24
7 BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian ysng dilakukan oleh Ginanjar (2005) meneliti tentang Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Konveksi (Study kasus di Pasar Godean, Sleman, Yogyakarta), variabel bebas yang digunakan yaitu jam berdagang, modal dagang dan pengalaman berdagang. Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Hasil pembahasan diketahui secara bersama modal dagang, jam berdagang dan pengalam berdagang sangat mempengaruhi pendapatan pedagang konveksi atau secara serentak berpengaruh positif terhadap pendapatan pedagang konveksi. Penelitian yang dilakukan oleh Devisa Setiawati (2008) dengan judul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Tempe pada Sentra Industri Tempe Di kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal” dengan menggunakan alat analisis regresi linier berganda, yang menyatakan bahwa secara bersama-sama variabel modal, tenaga kerja, dan bahan baku berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen hasil produksi. Secara parsial variabel modal dan tenaga kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap hasil produksi tempe sedangkan bahan baku berpengaruh signifikan terhadap hasil produksi tempe pada sentra industri tempe di Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal. Penelitian yang dilakukan oleh Ni Putu Sri Yuniartini (2011) dengan judul “Pengaruh modal, tenaga kerja dan teknologi terhadap produksi industri kerajinan

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/35490/3/jiptummpp-gdl-rokhishotu-49523-3-babii.pdf · maupun hasil penjualan barang, atau dapat juga diartikan

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

7

BAB II

TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian ysng dilakukan oleh Ginanjar (2005) meneliti tentang Analisis

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Konveksi (Study kasus

di Pasar Godean, Sleman, Yogyakarta), variabel bebas yang digunakan yaitu jam

berdagang, modal dagang dan pengalaman berdagang. Alat analisis yang

digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Hasil pembahasan diketahui

secara bersama modal dagang, jam berdagang dan pengalam berdagang sangat

mempengaruhi pendapatan pedagang konveksi atau secara serentak berpengaruh

positif terhadap pendapatan pedagang konveksi.

Penelitian yang dilakukan oleh Devisa Setiawati (2008) dengan judul

“Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Tempe pada Sentra Industri Tempe

Di kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal” dengan menggunakan alat analisis

regresi linier berganda, yang menyatakan bahwa secara bersama-sama variabel

modal, tenaga kerja, dan bahan baku berpengaruh signifikan terhadap variabel

dependen hasil produksi. Secara parsial variabel modal dan tenaga kerja tidak

berpengaruh signifikan terhadap hasil produksi tempe sedangkan bahan baku

berpengaruh signifikan terhadap hasil produksi tempe pada sentra industri tempe

di Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal.

Penelitian yang dilakukan oleh Ni Putu Sri Yuniartini (2011) dengan judul

“Pengaruh modal, tenaga kerja dan teknologi terhadap produksi industri kerajinan

8

ukiran kayu di Kecamatan Ubud” menyatakan bahwa hasil analisis data

menunjukkan secara serempak modal, tenaga kerja dan teknologi berpengaruh

signifikan terhadap produksi industri kerajinan ukiran kayu, sementara modal dan

tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi industri

kerajinan kayu di Kecamatan Ubud Kabupaten Gianyar. Alat analisis yang

digunakan adalah analisis regresi linier berganda.

Adapun peneliti mengambil data dari penelitian terdahulu adalah sebagai

bahan perbandingan karena memiliki kesamaan menganalisis pendapatan usaha

dengan menggunakan teknik analisis regresi berganda, namun yang membedakan

dari penelitian sebelumnya adalah lokasi penelitian yang diteliti.

B. Teori dan Kajian Pustaka

1. Pendapatan

Pengertian pendapatan menurut Abdurrachman (1991: 518) menyatakan

bahwa: “Pendapatan (revenue) adalah Uang, barang-barang, materi atau jasa-jasa

yang diterima selama satu jangka waktu tertentu, biasanya merupakan hasil dari

pemakaian kapital, pemberian jenis-jenis perseorangan atau beberapa orang”.

Yang termasuk pendapatan adalah upah. Gaji, sewa tanah, pembayaran bunga,

pensiun dan gaji tahunan. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

pendapatan adalah sejumlah penghasilan yang diterima oleh suatu rumah tangga

yang berasal dari pekerjaan atau aktivitas yang dilakukan.

Winardi (1998: 241) mendefinisikan pendapatan adalah nilai hasil kerja

seseorang pada suatu daur waktu tertentu termasuk didalamnya hasil usaha sendiri

yang tidak dijual tetapi dipakai untuk konsumsi sendiri. Dalam pendapatan masih

9

dibedakan antara pendapatan kotor dan pendapatan bersih, yaitu penambahan

netto dari kekayaan pribadi selama periode apakah dari akumulasi tabungan atau

tabungan netto selama periode itu atau penambahan dalam nilai hak milik.

Pendapatan bagi sejumlah pelaku ekonomi merupakan sejumlah uang yang

diterima oleh perusahaan dari pelanggan sebagai hasil penjualan dari barang dan

jasa. Pendapatan juga dapat diartikan sebagai jumlah penghasilan baik dari

perorangan maupun kelompok dalam bentuk uang yang diperolehnya dari jasa

maupun hasil penjualan barang, atau dapat juga diartikan sebagai suatu

keberhasilan usaha suatu perusahaan atau industri (Arifini, 2013).

Menurut Arsyad (1997: 136) menyatakan pengertian dari pendapatan

adalah:

1. Pendapatan kotor adalah jumlah penerimaan total (TR) yang diperoleh

dalam jangka waktu tertentu sebelum dikurangi dengan total biaya yang

dikeluarkan (TC).

2. Pendapatan bersih adalah penerimaan total (TR) yang diperoleh dalam

jangka waktu setelah total biaya yang dikeluarkan (TC).

Berdasarkan hal tersebut diatas perlu dibedakan antara penerimaan

(revenue) dari pendapatan. Penerimaan (revenue) merupakan penghasilan yang

diterima oleh individu atau perusahaan berupa penghasilan kotor yang belum

dikurangi biaya atau pengeluaran. Sedangkan yang dimaksud dengan pendapatan

adalah penghasilan bersih yang diterima oleh individu atau perusahaan yang telah

dikurangi biaya dan pengeluaran.

10

Secara garis besar pendapatan digolongkan menjadi tiga golongan.

Pertama, gaji dan upah, yaitu imbalan yang diperoleh setelah orang tersebut

melakukan pekerjaan untuk orang lain yang diberikan dalam waktu satu hari, satu

minggu atau satu bulan. Kedua, pendapatan dari usaha sendiri merupakan nilai

total dari hasil produksi yang dikurangi dengan biaya-biaya yang dibayar dan

usaha ini merupakan usaha milik sendiri atau keluarga sendiri, nilai sewa kapital

milik sendiri dan semua biaya ini biasanya tidak diperhitungkan. Ketiga,

pendapatan dari usaha lain, yaitu pendapatan yang diperoleh tanpa mencurahkan

tenaga kerja dan ini merupakan pendapatan sampingan, antara lain pendapatan

dari hasil menyewakan aset yang dimiliki, bunga dari uang, sumbangan dari pihak

lain, pendapatan pensiun, dan lain-lain (Jaya, 2011).

Penerimaan pedagang dapat dilihat dari laba atau keuntungan yang

diperoleh dari hasil penjualan barang dagangan. Dimana laba yang diperoleh

adalah hasil dari penerimaan total dikurangi biaya total. Penerimaan Total (TR)

adalah penerimaan total produsen dari hasil penjualan outputnya, yaitu output (Q)

dikali harga output (𝑃0), sedangkan biaya total (TC) adalah biaya yang

dikeluarkan dalam satu unit produksi, yaitu biaya rata-rata produksi (AC) dikali

output (Q) (Sumardi, 1999).

Klasifikasi pendapatan berdasarkan golongan usaha dapat dilihat dari tabel

dibawah ini:

11

Klasifikasi Kekayaan bersih

Kecil s.d Rp. 200.000.000

Menengah Rp. 200.000.000 – Rp. 1.000.000.000,00

Besar Diatas Rp. 1.000.000.000,00

Usaha Kecil sebagaimana dimaksud Undang-undang No.9 Tahun 1995

adalah usaha produktif yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan

bersih paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) atau memiliki hasil

penjualan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) per tahun serta

dapat menerima kredit dari bank maksimal di atas Rp50.000.000,- (lima puluh

juta rupiah) sampai dengan Rp.500.000.000,-.

Usaha Menengah sebagaimana dimaksud adalah usaha bersifat produktif

yang memenuhi kriteria kekayaan usaha bersih lebih besar dari

Rp.200.000.000,00. Sedangkan untuk usaha besar yang memenuhi kriteria

kekayaan usaha bersih lebih besar dari Rp. 1.000.000.000,00.

Menurut Simanjutak (2001) ada beberapa faktor yang mempengaruhi

pendapatan seseorang, yaitu:

1. Pengalaman kerja

Pengalaman kerja seseorang sangat mendukung ketrampilan dan

kecepatan dalam menyelesaikan pekerjaan sehingga tingkat kesalahan

akan semakin berkurang. Semakin lama pengalaman kerja atau semakin

banyak pengalaman kerja yang dimiliki oleh seseorang maka semakin

12

terampil dan semakin cepat dalam menyelesaikan tugas yang menjadi

tanggung jawabnya.

2. Jam kerja

Jam kerja seseorang semakin cepat dalam menyelesaikan tugasnya,

maka semakin sedikit waktu yang diperlukan untuk bekerja, dengan

sedikitnya waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan tugasnya maka

dapat mengambil pekerjaan lain atau dapat menyelesaikan tugas yang lain.

3. Produktivitas kerja

Produktivitas kerja yang diciptakan oleh seseorang pekerja pada

waktu tertentu, yang nantinya pula akan berpengaruh pula pada jumlah

pendapatan yang diperoleh. Semakin banyak seorang pekerja dalam

menghasilkan barang produksi maka pendapatan yang diperoleh akan

semakin banyak.

4. Jumlah tanggungan keluarga

Jumlah tanggungan keluarga yang tinggi pada suatu rumah tangga,

tanpa dibarengi dengan peningkatan dari segi ekonomi, akan

mengharuskan anggota keluarga selain kepala keluarga untuk mencari

nafkah dan tidak terkecuali wanita.

5. Kualitas dan kemampuan bekerja

Kualitas dan kemampuan kerja dipengaruhi oleh pendidikan,

latihan dan kemampuan fisik. Pendidikan memberikan pengetahuan bukan

saja langsung dengan pelaksanaan tugas, akan tetapi juga landasan untuk

mengembangkan diri serta kemampuan memanfaatkan semua sarana yang

13

ada untuk kelancaran pelaksanaan tugas. Semakin tinggi pendidikan

semakin tinggi produktivitas kerja, yang pada akhirnya akan

mempengaruhi pendapatan pekerja tersebut.

2. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

Pemberdayaan dan pengembangan UMKM merupakan upaya yang

ditempuh pemerintah untuk mengatasi masalah pengangguran dan kemiskinan.

Menurut Rudjito (2003) usaha mikro adalah usaha yang dimiliki dan dijalankan

oleh penduduk miskin atau mendekati miskin. Usaha mikro sering disebut dengan

usaha rumah tangga. Besarnya pinjaman yang dapat diterima oleh usaha ini adalah

Rp. 50 juta. Usaha mikro ini adalah usaha produktif secara individu atau

tergabung dalam lembaga koperasi.

Ciri-ciri usaha mikro :

1. Jenis barang/ komoditi usahanya tidak terlalu tetap, sewaktu-waktu dapat

berganti.

2. Tempat usahanya tidak menetap, sewaktu-waktu bisa pindah tempat.

3. Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun, dan tidak

memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha, sumber daya

manusianya (pengusahanya) belum memiliki jiwa wirausaha yang memadai.

4. Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah.

5. Umumnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian dari mereka

sudah akses ke lembaga keuangan non bank.

6. Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya

termasuk NPWP.

14

Sedangkan definisi dari usaha menengah menurut Instruksi Presiden

Nomor 10 tahun 1999 yang dikuti oleh Suharjono adalah kegiatan ekonomi rakyat

dimana kegiatan ekonomi tersebut mempunyai kekayaan bersih (tidak termasuk

tanah dan bangunan tempat usaha) lebih dari Rp. 50.000.000,- sampai paling

banyak Rp.500.000.000,-. Namun hal tersebut masih menjadi perdebatan antara

bank-bank di Indonesia. (Ibid, halaman 35)

Beberapa kriteria atau batasan mengenai usaha mikro, kecil dan menengah:

Badan Pusat Statistik

Batasan usaha mikro, kecil dan menengah menurut badan pusat statistik adalah:

1. Usaha mikro, usaha yang memiliki pekerjaan kurang dari 5 orang, termasuk

tambahan anggota keluarga yang tidak dibayar.

2. Usaha kecil, usaha yang memiliki pekerja 5 sampai 19 orang.

3. Usaha menengah, usaha yang memiliki pekerja 19 sampai 99 orang.

Bank Indonesia

Batasan usaha mikro, kecil dan menengah menurut Bank Indonesia adalah:

1. Usaha mikro, (SK. Direktur BI No.31/24/Kep/DER tgl 5 Mei 1998). usaha

yang dijalankan oleh rakyat miskin atau mendekati miskin.

2. Usaha kecil, dimiliki oleh keluarga sumber daya lokal dan tehnologi

sederhana. Usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan

oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak

perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki atau dikuasai.

3. Usaha menengah, (SKDir. BI No.30/45/Dir/Uk tgl 5 Jan 1997). Omzet

tahunan dibawah 3 milyard, mempunyai asset sebesar 5 milyard untuk

15

sektor industri. Dan asset sebesar 600 juta di luar tanah dan bangunan untuk

sektor non industri manufacturing.

Bank Dunia

Batasan usaha mikro, kecil dan menengah menurut Bank Dunia adalah:

1. Usaha kecil, usaha yang memiliki pekerja kurang dari 20 orang.

2. Usaha menengah, usaha yang memiliki pekerja 20 sampai 250 orang dan

asset = US$ 500 ribu diluar tanah dan bangunan.

Usaha mikro, kecil dan menengah merupakan kegiatan usaha yang mampu

memberikan peluang lapangan kerja dan pendapatan bagi masyarakat karena

setiap individu dapat melakukannya dengan mudah sehingga usaha mikro

dipandang sebagai usaha yang mampu mensejahterakan masyarakat. Oleh

karenanya, usaha ini bisa dijadikan sebagai usaha jangka panjang dalam

meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara.

Peranan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

Usaha mikro, kecil dan menengah mempunyai peran yang penting dalam

pembangunan ekonomi, karena intensitas tenaga kerja yang relatif lebih tinggi dan

investasi yang lebih kecil, sehingga usaha mikro lebih fleksibel dalam

menghadapi dan beradaptasi dengan perubahan pasar. Hal ini menyebabkan usaha

mikro tidak terlalu terpengaruh oleh tekanan eksternal, karena dapat mengurang

impor dan memiliki kandungan lokal yang tinggi. Oleh karena itu pengembangan

usaha mikro dapat memberikan kontribusi pada diservikasi ekonomi dan

perubahan struktur sebagai prakondisi pertumbuhan ekonomi jangka panjang yang

stabil dan berkesinambungan. Disamping itu tingkat penciptaan lapangan kerja

16

lebih tinggi pada usaha mikro dari pada yang terjadi diperusahaan besar (Sutrisno

dan Sri, 2006 dalam Afifah, 2012).

Peran usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dalam perekonomian

Indonesia paling tidak bisa dilihat dari (Kementerian Koperasi dan UKM, 2005

dalam Afifah, 2012) adalah sebagai berikut:

1. Kedudukannya sebagai pemain utama dalam kegiatan ekonomi diberbagai

sektor.

2. Penyedia lapangan kerja terbesar.

3. Pemain penting dalam pengembangan kegiatan ekonomi lokal dan

pemberdayaan masyarakat.

4. Pencipta pasar baru dan sumber inovasi.

5. Sumbangannya dalam menjaga neraca pembayaran melalui kegiatan

ekspor.

3. Modal

Pengertian Modal

Modal adalah semua bentuk kekayaan yang dapat digunakan langsung

maupun tidak langsung dalam proses produksi untuk menambah output. Dalam

pengertian ekonomi, modal yaitu barang atau uang yang bersama dengan faktor-

faktor produksi tanah dan tenaga kerja untuk menghasilkan barang dan jasa baru.

Modal atau biaya adalah faktor yang sangat penting bagi setiap usaha, baik skala

kecil, menengah maupun besar (Tambunan, 2002).

Modal adalah sumber-sumber ekonomi diluar tenaga kerja yang dibuat

oleh manusia. Modal juga dapat diartikan pengeluaran sektor perusahaan untuk

17

membeli atau memperoleh barang-barang modal yang baru yang lebih modern

atau untuk menggantikan barang-barang modal lama yang sudah tidak digunakan

lagi atau yang sudah usang. Dalam pengertian ekonomi, modal adalah barang atau

uang yang bersama-sama faktor produksi tanahdan tenaga kerja menghasilkan

barang-barang baru (Mubyarto, 1985).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia modal usaha adalah uang yang

dipakai sebagai pokok (induk) untuk berdagang, melepas uang dan sebagainya;

harta benda (uang, barang dan sebagainya) yang dapat digunakan untuk

menghasilkan sesuatu yang menambah kekayaan. Uang dalam sebuah usaha

sangat dibutuhkan dan pentingnya untuk mengelola modal secara optimal dapat

menentukan berjalan tidaknya usaha.

Menurut Bambang Riyanto (1998 : 10) Modal adalah hasil produksi yang

digunakan untuk memproduksi lebih lanjut. Dalam perkembangannya kemudian

modal ditekankan pada nilai, daya beli atau kekuasaan memakai atau

menggunakan yang terkandung dalam barang-barang modal.

Macam-macam Modal

1.) Modal Sendiri

Menurut Mardiyatmo (2008) mengatakan bahwa modal sendiri adalah

modal yang diperoleh dari pemilik usaha itu sendiri. Modal sendiri terdiri dari

tabungan, sumbangan, hibah dan lain sebagainya. Kelebihan modal sendiri adalah:

a. Tidak ada biaya seperti biaya bunga atau biaya administrasi sehingga tidak

menjadi beban perusahaan;

18

b. Tidak tergantung dengan pihak lain, artinya perolehan dana diperoleh dari

setoran pemilik modal;

c. Tidak memerlukan persyaratan yang rumit dan memakan waktu yang

relatif lama;

d. Tidak ada keharusan pengembalian modal, artinya modal yang ditanamkan

pemilik akan tertanam lama dan tidak ada masalah seandainya pemilik

modal mau mengalihkan ke pihak lain.

Kekurangan modal sendiri adalah:

a. jumlahnya terbatas, artinya untuk memperoleh dalam jumlah tertentu

sangat tergantung dari jumlahnya relatif terbatas;

b. perolehan modal sendiri dalam jumlah tertentu dari calon pemilik baru

(calon pemegang saham baru) sulit karena mereka akan

mempertimbangkan kinerja dari prospek usahanya;

c. kurang motivasi pemilik, artinya pemilik usaha yang menggunakan modal

sendiri motivasi usahanya lebih rendah dibandingkan dengan

menggunakan modal asing.

2.) Modal Asing (Pinjaman)

Modal asing atau modal pinjaman adalah modal yang biasanya diperoleh

dari pihak luar perusahaan dan biasanya diperoleh dari pinjaman. Keuntungan

modal pinjaman adalah jumlahnya yang tidak terbatas, artinya tersedia dalam

jumlah banyak. disamping itu dengan menggunakan modal pinjaman biasanya

timbul motivasi dari pihak menagemen untuk mengerjakan usaha dengan

sungguh-sungguh.. sumber dana dari modal asing dapat diperoleh dari:

19

a. Pinjaman dari dunia perbankan, baik dari perbankan swasta maupun

pemerinyahan atau perbankan asing;

b. Pinjaman dari lembaga keuangan seperti perusahaan pegadaian, koperasi,

modal ventura, asuransi leasing, dana pensiun, atau lembaga pembiayaan

lainnya;

c. Pinjaman dari perusahaan non keuangan.

Kelebihan modal pinjaman adalah:

a. Jumlahnya tidak terbatas, artinya perusahaan dapat mengajukan modal

pinjaman ke berbagai sumber. Selama dana yang diajukan perusahaan

layak, perolehan dana tidak terlalu sulit. Banyak pihak menawarkan

dananya ke perusahaan yang dinilai memiliki prospek cerah;

b. Motivasi usaha tinggi. Hal ini merupakan kebalikan dari menggunakan

modal sendiri. Jika menggunakan modal pinjaman motivasi pemilik dalam

memajukan usaha tinggi, ini disebabkan adanya beban bagi perusahaan

untuk mengembalikan pinjaman.. selain itu, perusahaan juga berusaha

menjaga image dan kepercayaan perusahaan yang memberi pinjaman agar

tidak tercemar.

Kekurangan modal pinjaman adalah:

a. Dikenakan berbagai biaya seperti biaya bunga dan biaya administrasi.

Pinjaman yang diperoleh dari lembaga lain sudah pasti disertai berbagai

kewajiban untuk membayar jasa seperti: bunga, biaya administrasi, biaya

komisi, materai dan asuransi;

20

b. Harus dikembalikan. Modal asing wajib dikembalikan dalam jangka waktu

yang telah disepakati. Hal ini bagi perusahaan yang sedang mengalami

likuiditas merupakan beban yang harus ditanggung;

c. Beban moral. Perusahaan yang mengalami kegagalan atau masalah yang

mengakibatkan kerugian akan berdampak pada pinjaman sehingga

menjadi beban moral atas utang yang belum atau akan dibayar (Kasmir,

2007:91).

3.) Modal Patungan

Selain modal sendiri atau pinjaman, juga bisa menggunakan modal usaha

dengan cara berbagai kepemilikan usaha dengan orang lain. Caranya dengan

menggabungkan antara modal sendiri dengan modal satu orang teman atau

beberapa orang (yang berperan sebagai mitra usaha) (Jackie Ambadar, 2010:15).

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa modal usaha adalah harta

yang dimiliki untuk digunakan dalam menjalankan kegiatan usaha dengan tujuan

memeperoleh laba yang optimal sehingga diharapakan bisa meningkatkan

pendapatan usaha kecil mikro menengah.

4. Tenaga Kerja

Pengertian Tenaga Kerja

Mulyadi (3003:59) mengemukakan bahwa tenaga kerja adalah penduduk

dalam usia kerja (berusia 15-64 tahun) atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu

negara yang sapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap

tenaga mereka, dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktifitas tersebut.

Sedangkan pendapat Rosyidi (2004:57) bahwa tenaga kerja merujuk pada

21

kemampuan manusia yang dapat disumbangkan untuk memungkinkan

dilakukannya produksi barang-barang dan jasa. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja (berusia 16-64 tahun) atau

tiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik didalam maupun diliuar

hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat.

Menurut Arfida (2003:205) perminataan tenaga kerja berkaitan dengan

jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan atau instasi tertentu.

menurut Afrida ( 2003:44) mengidentifikasikan bahwa permintaan determinasi

permintaan tenaga kerja, yaitu: (1) Tingkat upah; (2) Teknologi; (3) Produktivitas;

(4) Kualitas tenaga kerja; (5) Fasilitas modal.

Faktor produksi tenaga kerja merupakan faktor produksi yang penting

untuk diperhatikan dalam proses produksi jumlah yang cukup, bukan saja dilihat

dari ketersediaannya lapangan kerja tetapi juga kualitas dan macam tenaga kerja

(Machfud, 2009:97). Beberapa hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan

tenaga kerja adalah: (1) Ketersediaan lapangan kerja; (2) Kualitas tenaga kerja; (3)

Jenis kelamin akan menentukan pekerjaan; (4) Tenaga kerja yang bersifat

temporer atau musiman dalam sektor pertanian; (5) Upah tenaga kerja laki-laki

dan perempuan berbeda.

Klasifikasi Tenaga Kerja

Klasifikasi tenaga kerja adalah pengelompokan akan ketanagakerjaan yang

sudah tersusun berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan, yaitu:

Berdasarkan penduduknya

22

1) Tenaga kerja

Tenaga kerja adalah seluruh jumlah penduduk yang dianggap dapat

bekerja dan sanggup bekerja jika tidak ada permintaan kerja. Menurut

Undang-undang Tenaga Kerja mereka yang dikelompokkan sebagai

tenaga kerja yaitu mereka yang berusia antara 15 tahun sampai 64 tahun.

2) Bukan tenaga kerja

Adalah mereka yang dianggap tidak mampu dan tidak mau bekerja,

meskipun ada permintaan bekerja. Menurut Undang-undang Tenaga Kerja

No. 13 Tahun 2003, mereka adalah penduduk diluar usia yaitu mereka

yang berusia dibawah 15 tahun dan berusia diatas 64 tahun. Contoh

kelompok ini adalah para pensiunan, para lansia dan anak-anak.

Berdasarkan kualitasnya

1) Tenaga kerja terdidik

Adalah tenaga kerja yang memiliki suatu keahlian atau kemahiran dalam

bidang tertentu dengan cara sekolah atau pendidikan formal dan nonformal.

Contohnya: pengacara, dokter, guru, dan lain-lain.

2) Tenaga kerja terlatih

Adalah tenaga kerja yang memiliki keahlian dalam bidang tertentu dengan

melalui pengalaman kerja. Tenaga kerja terampil ini dibutuhkan latihan

secara berulang-ulangsehingga mampu menguasai pekerjaan tersebut.

Contohnya: apoteker, ahli bedah, mekanik, dan lain-lain.

3) Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih

23

Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih adalah tenaga kerja kasar yang

hanya mengandalkan tenaga saja. Contoh: kuli bangunan, buruh angkut,

dan sebagainya.

5. Lama Usaha

Lama pembukaan usaha dapat mempengaruhi tingkat pendapatan, lamanya

seorang pelaku usaha atau bisnis menekuni bidang usahanya akan mempengaruhi

produktivitasnya (kemampuan/keahliannya), sehingga dapat menambah efisiensi

dan mampu menekan biaya produksi lebih kecil dari pada hasil penjualan.

Semakin lama menekuni bidang usaha akan semakin meningkatkan pengetahuan

tentang selera ataupun perilaku konsumen. Ketrampilan usaha akan semakin

bertambah dan semakin banyak pula relasi bisnis maupun pelanggan yang berhasil

dijaring. Banyaknya pengalaman seorang akan memperluas wawasannya, dengan

demikian hal tersebut juga akan meningkatkan daya serapnya terhadap hal-hal

baru yang akan meningkatkan pengetahuan, kecerdasan dan ketrampilan

seseorang (Wicaksono, 2011).

Pengalaman dapat mempengaruhi pengamatan seorang produsen dalam

bertingkah laku. Pengalaman dapat diperoleh dari semua perbuatan seorang

diwaktu yang lalu atau dapat dipelajari, sebab dengan belajar dari masa lalu

seseorang dapat memperoleh pengalaman. Menurut Swastha dan Irawan,

penafsiran dari peramalan proses belajar produsen merupakan kunci untuk

mengetahui perilaku seorang konsumen. Lama usaha merupakan lamanya

pedagang berkarya pada usaha perdagangan yang sedang dijalani saat ini (Asmi,

2008). Keahlian kewirausahaan merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang

24

untuk mengorganisasikan dan menggunakan faktor-faktor lain dalam kegiatan

memproduksi barang dan jasa yang diperlukan masyarakat (Sukirno, 1994).

6. Tingkat Pendidikan

Pendidikan dan latihan merupakan salah satu faktor yang penting dalam

pengembangan sumber daya manusia. Dalam pendidikan sendiri terdapat tiga

jenis pendidikan. Yaitu pendidikan formal, pendidikan informal, dan pendidikan

nonformal. Sehubungan dengan hal ini Coombs (1973) membedakan pengertian

ketiga jenis pendidikan itu sebagai berikut:

1. Pendidikan Formal adalah kegiatan yang sistematis, bertingkat/berjenjang,

dimulai dari sekolah dasarsampai dengan perguruan tinggi dan yang setaraf

cengannya.

2. Pendidikan informal adalah proses yang berlangsung sepanjang usia sehingga

setiap orang memperoleh nilai, sikap, ketrampilan dan pengetahuan yang

bersumber dari pengalaman hidup sehari-hari, pengaruh lingkungan termasuk

didalmnya adalah pengaruh kehidupan keluarga, hubungan dengan tetangga,

lingkungan pekerjaan dan permainan, serta hal lainnya.

3. Pendidikan nonformal adalah setiap kegiatan terorganisasi dan sistematis,

diluar sistem persekolahan yang dilakukan secara mandiri atau merupakan

kegiatan penting yang sengaja dilakukan untuk melayani peserta didik

tertentu didalam mencapai tujuan pembelajarannya.

Asumsi dasar teori Human Capital menyebutkan bahwa seseorang dapat

meningkatkan penghasilannya melalui pendidikan. Setiap tambahan satu tahun

sekolah berarti disatu pihak meningkatkan kemampuan kerja dan tingkat

25

penghasilan seseorang. Secara teoritis pembangunan masyarakatnya dapat

meningkat yakni dengan adanya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas.

Sumber daya manusia ini dapat berperan sebagai faktor produksi tenaga kerja

yang dapat menguasai teknologi sehingga dapat meningkatkan produktivitas

perekonomian. Untuk mencapai sumber daya manusia yang berkualitas

dibutuhkan pembentukan modal manusia (Human capital). Pembentukan modal

manusia ini merupakan suatu untuk memperoleh sejumlah manusia yang memiliki

karakter kuat yang dapat digunakan sebagai modal penting dalam pembangunan,

karakter ini dapat berupa tingkat keahlian dan tingkat pendidikan masyarakat.

7. Hubungan Modal Terhadap Pendapatan

Modal merupakan hak milik yang dimiliki oleh pengusaha yang digunakan

untuk biaya operasi usaha pada saat bisnis tersebut dijalankan dengan selisih

kewajiban atau modal pinjaman yang digunakan dalam menjalankan kegiatan

usahanya. Besarnya modal yang diperlukan tergantung dari jenis usaha yang akan

digarap, dalam kenyataan sehari-hari kita mengenal adanya usaha kecil, usaha

menengah dan usaha besar. Masing-masing jenis menentukan besarnya jumlah

modal yang diperlukan (Mubyarto, 1985).

Sumber modal dilihat dari asalnya yaitu modal sendiri dan modal

pinjaman. Modal sendiri dapat diperoleh dari uang pribadi atau tabungan dan

cadangan laba yang belum digunakan. Sedangkan modal pinjaman adalah modal

yang diperoleh dari pihak luar usaha dan biasanya diperoleh dari pinjaman

(Kasmir, 2008).

26

Modal adalah jumlah uang atau barang yang dapat digunakan baik

langsung maupun tidak langsung, bentuknya yang sekali pakai maupun yang

dapat dipakai berulang-ulang untuk memproduksi barang dan jasa yang bernilai

ekonomi. Semakin besar modal usaha ynag digunakan akan diikuti dengan

meningkatnya pendapatan usaha. Asumsinya bahwa dengan modal yang besar

maka usaha yang dimiliki akan memungkinkan bertambah jenis produksinya,

sehingga akan menarik minat pembeli dan mampu menambah pendapatan usaha

(Ardiansyah, 2010)

8. Hubungan Tenaga Kerja terhadap Pendapatan

Tenaga kerja merajuk pada kemampuan manusiawi yang disumbangkan

untuk memungkinkan dilakukannya produksi barang-barang dan jasa, atau setiap

orang yang mampu melakukan pekerjaan baik diluar maupun didalam hubungan

kerja guna menghasilkan jasa atau barang guna memenuhi kebutuhan masyarakat

(Rosyidi, 2004:57).

Permintaan tenaga kerja berkaitan dengan jumlah tenaga kerja yang

dibutuhkan oleh perusahaan atau instasi tertentu, yang didefinisikan bahwa

permintaan tenaga kerja, yaitu: a) tingkat upah; b) teknologi; c) produktivitas; d)

kualitas tenaga kerja; e) fasilitas modal. Faktor produksi tenaga kerja merupakan

faktor produksi yang penting untuk diperhatikan dalam proses produksi dalam

jumlah yang cukup, bukan saja dilihat dari tersedianya lapangan kerja tetapi juga

kualitas dan macam tenaga kerja (Machfudz, 2009:97).

Jumlah tenaga kerja merupakan hal yang penting dalam kegiatan usaha

kecil maupun besar. Jumlah tenaga kerja juga mempunyai hubungan yang positif

27

terhadap pendapatan. Yaitu semakin banyak tenaga kerja yang digunakan

cenderung semakin meningkatkan pendapatan dengan penghasilan output yang

semakin besar. Dalam penelitian Rio (2013) juga menyebutkan bahwa tingkat

pendapatan akan meningkat untuk setiap tambahan satu tenaga kerja.

9. Hubungan Lama Usaha Terhadap Pendapatan

Semakin lama usaha seseorang dalam membuka usaha, semakin terampil

melakukan pekerjaan dan semakin sempurna pola berfikir dan sikap dalam

bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu lama

usaha yang dijalani oleh seseorang akan meningkatkan produktifitas usaha

tersebut. Dalam penelitian terdahulu disebutkan bahwa lama seseorang dalam

membuka usahanya mempunyai dampak atau pengaruh yang positif terhadap

pendapatan usaha.

Teori Schumpeter menyebutkan bahwa kemajuan ekonomi suatu

masyarakat bisa diterapkan dengan adanya inovasi oleh para inovator. Kemajuan

ekonomi dalam hal ini diartikan sebagai peningkatan output total masyarakat yang

pada akhirnya akan mempengaruhi pendapatan. Pengalaman seorang dalam

menekuni usaha akan mempengaruhi kemampuannya, yang akan meningkatkan

pengetahuan sehingga akan dapat menunjang kreativitasnya untuk melakukan

inovasi dari segi produk, pasar, dan sebagainya sehingga akan mampu

meningkatkan pendapatan dalam usaha (Arsyad, 1999).

10. Hubungan tingkat Pendidikan Terhadap Pendapatan

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting dalam

pengembangan sumber daya manusia. Pendidikan tidak saja menambah

28

pengetahuan, akan tetapi juga meningkatkan ketrampilan bekerja, dengan

demikian juga akan meningkatkan produktivitas kerja (Simanjutak, 1988).

Pendidikan dengan produktivitas kerja dapat tercermin dengan tingkat

penghasilan. Pendidikan yang lebih tinggi akan meningkatkan produktivitas kerja

sehingga memungkinkan akan mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi juga.

Asumsi dasar teori Human Capital adalah bahwa seseorang dapat

meningkatkan penghasilannya melalui pendidikan. Setiap tambahan satu tahun

sekolah berarti disatu pihak mampu meningkatkan kemampuan kerja dan tingkat

penghasilan seseorang. Secara teoritis sumber daya manusia (SDM) yang

berkualitas dapat berperan sebagai faktor produksi tenaga kerja yang dapat

menguasai tekhnologi sehingga dapat meningkatkan produktivitas perekonomian.

11. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan acuan untuk memfokuskan dalam

penelitian. Kerangka juga merupakan penyederhanaan dan menjadi landasan

dalam tujuan penelitian. Selain itu kerangka pemikiran dalam penelitian

merupakan suatu konsep kegiatan yang dilakukan secara terencana dan sistematis

untuk mendapatkan jawaban dari hipotesa yang diambil dari obyek penelitian

untuk menentukan deskripsi atas suatu masalah yang dieksploirasi dalam

penelitian. Berdasarkan substansi permasalahan dan hipotesis yang telah

dikemukakan dari hasil survey lapangan untuk dilakukan analisis secara

kuantitatif maupun kualitatif, sehingga hasil dalam penelitian dapat dijadikan

sebagai referensi maupun acuan oleh berbagai pihak seperti halnya oleh produsen

usaha makanan ringan di Desa Talok Kabupaten Malang dan oleh usaha lainnya

29

pada daerah lain. Maka selanjutnya konsep dari variabel yang akan dianalisis

dapat digambarkan pada kerangka pemikiran sebagai berikut:

Gambar 2.1

Model Kerangka Pemikiran

12. Hipotesis

Hipotesis adalah pendapat sementara dan pedoman serta arah dalam

penelitian yang disusun berdasarkan pada teori yang terkait, dimana suatu

hipotesis selalu dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang menghubungkan dua

variabel atau lebih (J. Supranto, 1997). Berdasarkan rumusan masalah, tujuan

masalah dan kajian teoritis penelitian yang telah diuraikan. Maka dari itu hipotesis

yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

• Diduga Modal kerja berpengaruh terhadap tingkat pendapatan industri

kecil makanan ringan di Desa Talok Kecamatan Turen Kabupaten Malang.

• Diduga Tenaga Kerja berpengaruh terhadap tingkat pendapatan industri

kecil makanan ringan di Desa Talok Kecamatan Turen Kabupaten Malang.

Modal

Tenaga Kerja

Lama Usaha

Pendapatan Industri

Kecil makanan ringan

Tingkat Pendidikan

30

• Diduga Lama usaha berpengaruh terhadap tingkat pendapatan industri

kecil makanan ringan di Desa Talok Kecamatan Turen Kabupaten Malang.

• Diduga Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap tingkat pendapatan

industri kecil makanan ringan di Desa Talok Kecamatan Turen Kabupaten

Malang.