Upload
phamdung
View
214
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8
BAB II
TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Dalam penyusunan tugas akhir ini, penulis memberikan pedoman
dalam penelitian ini dengan menggunakan jurnal penelitian yang berkaitan
dengan topik yang dibahas yaitu tentang “mekanisme pengembalian
kelebihan pembayaran pajak (restitusi) pajak pertambahan nilai (PPN)
pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Singosari Malang”
Menurut Octavia (2015) melakukan penelitian yang membahas
tentang “analisis proses restitusi pajak pertambahan nilai (PPN) di
Indonesia” dalam penelitian ini dijelaskan bahwa restitusi PPN
memberikan peluang kepada wajib pajak untuk meminta kembali
kelebihan pembayaran pajak kepada Negara, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui proses restitusi PPN di Indonesia yang dilakukan dengan
proses pemeriksaan dan mengambil studi pada PT XYZ. Jenis penelitian
ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif melalui
metode pengumpulan data, wawancara dan dokumentasi. hasil dari
penelitian memperlihatkan bahwa proses restitusi PPN di Indonesia
sebagaimana diatur dalam undang-undang dan belum dilakukan secara
online sehingga menyebabkan hal berikut: berbelit-belitnya prosedur yang
berhubungan dengan restitusi PPN itu sendiri baik dari internal maupun
eksternal DJP, banyaknya beban kerja yang ditanggung oleh fiskus, dan
9
lamanya pengembalian uang restitusi PPN kepada wajib pajak. Proses
restitusi PPN di Indonesia yang diatur dalam undang-undang perlu
dilakukan deregulasi atas peraturan tersebut agar proses restitusi PPN
menjadi lebih cepat, selain itu restitusi PPN sebaiknya dilakukan secara
online agar dapat memangkas jangka waktu dan prosedur itu sendiri.
Menurut Mangundap (2016) melakukan penelitian yang membahas
tentang “analisis prosedur restitusi kelebihan pembayaran pajak pajak
pertambahan nilai (PPN) pada kantor pelayanan pajak pratama manado“
dalam penelitian ini dijelaskan bahwa restitusi pajak merupakan
pengembalian jumlah pembayaran pajak dari hasil perhitungan jumlah
pajak yang sebenarnya terutang dengan jumlah kredit pajak menunjukan
jumlah selisih lebih atau telah dilakukan pembayaran pajak yang
seharusnya tidak terutang. tujuan penelitian ini untuk mengetahui
bagaimana prosedur restitusi PPN dan adakah hambatan yang terjadi
dalam prosedur restitusi PPN, serta upaya apa yang dilakukan KPP
pratama manado untuk mengatasi hambatan yang terjadi. Penelitian ini
dilakukan di KPP pratama manado, metode analisis yang digunakan
adalah metode deskriptif dan hasil penelitian menunjukan prosedur
restitusi kelebihan pembayaran PPN di KPP pratama manado telah sesuai
dengan prosedur standar yang dikeluarkan oleh departemen keuangan
republic Indonesia dan direktorat jendral pajak, dan hambatan berupa
pemalsuan dokumen yang dilakukan wajib pajak.
10
Menurut Supit (2014) melakukan penelitian yang membahas
tentang “analisis restitusi pajak pertambahan nilai terhadap penerimaan
Pajak Pertambahan Nilai Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Manado”
dalam penelitian ini dijelaskan bahwa pajak merupakan tulang punggung
pembiayaan pelaksanaan pembangunan salah satu permasalahan utama
dalam pelaksanaan pembangunan adalah tersedianya dana pajak sangat
berperan dalam menggerakkan roda perekonomian yang ada di Indonesia.
Saat ini dalam proses pembayaran pajak sering mengalami kesalahan yang
mengakibatkan terjadinya restitusi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh restitusi pajak pertambahan nilai terhadap
penerimaan pajak yang ada. Metode yang digunakan dalam penelitian
adalah metode kuantitatif. Hasil penelitian ini menunjukan restitusi pajak
pertambahan nilai yang terjadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Manado memberikan pengaruh negatif terhadap penerimaan pajak yang
ada, sehingga dapat mengakibatkan penyaluran dana pajak untuk
pembangunan kota Manado berkurang. Sebaiknya bagi pihak yang terkait
dalam proses pembayaran dan pelaporan pajak, untuk dapat lebih teliti
dalam proses tersebut agar tidak terjadi kesalahn yang dapat menimbulkan
terjadinya restitusi pajak pertambahan nilai.
Berdasarkan uraian dari tiga penelitian terdahulu diatas dapat
diketahui persamaan dan perbedaan bahasan antara penelitian terdahulu
dengan topik penulis. Persamaan dari tiga penelitian terdahulu dengan
topik penulis yaitu sama-sama membahas dan mengkaji tentang
11
bagaimana proses restitusi atau disebut dengan kelebihan pembayaran
pajak, pajak pertambahan nilai (PPN). Selain itu terdapat kesamaan pada
alat analisis dan tekhnik analisis yang digunakan, tetapi terdapat satu
perbedaan dalam penelitian terdahulu. Perbedaan antara penelitian
terdahulu dengan topik penulis yaitu lokasi. Selain itu pada penelitian
terdahulu menjelaskan atau memaparkan restitusi pajak pertambahan nilai
yang berbeda-beda. Bentuk perkembangan restitusi pajak pertambahan
nilai (PPN) dan bagaimana mengatasi agar sistem restitusi PPN tersebut
dapat diatasi dengan banyaknya hambatan dan keterlambatan proses
restitusi PPN pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Singosari.
B. Tinjauan Pustaka
1. Definisi pajak
Menurut undang-undang tentang ketentuan umum dan tata cara
perpajakan pasal 1 Undang-Undang No.28 Tahun 2017, “Pajak adalah
kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
Menurut Soemitro dalam Resmi (2016:1) mendefinisikan pajak
adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang
dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik yang langsung
dapat ditunjukan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
12
Sedangkan menurut Djajadiningrat dalam Resmi (2016:1)
mendefinisikan pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari
kekayaan ke kas Negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan
perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan hukuman,
menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan,
tetapi tidak ada jasa timbal balik dari Negara secara langsung untuk
memelihara kesejahteraan secara umum.
Menurut Waluyo (2011:3) menyatakan pajak adalah iuran
masyarakat kepada Negara (yang dipaksakan) terutang oleh wajib
membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang)
dengan tidak mendapat prestasi kembali, langsung dapat ditunjuk dan guna
adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum dengan tugas.
Negara untuk menyelenggarakan pemerintah. Unsur pokok pajak yaitu :
a. Iuran dari rakyat kepada Negara, yang berhak memungut pajak
hanyalah Negara, iuran tersebut berupa uang (bukan barang)
b. Berdasarkan undang-undang, pajak dipungut berdasarkan atau dengan
ketentuan undang-undang serta aturan pelaksanaanya.
c. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari Negara yang secara
langsung dapat ditunjuk, dalam pembayaran pajak tidak dapat
ditunjukan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah
d. Digunnakan untuk membiayai rumah tangga Negara, yaitu
pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
13
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pajak adalah
kontribusi wajib yang dimiliki orang pribadi dan badan yang memiliki
penghasilan dari apa yang mereka kerjakan yang bersifat memaksa dan telah
diatur dalam undang-undang tanpa adanya imbal balik secara langsung
kepada masyarakat melainkan masyarakat akan menerimanya dalam bentuk
lain yang berguna untuk kesejahteraan masyarakat.
2. Fungsi pajak
Fungsi budgetair yaitu pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah
untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya, berfungsi sebagai salah satu
sumber penerimaan Negara yang hasilnya digunakan untuk membiayai
pengeluaran Negara baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran untuk
pembangunan.Upaya pemerintah untuk mengoptimalkan pemasukan dana ke
kas Negara melalui cara ekstensifikasi maupun intensifikasi pemungutan pajak
dengan penyempurnaan peraturan berbagai jenis pajak. (Resmi 2011: 3)
Fungsi regulerend yaitu pajak sebagai alat untuk mengatur atau
melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang social dan ekonomi
maupun tujuan tertentu diluar bidang keuangan serta dapat mengendalikan
kegiatan masyarakat agar sejalan dengan rencana dan keinginan pemerintah.
3. Jenis pajak
Menurut (Waluyo, 2013) Jenis pajak dapat dikelompokan berdasarkan
tiga golongan yaitu :
a. Pajak langsung
Pajak yang pembebanannya tidak dapat dilimpahkan kepada
pihak lain, tetapi harus menjadi beban langsung wajib pajak yang
bersangkutan. Contohnya pajak penghasilan (PPh), merupakan
14
pajak langsung karena pengenaan pajaknya adalah langsung
kepada wajib pajak yang menerima penghasilan, tidak dapat di
limpahkan kepada wajib pajak lain.
b. Pajak tidak langsung
Pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan ke pihak lain
.contohnya pajak pertambahan nilai (PPN) merupakan pajak tidak
langsung karena yang menjadi wajib pajak pertambahan nilai
(PPN) seharusnya adalah penjualnya. Dalam hal ini penjual lah
yang mengakibatkan adanyya pertambahan nilai tetapi pengenaan
pajak pertambahan nilai dapat digeser kepada pihak lain.
Jenis pajak berdasarkan sifatnya :
a. Pajak subyektif
Pajak didasarkan atas keadaan subyeknya, memperhatikan
keadaan diri wajib pajak yang selanjutnya dicari syarat obyektifnya
(memperhatikan keadaan wajib pajak). Contohnya pajak penghasilan
(PPh) adalah pajak subyektif karena PPh memperhatikan keadaan diri
wajib pajak yang menerima penghasilan.
b. Pajak obyektif
Pajak yang berpangkal pada obyeknya, tanpa
memperhatikan diri wajib pajak. Contohnya pajak pertambahan
nilai (PPN) serta pajak bumi dan bangunan (PBB). PPN merupakan
peningkatan nilai dari suatu barang, bukan penjual yang
meningkatkan nilai barang. PBB dikenakan terhadap keadaan dari
tanah dan bangunan, bukan dari keadaan pemiliknya.
15
Jenis pajak berdasarkan lembaga pemungutnya :
a. Pajak pusat atau pajak Negara
Pajak pusat atau pajak Negara adalah pajak yang wewenang
dan pemungutannya ada pada pemerintah pusat yang
pelaksanaanya dilakukan oleh departemen keuangan melalui
derektorat jenderal pajak. Pajak pusat diatur dalam undang-undang
dan hasilnya akan masuk ke anggaran pendapatan dan belanja
Negara (APBN). Contohnya pajak penghasilan (PPh), pajak
pertambahan nilai (PPN), pajak penjualan barang mewah
(PPnBM), Bea materai, pajak bumi dan bangunan (PBB), Bea
perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB).
b. Pajak daerah
Pajak yang wewenang pemungutannya ada pada pemerintah
daerah yang pelaksanaanya dilakukan oleh dinas pendapatan
daerah. Pajak pusat diatur dalam undang-undang dan hasilnya akan
masuk ke anggaran pendapatan dan belanja daerahh (APBN). pajak
daerah diatur dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997
sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34
Tahun 2004 tentang pajak daerah dan restribusi daerah. Terdiri atas
4 jenis pajak daerah provinsi dan 7 pajak daerah kabupaten/kota
adalah sebagai berikut:
16
Pajak daerah provinsi sebagai berikut:
a. Pajak kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air;
b. Bea balik nama kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air;
c. Pajak bahan bakar kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air;
d. Pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air
permukaan;
Pajak daerah kabupaten/kota sebagai berikut :
a. Pajak hotel;
b. Pajak restoran;
c. Pajak hiburan;
d. Pajak reklame;
e. Pajak penerangan jalan;
f. Pajak pengambilan dan pengolahan bahan galian;
4. Tata cara pemungutan pajak
a. Stelsel pajak
Stelsel pajak adalah suatu sistem yang digunakan untuk
memperhitungkan pajak yang harus dibayarkan. Pemungutan pajak
didasarkan pada objek (penghasilan yang nyata), sehingga
pemungutan yang baru dapat dilakukan pada akhir tahun
pajak,yaitu setelah penghasilan yang sesungguhnya diketahui. Cara
pemungutan pajak dapat dilakukan berdasarkan tiga stelsel (Resmi
2011 :7) yaitu:
17
1. Stelsel pajak nyata : pengenaan pajak didasarkan pada objek
(penghasilan yang nyata) sehingga pemungutan pajak baru
dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yaitu setelah diketahui
penghasilan yang sesungguhnya;
2. Stelsel pajak anggapan : pengenaan pajak didasarkan pada
suatu anggapan yang diatur oleh undang-undang;
3. Stelsel pajak campuran : pengenaan pajak didasarkan pada
kombinasi antara stesel nyata dan stesel anggaran.
b. Asas pemungutan pajak
Menurut Mardiasmo (2016) kebijakan pemungutan pajak yang
dilakukan oleh Negara didasarkan atas tiga macam asas, yaitu :
asas domisili, asas sumber, asas kebangsaan.
1. Asas Domisili (asas tempat tinggal): Negara akan mengenakan
pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak yang bertempat
tinggal di wilayahnya, baik itu penghasilan yang berasal dari
dalam maupun luar negeri;
2. Asas Sumber: Negara akan mengenakan pajak atas penghasilan
yang bersumber di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat
tinggal wajib pajak;
3. Asas Kebangsaan : pengenaan pajak dihubungkan dengan
kebangsaan suatu Negara. asas ini berlaku kepada setiap orang
asing yang bertempat tinggal di Indonesia yang diwajibkan
untuk membayar pajak.
18
c. Sistem pemungutan pajak
Sistem pemungutan pajak merupakan sebuah mekanisme yang
digunakan untuk menghitung besarnya pajak yang harus dibayar
wajib pajak ke Negara. di Indonesia berlaku tiga jenis sistem
pemungutan pajak, menurut (Mardiasmo 2009 :7) yakni:
1. Official assessment system: sistem pemungutan pajak yang
member kewenangan aparatur perpajakan untuk menentukan
sendiri jumlah pajak terutang setiap tahunnya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku;
2. Self assessment system: sistem pemungutan pajak yang member
wewenang wajib pajak dalam menentukan sendiri jumlah pajak
yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan perpajakn yang berlaku;
3. With holding system: sistem pemungutan pajak yang member
wewenang kepada pihak ketiga yang ditunjuk untuk menentukan
besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak sesuai dengan
peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
5. Pajak pertambahan nilai
a. Pengertian Pajak Pertambahan nilai
Pengertian pajak pertambahan nilai (PPN): pajak yang
dikenakan atas konsumsi barang kena pajak atau jasa kena pajak
didalam daerah pabean. Orang pribadi, perusahaan, maupun
pemerintah yang mengkonsumsi barang kena pajak atau jasa kena
pajak dikenakan pajak pertambahan nilai (PPN).
19
b. Dasar hukum pajak pertambahan nilai
Dasar hukum pajak pertambahan nilai adalah Undang-
Undang nomor 8 Tahun 1983 tentang pajak pertambahan nilai dan
pajak penjualan atas barang mewah sebagaiman telah diubah
dengan Undang-Undang nomor 11 Tahun 1994, diubah lagi
dengan Undang-Undang nomor 18 Tahun 2000, dan terakhir
Undang-Undang nomor 42 Tahun 2009.
c. Restitusi PPN
Kelebihan pajak masukan terhadap pajak keluaran dalam
suatu masa pajak tertentu yang atas kelebihan merupakan hak yang
dapat diminta kembali oleh wajib pajak. Penyebab terjadinya
kelebihan pembayaran pajak masukan antara lain :
1. Ekspor barang kena pajak (BKP) berwujud atau BKP tidak
berwujud;
2. Ekspor jasa kena pajak (JKP);
3. Penyerahan BKP/JKP kepada pemungut PPN;
4. Penyerahan BKP/JKP yang memperoleh fasilitas PPN tidak
dipungut;
5. Pembelian barang modal dalam tahap belum berproduksi;
6. Pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang
d. Jika terdapat Kekurangan
Wajib pajak (WP) yang mengalami kekurangan
pembayaran pajak yang terutang berdasarkan surat pemberitahuan
20
(SPT) harus membayar sebelum SPT tersebut disampaikan.
Sebelumnya WP disarankan untuk membuat e-filling untuk
mempermudah pelaporan pajak. Sehingga (WP) tidak perlu datang
ke kantor pajak untuk melapor pajak, cukup dengan mengakses
djponline.pajak.go.id.
Berikut adalah langkah-langkah pembayaran kekurangan pajak
khusus SPT pribadi :
1. Mendatangi kantor pelayanan pajak (KPP) berdomisili atau
berdasarkan identitas NPWP anda, untuk meminta surat setoran
pajak (SSP)
2. Kemudian lakukan pembayaran di kantor pos atau di bank yang
telah ditunjuk
3. Setelah melakukan pembayaran, akan mendapatkan bukti
penerimaan Negara (BPN)
4. Kemudian masukan nomor transaksi penerimaan negara
(NTPN) ke dalam e-filling di kolom surat transaksi penerimaan
Negara dan isilah tanggal pembayaran
5. Simpanlah surat pemberitahuan tahunan (SPT) online
6. Kirimkan surat pemberitahuan tahunan (SPT) kepada KPP
7. Selesai