Upload
others
View
44
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
5
BAB II
TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu
(Ni Kadek Diah Candra Kartika et al., 2017) Efektivitas Pengelolaan Dana
Pada Badan Usaha Milik Desa Kerta Danu Mandara Di Desa Songan A dengan
hasil Pengelolaan dana yang dilakukan pada BUMDesa dilakukan secara tidak
transparan.
Disusul penelitian yang dilakukan oleh Kurniasih (2017) Problem
Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Di Kabupaten Banyumas yang
berupa ketidakmampuan pengelola dalam mencapai nilai efisiensi, efektivitas,
ekonomi, responsivitas dan pemberdayaan masyarakat terlihat dari kinerja
BUMDesa yang masih rendah.
Di tahun berikutnya Rauf (2016) Pengelolaan dan Pengembangan Badan
Usaha Milik Desa yang hasil dalam penelitian tersebut menyatakan bahwa dalam
pengelolaan BUMDes diperlukan pendampingan terkait penyediaan sumber daya
manusia (SDM) dan manajemen.
Kemudian Irawati dan Martanti (2017) mengenai Transparasi Pengelolaan
Laporan Keuangan BUMDes, dengan hasil praktik dari akuntansi yang bersifat
transparan dengan panduan “Buku Data Tanah Di Desa. tahun yang sama
Nafidah dan Anisa (2017) tentang Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa Di
Kabupaten Jombang. diperlukan pendampingan dari pemerintah daerah yang
intensif untuk mewujudkan akuntabilitas pengelolaan keuangan Desa.
6
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Nama
(Tahun) Judul/Jurnal Objek Hasil
1 Denok Kurniasih (2017)
Problem Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Di Kabupaten Banyumas
Badan usaha milik desa
ketidak mampuan pengelola dalam mencapai nilai efisiensi, efektivitas, ekonomi, responsivitas dan pemberdayaan masyarakat terlihat dari kinerja BUMDes di Kabupaten Banyumas yang masih rendah
2 Rahyunir Rauf, M.Si (2016)
Pengelolaan dan pengembangan badan usaha milik desa
Badan usaha milik desa
Dalam pengelolaan BUMDes diperlukan pendampingan terkait penyediaan sumber daya manusia (SDM) dan manajemen.
3 Irawati dan Martanti (2017)
Transparansi Pengelolaan Laporan Keuangan BUMDes Terhadap Pelaporan Aset Desa
Pelaporan Aset Desa
praktik dari akuntansi yang bersifat transparan dengan panduan “Buku Data Tanah Di Desa
4 Lina, Nur Anisa (2017)
Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa Di Kabupaten Jombang
Pengelolaan Keuangan Kabupaten Jombang
pengelolaan Keuangan Desa telah mencapai akuntabilitas. Tetapi masih diperlukan pendampingan dari pemerintah.
5 Kartika, Sinarwati, Wahyuni (2017)
Efektivitas Pengelolaan Dana Pada Badan Usaha Milik Desa Kerta Danu Mandara Di Desa Songan A
Pengelolaan Dana Pada Badan Usaha Milik Desa Kerta
Pengelolaan dana yang dilakukan BUMDes Kerta Danu dilakukan secara tidak transparan
7
B. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Desa
Beberapa ahli telah memberikan definisi tentang desa diantaranya Pengertian
desa secara politik, dimana desa sebagai suatu organisasi kekuasaan yang secara
politik mempunyai wewenang tertentu karena merupakan bagian dari
pemerintahan negara. Sedangkan secara sosiologis desa adalah suatu gambaran
bentuk kesatuan masyarakat atau komunitas penduduk dimana diantasa mereka
saling mengenal dengan baik dan corak kehidupan mereka relatife homogen, serta
banyak bergantung kepada kebaikan-kebaikan alam, definisi ini dijabarkan oleh
Mashab (2015) yang dikutip dari Huda (2015)
Pedesaan yang selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum
yang memiliki batas- batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat
istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Nurcholis (2011).
Definisi desa menurut Undang-Undang No. 6 tahun 2014 tentang Desa adalah
desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa,
adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang
untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional
yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
8
Dalam Undang-Undang Tentang Desa No 6 tahun 2014 Pasal 3 menyebut
bahwa ada 12 asas pengaturan desa serta disertakan pengertian dari masing-
masing asas dari sumber berbeda asas tersebut meliputi :
a. Rekognisi, yaitu Merupakan pengakuan terhadap hak asal usul
b. Subsidiaritas, yaitu penetapan kewenangan berskala lokal dan pengambilan
keputusan secara lokal untuk kepentingan masyarakat Desa.
c. Keberagaman, yaitu pengakuan dan penghormatan terhadap sistem nilai yang
berlaku di masyarakat Desa, tetapi dengan tetap mengindahkan sistem nilai
bersama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
d. Kebersamaan, yaitu semangat untuk berperan aktif dan bekerja sama dengan
prinsip saling menghargai antara kelembagaan di tingkat Desa dan unsur
masyarakat Desa dalam membangun Desa.
e. Kegotongroyongan, yaitu kebiasaan saling tolong-menolong untuk
membangun Desa.
f. Kekeluargaan, yaitu kebiasaan warga masyarakat Desa sebagai bagian dari
satu kesatuan keluarga besar masyarakat Desa
g. Musyawarah, yaitu proses pengambilan keputusan yang menyangkut
kepentingan masyarakat Desa melalui diskusi dengan berbagai pihak yang
berkepentingan.
h. Demokrasi, yaitu sistem pengorganisasian masyarakat Desa dalam suatu
sistem pemerintahan yang dilakukan oleh masyarakat Desa atau dengan
persetujuan masyarakat Desa serta keluhuran harkat dan martabat manusia
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa diakui, ditata, dan dijamin.
9
i. Kemandirian, yaitu suatu proses yang dilakukan oleh Pemerintah Desa dan
masyarakat Desa untuk melakukan suatu kegiatan dalam rangka memenuhi
kebutuhannya dengan kemampuan sendiri
j. Partisipasi, yaitu turut berperan aktif dalam suatu kegiatan
k. Kesetaraan, yaitu kesamaan dalam kedudukan dan peran
l. pemberdayaan, yaitu upaya meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan
masyarakat Desa melalui penetapan kebijakan, program, dan kegiatan yang
sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat Desa
m. dan keberlanjutan, yaitu suatu proses yang dilakukan secara terkoordinasi,
terintegrasi, dan berkesinambungan dalam merencanakan dan melaksanakan
program pembangunan Desa.
Undang-Undang Tentang Desa No 6 tahun 2014 pasal 4 juga tertulis mengenai
tujuan Pengaturan Desa antara lain :
a) Memberikan pengakuan dan penghormatan atas Desa yang sudah ada dengan
keberagamannya sebelum dan sesudah terbentuknya Negara Kesatuan
Republik Indonesia
b) Memberikan kejelasan status dan kepastian hukum atas Desa dalam sistem
ketatanegaraan Republik Indonesia demi mewujudkan keadilan bagi seluruh
rakyat Indonesia
c) Melestarikan dan memajukan adat, tradisi, dan budaya masyarakat Desa
d) Mendorong prakarsa, gerakan, dan partisipasi masyarakat Desa untuk
pengembangan potensi dan Aset Desa guna kesejahteraan bersama
10
e) Membentuk Pemerintahan Desa yang profesional, efisien dan efektif, terbuka,
serta bertanggung jawab
f) Meningkatkan pelayanan publik bagi warga masyarakat Desa guna
mempercepat perwujudan kesejahteraan umum
g) Meningkatkan ketahanan sosial budaya masyarakat Desa guna mewujudkan
masyarakat Desa yang mampu memelihara kesatuan sosial sebagai bagian
dari ketahanan nasional
h) Memajukan perekonomian masyarakat Desa serta mengatasi kesenjangan
pembangunan nasional dan
i) Memperkuat masyarakat Desa sebagai subjek pembangunan.
Desa atau pedesaan, sejak awal berdirinya sampai kemudian mencapai
perkembangan-perkembangannya hanyalah atas kekuatan dan kegiatan para warga
desanya. Desa dapat berkembang karena para warganya mengutamakan asas-asas
yang mempunyai nilai yang universal yang artinya mengandung nilai-nilai yang
dijunjung tinggi oleh bangsa-bangsa yang beradab di seluruh dunia, yaitu
meliputi:
a) Asas kegotongroyongan. Asas yang merupakan kerjasama membangun dan
memelihara kehidupan lingkungan sekitar
b) Asas fungsi sosial atas milik dan manusia dalam masyarakat.
c) Asas persetujuan sebagai dasar kekuasaan umum.
d) Asas perwakilan dan permusyawaratan dalam system pemerintahannya.
Dapat terwujud dengan adanya lembaga Desa.
11
Tata kehidupan di desa-desa yang ada di Tanah Air mempunyai persamaan, yaitu
dengan asas-asas yang dimilikinya seperti yang telah diuraikan sebelumnya.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa setiap desa di Tanah Air kita telah
memiliki sifat otonomi dalam arti mengatur atau mengurus rumah tangganya
sendiri dengan kekuatan atau kemampuan sendiri. Kartasapoetra (1986)
2. BUMDesa (Badan Usaha Milik Desa)
Definisi BUMDes menurut Undang-Undang No. 6 tahun 2014 tentang Desa
pasal 1 angka 6 Badan Usaha Milik Desa, yang selanjutnya disebut BUM Desa,
adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa
melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan Desa yang
dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar
besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.
Definisi tentang BUMDes salah satunya menurut Rifa'i et al. (2006) Badan
Usaha Milik Desa merupakan lembaga kelurahan/desa yang didirikan melalui
ketetapan Peraturan Desa yang merupakan lembaga keuangan yang berbasis
kepada kegiatan sosial dengan ciri-cirinya sebagai lembaga keuangan tersebut
yang dikelola dengan prinsip kebersamaan dan dikelola dengan menggunakan
prinsip keuangan formal.
Menurut Permendes Nomor 4 Tahun 2015 Bab II pasal 2 tentang Pendirian
BUMDes yang menyatakan bahwa pendirian BUM Desa dimaksudkan untuk
Menampung upaya seluruh kegiatan dibidang ekonomi dan/atau pelayanan umum
yang dikelola oleh Desa dan / atau kerja sama antar-Desa.
12
BUMDesa harus melakukan pencatatan atau pembukuan yang ditulis secara
sistimatis dari transaksi yang terjadi setiap hari. Pencatatan transaksi itu umumnya
menggunakan sistem akuntansi, fungsi dari akuntansi adalah adalah untuk
menyajikan informasi keuangan kepada pihak internal dan eksternal dan sebagai
dasar membuat keputusan. Pihak internal BUMDesa adalah pengelolaa dan dewan
komisaris, sedangkan pihak eksternal adalah pemerintah kabupaten, perbankan,
masyarakat yang memberikan penyertaan modal, dan petugas pajak. Secara umum
tujuan dilakukannya pembukuan adalah:
a) Untuk mengetahui perkembangan perusahaan dari waktu ke waktu, baik
perkembangan omzet penjualan, laa/rugi maupun struktur permodalan.
b) Untuk mengetahui kemungkinan kerugian sejak dini, sehingga gulung tikar
bisa dihindari
c) Untuk mengetahui kondisi persediaan barang/jasa setiap saat, sehingga dapat
digunakan untuk menyusun strategi manajemen persediaan. Pada unit usaha
dagang yang disebut persediaan adalah barang dagangan, pada unit usaha
industri adalah persediaan bahan mentah, barang dalam proses, maupun
barang jadi, sedangkan pada unit simpan pinjam adalah persediaan uang.
d) Untuk mengetahui sumber dan penggunaan dana BUMDesa, sehingga bisa
mengevaluasi kinerja keuangan BUMDesa seperti likuiditas, solvabilitas
maupun rentabilitas perusahaan.
Harta dalam pengertian akuntansi adalah semua barang dan hak milik
perusahaan (BUMDesa) dan sumber ekonomi lainnya. Harta BUMDesa dapat
dibedakan menjadi 3 yaitu:
13
1) Harta Lancar
Harta lancar atau umumnya disebut aktiva lancar adalah uang kas/bank atau
harta lain yang dapat segera dicairkan menjadi kas, harta yang termasuk
didalam kelompok ini adalah kas, piutang dagang, penghasilan yang akan
diterima, biaya yang dibayar dimuka, persediaan, perlengkapan.
2) Harta Tetap
Umumnya disebut sebagai aktiva tetap adalah semua harta yang dimiliki
BUMDesa untuk menjalankan usahanya, misalnya BUMDesa membeli tanah
dan membangun gedung untuk memulai usahanya. Untuk barang-barang
yang mengalami keausan biasanya dibuat biaya penyusutan, tujuannya agar
untuk memperoleh barang pengganti yang baru perusahaan (BUMDesa)
sudah memiliki cukup dana. Besarnya penyusutan ditetapkan berdasarkan
perkiraan usia peralatan yang dimiliki (5-10 tahun) dan perkiraan atau
estimasi tingkat kenaikan harga pada masa mendatang.
3) Harta Tidak Berwujud
Adalah harta yang dimiliki perusahaan (BUMDesa) tetapi tidak nampak,
harta ini merupakan hak istimewa atau sesuatu yang menguntungkan dari
bisnis yang dijalankan. Misalnya, BUMDesa mampu menghasilkan jenis
makanan sehat yang tahan lama untuk semua usia. Maka produk itu
dimintakan hak paten agar memperoleh perlindungan dari pemerintah.
Klasifikasi Jenis usaha BUMDes diatur dalam pasal 19 permendesa No 4
tahun 2015. BUM Desa dapat menjalankan bisnis sosial (social business)
sederhana yang memberikan pelayanan umum(serving) kepada masyarakat
14
dengan memperoleh keuntungan finansial. Unit usaha dalam BUM Desa
sebagaimana dimaksud dapat memanfaatkan sumber daya lokal dan teknologi
tepat guna, meliputi :
a) Air minum Desa;
b) Usaha listrik Desa;
c) Lumbung pangan; dan
d) Sumber daya lokal dan teknologi tepat guna lainnya.
Dalam Permendesa No 4 Tahun 2015 pasal 21 tercantum bahwa BUM Desa
dapat menjalankan usaha perantara (brokering)yang memberikan jasa pelayanan
kepada warga, unit usaha dalam BUMDesa sebagaimana yang dimaksud dapat
menjalankan usaha perantara meliputi:
a) Jasa pembayaran listrik
b) Pasar Desa untuk memasarkan produk yang dihasilkan masyarakat; dan
c) Jasa pelayanan lainnya.
Modal awal BUMDesa bersumber dari APB Desa, yang pada Modal
BUMDesa terdiri atas : Penyertaan modal Desa dan Penyertaan Modal
Masyarakat Desa.
Penyertaan modal Desa dijelaskan pada pasal 18 sebagaimana dimaksud terdiri
atas:
a. Hibah dari pihak swasta, lembaga sosial ekonomi kemasyarakatan dan/atau
lembaga donor yang disalurkan melalui mekanisme APB Desa;
15
b. Bantuan Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota yang disalurkan melalui mekanisme APB Desa;
c. Kerjasama usaha dari pihak swasta, lembaga sosial ekonomi
kemasyarakatan dan/atau lembaga donor yang dipastikan sebagai kekayaan
kolektif Desa dan disalurkan melalui mekanisme APB Desa;
d. Aset Desa yang diserahkan kepada APB Desa sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan tentang Aset Desa.
Sedangkan penyertaan modal masyarakat Desa sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 17 pada Perda Kabupaten Gresik berasal dari tabungan masyarakat
dan atau simpanan masyarakat.
Terdapat prinsip-prinsip dalam mengelola BUMDesa yaitu :
1) Kooperatif, Semua komponen yang terlibat di dalam BUMDes harus
mampu melakukan kerjasama yang baik demi pengembangan dan
kelangsungan hidup usahanya
2) Partisipatif, Semua komponen yang terlibat di dalam BUMDes harus
bersedia secara sukarela atau diminta memberikan dukungan dankontribusi
yang dapat mendorong kemajuan usaha BUMDes
3) Emansipatif, semua komponen yang terlibat di dalam BUMDes harus
diperlakukan sama tanpa memandang golongan, suku, dan agama
4) Transparan, Aktivitas yang berpengaruh terhadap kepentingan masyarakat
umum harus dapat diketahui oleh segenap lapisan masyarakat dengan
mudah dan terbuka
16
5) Akuntabel, Seluruh kegiatan usaha harus dapat dipertanggung jawabkan
secara teknis maupun administratif
6) Suistanabel, Kegiatan usaha harus dapat dikembangkan dan dilestarikan
oleh masyarakat dalam wadah BUMDesa.
Pengelolaan BUMDES sepenuhnya dilaksanakan oleh masyarakat desa,
yaitu dari desa, oleh desa, dan untuk desa. Terkait pengelolaan Bumdes, telah
tercantum dengan jelas dan secara detail dalam permendesa No. 4 Tahun 2015.
Strategi pengelolaan BUM Desa bersifat bertahap dengan mempertimbangkan
perkembangan dari inovasi yang dilakukan oleh BUM Desa, meliputi:
a) sosialisasi dan pembelajaran tentang BUM Desa;
b) pelaksanaan Musyawarah Desa dengan pokok bahasan tentang BUM Desa
c) pendirian BUM Desa yang menjalankan bisnis sosial (social business) dan
bisnis penyewaan (renting)
d) Analisis kelayakan usaha BUM Desa yang berorientasi pada usaha perantara
(brokering), usaha bersama (holding), bisnis sosial ( (social business), bisnis
keuangan (financial business) dan perdagangan (trading), bisnis penyewaan
(renting). mencakup aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen dan
sumberdaya manusia, aspek keuangan, aspek sosial budaya, ekonomi,
politik, lingkungan usaha dan lingkungan hidup, aspek badan hukum, dan
aspek perencanaan usaha;
17
e) pengembangan kerjasama kemitraan strategis dalam bentuk kerjasama BUM
Desa antar Desa atau kerjasama dengan pihak swasta, organisasi sosial-
ekonomi kemasyarakatan, dan/atau lembaga donor;
f) diversifikasi usaha dalam bentuk BUM Desa yang berorientasi pada bisnis
keuangan (financial business) dan usaha bersama (holding)