Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
14
BAB II
TELAAH LITERATUR
2.1. Definisi Obligasi
Obligasi merupakan surat utang jangka panjang yang dapat dipindahtangankan
dan berisi janji dari pihak yang menerbitkan untuk membayar imbalan berupa bunga
pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan
kepada pihak pembeli obligasi tersebut. Menurut Brigham & Hoston (2009) Obligasi
adalah suatu kontrak jangka panjang dimana peminjam setuju untuk melakukan
pembayaran bunga dan pokok pada tanggal tertentu kepada pemegang obligasi.
Obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan dan instansi pemerintah yang mencari
modal utang jangka panjang. Adapun karakteristik Obligasi terdiri dari :
a) Nilai Nominal (Face Value) adalah nilai pokok dari suatu obligasi yang akan
diterima oleh pemegang obligasi pada saat obligasi tersebut jatuh tempo.
b) Kupon (Interest Rate) adalah nilai bunga yang diterima pemegang obligasi
secara berkala (kelaziman pembayaran kupon obligasi adalah setiap 3 atau 6
bulanan) kupon obligasi dinyatakan dalam annual prosentase.
c) Jatuh Tempo (Maturity) adalah tanggal dimana pemegang obligasi akan
mendapatkan pembayaran kembali pokok atau Nilai Nominal obligasi yang
dimilikinya. Periode jatuh tempo obligasi bervariasi mulai dari 365 hari
sampai dengan diatas 5 tahun. Obligasi yang akan jatuh tempo dalam waktu 1
tahun akan lebih mudah untuk di prediksi, sehingga memilki resiko yang lebih
kecil dibandingkan dengan obligasi yang memiliki periode jatuh tempo dalam
Pengaruh Profitabilitas..., Yanto, FB UMN, 2015
15
waktu 5 tahun. Secara umum, semakin panjang jatuh tempo suatu obligasi,
semakin tinggi kupon / bunga nya.
d) Penerbit / Emiten (Issuer), mengetahui dan mengenal penerbit obligasi
merupakan faktor sangat penting dalam melakukan investasi Obligasi Ritel.
Mengukur resiko / kemungkinan dari penerbit obigasi tidak dapat melakukan
pembayaran kupon dan atau pokok obligasi tepat waktu (disebut default risk)
dapat dilihat dari peringkat (rating) obligasi yang dikeluarkan oleh lembaga
pemeringkat seperti PT PEFINDO.
Menurut Curtis (2008) terdapat 6 risiko terbesar dalam berinvestasi di obligasi,
yaitu:
a) Interest Rate Risk
Suku bunga dan obligasi memiliki hubungan terbalik. Ketika suku bunga
turun maka pada umumnya harga obligasi yang diperdagangkan lebih
besar dari nominal (at premium). Begitu pula sebaliknya, ketika suku
bunga naik akan mengakibatkan harga obligasi lebih kecil dari nominal (at
discount).
b) Reinvestment Risk
Bahaya lain yang investor obligasi hadapi ialah risiko reinvestasi, yang
merupakan risiko harus menginvestasikan kembali hasil pada rate yang
lebih rendah dari dana yang sebelumnya didapat. Salah satu penyebab
utama risiko ini sendiri adalah ketika suku bunga turun dari waktu ke
Pengaruh Profitabilitas..., Yanto, FB UMN, 2015
16
waktu dan emiten melakukan opsi call terhadap obligasi yang telah
diterbitkan sebelumnya.
c) Inflation Risk
Ketika seorang investor membeli obligasi, ia pada dasarnya berkomitmen
untuk menerima tingkat pengembalian baik yang bersifat tetap maupun
berubah-ubah, selama umur obligasi belum jatuh tempo atau setidaknya
selama obligasi itu ditahan. Ketika biaya hidup dan inflasi terus
meningkat, daya beli investor akan menurun dan mungkin mendapatkan
tingkat pengembalian negatif (dibandingkan dengan tingkat inflasi).
d) Credit/Default Risk
Banyak investor tidak menyadari bahwa obligasi korporasi tidak dijamin
sepenuhnya oleh pemerintah, melainkan tergantung pada kemampuan
perusahaan dalam membayar utang itu. Risiko ini timbul ke tika emiten
mengalami kesulitan dalam membayar kupon serta melunasi pokok
pinjaman obligasi.
e) Rating Downgrades
Kemampuan perusahaan untuk beroperasi dan membayar utang (dan utang
individu) sering dievaluasi oleh lembaga peringkat utama seperti Standard
& Poor atau Moody. Penilaian berkisar dari 'AAA' untuk investasi kualitas
kredit yang tinggi untuk 'D' untuk obligasi default. Keputusan yang dibuat
dan keputusan yang dikeluarkan oleh lembaga ini membawa banyak
pertimbangan bagi investor. Jika peringkat kredit perusahaan rendah atau
kemampuannya untuk beroperasi dan membayar dipertanyakan, bank dan
Pengaruh Profitabilitas..., Yanto, FB UMN, 2015
17
lembaga pemberi pinjaman akan memperhatikan dan mungkin akan
mengenakan tingkat bunga yang lebih tinggi kepada perusahaan untuk
pinjaman di masa mendatang. Hal ini dapat berdampak buruk pada
kemampuan perusahaan dalam melunasi utang kepada pemegang obligasi.
f) Liquidity Risk
Ada risiko bahwa investor mungkin tidak dapat menjual obligasi korporasi
nya dengan cepat di thin market. Rendahnya minat penerbitan obligasi
tertentu dapat menyebabkan volatilitas harga yang cukup besar dan
mungkin memiliki dampak negatif pada tingkat pengembalian bondholder
(pada saat penjualan). Sama seperti saham-saham yang diperdagangkan di
thin market, investor mungkin terpaksa menjual di harga yang lebih
rendah dari yang diharapkan sebelumnya.
2.1.1. Jenis – Jenis Obligasi
Obligasi memiliki beberapa jenis yang berbeda, yaitu:
a. Obligasi berdasarkan sisi penerbitnya terdiri dari 3 jenis, yaitu:
1) Corporate Bonds: obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan, baik
yang berbentuk badan usaha milik negara (BUMN), atau badan usaha
swasta. Menurut Brigham & Houston (2009) obligasi perusahaan
dibagi menjadi :
1) Mortgage Bonds: Perusahaan menjanjikan aset tertentu sebagai
jaminan untuk obligasi.
Pengaruh Profitabilitas..., Yanto, FB UMN, 2015
18
2) Debentures (Unsecured Bond): Sebuah obligasi jangka panjang
yang tidak dijamin dengan hipotek atas properti tertentu. Surat
utang ini cukup berisiko dan risiko akan tercermin ke dalam
suku bunga mereka.
3) Subordinated Debentures: Obligasi yang memiliki klaim atas
aset setelah senior debt telah dilunasi pada saat terjadi
likuidasi. Senior debt ialah hutang yang diberi prioritas yang
lebih tinggi daripada prioritas pembayaran hutang lain dari
obligor yang sama.
2) Government Bonds: obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah pusat.
Obligasi pemerintah sendiri terdiri dalam beberapa jenis, yaitu:
1) Obligasi Rekap, diterbitkan guna suatu tujuan khusus yaitu
dalam rangka Program Rekapitalisasi Perbankan;
2) Surat Utang Negara (SUN), adalah surat berharga yang berupa
surat pengakuan utang dalam mata uang rupiah maupun valuta
asing yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh
Negara Republik Indonesia, sesuai dengan masa berlakunya.
Diterbitkan untuk tujuan membiayai defisit APBN;
3) Obligasi Ritel Indonesia (ORI), sama dengan SUN, diterbitkan
untuk membiayai defisit APBN namun dengan nilai nominal
yang kecil agar dapat dibeli secara ritel;
4) Surat Berharga Syariah Negara atau dapat juga disebut
"obligasi syariah" atau "obligasi sukuk", sama dengan SUN,
Pengaruh Profitabilitas..., Yanto, FB UMN, 2015
19
diterbitkan untuk membiayai defisit APBN namun berdasarkan
prinsip syariah.
3) Municipal Bond: obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah daerah
untut membiayai proyek-proyek yang berkaitan dengan kepentingan
publik (public utility).
b. Obligasi berdasarkan sistem pembayaran bunga terdiri dari 4 jenis, yaitu:
1) Zero Coupon Bonds: obligasi yang tidak melakukan pembayaran
bunga secara periodik. Namun, bunga dan pokok dibayarkan sekaligus
pada saat jatuh tempo.
2) Coupon Bonds: obligasi dengan kupon yang dapat diuangkan secara
periodik sesuai dengan ketentuan penerbitnya.
3) Fixed Coupon Bonds: obligasi dengan tingkat kupon bunga yang telah
ditetapkan sebelum masa penawaran di pasar perdana dan akan
dibayarkan secara periodik.
4) Floating Coupon Bonds: obligasi dengan tingkat kupon bunga yang
ditentukan sebelum jangka waktu tersebut, berdasarkan suatu acuan
(benchmark) tertentu seperti average time deposit (ATD) yaitu rata-
rata tertimbang tingkat suku bunga deposito dari bank pemerintah dan
swasta.
Pengaruh Profitabilitas..., Yanto, FB UMN, 2015
20
c. Obligasi berdasarkan hak penukaran/opsi terdiri dari 4 jenis, yaitu:
1) Convertible Bonds: obligasi yang memberikan hak kepada pemegang
obligasi untuk mengkonversikan obligasi tersebut ke dalam sejumlah
saham milik penerbitnya.
2) Exchangeable Bonds: obligasi yang memberikan hak kepada
pemegang obligasi untuk menukar saham perusahaan ke dalam
sejumlah saham perusahaan afiliasi milik penerbitnya.
3) Callable Bonds: obligasi yang memberikan hak kepada emiten untuk
membeli kembali obligasi pada harga tertentu sepanjang umur obligasi
tersebut.
4) Putable Bonds: obligasi yang memberikan hak kepada investor yang
mengharuskan emiten untuk membeli kembali obligasi pada harga
tertentu sepanjang umur obligasi tersebut.
d. Obligasi berdasarkan segi jaminan atau kolateralnya terdiri atas 2 jenis, yaitu:
1) Secured Bonds: obligasi yang dijamin dengan kekayaan tertentu dari
penerbitnya atau dengan jaminan lain dari pihak ketiga. Dalam
kelompok ini, termasuk didalamnya adalah:
a) Guaranteed Bonds: Obligasi yang pelunasan bunga dan
pokoknya dijamin denan penangguangan dari pihak ketiga
b) Mortgage Bonds: obligasi yang pelunasan bunga dan pokoknya
dijamin dengan agunan hipotik atas properti atau asset tetap.
Pengaruh Profitabilitas..., Yanto, FB UMN, 2015
21
c) Collateral Trust Bonds: obligasi yang dijamin dengan efek
yang dimiliki penerbit dalam portofolionya, misalnya saham-
saham anak perusahaan yang dimilikinya.
2) Unsecured Bonds: obligasi yang tidak dijaminkan dengan kekayaan
tertentu tetapi dijamin dengan kekayaan penerbitnya secara umum.
e. Obligasi berdasarkan segi nilai nominal terdiri atas 2 jenis, yaitu:
1) Konvensional Bonds: obligasi yang lazim diperjualbelikan dalam satu
nominal, Rp 1 miliar per satu lot.
2) Retail Bonds: obligasi yang diperjual belikan dalam satuan nilai
nominal yang kecil, baik corporate bonds maupun government bonds.
f. Obligasi berdasarkan segi perhitungan imbal hasil terdiri atas 2 jenis, yaitu:
1) Konvensional Bonds: obligasi yang diperhitungan dengan
menggunakan sistem kupon bunga.
2) Syariah Bonds: obligasi yang perhitungan imbal hasil dengan
menggunakan perhitungan bagi hasil. Dalam perhitungan ini dikenal
dua macam obligasi syariah, yaitu:
a. Obligasi Syariah Mudharabah merupakan obligasi syariah yang
menggunakan akad bagi hasil sedemikian sehingga pendapatan
yang diperoleh investor atas obligasi tersebut diperoleh setelah
mengetahui pendapatan emiten.
Pengaruh Profitabilitas..., Yanto, FB UMN, 2015
22
b. Obligasi Syariah Ijarah merupakan obligasi syariah yang
menggunakan akad sewa sedemikian sehingga kupon (fee
ijarah) bersifat tetap, dan bisa diketahui/diperhitungkan sejak
awal obligasi diterbitkan.
2.1.2. Peringkat Obligasi
Peringkat obligasi sangat penting bagi perusahaan dan investor. Pertama,
peringkat obligasi merupakan indikator risiko gagal bayar (default risk), yang dapat
menimbulkan efek dan pengaruh langsung pada tingkat bunga obligasi dan biaya
utang (cost of debt) perusahaan. Kedua, sebagian besar obligasi yang dibeli oleh
investor dari suatu institusi yang bukan individu dan banyak lembaga dibatasi oleh
obligasi yang memiliki peringkat baik (investment grade). Artinya jika obligasi suatu
perusahaan jatuh di bawah peringkat BBB, itu akan menyulitkan perusahaan tersebut
untuk menerbitkan obligasi baru karena banyak calon pembeli tidak akan diizinkan
untuk membelinya. (Brigham & Hoston, 2009). Menurut Brigham & Hoston ada
beberapa faktor penentu dalam peringkat obligasi, yaitu:
a. Financial Ratios
Semua rasio berpotensi mempengaruhi, namun hanya rasio debt dan interest
coverage adalah dinilai paling berpengaruh terhadap peringkat obligasi.
b. Qualitative Factors : Bond Contract Terms
Setiap obligasi disertai sebuah kontrak, atau sering disebut juga indenture,
antara emiten dan pemegang obligasi. Yang termasuk didalam indenture
Pengaruh Profitabilitas..., Yanto, FB UMN, 2015
23
adalah tanggal jatuh tempo, tingkat bunga kupon, pernyataan apakah obligasi
dijamin dengan hipotek atas aset tertentu, setiap ketentuan dana cadangan, dan
pernyataan apakah obligasi dijamin oleh beberapa pihak lain dengan peringkat
kredit yang tinggi.
c. Miscellaneous Qualitative Factors
Yang dimaksud ialah isu- isu seperti sensitivitas laba perusahaan terhadap
kekuatan ekonomi, dipengaruhi oleh inflasi, pernyataan apakah perusahaan
memiliki masalah tenaga kerja, operasional internasional (termasuk stabilitas
dari negara-negara tempat beroperasi), potensi timbul masalah dalam
lingkungan dan antitrust.
Di Indonesia terdapat beberapa lembaga pemeringkat obligasi, salah satunya ialah PT
PEFINDO (Pemeringkat Efek Indonesia). PT PEFINDO merupakan lembaga
pemeringkat tertua di Indonesia dan didirikan di Jakarta pada tanggal 21 Desember
1993, melalui inisiatif Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) dan Bank
Indonesia. Tugas utama PEFINDO adalah untuk menyediakan suatu peringkat atas
risiko kredit yang objektif, independen, serta dapat dipertanggung jawabkan atas
penerbitan surat hutang yang diperdagangkan kepada masyarakat luas.
Metodologi Pemeringkatan yang dilakukan PT PEFINDO untuk sektor korporasi
(non keuangan) secara umum, mencakup tiga risiko utama penilaian, yaitu :
Pengaruh Profitabilitas..., Yanto, FB UMN, 2015
24
a. Penilaian Risiko Industri (Industry Risks)
1) Pertumbuhan industri dan stabilitas (growth and stability), yang terkait
dengan kondisi permintaan dan penawaran, prospek, peluang pasar
(ekspor atau domestik), tahapan industri (awal, pengembangan,
matang, atau penurunan), dan jenis produk (produk yang bersifat
pelengkap atau produk yang bisa disubstitusi, umum atau khusus, dan
komoditas atau differensiasi)
2) Penghasilan dan struktur biaya dari industri (revenue and cost
structures), yang mencakup pemeriksaan komposisi aliran pendapatan
(Rupiah atau US Dollar), kemampuan untuk menaikkan harga
(kemampuan untuk dengan mudah meneruskan kenaikan biaya kepada
pelanggan / para pengguna akhir), tenaga kerja dan bahan baku,
struktur biaya dan komposisi (Rupiah atau US Dollar), komposisi
biaya tetap dan biaya variabel, serta pengadaan bahan baku industri
(domestik atau impor)
3) Hambatan masuk dan persaingan di dalam industri (barrier to entry
and competition within the industry), yang mencakup penilaian
terhadap karakteristik industri (padat modal, padat karya,
terfragmentasi, menyebar, diatur ketat, dan sebagainya) untuk
menentukan tingkat kesulitan masuk bagi para pemain baru. Penilaian
juga mencakup analisis jumlah pemain dalam industri (global atau
domestik), pesaing terdekat, potensi perang harga dan lain- lain untuk
mengetahui tingkat kompetisi yang ada dan yang akan datang.
Pengaruh Profitabilitas..., Yanto, FB UMN, 2015
25
4) Peraturan dan de-regulasi industri (regulation and de-regulation),
pembatasan jumlah pemain, lisensi, kebijakan pajak (ekspor, impor,
kuota, tarif, bea masuk, cukai, dan lain- lain), kebijakan harga
pemerintah (peraturan pemerintah Indonesia mengatur harga di
beberapa sektor seperti listrik, jalan tol, dan telepon) dan persyaratan
lingkungan (khususnya untuk sektor pertambangan) dan lain- lain.
5) Profil keuangan (financial profile) industri umumnya dikaji dengan
analisis beberapa tolak ukur keuangan yang diambil dari beberapa
perusahaan besar dalam industri yang sebagian besar dapat mewakili
industri masing-masing. Analisis kinerja keuangan industri meliputi
analisis marjin, keuntungan, leverage, serta perlindungan arus kas.
b. Penilaian Risiko Bisnis (Business Risks)
Faktor kunci dalam analisis penilaian risiko profil bisnis perusahaan sedikit
berbeda dari satu perusahaan ke yang lain, tergantung pada faktor-faktor kunci
kesuksesan (key success factors) dari industri dimana perusahaan tersebut
digolongkan.
c. Penilaian Risiko Finansial (Financial Risks)
1) Kebijakan keuangan (financial policy). Analisis yang mencakup
tinjauan filosofi manajemen, strategi dan kebijakan keuangan terhadap
risiko (historis, sekarang dan proyeksi ke depan). Selain itu,
pemeriksaan manajemen atas target keuangan (pertumbuhan, leverage,
struktur utang, kebijakan dividen, dan sebagainya), kebijakan lindung
nilai, dan kebijakan lain dalam upaya mengurangi resiko keuangan
Pengaruh Profitabilitas..., Yanto, FB UMN, 2015
26
perusahaan secara keseluruhan (sejarah masa lalu dan kedepannya).
Rekam jejak perusahaan pada pemenuhan kewajiban keuangan di
masa lalu juga dikaji untuk menentukan tingkat komitmen,
kesungguhan dan konsistensinya untuk membayar kewajiban-
kewajibannya secara tepat waktu.
2) Struktur Permodalan (Capital Structure). Analisis mencakup
pemeriksaan dari sejarah perusahaan, saat ini dan proyeksi leverage
masa depan (total utang dan nilai bersih utang dalam hubungannya
dengan besar modal, total modal dan arus kas), struktur utang dan
komposisinya (rupiah atau mata uang asing, utang jangka pendek atau
utang jangka panjang, dengan tingkat suku bunga tetap atau suku
bunga mengambang, dan lain- lain). Cara pengelolaan kewajiban juga
dikaji secara mendalam.
3) Perlindungan Arus Kas (Cash Flow Protection). Analisis yang
menyeluruh meliputi kajian dari arus kas perusahaan dan kemampuan
untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek dan jangka
panjang. Tingkat kemampuan melayani pembayaran utang diukur oleh
rasio pembayaran bunga dan rasio pembayaran utang. Tingkat
likuiditas perusahaan di dalam memenuhi kewajiban jangka pendek
juga dikaji secara mendalam.
4) Fleksibilitas keuangan (Financial Flexibility). Analisis meliputi
evaluasi gabungan semua ukuran finansial di atas untuk sampai pada
pemahaman yang menyeluruh tentang kesehatan keuangan
Pengaruh Profitabilitas..., Yanto, FB UMN, 2015
27
perusahaan. Analisis tentang faktor-faktor lain yang terkait atau angka-
angka yang tidak secara khusus ditelaah di atas, seperti klausul
perlindungan asuransi, batasan atas perjanjian pinjaman/obligasi atau
hubungan dengan induk perusahaan dan bantuan-bantuan juga
ditelaah. Penugasan analitis lain yang dibahas adalah evaluasi pilihan
yang bisa diambil oleh perusahaan dalam tekanan, termasuk rencana-
rencana atas kejadian tidak terduga dan kemampuan serta fleksibilitas
untuk berurusan dengan berbagai skenario yang merugikan. Dukungan
pemegang saham dan komitmennya juga sangat dipertimbangkan
Tabel 2.1.
Keterangan Peringkat Obligasi PT PEFINDO
Simbol Pengertian Peringkat Obligasi
idAAA
Sekuritas utang dengan peringkat idAAA merupakan sekuritas dengan peringkat tertinggi yang diberikan oleh PT PEFINDO. Kemampuan
perusahaan penerbitnya untuk memenuhi komitmen keuangan jangka panjang superior dibandingkan dengan perusahaan penerbit sekuritas utang lainnya di Indonesia.
idAA
Sekuritas utang dengan peringkat idAA hanya memiliki sedikit perbedaan
dengan peringkat tertinggi. Kemampuan perusahaan penerbit memenuhi komitmen keuangan jangka panjang sangat kuat dibandingkan dengan
perusahaan penerbit sekuritas utang lainnya di Indonesia.
idA
Sekuritas utang dengan peringkat idA menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan penerbit relatif kuat dibandingkan dengan perusahaan penerbit
sekuritas utang lain. Namun demikian, sekuritas utang ini lebih rentan terhadap perubahan kondisi ekonomi dibandingkan dengan obligasi dengan peringkat yang lebih tinggi.
idBBB
Sekuritas utang dengan peringkat idBBB menunjukkan tingkat perlindungan
yang cukup dalam hal pemenuhan kewajibannya dibandingkan dengan sekuritas utang lain. Namun demikian, kondisi ekonomi yang melemah
dapat lebih mudah memicu melemahnya kemampuan perusahaan dalam menyelesaikan komitmen keuangan jangka panjangnya.
Pengaruh Profitabilitas..., Yanto, FB UMN, 2015
28
idBB
Sekuritas utang dengan peringkat idBB menunjukkan tingkat perlindungan yang agak lemah dibandingkan dengan sekuritas utang lain di Indonesia.
Kemampuan perusahaan penerbit dalam menyelesaikan komitmen keuangan jangka panjang pada sekuritas utang tersebut rentan terhadap ketidakpastian
apabila kondisi bisnis, keuangan, atau ekonomi melemah.
idB
Sekuritas utang dengan peringkat idB menunjukkan perlindungan yang lemah dibandingkan dengan sekuritas utang lain di Indonesia. Meskipun
perusahaan penerbit saat ini masih mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan komitmen keuangan jangka panjang pada sekuritas utang tersebut, menurunnya kondisi bisnis, keuangan atau ekonomi akan
cenderung menurunkan kemampuan atau keinginan perusahaan penerbit untuk menyelesaikan komitmen keuangan jangka panjangnya.
idCCC
Sekuritas utang dengan peringkat idCCC saat ini rentan terhadap gagal bayar,
dan tergantung pada kondisi bisnis dan keuangan yang baik agar perusahaan penerbit dapat menyelesaikan komitmen keuangan jangka panjang atas sekuritas utang tersebut.
idD
Sekuritas utang diberi peringkat idD ketika berada pada kondisi gagal bayar,
atau peringkat idD diberikan ketika pertama kali obligasi tersebut mengalami kegagalan pembayaran. Pengecualian dapat diberikan ketika bunga yang
gagal dibayarkan pada saat jatuh tempo dapat dibayarkan pada masa tenggang.
Sumber : PT PEFINDO
Peringkat obligasi dari idAA sampai dengan idB dapat dimodifikasi dengan
penambahan tanda plus (+) atau minus (-) untuk menunjukkan kekuatan relative antar
kategori peringkat. Peringkat obligasi menurut Moody’s terbagi menjadi 9 kategori,
dari peringkat Aaa,Aa,A,Baa,Ba hingga ke C. Peringkat dari Aaa sampai dengan Baa
dikenal sebagai peringkat investment grade. Hal ini dikarenakan obligasi dengan
peringkat ini dinilai tidak memiliki unsur – unsur spekulatif dalam membayarkan
bunga dan pokok pinjaman kedepannya. Sedangkan prospek kedepan dari peringkat
rendah, obligasi tersebut patut dipertimbangkan dan dijamin asset tertentu oleh
perusahan. Menurut Standard & Poor’s Rating, peringkat obligasi untuk emiten
terbagi menjadi 10 kategori, yang terdiri dari AAA,AA,A,BBB, dan BB hingga ke
CC dan R,SD dan D. Kategori AAA sampai dengan BBB ialah peringkat obligasi
Pengaruh Profitabilitas..., Yanto, FB UMN, 2015
29
kategori investment grade. Emiten diberikan peringkat R berarti sedang dibawah
pengawasan khususnya kondisi keuangan perusahaan. Sedangkan emiten yang diberi
peringkat SD atau D telah gagal membayar satu kewajibannya atau lebih pada saat
jatuh tempo. Guna meningkatkan metodologi pemeringkatan yang digunakan dan
kriteria dalam melakukan pemeringkatan, maka PT PEFINDO didukung oleh mitra
globalnya yaitu Standard & Poor's Rating Services (S&P's). Hal tersebut yang
membuat adanya kesamaan dalam pemberian rating dan pengertian PT PEFINDO
dengan S&P.
2.2. Analisis Rasio Keuangan
Menurut Horne (2008), rasio keuangan indeks yang menghubungkan dua angka
akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya. Rasio
Keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan,
dari hasil rasio keuangan ini akan terlihat kondisi kesehatan perusahaan yang
bersangkutan.
2.2.1. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)
Rasio profitabilitas untuk menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan dari kegiatan operasionalnya. Bagi investor dan kreditur,
dapat menggunakan rasio ini untuk menilai tingkat pengembalian dari investasi
mereka (return on investment) ke dalam sebuah perusahaan berdasarkan tingkat
relatif sumber daya dan asset perusahaannya. Dalam hal ini, rasio profitabilitas
berhubungan dengan rasio efisiensi karena mereka menunjukkan seberapa baik
Pengaruh Profitabilitas..., Yanto, FB UMN, 2015
30
perusahaan dalam menggunakan aset mereka untuk menghasilkan keuntungan.
Profitabilitas juga penting untuk konsep solvabilitas dan kelangsungan usaha.
Menurut Brigham dan Houston (2009) rasio profitabilitas merupakan sekelompok
rasio yang menunjukkan gabungan efek-efek dari likuiditas, manajemen aset, dan
utang pada hasil-hasil operasi.
a. Profit Margin mengukur jumlah laba bersih yang diperoleh dengan setiap
uang yang dihasilkan dari penjualan dengan membandingkan laba bersih dan
penjualan bersih perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini menunjukkan
seberapa besar persentase laba yang didapat setelah semua biaya telah
dibayarkan. Kreditur dan investor menggunakan rasio ini untuk mengukur
seberapa efektif perusahaan dapat mengkonversi penjualan menjadi laba
bersih. Investor ingin memastikan keuntungan yang cukup tinggi untuk
membagikan dividen sementara kreditur ingin memastikan perusahaan
memiliki keuntungan yang cukup untuk membayar kembali pinjamannya.
b. Return on Asset (ROA) mengukur seberapa efisien suatu perusahaan dapat
mengelola aset untuk menghasilkan keuntungan selama periode tertentu.
Karena tujuan utama dari aset perusahaan adalah untuk meningkatkan
pendapatan dan menghasilkan keuntungan, rasio ini membantu manajemen
dan investor melihat seberapa baik perusahaan dapat mengkonversi investasi
pada aset menjadi suatu keuntungan.
Pengaruh Profitabilitas..., Yanto, FB UMN, 2015
31
c. Return on Equity (ROE) mengukur kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan dari investasi pemegang saham di perusahaan.
Dengan kata lain, rasio ini menunjukkan berapa banyak keuntungan dalam
setiap uang yang dihasilkan dari ekuitas pemegang saham biasa.
2.2.2. Rasio Solvabilitas (Solvency Ratio)
Rasio solvabilitas, atau disebut rasio leverage, mengukur kemampuan perusahaan
untuk mempertahankan kegiatan operasionalnya dengan membandingkan tingkat
utang dengan ekuitas, aset, dan pendapatan. Rasio solvabilitas menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk melakukan pembayaran dan melunasi kewajiban
jangka panjang kepada kreditur, pemegang obligasi, dan bank. Semakin baik rasio
solvabilitas menunjukkan perusahaan yang lebih memiliki kelayakan secara kredit
dan finansial dalam jangka panjang. Menurut Copeland & Weston (1988), rasio
solvabilitas memiliki beberapa implikasi sebagai berikut:
a. Kreditor mengharapkan ekuitas (dana yang disediakan pemilik) sebagai
margin keamanan. Artinya jika pemilik memiliki dana yang kecil sebagai
modal, resiko bisnis terbesar akan ditanggung oleh kreditor.
b. Dengan pengadaan dana melalui utang, pemilik memperoleh manfaat berupa
tetap dipertahankannya penguasaan atau pengendalian perusahaan.
Pengaruh Profitabilitas..., Yanto, FB UMN, 2015
32
c. Bila perusahaan mendapat penghasilan lebih dari dana yanng dipinjamkannya
dibandingkan dengan bunga yang harus dibayarnya, pengembalian kepada
pemilik diperbesar.
Dalam praktiknya, apabila hasil perhitungan, perusahaan ternyata memiliki rasio
solvabilitas yang tinggi, hal ini akan berdampak timbulnya resiko kerugian lebih
besar, tetapi juga ada kesempatan mendapat laba lebih besar. Sebaliknya apabila
perusahaan memiliki rasio solvabilitas lebih rendah tentu mempunyai resiko kerugian
lebih kecil pula, terutama pada saat perekonomian menurun. Dampak ini juga
mengakibatkan rendahnya tingkat hasil pengembalian (return) pada saat
perekonomian tinggi. Dalam pengukuran rasio solvabilitas atau rasio leverage,
dilakukan melalui 2 pendekatan, yaitu:
a. Mengukur rasio-rasio neraca dan sejauh mana pinjaman digunakan untuk
permodalan.
b. Melalui pendekatan rasio-rasio laba rugi.
Adapun jenis-jenis rasio yang ada dalam rasio solvabilitas antara lain:
a. Debt Ratio menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melunasi
kewajibannya dengan asetnya. Dengan kata lain, ini menunjukkan berapa
banyak aset perusahaan yang harus dijual dalam rangka melunasi seluruh
kewajibannya. Hal ini membantu investor dan kreditor dalam menganalisis
keseluruhan beban utang pada perusahaan serta kemampuan perusahaan untuk
melunasi utang di masa depan, di keadaan ekonomi yang tidak menentu.
Pengaruh Profitabilitas..., Yanto, FB UMN, 2015
33
b. Debt to Equity Ratio (DER) menunjukkan persentase pembiayaan perusahaan
yang berasal dari kreditur dan investor. Sebuah rasio DER yang tinggi
menunjukkan bahwa pembiayaan dari kreditur lebih besar digunakan
dibandingkan pembiayaan dari investor (pemegang saham).
c. Long Term Debt to Equity Ratio (LTDtER) merupakan rasio antara utang
jangka panjang dengan modal sendiri. Tujuannya untuk mengukur berapa
bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka
panjang dengan cara membandingkan antara utang jangka panjang dengan
modal sendiri yang disediakan oleh perusahaan.
d. Interest Coverage Ratio digunakan untuk mengukur sejauh mana perusahaan
dapat membayar beban bunga dengan EBIT (Earning Before Interest and
Taxes/ Pendapatan Sebelum Bunga dan Pajak). Semakin tinggi rasio, maka
kemampuan perusahaan untuk membayar beban bunga periode tertentu
dengan jaminan laba operasi akan semakin baik.
Pengaruh Profitabilitas..., Yanto, FB UMN, 2015
34
2.3. Struktur Kepemilikan
Struktur kepemilikan dalam suatu perusahaan akan memiliki motivasi yang
berbeda dalam hal mengawasi atau memonitor perusahaan serta manajemen dan
dewan direksinya. Struktur kepemilikan dipercaya memiliki kemampuan untuk
mempengaruhi jalannya perusahaan yang nantinya dapat mempengaruhi kinerja suatu
perusahaan. Struktur kepemilikan suatu perusahaan menunjuk kepada konfigurasi
saham yang dimiliki oleh investor, baik individual maupun institusional, baik yang
berada dalam maupun di luar organisasi perusahaan. struktur kepemilikan sangat
tergantung bagaimana perusahaan memenuhi kebutuhan pendanaannya. Struktur
kepemilkan tercermin baik melalui instrument saham maupun instrumen hutang
sehingga melalui struktur tersebut dapat ditelaah kemungkinan bentuk masalah
keagenan yang akan terjadi. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam struktur
kepemilikan, antara lain:
a. Kepemilikan sebagian kecil saham perusahaan oleh manajemen
mempengaruhi kecenderungan untuk memaksimalkan nilai pemegang saham
dibanding sekedar mencapai tujuan perusahaan semata.
b. Kepemilikan yang terkonsentrasi memberi insentif kepada pemegang saham
mayoritas untuk berpartisipasi secara aktif dalam perusahaan.
c. Identitas pemilik menentukan prioritas tujuan sosial perusahaan dan
maksimalisasi nilai pemegang saham, misalnya perusahaan milik pemerintah
cenderung untuk mengikuti tujuan politik dibanding tujuan perusahaan.
Pengaruh Profitabilitas..., Yanto, FB UMN, 2015
35
Dalam penelitian ini, struktur kepemilikan yang digunakan ialah kepemilikan
institusional. Struktur kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham
perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan investasi,
bank, perusahaan asuransi, institusi luar negeri dan institusi lainnya. Berdasarkan
penelitian dari Yuniati (2012) menyatakan bahwa struktur kepemilikan saham yang
didominasi oleh asing dalam suatu perusahaan berpengaruh signifikan dan positif
terhadap peringkat obligasi yang diterbitkan.
2.4. Jaminan
Berdasarkan jaminannya, obligasi dikelompokkan menjadi obligasi yang dijamin
(secured) dan obligasi yang tidak dijamin (debenture). Menurut Brister (1994)
menyatakan bahwa investor lebih menyukai obligasi yang aman dibanding debenture.
Investor lebih menyukai obligasi dengan jaminan dikarenakan untuk mengurangi
risiko default obligasi. Obligasi dengan jaminan merupakan obligasi yang dijamin
dengan kekayaan tertentu dari penerbitnya atau dengan jaminan lain dari pihak ketiga
(Ridwan dkk., 2010). Tingkat risiko yang terkandung dalam obligasi dipengaruhi
oleh jaminan. Dalam hal ini, corporate bond mempunyai klaim umum atas asset
bisnis dari perusahaan, asset penjamin obligasi memegang prioritas klaim yang paling
tinggi atas asset spesifik dari penerbit. Apabila obligasi dijamin dengan asset yang
bernilai tinggi, maka rating akan membaik (Almilia dan Devi, 2007).
Pengaruh Profitabilitas..., Yanto, FB UMN, 2015
36
2.5. Penelitian Terdahulu
Hasil dari beberapa penelitian terdahulu digunakan sebagai referensi dalam
mengetahui serta memahami adanya perbedaan yang terdapat pada pengaruh rasio
profitabilitas, solvabilitas, struktur kepemilikan dan jaminan terhadap peringkat
obligasi perusahaan. Berikut rangkuman beberapa penelitian yang pernah dilakukan
beserta hasil penelitiannya :
Penelitian menurut Collins (2006), menyimpulkan bahwa terdapat 2 variabel
utama yang mempengaruhi credit firm rating. Variabel tersebut ialah firm
characteristic dan governance attributes. Variabel – variabel tersebut diolah dengan
regresi logistik dengan tingkat signifikan ≤ 0.01. Adapun variabel firm characteristic
diproyeksikan melalui 8 variabel, yang terdiri dari debt ratio, net loss, ROA,
subordinated debt, interest coverage, size, capital intensity, financial institution.
Hasilnya variabel debt ratio, net loss, ROA, subordinated debt berpengaruh negatif.
Sedangkan Interest coverage, size, capital intensity, financial institution berpengaruh
positif terhadap credit rating. Adapun variabel yang tidak signifikan ialah interest
coverage dan financial institution. Variabel governance attributes diproyeksikan
melalui 4 indikator yang terdiri dari financial transparency, board structure and
processes, financial stakeholder rights and relations, ownership structure and
influence. Indikator tersebut masing-masing diukur melalui variabel lainnya. Adapun
variabel pengukurnya sesuai dengan indikator tersebut ialah:
Pengaruh Profitabilitas..., Yanto, FB UMN, 2015
37
a. Financial transparency yang diproyeksikan oleh 5 variabel kontrol yaitu
working capital accruals, percentage of the audit committee made up of
outside independent directors, financial expert, timeliness berpengaruh
positif, sedangkan variabel total fees (audit & non-audit) charged to the client
firm divided by the total revenues of the audit firm berpengaruh negatif
terhadap credit rating. Adapun variabel yang signifikan ialah working capital
accruals dan percentage of the audit committee made up of outside
independent directors.
a. Board structure and processes diproyeksikan oleh 6 variabel kontrol yaitu
percentage of board made up of independent outside directors, percentage of
directors that hold stock in the company, percentage of outside board
members that sit on boards of other companies, governance policy,
percentage of insiders on finance committees berpengaruh positif, sedangkan
variabel influence that the CEO exercises over the board berpengaruh negatif
terhadap credit rating. Adapun variabel yang signifikan hanya percentage of
directors that hold stock in the company.
b. Financial stakeholder rights and relations diproyeksikan oleh variabel kontrol
power-sharing relationship between investors and management yang
berpengaruh siginifikan negatif terhadap credit rating.
c. Ownership structure & influence diproyeksikan oleh 3 variabel kontrol yaitu
number of outside blockholders that own 5% or more of a firm’s outstanding
voting stock, percentage of shares held by institutional investors, percentage
of shares held by officers or directors berpengaruh negatif terhadap credit
Pengaruh Profitabilitas..., Yanto, FB UMN, 2015
38
rating. Adapun variabel yang signifikan ialah number of outside blockholders
that own 5% or more of a firm’s outstanding voting stock .
Ken, Hui, Shih & Ying (2013) menyimpulkan bahwa variabel EBITDA interest
coverage, return on assets dan total assets berpengaruh positif terhadap credit rating.
Sementara debt ratio dan cash to current liabilities ratio berpengaruh negatif
terhadap credit rating. Alat analisis yang digunakan adalah Probit Regression.
Menurut Yuniati (2012) menggunakan metode regresi berganda dalam
penelitiannya mendapatkan kesimpulan bahwa struktur kepemilkan & return on asset
berpengaruh signifikan. Sedangkan ukuran perusahaan, current ratio, dan long term
debt to total asset tidak berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi.
Prasetiyo (2010) dalam penelitiannya mendapatkan hasil bahwa terdapat beberapa
variabel yang berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap peringkat obligasi
yaitu kepemilikan institusional, dan proporsi dewan komisaris independen serta
kepemilikan manajerial menunjukkan pengaruh negative dan tidak signifikan. Selain
itu, ukuran dewan komisaris, jumlah komite audit, kualitas audit yang diproksi
dengan besaran KAP & Return on Asset berpengaruh positif dan signifikan terhadap
peringkat obligasi.
Maharti (2011) menggunakan metode regresi logistik ordinal dalam penelitiannya
mendapatkan kesimpulan bahwa profitabilitas, likuiditas, ukuran perusahaan,
leverage, jaminan tidak berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi.
Pengaruh Profitabilitas..., Yanto, FB UMN, 2015