83
23 BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 TINJAUAN UMUM Studi pustaka berisi teori-teori yang diperoleh dari referensi-referensi yang dilakukan untuk mendukung analisis dalam penelitian (http://digilib.petra.ac.id, 2010). Beberapa referensi yang dapat dijadikan acuan yaitu: text book, journal, karya ilmiah, internet, laporan penelitian, dsb. Studi pustaka mempunyai tiga fungsi penting (http://d3english-undip.tripod.com, 2010), yaitu: 1. memberikan gambaran tentang topik masalah kepada pembaca. 2. meyakinkan pembaca bahwa penulis mengetahui banyak hal tentang topik masalah yang sedang diteliti. 3. mengembangkan wawasan tentang bidang studi yang diteliti. 2.2 PANTAI Definisi daerah pantai sangat penting dalam penanganan permasalahan pantai untuk menyamakan pandangan dan arti kata. Beberapa definisi yang berkaitan dengan daerah pantai telah diseminarkan di Manado (CIDA, 1992). Definisi hasil seminar tersebut pada tahun-tahun terakhir ini telah dikembangkan lagi dalam beberapa seminar, yang intinya adalah dibedakan antara definisi untuk keperluan pengelolaan dan keperluan teknik (engineering) agar ada kesamaan sudut pandang dan arti kata (Yuwono, 2005). 2.2.1 Definisi Pantai (Wilayah Pesisir) Untuk Keperluan Pengelolaan Pantai Secara sederhana, pantai dapat diartikan sebagai daerah batas antara daratan dan lautan. Pantai merupakan daerah di tepi perairan yang dipengaruhi oleh air pasang tertinggi dan air surut terendah. Beberapa istilah kepantaian (Yuwono, 2005) yang perlu diketahui dan dipahami diantaranya:

BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

23

BAB II

STUDI PUSTAKA

2.1 TINJAUAN UMUM

Studi pustaka berisi teori-teori yang diperoleh dari referensi-referensi yang

dilakukan untuk mendukung analisis dalam penelitian (http://digilib.petra.ac.id,

2010). Beberapa referensi yang dapat dijadikan acuan yaitu: text book, journal,

karya ilmiah, internet, laporan penelitian, dsb. Studi pustaka mempunyai tiga

fungsi penting (http://d3english-undip.tripod.com, 2010), yaitu:

1. memberikan gambaran tentang topik masalah kepada pembaca.

2. meyakinkan pembaca bahwa penulis mengetahui banyak hal tentang topik

masalah yang sedang diteliti.

3. mengembangkan wawasan tentang bidang studi yang diteliti.

2.2 PANTAI

Definisi daerah pantai sangat penting dalam penanganan permasalahan

pantai untuk menyamakan pandangan dan arti kata. Beberapa definisi yang

berkaitan dengan daerah pantai telah diseminarkan di Manado (CIDA, 1992).

Definisi hasil seminar tersebut pada tahun-tahun terakhir ini telah dikembangkan

lagi dalam beberapa seminar, yang intinya adalah dibedakan antara definisi untuk

keperluan pengelolaan dan keperluan teknik (engineering) agar ada kesamaan

sudut pandang dan arti kata (Yuwono, 2005).

2.2.1 Definisi Pantai (Wilayah Pesisir) Untuk Keperluan Pengelolaan Pantai

Secara sederhana, pantai dapat diartikan sebagai daerah batas antara daratan

dan lautan. Pantai merupakan daerah di tepi perairan yang dipengaruhi oleh air

pasang tertinggi dan air surut terendah. Beberapa istilah kepantaian (Yuwono,

2005) yang perlu diketahui dan dipahami diantaranya:

Page 2: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

24

Daerah pantai atau pesisir

Adalah suatu daratan beserta perairannya dimana pada daerah tersebut

masih dipengaruhi baik oleh aktivitas darat maupun oleh aktivitas marine.

Dengan demikian daerah pantai terdiri dari perairan pantai dan daratan pantai

yang saling mempengaruhi. Daerah pantai sering disebut pula daerah pesisir

atau wilayah pesisir.

Pantai

Adalah daerah di tepi perairan sebatas antara surut terendah dan pasang

tertinggi.

Daratan pantai

Adalah daerah di tepi laut yang masih terpengaruh oleh aktivitas marine.

Perairan pantai

Adalah perairan yang masih dipengaruhi aktivitas daratan.

Sempadan pantai

Adalah daerah sepanjang pantai yang diperuntukkan bagi pengamanan

dan pelestarian pantai.

Gambar 2.1 Definisi pantai (wilayah pesisir) untuk keperluan pengelolaan pantai

(Yuwono, 2005)

Page 3: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

25

2.2.2 Definisi Pantai Untuk Keperluan Rekayasa/Teknik Pantai

Sedangkan definisi kepantaian untuk keperluan rekayasa/teknik pantai

(Yuwono, 2005) yang perlu diketahui dan dipahami diantaranya:

Surf zone

Adalah daerah antara gelombang (mulai) pecah sampai dengan garis

pantai.

Off-shore

Adalah daerah dari gelombang (mulai) pecah sampai ke laut lepas.

Breaking zone

Adalah daerah dimana terjadi gelombang pecah.

Beach (shore)

Adalah daratan pantai (berpasir) yang berbatasan langsung dengan air.

Coast

Adalah daratan pantai yang masih terpengaruh laut secara langsung,

misalnya pengaruh pasang surut, angin laut, dan ekosistem pantai (hutan

bakau, sand dunes).

Coastal area

Adalah daratan pantai dan perairan pantai sampai kedalaman 100 atau

150 m (Sibayama, 1992).

Gambar 2.2. Definisi pantai untuk keperluan rekayasa pantai (Yuwono, 2005)

Page 4: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

26

Pantai merupakan gambaran nyata interaksi dinamis antara air, angin dan

material (tanah). Angin dan air bergerak membawa material tanah dari satu tempat

ke tempat lain, mengikis tanah dan kemudian mengendapkannya lagi di daerah

lain secara terus menerus. Dengan kejadian ini menyebabkan terjadinya

perubahan garis pantai. Pantai mempunyai pertahanan alami untuk melindungi

diri dari serangan arus dan gelombang serta bentuknya akan terus menyesuaikan

sehingga mampu meminimalkan energi gelombang yang menerpanya. Sistem

pertahanan pantai meliputi bagian dasar perairan pantai yang berbentuk miring

dan bergelombang. Permukaan yang miring dan landai tersebut akan mengurangi

energi gelombang yang datang. Ketika mencapai daerah pantai energi gelombang

sudah berkurang sehingga tidak mempengaruhi garis pantai.

2.3 EROSI DAN ABRASI PANTAI

Erosi pantai adalah proses mundurnya garis pantai dari kedudukan semula

yang disebabkan oleh tidak adanya keseimbangan antara pasokan dan kapasitas

angkutan sedimen (Yuwono, 2005).

Abrasi adalah proses terkikisnya batuan atau material keras seperti dinding

atau tebing batu, yang biasanya diikuti dengan longsoran atau runtuhan material

(Yuwono, 2005). Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya erosi

dan abrasi pada suatu wilayah.

2.3.1 Faktor Alam

1. Pemanasan global

Kegiatan manusia yang meningkatkan jumlah gas rumah kaca di

atmosfer dapat mengakibatkan naiknya suhu bumi. Suhu yang lebih tinggi

dan penguapan yang lebih besar mengakibatkan curah hujan cenderung

meningkat, peningkatan tinggi permukaan laut yang disebabkan pemuaian air

laut dan mencairnya gunung-gunung es di kutub. Kenaikan permukaan laut

ini akan menyebabkan mundurnya garis pantai sehingga menggusur daerah

pemukiman dan mengancam daerah perkotaan yang rendah, membanjiri

lahan produktif dan mencemari persediaan air tawar (Triatmodjo, 2008).

Page 5: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

27

2. Perubahan sedimen pantai.

Suatu pantai mengalami erosi, akresi (sedimentasi) atau tetap stabil

tergantung pada sedimen yang masuk (suplai) dan yang meninggalkan pantai

tersebut (Triatmodjo, 2008). Perubahan pola cuaca dan musim di bumi dapat

mengakibatkan kekeringan pada bulan-bulan tertentu sehingga mengurangi

kemungkinan terjadinya banjir yang turut serta membawa suplai sedimen dari

sungai ke arah pantai, apabila pantai tidak mendapat suplai sedimen pada hilir

sungai, maka pantai akan mengalami perubahan garis pantai akibat

ketidakstabilan kondisi tersebut.

3. Gelombang badai

Gelombang badai dan tsunami adalah salah satu faktor alam yang

menyebabkan erosi dan abrasi (Departemen Pekerjaan Umum, 2009). Akibat

gelombang yang besar (gelombang badai), maka pasir akan terdorong ke arah

pantai dan berpindah tempat di daerah pantai, tetapi kemudian setelah

gelombang biasa datang, pasir tersebut akan kembali tertarik ke bagian laut

yang lebih dalam.

2.3.2 Faktor Non Alam (Campur Tangan Manusia)

Beberapa faktor non alam yang sering mengakibatkan terjadinya erosi pantai

(Departemen Pekerjaan Umum, 2009) antara lain sebagai berikut:

1. Pengaruh adanya bangunan pantai yang menjorok ke laut (tegak lurus pantai)

Terperangkapnya angkutan sedimen sejajar pantai akibat adanya

bangunan tegak lurus pantai menyebabkan kerusakan pantai di Indonesia

(Diposaptono, 2001).

2. Penambangan material pantai dan sungai

Data dari Kantor Lingkungan Hidup (LH) menunjukkan dalam 5 tahun

terakhir, sekitar 15 meter pesisir Klungkung lenyap tertelan abrasi. Itu artinya

dalam rentang waktu setahun, rata-rata tiga meter garis pantai hilang, karena

terjangan abrasi. Ironisnya, itu bukan semata karena faktor alam. Seperti

akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya

akibat pemanasan global. Namun diperparah sejumlah aktivitas penggalian,

Page 6: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

28

seperti penambangan pasir dan material lain di daerah aliran sungai (DAS),

karena galian tersebut material pasir atau kerikil yang semestinya menjadi

pengaman pantai jadi hilang. Terjangan dan arus laut tak ada yang

membendung. Itulah yang menyebabkan abrasi berlangsung dengan cepat

(http://nusabali.com, 2010).

3. Perpindahan (pergerakan) muara sungai.

4. Pencemaran perairan pantai yang dapat mematikan karang dan pohon bakau

Fungsi terumbu karang selain sebagai bagian ekologis dari ekosistem

pantai yang sangat kaya dengan produksi perikanan juga melindungi pantai

dan ekosistem perairan dangkal lain dari hempasan ombak dan arus yang

mengancam terjadinya erosi. Fungsi dari hutan bakau (mangrove) selain

sebagai tempat wisata dan penghasil kayu adalah sebagai peredam gelombang

dan angin badai, pelindung erosi, penahan lumpur dan penangkap sediment

(http://baliprov.go.id, 2010).

5. Pengaruh pembuatan waduk di hulu dan yang melintang sungai yang ada

kecenderungan menyebabkan berkurangnya sedimen ke hilir.

2.4 DASAR-DASAR PERENCANAAN

2.4.1 Angin

Angin adalah udara yang bergerak yang diakibatkan oleh rotasi bumi dan

juga karena adanya perbedaan tekanan udara di sekitarnya. Angin bergerak dari

tempat bertekanan udara tinggi ke tempat bertekanan udara rendah

(http://id.wikipedia.org, 2010). Data angin diperlukan untuk peramalan tinggi dan

periode gelombang.

2.4.1.1 Pembangkitan Gelombang Oleh Angin

Gelombang yang terjadi di lautan dapat dibangkitkan atau diakibatkan oleh

berbagai gaya. Bebarapa jenis gaya pembangkit gelombang antara lain angin,

gaya gravitasi benda-benda langit, letusan gunung berapi, gempa bumi, dsb.

Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, akan difokuskan pada pembangkitan

gelombang oleh angin.

Page 7: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

29

Angin yang berhembus di atas permuakaan air akan memindahkan

energinya ke air. Kecepatan angin akan menimbulkan tegangan pada permukaan

laut, sehingga permukaan air yang semula tenang akan terganggu dan timbul riak

gelombang kecil di atas permukaan air. Apabila kecepatan angin bertambah, riak

tersebut menjadi semakin besar, dan apabila angin berhembus terus akhirnya

terbentuk gelombang. Semakin lama dan semakin kuat angin berhembus, semakin

besar gelombang yang terbentuk (Triatmodjo, 2008).

Tinggi dan periode gelombang yang dibangkitkan dipengaruhi oleh

kecepatan angin (U), lama hembusan angin (D), fetch (F) dan arah angin. Pada

umumnya pengukuran angin dilakukan di daratan, sedangkan di dalam rumus-

rumus pembangkitan gelombang, data angin yang digunakan adalah yang ada di

atas permukaan laut. Oleh karena itu diperlukan transformasi data angin di atas

daratan (yang terdekat dengan lokasi studi) ke data angin di atas permukaan laut

(Triatmodjo, 2008).

Hubungan antara angin di atas laut dan angin di atas daratan terdekat

diberikan oleh persamaan berikut:

Keterangan:

UL = Kecepatan angin yang diukur di darat (m/dt)

Uw = Kecepatan angin di laut (m/dt)

RL = Nilai koreksi hubungan kecepatan angin di darat dan di laut (Grafik 2.1)

LUWU

LR = (Triatmodjo, 2008)

Page 8: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

G

d

K

2

d

t

k

Grafik 2.1

(Triatmodjo

Setelah

dikonversika

Keterangan:

UA = Fa

U = Ke

2.4.1.2 Maw

Data a

diperoleh da

terdekat yan

kecepatan an

selanjutnya

UA = 0,71

Grafik hub

, 2008)

h dilakukan

an pada fakt

ktor teganga

ecepatan ang

war Angin/W

angin yang

ari stasiun pe

ng tersedia.

ngin maksim

dilakukan

U1,23 (Tr

bungan ant

n konversi

tor tegangan

an angin

gin (m/dt)

Wind Rose

digunakan

engamatan B

Data yang

mum harian

pengelomp

iatmodjo, 20

tara kecepat

kecepatan

angin (wind

untuk anal

Badan Mete

g diperoleh

selama 10 ta

pokan berda

008)

tan angin d

angin, ma

d stress facto

lisis angin

orologi dan

dari stasiun

ahun. Data y

asar arah d

di laut dan

aka kecepa

or) dengan p

merupakan

Geofisika y

n tersebut b

yang diperol

dan kecepa

30

n di darat

atan angin

persamaan:

data yang

yakni BMG

erupa data

eh tersebut

atan. Hasil

Page 9: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

31

pengelompokan (pengolahan) dibuat dalam bentuk tabel atau diagram yang

disebut dengan mawar angin/wind rose (Departemen Pekerjaan Umum, 2009).

Dengan tabel atau mawar angin, maka karakteristik angin dapat dibaca dengan

tepat (Triatmodjo, 2008).

Gambar 2.3 Mawar angin (Triatmodjo, 2008)

2.4.1.3 Fetch

Fetch adalah panjang keseluruhan suatu daerah pembangkitan gelombang di

mana angin berhembus dengan arah dan kecepatan yang konstan. Panjang fetch

dapat ditentukan dari peta Atlas dan peta Dinas Hidro Oseanografi Angkatan Laut

(Departemen Pekerjaan Umum, 2009). Arah angin angin masih dianggap konstan

apabila perubahannya tidak sampai 15o. Sedangkan kecepatan angin masih

dianggap konstan apabila perubahannya tidak lebih dari 5 knot (2,5 m/dt)

(Triatmodjo, 2008) .

Di dalam peninjauan pembangkitan gelombang di laut, fetch dibatasi oleh

daratan yang mengelilingi laut. Panjang fetch membatasi waktu yang diperlukan

Page 10: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

32

gelombang untuk terbentuk karena pengaruh angin, jadi mempengaruhi waktu

untuk mentransfer energi angin ke gelombang. Fetch ini berpengaruh pada

periode dan tinggi gelombang yang dibangkitkan. Semakin panjang jarak

fetchnya, ketinggian gelombangnya akan semakin besar dan periode

gelombangnya akan semakin lama. Di daerah pembangkitan gelombang,

gelombang tidak hanya dibangkitkan dalam arah yang sama dengan arah angin

tetapi juga dalam berbagai sudut terhadap arah angin (Triatmodjo, 2008). Untuk

memperoleh hasil dari fetch rerata efektif digunakanlah rumus di bawah ini:

Keterangan:

Feff = Fetch rerata efektif.

Xi = Panjang segmen fetch yang diukur dari titik observasi gelombang ke

ujung akhir fetch.

α = Deviasi pada kedua sisi dari arah angin, dengan menggunakan

pertambahan 6o sampai sudut sebesar 42o pada kedua sisi dari arah

angin

Feff =∑∑

αα

coscosXi (Triatmodjo, 2008)

Page 11: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

GGambar 2.4 FFetch (Triatm

modjo, 2008))

33

Page 12: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

34

2.4.2 Gelombang

Gelombang di laut dapat dibedakan menjadi beberapa macam yang

tergantung pada gaya pembangkitnya. Gelombang tersebut adalah gelombang

angin (dibangkitkan oleh tiupan angin), gelombang pasang surut (dibangkitkan

oleh gaya tarik benda-benda langit terutama gaya tarik matahari dan bulan

terhadap bumi), gelombang tsunami (dikarenakan oleh letusan gunung berapi atau

gempa di dasar laut), gelombang kecil (misalkan gelombang yang dibangkitkan

oleh kapal yang bergerak), dan sebagainya (Triatmodjo, 2008).

Diantara beberapa bentuk gelombang yang paling penting adalah gelombang

angin dan gelombang pasang surut. Pada umumnya bentuk gelombang sangat

kompleks dan sulit digambarkan secara matematis karena ketidaklinierannya, tiga

dimensi dan bentuknya yang random (Triatmodjo, 2008). Ada beberapa teori

dengan berbagai tingkat kekompleksan dan ketelitian untuk menggambarkan

fenomena gelombang di alam, diantaranya adalah teori Airy, teori Stokes, teori

Gerstner, teori Mich, teori Knoidal dan teori Tunggal. Teori gelombang Airy

adalah teori gelombang kecil, sedangkan teori yang lain adalah teori gelombang

amplitudo terbatas (finite amplitude waves). Dari berbagai teori di atas, teori

gelombang Airy adalah teori yang paling sederhana. Teori gelombang Airy sering

disebut teori gelombang linier atau teori gelombang amplitudo kecil (Triatmodjo,

2008).

Berdasarkan kedalaman relatifnya, yaitu perbandingan antara kedalaman

laut (d) dan panjang gelombang (L), maka gelombang diklasifikasikan menjadi

tiga (Triatmodjo, 2008) yaitu:

1. Gelombang di laut dangkal (shallow water)

d/L ≤ 1/20

tanh (2πd/L) ≈ (2πd/L)

C = √gd

L = T √gd

Page 13: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

35

2. Gelombang di laut transisi (transitional water)

3. Gelombang di laut dalam (deep water)

Keterangan:

C = Cepat rambat gelombang (m)

L = Panjang gelombang (m)

g = Gravitasi = 9,81 (m/dt2)

T = Periode gelombang (dt)

Dalam suatu perencanaan, pengukuran gelombang secara langsung

umumnya jarang dilakukan mengingat kesulitan dan biaya yang sangat besar,

selain itu pengukuran yang dilakukan hanya dalam waktu pendek kurang bisa

mewakili gelombang yang ada di lapangan. Oleh karena itu biasanya digunakan

data sekunder, yaitu data angin yang kemudian diolah untuk mendapatkan

peramalan data gelombang (Triatmodjo, 2008).

2.4.2.1 Peramalan Gelombang di Laut Dalam

Peramalan data gelombang di laut dalam (tinggi dan periode gelombang),

dapat didasarkan pada faktor tegangan angin/wind stress factor (UA) dan panjang

fetch (F), selanjutnya dilakukan peramalan gelombang di laut dalam dengan

menggunakan grafik peramalan gelombang. Dari grafik peramalan gelombang,

apabila panjang fetch (F), faktor tegangan angin (UA) dan durasi diketahui, maka

d/L ≤ 1/20

tanh (2πd/L) ≈ (2πd/L)

C = Co = √gd

L = Lo = T √gd

1/20 < d/L < 1/2

(2πd/L) < tanh (2πd/L) < 1

C = [gT/2π] tanh [2πd/L]

L = [gT2/2π] tanh [gT2/2π]

Page 14: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

t

B

tinggi dan

Berikut ini a

G

periode gel

adalah grafik

Grafik 2.2 G

lombang sig

k peramalan

Grafik perama

gnifikan dap

gelombang:

alan gelomb

pat dihitung

bang (Triatm

g (Triatmod

odjo, 2008)

36

djo, 2008).

Page 15: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

37

2.4.2.2 Deformasi Gelombang

Apabila suatu deratan gelombang bergerak dari laut dalam menuju pantai,

maka gelombang tersebut akan mengalami deformasi atau perubahan bentuk yang

disebabkan oleh proses refraksi dan pendangkalan gelombang, difraksi, refleksi

dan gelombang pecah (Triatmodjo, 2008). Nilai koefisien deformasi gelombang di

atas merupakan faktor penting untuk perhitungan gelombang laut dalam ekivalen

yang nantinya digunakan dalam analisis gelombang pecah, limpasan gelombang

dan proses lain.

2.4.2.3 Refraksi Gelombang

Refraksi gelombang adalah perubahan bentuk pada gelombang akibat

adanya perubahan kedalaman laut. Di laut dalam, gelombang menjalar tanpa

dipengaruhi dasar laut, akan tetapi di laut transisi dan laut dangkal, dasar laut

mempengaruhi bentuk gelombang. (Triatmodjo, 2008).

Refraksi menentukan tinggi gelombang di suatu tempat berdasarkan

karakteristik gelombang datang. Refraksi mempunyai pengaruh cukup besar

terhadap tinggi dan arah gelombang serta distribusi energi gelombang di

sepanjang pantai. Perubahan arah gelombang akibat refraksi akan menghasilkan

konvergensi (penguncupan) atau divergensi (penyebaran) energi gelombang dan

mempengaruhi energi gelombang yang terjadi di suatu tempat di daerah pantai

(Triatmodjo, 2008), seperti yang terlihat dalam gambar di bawah ini:

Page 16: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

d

t

m

b

m

g

d

g

(

o

d

d

b

l

Gam

daerah panta

teratur. Suat

menuju pan

bentuk dan b

membelok

gelombang m

di antara ke

gelombang

(karena jarak

ortogonal di

daripada jara

dermaga pe

bangunan-ba

lebih kecil (

Gambar 2

mbar di atas

ai yang mem

tu deretan ge

ntai. Terlihat

berusaha unt

menuju teg

mengecup se

edua garis or

tiap satuan

k antar garis

i laut dalam

ak antar gari

labuhan, ma

angunan yan

(Triatmodjo,

2.5 Refraksi

s memberik

mpunyai gari

elombang Lo

t dalam gam

tuk sejajar g

gak lurus ga

edang di lok

rtogonal ada

lebar di lok

s ortogonal d

m dan jarak

is ortogonal

aka lokasi 2

ng direncan

2008).

i gelombang

kan gambara

is kontur das

o dan garis p

mbar bahwa

garis kontur p

aris kontur.

kasi 2 garis o

alah konstan

kasi 1 adalah

di lokasi 1 le

antar garis

di laut dalam

2 akan lebih

nakan akan

(Triatmodjo

an proses r

sar laut dan

puncak gelom

garis punca

pantai. Garis

. Pada loka

ortogonal me

n sepanjang

h lebih besa

ebih kecil dar

ortogonal d

m). Misal ak

h cocok dari

menahan en

o, 2008)

refraksi gelo

garis pantai

mbang sejaja

ak gelomban

s ortogonal g

asi 1, garis

enyebar. Kar

lintasan, ber

ar daripada

ripada jarak

di lokasi 2 l

kan direncan

ipada lokasi

nergi gelom

38

ombang di

yang tidak

ar bergerak

ng berubah

gelombang

ortogonal

rena energi

rarti energi

di lokasi 2

antar garis

lebih besar

nakan suatu

i 1, karena

mbang yang

Page 17: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

2

t

g

m

e

t

g

t

t

m

g

2.4.2.4 Difr

Difrak

terhalang o

gelombang,

masuk ke d

energi dala

terlindung.

gelombang m

Apabil

tenang, aka

terpengaruh

menyebabka

gelombang d

aksi Gelom

ksi gelomban

oleh suatu

maka gelo

daerah terlind

am arah teg

Biasanya ti

menuju daer

Gambar

la tidak terja

an tetapi k

oleh gelo

an terbentuk

di luar daera

bang

ng adalah su

rintangan

ombang akan

dung di bel

gak lurus p

inggi gelom

rah yang terl

2.6 Difraksi

adi difraksi g

karena adan

mbang data

knya gelomb

ah terlindung

uatu fenomen

seperti pul

n membelok

akangnya. D

penjalaran g

mbang akan

lindung (Tria

gelombang

gelombang,

nya proses

ang. Transf

ang di daera

g (Triatmodj

na ketika su

lau ataupun

k di sekitar

Dalam difrak

gelombang

berkurang

atmodjo, 200

(Triatmodjo

daerah di be

difraksi, m

fer energi

ah tersebut, m

jo, 2008).

uatu gelomba

n bangunan

r ujung rint

ksi ini, terja

menuju da

di sepanjan

08).

o, 2008)

elakang rinta

maka daera

ke daerah

meskipun tid

39

ang datang

n pemecah

tangan dan

adi transfer

aerah yang

ng puncak

angan akan

ah tersebut

terlindung

dak sebesar

Page 18: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

40

2.4.2.5 Refleksi Gelombang

Refleksi gelombang adalah suatu fenomena ketika suatu gelombang datang

mengenai atau membentur suatu rintangan (misal: ujung dermaga), maka

gelombang tersebut akan dipantulkan sebagian ataupun seluruhnya. Tinjauan

refleksi gelombang sangat penting di dalam perencanaan bangunan pantai. Suatu

bangunan pantai yang mempunyai sisi miring dan terbuat dari tumpukan batu

akan bisa menyerap energi gelombang lebih banyak dibandingkan dengan

bangunan tegak dan masif. Pada bangunan vertikal, halus, dan berdinding tidak

permeabel, gelombang akan dipantulkan seluruhnya (Triatmodjo, 2008).

Besar kemampuan suatu bangunan memantulkan gelombang diberikan oleh

koefisien refleksi (X), yaitu perbandingan antara tinggi gelombang refleksi (Hr)

dengan tinggi gelombang datang (Hi).

  Koefisien refleksi bangunan diperkirakan berdasarkan tes model. Koefisien

refleksi berbagai tipe bangunan di berikan pada tabel berikut ini:

Tabel 2.1 Koefisien refleksi (Triatmodjo, 2008)

Tipe Bangunan X

Dinding vertikal dengan puncak di atas air 0,7 – 1,0

Dinding vertikal dengan puncak terendam 0,5 – 0,7

Tumpukan batu sisi miring 0,3 – 0,6

Tumpukan blok beton 0,3 – 0,5

Bangunan vertikal dengan peredam energi (diberi lubang) 0,05 – 0,2

2.4.2.6 Gelombang Pecah

Gelombang yang menjalar dari laut menuju pantai, maka gelombang

tersebut akan mengalami perubahan bentuk. Di laut dalam, bentuk gelombang

adalah sinusoidal. Di laut transisi dan laut dangkal, puncak gelombang menjadi

semakin tajam sementara lembah gelombang menjadi semkain landai. Pada suatu

X = HiHr (Triatmodjo, 2008)

Page 19: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

k

p

d

P

H

(

k

2

g

kedalaman t

pecah. Setel

dengan pant

Proses gelom

Hubungan a

(Xp) dan t

kemiringan

Gam

2.4.2.7 Gelo

Analis

gelombang

XP = τp Hb

XP = (4 –

tertentu punc

lah pecah, g

tai maka ting

mbang peca

antara jarak

inggi gelom

dasar pantai

mbar 2.7 Pros

ombang Lau

sis transfor

laut dalam e

b

9,25 m) Hb

cak gelomba

gelombang

ggi gelomban

ah sepenuhn

yang ditem

mbang saat

i, sebagai ber

ses terjadiny

ut Dalam Ek

rmasi gelom

ekivalen, ya

(Triatmod

ang sedemik

terus menja

ng semakin b

nya terbentu

mpuh dalam

mulai pec

rikut:

ya gelombang

kivalen

mbang ser

aitu tinggi ge

djo, 2008)

kian tajam se

alar ke panta

berkuarang

uk pada suat

selama pro

cah (Hb), y

g pecah (Tri

ring dilaku

elombang d

ehingga tidak

ai, dan sem

(Triatmodjo

tu jarak tert

oses gelomb

yang tergan

iatmodjo, 20

ukan denga

i laut dalam

41

k stabil dan

makin dekat

o, 2008).

tentu (Xp).

bang pecah

ntung pada

008)

an konsep

m jika tidak

Page 20: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

m

g

d

d

K

K

g

2

t

p

t

mengalami r

gelombang

sehingga p

dilakukan de

dalam persam

Keterangan:

H’o = T

Ho = T

K’ = K

Kr = K

Konsep ting

gelombang p

2.4.2.8 Run

Pada

tersebut aka

penting untu

tergantung p

H’o = K’ K

refraksi. Pem

yang meng

erkiran per

engan lebih

maan:

inggi gelom

inggi gelom

Koefisien difr

Koefisien refr

ggi gelomb

pecah, limpa

Up Gelomb

waktu gelo

an mengalam

uk perencana

pada run up

Gambar

Kr Ho (Tri

makaian gelo

galami refr

rkiraan tran

mudah. Tin

mbang laut da

mbang laut da

raksi

raksi

ang laut da

asan gelomb

bang

mbang men

mi run up

aan banguna

dan limpasa

2.8 Run up

atmodjo, 20

ombang ini b

raksi, difrak

nsformasi d

nggi gelomb

alam ekivale

alam (m)

alam ekival

bang dan pro

nghantam su

pada perm

an pantai. Ele

an yang diijin

gelombang

008)

bertujuan un

ksi dan tra

dan deforma

ang laut dal

n (m)

en ini digu

ses lain.

uatu bangun

mukaan bang

evasi bangun

nkan.

(Triatmodjo

ntuk menetap

ansformasi

asi gelomb

lam ekivalen

unakan dala

nan, maka

gunan. Run

nan yang dir

, 2008)

42

pkan tinggi

yang lain,

ang dapat

n diberikan

am analisis

gelombang

up sangat

rencanakan

Page 21: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

p

g

d

K

H

g

Run u

pada kaki b

gelombang.

sangat sulit

dengan bilan

Keterangan:

Ir = Bil

θ = Su

H = Tin

Lo = Pa

Hasil dari b

gelombang b

/((LH

tgI r =

up tergantun

angunan, ke

Karena ban

ditentukan

ngan Irribar

langan Irrib

udut kemiring

nggi gelomb

njang gelom

bilangan Irri

berikut.

Grafik 2.3

5,00 ))(

Lθ (Tr

ng pada ben

emiringan da

nyaknya vari

secara anal

ren, seperti b

aren

gan sisi pem

bang di lokas

mbang di laut

ibaren terseb

Grafik run u

riatmodjo, 2

ntuk dan kek

asar laut di

abel yang be

litis. Akan t

berikut:

mecah gelomb

si bangunan

t dalam (m)

but kemudia

up gelomban

008)

kasaran ban

depan bang

erpengaruh,

tetapi nilai

bang ( ...0)

(m)

an diterapkan

ng (Triatmod

ngunan, ked

gunan dan ka

maka besar

run up dap

n dalam gra

djo, 2008)

43

dalaman air

arakteristik

nya run up

at didekati

afik run up

Page 22: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

44

2.4.2.9 Gelombang Signifikan

Gelombang yang terjadi di alam tidaklah teratur (acak) dan sangat

kompleks, di mana masing-masing gelombang di dalam suatu spektrum (deretan)

gelombang mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Di dalam kita

mempelajari gelombang, kita beranggapan bahwa gelombang itu teratur dan sama

karakteristiknya, asumsi ini hanya untuk memudahkan kita untuk dapat

mempelajari karakteristiknya, maka dari itu gelombang alam harus dianalisis

secara statistik (Triatmodjo, 2008). Analisis statistik gelombang diperlukan untuk

mendapatkan beberapa karakteristik gelombang (Triatmodjo, 2008) yaitu:

1. gelombang representatif (gelombang signifikan),

2. probabilitas kejadian gelombang,

3. gelombang ekstrim (gelombang dengan periode ulang tertentu).

Untuk keperluan perencanaan bangunan-bangunan pantai, perlu dipilih tinggi dan

periode gelombang individu (individual wave) yang dapat mewakili suatu deretan

(spektrum) gelombang. Gelombang tersebut dikenal dengan gelombang

representatif/gelombang signifikan. Apabila tinggi gelombang dari suatu

pencatatan diurutkan dari nilai tertinggi hingga nilai terendah atau sebaliknya,

maka akan dapat ditentukan nilai dari tinggi gelombang signifikan (Hs), dengan s

merupakan rerata dari n persen gelombang tertinggi yang telah diurutkan. Dengan

bentuk seperti itu akan dapat dinyatakan karakteristik gelombang alam dalam

bentuk gelombang tunggal. Misalnya H10 adalah rerata dari 10% gelombang

tertinggi dari pencatatan gelombang yang telah diurutkan. Bentuk yang paling

banyak dipakai adalah H33 atau rerata dari 33% gelombang tertinggi dari

pencatatan gelombang yang telah diurutkan. Karena sering dipakai dalam

perencanaan, maka H33 sering disebut sebagai tinggi gelombang signifikan (H33 =

Hs). Cara yang sama juga dapat diterapkan untuk menentukan Ts atau periode

gelombang signifikan (Triatmodjo, 2008).

2.4.2.10 Periode Ulang Gelombang

Dalam perencanaan bangunan pantai, frekuensi gelombang-gelombang

besar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhinya. Untuk menentukan

Page 23: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

45

gelombang dengan periode ulang tertentu dibutuhkan data gelombang dalam

jangka waktu pengukuran cukup panjang (beberapa tahun). Data tersebut bisa

berupa data pengukuran gelombang atau data gelombang hasil prediksi

(peramalan) berdasar data angin (Triatmodjo, 2008).

Dari setiap tahun pencatatan dapat ditentukan gelombang representatifnya.

Berdasar data representatif untuk beberapa tahun pengamatan dapat diperkirakan

gelombang yang diharapkan disamai atau dilampaui satu kali dalam T tahun dan

gelombang tersebut dikenal dengan gelombang periode ulang T tahun atau

gelombang T tahunan. Misalnya, apabila T=50, maka gelombang yang

diperkirakan adalah gelombang 50 tahunan atau gelombang dengan periode ulang

50 tahun, artinya bahwa gelombang tersebut diharapkan disamai atau dilampaui

rata-rata sekali dalam 50 tahun. Hal ini tidak berarti bahwa gelombang 50 tahunan

hanya akan terjadi sekali dalam 50 tahun yang berurutan, melainkan diperkirakan

bahwa gelombang tersebut jika dilampaui k kali dalam periode panjang M tahun

akan mempunyai nilai k/M yang kira-kira sama dengan 1/50 (Triatmodjo, 2008).

Ada 2 metode untuk memprediksi gelombang dengan periode ulang tertentu,

yaitu metode Gumbel/metode Fisher-Tippett Type I dan metode Weibull (CERC,

1992). Dalam metode ini, prediksi dilakukan untuk memperkirakan tinggi

gelombang signifikan dan periode gelombang signifikan dengan periode ulang

(Triatmodjo, 2008).

a. Metode Fisher-Tippett Type I

Langkah-langkah memprediksi tinggi gelombang dengan periode ulang

gelombang menggunakan metode Fisher-Tippet Type I adalah sebagai berikut:

1. Memasukkan data berupa tahun pencatatan dan tinggi gelombang yang sudah

diurutkan dari besar ke kecil.

2. Menghitung besarnya probabilitas untuk setiap tinggi gelombang

menggunakan rumus:

1 ,,

(Triatmodjo,2008)

Page 24: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

46

Keterangan: P(Hs ≤ Hsm) = Probabilitas dari tinggi gelombang representatif ke-m yang

tidak dilampaui.

Hsm = Tinggi gelombang urutan ke m.

m = Nomor urut tinggi gelombang signifikan.

= 1,2,3…..,N

NT = Jumlah kejadian gelombang selama pencatatan.

3. Menghitung nilai menggunakan rumus:

 4. Menghitung parameter skala (A) menggunakan rumus:

 

5. Menghitung parameter lokasi (B) dengan rumus:

         Keterangan:

= rerata = rerata

6. Menghitung nilai menggunakan rumus:

Keterangan: = Periode ulang (tahun)

L = Rerata jumlah kejadian pertahun

=

NT = Jumlah kejadian gelombang selama pencatatan

K = Panjang data (tahun)

7. Menghitung nilai tinggi gelombang signifikan menggunakan rumus:

8. Menghitung nilai menggunakan rumus:

(Triatmodjo,2008)

1 (Triatmodjo,2008)

(Triatmodjo,2008)

∑ ∑ ∑ ∑ ∑

(Triatmodjo,2008)

(Triatmodjo,2008)

Page 25: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

47

Keterangan: = Standar deviasi yang dinormalkan dari tinggi gelombang signifikan

dengan periode ulang .

N = Jumlah data tinggi gelombang signifikan.

nilai dirumuskan sebagai berikut:

dengan:

v : dan nilai ; ; ; ; ; merupakan koefisien empiris untuk

menghitung deviasi standar metode Fisher-Tippett Type 1 (FT-1) yang

diberikan oleh tabel di bawah ini:

Tabel 2.2 Koefisien untuk menghitung deviasi standar (Triatmodjo, 2008)

9. Menghitung nilai menggunakan rumus:

Keterangan:

= Kesalahan standar dari tinggi gelombang signifikan dengan periode

ulang

= Deviasi standar dari data tinggi gelombang signifikan.

dihitung dengan menggunakan rumus:

Metode

FT-1 0,64 9,00 0,93 0,00 1,33

Weibull (K=0,75) 1,65 11,40 -0,63 0,00 1,15

Weibull (K=1,00) 1,92 11,40 0,00 0,30 0,90

Weibull (K=1,40) 2,05 11,40 0,69 0,40 0,72

Weibull (K=2,00) 20,24 11,40 1,34 0,50 0,54

∑ (Triatmodjo,2008)

(Triatmodjo,2008)

, √ (Triatmodjo,2008)

1 ln , (Triatmodjo,2008)

Page 26: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

48

10. Menentukan batas internal keyakinan untuk tinggi gelombang signifikan

ekstrim berdasar tabel di bawah ini:

Tabel 2.3 Batas interval keyakinan tinggi gelombang signifikan ekstrim

(Triatmodjo, 2008)

b. Metode Weibull

Langkah-langkah memprediksi tinggi gelombang dengan periode ulang

gelombang menggunakan metode Weibull (CERC, 1992) hampir sama dengan

metode Fisher-Tippett Type I, hanya rumus dan koefisien yang digunakan

disesuaikan dengan metode Weibull (CERC, 1992).

1. Memasukkan data berupa tahun pencatatan dan tinggi gelombang yang sudah

diurutkan dari besar ke kecil.

2. Menghitung besarnya probabilitas untuk setiap tinggi gelombang

menggunakan rumus:

Keterangan:

P(Hs ≤ Hsm) = Probabilitas dari tinggi gelombang representatif

ke-m yang tidak dilampaui.

Hsm = Tinggi gelombang urutan ke m.

m = Nomor urut tinggi gelombang signifikan.

= 1,2,3…..,N

NT = Jumlah kejadian gelombang selama pencatatan.

Tingkat Keyakinan (%)

Batas Interval Keyakinan

Terhadap Probabilitas Batas Atas Terlampaui

(%)

80 1,28 10,00

85 1,44 7,50

90 1,65 5,00

95 1,96 2,50

99 2,58 0,50

1, ,

, ,√

(Triatmodjo, 2008)

Page 27: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

49

K = Parameter bentuk (dapat dilihat di tabel 2.2)

= untuk laporan Tugas Akhir ini diambil K=0,75.

3. Menghitung nilai menggunakan rumus:

4. Menghitung parameter skala (A) menggunakan rumus:

  

5. Menghitung parameter lokasi (B) dengan rumus:

         Keterangan:

= rerata = rerata

6. Menghitung nilai menggunakan rumus:        

Keterangan: = Periode ulang (tahun)

L = Rerata jumlah kejadian pertahun

=

NT = Jumlah kejadian gelombang selama pencatatan

K = Panjang data (tahun)

7. Menghitung nilai tinggi gelombang signifikan menggunakan rumus:

         8. Menghitung nilai menggunakan rumus:

 

Keterangan: = Standar deviasi yang dinormalkan dari tinggi gelombang

1 ln , (Triatmodjo, 2008)

(Triatmodjo, 2008)

(Triatmodjo,2008)

ln 11

ln 11

(Triatmodjo, 2008)

∑ ∑ ∑ ∑ ∑ (Triatmodjo, 2008)

ln1

(Triatmodjo, 2008)

Page 28: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

50

signifikan dengan periode ulang

N = Jumlah data tinggi gelombang signifikan.

Nilai dirumuskan sebagai berikut:

dengan: v = dan nilai ; ; ; ; ; merupakan koefisien empiris untuk

menghitung deviasi standar metode Weibull yang dapat dilihat pada Tabel 2.2

di atas.

9. Menghitung nilai menggunakan rumus:

Keterangan: = Kesalahan standar dari tinggi gelombang signifikan dengan

periode ulang .

= Deviasi standar dari data tinggi gelombang signifikan.

dihitung dengan menggunakan rumus:

10. Menentukan batas internal keyakinan untuk tinggi gelombang signifikan

ekstrim berdasar Tabel 2.3 di atas.

2.4.3 Fluktuasi Muka Air Laut

Elevasi muka air laut merupakan parameter sangat penting di dalam

perencanaan bangunan pantai. Beberapa proses alam yang terjadi dalam waktu

yang bersamaan membentuk variasi muka air laut dengan periode panjang. Proses

alam tersebut meliputi tsunami, gelombang badai (strom surge), kenaikan muka

air karena gelombang (wave set up), kenaikan muka air karena pemanasan suhu

global dan pasang surut. Diantara beberapa proses tersebut, fluktuasi muka air

karena tsunami dan gelombang badailah yang tidak dapat ditentukan (diprediksi)

kapan terjadinya (Triatmodjo, 2008).

∑ (Triatmodjo, 2008)

(Triatmodjo, 2008)

, √ (Triatmodjo, 2008)

Page 29: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

2

m

a

p

w

J

K

2.4.3.1 Naik

Wave Set Do

Gelom

muka air di

akan terjadi

sekitar lokas

permukaan a

wave set u

(Triatmodjo

Ga

Wave Set Up

Jika ∆S = 0,

Keterangan:

Sw = 0,19

Sw = ∆S -

k dan Turu

own)

mbang yang

daerah pant

penurunan

si gelomban

air rerata mi

up. sedang

, 2008) .

ambar 2.9 W

p di pantai d

15 db dan di

⎢⎣

⎡− 82,21

gH

Sb (Triatm

nnya Muka

datang dari

tai terhadap

elevasi muk

ng pecah. Ke

iring ke atas

turunnya m

Wave set up d

dihitung deng

anggap bahw

⎥⎦

⎤2gT

Hb Hb (

modjo, 2008

a Air Karen

i laut menu

muka air dia

ka air rerata

emudian dar

ke arah pan

muka air d

an wave set

gan rumus:

wa db = 1,28

(Triatmodjo,

8)

na Gelomba

uju pantai m

am. Pada wa

terhadap ele

ri titik di m

ntai. Naiknya

dikenal den

down (Triat

8 H maka:

, 2008)

ang (Wave S

menyebabkan

aktu gelomb

evasi muka a

mana gelomb

a muka air l

ngan wave

tmodjo, 2008

51

Set Up and

n fluktuasi

bang pecah,

air diam di

ang pecah,

aut disebut

set down

8)

Page 30: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

52

Sw = Set Up di daerah gelombang pecah (m)

∆S = Set Up antara daerah gelombang pecah dan pantai (m)

Sb = Set Down di daerah gelombang pecah (m) Hb = Tinggi gelombang pecah (m)

db = Kedalaman gelombang pecah (m)

T = Periode gelombang (dt)

g = Percepatan gravitasi (m/dt2)

Besar wave set-down di daerah gelombang pecah diberikan oleh persamaan:

Keterangan:

Sb = Set Down di daerah gelombang pecah (m)

T = Periode gelombang (dt)

Hb = Tinggi gelombang pecah (m)

Ho’ = Tinggi gelombang laut dalam ekivalen (m)

g = Percepatan gravitasi (m/dt2)

2.4.3.2 Naiknya Muka Air Karena Angin Badai (Wind Set Up)

Angin dengan kecepatan besar (badai) yang terjadi di atas permukaan laut

bisa membangkitkan fluktuasi muka air laut yang besar di sepanjang pantai jika

badai tersebut cukup kuat dan daerah pantai dangkal dan luas (Triatmodjo, 2008).

Sb = -Tg

Hb2/1

3/2536,0 ( Triatmodjo, 2008)

Page 31: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

53

Gambar 2.10 Kenaikan muka air laut karena badai (Triatmodjo, 2008)

Kenaikan elevasi muka air karena badai dapat dihitung dengan persamaan berikut:

Keterangan :

∆h = Kenaikan elevasi muka air karena badai (m)

F = Panjang fetch (m)

i = Kemiringan muka air

c = Konstanta = 3,5x10-6

V = Kecepatan angin (m/dt)

d = Kedalaman air (m)

g = Percepatan gravitasi (m/dt2)

Di dalam memperhitungkan wind set up di daerah pantai dianggap bahwa

laut dibatasi oleh sisi (pantai) yang impermeable (tidak dapat ditembus), dan

hitungan dilakukan untuk kondisi dalam arah tegak lurus pantai. Apabila arah

angin dan fetch membentuk sudut terhadap garis pantai, maka yang

diperhitungkan adalah komponen tegak lurus pantai.

∆h = 2

iF

∆h = F c gd

V2

2

(Triatmodjo, 2008)

Page 32: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

54

2.4.3.3 Kenaikan Elevasi Muka Air Laut Karena Pemanasan Global (Sea

Level Rise)

Efek rumah kaca menyebabkan bumi menjadi panas, sehingga dapat dihuni

kehidupan. Disebut efek rumah kaca karena kemiripannya dengan apa yang

terjadi dalam sebuah rumah kaca ketika matahari bersinar. Sinar matahari yang

masuk melalui atap dan dinding kaca menghangatkan ruangan di dalamnya

sehingga suhu menjadi lebih tinggi daripada di luar. Hal ini disebabkan karena

kaca menghambat sebagian panas untuk keluar (kaca sebagai perangkap panas).

Di bumi, efek rumah kaca dihasilkan oleh gas-gas tertentu dalam jumlah

kecil di atmosfer (disebut gas rumah kaca). Namun selama 200 tahun terakhir ini,

jumlah gas rumah kaca dalam atmosfer semakin meningkat secara berangsur-

angsur akibat dari kegiatan manusia. Peningkatan konsentrasi gas-gas rumah kaca

di atmosfer menyebabkan kenaikan suhu bumi dan berakibat pada mencairnya

gunung-gunung es di kutub sehingga mengakibatkan kenaikan muka air laut. Di

dalam perencanaan bangunan pantai, kenaikan muka air laut yang disebabkan

oleh pemanasan global ini harus diperhitungkan (Triatmodjo, 2008).

Grafik 2.4 Grafik perkiraan kenaikan muka air laut karena pemanasan global/sea

level rise (Triatmodjo, 2008)

Page 33: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

55

Grafik di atas memberikan perkiraan besarnya kenaikan muka air laut dari

tahun 1990 sampai 2100 yang disertai perkiraan batas atas dan batas bawah.

Grafik tersebut didasarkan pada anggapan bahwa suhu bumi meningkat seperti

yang terjadi saat ini, tanpa ada tindakan untuk mengatasinya.

2.4.3.4 Pasang Surut

Pasang surut adalah fluktuasi (naik turunnya) muka air laut karena adanya

gaya tarik benda-benda di langit, terutama bulan dan matahari terhadap massa air

laut di bumi. Gaya tarik menarik antara bulan dengan bumi lebih mempengaruhi

terjadinya pasang surut air laut daripada gaya tarik menarik antara matahari

dengan bumi, sebab gaya tarik bulan terhadap bumi nilainya 2,2 kali lebih besar

daripada gaya tarik matahari terhadap bumi. Hal ini terjadi karena meskipun

massa bulan lebih kecil daripada massa matahari, akan tetapi jarak bulan terhadap

bumi jauh lebih dekat daripada jarak bumi terhadap matahari (Triatmodjo, 2008).

Mengingat elevasi muka air laut yang selalu berubah setiap saat, maka

diperlukan suatu elevasi yang ditetapkan berdasarkan data pasang surut, yang

dapat digunakan sebagai pedoman di dalam perencanaan suatu bangunan pantai.

Beberapa elevasi tersebut (Triatmodjo, 2008) adalah sebagai berikut ini.

1. Muka air tinggi (high water level/HWL), yaitu muka air tertinggi yang dicapai

pada saat air pasang dalam satu siklus pasang surut.

2. Muka air rendah (low water level/LWL), yaitu kedudukan air terendah yang

dicapai pada saat air surut dalam suatu siklus pasang surut.

3. Muka air tinggi rata-rata (mean high water level/MHWL), yaitu rata-rata dari

muka air tinggi selama periode 19 tahun.

4. Muka air rendah rata-rata rata (mean low water level/MLWL), yaitu rata-rata

dari muka air rendah selama periode 19 tahun.

5. Muka air rata-rata (mean sea level/MSL), yaitu muka air rata-rata antara muka

air tinggi rata-rata dan muka air rendah rata-rata. Elevasi ini digunakan

sebagai referensi untul elevasi daratan.

6. Muka air tinggi tertinggi (highest high water level/HHWL), yaitu air tertinggi

pada saat pasang surut purnama atau bulan mati.

Page 34: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

7

p

i

6

y

d

p

p

i

t

b

G

7. Muka ai

pada saa

Berdas

pengamatan

ideal. Hal i

suatu bangu

6 bulan hing

yang dihada

digunakanla

pada tangga

pasang tingg

siklus ini, po

ini sering

Sedangkan p

tinggi yang

bulan dan m

surut perban

Gambar 2.1

ir rendah ter

at pasang sur

sar definisi

n yang sanga

ni tentulah

unan pantai, m

gga 2 tahun,

api di lapang

ah pendekata

al 1 (bulan

gi yang san

osisi bumi, b

disebut sik

pada tangga

rendah dan

matahari mem

ni/neap tide/p

1 Pasang sur

rendah (lowe

rut purnama

elevasi m

at lama (19

sangat sulit

mengingat w

tergantung

gan). Maka d

an dengan pe

baru/muda)

ngat tinggi d

bulan dan m

klus pasang

al 7 (bulan ¼

pasang rend

mbentuk sudu

pasang kecil

rut purnama/

est low wate

atau bulan m

muka air l

tahun) untu

t untuk dipe

waktu pekerj

besarnya vo

dari itu, untu

engamatan p

) dan tangg

dan pasang

matahari bera

g surut pu

¼) dan tangg

dah yang tin

ut tegak luru

l (Triatmodjo

/spring tide

er level/LLW

mati.

aut di ata

uk mendapat

enuhi di saa

jaan yang ter

olume pekerj

uk mendapat

pasang surut

gal 15 (bula

rendah yang

ada dalam su

urnama/sprin

gal 21 (bula

nggi. Pada s

us. Siklus in

o, 2008).

(http://f4iqu

WL), yaitu a

s, dibutuhk

tkan data pa

at akan mer

rbatas (biasa

jaan dan per

tkan data pa

selama 30 h

an purnama)

g sangat ren

uatu garis lu

ng tide/pasa

an ¾) dipero

siklus ini, po

i sering dise

un.wordpress

56

air terendah

kan waktu

asang surut

rencanakan

anya antara

rmasalahan

asang surut,

hari, karena

) diperoleh

ndah. Pada

urus. Siklus

ang besar.

oleh pasang

osisi bumi,

ebut pasang

s.com, 2010))

Page 35: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

G

2

m

b

2

d

l

b

d

d

k

Gambar 2.12

2.4.4 Mekan

Karena

mendukungn

bangunan y

1984), agar:

1. Tanah ti

di atasny

atau day

2. Tanah ti

membah

mempun

yang cuk

Untuk

diperlukan

langsung di

boring dan s

dan setara

dilakukan d

kemudahann

2 Pasang sur

nika Tanah

a bangunan

nya itu har

yang harus d

dak terdesak

ya, dengan

ya penahan te

idak memad

hayakan ked

nyai daya du

kup pula bes

mendapatka

survey kead

i lapangan,

sondir dangk

(Departeme

dalam rangk

nya dimulai

rut perbani/n

h

n didukung

rus cukup k

didukung. T

k ke samping

kata lain tan

erhadap kese

dat terlalu b

dudukan ban

ukung atau

sarnya nilain

an nilai day

daan tanah.

pengujian l

kal) dan pen

en Pekerjaan

ka penyelidi

i dari yang

neap tide (ht

oleh tanah

kuat untuk

Tanah dasar

g bawah atau

nah dasarny

eimbangan y

banyak kare

ngunan, den

daya penah

nya.

a dukung ta

Survey dil

langsung de

nggunaan dat

n Umum, 2

ikan tanah

g paling mu

ttp://f4iqun.w

(dasar) ma

menjamin

itu harus c

u pecah oleh

ya harus mem

yang cukup b

ena beban d

ngan kata la

han terhadap

anah (soil be

lakukan den

engan alat b

ta sejenis di

2009). Piliha

dapat dipili

udah sampa

wordpress.co

aka tanah d

kokohnya

cukup kuat

h berat beban

mpunyai da

besar.

di atasnya, y

ain tanah d

p perubahan

earing capac

ngan cara p

bantu sederh

tempat lain

an-pilihan y

h berdasark

ai sistem pe

57

om, 2010)

dasar yang

kedudukan

(Subarkah,

n bangunan

aya dukung

yang dapat

dasar harus

n bangunan

city), maka

pengamatan

hana (hand

yang dekat

yang dapat

kan tingkat

enyelidikan

Page 36: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

58

dengan alat bantu namun masih dapat dijalankan dalam kondisi darurat

(Departemen Pekerjaan Umum, 2009), yaitu:

1. Pengamatan lansung keadaan tanah dasar untuk memperkirakan secara kasar

kondisi tanah di lokasi rencana.

2. Menggunakan bor tangan untuk mendapatkan contoh tanah tidak terganggu

sampai kedalaman 5 meter.

3. Sondir dangkal (hingga kedalaman 15 meter), merupakan penyelidikan tanah

yang umum dilakukan, dengan hasil suatu grafik sondir yang menggambarkan

kekuatan tanah dan daya kohesinya.

Untuk menghitung besarnya daya dukung tanah dengan digunakan rumus

Terzaghi sebagai berikut:

Keterangan:

Qult = daya dukung batas (t/m2)

Nc,Nγ, Nq = konstanta tanah berdasarkan nilai Ø

c = kohesi tanah

Df = kedalaman pondasi (m)

γ = berat jenis/unit tanah (t/m3)

B = lebar pondasi (m)

Qult = (c . Nc) + (γ . Df . Nq) + (0,5γ. B . Nγ) (L.D. Wesley, 1977)

Page 37: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

59

Grafik 2.5 Grafik nilai-nilai faktor daya dukung tanah menurut Terzaghi (L.D. Wesley, 1997)

2.4.5 Bathimetri

Bathimetri adalah pengukuran kedalaman dari air lautan dan danau, juga

segala informasi yang didapatkan dari pengukuran tersebut (Departemen

Pekerjaan Umum, 2009). Survey bathimetri bertujuan untuk mendapatkan data

bathimetri yaitu berupa peta bathimetri. Peta bathimetri diperlukan untuk

mengetahui keadaan kedalaman laut di sekitar lokasi pekerjaan. Peta ini

digunakan untuk mengetahui kondisi gelombang di lokasi pekerjaan (Triatmodjo,

2008).

Adapun alternatif-alternatif yang dapat dilakukan untuk pekerjaan survey

bathimetri (Departemen Pekerjaan Umum, 2009) adalah sebagai berikut:

1. Pemakaian data dari peta bathimetri yang dikeluarkan Dinas Hidro

Oseanografi (DISHIDROS) TNI AL. Data ini sudah lengkap untuk seluruh

area di Indonesia walaupun relatif kasar tetapi masih cukup untuk

memperkirakan kondisi bathimetri perairan rencana.

Page 38: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

60

2. Perkiraan data slope dasar perairan dengan menggunakan peilschaal dan

meteran yang diukur langsung oleh surveyor.

Gambar 2.13 Peta bathimetri (DISHIDROS TNI AL, 2009)

2.4.6 Muka Air Laut Rencana/Design Water Level (DWL)

Muka Air Laut Rencana atau Design Water Level (DWL) merupakan

parameter sangat penting di dalam perencanaan suatu bangunan pantai. Elevasi ini

merupakan penjumlahan dari beberapa paremeter, antara lain: pasang surut (muka

air pasang tertinggi), wave set up, wind set up dan kenaikan muka air laut karena

pemanasan global (Triatmodjo, 2008). Dari berbagai parameter di atas, elevasi

muka air rencana dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan :

DWL = Design Water Level/Elevasi muka air rencana (m)

MHWL = Mean High water Level/Elevasi muka air tertinggi pada saat

DWL = MHWL + Sw + ∆h + SLR

Page 39: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

61

pasang surut purnama atau bulan mati (m)

Sw = Wave Set Up/Kenaikan elevasi muka air laut karena pengaruh

gelombang (m)

∆h = Wind Set Up/Kenaikan elevasi muka air laut karena pengaruh

angin badai (m)

SLR = Sea Level Rise/Kenaikan elevasi muka air laut karena pemanasan

global (m)

2.4.7 Sedimen Pantai

Sedimen pantai bisa berasal dari erosi garis pantai itu sendiri, dari daratan

yang dibawa oleh sungai, dan dari laut dalam yang terbawa arus ke daerah pantai.

(Triatmodjo, 2008).

Angkutan sedimen sepanjang pantai dapat dihitung dengan rumus berikut:

Keterangan:

Qs = Angkutan sedimen sepanjang pantai (m3/hari)

Pl = Komponen fluks energi gelombang sepanjang pantai pada saat

pecah (Nm/d/m)

ρ = Rapat massa air laut (kg/m3)

Hb = Tinggi gelombang pecah (m)

Cb = Cepat rambat gelombang pecah (m/d) = bgd

bα = Sudut datang gelombang pecah

K = Konstanta

n = Konstanta

2.4.8 Program GENESIS

Program GENESIS (Generalized Model For Simulating Shoreline Change)

diperkenalkan oleh US Army Corps of Engineers. Program GENESIS dapat

Qs = K Pln

Pl = 8gρ Hb

2 Cb sin bα cos bα (Triatmodjo, 2008)

Page 40: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

62

melakukan prediksi nilai longshore dan onshore sediment transport yang pada

akhirnya akan digunakan untuk memprediksi garis pantai. Asumsi dasar yang

digunakan dalam perhitungan adalah menggunakan one-line shoreline change

model (model perubahan garis pantai satu garis) yang menganggap bahwa:

1. Profil pantai memiliki bentuk yang konstan.

2. Transpor sedimen di sepanjang pantai disebabkan oleh gelombang pecah.

3. Detail struktur di sekitar nearshore dapat diabaikan.

4. Garis pantai yang digunakan yaitu garis pantai pada kontur + 0 kondisi

Mean Sea Level (MSL).

5. Perubahan garis pantai bergerak maju mundur tergantung pada sedimen

yang masuk atau keluar.

Data-data yang diperlukan untuk analisis perubahan garis pantai dengan

GENESIS (GENESIS Technical Reference, 1991) adalah sebagai berikut:

1. DEPTH

DEPTH berisi kedalaman air laut sepanjang pantai yang disimulasi akan

menyebarkan gelombang pecah dimana nilainya sudah disediakan oleh

GENESIS dalam bentuk NSWAV sebagai input model gelombang eksternal.

Untuk input gelombang yang menggunakan file WAVES, program akan

membacanya sebagai data gelombang laut dalam (tidak menggunakan model

gelombang eksternal), sehingga DEPTH tidak dimasukkan, karena DEPTH

tidak akan bisa dibaca jika model gelombang eksternal (NSWAV) tidak

digunakan untuk menyuplai data gelombang.

2. SHORL

Merupakan input koordinat garis pantai awal dihitung dari baseline

(sumbu X/sumbu absis). Cara mendapatkan koordinat ini yaitu dengan

memplotkan garis pantai pada peta dengan menggunakan program AutoCAD.

Kemudian dibuat grid-grid dengan jarak tertentu yang tegak lurus dengan

garis pantai. Jarak grid yang diijinkan antara 15-90 m dengan jumlah grid

maksimal 100 buah.

Setelah mendapatkan koordinat garis pantai pada tiap-tiap grid,

kemudian diambil nilai Y (berdasar sumbu ordinat) pada program AutoCAD

Page 41: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

63

untuk diplotkan pada SHORL. Penulisan urutan ordinat sebagai input SHORL

adalah perbaris, dimulai dari sebelah kiri ke kanan sebanyak 10 data perbaris

dan dipisahkan spasi, sedangkan baris terakhir dapat kurang dari 10 data.

Contohnya penulisan ordinat dimulai dari titik 1 (Y=293,13), titik 2

(Y=298,06), kemudian titik 3 (Y=302,66), sampai 10 data ke kanan dan

seterusnya. Format program GENESIS saat input data SHORL dapat dilihat

pada Gambar 2.14 berikut:

Gambar 2.14 Format program GENESIS saat input data SHORL (Analisis

data sekunder, 2009)

3. SHORM

SHORM berfungsi untuk membandingkan perubahan garis pantai pada

jangka waktu tertentu dengan garis pantai awal atau dengan jangka waktu

yang lebih lama lagi (misal: 5 tahun, 10 tahun, dsb). Jika hanya

membandingkan posisi pantai awal dan akhir simulasi, maka input data

SHORM dapat diisi sama dengan input data SHORL. Format program

GENESIS saat input data SHORM dapat dilihat pada Gambar 2.15 berikut:

Page 42: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

64

Gambar 2.15 Format program GENESIS saat input data SHORM (Analisis

data sekunder, 2009)

4. WAVES

WAVES merupakan hasil olahan data angin tiap satu-satuan interval

waktu tertentu yang konstan. Data pada WAVES terdiri data tinggi, periode

dan arah datang gelombang dalam satu tahun tiap satuan interval waktu.

WAVES dipakai sebagai input jika gelombang eksternal tidak digunakan

(NWD=0). Jika terdapat data yang tidak diketahui sudut datang gelombangnya

maka pada kolom arah diberi nilai 999.

Data WAVES yang digunakan sebagai input GENESIS adalah data

gelombang yang dihasilkan pada perhitungan tinggi, periode dan arah datang

gelombang hasil olahan data angin tiap jam, dengan merubah beberapa sudut

datang gelombang sesuai dengan yang disyaratkan untuk input GENESIS

yaitu:

a. Sudut datang gelombang

Sistem koordinat garis pantai diasosiasikan dengan sudut datang

gelombang, arah Y (positif) dikonversikan sebagai arah Utara dan arah

datangnya gelombang menuju sumbu X sebagai baseline pada GENESIS

(Gambar 2.16). Dalam GENESIS, besar sudut datang gelombang berkisar

Page 43: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

65

antara -90o sampai 90o. Sudut datang gelombang 0o dapat menggambarkan

penyebaran gelombang normal tegak lurus menuju baseline GENESIS (sumbu

absis/sumbu X). Semakin ke arah kanan sudut datang gelombang akan

semakin positif dan semakin ke arah kiri sudut datang gelombang akan

semakin negatif.

Gambar 2.16 Konversi sudut datang gelombang pada program GENESIS

(GENESIS Technical Reference, 1991)

b. Kalibrasi sudut datang gelombang

Kalibrasi dilakukan untuk menyesuaikan antara input data arah

gelombang pada file WAVES dengan sistem koordinat grid hasil pemodelan.

Hal ini dilakukan jika terdapat perbedaan dalam penentuan arah utara. Pada

data input gelombang, arah Utara ditentukan berdasarkan arah mata angin.

Sedangkan GENESIS akan membaca arah Utara-nya tegak lurus sesuai

dengan dengan sumbu X (Gambar 2.16). Format program GENESIS saat input

data WAVES dapat dilihat pada Gambar 2.17 berikut:

LAND 

OCEAN 

Page 44: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

66

Gambar 2.17 Format program GENESIS saat input data WAVES (Analisis

data sekunder, 2009)

5. SEAWL

SEAWL berisi posisi lokasi sea wall (tembok laut) yang sudah ada

(eksisting) atau yang akan dimodelkan. Jika tidak ada sea wall maka file ini

akan dikosongkan dan tidak akan dibaca oleh GENESIS. Penulisan input data

sea wall sama dengan penulisan input data SHORM. Format program

GENESIS saat input data SEAWL dapat dilihat pada Gambar 2.18 berikut:

Page 45: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

67

Gambar 2.18 Format program GENESIS saat input data SEAWL (Analisis

data sekunder, 2009)

6. START

Merupakan instruksi yang akan mengontrol simulasi perubahan garis pantai,

hubungan permodelan dan semua input data. Format program GENESIS saat

input data START dapat dilihat pada Gambar 2.19 di bawah ini:

Gambar 2.19 Format program GENESIS saat input data START (Analisis data

sekunder, 2009)

Page 46: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

68

2.4.9 Program SMS

Program SMS (Surface Water Modelling System) adalah program yang

dirancang untuk mentransformasikan kondisi oseanografi yang terjadi di alam ke

dalam sebuah model simulasi satu dimensi, dua dimensi, atau tiga dimensi dengan

finite element method (metode elemen hingga). Model yang dipakai untuk

membuat simulasi pola arus yang terjadi pada lokasi studi adalah ADCIRC.

Parameter yang mempengaruhi pola arus dan pasang surut antara lain:

kedalaman nodal, periode gelombang, bentuk garis pantai, dan garis boundary.

Dengan menggunakan peta bathimetri dapat diketahui kedalaman nodal, bentuk

garis pantai dan penentuan garis boundary. Kedalaman nodal dapat menentukan

cepat rambat gelombang, sedangkan panjang gelombang di laut dangkal dapat

diketahui dari data periode gelombang. Langkah-langkah pelaksanaan simulasi

program SMS adalah sebagai berikut:

1. Membuka project baru atau membuat suatu project menggunakan menu file.

• Open apabila kita telah menyimpan pekerjaan kita sebelumnya.

• Save New Project, kemudian kita beri nama file yang bersangkutan apabila

kita telah selesai (untuk setiap penyimpanan sebaiknya dalam satu folder).

• Pada awal pengerjaan, dilakukan pengubahan satuan yaitu

Edit Current Coordinates ubahlah satuan dari feet ke meter.

Page 47: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

69

Gambar 2.20 Format awal menjalankan program SMS 8.1 (Analisis data

sekunder, 2009)

2. Memasukkan peta dasar yaitu peta bathimetri untuk proses digitasi garis

pantai dan digitasi garis kontur dasar laut.

• Map Module

• Registrasi Image penentuan titik koordinat awal.

Untuk proses Registrasi Images, ubahlah satuan koordinat (derajat, menit,

detik) ke bentuk derajat semua.

Contoh: 102°15’’30’ diubah menjadi 102,258°.

Registrasi Image ini menggunakan 2 point regristration atau 3 point

regristration (lebih baik mengunakan 3 point regristration).

Page 48: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

70

Gambar 2.21 Format program SMS 8.1 saat memasukkan peta dasar yaitu peta

bathimetri untuk proses digitasi garis pantai dan digitasi garis kontur dasar

laut (Analisis data sekunder, 2009)

3. Proses digitasi peta bathimetri yang telah diregistrasi

• Select Map Module

• Create Feature Arc

Proses digitasi dilakukan sesuai dengan keadaan garis pantai dan kontur

dasar laut dari peta bathimetri.

• Gunakan Select Feature Vertex untuk memilih dan menggeser posisi titik

yang ingin dipindahkan.

• Gunakan Create Feature Vertex untuk membuat titik vertex tambahan.

Page 49: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

71

Gambar 2.22 Format program SMS 8.1 saat mendigitasi peta bathimetri yang

telah diregistrasi (Analisis data sekunder, 2009)

• Membuat jarak spasi yang teratur pada Arc yang telah dibuat.

Gunakan Select Feature Arc kemudian klik pada semua Arc yang sudah

dibuat yang akan diatur spasinya, kemudian gunakan Feature Objects

Redistribute Vertices Specified Spacing pada Spacing diisikan angka

yang diinginkan untuk membuat jarak spasi yang sama pada Arc, misal

0,005

Page 50: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

72

Gambar 2.23 Format program SMS 8.1 untuk peta bathimetri yang telah

didigitasi (Analisis data sekunder, 2009)

Gambar 2.24 Format program SMS 8.1 saat pengaturan jarak spasi (Analisis

data sekunder, 2009)

Page 51: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

73

• Setelah jarak antar Arc sama, kemudian masukkanlah nilai kedalaman

(nilai Z) pada tiap-tiap Arc, yaitu dengan:

Select Feature Arc klik pada Arc yang sudah dibuat pada toolbar (Z

coordinate) diisikan kedalaman.

Gambar 2.25 Format program SMS saat memasukkan nilai kedalaman (nilai

Z) pada tiap-tiap Arc (Analisis data sekunder, 2009)

4. Mengkonversi bathimetri menjadi bentuk scatter

• Select Feature Arc klik semua Arc yang sudah diisikan nilai Z

(elevasi/kedalaman).

• Feature Objects

• Map Scatter

• Pada kolom New scatter point set name, merubah nama “scatter” menjadi

“scatter bath”

• Klik OK.

Page 52: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

74

Gambar 2.26 Format program SMS 8.1 saat mengkonversi peta bathimetri

menjadi bentuk scatter (Analisis data sekunder, 2009)

Gambar 2.27 Format program SMS 8.1 untuk peta bathimetri yang telah

dikonversi menjadi bentuk scatter (Analisis data sekunder, 2009)

Page 53: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

75

5. Delete semua Arc pada kontur dasar laut, kecuali pada Arc garis pantai (tidak

di delete).

• Select Feature Arc

• Klik pada Arc selain Arc pada garis pantai.

• Delete

Gambar 2.28 Format program SMS 8.1 saat men-delete semua Arc pada

kontur dasar laut (Analisis data sekunder, 2009)

6. Mengganti tipe program dalam SMS

• Feature Objects

• Converages

• Pada kolom Type dari Tabs diubah menjadi ADCIRC.

Page 54: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

76

Gambar 2.29 Format program SMS 8.1 saat dilakukan penggantian tipe ke

dalam bentuk ADCIRC (Analisis data sekunder, 2009)

7. Membuat garis boundary untuk batas laut

• Map Module

• Create a feature Arc

• Buat boundary yang membatasi daerah lautan yang berhubungan dengan

daratan.

Tips: Pada garis pantai juga diatur spasi antar vertices seperti pada langkah

ke-3 point 5, agar elemen yang terbentuk lebih teratur yang

fungsinya mengurangi nilai error.

Page 55: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

77

Gambar 2.30 Format program SMS 8.1 saat membuat garis boundary untuk

batas laut (Analisis data sekunder, 2009)

8. Membuat polygon pada daerah yang sudah dibatasi dengan garis boundary

laut

• Feature Objects

• Build Polygons

• Select feature polygons

• Klik dua kali pada daerah laut yang akan di run sampai berwarna hitam

daerah tersebut.

• Pada kolom Bathimetry Type diisikan Scatter Set

• Klik OK.

Page 56: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

78

Gambar 2.31 Format program SMS saat membuat polygon pada daerah yang

sudah dibatasi dengan garis boundary laut (Analisis data sekunder, 2009)

9. Mendefinisikan garis boundary.

• Select Feature Arc

• Klik dua kali pada boundary.

Untuk boundary laut, setelah di klik dua kali maka akan keluar ADCIRC

Arc Atts, pada boundary type dipilih Ocean (laut).

Untuk boundary daratan, setelah diklik dua kali pada Arc daratan maka

tampil ADCIRC Arc Atts, pada boundary apabila polygon boundary-nya

terbuka maka type yang dipilih adalah Mainland, apabila tertutup type yang

dipilih Island.

Page 57: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

79

Gambar 2.32 Format program SMS 8.1 saat mendefinisikan (memilih tipe)

garis boundary (Analisis data sekunder, 2009)

10. Membuat mesh.

• Feature Objects

• Map 2D Mesh

Gambar 2.33 Format program SMS 8.1 saat membuat mesh/jala (Analisis data

sekunder, 2009)

Page 58: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

80

Setelah selesai menjadi sebuah mesh, kemudian pekerjaan kita Save Project,

kemudian kita akan membuka program SMS 8.0, pekerjaan yang telah kita

buat pada SMS 8.1, kita buka pada SMS 8.0.

11. Pada SMS 8.0, pekerjaan dilanjutkan dengan tahap berikut.

Gambar 2.34 Format program SMS 8.0 untuk mesh lautan hasil transformasi

dari format program SMS 8.1 (Analisis data sekunder, 2009)

• Mesh Module

• Select nodstrings

• klik pada daerah Boundary Ocean

• klik Nodestrings

• Renumber

• Band width

• Klik OK.

Page 59: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

81

Gambar 2.35 Format program SMS 8.0 untuk band with pada boundary ocean

(Analisis data sekunder, 2009)

12. Pengisian Model Control

• Mesh Module ADCIRC

• Model Control kemudian akan tampil ADCIRC Model Control

Gambar 2.36 Format program SMS 8.0 saat pengisian model control (Analisis

data sekunder, 2009)

Page 60: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

82

• Klik pada tombol Tidal Force

• Tidal Potential On

• Klik tombol New

• Isikan tanggal pengamatan data pasang surut yang telah dilakukan di

lapangan.

• Pilih konstanta pasang surut yang digunakan, misal K1, kemudian klik

OK.

• Ulangi langkah di atas untuk konstanta-konstanta pasang surut yang lain

(K2, L2, M2, N2, O1, P1, Q1, S2).

• Kemudian klik Copy Potential Constituents.

• Apabila keluar peringatan “Unable to find k1 legi“, klik OK untuk

mencari folder file legi yang sebelumnya telah disimpan.

Gambar 2.37 Format program SMS 8.0 saat memasukkan konstanta pasang

surut (Analisis data sekunder, 2009)

• Setelah semua konstanta pasang surutnya telah ter-upload, kemudian klik

OK

• Kembali pada Tidal Function

• Time Control, pada kolom tengah diisikan data sebagai berikut:

Start Day : 0.000

Page 61: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

83

Time Step : 4.000 second

Run Time : 15 day

• Constituent ganti dengan Global Elevation, kemudian data di

bawahnya diisikan data:

Start Day : 0.000

Output Every : 900.000 time step

End Day : 15.000

• Dengan langkah yang sama di atas, lakukan untuk Constituent ganti

dengan Global Velocity.

Gambar 2.38 Format program SMS 8.0 saat memasukkan konstanta pasang

surut (Analisis data sekunder, 2009)

• Klik OK Kembali pada Tidal Function kemudian Klik OK lagi.

• Save Project

• Setelah pengisian Model Control dilakukan dalam SMS 8.0, untuk proses

running dilakukan pada SMS 8.1.

Buka file yang sudah diisi data pada Model Control pada SMS 8.0, kemudian

klik Mesh Module ADCIRC Run ADCIRC OK

Page 62: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

84

Gambar 2.39 Proses pemindahan dari format program SMS 8.1 ke program

SMS 8.0 sebelum dilakukan running program (Analisis data sekunder, 2009)

Gambar 2.40 Format program SMS 8.1 saat melakukan running setelah

dilakukan tahapan pengisian model control pada program SMS 8.0 (Analisis

data sekunder, 2009)

13. Meng-upload data file fort 63 untuk menampilkan grafik pasang surut, dan

fort 64 untuk menampilkan grafik arus.

Page 63: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

85

• Mesh Module

• Open pada file fort 63 OK

• Setelah di buka, pada dialog box, kotak time step akan menampilkan

semua data

• Apabila sudah keluar timestep-nya, klik Done.

Gambar 2.41 Format program SMS 8.1 saat meng-upload data file fort 63

untuk menampilkan grafik pasang surut dan fort 64 untuk menampilkan grafik

arus (Analisis data sekunder, 2009)

14. Pada Mesh Module:

• Untuk menampilkan pola arus pada lingkungan boundary mesh, klik

display option, kemudian beri tanda check (centang) pada sub menu

vectors.

• Sesuaikan juga untuk sub menu-sub menu yang lain, apakah ingin

ditampilkan ataukah tidak, misalkan sub menu scatter, 2D mesh, map,

countour options dll. Beri tanda check atau uncheck pada kotak yang

bersangkutan.

Page 64: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

86

Gambar 2.42 Format program SMS 8.1 saat memasukkan menu tampilan 2D

Mesh (Analisis data sekunder, 2009)

Gambar 2.43 Format program SMS 8.1 saat memasukkan menu tampilan

Scatter (Analisis data sekunder, 2009)

Page 65: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

87

Gambar 2.44 Format program SMS 8.1 saat memasukkan menu tampilan Map

(Analisis data sekunder, 2009)

Gambar 2.45 Format program SMS 8.1 saat memasukkan menu tampilan

Vectors (Analisis data sekunder, 2009)

Page 66: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

88

15. Untuk mengubah pola arus sesuai dengan kondisi time step, tampilkan pada

windows program SMS (setelah fort 63 dan fort 64 dibuka). Langkah

selanjutnya adalah:

• Mesh Module

• Solution pilih fort 64 (ADCIRC) untuk arus atau fort 63 untuk pasang

surut (ADCIRC), timestep disesuaikan dengan kondisi yang kita pilih.

Gambar 2.46 Format program SMS 8.1 setelah dilakukan pengubahan pola

arus sesuai dengan kondisi time step (Analisis data sekunder, 2009)

16. Untuk menampilkan pola arus dalam bentuk simulasi :

• Mesh Module, Data, Film Loop

• Kemudian akan keluar dialog box Film Loop Setup Create New Film

Loop Select Film Loop Type Scalar/Vector Animation Next.

• Film Loop Setup Check Vector Data Set Match Time Step.

• Display Options Finish.

• Setelah proceessing, windows akan menampilkan dalam bentuk Play AVI

application.

Page 67: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

89

Gambar 2.47 Tahap awal format program SMS 8.1 untuk menampilkan

simulasi pola arus (Analisis data sekunder, 2009)

Gambar 2.48 Format program SMS 8.1 untuk menampilkan simulasi pola arus

saat proses create new film loop (Analisis data sekunder, 2009)

Page 68: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

90

Gambar 2.49 Format program SMS 8.1 untuk menampilkan simulasi pola arus

saat proses check vectors data set dan match time step (Analisis data

sekunder, 2009)

Gambar 2.50 Format program SMS 8.1 untuk simulasi pola arus dengan

tampilan Play AVI application (Analisis data sekunder, 2009)

Page 69: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

91

17. Untuk mengetahui grafik pasang surut.

• Mesh Module.

• Feature Objects.

• Converages.

• Buat New Converages.

• Ganti type menjadi Observation.

• Create Feature Point.

• Klik pada daerah pengamatan pasang surut di lokasi yang ditentukan.

• Open the plot wizard.

• Pada Plot Type klik pada Time Series

• Klik pada Use selected datasets

• Klik pada fort 63 (ADCIRC) Finish

Gambar 2.51 Format program SMS 8.1 untuk menampilkan grafik pasang

surut saat penggantian type (Analisis data sekunder, 2009)

Page 70: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

92

Gambar 2.52 Format program SMS 8.1 untuk menampilkan grafik pasang

surut saat penentuan lokasi daerah pengamatan pasang surut (Analisis data

sekunder, 2009)

Gambar 2.53 Format program SMS 8.1 untuk menampilkan grafik pasang

surut saat proses penentuan plot type (Analisis data sekunder, 2009)

Page 71: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

93

Gambar 2.54 Format program SMS 8.1 untuk dengan tampilan akhir grafik

pasang surut (Analisis data sekunder, 2009)

18. Meng-export data pasang surut

• Klik kanan pada grafik pasang surut hasil program SMS.

• Klik pada Export/Print

• Klik Text/Data Only File Browse (pemilihan lokasi penyimpanan

file) Export

• Pada Export What, klik Data Export

Page 72: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

94

Gambar 2.55 Format program SMS 8.1 saat meng-export data pasang surut

(Analisis data sekunder, 2009)

Gambar 2.56 Format program SMS 8.1 tampilan data pasang surut dalam

bentuk angka (Analisis data sekunder, 2009)

Page 73: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

95

2.5 BANGUNAN PELINDUNG PANTAI

Bangunan pantai digunakan untuk melindungi pantai terhadap kerusakan

karena serangan gelombang dan arus. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan

untuk melindungi pantai (Triatmodjo, 2008) yaitu:

Memperkuat/melindungi pantai agar mampu menahan serangan gelombang.

Mengubah laju transport sedimen sepanjang pantai.

Mengurangi energi gelombang yang sampai ke pantai.

Reklamasi dengan menambah suplai sedimen ke pantai, atau dengan cara lain.

2.5.1 Klasifikasi Bangunan

Sesuai dengan fungsinya, bangunan pantai dikelompokkan dalam tiga

kelompok (Triatmodjo, 2008) yaitu:

Konstruksi yang dibangun di pantai dan sejajar dengan garis pantai. Yang

termasuk kelompok ini adalah dinding pantai/revetment.

Konstruksi yang dibangun kira-kira tegak lurus pantai dan sambung ke pantai.

Yang termasuk kelompok ini adalah groin dan jetty.

Konstruksi yang dibangun lepas pantai dan kira-kira sejajar dengan garis

pantai. Yang termasuk kelompok ini yaitu pemecah gelombang.

2.5.2 Sea wall/Tembok Laut

Sea wall atau tembok laut adalah jenis konstruksi pelindung pantai yang

ditempatkan sejajar atau kira-kira sejajar dengan garis pantai, membatasi secara

langsung bidang daratan dengan air laut, dan digunakan untuk perlindungan pada

pantai berlumpur atau berpasir. Fungsi utama sea wall adalah melindungi pantai

bagian darat (yang berada tepat di belakang konstruksi) terhadap abrasi akibat

gelombang dan arus laut, serta sebagai penahan tanah di belakang konstruksi

(http://rikania09.multiply.com, 2009). Sea wall dapat dimasukkan dalam kategori

bangunan pelindung pantai bersisi tegak, meskipun beberapa sea wall dibuat

dengan berdinding cekung (konkaf). Pemilihan bentuk ini menyesuaikan fungsi

dari sea wall itu sendiri. Sea wall bersisi tegak biasanya dipakai untuk

perlindungan dermaga atau tempat penambatan kapal. Pemilihan sea wall bersisi

Page 74: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

96

konkaf, umumnya dikarenakan sisi konkaf lebih kuat menghadapi hantaman

gelombang besar. Bahan konstruksi yang lazim dipergunakan adalah beton, turap

baja, tumpukan pipa (buis) beton atau tumpukan batu. Sea wall tidak bersifat

meredam energi gelombang, akan tetapi memantulkan kembali energi gelombang

yang menghantam dinding sea wall.

Gambar 2.57 Sea wall/tembok laut (http://reference.findtarget.com, 2009)

2.5.3 Revetment/Dinding Pantai

Revetment adalah konstruksi tidak masif (berongga/tidak padat) yang

fungsinya untuk perlindungan terhadap pengaruh gelombang dan arus. Revetment

tidak berfungsi sebagai penahan tanah di belakang konstruksi. Bahan yang umum

digunakan adalah susunan batu kosong, blok-blok beton, pasangan batu dan

beton. Revetment yang terbuat dari susunan batu kosong atau blok-blok beton

dengan kemiringan tertentu disebut konstruksi tipe rubble (rubble mount).

Konstruksi ini mempunyai lapisan pelindung luar yang langsung terhempas

gelombang yang disebut armor. Nama lain untuk revetment dari susunan armor

yang terdiri dari campuran batu kosong yang tidak seragam disebut rip-rap. Untuk

mencegah hanyutnya material pantai yang halus antara pantai yang dilindungi dan

revetment harus dipasang lapisan filter (Yuwono, 2005).

Page 75: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

d

m

r

b

2

d

m

T

k

Permu

dengan rong

meredam e

revetment p

stabilitas ban

belakang ba

1999).

Gambar 2.

2.5.4 Breakw

Pemec

daerah pera

menjadi dua

Tipe pertam

kedua untuk

Gambar

ukaan revetm

gga-rongga

energi gelom

perlu ditinjau

ngunan dan

angunan, ket

.58 Potongan

water/Peme

cah gelomba

airan dari

a macam yai

ma digunaka

k perlindunga

2.59 Pemec

ment yang te

diantaranya

mbang yan

u fungsi da

tanah ponda

tersediaan b

n melintang

ecah Gelomb

ang adalah

gangguan g

itu pemecah

an untuk pe

an pantai ter

cah gelomban

erdiri dari tu

a, menjadika

ng menghan

an bentuk b

asi, elevasi m

bahan bangu

revetment/d

bang

bangunan y

gelombang.

h gelombang

erlindungan

rhadap erosi

ng tipe samb

umpukan bat

an revetmen

ntam pantai

bangunan, lo

muka air ba

unan dan se

dinding panta

yang digunak

Pemecah g

g sambung p

perairan p

(Triatmodjo

bung pantai

tu dan blok-

nt lebih efe

i. Dalam p

okasi, panja

ik di depan

ebagainya (T

ai (Triatmodj

kan untuk m

gelombang

pantai dan le

pelabuhan se

o, 2008).

(Triatmodjo

97

-blok beton

ektif untuk

perencanan

ang, tinggi,

maupun di

Triatmodjo,

djo, 2008)

melindungi

dibedakan

epas pantai.

edang tipe

o, 2008)

Page 76: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

a

d

y

2

Gamba

Pemec

atau suatu se

dipisahkan o

Pemec

yaitu:

1. Pemecah

Terbuat

blok bet

quadripo

Indonesi

tanah lun

Gam

2. Pemecah

Terbuat

sel turap

ar 2.60 Pem

cah gelomba

eri bangunan

oleh celah.

cah gelomba

h gelombang

dari tumpuk

ton, batu bu

ods, tribars,

ia, menginga

nak, selain it

mbar 2.61 Pe

h gelombang

dari koison

p baja yang d

ecah gelomb

ang lepas pa

n yang terdir

ang dapat d

g tipe sisi mi

kan batu alam

uatan dari b

, dolos dan

at dasar laut

tu batu alam

emecah gelo

g tipe sisi teg

beton, dind

di dalamnya

bang tipe lep

antai bisa dib

ri dari bebera

dibedakan m

iring

m, blok beto

beton dengan

n sebagainya

t di pantai p

m sebagai bah

mbang tipe

gak

ding blok m

diisi batu, d

pas pantai (T

buat dari sat

apa ruas pem

menjadi 3 tip

on, gabungan

n bentuk kh

a. Tipe ini

erairan Indo

han utama ba

sisi miring (

assa yang d

dinding turap

Triatmodjo, 2

tu pemecah g

mecah gelom

pe (Triatmo

n antara batu

husus sepert

banyak dig

onesia keban

anyak tersed

(Triatmodjo,

disusun secar

p baja atau be

98

2008)

gelombang

mbang yang

odjo, 1999)

u pecah dan

ti tetrapod,

gunakan di

nyakan dari

dia.

2008)

ra vertikal,

eton, dsb.

Page 77: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

3

B

d

D

Gam

3. Pemecah

Tipe ini

gelomba

digunaka

Gam

Berat butir

dihitung den

Dimana Sr =

W = DK

mbar 2.62 P

h gelombang

dibuat digun

ang sisi mir

an merupaka

mbar 2.63 Pe

batu lapis

ngan menggu

= a

b

γγ

γcot)1(

3

−rD

b

sH

emecah gelo

g tipe campu

nakan pada k

ring dan sis

an kombinas

emecah gelo

lindung un

unakan rumu

θt (Tri

ombang tipe

uran

kedalaman a

si tegak din

si dari kedua

ombang tipe

ntuk pemec

us Hudson:

iatmodjo,200

sisi tegak (T

air yang besa

nilai tidak ek

a tipe sebelum

campuran (T

cah gelomba

08)

Triatmodjo,

ar dan apabil

konomis. B

mnya.

Triatmodjo,

ang sisi mi

99

1999)

la pemecah

Bahan yang

1999)

iring dapat

Page 78: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

100

Keterangan:

W = Berat butir batu pelindung (ton)

bγ = Berat jenis batu (ton/m3)

aγ = Berat jenis air laut (ton/m3)

H = Tinggi gelombang rencana (m)

θ = Sudut kemiringan sisi pemecah gelombang (…0)

KD = Koefisien stabilitas yang tergantung pada bentuk batu pelindung,

kekasaran permukaan batu, ketajaman sisi-sisinya, ikatan antar

butir, dan keadaan pecahnya gelombang

Lebar puncak pemecah gelombang dapat dihitung dengan rumus :

Keterangan:

B = Lebar puncak (m)

n = Jumlah butir batu (nminimum = 3)

K∆ = Koefisien lapis lindung

W = Berat butir batu lapis lindung (ton)

bγ = Berat jenis batu lapis lindung (ton/m3)

Sedangkan tebal batu lapis lindung dan jumlah butir tiap satu satuan luas

diberikan oleh rumus berikut ini:

⎟⎟

⎜⎜

⎛⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ −∆=

WbP

kAnNγ 3

2

1001 (Triatmodjo, 2008)

3b

WKnt

γ∆= (Triatmodjo, 2008)

B = n k∆ 31

⎥⎦

⎤⎢⎣

r

(Triatmodjo,2008)

Page 79: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

101

Keterangan:

t = Tebal batu lapis lindung (m)

n = Jumlah butir batu lapis lindung tiap satuan luas

K∆ = Koefisien lapis lindung

A = Luas permukaan (m2)

P = Porositas rerata dari lapis pelindung (%)

N = Jumlah butir batu untuk satu satuan luas permukaan A

bγ = Berat jenis batu lapis lindung (ton/m3)

2.5.5 Groin

Groin adalah bangunan pelindung pantai yang biasanya dibuat tegak lurus

garis pantai dan berfungsi untuk menahan transpor sedimen sepanjang pantai

sehingga bisa mengurangi atau menghentikan erosi yang terjadi (Triatmodjo,

2008).

Groin hanya bisa menahan transpor sediman sepanjang pantai. Apabila

groin ditempatkan pada pantai yang terabrasi, maka groin akan menahan gerak

sedimen tersebut, sehingga sedimen mengendap di hulu (terhadap arah transport

sedimen sepanjang pantai). Sedangkan di sebelah hilir groin, angkutan sedimen

masih tetap terjadi, sementara suplai sedimen dari hulu terhalang oleh bangunan,

akibatnya daerah hilir mengalami defisit sedimen sehingga pantai mengalami

erosi. Keadaaan tersebut akan menyebabkan terjadinya perubahan garis pantai

yang akan terus berlangsung sampai dicapai satu keseimbangan baru.

Keseimbangan baru tersebut tercapai pada saat sudut yang dibentuk oleh

gelombang pecah terhadap garis pantai adalah nol (α = 0), di mana tidak terjadi

lagi angkutan sedimen sepanjang pantai (Triatmodjo, 2008).

Page 80: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

G

2

b

m

d

p

G

r

t

p

Gambar 2.64

2008)

Karena

buah groin

membuat su

denagn jara

pantai yang

Gambar 2.6

(Triatmodjo

Pada u

rerata surf z

(Triatmodjo

tipe L. Pem

perencanaan

4 Groin tun

a faktor di a

tidaklah ef

uatu seri ban

ak tertentu.

terjadi tidak

65 Sistem

, 2008)

umumnya pa

one, dan jar

, 2008). Gro

milihan tipe-

nnya.

ggal dan per

atas, maka p

fektif. Biasa

ngunan yang

Dengan pen

k terlalu besa

seri groin

anjang groin

ak antar gro

oin memilik

-tipe groin b

rubahan gar

perlindungan

anya perlin

g terdiri dari

nggunakan s

ar (Triatmodj

dan perub

n adalah 40

oin adalah an

ki beberapa t

bergantung

ris pantai yan

n pantai deng

dungan pan

beberapa gr

sistem ini, m

djo, 2008).

bahan garis

% sampai d

ntara 1 hingg

tipe, ada tipe

kepada keg

ng terjadi (T

gan menggu

ntai dilakuk

roin yang d

maka perub

s pantai ya

dengan 60%

ga 3 kali pan

e lurus, tipe

gunaan dan

102

Triatmodjo,

unakan satu

an dengan

itempatkan

bahan garis

ang terjadi

% dari lebar

njang groin

T ataupun

kebutuhan

Page 81: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

m

2

m

p

m

h

t

g

t

Di dala

melintasi gr

sisi atasnya

2.5.6 Jetty

Jetty a

muara sunga

pantai. Pada

muara sunga

harus panjan

transpor sed

gelombang

(Triatmodjo

tiga jenis:

Jetty pan

Jetty ini

menghal

sangat m

penting.

Gambar 2

am perencan

roin ke daer

(overpassing

adalah bang

ai yang berf

a sungai ya

ai dapat men

ng sampai u

dimen sepanj

tidak pecah

, 2008). Jet

njang

i ujungnya b

langi masuk

mahal. Jetty

2.66 Berbaga

naan groin, m

rah hilir. Sed

g) atau mele

unan tegak

fungsi untuk

ang digunak

ngganggu la

ujungnya be

jang pantai d

, sehingga m

tty menurut

berada di lu

knya sedime

y ini diban

ai tipe groin

masih dimun

dimen dapat

ewati ujungn

lurus pantai

k mengurang

kan sebagai

lu lintas kap

erada di lua

dapat tertaha

memungkink

fungsinya (

uar gelomba

en ke arah

ngun apabila

n (Triatmodjo

ngkinkan terj

t melintasi g

nya (endpass

i yang dilet

gi pendangka

alur pelay

pal. Untuk k

ar gelomban

an, dan pada

kan kapal m

(Triatmodjo,

ang pecah.

muara tetap

a daerah ya

o, 2008)

rjadinya supl

groin dengan

sing).

akkan pada

alan alur ole

yaran, penge

keperluan ter

ng pecah, h

alur pelayar

masuk ke mu

2008) diba

Tipe ini efe

pi biaya kon

ang dilindun

103

lai sedimen

n melewati

kedua sisi

eh sedimen

endapan di

rsebut, jetty

al ini agar

ran kondisi

uara sungai

agi menjadi

ektif untuk

nstruksinya

ngi sangat

Page 82: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

Jetty sed

Jetty sed

pecah. Je

Gamb

dang

dang ujungy

Jetty ini dapa

Gamb

bar 2.67 Jetty

ya berada di

at menahan tr

bar 2.68 Jetty

y panjang (T

i antara muk

ranspor sedi

y sedang (Tr

Triatmodjo, 2

ka air surut

imen sepanja

riatmodjo, 2

2008)

dan lokasi g

ang pantai.

008)

104

gelombang

Page 83: BAB II STUDI PUSTAKA - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/34571/5/2089_chapter_II.pdf · akibat perubahan iklim karena naiknya permukaan air laut, atau istilahnya akibat pemanasan

Jetty pen

Jetty pen

berbelok

telah dite

ndek

ndek ujungn

knya muara

etapkan untu

Gamb

nya berada p

sungai dan

uk bisa meng

bar 2.69 Jetty

ada muka ai

n mengkons

gerosi endap

y pendek (Tr

ir surut. Fun

sentrasikan a

pan.

riatmodjo, 2

ngsinya untu

aliran pada

008)

105

uk menahan

alur yang