilan rendah/daerah kumuh (Low

income/slum area)

b. Daerah Komersial

Daerah komersial umumnya didominasi oleh kawasan perniagaan,

hiburan dan lain-lain. yang termasuk kategori komersial adalah pasar,

pertokoan, hotel restauran, bioskop, salon kecantikan industri dan lain-lain.

c. Fasilitas Umum

Fasilitas umum merupakan sarana/prasarana perkotaan yang

dipergunakan untuk kepentingan umum. yang termasuk dalam kategori

fasilitas umum ini adalah perkantoran, sekolah, rumah sakit, apotik,

gedung olah raga, museum, taman, jalan, saluran/sungai dan lain-lain.

d. Fasilitas Sosial

Fasilitas sosial merupakan sarana prasarana perkotaan yang digunakan

untuk kepentingan sosial atau bersifat sosial. Fasilitas sosial ini meliputi

panti-panti sosial (rumah jompo, panti asuhan) dan tempat-tempat ibadah

(mesjid, gereja , pura, dan lain-lain).

e. Sumber Lain

Dari klasifikasi sumber-sumber sampah tersebut, dapat dikembangkan

lagi jenis sumber-sumber sampah yang lain sesuai dengan kondisi kotanya

atau peruntukan tata guna lahannya. Sebagai contoh sampah yang berasal dari

tempat pemotongan hewan atau limbah pertanian ataupun buangan dari

instalasi pengolahan air limbah (sludge), dengan catatan bahwa sampah atau

limbah tersebut adalah bersifat padat dan bukan kategori sampah B3.

2.2.3 Komposisi Sampah

Komposisi sampah adalah komponen fisik sampah seperti sisa-sisa

makanan, kertas, karbon, kayu, kain tekstil, karet kulit, palstik, logam besi-non

7

besi kaca dan lain-lain (misalnya tanah, pasir, batu, dan keramik) Komposisi

merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan komponen individu

yang kemudian menjadi aliran sampah dan distribusi relatifnya, biasanya

berdasarkan persentase dari berat.

Damanhuri (2010) menyatakan bahwa sampah dapat dikelompokkan

berdasarkan komposisinya, misalnya dinyatakan seabagai % berat (biasanya berat

basah) atau % volume (basah), dari kertas, kayu, kulit, karet, plastik, logam, kaca,

kain, makanan, dan lain-lain. Komposisi sampah tersebut digolongkan oleh

Tchonobaglous et. al. (1993) sehingga masuk ke dalam 2 komponen utama

sampah yang terdiri dari:

1. Organik

a. Sisa makanan e. Karet

b. Kertas f. Kain

c. Karbon g. Kulit

d. Plastik h. Kayu

2. Anorganik

a. Kaca d. Logam

b. Aluminium e. Abu dan Debu

c. Kaleng

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi komposisi sampah.

Darmasetiawan (2004) menyebutkan bahwa jenis dan jumlah sampah umumnya

dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

a. Sumber limbah padat

Komposisi limbah padat suatu sumber sampah akan berbeda dari sumber

sampah lainnya

b. Aktifitas penduduk

Profesi dari masing-masing penduduk akan membedakan jenis sampah

yang dihasilkan dari aktifitas sehari-harinya.

c. Sistem pengumpulan dan pembuangan yang dipakai

Sistem pengumpulan dan pembuangan yang berbeda dari masing-masing

tempat akan membedakan komposisi sampah yang perlu diketahui

8

d. Geografi

Daerah yang satu dengan daerah yang lain berdasarkan letaknya akan

membedakan komposisi sampah yang dihasilkan, daerah pertanian dan

perindustrian akan mempunyai komposisi sampah yang berbeda

e. Sosial ekonomi

Faktor ini sangat mempengaruhi jumlah timbulan sampah suatu daerah

termasuk disini adat istiadat, taraf hidup, perilaku serta mental dan

masyarakatnya.

f. Musim/iklim

Faktor ini mempengaruhi jumlah sampah, contohnya di Indonesia

misalnya musim hujan, kelihatannya sampah meningkat karena adanya sampah

terbawa oleh air

g. Teknologi

Dengan kemajuan teknologi maka jumlah sampah juga meningkat.

Sebagai contoh, dulu tidak dikenal adanya sampah jenis plastik tetapi sekarang

plastik menjadi masalah dalam pembuangan sampah

h. Waktu

Jumlah timbulan sampah dan komposisinya sangat dipengaruhi oleh faktor

waktu (harian, mingguan, bulanan, tahunan). Jumlah timbulan sampah dalam

satu hari bervariasi menurut waktu. Ini erat hubungannya dengan kegiatan

manusia sehari-hari.

2.2.4 Jenis-jenis Sampah

Jenis-jenis sampah dapat digolongkan antara lain:

1. Berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya

a. Sampah Organik merupakan jenis sampah yang terdiri dari bahan-

bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang diambil dari alam atau

dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan atau yang lainnya.

Sampah ini dengan mudah diuraikan dengan proses alami.

Contoh sampah Organik:

- Daun-daun kering.

- Kayu.

9

- Sayur-sayuran busuk.

- Buah-buahan busuk.

- Jenis lain yang mudah diuraikan dengan proses alami dan dapat

dijadikan kompos.

b. Sampah Anorganik merupakan jenis sampah yang berasal dari sumber

daya alam tak terbarui seperti mineral dan minyak bumi atau

dihasilkan dari proses industri. Beberapa bahan seperti ini tidak

terdapat di alam, yaitu plastik dan aluminium. Sebagian zat anorganik

secara keseluruhan tidak dapat diuraikan oleh alam, sedang sebagian

yang lain hanya diuraikan secara lambat. Sampah jenis ini pada tingkat

rumah tangga.

Contoh sampah Anorganik:

- Sampah plastik.

- Logam.

- Besi.

- Kaleng.

- Kaca.dll

2. Bedasarkan mudah atau tidaknya terbakar

a. Mudah terbakar, misalnya kertas, plastik, daun, sisa makanan.

b. Tidak dapat terbakar, misalnya logam, kaca, abu.

3. Berdasarkan dapat atau tidak mudahnya membusuk.

a. Mudah membusuk, misalnya sisa-sisa makanan dan daun-daunan

b. Tidak mudah membusuk plastik, kaleng ,kaca, logam.

4. Berdasarkan kadar airnya

a. Sampah basah, misalnya sisa makanan, daun dan buah.

b. Sampah kering, misalnya kertas, plastik dan kayu.

5. Berdasarkan bentuknya

a. Bulat panjang tak beraturan

6. Berdasarkan volume sampahnya

a. Sampah ukuran besar, misalnya bankai kendaraan

b. Sampah ukuran kecil, misalnya debu, abu

10

2.2.5 Karakteristik Sampah

Karakteristik sampah adalah sifat-sifat sampah yang meliputi sifat-sifat

fisis, kimiawi dan biologisnya. Kalau ditinjau secara fisis, adalah sukar untuk

memerinci sifat-sifat sampah, terutama sampah yng berbentuk padatan. Ini

disebabkan sampah padatan selalu tidak homogen. Lain halnya dengan sampah

berbentuk cairan lebih mudah diadakan identifikasi sifat-sifat fisisnya. Demikian

juga apabila diadakan peninjauan biologis. Sedemikian jauh masih sedikit atau

boleh dikatakan belum ada keterangan tentang sifat-sifat fisis dan biologis

sampah, baik yang padatan maupun yang cairan. Sedangkan hasil-hasil penelitian

yang menguntungkan sifat kimiawi sampah juga masih jarang dijumpai.

Karakteristik sampah dibagi menjadi:

a. Garbage, yakni jenis sampah yang terdiri dari sisa-sisa potongan

hewan atau sayuran hasil pengolahan dari dapur rumah tangga, hotel,

restoran, semuanya mudah membusuk.

b. Rubbish, yakni pengolahan yang tidak mudah membusuk. Pertama,

yang mudah terbakar, seperti kertas, kayu dan sobekan kain. Kedua,

yang tidak mudah terbakar, misalnya kaleng, kaca dan lain-lain.

c. Ashes, yakni semua jenis abu dari hasil pembakaran baik dari rumah

maupun industri.

d. Street sweeping, yakni sampah dari hasil pembersihan jalanan, seperti

halnya kertas, kotoran, daun-daunan dan lain-lain.

e. Dead animal, yakni bangkai binatang yang mati karena alam,

kecelakaan maupun penyakit.

f. Abandoned vehicle, yakni bangkai kendaraan, seperti sepeda, motor,

becak, dan lain-lain.

g. Sampah khusus, yakni sampah yang memerlukan penanganan khusus,

misalnya kaleng-kaleng cat, zat radioaktif, sampah pembasmi

serangga, obat-obatan dan lain-lain.

2.2.6 Timbulan Sampah

Timbulan sampah adalah sejumlah sampah yang dihasilkan oleh suatu

aktifitas dalam kurun waktu tertentu, atau dengan kata lain banyaknya sampah

11

yang dihasilkan dalam satuan berat (kilogram) gravimetri atau volume (liter)

volumetri (Tcnobanoglous et.al,. 1993). Menurut Damanhuri (2004), prakiraan

timbulan sampah baik untuk sekarang maupun di masa mendatang merupakan

dasar dari perencanaan, perancangan dan pengkajian sistem penglolaan

persampahan. Satuan timbulan sampah ini biasanya dinyatakan sebagai satuan

skala kuantitas per orang atau per unit bangunan, misalnya adalah satuan timbulan

sampah dalam (Damanhuri, 2004)

- Satuan berat: kilogram perhari (kg/org/hari)

- Satuan volume: liter per orang perhari (liter/org/hari)

Satuan atau Unit Timbulan Limbah Padat

- Perumahan l/capita.day; kg/orang/hari

- Komersil l/capita.day; kg/orang.hari

- Industri l waste/product.day

- Pertanian l waste/ton of raw product

- Jalan l/panjang jalan

Jumlah timbulan sampah perlu diketahui, agar pengelolaan persampahan

dapatdilaksanakan dengan efektif dan efisien.

Besarnya timbulan sampah secara nyata dapat diperoleh dari hasil

pengukuran langsung dilapangan terhadap sampah dari berbagai sumber melalui

sampling yang representatif.

Berikut merupakan data besaran timbulan sampah di Indonesia:

Tabel 2.2 Besaran Timbulan Sampah Berdasarkan Komponen-komponen Sumber Sampah

No Komponen Sumber Sampah Satuan Volume (liter) Berat (kg)

1 Rumah Permanen per orang/hari 2.25-2.50 0.350 – 0.400

2 Rumah Semi Permanen per orang/hari 2.00-2.25 0.300 – 0.350

3 Rumah Non Permanen per orang/hari 1.75-2.00 0.250 – 0.300

4 Kantor per pegawai/hari 0.50-0.75 0.025 – 0.100

5 Toko/Ruko per petugas/hari 2.50-.00 0.150 – 0.350

6 Sekolah per murid/hari 0.10-0.15 0.010 – 0.020

7 Jalan Arteri Sekunder per meter/hari 0.10-0.15 0.020 – 0.100

8 Jalan Kolektor Sekunder per meter/hari 0.10-0.15 0.010 – 0.050

12

9 Jalan Lokal per meter/hari 0.05-0.10 0.005 – 0.025

10 Pasar per meter2/hari 0.20-0.60 0.1 – 0.3

Sumber: SNI 19-3964-1994

2.3. Pengelolan Sampah

2.3.1 Pengumpulan Sampah

Pengumpulan sampah adalah proses penanganan sampah dengan cara

pengumpulan dari masing-masing sumber sampah untuk diangkut ke (1) tempat

penampungan sementara atau ke (2) pengolahan sampah skala kawasan, atau (3)

langsung ke tempat pemrosesan sampah melalui proses pemindahan. (SK SNI 19-

3242-1994).

Pengumpulan sampah terdiri atas beberapa pola, antara lain:

a. Pola pengumpulan individual langsung

Pola pengumpulan individual langsung adalah kegiatan pengambilan

sampah dari rumah-rumah/sumber sampah dan diangkut langsung

ketempat pembuangan akhir tanpa melalui kegiatan pemindahan.

Persyaratan penerapan (Darmasetiawan, 2004): (1) Kondisi topografi

bergelombang kemiringan (rata-rata > 5%), (2) Kondisi jalan cukup lebar

dan operasi tidak mengganggu pemakai jalan lainnya, (3) Kondisi dan

jumlah alat memadai, (4) Jumlah timbulan sampah > 0, m/hari.

b. Pola Pengumpulan Individual Tidak Langsung

Pola Pengumpulan Individual Tidak Langsung adalah kegiatan

pengambilan sampah dari masing-masing sumber sampah dibawa ke

lokasi pemindahan untuk kemudian diangkut ketempat pembuangan akhir.

Persyaratan penerapan: (1) Bagi daerah yang partisipasi masyarakatnya

rendah, (2) Lahan untuk lokasi pemindahan tersedia, (3) Alat pengumpul

masih dapat menjangkau secara langsung, (4) Bagi kondisi topografi

relatif datar (rata-rata <5%) dapat menggunakan alat pengumpul non

mesin (gerobak, becak), (5) Kondisi lebar jalan/gang dapat dilalui alat

pengumpul (1,5 m x lebar gerobak) tanpa mengganggu pemakai jalan

lainnya, (6) Organisasi pengelolaan harus siap dengan sistem pengendalian

13

c. Pola Pengumpulan Komunal Langsung

Pola Pengumpulan Komunal Langsung adalah kegiatan pengambilan

sampan dari masing-masing titik komunal dan diangkut ke lokasi

pembuangan akhir. Persyaratan penerapan: (1) Bila alat angkut terbatas,

(2) Alat pengumpul sulit menjangkau sumber-sumber sampah (kondisi

daerah berbukit, gang/jalan sempit), (3) Peran serta masyarakat tinggi, (4)

Wadah komunal ditempatkan sesuai kebutuhan dan di lokasi yang mudah

dijangkau oleh alat pengangkut (truk), (5) Untuk daerah pemukiman tidak

teratur.

d. Pola Pengumpulan Komunal Tidak Langsung

Pola Pengumpulan Komunal Tidak Langsung adalah kegiatan

pengambilan sampah dari masing-masing titik pewadahan komunal ke

lokasi pemindahan untuk diangkut selanjutnya ke tempat pembuangan

akhir. Persyaratan penerapan: (1) Daerah tidak teratur atau memiliki jalan

terlampau sempit (<1 m) sehingga tidak dapat dilalui oleh gerobak, (2)

Peran serta masyarakat tinggi, (3) Wadah komunal kecil ditempatkan

sesuai kebutuhan dan di lokasi yang mudah dijangkau alat pengumpul,(4)

Bagi kondisi topografi datar (rata-rata <5%) dapat menggunakan alat

pengumpul non mesin (gerobak, becak), (5) Bagi kondisi topografi >5%

dapat menggunakan cara lain, seperti pikulan, gerobak kecil, dan karung,

(6) Organisasi yang menangani pengumpulan sampah harus ada.

e. Penyapuan Jalan dan Taman

Pola penyapuan jalan dan taman adalah kegiatan pengumpulan basil

penyapuan jalan dan taman. Juru sapu harus mengetahui cara penyapuan

untuk setiap daerah pelayanan (diperkeras, tanah, lapangan rumput, dan

lain-lain). Penanganan penyapuan jalan untuk setiap daerah berbeda

ergantung pada fungsi dan nilai daerah yang dilayani. Pengumpulan

sampah hasil penyapuan jalan diangkut ke lokasi pemindahan untuk

kemudian diangkut ke pemrosesan akhir.

Perencanaan operasional pengumpulan harus memperhatikan (Damanhuri,

14

2010):

a. Ritasi antara 1-4 rit per hari

b. Periodisasi: untuk sampah mudah membusuk maksimal 3 hari sekali

namun sebaiknya setiap hari, tergantung dari kapasitas kerja, desain

peralatan, kualitas kerja, serta kondisi komposisi sampah. Semakin besar

persentase sampah organik, periodisasi pelayanan semakin sering.

c. Mempunyai daerah pelayanan tertentu dan tetap

d. Mempunyai petugas pelaksana yang tetap dan perlu dipindahkan secara

periodik

e. Pembebanan pekerjaan diusahakan merata dengan kriteria jumlah sampah

terangkut, jarak tempuh, kondisi daerah, dan jenis sampah yang diangkut.

Berdasarkan pedoman dari Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah,

maka:

a. Kriteria alat pengumpul (ukuran/kapasitas/jenis) harus sesuai dengan

kondisi jalan, dan bila tidak bermesin disesuaikan dengan kapasitas tenaga

kerja maksimal yaitu 1,5 m3, dan hanya untuk daerah datar. Tapi apabila

bermesin digunakan untuk daerah yang berbukit

b. Frekuensi pengumpulan ditentukan menurut lokasi pelayanan/pemukiman,

pasar, dan lain-lain, pada umumnya 2-4 kali sehari

c. Jadwal pengumpulan adalah di saat tidak mengganggu aktifitas

masyarakat terpadat, sebelum jam 7.00, jam 10.00 – 15.00, atau sesudah

jam 17.00

d. Periodisasi pengunpulan 1 hari, 2 hari, atau maksimal 3 hari sekali,

tergantung dari beberapa kondisi seperti: (1) komposis sampah (semakin

besar persentase organiknya, semakin kecil periodisasi pelayanan), (2)

kapasitas kerja, (3) desain peralatannya, (4) kualitas pelayanan yang

diinginkan

e. Pengumpulan secara terpisah dengan pemisahan warna gerobak, dan diatur

dengan adanya jadwal dan periode pengumpulan. Cara lainnya adalah

dengan himbauan bahwa sampah non organik hanya dikeluarkan pada hari

tertentu, atau penggunaan gerobak dengan 2 kontainer terpisah.

15

f. Pengumpulan langsung dilakukan di daerah pemukiman teratur dengan

lebar jalan memadai untuk dilalui truk. Kapasitas truk yang digunakan 6-

10 m3, dan pengumpulan dilakukan dari wadah sampah individual atau

komunal dengan kapasitas 120-500 liter.

Berdasarkan SNI 3242:2008, cara perhitungan jumlah alat pengumpul adalah

sebagai berikut:

Jumlah alat pegumpul= Tskk × Fp × Rk

(2.5)

Dimana:

Ts = timbulan sampah (L/orang atau unit/hari)

Kk = kapasitas alat pengumpul (liter)

Fp = faktor pemadatan alat = 1,2

Rk = ritasi alat pengumpul (rit/hari)

2.3.2 Pemindahan dan Pengangkutan Sampah

Pemindahan sampah lazim terjadi jika terdapat suatu LPS di suatu

kawasan. Yang perlu diperhatikan dalam kegiatan pemindahana dalam

pemindahan sampah dari kendaraan yang lebih kecil ke kendaraan pengangkut

yang lebih besar. Pemindahan dapat dilakukan dengan menggunakan tenaga

manusia (manual) atau bantuan alat berat (mekanikal). Penggunaan tenaga

manusia akan lebih murah (di Indonesia) tetapi akan memakan waktu yang lama,

sedangkan pemindahan dengan alat berat memerlukan waktu yang relatif singkat

dan di sisi lain akan meminta biaya yang cukup mahal. Ada 3 macam pemindahan

yang sering dilakukan:

a. Pemindahan langsung dari kontainer ke kendaraan pengangkut

b. Pemindahan dengan menggunakan alat angkut lain yang lebih kecil

c. Pemindahan dari tanah ke atas kendaraan baik dengan menggunakan

tenaga manusia maupun dengan mesin

Pola pengangkutan sampah dibagi menjadi 3 cara, antara lain sebagai berikut:

16

TPA

POOL

Isi kosong isi kosong isi kosong

TPA

a. Pengangkutan sampah dengan sistem pengumpulan individual langsung

(door to door) seperti gambar berikut: Truk pengangkut sampah dari pool

menuju titik sumber sampah pertama untuk mengambil sampah,

selanjutnya mengambil sampah pada titik-titik sumber sampah berikutnya

sampai truk penuh sesuai dengan kapasitasnya. Selanjutnya diangkut ke

TPA sampah, dan setelah pengosongan di TPA, truk menuju ke lokasi

sumber sampah berikutnya sampai terpenuhi ritasi yang telah ditetapkan.

Individu door to door Tong Dump atau campactor Truck

Gambar 2.2 Pola Pengangkutan Sampah Sistem individual Langsung

b. Pengumpulan sampah dengan sistem kontainer, pola pengangkutannya

dibagi menjadi 2. Pola pertama dilakukan dengan proses berikut:

kendaraan dari pool menuju kontainer isi pertama untuk mengangkut

sampah ke TPA, kontainer kosong dikembalikan ke tempat semula, lalu

kendaraan menuju ke kontainer isi berikutnya untuk diangkut ke TPA dan

kontainer kosong dikembalikan ke tempat semula. Demikian seterusnya

sampai rit terakhir.

17

POOL

Isi kosong isi kosong isi kosong

TPA

Gambar 2.3 Pola Pengangkutan Sampah Dengan Sistem Pengosongan Kontainer Cara1

Gambar 2.4 Pola Pengangkutan Sampah Dengan Sistem Pengosongan Kontainer

Cara 2

Proses pengangkutannya dimulai dengan kendaraan dari pool menuju

kontainer isi pertama untuk mengangkat sampah ke TPA, dari TPA kendaraan

tersebut dengan kontainer kosong menuju menurunkan kontainer kosong dan

membawa kontainer isi untuk diangkut ke TPA. Demikian seterusnya sampai

pada rit terakhir. Pada rit terakhir dengan kontainer kosong dari TPA menuju

ke lokasi kontainer pertama, kemudian truk kembali ke Pool tanpa kontainer.

Sistem ini diberlakukan pada kondisi tertentu (misalnya: pengambilan pada

jam tertentu, atau mengurangi kemacetan lalu lintas).

Pola pengangkutan sampah dengan sistem pengosongan kontainer cara 3

dilakukan dengan proses berikut: kendaraan dari pool dengan membawa

kontainer kosong menuju ke lokasi kontainer isi untuk mengganti/mengambil

dan langsung membawanya ke TPA, kendaraan dengan membawa kontainer

kosong dari TPA menuju ke kontainer isi berikutnya, demikian seterusnya

sampai dengan rit terakhir. Proses tersebut dapat dilihat pada gambar berikut

18

POOL

Isi kosong isi kosong isi kosong

Dengan kontainer

TPA

TPA

Isi kosong isi kosong isi kosong

POOL

dengan proses:

Gambar 2.5 Pola Pengangkutan Sampah Dengan Sistem Pengosongan Kontainer Cara 3

c. Pola pengangkutan sampah dengan sistem kontainer tetap biasanya untuk

kontainer kecil serta alat angkut berupa truk pemadat atau dump truck

biasa dapat dilihat pada gambar berikut dengan proses:

Gambar 2.6 Pola Pengangkutan Sampah Dengan Sistem Pengosongan Kontainer Tetap

19

Proses yang terjadi adalah kendaraan dari pool menuju kontainer pertama,

sampah dituangkan ke dalam truk compactor dan meletakkan kembali

kontainer yang kosong, lalu kendaraan menuju ke kontainer berikutnya

sehingga truk penuh untuk kemudian langsung ke TPA. Demikian seterusnya

sampai dengan rit terakhir.2.4 Pengumpulan dan Pengolahan Data Persampahan

Pengumpulan data primer timbulan sampah, pewadahan, pengumpulan

dan pengangkutan, dilakukan dengan mengikuti Pedoman Survai, Pengumpulan

dan Pegolahan Data Persampahan (Widanarko, 1993) sebagai berikut :

1. Timbulan Sampah

Dalam menghitung timbulan sampah diperlukan informasi, antara lain:

- Laju generasi sampah (lt/orang/hari atau kg/orang/hari)

- Laju generasi sampah setiap sumber (lt/unit/hari)

a. Cara pengumpulan data

Lokasi pengambilan sampel di lakukan di semua titik di kawasan kampus

baru Universitas Mataram. Timbulan yang akan diukur berasal dari sampah

gedung, kantin, taman, dan jalan.

b. Frekuensi Pengambilan Sampel

Sampling dilakukan dengan frekuensi 8 hari, dan dibagi menjadi 2

minggu, yakni 5 hari berturut-turut pada minggu pertama dan juga 3 hari berturut-

turut pada minggu ke 2.

c. Cara pelaksanaan sampling.

1. Kantong palstik yang sudah diberi tanda sumber sampah disiapkan 1

hari sebelum pengumpulan.

2. Jumlah unit masing-masing penghasil sampah dicatat.

3. Menimbang kotak pengukur yang dijadikan sebagai wadah pada saat

proses pengukuran berat.

4. Tuang secara bergiliran contoh sampah yang telah bekumpul ke

dalam kotak pengukur

5. Hentak kotak contoh sebanyak 3x dengan mengangkat kotak stinggi

20 cm, lalu jatuhkan.

20

6. Timbang dan catat berat sampah dalam kotak pengukur.

7. Kumpulkan sampah dari masing-masing lokasi ke dalam bak

pengukur 500 liter (sebelumnya bak pengukur 500 liter tersebut telah

ditimbang)

8. Ukur dan catat volume sampah keseluruhan.

9. Pilah contoh berdasrkan komponen komposisi sampah (organik,

kertas plastik, logam, gelas, Styrofoam dan lainya.)

10. Timbang dan catat berat dan volume masing-masing komponen

komposisi sampah.

d. Cara pengolahan data

1. Memasukkan data-data pengamatan ke dalam tabel pengamatan.

2. Menghitung berat jenis mengunakan rumus sebagai berikut:

Berat Jenis Sampah = masa sampah (kg )

volume sampah(m3)(3.1)

3. Menghitung volume sampah menggunakan rumusn sebagai sebagi

berikut:

Volume sampah = luas kotak × tinggi sampah (3.2)

4. Menghitung komponen komposisi sampah, dihitung dengan cara

menimbang berat total timbulan sampah terlebih dahulu, kemudian

total timbulan tersebut berdasarkan komponen karakteristik yang

sudah ditetapkan, lalu masing-masing komponen ditimbang beratnya.

5. Menghitung presentase komposisi tiap karakteristik sampah dilakukan

dengan menggunakan perhitungan berikut:

Presentase komponen (%)¿ massa komponen(kg)

massa total sampah(kg)× 100 % (3.3)

21

6. Menghitung laju timbulan sampah dalam satuan kg/orang/hari dihitung

dengan persamaan berikut:

Timbulan (kg/org/hari) ¿massa total sampah (kg ) dalam1hari

jumlah sumber timbunan(orang/hari)(3.4)

7. Dimana berat total timbulan berupa jumlah total timbulan limbah padat

yang ditimbang pada hari yang sama dalam satuan Kg.

8. Menghitung laju timbulan sampah dalam satuan m3/hari.

9. Laju timbulan sampah dalam satuan m3/orang /hari dihitung dengan

persamaan berikut :

Timbulan ( m3

org−¿

¿hari)= volume total sampah (m3 ) dalam1 hari

jumlah sumber timbulan (orghari

)(3.5)

10. Volume total timbulan berapa jumlah total volume timbulan sampah

yang diukur pada hari yang sama dalam satuan m3.

Data timbulan ini merupakan dasar perhitungan timbulan sampah yang

harus dikelola untuk kepentingan perencanaan peningkatan pelayanan.

2. Pengumpulan

Informasi yang diperlukan meliputi, perlatan yang digunakan untuk

pengumpulan (jumlah dan spesfiksi), rute dan frekuensi pengumpulan,

pemeliharaan alat-alat, pencucian dan perbaikan.

a. Cara pengumpulan

Pengumpulan data dilakukan dengan langkah sebagai berikut:

1. Menghubungi petugas yang bertanggung jawab terhadap pengumpulan

sampah.

2. Mengamati jenis (spesifikasi) dan jumlah alat pengumpul.

3. Mengamati rute dan frekuensi pengumpulan .

4. Mengamati volume sampah yang dikumpulkan setiap hari dan dicatat

5. Pengamatan dilakukan minimal selama 8 hari berturut-turut

22

6. Menghubungi petugas yang bertnggung jawab terhadap pemeliharaan

alat-alat pengumpul.

b. Cara pengolahan Data

pengolahan data dilakukan dengan langkah sebagai berikut:

1. Memasukkan data dan peralatan untuk pengumpulan, meliputi jumlah,

jenis, spesifikasi

2. Memasukkan data rute dan frekuensi pengumpulan selama 8 hari

pengamatan

3. Memasukkan data pemeliharaan alat pengumpul

2.5 Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian dapat digolongkan menjadi 3 kategori yaitu

pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan gabungan pendekatan kuantitatif-kualitatif

(mixed model). Pendekatan kali ini dilakukan pendekatan kuantitatif–kualitatif

(mixed model). Metode kuantitatif digunakan pada saat perhitungan timbulan

sampah di Universitas Mataram setiap harinya beserta komposisinya.

2.6 Variabel Penelitian

Dalam penelitian kali ini, yang digolongkan sebagai variabel bebas adalah

timbulan sampah yang terdiri dari volume, berat, dan komposisi sampah di

kampus Universitas Mataram baru. Sedangkan variabel terikatnya adalah

pemrosesan yang terdiri dari, jumlah, waktu dan kapasitas, sistem pengumpulan

serta pengangkutan dalam sistem pengolahan limbah padat terpadu di kawasan

kampus Universitas Mataram baru.

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi yang akan diteliti adalah semua sampah di tiap-tiap tong sampah

yang tersedia di areal kampus baru Universitas Mataram, yang dihasilkan dari

kegiatan setiap harinya. Sedangkan sampel yang akan diambil dari penelitian kali

ini adalah sampah yang dihasilkan oleh semua Fakultas yang ada di kawasan

kampus baru Universitas Mataram, asrama mahasiswa, dan gedung-gedung

lainya, yang terdiri dari sampah gedung perkuliahan dan administrasi, sampah

23

kantin, sampah taman dan sampah jalan.

24