78
BAB II KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN RUANG RAWAT BEDAH KELAS 2 KEMUNING LANTAI 5 2.1 Kajian Situasi RSUP Dr.Hasan Sadikin Bandung 2.1.1 Visi Rumah Sakit Visi Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung adalah”Menjadi rumah sakit rujukan nasional dan rumah sakit pendidikan yang bermutu dan berdaya saing ditahun 2019”. 2.1.2 Misi Rumah Sakit Menyelenggarakan pelayanan kesehatan paripurna dan prima dan terintegrasi dengan pendidikan dan penelitian. 2.1.3 Moto Rumah Sakit Kesehatan anda menjadi prioritas kami. 2.1.4 Nilai-nilai Rumah Sakit Nilai-nilai rumah sakit terdiri dari 5 item yang disingkat dalam kata “PRIMA” yang penjabarannya adalah sebagai berikut: P = Profesional Memiliki kemampuan untuk memberikan pelayanan dengan kualitas terbaik disertai kompetensi dalam disiplin ilmu yang melandasinya. R = Respek Pelayanan yang prima akan dapat diberikan bila dilandasi oleh rasa saling menghormati antara

Bab II Setengah Terakhir

Embed Size (px)

DESCRIPTION

MANKEP

Citation preview

Page 1: Bab II Setengah Terakhir

BAB II

KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN

RUANG RAWAT BEDAH KELAS 2 KEMUNING LANTAI 5

2.1 Kajian Situasi RSUP Dr.Hasan Sadikin Bandung

2.1.1 Visi Rumah Sakit

Visi Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung

adalah”Menjadi rumah sakit rujukan nasional dan rumah sakit pendidikan

yang bermutu dan berdaya saing ditahun 2019”.

2.1.2 Misi Rumah Sakit

Menyelenggarakan pelayanan kesehatan paripurna dan prima dan

terintegrasi dengan pendidikan dan penelitian.

2.1.3 Moto Rumah Sakit

Kesehatan anda menjadi prioritas kami.

2.1.4 Nilai-nilai Rumah Sakit

Nilai-nilai rumah sakit terdiri dari 5 item yang disingkat dalam kata

“PRIMA” yang penjabarannya adalah sebagai berikut:

P = Profesional

Memiliki kemampuan untuk memberikan pelayanan dengan kualitas

terbaik disertai kompetensi dalam disiplin ilmu yang melandasinya.

R = Respek

Pelayanan yang prima akan dapat diberikan bila dilandasi oleh rasa saling

menghormati antara anggota tim pemberi pelayanan. Pelayanan prima

tidak hanya ditentukan oleh satu profesi, tetapi semua yang terlibat dalam

tim pelayanan. Keberadaan profesi profesi tersebut pada hakekatnya saling

melengkapi.

I = Integritas

Bertindak konsisiten sesuai dengan nilai –nilai dan kebijakan organisasi

serta kode etik.

M = Manusiawi

Menganggap setiap individu/manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang

mulia. Oleh karena itu harkat dan martabat mereka harus di junjung tinggi.

Page 2: Bab II Setengah Terakhir

A = Amanah

Melaksanakan dengan sungguh sungguh segala hal yang dipercayakan

oleh negara dan masyarakat khususnya dalam memberikan pelayanan,

pendidikan dan penelitian masyarakat.

2.1.5 Tujuan Rumah Sakit

Tujuan Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung adalah:

1. Terselenggaranya pelayanan kesehatan yang terintegritasi sesuai

standar, berorientasi pada kepuasaan pelanggan menuju persaingan di

tingkat regional.

2. Terwujudnya RSHS sebagai Model Rumah Sakit Pendidikan di

Indonesia.

3. Terwujudnya rumah sakit berbasis penelitian (research based

hospital).

4. Meningkatnya cost recovery rumah sakit untuk menuju kemandirian.

2.2 Kajian Situasi Ruang Rawat Bedah Kelas 2 Kemuning Lantai 5

2.2.1 Karakteristik Unit

2.2.1.1 Visi Ruang Rawat Bedah Kelas 2

Ruang Rawat Bedah Kelas 2 tidak memiliki visi ruangan secara khusus.

Sampai saat ini ruangan menginduk pada visi rumah sakit.

2.2.1.2 Misi Ruang Rawat Bedah Kelas 2

Ruang Rawat Bedah Kelas 2 tidak memiliki misi ruangan secara khusus.

Sampai saat ini ruangan menginduk pada misi rumah sakit.

2.2.1.3 Sifat Kekaryaan Ruang Rawat Bedah Kelas 2

1. Fokus Telaahan

Kemuning lantai 5 merupakan ruangan bedah umum Kelas 2

yang merawat pasien pre dan post operasi untuk perempuan dan laki-

laki dengan rentang usia bayi sampai dewasa. Ruangan memiliki

rencana kapasitas bed sebanyak 60 yang terdiri dari 48 untuk pasien

dewasa dan 12 untuk pasien anak. Namun, saat ini fasilitas yang

tersedia baru 50 bed yang terdiri dari 44 bed untuk pasien dewasa dan

6 bed untuk pasien anak.

Page 3: Bab II Setengah Terakhir

2. Lingkup Garapan

Bidang pelayanan adalah penyimpangan dalam

pemenuhan kebutuhan dasar manusia akibat gangguan

pada sistem tubuh pada kasus bedah umum yang

meliputi : bedah anak, digestif, urologi, onkologi,

vaskuler, saraf, THT, mulut, plastic, thoraks dan

orthopedi.

Kebutuhan dasar manusia yang terkait antara lain

pemenuhan nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi fekal

dan urine, istirahat tidur, aktivitas atau mobilisasi,

pencegahan infeksi, personal hygiene dan rasa nyaman

(terbebas dari rasa ketidaknyamanan seperti nyeri).

Bidang pendidikan adalah peningkatan kemampuan

(kognitif, afektif, dan psikomotor) praktikan dalam hal

ini adalah mahasiswa dalam melakukan asuhan

keperawatan (pemenuhan kebutuhan dasar manusia

pasien) dan dampak yang ditimbulkan.

Bidang penelitian adalah memfasilitasi kegiatan

penelitian di Ruang Bedah Kelas 2 kemuning lantai 5

dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan

keperawatan khususnya dan atau rumah sakit secara

umum.

3. Basis Intervensi

Dalam bidang pelayanan adalah ketidaktahuan,

ketidakmauan, dan ketidakmampuan pasien dalam

memenuhi kebutuhan dasar manusia akibat adanya

gangguan fungsi sistem tubuh yang terkait dengan

proses atau tindakan pembedahan.

Dalam bidang pendidikan adalah ketidaktahuan,

ketidakmauan, ketidakmampuan perawat, dan

praktikan dalam hal ini adalah mahasiswa dalam

mencapai tingkat pengetahuan dan kemampuan

Page 4: Bab II Setengah Terakhir

(kognitif, afektif, dan psikomotor) yang berhubungan

dengan pemberian asuhan keperawatan (pemenuhan

kebutuhan dasar manusia) pada pasien dengan

gangguan fungsi sistem tubuh yang disertai dengan

indikasi pembedahan.

Dalam bidang penelitian adalah menjadi lahan

penelitian bagi individu atau kelompok yang ingin

meneliti fenomena atau permasalahan yang muncul di

ruang perawatan bedah.

2.2.1.4 Model Layanan Ruang Rawat Bedah Kelas 2

Berdasarkan hasil wawancara kepala ruangan, metode keperawatan yang

digunakan di Ruang Rawat Bedah Kelas 2 adalah metode tim. Perawat dibagi

menjadi 4 tim, yaitu tim 1 yang menangani pasien di kamar 1 dan 2, tim 2

menangani pasien di kamar 3 dan 4, tim 3 menangani pasien di kamar 6, 7, dan 8

(bed 1, 2, dan 3), dan tim 4 yang menangani pasien di kamar 8 (bed 4, 5, dan 6), 9

dan 10. Menurut teori, dalam pelaksaanaan metode tim, sekelompok perawat yang

bertugas di suatu tim akan tetap bertugas di tim tersebut meskipun berbeda shift.

Namun, dalam pelaksanaannya perawat mengaku terdapat beberapa tindakan yang

mereka kerjakan secara fungsional dimana setiap perawat bertugas sesuai dengan

fungsinya, seperti injeksi dan ganti verban. Perawat mengaku metode tim belum

bisa dilakukan secara optimal karena keterbatasan tenaga perawat yang tidak

sesuai dengan jumlah pasien. Perawat juga mengakui bahwa jika terdapat operan

maupun tindakan untuk pasien diluar pegangan timnya, ia tetap memberikan

pelayanan dengan sepengetahuan perawat penangungjawab dari pasien tersebut.

2.2.1.5 Letak Ruang Rawat Bedah Kelas 2

Ruang Rawat Bedah Kelas 2 terletak di gedung Kemuning Lantai 5 RSHS

berjauhan dengan beberapa sarana dan instalasi yang mendukung pelayanan

kesehatan antara lain: GICU, UGD, radiologi, kamar operasi,laboratorium dan

bank darah.

2.2.1.6 Kapasitas Unit Ruang Rawat Bedah Kelas 2

Page 5: Bab II Setengah Terakhir

Ruang bedah Kelas 2 memiliki 10 kamar dengan kapasitas 50 bed dengan

pembagian sebagai berikut (7 Maret 2015):

1. Kamar 1 terdiri dari 6 bed untuk perawatan dewasa perempuan

2. Kamar 2 terdiri dari 6 bed untuk perawatan dewasa laki-laki

3. Kamar 3 terdiri dari 6 bed untuk perawatan dewasa laki-laki

4. Kamar 4 terdiri dari 6 bed untuk perawatan anak-anak

5. Kamar 5 dikosongkan, sementara digunakan sebagai ruang mahasiswa

6. Kamar 6 terdiri dari 6 bed untuk perawatan dewasa perempuan

7. Kamar 7 terdiri dari 3bed untuk perawatan dewasa perempuan

8. Kamar 8 terdiri dari 6 bed untuk perawatan dewasa perempuan

9. Kamar 9 terdiri dari 5bed untuk kamar dewasa laki-laki

10. Kamar 10 terdiri dari 6 bed untuk kamar dewasa perempuan

2.2.2 Analisis terhadap Pasien

2.2.2.1 Karakteristik

Tabel 2.1 Karakteristik Pasien Ruang Rawat Bedah Kelas 2

Kemuning Lantai 5 RSHS Bandung Berdasarkan Usia Tanggal 7

Maret 2015

No Kelompok Usia Frekuensi Persentase (%)

1. 0 - < 6 tahun

(Infancy & early childhod)5 0,11

2. 6 - < 12 tahun

(Masa sekolah)1 0,02

3. 12 - < 18 tahun

(Usia remaja)1 0,02

4. 18 - < 30 tahun

(Dewasa muda)6 0,13

5. 30- < 50 tahun

(Dewasa lanjut)22 0,47

6. ≥ 50 tahun

(Usia lanjut)12 0,26

Jumlah 47 100

Page 6: Bab II Setengah Terakhir

Sumber: Studi Dokumentasi Ruang Rawat Bedah Kelas 2

Tabel 2.2 Karakteristik Pasien Ruang Rawat Bedah Kelas 2

Kemuning Lantai 5 RSHS Bandung Berdasarkan Spesialis/

Subspesialis Bedah Tanggal 7 Maret 2015

No Sistem Frekuensi Persentase (%)

1. Bedah digestif 10 21,28

2. Bedah urologi 3 6,38

3. Bedah onkologi 16 34,04

4. Bedah vaskuler 2 4,26

5. Bedah saraf 3 6,38

6. Bedah mulut 1 2,13

7. Bedah anak 6 12,76

8. Bedah orthopedi 1 2,13

9. Bedah plastik 1 2,13

10. Bedah THT 0 0

11. Bedah thorak 4 8,51

Jumlah 47 100

Sumber: Studi Dokumentasi Ruang Rawat Bedah Kelas 2

2.2.3 Analisis Unit Layanan Keperawatan

2.2.2.1 Manajemen Asuhan

1. Flow of Care

a. Penerimaan Pasien

Berdasarkan hasil kajian situasi tanggal 7-9 Maret 2015

didapatkan data sebagai berikut:

a. Hasil observasi penerimaan klien baru yang masuk ruang

Rawat Bedah Kelas 2 Kemuning lantai 5 adalah sebanyak 3

dari 9 pasien.

b. RuangRawat Bedah Kelas 2 Kemuning lantai 5 sudah

memiliki petunjuk pelaksanaan (protap) penerimaan pasien

baru. Selain itu berdasarkan hasil wawancara dengan karu,

Page 7: Bab II Setengah Terakhir

katim tim 3 dan perawat bahwa dalam penerimaan pasien

baru, klien dan keluarga dilakukan orientasi ruangan seperti

kamar mandi, nurse station, dan mushola. Pasien baru dan

keluarga juga diberikan pinjaman buku yang berisi tentang

hak dan kewajiban pasien, nama-nama perawat di ruangan,

penkes terkait nutrisi, pemilahan sampah, etika batuk dan

lain-lain. Setelah dilakukan observasi selama pengkajian

didapatkan bahwa masih ada poin yang masih belum optimal

pelaksanaannya yaitu perawat tidak memperkenalkan diri,

perawat tidak mengorientasikan mengenai denah ruangan.

c. Perawat ruangan mengidentifikasi nama, tanggal lahir, dan

medical record. Data hasil observasi terhadap 3 dari 9 orang

perawat tidak melakukan orientasi, perkenalan dan pemberian

edukasi mengenai pemilahan sampah dan etika batuk.

d. Proses penerimaan klien baru meliputi, yaitu:

- Pada tanggal 7-9 Maret 2015, sebanyak 3 dari 9 orang

pasien baru yang masuk ruang Rawat Bedah Kelas 2

Kemuning lantai 5 dapat terobservasi oleh kelompok dari

mulai perawat ruangan menerima telefon dari

admission center untuk order tempat, kemudian

mencatatnya di buku pemesanan tempat (buku Waiting

List), selanjutnya perawat menyiapkan tempat tidur (bed

making) dengan linen yang baru.

- Semua calon klien yang akan dirawat di ruang Bedah

Kelas 2 Kemuning lantai 5 telah diketahui sebelumnya

melalui pendokumentasian calon klien (waiting list).

- Perawat menerima informasi pemesanan tempat untuk

klien baru melalui telepon dari ruang IGD atau poli atau

ruangan kritis, klien diantar oleh perawat atau pekarya,

kemudian perawat menerima informasi nama, usia,

diagnosa medis, pemeriksaan penunjang dan kebutuhan

peralatan untuk klien tersebut dari status pasien baru

Page 8: Bab II Setengah Terakhir

yang dibawa.

- Dari hasil observasi tidak ada pasien baru yang langsung

ditangani oleh dokter jaga ruangan.

- Perawat melaporkan semua klien baru secara lisan dan

tertulis kepada dokter.

- Perawat memindahkan semua klien baru ke tempat tidur

yang telah disiapkan.

- Perawat mengatur posisi nyaman bagi semua klien baru

- Dari 3 pasien baru yang terobservasi, 1 orang pasien

mengenal nama mahasiswa yang menerimanya, karena

saat penerimaan mahasiswa menyebutkan namanya,

melakukan indentifikasi klien dengan memberikan

gelang identitas, dan memberikan edukasi mengenai

etika batuk, pemilahan sampah, fungsi gelang identitas.

2 orang perawat memberikan orientasi ruangan dan

mengenalkan dokter DPJP nya.

- Pada 1 pasien yang terobservasi perawat mendelegasikan

kepada mahasiswa untuk langsung melaksanakan

pemeriksaan/pengkajian pada klien baru tersebut secara

komprehensif, yang meliputi bio (head toe toe/

persistem), psikologis, sosial dan spiritualnya.

Sedangkan 2 pasien yang terobservasi perawat tidak

langsung melaksanakan pemeriksaan/pengkajian pada

klien baru tersebut secara komprehensif, yang meliputi

bio (head toe toe/ persistem), psikologis, sosial dan

spiritualnya.

b. Pengelolaan Pasien

1) Perawat

a) Metode Asuhan Keperawatan

Model asuhan keperawatan di ruang Rawat

Bedah Kelas 2 Kemuning lantai 5 adalah menggunakan

model asuhan tim. Metode tim diaplikasikan dengan

Page 9: Bab II Setengah Terakhir

pembagian pasien berdasarkan kamar yang terdiri dari 4

tim. Tim 1 bertanggung jawab untuk pasien kamar 1, dan

2. Tim 2 bertanggung jawab untuk pasien kamar 3 dan 4.

Tim 3 bertanggung jawab untuk passien kamar 6, 7, 8

bed 1, 8 bed 2, dan 8 bed 3. Tim 4 bertanggung jawab

untuk pasien kamar8 bed 4,8 bed 5, 8 bed 6, 9 dan 10.

Menurut teori, dalam pelaksaanaan metode tim,

sekelompok perawat yang bertugas di suatu tim akan

tetap bertugas di tim tersebut meskipun berbeda shift.

Namun, dalam pelaksanaannya perawat mengaku bahwa

meskipun sudah terbagi secara tim, terdapat beberapa

tindakan yang mereka kerjakan secara fungsional dimana

setiap perawat bertugas sesuai dengan fungsinya, yaitu

seperti injeksi dan ganti verban. Perawat mengaku

metode tim belum bisa dilakukan secara optimal karena

keterbatasan tenaga perawat yang tidak sesuai dengan

jumlah pasien. Perawat juga mengakui bahwa jika

terdapat operan maupun tindakan untuk pasien diluar

pegangan timnya, ia tetap memberikan pelayanan dengan

sepengetahuan perawat penangungjawab dari pasien

tersebut.

Dari hasil observasi, ketua tim bertugas

mengontrol pasien yang ada di dalam tim masing-

masing, bertanggung jawab terhadap pasien masuk, dan

pasien pulang. Serah terima tugas antar shift baik lisan

maupun tulisan dilaksanakan oleh penanggung jawab

masing-masing tim. Kerja sama antar perawat sudah

terjalin dengan baik.

Jumlah perawat pada shift pagi pada tanggal 7-9

Maret 2015 rata-rata sebanyak 5–8 orang, shift sore 4-5

orang dan shift malam 4-5 orang. Mahasiswa

keperawatan yang praktik di Ruang Bedah Kelas 2

Page 10: Bab II Setengah Terakhir

Kemuning Lantai 5, hanya mahasiswa PPN XXVIII

F.Kep Unpad sebanyak 11 orang dengan pembagian 2-6

orang di setiap shiftnya.

b) Tindakan Keperawatan

Berdasarkan hasil observasi dari tanggal 7-9 Maret 2015

selama di ruangan didapatkan data bahwa beberapa

tindakan keperawatan yang berhasil diobservasi

diantaranya perawatan luka, pemberian obat,

pengambilan darah, aff kateter, aff infus, dan

pemasangan infus. Dalam setiap malakukan tindakan

tersebut perawat melakukan informed consent. Namun,

informasi yang diberikan hanya informasi mengenai

jenis tindakan yang akan dilakukan tidak disertai

identifikasi pasien.

c) Alur Pre-Operasi

Berdasarkan hasil kajian situasi tanggal 7-9 Maret 2015

didapatkan data sebagai berikut:

Terdapat 2 pasien pre operasi yang terobservasi

Hasil wawancara dan observasi terhadap perawat

ruangan didapatkan data sebagai berikut:

o Perawat mengatakan bahwa penjelasan

mengenai prosedur operasi dilakukan oleh

dokter dan perawat terkadang tidak

mendampinginya. Prosedur operasi yang

dijelaskan terhadap klien diantaranya prosedur

operasi, tujuan operasi, jenis tindakan operasi,

jenis anastesi, puasa 6 jam sebelum operasi,

dipasang infus, pemeriksaan skin test, diberikan

pre medikasi sesuai indikasi, dan klien

dianjurkan untuk melepaskan aksesoris/

perhiasan yang dikenakan.

Page 11: Bab II Setengah Terakhir

o Perawat memastikan dokter memberikan

informasi kepada klien dan keluarga mengenai

tujuan operasi dan prosedur tindakan operasi.

o 2 dari 5 klien pre operasi yang terobservasi telah

mendapat penjelasan mengenai prosedur operasi

dan efek sampingnya dari dokter ketika visite

dan perawat memfasilitasi penandatanganan

SIO (Surat Izin Operasi) oleh klien atau

keluarga dengan terlebih dahulu memberikan

penjelasan.

o Seluruh klien yang terobservasi tidak memiliki

tanda dibagian tubuh yang akan dioperasi.

o Berdasarkan hasil wawancara konsul ke bagian

anestesi maupun ke bagian lain pada H-2 dan

difasilitasi oleh perawat atas usulan dokter

penanggung jawab.

o Seluruh klien operasi yang terobservasi diantar

ke ruang operasi olehperawat atau pekarya dan

mahasiswa sehingga check in di ruang operasi

dilakukan antara perawat ruangan dan perawat

ruang operasi dan perawat operasi dengan

mahasiswa.

d) Alur Pasien Post-Operasi

- Pasien dari ruang operasi dijemput oleh perawat atau

mahasiswa dengan menggunakan kursi roda atau

membawa tempat tidur pasien. Jika yang menjemput

pasien adalah mahasiswa, maka perawat ruangan

terlebih dahulu memberikan pengarahan. Jika ada

masalah atau butuh konfirmasi dengan petugas

ruang operasi, maka konfirmasi dilakukan melalui

telepon.

Page 12: Bab II Setengah Terakhir

- Setelah pasien sampai di ruangan, perawat atau

mahasiswa melakukan operan kepada perawat di

ruangan menggunakan SBAR dan memposisikan

klien ke tempat tidur, mengatur tetesan infus serta

mengatur pemenuhan oksigen pasien.

- Perawat atau mahasiswa menganjurkan pasien untuk

melakukan ambulasi dini dan puasa sampai bising

usus positif atau sesuai instruksi dokter dan perawat

memberitahukan keluarga untuk melakukan test

feeding dengan cara diberikan minum sesendok

setelah pasien bising usus positif atau sesuai

instruksi dokter.

e) Alur Pasien Pindah

Selama dilakukan kajian situasi pada tanggal 7-9 Maret

2015 tidak ada pasien yang pindah ke ruangan lain.

2) Dokter

Pembagian kerja dokter dibagi dalam sub bagian,

yaitu subbagian Bedah Saraf, Bedah Orthopedi, Bedah

Digestive, Bedah Thorax, Bedah Plastik, Bedah Mulut,

Bedah THT, Bedah Vaskuler, Bedah Urologi, dan Bedah

Onkologi. Berdasarkan hasil wawancara dokter dari tiap

subbagian minimal terdapat 1 orang di ruangan sebagai

dokter jaga pada pagi, sore dan malam hari.

3) Farmasi

Bagian farmasi menerima order terapi sesuai dengan

advis dokter, setiap pagi bagian farmasi mengambil kartu

obat pasien, kartu obat pasien dicek oleh bagian farmasi,

kebutuhan obat disesuaikan dengan BPJS atau umum. Obat

yang diberikan hanya obat yang tersedia di depo. Obat

disiapkan oleh asisten apoteker, lalu obat yang sudah

terbungkus dicek oleh apotekerdan disesuaikan dengan KOP

(kartu obat pasien) apakah obat tidak berbentrokan cara

Page 13: Bab II Setengah Terakhir

kerjanya atau sama-sama cara kerjanya. Bila apoteker

menemukan hal tersebut apoteker akan diskusi dengan dokter

yang memberikan terapi untuk mempertimbangkan terapi

klien. Kemudian setelah obat siap, obat diantarkan ke

ruangan oleh petugas farmasi (asisten apoteker) sampai

membereskan ke tiap loker sesuai dengan nama, no medrek

pasien. Jika bersifat cito obat diambil oleh perawat ke depo.

Perawat mengatur dan melaksanakan pemberian obat-obatan

yang disuntikkan. Jadwal pemberian obat suntikan terdapat

dibuku suntik.

Untuk obat oral sebelum waktu minum obat, obat oral

diberikan terlebih dahulu oleh perawat kepada pasien dan

keluarga untuk disiapkan diminum sesuai jam yang tertera di

label obat. Sehingga, pasien menyimpan, menyiapkan, dan

minum obat oral secara mandiri sesuai jadwal dibantu oleh

keluarga dengan dikontrol oleh perawat apakah pasien sudah

minum obat atau belum. Pendokumentasian pemberian obat-

obatan sudah sesuai dengan pedoman 7B. Koordinasi antara

perawat dengan farmasi mengenai obat-obatan dilakukan

melalui kartu resep dan via telepon.

4) Gizi

Alur pelayanan gizi di Ruang Bedah Umum

Kemuning lantai 5 saat pasien masuk, pasien dilakukan

skrining, jika hasil dari skrining menunjukkan lebih dari 2

makan pasien dilakukan asesment gizi awal. Dari hasil

assesment gizi awal dievaluasi apakah pasien makannya

terganggu atau tidak, apakah ada penyakit tertentu yang

memerlukan diet khusus. Jika ada maka selanjutnya

dilakukan assesment lanjut apakah perlu diet khusus dan

monitoring. Untuk malnutrisi berat pasien dievaluasi setiap

hari, sedangkan yang tergolong malnutrisi sedang evaluasi

dilakukan 3-4 hari dan malnutrisi ringan evaluasi dilakukan

Page 14: Bab II Setengah Terakhir

6-7 hari.

Pengelolaan gizi terbagi menjadi 2 yaitu pelayanan

makanan dan asuhan gizi. Pelayanan makanan bertugas

menghitung kebutuhan makanan dalam bentuk standar dan

pembagian porsi makan klien dalam 3 kali sehari sesuai

dengan kebutuhan pasien. Sedangkan asuhan gizi bertugas

dalam penentuan diet klien, evaluasi, penentuan diet lunak,

diet khusus atau diet biasa dan menghitung kebutuhan gizi

klien berdasarkan usia, berat badan, tinggi badan, jenis

kelamin dan jenis penyakit pasien.

Jika terdapat pasien pulang dengan diet yang khusus

maka petugas dari asuhan gizi akan memberikan konseling

pada pasien dan keluarga dengan menggunakan media leaflet

yang sesuai dengan jenis penyakit dan diet yang dibutuhkan

pasien. Leaflet yang diberikan bisa dibawa pulang oleh

pasien dan keluarga.

Pembagian makan kepada pasien diberikan oleh

pelayanan makanan gizi rumah sakit. Jadwal makan 3 kali

perhari; pagi 07.30 WIB, siang 12.00 WIB, sore 18.00 WIB.

Snack jam 10.00 WIB dan jam 15.00 WIB. Distribusi air

minum diberikan 1 kali sebanyak 1500 cc setiap jam 10.00

wib bersamaan dengan snack jam 10.00 WIB.

5) Pemeriksaan Diagnostik

Bedasarkan hasil wawancara pengelolaan petugas

laboratorium dilakukan secara terpusat untuk seluruh RSUP

Dr. Hasan Sadikin. Pengelolaan bahan pemeriksaan

laboratorium: dokter menulis jenis pemeriksaan yang

dilakukan pada pasien bersangkutan, perawat menyiapkan

alat-alat yang akan dipergunakan dan perawat menjelaskan

tujuan tindakan yang akan dilakukan. Pengiriman sampel

laboratorium dilakukan oleh perawat atau oleh pekarya ke

laboratorium kemuning. Bahan- bahan pemeriksaan sesuai

Page 15: Bab II Setengah Terakhir

dengan tabung yang telah disiapkan seperti tabung ungu

untuk pemeriksaan Hb atau Sysmex, tabung biru untuk

pemeriksaan PT-APTT, dan tabung kuning untuk

pemeriksaan darah kimia. Pemeriksaan radiologi: setelah

formulir permintaan pemeriksaan disiapkan dan ditulis dalam

buku ekspedisi. kemudian petugas ruangan (pekarya/perawat)

mendaftarkan ke bagian radiologi sambil membawa pasien.

Bagi pasien yang harus dikonsultasikan ke bagian lain, maka

dokter menulis permintaan konsul, kemudian perawat

menghubungi dokter bagian yang dituju.

c. Discharge Planning (Persiapan Pasien Pulang)

Berdasarkan hasil kajian situasi berupa pengamatan dan

wawancara tanggal 7-8 Maret 2015 ada 6 orang klien yang

pulang, kegiatan yang dilakukan oleh perawat yaitu meliputi:

1) Perawat menyiapkan surat-surat yang diperlukan, seperti

surat kontrol, surat pengantar, resep, hasil pemeriksaan, surat

cuti sakit, dan obat-obatan.

2) Discharge Planning yang mencakup pengkajian biodata,

pengetahuan klien mengenai penyakit, kemampuan klien

dalam beraktifitas, perawatan luka dan obat-obatan, sudah

dilaksanakan secara menyeluruh sesuai kebutuhan klien.

3) Untuk perawatan luka, klien diajarkan cara perawatan oleh

perawat ketika ganti balutan setiap hari, diajarkan oleh

perawat kepada klien dan keluarga saat klien dirawat di

ruangan.

4) Perawat memberikan motivasi dan anjuran kepada keluarga

agar klien kontrol.

5) 1 dari 3 perawat menjelaskan tanda-tanda umum kondisi

menurun pada klien dan cara penanggulangan di rumah.

6) Klien diperbolehkan pulang setelah semua administrasi

selesai. Perawat mengikuti keputusan dokter tentang kondisi

klien sudah boleh pulang atau belum. Perawat belum terlihat

Page 16: Bab II Setengah Terakhir

mempunyai keterlibatan dalam menganjurkan status

kepulangan klien.

2. Pemenuhan Kebutuhan Dasar

ASPEK DESKRIPSI SITUASI

Nutrisi Pemberian nutrisi dilakukan 3x sehari

dari bagian gizi rumah sakit yaitu:

makan pagi datang jam 07.30 wib, snack

pagi jam 10.00 WIB, makan siang jam

12.00 WIB, snack sore jam 15.00 WIB

dan makan sore jam 17.00 WIB.

Makanan disajikan tepat waktu sesuai

dengan jadwal yang telah ditentukan.

Selain mengkonsumsi makanan yang

diberikan oleh bagian gizi RSHS, pasien

juga mengkonsumsi makanan dari luar

asalkan buka merupakan pantangan

bagi pasien.

Makanan dari bagian gizi langsung

dibagikan kepada pasien menggunakan

trolly khusus makanan oleh pengantar

makanan dari bagian gizi atau pekarya di

ruangan.

Makanan disajikan diatas piring dalam

keadaan tertutup

Berdasarkan observasi tanggal 7-9 Maret

2015, di Ruang Rawat Bedah Kelas 2

Kemuning Lantai 5 terdapat 5 orang

pasien yang menggunakan NGT, 4 orang

NGT berfungsi untuk makan, 1 orang

NGT berfungsi untuk dekompresi.

15 dari 17 pasien mengatakan tidak

menghabiskan makanannya, alasannya

Page 17: Bab II Setengah Terakhir

Cairan

dan

elektrolit

karena kurang nafsu makan, terasa

kenyang, makanan disajikan kadang

membuat pasien mual, kurang menyukai

makanannya, terkadang keluarga pasien

membeli dari luar.

Dari hasil observasi pada 9 Maret 2015,

tidak tedapat tanggal pemasangan pada

selang NGT.

Di Ruang Rawat Bedah Kelas 2

Kemuning Lantai 5 terdapat protap

pemasangan NGT dan pemberian makan

melalui NGT.

Pada pasien dengan NGT, pemberian

makan dilakukan oleh keluarga pasien

yang sebelumnya sudah diberitahu oleh

perawat cara pemberian makan melalui

NGT dan hasil observasi kepada keluarga

yang melakukan pemberian makanan via

NGT sudah benar.

Menurut salah satu perawat pelaksana

mengatakan bahwa penggantian NGT

dilakukan setiap 7 hari. Berdasarkan

hasil observasi ditemukan pasien yang

menggunakan NGT lebih dari 7 hari.

Berdasarkan observasi tanggal 7-9 Maret

2015, pasien yang mendapat terapi

cairan berjumlah 30 pasien dari 50

pasien di Ruang Rawat Bedah Kelas 2

Kemuning Lantai 5.

Terdapat keterangan obat pada plabot

yang sudah diberi terapi seperti

Page 18: Bab II Setengah Terakhir

Eliminasi BAB dan BAK

Istirahat/ tidur

Aktivitas

Pencegahan Infeksi

Tramadol/ketorolac.

Dari 30 pasien yang terpasang infus,

hanya 4 pasien yang tercantum tanggal

pemasangan infus.

Dari 30 pasien yang terpasang infus,

hanya 6 pasien yang terdapat label infus

yang berisi tentang keterangan waktu

penggantian plabot, kecepatan tetesan

cairan yang diberikan, dan keterangan

plabot keberapa yang telah diberikan

kepada pasien.

Berdasarkan observasi, ketika cairan

infus habis, keluarga memberi tahu

perawat atau mahasiswa untuk diganti

dengan yang baru.

Tanggal 7-9 Maret 2015, terdapat 9

pasien yang terpasang kateter dan urine

bag tampak tergantung

Dari observasi tanggal 7-9 Maret 2015,

didapatkan belum tercantum tanggal

pemasangan pada kateter yang

digunakan pasien

Untuk pasien yang mampu mobilisasi,

pemenuhan eliminasi BAB dan BAK

langsung dilakukan di kamar mandi

pasien. Sedangkan pasien yang tirah

baring menggunakan pispot atau diapers

dibantu oleh keluarga.

Pembuangan limbah pasien (urine)

dilakukan oleh keluarga pasien dan

Page 19: Bab II Setengah Terakhir

Personal

perawat dinas malam.

Berdasarkan hasil wawancara tanggal 7-

9 Maret 2015 kepada keluarga pasien,

terdapat 4 pasien yang mengalami

gangguan istirahat dan tidur, 1

diantaranya mengatakan susah tidur

karena cemas, 2 pasien mengatakan

susah tidur dikarenakan nyeri yang

dirasakan, 1 pasien mengatakan susah

tidur karena terganggu dengan suara

mesin

Menurut hasil observasi dari tanggal 7-9

Maret 2015, perawat memberikan posisi

yang nyaman bagi pasien pada saat

bedmaking dan setelah ganti balutan.

Berdasarkan wawancara pada tanggal 7-

9 Maret 2015, dengan beberapa pasien

post operasi, pasien mengatakan

perawat telah menjelaskan tentang

pentingnya perawatan luka dan menjaga

kebersihan di area luka dan pasien

mengatakan bahwa perawat melakukan

perawatan luka setiap hari atau sesuai

dengan indikasi

Pada saat melakukan tindakan ganti

verban dan pemasangan infus perawat

tidak mempertahankan aseptik dan

antiseptik (prinsip kesterilan sangat

Page 20: Bab II Setengah Terakhir

Hygiene

Pengelolaan Nyeri

diutamakan).

Terdapat tempat yang memakai label:

sampah medis (memakai label kuning),

non medis (memakai label hitam),

sitotoxic (memakai label ungu) dan

tempat sampah benda tajam yang tidak

mudah tembus (derigen).

Sampah medis dan non-medis dan

sitotoxic dibuang setiap hari oleh

pekarya ruangan.

Perawat membuang spuit dan benda

tajam ke tempat pembuangan khusus

spuit dan benda tajam (derigen)

Penggantian linen dilakukan setiap hari

apabila linen kotor dan tercemar oleh

cairan tubuh. Pada saat ada pasien baru

linen diganti dengan yang baru.

Pengelolaan linen kotor masih belum

tertata, kadang masih tercampur antara

linen yang terkontaminasi cairan tubuh

pasien dengan linen yang tidak

terkontaminasi cairan tubuh pasien.

Berdasarkan hasil wawancara dengan

kepala ruangan, teguran terhadap

pekarya sudah dilakukan, tapi sampai

saat ini masih ada linen yang tercampur

dan kebersihan troli alat tenun kurang

terjaga.

Terdapat 9 fasilitas cuci tangan kering.

Di antara setiap kamar pasien terdapat

masing-masing 1 unit hands rub dan di

Page 21: Bab II Setengah Terakhir

troly tindakan 1 unit hands rub.

Wastafel, sabun cair dan tissue ada 3

buah yang terdiri dari 2 buah di koridor

kanan dan kiri dan i buah di ruang

tindakan.

Hasil wawancara dengan 17 orang

pasien, 15 orang menyatakan belum

mendapat informasi mengenai cuci

tangan 6 langkah dengan hand washing

dan hand rub, sedangkan 2 orang

mengetahui informasi cuci tangan pada

saat pendidikan kesehatan di Kemuning

Lt.1.

Berdasarkan wawancara pada pasien, 12

orang tidak mendapatkan informasi dan

edukasi dari perawat tentang pentingnya

menjaga personal hygiene terutama

pasien dengan post operasi.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap

pasien bahwa pernah ditanyakan oleh

perawat mengenai skala nyeri yang

dirasakan dan dari 3 orang pasien yang

mengeluh nyeri mengatakan belum

pernah diajarkan manajemen nyeri.

3. Aplikasi Asuhan Keperawatan

a. Dokumentasi Asuhan

Berdasarkan hasil studi dokumentasi pada tanggal 7-9 Maret

2015 terhadap 25 buku status (medical record) klien ruang Bedah

Kelas 2 Kemuning lantai 5 didapatkan data sebagai berikut:

- Dokumentasi asuhan keperawatan dilakukan sejak saat pasien

masuk ke Ruang Bedah Kelas 2 Kemuning lantai 5.

Page 22: Bab II Setengah Terakhir

- 12 dari 25 status yang di kaji memuat dokumentasi proses

keperawatan lengkap (pengkajian, diagnosa keperawatan,

perencanaan, implementasi, evaluasi)

b. Pengkajian

- 19 dari 25status memuat catatan data demografi pasien

(identitas pasien)

- 19 dari 25 status memuat data riwayat pasien

- 20 dari 25 memuat catatan data tentang fisik dan pengkajian

secara umum

- 16 dari 25 status memuat catatan data tentang psiko-sosio-

spiritual

- 22 dari 25 status memuat data penunjang

- 24 dari 25 status memuat pengelompokkan data objektif &

data subjektif

c. Diagnosa Keperawatan

13 dari 25 status merumuskan diagnosa keperawatan dengan

pendekatan P-E/P-E-S.

d. Perencanaan

- 13 dari 25 status memuat perencanaan keperawatan dengan

menetapkan tujuan yang SMART

- 13 dari 25 status memuat kriteria hasil.

- 13 dari 25 membuat perencanaan diawali dengan kalimat

perintah

- 13 dari 25 status memuat perencanaan dengan menggunakan

instruksi jelas

e. Implementasi

22 dari 25 status setiap tindakan keperawatan dicatat

menggunakan kata kerja.

f. Evaluasi dan Catatan Perkembangan

25 dari 25 evaluasi keperawatan ditulis dengan pendekatan

SOAP/SOAPIER.

g. Metode Penulisan

Page 23: Bab II Setengah Terakhir

- 24 dari 25 pencatatan dilakukan dengan menggunakan tinta,

jelas,dan mudah dibaca

- 24 dari 25 pencatatan dilakukan dengan mencantumkan

waktu, tanggal dan paraf perawat dan mencantumkan nama

perawat

h. Pendokumentasian Tindakan

- 25 dari 25 status dilengkapi dengan pencatatan infus

- 5 dari 5 status pasien yang terpasang NGT dilengkapi dengan

pencatatan NGT, sedangkan sisanya klien tidak terpasang

NGT.

- 9 dari 9 status pasien yang terpasang Dower Catheter (DC)

dilengkapi dengan pencatatan Dower Catheter, sedangkan

sisanya tidak terpasang DC.

- 10 dari 25 status dilengkapi dengan pencatatan perawatan

luka (Ganti Balutan), sedangkan sisanya klien tidak terdapat

luka balutan.

- 3 dari 25 klien yang teridentifikasi nyeri dilakukan

pendokumentasian manajemen nyeri oleh perawat.

4. Pelaksanaan International Patient Safety Goal (IPSG)

a. IPSG 1: Identifikasi Pasien Secara Benar

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada tanggal 8 Maret

2015 mengenai identifikasi pasien, didapatkan:

- Dari 50 pasien, 1 pasien tidak menggunakan gelang identitas

dikarenakan pasien alergi.

- 17 pasien label identitas pada gelang terhapus/hilang.

- 4 pasien menggunakan gelang berwarna kuning (risiko jatuh)

tetapi 2 pasien tidak dipasang tanda/gambar resiko jatuh,

setelah dikonfirmasi 2 dari 4 pasien dan keluarga belum

mengetahui fungsi dari gelang tersebut.

- Perawat melakukan identifikasi pasien sebelum melakukan

pemberian obat, memberikan tranfusi, sebelum mengambil

Page 24: Bab II Setengah Terakhir

sample darah/pemeriksaan laboratorium dan sebelum

melakukan tindakan keperawatan lainnya.

- Identifikasi pasien yang dilakukan perawat yaitu dengan

menanyakan nama dan mencocokkan dengan gelang pasien.

- Perawat tidak memperkenalkan diri pada pasien sebelum

melakukan tindakan keperawatan

b. IPSG 2: Meningkatkan Komunikasi Secara Efektif

Hasil observasi dan wawancara pada tanggal 8-9 Maret 2015

didapatkan :

- Perawat melakukan teknik komunikasi SBAR (Situation,

Background, Assesment, Recommendation) pada saat

melaporkan keadaan pasien, hasil kritis, dan serah terima

pasien.

- Perawat menggunakan teknik TBAK (Tulis/Baca Kembali)

saat menerima instruksi verbal.

c. IPSG 3: Meningkatkan Keamanan Pemakaian Obat Yang

Memerlukan Kewaspadaan Tinggi

Hasil observasi dan wawancara pada tanggal 8-9 Maret 2015

didapatkan :

- Obat hight alert/obat yang memerlukan kewaspadaan tinggi

tidak disediakan diruang rawat kecuali ada resep dari dokter.

- Penyimpanan obat hight alert/obat yang memerlukan

kewaspadaan tinggi disimpan pada tempat tempat obat pasien

tidak ditempat yang terpisah dengan obat yang lain.

- Tidak ada daftar obat-obat hight alert/obat yang memerlukan

kewaspadaan tinggi di nurse station.

- Pada saat pemberian obat perawat melakukan tindakan 6

benar; benar obat, benar dosis, benar cara, benar waktu,

benar pasien dan benar dokumentasi.

d. IPSG 4: Memastikan Kebenaran Prosedur, Lokasi Operasi Dan

Pasien Yang Akan Dibedah

Page 25: Bab II Setengah Terakhir

Berdasarkan kajian situasi dari tanggal 9 Maret 2015 didapatkan

5 pasien rencana operasi (preop) didapatkan data sebagai berikut :

- Perawat memastikan dokter memberikan informasi kepada

pasien dan keluarga mengenai prosedur tindakan operasi.

- Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat di ruangan

untuk tindakan penandaan area operasi tergantung dari

dokternya, perawat biasanya hanya mengingatkan dokter

untuk memberikan tindakan penandaan area operasi.

- Prosedur tindakan persiapan operasi terhadap pasien telah

dilakukan oleh perawat.

e. IPSG 5: Pengurangan Resiko Infeksi Rumah Sakit

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan tanggal 7-9 Maret

2015 didapatkan hasil :

- Perawat sudah melakukan kebersihan tangan 6 langkah dari

WHO

- Pada pelaksanaan 5 moment cuci tangan didapatkan hasil :

Perawat melakukan cuci tangan sebelum dan setelah

melakukan tindakan keperawatan pada pasien.

Cuci tangan dengan air yang mengalir dilakukan pada

tindakan yang kontak dengan cairan tubuh pasien

- Perawat menggunakan APD sesuai dengan situasi

- Perawat membuang sampah sesuai tempat sampah dengan

label yang disediakan.

- Penunggu pasien masih ada yang membuang sampah non

medis ke sampah medis. Dan didapatkan data pada tanggal 8

Maret 2015 sebanyak 17 pasien yang di wawancara

mengatakan belum pernah mendapatkan penkes tentang cuci

tangan, pemilahan sampah, dan fungsi gelang identitas.

- IV catheter, DC, NGT tidak di beri tanggal pemasangan pada

pasien, keterangan pemasangan dilakukan pada form terpisah

terdapat diruang perawat.

Page 26: Bab II Setengah Terakhir

- Data infeksi bulan Februari tidak ada yang terkena infeksi,

hanya ada 3 orang yang terkena dekubitus dan plebitis, tetapi

pasien yang mengalami dekubitus sudah mengalami

dekubitus sebelum dirawat di ruangan.

- Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 8 Maret 2015 pada

saat GV pasien, satu set GV dipakai untuk 6 orang.

f. IPSG 6: Resiko Jatuh

Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 7-9 Maret 2015

didapatkan hasil :

- 4 pasien menggunakan gelang berwarna kuning, 2 dari 4

keluarga dan pasien belum mengetahui fungsi dari gelang

berwarna kuning.

- Pada pasien dengan resiko jatuh tidak dipasang tanda/gambar

pada tempat tidur pasien.

- Semua bed rail dipasang pada pasien yang mempunyai risiko

jatuh.

- Pasien dan keluarga tidak diberikan edukasi ataupun leaflet

tentang risiko jatuh dan tidak ada pencatatan pada lembar

edukasi.

5. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan mengenai

pengelolaan linen kotor setelah bed making, didapatkan bahwa

petugas pekarya sudah memisahkan antara linen infeksius dengan

linen non infeksius. Pekarya menyatakan biasanya untuk linen non

infeksius disimpan di kantong kresek berwarna hitam, dan linen yang

infeksius disimpan di kantong kresek warna kuning.Akan tetapi ketika

kantong kresek warna kuningnya habis, pekarya memakai 2 kantong

kresek warna hitam, dan sebelum diberikan ke binatu sudah

dipisahkan antaraa linen yang non infeksius dan infeksius.

2.2.2.2 Manajemen Unit

1. Kekuatan Kerja/ Sumber Daya

Page 27: Bab II Setengah Terakhir

a. Manusia

1) Tenaga Keperawatan

Tenaga keperawatan berjumlah 28 orang yang terdiri

dari 1 orang kepala ruangan, 1 orang wakil kepala ruangan

yang juga sedang menjabat di komite mutu, 4 orang kepala

tim, dan 22orang perawat pelaksana dengan salah satunya

adalah clinical instructure (CI). Saat ini terdapat 1 orang yang

sedang cuti melahirkan.

(a) Pendidikan

Latar belakang pendidikan perawat terdiri dari Sarjana

sebanyak 11 orang dan Diploma sebanyak 17 orang.

(b) Jenis Kelamin

Jenis kelamin perawat terdiri dari perempuan sebanyak

21 orang dan laki-laki sebanyak 7 orang.

(c) Status Kepegawaian

Status kepegawaian perawat terdiri dari Pegawai Negeri

Sipil (PNS) sebanyak 20 orang dan non PNS sebanyak 8

orang.

2) Tenaga Non Keperawatan

a) Petugas gizi : 5 orang

b) Penata jasa : 1 orang

c) Penata usaha : 1 orang

d) Pekarya : 4 orang

e) Cleaning service : 8 orang

f) Satpam : 4 orang

3) Tenaga Medis

Dokter yang memberikan pelayanan medis pada klien

adalah residen dan konsulen. Dokter jaga 24 jam terbagi atas

masing-masing sub bagian, diantaranya bedah digestif,

vaskuler, thorax, onkologi, dan plastik ditangani oleh tim

bedah umum, sedangkan yang memiliki tim jaga sendiri

Page 28: Bab II Setengah Terakhir

Tenaga Perawat (TP)=Jam Perawatan x sensus harian (BORx jml pasien) x 365

(365− jumlah hari libur)x jam kerja / hari

antara lain bedah mulut, orthopedi, saraf, THT, urologi, dan

anak.

4) Mahasiswa Praktikan

Selama kajian situasi terdapat mahasiswa Program

Profesi Ners angkatan XXVIII UNPAD yang sedang praktik

stase manajemen keperawatan sebanyak 11 orang yang

terbagi menjadi 3 shift, yaitu pagi (2-6 orang), siang (2-5

orang), dan malam (2-3 orang).

5) Jumlah Tenaga Perawat Berdasarkan Rumus

Jumlah pasien rata-rata perhari dari tanggal 7-9 maret 2015

didapatkan jumlah pasien :

Tanggal Jumlah pasien

7 Maret

8 Maret

9 Maret

47

50

50

Rata – rata 49

g) Jumlah tenaga perawat berdasarkan Rumus

Perhitungan jumlah perawat menggunakan rumus

Gillies

Asuhan Langsung

((6X 1 jam) + (39X 3 jam) + (5X 6 jam)) = 153

jam/49 =2,86 jam/hari

Asuhan Tidak langsung

49 X 1 jam =49 jam

Pendidikan Kesehatan

49 X 0,25 jam =12,25 jam

Total rata-rata jam asuhan =214,25/49 = 4,37

jam/hari

Tenaga Perawat (TP)=Jam Perawatan x sensus harian (BORx jml pasien) x 365

(365 − jumlah hari libur)x jam kerja/hari

Page 29: Bab II Setengah Terakhir

4,37 X49X 365/(365-78) X 7jam =78.157,45/2009 =

38,9 = 39orang

Jadi kebutuhan tenaga perawat sebanyak 39 orang

Jumlah tenaga perawat yang ada saat ini sebanyak

28orang (termasukKepaladanWakil termasuk yang

sedang cuti melahirkan 1 orang)

Kekurangan tenaga perawat sebanyak11orang

b. Non Manusia

1) Money

Pendanaan Ruang Rawat Bedah Kelas 2 berasal dari

pusat atau sentral RSHS dan pemerintah daerah. Dalam

penyediaan barang kebutuhan bagi kelangsungan pelayanan

didrop dari pusat (dari bidang keperawatan ke bidang

pengadaan). Untuk barang yang tidak disediakan, pihak

ruangan mengajukan proposal pengadaan barang ke bidang

keperawatan. Anggaran biaya pengembangan dan biaya

pemeliharaan berasal langsung dari operasional RSHS.

Tunjangan yang didapatkan perawat terdiri gaji, ULP dan

dari intensif berdasarkan sistem remunerasi. Ruangan

memiliki dana khusus yang berasal dari iuran rutin perawat

sebesar Rp 10.000/bulan. Dana tersebut digunakan apabila

terdapat perawat yang sakit, melahirkan, dan lain-lain.

2) Method

Kebijakan RSHS memberikan kebebasan kepada

setiap ruangan untuk menentukan metode keperawatan yang

akan digunakan dan memberikan kewenangan untuk

mengatur jadwal dinas atau shift-nya. Berdasarkan hasil

wawancara yang dilakukan pada tanggal 7 Maret 2015,

metode keperawatan yang digunakan oleh ruangan adalah

metode tim. Perawat dibagi menjadi 4 tim, yaitu tim 1 yang

Page 30: Bab II Setengah Terakhir

menangani pasien di kamar 1 dan 2, tim 2 menangani pasien

di kamar 3 dan 4, tim 3 menangani pasien di kamar 6, 7, dan

8 (bed 1, 2, dan 3), dan tim 4 yang menangani pasien di

kamar 8 (bed 4, 5, dan 6), 9 dan 10.

Penjadwalan shift dibuat secara mingguan oleh satu

orang perawat yang ditunjuk kepala ruangan sebagai

penanggungjawab untuk membuat jadwal. Dalam setiap shift-

nya terdapat 5-7 perawat yang bertugas. Pada saat shift pagi,

pengambilan keputusan dilakukan oleh kepala ruangan, wakil

kepala ruangan, maupun kepala timnya masing-masing.

Sedangkan saat shift sore dan malam pengambilan keputusan

yang bersifat urgent dilakukan oleh leader yang telah

ditentukan dan ditandai dalam jadwal dinas.

Berdasarkan hasil wawancara, metode keperawatan

yang digunakan oleh ruangan adalah metode tim.Menurut

teori, dalam pelaksaanaan metode tim, sekelompok perawat

yang bertugas di suatu tim akan tetap bertugas di tim tersebut

meskipun berbeda shift. Namun, dalam pelaksanaannya

perawat mengaku bahwa meskipun sudah terbagi secara tim,

terdapat beberapa tindakan yang mereka kerjakan secara

fungsional dimana setiap perawat bertugas sesuai dengan

fungsinya, yaitu seperti injeksi dan ganti verban. Perawat

mengaku metode tim belum bisa dilakukan secara optimal

karena keterbatasan tenaga perawat yang tidak sesuai dengan

jumlah pasien. Perawat juga mengakui bahwa jika terdapat

operan maupun tindakan untuk pasien diluar pegangan

timnya, ia tetap memberikan pelayanan dengan

sepengetahuan perawat penangungjawab dari pasien tersebut.

Ruang Rawat Bedah Kelas 2 Kemuning Lantai 5

belum memiliki struktur organisasi terbaru sehubungan

dengan masih dalam proses penyusunan. Ruangan SOP,

protap, dan standar asuhan keperawatan terintegrasi dengan

Page 31: Bab II Setengah Terakhir

SPO dari rumah sakit. Pendokumentasian asuhan dilakukan

sepenuhnya oleh perawat. Selain pendokumentasian di buku

status, ruangan juga memiliki buku komunikasi yang diisi

oleh ketua tim maupun perawat pelaksana, berisi tentang

keadaan umum pasien, alat kesehatan yang terpasang,

tindakan yang telah dilakukan, dan rencana tindakan yang

akan dilakukan. Hal tersebut bertujuan untuk memudahkan

komunikasi antar perawat di ruangan.

Ruang Rawat Bedah Kelas 2 juga memiliki buku

jadwal dinas pegawai baik perawat maupun non keperawatan.

Selain itu, ruangan pun memiliki buku catatan rapat ruangan

yang diisi oleh kepala atau wakil kepala ruangan berisi

tentang hasil rapat, pembagian tugas baru perawat, masalah

iuran bulanan ruangan, dan lain-lain.

3) Material

Ruang Rawat Bedah Kelas 2 terletak di gedung

kemuning lantai 5, terdiri dari 1 ruang pantry/dapur, 1 ruang

tindakan, 1 ruang nurse station, 1 ruang ganti perawat, ruang

mushola, 1 ruang spoelhoeck, 1 ruang informed consent yang

menyatu dengan tata usaha, 10 kamar perawatan dengan

kapasitas 3-6 bed yang dibatasi oleh sampiran dan terdapat

fasilitas 1 toilet untuk pasien dan wastafel. Setiap kamar

memiliki pencahayaan yang cukup dari 10 lampu neon besar

dan terdapat 2 kipas angin. Namun, untuk kamar 5 untuk

sementara tidak digunakan sebagai ruang perawatan karena

belum tersedianya bed dan sumber daya/ tenaga perawat yang

memadai.

Terdapat wastafel tempat cuci tangan dengan air

mengalir 3 buah di ruang persiapan alat, depan kamar 4 dan 7

dengan sabun antiseptik. Terdapat 8 fasilitas cuci tangan

kering yang diisi campuran cairan chlorine hexidine dan

alkohol 70% di sepanjang koridor dan 2 fasilitas cuci tangan

Page 32: Bab II Setengah Terakhir

kering disetiap kamar pasien. Pengisian cairan tersebut

dilakukan oleh pekarya.

Terdapat papan jadwal operasi di tim 1 dan 2 yang

berisi tentang jadwal dan jenis tindakan yang akan diberikan.

Ruangan memiliki buku komunikasi perawat yang diisi oleh

perawat dan berisi tentang keadaan umum pasien, pemenuhan

KDM, terapi, tindakan yang sudah dilakukan, dan yang akan

dilakukan pada shift selanjutnya. Sudah terdapat uraian tugas

mengenai tugas kepala ruangan, wakil kepala ruangan, ketua

dan anggota tim dalam metode penugasan tim. Ruangan

sudah memiliki SOP, protap, dan SAK.

4) Marketing

Secara khusus, Ruang Rawat Bedah Kelas 2 tidak

memiliki kewenangan dalam mengatur marketing. Kegiatan

marketing terpusat dilakukan oleh manajemen RS melalui

humas RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

2. Lingkungan Kerja

a. Lingkungan Fisik

1) Keadaan Ruangan

Secara umum, keadaan ruangan Rawat Bedah Kelas 2

Kemuning Lantai 5 adalah sebagai berikut:

- Lantai

Lantai berupa keramik di semua ruangan, permanen,

kondisi lantai tidak licin, dan dibersihkan setiap pagi hari

atau sesuai kebutuhan oleh cleaning service.

- Dinding

Dinding berupa tembok permanen di semua ruangan,

tembok kokoh,tidak mengelupas, tidak berjamur, tidak

terdapat sarang laba-laba namun terkadang terdapat

Page 33: Bab II Setengah Terakhir

serangga berupa anak kecoak, dinding rutin dibersihkan

oleh cleaning service.

- Pencahayaan

Cahaya sinar matahari dapat masuk dengan cukup

baik,lampu dinyalakan hanya saat akan dilakukan

tindakan. Untuk pencahayaan pada malam hari

digunakan lampu neon yang tersebar di ruangan

sebanyak 10 lampu neon dan pencahayaan dirasa cukup

ketika perawat melaksanakan tindakan terutama pada

malam hari karena setiap bed dilengkapi 1 lampu.

- Ventilasi

Jumlah jendela dan lubang ventilasi yang ada sesuai

dengan besar ruangan, yaitu masing-masing kamar

mempunyai jendela permanen sebanyak 2, jendela yang

dapat dibuka sebanyak 9, dan terdapat 1 pintu keluar

balkon sehingga tidak terkesan pengap.

- Langit-Langit

Langit-langit terbuat dari gypsum berwarna krem, bersih

dan tidak ditemukan sarang laba-laba.

2) Ruang Tunggu Keluarga Pasien

Ruang tunggu keluarga menyatu dengan kamar perawatan

tepatnya bersebelahan dengan bed pasien difasilitasi dengan 1

kursi.Kebijakan ruangan hanya memperkenankan 1 penunggu

pasien yang berada di kamar perawatan. Keluarga pasien

tidur malam biasanya disamping bed pasien. Setiap ruangan

disekat dengan sampiran berwarna krem. Adapun balkon

depan digunakan sebagai ruang tunggu keluarga pasien

dengan pencahayaan yang cukup karena langsung

berhubungan dengan lingkungan luar dilengkapi juga dengan

12 lampu yang dinyalakan pada malam hari. Dilengkapi

dengan tempat sampah nonmedis setiap ruang tunggu

keluarga.

Page 34: Bab II Setengah Terakhir

3) Koridor

Terdapat 2 koridor memanjang dari pintu masuk utama

hingga pintu balkon bagian belakang. Ruangan Rawat Bedah

Kelas 2 Kemuning Lantai 5 terdiri dari 2 wing yaitu, wing

kiri dan kanan ditentukan dari pintu masuk utama.

Pencahayaan cukup memadai dari depan hingga belakang

dilengkapi dengan 6 lampu neon pada setiap koridor.

Disepanjang koridor cukup untuk memobilisasi keluar dan

masuk pasien. Terdapat botol hand rub antiseptik sebanyak 4

buah yang tersebar disepanjang koridor dan terdapat 1

wastafel dengan air yang mengalir lancar dan dilengkapi

dengan sabun antiseptik. Terdapat 1 buah papan tulis untuk

jadwal kegiatan harian pasien yang berisi; jadwal operasi,

pemeriksaan diagnostik, konsul ke bagian lain, resiko tinggi

jatuh-nyeri, dekubitus, dan status belum lengkap.

4) Ruang Perawatan Pasien

- Ruang Rawat Bedah Kelas 2 Kemuning Lantai 5

memiliki10 ruang perawatan pasien yang terdiri dari 6

bed setiap kamarnya. Kamar perawatan yang difungsikan

hanya 9 kamar dari 10 kamar yang tersedia karena

keterbatasan SDM dan bed yang belum dilengkapi kasur.

- Ruang Rawat Bedah Kelas 2 Kemuning Lantai 5 terdiri

dari 8 ruang perawatan untuk pasien dewasa dan 1 ruang

perawatan untuk pasien anak yaitu kamar 4.

- Tiap bed dilengkapi 1 lemari kecil, 1 meja, 1 kursi untuk

penunggu. Tiap bed terpasang nomor bed namun belum

sesuai dengan nomor bed pasien.

- Antarbed memiliki sekat yaitu oleh sampiran untuk

menjaga privacy pasien. Tempat tidur dilengkapi kasur,

bantal, linen, sarung bantal, dan selimut. Di tembok tiap

bed terpasang nomor bed dan di tembok pasien terdapat

Page 35: Bab II Setengah Terakhir

2 buah colokan listrik, 1 bel perawat, dan oksigen

sentral.

- Tempat tidur pasien dilengkapi dengan bed plang di

bagian sisinya untuk mencegah pasien terjatuh dari

tempat tidur. Tempat tidur pasien dapat ditinggikan di

bagian kepala dan kakinya..

- Pencahayaan dari sinar matahari cukup terang karena

terdapat 13 buah jendela yang bisa dibuka 11 buah

sedangkan yang permanen 2 buah dan 1 buah pintu

terbuka di setiap kamar sehingga memungkinkan udara

mengalir keluar masuk. Jendela diberi sampiran dan

pelapis gorden. Langit-langit dan lantai dalam kondisi

baik.

- Tersedia tempat sampah non medis 1 buah, 1 sampah

medis dan 1 fasilitas cuci tangan kering di setiap kamar.

5) Kamar Mandi Pasien

Setiap wing dilengkapi kamar mandi pasien sebanyak 16

kamar mandi yang terbagi menjadi dua, yaitu diujung balkon

sebelah kanan dan kiri. Kamar mandi yang dapat dipakai dari

total keseluruhan kamar mandi pasien sebanyak 7 pada wing

kiri dan 13 pada wing kanan.

6) Nurse Station

- 2 Meja front office memanjang dan 11 buah kursi yang

digunakan oleh tenaga kesehatan dalam

pendokumentasian dan perencanaan tindakan pasien.

Selain itu digunakan juga untuk tempat diskusi antara

perawat dengan tenaga kesehatan lainnya.

- Terdapat 1 buah rak kayu yang digunakan sebagai

tempat penyimpanan formulir konsul, formulir catatan

keperawatan dan instruksi dokter, formulir pemeriksaan

laboratorium, format izin operasi, dan dokumen penting

lainnya

Page 36: Bab II Setengah Terakhir

- 2 buah lemari kaca untuk pojok informasi berisi SPO,

SAK, dan informasi lainnya.

- Di dinding terdapat tempelan Visi, Misi, Moto dan Nilai-

nilai RSHS.

- Pencahayaan menggunakan 4 buah lampu neon.

- 2 lemari kayu yang difungsikan sebagai lemari

penyimpanan status pasien yang telah tersusun rapi

sesuai dengan bed-nya masing-masing.

- Terdapat alat-alat untuk pemeriksaan pasien diantaranya,

1 troli emergency, 2 spygmomanometer mobile, 4

spygmomanometer air raksa, 1 lampu radiologi (light

case).

- Alat komunikasi yang tersedia diantaranya 1 komputer

yang digunakan untuk melihat hasil pemeriksaan

diagnostik terbaru, 1 printer, 2 telepon dan 1 pojok

leaflet.

7) Ruang Ganti Perawat

Ruangan ganti perawat Bedah Kelas 2 Kemuning Lantai 5

memiliki penerangan lampu neon 4 buah. Di dalam ruangan

terdapat loker untuk menyimpan barang-barang perawat,

meja, karpet, dan TV. Terdapat lemari untuk menggantung

pakaian. Adapun fungsi ruangan ini sebagai ruangan makan,

tempat shalat, dan istirahat.

8) Ruang Informed Consent

Ruang informed consent belum tersedia. Adapun proses

informed consent dilakukan di nurse station dengan cara

memanggil perwakilan keluarga pasien.

9) Ruang Tindakan

Ruang tindakan terdapat 1 meja yang berisi alat-alat medis

habis pakai dan tidak habis pakai. Empat lemari untuk

menyimpan linen bersih dipisahkan dengan tulisan fist in dan

first out. Terdapat 1 lemari kaca untuk menyimpan set

Page 37: Bab II Setengah Terakhir

balutan dan kasa steril, 2 trolli untuk balutan/injeksi, 1 lemari

alat seperti alkohol swab, spuit dan lainnya, 1 wastafel

dengan kran air yang macet namun tersedia 1 botol sabun

antiseptik, 1 trolli alat tenun, 2 tempat sampah non medis dan

sampah medis.

10) Ruang Dispensing/ Persiapan Obat

Pada ruangan ini terdapat loker penyimpanan obat serta

cairan infus pasien yang telah disusun berdasarkan nomor

bed dan diberi label nama. Terdapat 1 buah AC yang

berfungsi mengatur suhu ruangan agar tetap normal untuk

penyimpanan obat dan pencahayaan ruangan dengan 1 lampu

neon. Selain itu, terdapat 2 safety box sebagai tempat

pembuangan limbah tajam seperti jarum suntik, 2 trolli obat,

1 kulkas untuk penyimpanan obat sisa dengan label BUD

pada setiap obat yang tersisa, dan 1 monitor suhu ruangan.

11) Ruang Administrasi

Ruangan administrasi terletak diantara ruang tindakan dan

ruang penyimpanan obat. Pada ruangan ini terdapat 3 meja, 2

printer, 2 lembari berkas, 3 komputer, 1 wastafel, 1 dispenser,

dan 1 aeroform yang berfungsi mengirimkan bahan

pemeriksaan ke labolatorium digunakan hanya saat keadaan

cito/darurat.

12) Ruang Pendidikan

Belum terdapat ruang pendidikan khusus, tetapi kamar 5

digunakan sebagai ruang pendidikan sementara karena kamar

tersebut belum difungsikan sebagai ruangan perawatan.

13) Pantry

Pantry berada di koridor wing sebelah kiri pintu masuk

ruangan dan memiliki kebersihan yang cukup baik. Di dalam

pantry terdapat 2 wastafel besar, 1 meja persiapan makanan,

dan 1 lemari.

b. Lingkungan Non Fisik

Page 38: Bab II Setengah Terakhir

1) Hubungan Perawat dengan Pasien

Hubungan perawat dengan klien baik, saat perawat

melakukan tindakan keperawatan, perawat selalu

menanyakan keluhan yang dirasakan oleh pasien, apabila

akan melakukan tindakan, perawat selalu menjelaskan

terlebih dahulu tindakan yang akan dilakukan kepada pasien,

perawat selalu mempertahankan kontak mata, memberikan

salam, mengikutsertakan keluarga. Namun perawat hanya

sebagian yang mengenalkan diri kepada pasien.

2) Hubungan Perawat dengan Perawat

Komunikasi antar perawat berjalan dengan baik,

operan dilakukan baik secara lisan maupun tulisan dalam

bentuk buku laporan pasien tiap shift. Namun operan yang

dilakukan tidak berkunjung ke pasien jadi operan hanya

sebatas perawat dengan perawat.

3) Hubungan Perawat dengan Profesi Lain

a) Hubungan Perawat dengan Dokter

Perawat berkolaborasi dengan dokter dalam

melakukan perawatan pasien dan selalu

mengkomunikasikan bila terdapat perubahan terapi atau

instruksi lain yang menyangkut kebutuhan pasien.

Sebagai contoh apabila ada visite dokter konsulen

perawat selalu ikut serta dan menjelaskan tentang

keadaan pasien.

b) Hubungan Perawat dengan Tim Gizi

Hubungan perawat dengan pegawai gizi

berhubungan langsung, yaitu apabila ada perubahan jenis

diet pasien perawat langsung menghubungi pihak gizi

dengan langsung menuliskannya di status pasien.

c) Hubungan Perawat dengan Petugas Laboratorium

Perawat berhubungan langsung dengan pihak

laboratorium apabila ada hasil laboratorium yang akan

Page 39: Bab II Setengah Terakhir

diambil, begitu juga dengan pihak laboratorium apabila

ada kekurangan data pasien yang menyangkut

pemeriksaan pasien.

d) Hubungan Perawat dengan Petugas Radiologi

Hubungan perawat dengan radiologi jarang,

namun apabila pekarya sedang tidak ada maka perawat

yang akan berhubungan langsung dengan radiologi, tapi

apabila perawat jarang melalukan hubungan langsung

dengan pihak radiologi perawat tetap memberikan surat

pengantar untuk dilakukan pemeriksaan.

e) Hubungan Perawat dengan Farmasi

Hubungan perawat dengan farmasi berhubungan

langsung, petugas farmasi selalu memasukan langsung

obat ke dalam lemari pasien tetapi apabila ada hal yang

tidak dimengerti petugas farmasi maka petugas farmasi

menanyakan ke perawat dan apabila ada obat atau alat

yang dibutuhkan secara mendadak dan cepat maka

perawat langsung menghubungi pihak farmasi.

f) Hubungan Perawat dengan Bagian Tata Usaha

Interaksi perawat dengan pegawai administrasi

secara langsung, apabila hari libur perawat selalu

merangkap sebagai pegawai administrasi karena pegawai

administrasi yang libur, tetapi dengan catatan perawat

yang telah mengerti alur dari pasien pulang itu sendiri.

g) Hubungan Perawat dengan Pekarya

Hubungan perawat dengan pekarya baik terutama

dalam pengurusan pasien tentang pemeriksaan yang akan

dilakukan pasien, mengantar pasien ke ruang operasi dan

lain-lain.

h) Hubungan Perawat dengan Cleaning Service (CS)

Hubungan perawat dengan CS baik terutama

dalam masalah kebersihan, menurut perawat CS yang

Page 40: Bab II Setengah Terakhir

ada diruangan cukup mengerti dengan kondisi

lingkungan yang ada diruangan.

i) Hubungan perawat dengan Mahasiswa

Interaksi perawat dengan mahasiswa baik,

perawat mengatakan dengan adanya mahasiswa yang ada

di ruangan perawat menjadi terbantu untuk tindakan

dalam melakukan asuhan keperawatan kepada pasien.

2.2.4 Kajian Indikator Mutu Ruangan

2.2.4.1 Bed of Rate (BOR)

Tabel 2.4 Bed of Rate (BOR) Ruang Rawat Bedah Kelas 2 Kemuning

Lantai 5 RSHS Bandung Tanggal 7-9 Maret 2015

Tanggal BOR (%)

7 98

8 100

9 100

Rata-rata BOR 99,33

Sumber: Studi Dokumentasi Ruang Rawat Bedah Kelas 2 Kemuning Lantai 5

2.2.5 Pendidikan

2.2.5.1 Pendidikan pada Perawat

Saat kajian situasi, tidak terdapat perawat yang sedang mengikuti

pendidikan formal.

2.2.5.2 Pendidikan pada Keluarga Pasien

Pendidikan untuk keluarga pasien dilakukan secara berkala melalui

penyuluhan secara gabungan di gedung Kemuning Lantai 1.

2.2.5.3 Pendidikan pada Calon Praktisi Keperawatan dan Profesi Lain

Selama dilakukan kajian situasi pada tanggal 7 Maret 2015 mahasiswa

yang mengikuti pembelajaran klinik di Ruang Rawat Bedah Kelas 2 Kemuning

Lantai 5 adalah mahasiswa Program Profesi Ners dari Universitas Padjadjaran.

Sebelum memulai pembelajaran praktik, mahasiswa diorientasikan terlebih dahulu

Page 41: Bab II Setengah Terakhir

oleh CI ruangan mengenai sarana dan fasilitas serta kegiatan yang ada diruangan.

Pada saat melakukan tindakan, mahasiswa biasanya didampingi oleh perawat.

2.2.6 Pelatihan

Terdapat 6 perawat yang telah mengikuti pelatihan dasar yang meliputi

patient safety, pengendalian infeksi rumah sakit, bantuan hidup dasar (BHD), dan

penanggulangan bencana. Pelatihan lain yang telah diikuti oleh beberapa perawat

adalah wound care, palliative care, PPGD basic II, pelatihan ICU, pelatihan CI,

perawatan luka bakar, unit rehabilitasi medik, hemodialisa, specimen collection

lab, manajemen askep, keterampilan komunikasi, dan manajemen bangsal.

Page 42: Bab II Setengah Terakhir

BAB III

ANALISA DATA

3.1 ANALISA DATA MANAJEMEN ASUHAN AGLONEMA RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG

NO ITEM ACTUAL IDEAL PROBLEM1 2 3 4 5

1. Dokumenta

si asuhan

keperawata

n

(pengkajian

, diagnosa

dan

perencanaa

n)

Berdasarkan hasil studi dokumentasi

pada tanggal 7-8 Maret 2015 terhadap

25 buku status (medical record) klien

ruang Bedah Kelas II Kemuning lantai 5

didapatkan data sebagai berikut:

Dokumentasi asuhan keperawatan

dilakukan sejak saat pasien masuk

ke Ruang Bedah Kelas II Kemuning

lantai 5.

12dari 25 status yang di kaji

memuat dokumentasi proses

keperawatan lengkap (pengkajian,

diagnosa keperawatan,

a. Pendokumentasian asuhan

keperawatan dilakukan 100%

secara lengkap sesuai

dengan SOP yang

dikeluarkan RSUP Dr. Hasan

Sadikin Bandung dengan

nomor : HS.1.B.02.04.0002

(Assesment Awal

Keperawatan Dewasa)

Prosedur :

1. Assesment di rawat inap

terdiri dari assessment

awal dan assessment

Dokumentasi

asuhan

keperawatan

(pengkajian,

diagnosa dan

perencanaan)

belum optimal

Page 43: Bab II Setengah Terakhir

perencanaan, implementasi,

evaluasi)

a) Pengkajian

Pendokumentasian hasil

pengkajian dari 25 status yang

terisi lengkap sebanyak 20

status.

b) Diagnosa Keperawatan

Pendokumentasian diagnosa

keperawatan dari 25 status yang

terisi lengkap sebanyak 13

status.

c) Perencanaan

Pendokumentasian perencanaan

dari 25 status yang terisi

lengkap sebanyak 13 status.

d) Implementasi dan Evaluasi yang

tercatat dalam lembar catatan

lanjutan

2. Assesment awal

dilakukan maksimal 12

jam setelah pasien masuk

ruang rawat inap

3. Assesment lanjutan

dilakukan 20apabila

terjadi perubahan kondisi

pasien

4. Cuci tangan terlebih

dahulu sebelum ke pasien

5. Ucapkan salam kepada

pasien

6. Perkenalkan diri

7. Lakukan assessment awal

8. Untuk pasien dengan

kasus khusus,

pemeriksaan dilengkapi

dengan pemeriksaan

Page 44: Bab II Setengah Terakhir

integrasi 25 status terisi

seluruhnya.

khusus

9. Buat diagnosa

keperawatan berdasarkan

prioritas

10. Buat rencana

keperawatan untuk

masing-masing diagnosa

keperawatan

11. Cantumkan nama

dan tandatangan perawat

yang melakukan

assesment

b. Perawat yang bertugas

melaksanakan tindakan

keperawatan sesuai dengan

rencana yang telah dibuat

dan mendokumentasikan

dengan pendekatan

Page 45: Bab II Setengah Terakhir

SOAPIER sebanyak 100%.

2. Pelaksanaa

n

identifikasi

pasien dan

pengendali

an infeksi

rumah

sakit (poin

1 dan 5

dalam

IPSG)

Pelaksanaan International Patient

Safety Goal (IPSG)

International Patient Safety Goal

(IPSG) 1: Identifikasi Pasien Secara

Benar

Berdasarkan hasil observasi dan

wawancara pada tanggal 7-9 Maret

2015 mengenai identifikasi pasien,

didapatkan :

Dari 50 pasien, 1 pasien tidak

menggunakan gelang identitas

karena pasien alergi.

17 pasien label identitas pada

gelang terhapus/hilang.

4 pasien menggunakan gelang

berwarna kuning (risiko jatuh),

setelah dikonfirmasi didapatkan

hasil 2 dari 4 pasien dan

a. Panduan Identifikasi Pasien

2014 yang dikeluarkan oleh

RSUP Dr. Hasan Sadikin

Bandung dengan Nomor : HS

1 BO2010003

Prosedur :

1. Ucapkan salam dan

perkenalkan diri petugas

2. Petugas admission

menyiapkan buku rekam

medis beresta gelang

identitas ( warna

pink/merah muda untuk

pasien wanita, warna biru

untuk pasien laki laki)

3. Data identitas pasien pada

gelang berisi : nama

lengkap, tanggal lahir dan

Pelaksanaan

identifikasi

pasien dan

pengendalian

infeksi rumah

sakit (poin 1 dan

5 dalam IPSG)

belum optimal

Page 46: Bab II Setengah Terakhir

keluarga belum mengetahui

fungsi dari gelang tersebut.

Perawat melakukan identifikasi

pasien sebelum melakukan

pemberian obat, memberikan

tranfusi, sebelum mengambil

sample darah/pemeriksaan

laboratorium dan sebelum

melakukan tindakan

keperawatan lainnya.

Identifikasi pasien yang

dilakukan perawat yaitu dengan

menanyakan nama dan

mencocokkan dengan gelang

identitas pasien.

Perawat tidak memperkenalkan

diri pada pasien sebelum

melakukkan tindakan

keperawatan

no rekam medis.

- Bila terdapat pasien

dengan riwayat alergi

obat obatan dan resiko

jatuh maka kepala

ruagan menyiapkan

gelang tambahan yaitu

warna merah untuk

pasien alergi, warna

kuning untuk pasein

resiko jatuh

4. Identifikasi pasien jiwa

dilakukan dengan

menggunakan poto pasien

yang dtempelkan

dibelakang sampul rekam

medis

5. Identifikasi pasien yang

tidak diketahui

Page 47: Bab II Setengah Terakhir

International Patient Safety Goal

(IPSG) 5: Pengurangan Resiko

Infeksi Rumah Sakit

Berdasarkan hasil observasi yang

dilakukan tanggal 7-9 Maret 2015

didapatkan hasil :

- Perawat sudah melakukan

kebersihan tangan 6 langkah

dari WHO

- Pada pelaksanaan 5 moment

cuci tangan didapatkan hasil :

- Perawat sudah melakukan

cuci tangan sebelum dan

setelah melakukan tindakan

keperawatan pada pasien.

- Cuci tangan dengan air yang

mengalir dilakukan pada

tindakan yang kontak

identitasnya dilakukan

dengan cara sebagai

berikut :

- Pasien pria tidak dikenal

ditulis Y –tanggal

kedatangan di rumah

sakit – nomor urut pasien

pria yang tidak dikenal.

Sebagai contoh no urut

pasien pria tidak dikenal

saat itu Y 140214 01

- Pasien wanita tidak

dikenal ditulis X–tanggal

kedatangan di rumah

sakit – nomor urut pasien

wanita yang tidak dikenal.

Sebagai contoh no urut

pasien pria tidak dikenal

Page 48: Bab II Setengah Terakhir

dengan cairan tubuh pasien

- Perawat menggunakan APD

sesuai dengan situasi

- Perawat membuang sampah

sesuai tempat sampah dengan

label yang disediakan.

- IV catheter, DC, NGT tidak di

beri tanggal pemasangan pada

pasien, keterangan

pemasangan dilakukan pada

form terpisah terdapat diruang

perawat.

- Penunggu pasien masih ada

yang membuang sampah non

medis ke sampah medis.

Didapatkan data pada tanggal

8 Maret 2015 sebanyak 17

pasien yang di wawancara

mengatakan belum pernah

saat itu X 140214 01

- Saat pasien sudah dapat

diidentifikasi berikan

gelang pengenal baru

dengan identitas yang

benar.

6. Jika diperlukan melepas

gelang pengenal selama

dilakukan operasi, perawat

sirkuler di kamar operasi

bertanggung jawab

melepas dan memasang

kembali gelang pengenal

pasien. Tempelkan gelang

pengenal yang dilepas

disampul rekam medis

pasien

7. Periksa ulang data

digelang sebelum

Page 49: Bab II Setengah Terakhir

mendapatkan penkes tentang

cuci tangan, pemilahan

sampah, dan fungsi gelang

identitas.

- Data infeksi bulan Februari

tidak ada yang terkena infeksi,

hanya ada 3 orang yang

terkena dekubitus dan flebitis,

tetapi pasien yang mengalami

dekubitus sudah mengalami

dekubitus sebelum dirawat di

ruangan.

dipasangan dipasien.

8. Jelaskan tujuan dan

prosedur indetifikasi

kepada pasien dan

keluarga

9. Penderita yang tidak

menjawab nama dan

tanggal lahir karena

sesuatu sebab maka

identitas pasien ditanyakan

pada keluarga terdekat

dan dicocokan dengan

data identitas di rekam

medis.

10. Informasikan kepada klien

atau keluarga agar tidak

melepas gelang selama

menjalani perawatan /

prosedur. Cocokkan

Page 50: Bab II Setengah Terakhir

identitas diri pasien setiap

akan melakukan

pemberian obat obatan,

prosedur radiologi,

intervensi pembedahan

dan prosedur invasive

lainnya, transfusi darah,

pengambilan sampel tranfs

darah dan transfer pasien

11. Jangan melakukan

prosedur apapun jika

pasien tidak memakai

gelang identitas, atau

identitas pasien belum

dikonfirmasi.

12. Cek gelang pasien tiap

pergantian jaga perawat.

b. Panduan pemakaian gelang

identitas pasien di rumah

Page 51: Bab II Setengah Terakhir

sakit 2014 dikeluarkan oleh

RSUP Dr. Hasan Sadikin

Bandung dengan Nomor :

HS.1. B.02.01.0018

3.2 ANALISA DATA MANAJEMEN UNIT RUANG BEDAH AGLONEMA RSUP Dr. HASAN SADIKIN

BANDUNG

NO ASPEK AKTUAL IDEAL PROBLEM1 2 3 4 5

1 Sumber daya manusia

Data hasil pengkajian pada

tanggal 7 – 9 Maret 2015 dari 28

perawat yang ada, perawat yang

aktif dinas sebanyak 27 perawat

(1 orang cuti melahirkan)

√ Perhitungan jumlah perawat menggunakan

rumus Gillies

Asuhan Langsung

((6X 1 jam) + (39X 3 jam) + (5X 6 jam)) = 153

jam/49 =2,86 jam/hari

Asuhan Tidak langsung

49 X 1 jam =49 jam

Kurang sesuainya beban kerja yang harus dilaksanakan oleh perawat ruangan dengan jumlah perawat dinas dalam satu shift.

Tenaga Perawat (TP)=Jam Perawatan x sensus harian (BORx jml pasien) x 365

(365 − jumlah hari libur)x jam kerja/hari

Page 52: Bab II Setengah Terakhir

Pendidikan Kesehatan

49 X 0,25 jam =12,25 jam

Total rata-rata jam asuhan =214,25/49 = 4,37

jam/hari

4,37 X49X 365/(365-78) X 7jam

=78.157,45/2009 = 38,9 = 39orang

Jadi kebutuhan tenaga perawat sebanyak 39

orang

Jumlah tenaga perawat yang ada saat ini

sebanyak 28orang (termasukKepaladanWakil

termasuk yang sedang cuti melahirkan 1 orang)

Kekurangan tenaga perawat sebanyak11orang

Page 53: Bab II Setengah Terakhir