Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
11
BAB II
TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Reviu Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Omar (2015) dengan Profit Shifting and
Earning Management sebagai variabel independen dan Tax Haven Subsidiaries
sebagai variabel dependen. Disimpulkan bahwa dengan menggunakan analisis
data deskriptif, hasilnya menunjukkan bahwa profit shifting berpengaruh positif
terhadap anak perusahaan di negara tax haven.
Rahayu (2010) meneliti tentang praktik penghindaran pajak oleh Foreign
Direct Investment dengan Praktik Penghindaran Pajak sebagai variabel independen
dan Foreign Direct Investement sebagai variabel dependen. Metode penelitiannya
menggunakan instrumen kualitatif dan observasi. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa transfer pricing memengaruhi penghindaran pajak Internasional, thin
capitalization memengaruhi penghindaran pajak Internasional, dan praktik treaty
shopping memengaruhi penghindaran pajak Internasional.
Penelitian yang dilakukan oleh Richardson (2015), dengan Income Shifting
Incentives sebagai variabel independen dan Tax Haven Utilization sebagai variabel
dependen. Metode penelitiannya menggunakan analisis regresi. Disimpulkan
bahwa dengan menggunakan analisis regresi, hasilnya menunjukkan bahwa
multinationality, transfer pricing aggresiveness, thin capitalization, dan intangible
assets memiliki hubungan positif terhadap pemanfaatan negara Tax Haven.
12
Nurhidayati (2018) meneliti tentang Income Shifting Incentives dengan Income
Shifting Incentives sebagai variabel independen dan Tax Haven Country Utilization
sebagai variabel dependen. Metode penelitiannya menggunakan analisis regresi
linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa multinationality
berpengaruh negatif terhadap pemanfaatan operasi negara tax haven, transfer
pricing berpengaruh positif tidak signifikan terhadap pemanfaatan negara tax
haven, thin capitalization berpengaruh positif terhadap pemanfaatan negara tax
haven, dan intangible assets berpengaruh positif terhadap pemanfaatan negara tax
haven.
Richardson (2014) meneliti tentang Tax Haven Utilization dengan Tax Haven
Utilization sebagai variabel independen. Metode penelitiannya menggunakan
analisis regresi logistic. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa transfer pricing,
intangible assets, withholding taxes, performance-based management
remuneration dan multinationality berpengaruh positif terhadap pemanfaatan
negara tax haven, sedangkan struktur tata kelola perusahaan berpengaruh negatif
terhadap pemanfaatan tax haven.
B. Tinjauan Pustaka
1. Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan merupakan hubungan kerjasama dalam suatu kontrak dimana
satu atau lebih orang sebagai pemilik (principal) dan manajemen perusahaan
(agent), dimana principal mendelegasikan wewenang kepada agent untuk
mengelola perusahaan dan mengambil keputusan (Elqorni, 2009). Sedangkan
menurut Anthony dan Govindarajan (2009), teori agensi diasumsikan bahwa semua
13
individu akan bertindak untuk kepentingan mereka sendiri, seperti sifat dasar
manusia yang selalu mementingkan diri sendiri dari pada orang
lain, sehingga dapat mendorong untuk berperilaku dan bertindak untuk kepentingan
antara pihak principal selaku pemilik perusahaan dan agent selaku pemegang
kendali atas perusahaan dapat memicu timbulnya conflict of interest atau biasa
disebut dengan masalah keagenan (agency problem). Pihak agent umumnya
memiliki lebih banyak informasi penting mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja
perusahaan secara keseluruhan. Hal tersebut memicu timbulnya ketidakseimbangan
informasi antara principal dan agent yang biasa dinamakan sebagai asimetri
informasi. Adanya asimetri informasi akan mendorong agent untuk
menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui principal dengan tujuan
untuk memaksimalkan keuntungan bagi dirinya (agent).
Terkait dengan perpajakan, masalah agensi dapat terjadi antara perusahaan
dan investor. Keputusan investor untuk memanfaatkan negara tax haven dengan
harapan dapat menguntungkan namun menjadi peluang bagi pihak manajemen
untuk mendapatkan keuntungan sendiri. Dari sisi manajemen, keleluasaan dengan
pemanfaatan negara tax haven dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan
money laundering, memanfaatkan hubungan istimewa antar perusahaan afiliasi
untuk melakukan penggelapan serta memungkinkan adanya manipulasi pelaporan
income perusahaan. Agent dalam teori agensi akan berusaha mengelola beban
pajaknya agar tidak mengurangi kompensasi kinerja agent. Keberadaan negara tax
haven juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber pembiayaan perusahaan yang
dijadikan langkah untuk mengurangi beban pajak, namun hal ini akan
14
meningkatkan risiko fluktuasi nilai tukar dikarenakan perusahaan harus melakukan
pengembalian pokok pinjaman dengan mata uang asing dan berdampak pada tidak
tercapainya kinerja manajemen dengan baik.
2. Pemanfaatan Negara Tax Haven
Negara tax haven, merupakan negara kecil yang memiliki sumber daya alam
yang sangat terbatas. Tidak adanya penghasilan yang memadai dari pengelolaan
sumber daya alamnya sehingga membutuhkan fasilitas pendanaan lain untuk
menjalankan roda pemerintahan. Pada umumnya, mereka memberikan fasilitas
kenyamanan dan perlindungan dalam segala kegiatan investasi modal. Dengan
begitu, banyak pihak yang tertarik untuk menanamkan investasinya di negara
tersebut. Negara tax haven dapat dikategorikan sebagai negara yang menyediakan
fasilitas perpajakan kepada Wajib Pajak yang berasal dari negara lain untuk
mengalihkan atau mentransfer pendapatan mereka kepada negara-negara tax haven
agar pajak yang dikenakan menjadi lebih rendah atau bahkan tidak dikenakan pajak
sama sekali. SE Dirjen Pajak Nomor SE-04/PJ.7/1993 menyebutkan bahwa kriteria
Tax Haven adalah a) Negara yang tidak memungut pajak atau b) memungut pajak
lebih rendah dari Indonesia. Perusahaan-perusahaan yang melakukan tax avoidance
mentransfer pendapatan mereka (transfer pricing) dari Indonesia ke negara lain
(Ariyanti, 2016).
Tax haven seperti halnya mata uang, memiliki dua sisi. Bila dilihat dari sisi
positif, tax haven sangat berguna sebagai tempat investasi dan pendanaan. Tax
haven memberikan fasilitas pajak rendah atau bahkan suatu penghasilan tidak
dijadikan objek pajak tentunya memberikan keuntungan berlipat ganda bagi
15
pengusaha. Mereka bisa menginvestasikan uang tanpa harus dikurangi setoran
pajak dalam jumlah besar. Di sisi yang lain, keberadaan tax haven merupakan
bencana bagi pemerintah karena tidak bisa menarik pajak dari subjek atau objek
pajak yang berada di tax haven (Desiyana, 2012). Hanlon dan Heitzman (2010)
berpendapat bahwa tax haven memainkan peran penting dalam hal hutang dan
investasi, laba akuntansi, dan pajak pendapatan. Secara khusus, tax haven bertindak
sebagai pusat keuangan luar negeri yang signifikan dan memfasilitasi aliran modal
untuk pembiayaan dengan tujuan khusus (misalnya, sekuritisasi aset dan dana
lindung nilai) dan bisnis yang merupakan pendorong utama dari biaya modal
(Hanlon dan Heitzman, 2010). Faktanya, banyak perusahaan multinasional
menggabungkan fungsi treasury mereka di negara tax havens yang kemungkinan
memfasilitasi aliran modal antara anggota kelompok tanpa hambatan (Dyreng &
Lindsey 2009; Gravelle, 2013).
Penghindaran pajak (tax avoidance), dalam hal ini yang dilakukan ke negara
tax haven, pada umumnya dilakukan melalui beberapa media, holding company,
intermediary dan subsidiary company. Holding company atau perusahaan induk
merupakan suatu entitas yang memegang control yang besar dalam suatu
perusahaan anak dikarenakan kepemilikan saham sebagian besar atau lebih atas
perusahaan tersebut. Pada umumnya, suatu perusahaan yang ingin melakukan tax
avoidance dengan media holding company akan membuka holding company di
negara tax haven (Desiyana, 2012).
Penghindaran pajak ke negara tax haven dapat dilakukan dengan beberapa
skema, yaitu : 1) transfer pricing, 2) treaty shopping, 3) thin capitalization, 4)
16
controlled foreign company. Transfer pricing sebagai sarana penghindaran pajak
melalui tax haven sangat marak terjadi di kalangan perusahaan Internasional.
Skema ini terindikasi karena adanya hubungan istimewa serta transaksi dilakukan
di luar harga wajar (Desiyana, 2012). Dalam lingkup perusahaan multinasional,
transfer pricing digunakan untuk, meminimalkan pajak dan bea yang mereka
keluarkan diseluruh dunia. Transfer pricing can effect overall corporate incame
taxes. This is particulary true for multinational corporations (Hansen and Mowen,
1997). Penetapan harga yang tidak sesuai dengan harga transaksi wajar ini
dimanfaatkan perusahaan multinational untuk meraih keuntungan dari selisih harga
wajar dengan harga transaksi pihak istimewa di negara yang termasuk dalam Tax
Haven. Dengan menggunakan harga transaksi dengan pihak yang memiliki
hubungan istimewa, dasar pengenaan pajak dari transaksi akan jauh lebih kecil dari
DPP kepada pihak lain sehingga pajak yang harus dibayarkan juga lebih rendah
(Desiyana, 2012).
Treaty shopping dilakukan oleh suatu perusahaan untuk mendapatkan
keuntungan dari tax treaty antara dua negara dengan membuat perusahaan afiliasi
di salah satu negara tempat tujuan praktek tax avoidance (Desiyana, 2012). Pada
dasarnya, treaty shopping tidak selalu ilegal, treaty shopping cara yang legal dan
merupakan cara yang banyak digunakan subyek pajak dalam melakukan
International Tax Planning (Irfansyah, 2010). Tarif tax treaty yang diterapkan tiap
negara terhadap negara lainnya tentu menjadi pemicu terjadinya treaty shopping.
Pemanfaatan Controlled Foreign Company dilakukan dengan menunda
pengakuan penghasilan dari modal yang berasal dari luar negeri oleh subsidiary
17
company yang berada di tax haven country (Desiyana, 2012). Tujuan CFC yaitu
mencegah Wajib Pajak memindahkan penghasilannya ke luar negeri dengan
mendirikan perusahaan di negara yang peraturan pajaknya lebih longgar atau
rendah. Tidak jarang CFC merupakan perusahaan maya yang tidak memiliki
aktifitas usaha aktif namun dignakan sebagai mediator untuk menutupi transaksi
yang sebenarnya. Pengalihan penghasilan melalui CFC pada negara tax haven
dilakukan dengan cara transfer pricing of goods and services maupun transfer
pricing of intangible property (Irfansyah, 2010).
Thin capitalization itu sendiri adalah praktik membiayai cabang atau anak
perusahaan lebih besar dengan utang berbunga daripada dengan modal saham
(Gunadi, 1994). Skema thin capitalization dapat terjadi bila adanya pemberian
modal terselubung melalui pinjaman kepada perusahaan terafiliasi melebihi batas
kewajaran (Irfansyah, 2010). Pemberian pinjaman dipilih karena lebih
menguntungkan dibanding penyertaan modal langsung. Pemberian pinjaman
tentulah dibarengi dengan kewajiban membayar bunga, dimana bunga pinjaman
dapat dibiayakan sebagai pengurang penghasilan di Indonesia.
3. Strategi Income Shifting
Perusahaan multinasional dapat melakukan pengalihan pendapatan (income
shifting) kepada perusahaan anak melalui praktik transfer pricing, strategi
penempatan hutang, dan alokasi biaya preferensial (Klassen dan Laplante, 2012).
Menurut Slemrod (2001), perusahaan multinasional di Amerika Serikat mempunyai
kemampuan secara efektif mampu meminimalisir beban pajak melalui pengalihan
laba memanfaatkan perbedaan tarif pajak antar negara. Terdapat beberapa elemen
18
yang terkait income shifting yang merupakan pendorong utama pemanfaatan tax
haven seperti multinationality, transfer pricing, thin capitalization, dan intangible
assets.
Penghindaran pajak ini sering dilakukan oleh perusahaan multinasional
mengingat bahwa perusahaan multinasional menerapkan perencanaan pajak yang
efisien di seluruh entitas kelompok karena perusahaan multinasional memperoleh
pendapatan dari berbagai sumber asing yang lebih besar, sehingga terlibat dalam
kegiatan penghindaran pajak (Nuraini dan Marsono, 2014). Rego (2003)
menemukan bahwa perusahaan-perusahaan multinasional Amerika Serikat lebih
berhasil menghindari pajak korporasi dari perusahaan murni domestik.
Eden dan Smith (2011) menggambarkan agresivitas penentuan harga transfer
sebagai manfaat pajak atau keuangan yang dihasilkan ketika perusahaan
multinasional berhasil melakukan arbitrase ekonomi, keuangan dan perbedaan
legislatif antar yurisdiksi. Transfer pricing sebagai salah satu pengurang biaya serta
meningkatkan daya saing melalui kemampuan dalam mentransfer dan melindungi
sumber daya yang langka atau berbeda dalam perusahaan multinasional yang secara
jelas dapat mengindikasikan bahwa hal tersebut dapat menjadi fokus inti dalam
mengembangkan perusahaan (Tocknell, 2016). Sebuah perusahaan multinasional
dapat melakukan income shifting dan meminimalkan pajak secara objektif dengan
cara mengatur kegiatan intercompany melalui adanya transfer pricing (Grubbert
dan Mutti, 1998) dan juga memanipulasi hak kepemilikan dalam aset tak berwujud
(Ernst dan Young, 2013).
19
Thin capitalization sama halnya yang telah dijelaskan diatas, ketika investasi
di negara pajak tinggi dan didanai dengan utang antar perusahaan yang bersumber
dari negara yang menetapkan pajak rendah, laba dialihkan ke wilayah pajak rendah
misalnya, tax haven menimbulkan pajak perusahaan menjadi lebih rendah secara
keseluruhan (Webber, 2010). Transfer aset tidak berwujud (misalnya, pengeluaran
R & D, kekayaan intelektual, paten, merek, merek dagang dan nama dagang) antara
entitas grup yang berlokasi di berbagai yurisdiksi pajak meningkatkan perhatian
otoritas pajak secara global (Gravelle, 2009, 2013). Banyaknya transfer aset tidak
berwujud dan sulitnya untuk menilai aset tidak berwujud dengan nilai wajar
menyebabkan adanya penyelewengan terutama dalam hal pembayaran pajak. Di
Amerika, setengah dari perbedaan dalam profitabilitas perusahaan multinasional
antar wilayah dengan pajak tinggi dan pajak rendah (tax haven) disebabkan oleh
transfer aset tidak berwujud baik dalam bentuk intellectual capital dan tambahan
melalui alokasi hutang (Grubert, 2003). Aset tak berwujud memiliki nilai unik yang
dapat dimanfaatkan secara bersamaan oleh perusahaan. Oleh karena itu, ada ruang
lingkup yang cukup besar bagi perusahaan untuk terlibat dalam pengalihan
pendapatan melalui transfer aset tidak berwujud ke wilayah dengan pajak rendah
seperti tax havens (Dyreng et al., 2008)
C. Pengembangan Hipotesis
1. Pengaruh Multinationality terhadap pemanfaatan negara Tax Haven
Permasalahan agensi yang terjadi dalam hal multinationality yaitu pihak
manajer dapat dengan mudah memanfaatkan perusahaan anak untuk mengalihkan
laba perusahaan. Perusahaan multinasional memiliki peluang untuk mengurangi
20
secara signifikan pajak perusahaan dengan mengalihkan pendapatan dari yurisdiksi
pajak tinggi ke yurisdiksi pajak rendah, dengan mengeksploitasi perbedaan dalam
aturan pajak yang berbeda dengan cara mengalokasikan pengeluaran yang
dikurangi beban pajak (misalnya, biaya bunga pada utang dan pengeluaran R & D)
ke yurisdiksi pajak tinggi (Gravelle, 2013). Perusahaan internasional dengan
transaksi intra-company yang lebih luas, penggunaan aset tidak berwujud yang
lebih banyak, serta pengeluaran untuk Research and Development yang besar
cenderung memanfaatkan tax haven untuk tujuan penghindaran pajak (Desai et al.,
2006).
Adapun beberapa penelitian yang telah mengungkapkan kaitan
multinationality terhadap pemanfaatan operasi negara tax haven. Salah satunya dari
Nurhidayati (2017) hasil penelitiannya berhasil membuktikan bahwa
multinationality berpengaruh positif terhadap pemanfaatan negara tax haven.
Adapun penelitian dari Frandyanto (2017) mengungkapkan bahwa semakin tinggi
tingkat multinationality akan semakin besar kemungkinan pemanfaatan negara
lindung pajak (tax haven country).
Perusahaan multinasional memiliki jaringan produksi maupun distribusi yang
lebih luas. Dengan adanya jaringan ini dijadikan sebagai celah untuk memanfaatkan
keberadaan pihak berelasi di luar negeri untuk melakukan income shifting. Income
shifting ini hanya dapat dilakukan dengan perusahaan multinasional yang juga
memiliki related parties di luar negeri, terutama di negara tax haven. Perusahaan
multinasional menjual barang, jasa, dan modal keuangan serta aset tidak berwujud
kepada perusahaan dalam lintas batas negara. Dengan memanfaatkan transfer
21
pricing buatan pada transaksi-transaksi perusahaan dan memfokuskan pada
pembiayaan hutang di anak perusahaan yang dikenai pajak tinggi, perusahaan
multinasional dapat mengalihkan pendapatannya ke kelompok perusahaan untuk
mengurangi beban pajak secara keseluruhan (Harris et al, 1991). Dengan demikian
hipotesis yang diajukan:
𝑯𝟏 = multinationality berpengaruh positif terhadap pemanfaatan negara tax
haven.
2. Pengaruh Transfer Pricing terhadap Pemanfaatan Negara Tax Haven
Dalam teori agensi dinyatakan bahwa adanya perbedaan kepentingan yang
muncul antara investor dengan pihak manajemen perusahaan. Dalam hal ini,
investor menjalin hubungan kerjasama dengan pihak eksternal perusahaan dengan
tujuan ekspansi bisnis, tetapi dari pihak manajemen perusahaan memandang adanya
hubungan istimewa yang dijalin dapat digunakan untuk memanipulasi kebijakan
harga terkait pertukaran barang. Praktik transfer pricing di Amerika membuktikan
bahwa sebagian dari hasil audit pajak terbesar yang sedang diselesaikan melibatkan
transaksi transfer pricing ke wilayah negara dengan pajak rendah atau negara tax
haven (Drucker, 2011). Adanya praktik transfer pricing dapat digunakan untuk
memanipulasi harga antar perusahaan yang berafiliasi. Transfer pricing sering juga
disebut dengan intracompany pricing, intercorporate pricing, interdivisional atau
internal pricing yang merupakan harga yang diperhitungkan untuk keperluan
pengendalian manajemen atas transfer barang dan jasa antar anggota (grup
perusahaan) (Mangoting, 2000).
22
Menurut Bartelsman dan Beetsma (2003), sebuah perusahaan tidak hanya
menggunakan negara lindung pajak untuk kepentingan transfer pricing dan strategi
penghindaran pajak, tetapi juga untuk financial arbitrage guna mengatur arus kas
mata uang asing mereka dan menjaga resiko dari nilai tukar mata uang asing. Pada
praktiknya, aktivitas penentuan transfer pricing direfleksikan dengan tidak adanya
peraturan ketentuan yang luas terkait transaksi antar pihak. Transaksi intra-entitas
misalnya terdapat transfer aset, pinjaman yang dibayar kembali oleh pihak terkait,
atau penyediaan layanan antara beberapa pihak dalam wilayah pengenaan pajak
yang berbeda di mana tidak ada alasan yang diungkapkan ketika melakukan
transaksi tersebut dan tidak dicantumkan dalam annual report (IRS, 2013).
Adapun beberapa penelitian yang telah mengungkapkan kaitan transfer
pricing terhadap pemanfaatan operasi negara tax haven. Salah satunya dari Davies
(2018) hasil penelitiannya berhasil membuktikan bahwa transfer pricing
berpengaruh positif terhadap pemanfaatan negara tax haven. Penelitian lain dari
Richardson (2015) mengungkapkan bahwa transfer pricing berpengaruh positif
terhadap pemanfaatan operasi negara tax haven.
Perusahaan yang memiliki transaksi penjualan kepada pihak berelasi dapat
melakukan transfer pricing, terutama perusahaan yang juga berafiliasi di negara tax
haven. Rendahnya transparansi terkait harga wajar untuk transaksi yang dilakukan
perusahaan kepada pihak berelasinya menyebabkan transfer pricing dijadikan suatu
cara untuk melakukan income shifting. Dengan demikian hipotesis yang diajukan:
𝑯𝟐 = Transfer pricing berpengaruh positif terhadap pemanfaatan negara Tax
Haven.
23
3. Pengaruh Thin Capitalization terhadap pemanfaatan negara Tax Haven
Dalam teori agensi adanya keinginan dari masing-masing pihak untuk
mendapatkan keuntungan sendiri baik investor maupun manajer. Pihak investor
membangun perusahaan-perusahaan pembiayaan di negara tax haven yang
digunakan sebagai sumber dana melalui hutang. Adanya hutang ini juga dijadikan
sebagai kontrol bagi investor demi mencegah free cash flow berlebihan yang dapat
disalahgunakan oleh manajer. Dari sisi manajer, memandang bahwa adanya hutang
dapat mengurangi laba perusahaan yang juga berdampak pada insentif yang
diterima, selain itu melalui hutang perusahaan maka semakin meningkatnya risiko
yang didapat dari pihak eksternal melalui ketidakmampuan untuk melunasi kembali
hutangnya.
Aturan thin capitalization dirancang untuk mencegah pembayar pajak
multinasional untuk mengalokasikan jumlah hutang yang tidak proporsional dalam
struktur modal dari operasi perusahaan Amerika Serikat dengan tidak mengizinkan
pemotongan bunga terkait pembiayaan utang berlebihan (Blouin et al., 2013). Thin
capitalization yang berlaku di Amerika untuk perusahaan dengan rasio hutang
terhadap ekuitas di atas 1,5 hingga 1,0 dengan biaya bunga bersih melebihi 50%
dari yang disesuaikan penghasilan kena pajak (Richardson dan Taylor., 2015). Di
Indonesia, Sebelum PMK Nomor 169/PMK.010/2015 yang berlaku mulai tahun
2016 dengan tingkat Debt to Equity Ratio ditetapkan setinggi-tingginya 4:1, di
Indonesia tidak terdapat ketentuan batasan tentang thin capitalization. Sebelum
berlakunya PMK 169/PMK.010/2015, perusahaan di Indonesia bebas menentukan
proporsi tingkat debt to equity ratio yang diinginkan. Dengan demikian, perusahaan
24
multinasional dapat mengurangi tarif pajak global mereka tanpa menimbulkan
biaya perdagangan tambahan, yang dapat memotivasi mereka mendanai investasi
offshore di yurisdiksi pajak tinggi dengan struktur pendanaan modal yang sedikit
(Richardson dan Taylor, 2015).
Adapun penelitian yang dilakukan Rahayu (2010) menunjukkan bahwa thin
capitalization berpengaruh terhadap penghindaran pajak internasional. Penelitian
yang dilakukan Omar (2015) menunjukkan bahwa thin capitalization bepengaruh
positif terhadap pemanfaatan negara tax haven.
Thin capitalization mengacu pada strategi pembiayaan perusahaan yang
digunakan untuk membiayai operasi bisnis terutama dengan modal utang daripada
modal ekuitas (Blouin et al., 2013). Thin capitalization dapat dimanfaatkan pihak
investor untuk mengurangi beban pajak dengan cara membangun entitas anak di
negara tax haven yang berperan sebagai pembiayaan perusahaan. Adanya entitas
anak yang dimanfaatkan untuk pembiayaan ini memungkinkan bagi perusahaan
untuk memperbanyak modal hutang dari perusahaan pembiayaan yang sebenarnya
milik mereka sendiri. Dengan demikian hipotesis yang diajukan:
𝑯𝟑 = Thin capitalization berpengaruh positif terhadap pemanfaatan negara
Tax Haven.
4. Pengaruh Intangible Assets terhadap Pemanfaatan Negara Tax Haven
Menurut teori agensi, pihak investor memiliki perusahaan afiliasi dengan
harapan dapat mengembangkan bisnisnya. Pihak manajemen yang melakukan
operasional perusahaan dapat memanfaatkan perusahaan afiliasi tersebut sebagai
salah satu cara untuk melakukan strategi income shifting bahkan money laundering
25
melalui aktivitas transfer intangible assets ke negara tax haven. Adanya aktivitas
transfer intangible assets ini dapat menurunkan nilai aset yang dimiliki perusahaan
yang tentunya dapat merugikan pihak investor karena total aset dapat menjadi
cerminan ukuran perusahaan. Adapun hasil penelitian Frandyanto (2017)
menunjukkan penggunaan intangible asset berpengaruh terhadap penghindaran
pajak menggunakan negara lindung pajak (tax haven country), hal ini terjadi karena
intangible asset sulit untuk dinilai dengan nilai yang wajar.
Intangible assets digunakan untuk mentransfer laba dengan cara lintas negara
melalui pemanfaatan tax haven (Dyreng et al., 2008). Grubert (2003) menguji
secara empiris sejauh mana korelasi antara profitabilitas dan tarif pajak lokal
tergantung pada keberadaan aset tidak berwujud, hasilnya menemukan bahwa
sekitar 50% penghasilan telah dialihkan seperti research and development dari
negara dengan pajak yang tinggi ke pajak yang rendah. Perusahaan multinasional
dapat menentukan pihak-pihak dalam grup yang berhak untuk menerima
keuntungan dari pemanfaatan intangible asset, melalui keuntungan yang didapat
inilah yang kemudian akan dialihkan ke negara tax haven. Dengan meningkatnya
volume transaksi intangible asset antar perusahaan, maka dapat memperluas
peluang untuk pengalihan pendapatan (Grubert, 2003). Terdapat resiko yang besar
mengancam pendapatan pajak melalui transaksi intangible asset antar related
parties yang berlokasi pada wilayah high and low tax. Dengan demikian hipotesis
yang diajukan:
𝑯𝟒 = Intangible assets berpengaruh positif terhadap pemanfaatan negara Tax
Haven.
26
D. Rerangka Pemikiran Teoritis (Dalam Bentuk Bagan Alur)
Berdasarkan pemaparan terkait variabel income shifting dan pemanfaatan
negara tax haven, maka rerangka pemikiran teoritis dapat digambarkan sebagai
berikut:
Gambar 2.1
Rerangka Pemikiran Teoritis
Transfer Pricing
(𝑋2)
Pemanfaatan Negara Tax
Haven
(Y)
Multinationality
(𝑋1)
Intangible Assets
(𝑋4)
Thin Capitalization
(𝑋3)
+
+
+
+