16
6 BAB II TEORI DAN RUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Ringo (2007), yang menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesempatan kerja pada industri menengah dan besar di Provinsi Sumatra Utara, yang menggunakan alat analisis regresi berganda data planel. Berdasarkan hasil pengujian di peroleh secara silmutan tingkat upah, tingkat bunga dan PDRB berpengaruh signifikan terhadap kesempatan kerja dan secara parsial, tingkat upah, tingkat bunga dan PDRB berpengaruh signifikan terhadap kesempatan kerja dan yang paling dominan berpengaruh adalah tingkat bunga sebesar 0.413 dan tingkat upah sebesar 0.2273 dan PDRB sebesar 0.062 pada industri manufaktur skala menengah dan besar di Provinsi Sumatra Utara. Abbas (2011), yang menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesempatan kerja sektor industri manufaktur di indonesia periode 1995-2007, yang menggunakan alat analisis regresi berganda data time series. Berdasarkan hasil analisis data penelitian secara varian menunjukan nilai F sebesar 22,047. Nilai F tabel di peroleh sebesar 5,95. Dengan demikian nilai F hitung (22,047) tersebut lebih besar dari nilai F tabel (5,95). Maka dapat di simpulkan bahwa, nilai produksi dan nilai investasi berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja. Secara parsial koefisien skala usaha di peroleh sebesar 0,195 t hitung (6,027). Dengan arah koefisien positif terhadap penyerapan tenaga kerja, koefisien

BAB II TEORI DAN RUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan …eprints.umm.ac.id/35482/3/jiptummpp-gdl-nicokusuma-49541-3-babii.pdfAkmal (2010) yang menganalisis analisis faktor-faktor yang mempengaruhi

Embed Size (px)

Citation preview

6

BAB II

TEORI DAN RUMUSAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Ringo (2007), yang menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi

kesempatan kerja pada industri menengah dan besar di Provinsi Sumatra Utara,

yang menggunakan alat analisis regresi berganda data planel. Berdasarkan hasil

pengujian di peroleh secara silmutan tingkat upah, tingkat bunga dan PDRB

berpengaruh signifikan terhadap kesempatan kerja dan secara parsial, tingkat

upah, tingkat bunga dan PDRB berpengaruh signifikan terhadap kesempatan kerja

dan yang paling dominan berpengaruh adalah tingkat bunga sebesar 0.413 dan

tingkat upah sebesar 0.2273 dan PDRB sebesar 0.062 pada industri manufaktur

skala menengah dan besar di Provinsi Sumatra Utara.

Abbas (2011), yang menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi

kesempatan kerja sektor industri manufaktur di indonesia periode 1995-2007,

yang menggunakan alat analisis regresi berganda data time series. Berdasarkan

hasil analisis data penelitian secara varian menunjukan nilai F sebesar 22,047.

Nilai F tabel di peroleh sebesar 5,95. Dengan demikian nilai F hitung (22,047)

tersebut lebih besar dari nilai F tabel (5,95). Maka dapat di simpulkan bahwa, nilai

produksi dan nilai investasi berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja.

Secara parsial koefisien skala usaha di peroleh sebesar 0,195 t hitung (6,027).

Dengan arah koefisien positif terhadap penyerapan tenaga kerja, koefisien

7

investasi menunjukan angka sebesar 0,146 sehingga berpengaruh terhadap

penyerapan tenaga kerja, koefisien nilai produksi sebesar 0,129 dengan nilai t

4,125 sehingga nilai produksi memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap

penyerapan tenaga kerja.

Akmal (2010) yang menganalisis analisis faktor-faktor yang mempengaruhi

penyerapan tenaga kerja di indonesia, yang menggunakan alat analisis kuantitatif

dengan regresi data planel. Berdasarkan hasil analisis variabel PDRB berpengaruh

signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di indonesia dan berhubungan positif.

Nilai koefisien regresi dari variabel PDRB sebesar 0,11, variabel upah minimum

provinsi berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di indonesia

dan berhubungan positif, nilai koefisien regresi variabel upah minimum provinsi

sebesar 0,04, variabel investasi berpengaruh singnifikan terhadap penyerapan

tenaga kerja di indonesia dan berhubungan positif. Nilai koefisien regresi variabel

investasi sebesar 0,01.

Zilfiyah (2013) yang menganalisis analisis kontribusi sektor industri

terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri di indonesia. yang menggunakan

alat analisis regresi berganda data time series. Tujuan penelitian yaitu untuk

mengkaji lebih lanjut mengenai kontribusi sektor industri terhadap penyerapan

tenaga kerja sektor industri di indonesia, hasil penelitian menunjukan bahwa

PDRB sektor industri tidak signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja, variabel

upah minimum berpengaruh signifikan dan bertanda negatif terhadap penyerapan

tenaga kerja di sektor industri, pengangguran tidak signifikan terhadap

8

penyerapan tenaga kerja, jumlah penduduk berpengaruh signifikan terhadap

penyerapan tenaga kerja di sektor indistri.

Relevansi penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu penelitian

pengembangan dengan penambahan variabel baru yaitu variabel jumlah industri.

Selain itu penelitian ini menggunakan tahun terbaru yaitu tahun 2011-2014.

B. Teori dan Kajian Pustaka

1. Kesempatan Kerja

Masa depan pertumbuhan indusrti di indonesia harus beralih dari pola yang

mengandalkan tenaga kerja murah untuk menghasilkan produk-produk bernilai

tambah rendah. Hal tersebut akan membutuhkan peningkatan yang signifikan

terhadap angkatan kerja dan tidak berarti bahwa inovasi semata mata hanya hanya

di lakukan pada frontier of knowledge saja, tetapi lebih pada partisipasi jaringan

internasional di bidang riset dan pengembangan yang dimungkinkan melalui

globalisasi. Impor teknologi asing masih penting, tetapi sebaiknya tidak hanya

sebagai penerima pasif dari ahli tegnologi (techology transfers).

Menurut Said (1986) gambaran mengenai kesempatan kerja adalah dengan

menggunakan data sensus penduduk, jumlah penduduk yang bekerja biasanya di

pandang mencerminkan jumlah kesempatan kerja yang ada. Dalam pengertian ini

kesempatan kerja bukanlah lapangan kerja yang masih terbuka. Walaupun

komponen terahir ini akan menambah kesempatan kerja yang ada dalam waktu

yang akan datang. Memang mungkin pada suatu waktu lapangan pekerjaan yang

masih terbuka cukup banyak, sementara jumlah pencari kerja (penganggur)

9

banyakpula”. Dari penjelasan tersebut dapat di simpulkan bahwa kesempatan

kerja di tujukan oleh jimlah orang-orang yang bekerja atau dengan kata lain dapat

dikatakan bahwa kesempatan kerja adalah jumlah penduduk yang bekerja dalam

asumsi bahwa situasi perekonomian yang mengalami surplus tenaga kerja, maka

kesempatan kerja akan tercermin dalam jumlah prang yang terserap dalam proses

kegiatan ekonomi.

Menurut Djuhari (1998:66) kesempatan kerja mengandung pengertian

lapangan pekerjaan dan lowongan kerja yang tercipta untuk di isi melalui suatu

kegiatan ekonomi (produksi). Dengan demikian kesempatan kerja adalah

mencakup lapangan pekerjaan yang sudah di isi dan semua lowongan pekerjaan

yang belum diisi dan hal ini lazim di sebut kebutuhan tenaga kerja. Biasanya sulit

untuk mencari data tentang kesempatan kerja, maka untuk keperluan praktis

umumnya jumlah kesempatan kerja di dekati dengan banyaknya lapangan

pekerjaan yang terisi yang tercermin dari jumlah penduduk yang bekerja

(employed).

Kebijakan perluasan kerja erat hubunganya dengan kebijakan

kependudukan. Secara umum penyediaan (penawaran) tenaga kerja suatu negara

atau daerah dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti jumlah penduduk,tenaga

kerja, pendidikan, perkembangan ekonomi dan lain sebagainya. Pernyataan itu

menunjukan bahwa tidak semua tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja siap

untuk bekerja, karena sebagaian masih dalam usia sekolah, mengurus

rumahtangga dan golongan lain yang menerima pendapatan.

10

Keadaan ini menunjukan bahwa semakin besar jumlah orang yang

bersekolah atau mengurusi rumah tangga, semakin kecil penyediaan tenaga kerja.

Selain dengan pertumbuhan penduduk, tenaga kerja dan angkatan kerja juga

meningkat. Hal ini berarti pengurangan pengangguran dapat dilakukan dengan

menurunkan jumlah angkatan kerja. Sementara itu penurunan angkatan kerja

dapat di lakukan dengan jalan pengurangan laju pertumbuhan penduduk

(Sumarsono, 2009).

Semakin sempitnya daya serap sektor modern terhadap perluasan

kesempatan kerja telah menyebabkan sektor tradisional merupakan tempat

penampungan angkatan kerja lapangan kerja terbesar yang dimiliki indonesia

berada pada sistim informal, hal ini di sebabkan karena sektor informal mudah

dimasuki oleh para pekerja karena tidak banyak memerlukan modal, kepandaian

ke keterampilan. Besar kecilnya elastisitas permintaan terhadap tenaga kerja

dipengaruhi oleh faktor faktor yang memungkinkan substitusi tenaga kerja dengan

faktor produksi lainya, elastisitas permintaan terhadap barang yang dihasilkan dan

elastisitas persediaan dari faktor produksi pelengkap lainya. Semakin kecil

kemungkinan mensubstitusikan modal terhadap tenaga kerja, semakin kecil

elastisitas permintaan akan tenaga kerja. Semakin besar elastisitas permintaan

terhadap barang hasil produksi, semakin besar elastisitas permintaan akan tenaga

kerja dan semakin besar elastisitas penyediaan faktor pelengkap dalam produksi

semakin besar elastisitas permintaan tenaga kerja (Sumarsono, 2009).

11

2. Industri

Industri manufaktur adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan

kegiatan mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia, atau dengan tangan

sehingga menjadi barang jadi atau setengah jadi dan atau barang yang kurang

nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, dan sifatnya lebih dekat

kepada pemakai akhir. Termasuk dalam kegiatan ini adalah jasa industri dan

pekerjaan perakitan.

Jasa industri adalah kegiatan industri yang melayani keperluan pihak lain.

Pada kegiatan ini bahan baku di sediakan oleh pihak lain sedangkan pihak

pengelolah hanya melakukan pengolahanya dengan mendapat imbalan sejumlah

uang atau barang sebagai balas jasa (upah makloon), misalnya perusahaan

penggilingan padi yang melakukan kegiatan menggiling padi/gabah petani dengan

balas jasa tertentu.

Perusahaan atau usaha industri adalah suatu unit (kesatuan) usaha yang

melakukan kegiatan ekonomi, bertujuan menghasilkan barang atau jasa, terletak

pada suatu bangunan atau lokasi tertentu, dan mempunyai catatan administrasi

tersendiri mengenai produksi dan struktur biaya serta ada seorang atau lebih yang

bertanggung jawab atas usaha tersebut. Perusahaan industri pengolahan di bagi

dalam empat golongan yaitu sebagai berikut :

12

Badan pusat statistik 2012

Penggolongan perusahaan industri pengolahan ini semata-mata hanya

didasarkan kepada banyaknya tenaga kerja yang bekerja, tanpa memperhatikan

apakah perusahaan itu menggunakan mesin tenaga atau tidak, serta tanpa

memperhatikan besarnya modal perusahaan itu (Badan Pusat Statistik, 2012).

Salah satu ciri menonjol perkembangan industri indonesia adalah semakin

terbuka dan semakin berorientasi expornya sektor industri manufaktur, terutama

setelah pertengahan desawarsa 1980-an. Kedua, proses expansi expor manufaktur

dan transformasi industri yang terus berlangsung merupakan “labolatorium” yang

sangat baik untuk mempelajari poladan perubahan struktur industri, kluser dan

kota. Munculnya pola dan pertumbuhan expor telah banyak menarik perhatian

dalam perdebatan kebijakan di indonesia (Athukorola, 1998: bab 5; Hill, 1997;

bab 12-14 dalam Kuncoro, 2000).

Industrialisasi telah menjadi kekuatan utama (driving force) dibalik

urbanisasi yang cepat di kawasan asia sejak dasawarsa 1980-an. Keculi dalam

kasus industri berbasis sumberdaya (resource-based industries), industri

manufatur cenderung berlokasi si salam dan di sekitar kota. Industri cenderung

Golongan industri Banyaknya tenaga kerja

Besar 100 atau lebih

Sedang 20 - 99

Kecil 5 - 19

Rumah tangga 1 - 4

13

beragomerasi di daerah - daerah dimana potensi dan kemampuan daerahnya

memenuhi kebutuhnan mereka. Selanjutnya mereka mendapatkan pula manfaat

karena lokasi perusahaan yang saling berdekatan. Oleh karena itu, dapat di

mengerti apabila aglomerasi (aglomeration), baik aktivitas ekonomi maupun

penduduk di perkotaan, menjadi isu sentral dalam literatur geografi ekonomi,

stategi bisnis dan peningkatan daya saing nasional, serta studi-studi regional.

Pambangunan industri dan aktivitas bisnis indonesia selama lebih dari tiga

dasawarsa terakhir cenderung bias kepulau jawa dan sumatra. Industri manufaktur

Indonesia cenderung terkonsentrasi secara spasial di kedua pulau sejak tahun

1970-an. Pengelompokan industri dan orientasi expor secara spasial telah terjadi

dalam tingkat yang fantastis di pulau jawa dan sumatra di bandingkan di pulau

lain di indonesia.

Semakin bertambahnya jumlah industri akan membawa dampak sangat luas

terhadap penyerapan tenaga kerja, peningkatan SDM yang terbatas tentunya akan

menghambat pengembangan itu sendiri, merupakan tugas dan tanggung jawab

masyarakat secara bersama sama dengan pemerintah untuk menciptakan lapangan

pekerjaan serta berpartisipasi menunjang program pemerintah pada peningkatan

taraf hidup yang lebih adil dan merata, lalu pemerintah memberikan bantuan dan

penyuluhan (Rahma,2009).

14

3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kinerja yang

menggambarka hasil dari pembangunan yang telah di capai. Indikator ini penting

bagi daerah karena dapat di gunakan sebagai bahan evaluasi bagi pemerintah

daerah atas keberhasilan pembangunan yang telah di capai sekaligus dasar

perencanaan dan pengambilan kebijakan dimasa yang akan datang. (Arsyat,

2000). Pertumbuhan ekonomi daerah diartikan sebagai kenaikan Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) tanpa memandang kenaikan itu lebih besar

atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk atau apakah pertumbuhan

struktur ekonomi terjadi atau tidak. Hal ini berarti bahwa pertumbuhan ekonomi

daerah secara langsung ataupun tidak langsung akan menciptakan lapangan kerja

(Darmayanti, 2011).

Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu

daerah dala suatu periode tertentu adalah data Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB), baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan, PDRB

pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang di hasilkan oleh seluruh unit

usaha dalam seluruh dearah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa

akhir (neto) yang di hasilkan oleh seluruh unit ekonomi.

Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku menggambarkan

nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku

pada setiap tahun, sedangkan Produk Domestik Regionsl Bruto atas dasar harga

konstan menunjukan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang di hitung

15

menggunakan harga yang beraku pada satu tahun tertentu sebagai dasar. Dalam

publikasi ini tahun dasar yang di gunakan adalah tahun 2010. Produk Domestik

Regional Bruto atas dasar harga berlaku dapat di gunakan untuk melihat

pergeseran dan struktur ekonomi, sedangkan harga konstan di gunakan untuk

mengentahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun.

Untuk menghitung angka – angka Produk Domestik Regional Bruto ada tiga

pendekatan yang dapat digunakan dan di jelaskan berikut ini :

1. Pendekatan produksi, Produk Domestik Regional Bruto adalah jumlah

nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit

produksi di wilayah suatu daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanya

satu tahun).

2. Pendekatan pendapatan, Produk Domestik Regional Bruto merupakan

jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor – faktor produksi yang ikut serta

dalam proses produksi di suatu daerah dalam jangka waktu tertentu

(biasanya satu tahun).

3. Pendekatan pengeluaran, Produk Domestik Regional Bruto adalah semua

komponen permintaan akhir yang terdiri dari: (1) pengeluaran konsumsi

rumah tangga dan dan lembaga swasta nirlaba, (2) konsumsi pemerintah,(3)

pembentukan modal tetap domestik bruto, (4) perubahan investor dan (5)

ekspor neto (ekspor neto merupakan ekspor dikurangi impor.

16

Data Produk Domestik Regional Bruto adalah salah satu indikator ekonomi

makro yang dapat menunjukan kondisi perekonomian daerah setiap tahun.

Manfaat yang dapat yang dapat diperoleh dari data ini antara lain :

a. Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku (Nominal)

menunjukan kemampuan sumberdaya ekonomi yang di hasilkan oleh suatu

daerah. Nilai Produk Domestik Regional Bruto yang besar menunjukan

kemampuan sumber daya ekonomi yang besar, begitu juga sebaliknya.

b. Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan (riil) dapat

digunakan untuk menunjukan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruan

atau setiap sektor dari tahun ke tahun.

c. Distribusi Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku

menurut lapangan usaha menunjukan struktur perekonomian atau peranan

setiap lapangan usaha dalam suatu daerah. Lapangan usaha yang

mempunyai peran besar menunjukan basisi perekonomian suatu daerah.

d. Produk Domestik Regional Bruto per kapita adas dasar harga berlaku

menunjukan nilai Produk Domestik Regional Bruto per kepala atau per satu

orang penduduk.

e. Produk Domestik Regional Bruto per kapita atas dasar harga konstan

berguna untuk mengetahui pertumbuhan nyata ekonomi perkapita penduduk

suatu daerah.

Informasi hasil pembangunan yang didapatkan dapat dimanfaatkan dalam

penentuan kebijakan pembangunan suatu wilayah. Produk Domestik Regional

Bruto merupakan ukuran keberhasilan pembangunan suatu wilayah, khususnya di

17

bidang ekonomi salah satu alat yang dapat digunakan sebagai indikator

pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Pendapatan regional didefinisikan

sebagai tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah, dimana tingkat

pendapatan regional dapat di ukur dari total pendapatan wilayah ataupun

pendapatan rata-rata masyarakat pada daerah tersebut (Tarigan, 2007).

Produk domestik regional bruto adalah nilai tambah bruto (Groos value

added) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah dalam

kurun waktu tertentu biasanya satu tahun ataupun dalam tiga bulan atau

semesteran. Sedangkan, nilai tambah adalah nilai produksi (output) dikurangi

dengan biaya antar (intermediatecost). Nilai tambah bruto mencakum komponen-

komponen faktor pendapatan (upah dan gaji,bunga,sewa dan keuntungan),

penyusunan dan pajak tidak langsung neto. Jadi dengan menghitung nilai tambah

bruto dari masing-masing sektor dan menjumlahkan nilai tambah bruto dari

seluruh sektor tadi, akan menghasilkan Produk Domestik Regional Bruto atas

dasar harga pasar (BPS, 2014).

4. Upah Minimum Provinsi.

Kenaikan upah yang tidak dibarengi dengan kenaikan kapasitas produksi

akan menyebabkan pihak perusahaan akan mengurangi jumlah karyawannya, hal

tersebut akan menurunkan tingkat kesempatan kerja. Tiap tahun pengusaha selalu

berhadapan dengan masalah pemberian upah minim yang layak di terima oleh

buruh. Untuk menetapkan upah minimum, pemerintah daerah membentuk Dewan

Pengupahan Daerah (DPD) yang terdiri dari perwakilan buruh, pengusaha,

18

akademisi dan pemerintah. Untuk menentukan upah minimum, kementrian

tenaga kerja dan transmigrasi mengeluarkan surat keputusan mentri mengenai

ukuran Kebutuhan Hidup Layak (KHL). Nilai KHL di tentukan oleh survey yang

di lakukan oleh DPD. Berdasarkan nilai KHL tersebut gubernur menetapkan

upah minimum provinsi yang yang besarnya bisa lebih besar atau sama dengan

KHL (Sumarsono, 2009)

Analisis yang di lakukan dalam penelitian ini menunjukan bahwa penerapan

upah minimum hanya berdampak pada perusahaan skala kecil dn yang bersifat

padat karya. Hal ini karena perusahaan-perusahaan tersebut umumnya

mengandalkan upah buru murah dalam proses produksinya. Pada perusahaan-

perusahaan kecil yang tidak mampu membayar upah minimum akan mengambil

keputusan untuk hanya merekrut pekerja dengan status pekerja kontrak atau

sebagai pekerja borongan, atau mengubah status pekerja harian menjadi status

pekerja borongan. Hal ini secara tidak langsung akan memperburuk kondisi

buruh karena mereka tidak akan menerima jaminan sosial, seperti asuransi

kesehatan atau tunjangan sebagaimana buruh tetap.

Tujuan penerapan upah minimum pada hakekatnya adalah melindungi

buruh dari exploitasi pengusaha karena di bayar sangat rendah, sehingga tidak

mampu membiayai kehidupanya. Menurut (Maning, 2002), di negara-negara

maju, penerapan upah minimum tidak di maksudkan untuk menaikan upah rata-

rata semua pekerja di semua sektor. Tujuan penerapan upah minimum adalah

untuk meningkatkan upah buruh yang paling tereksploitasi di industri-industri

tertentu, atau untuk di jadikan sebagai “dasar” tingkat upah. Di banyak negara-

19

negara asia timur, upah minimum bukanlah faktor pengerak kenaikan enghasilan

pekerja, meskipun singapur, misalnya, memiliki pedoman penerapan upah yang

harus ditaati oleh perusahaan perusahaan swasta. Negara-negara asia timur yang

telah berhasil meningkatkan perekonomianya, memperbaiki kesejahtraan pekerja

dan menanggulangi kemiskinan dengan cara menciptakan lapangan pekerjaan

baru yang lebih baik, seperti yang di sebut di atas, dan juga melakukan investasi

di bidang pendidikan dan kesehatan.

Menurut peraturan pemerintah republik indonesia nomor 78 tahun 2015.

Upah adalah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam

bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada

pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja.,

kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi

pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan jasa yang telah atau

akan dilakukan., upah sebagaiman dimaksud dalam pasal 4 ayat (2) terdiri atas

komponen upah tanpa tunjangan, upah pokok dan tunjangan tetap atau upah

pokok, tunjangan tetap, dan tunjangan tidak tetap.

Sistem pengupahan menurut teori Karl Marx di dasarkan pada teori nilai dan

jasa buruh atau dari jumlah waktu kerja yang digunakan untuk produksi suatu

barang. Sedangkan dari pendapatlainya dari teori Karl Marx adalah pertentangan

kelas yang artinya bahwa kapitalis selalu berusaha menciptakan barang barang

modal untuk mengurangi pengangguran/ buruh, akibatnya adalah pengangguran

besar-besaran sehingga menurunkan upah. Untuk itu tiada cara lain bagi buruh

kecuali untuk menjad milik bersama.

20

Teori Neo Klasik mengemukakan bahwa dalam rangka memak-simumkan

keuntungan tiap-tiap pengusaha menggunakan faktor-faktor produksi

sedemikian rupa, sehingga faktor produksi yang di pergunakan menerima atau di

beri imbalan sebesar nilai pertambahan hasil marginal dari faktor produksi

tersebut. Pengusaha memperkerjakan sejumlah karyawan sedemikian rupa

sehingga nilai pertambahan hasil marginal seseorang sama dengan upah yang di

terima orang tersebut. Tingkat upah yang di bayrakan oleh pengusaha adalah :

W= WMPPL = MPPL x P

Keterangan :

W = tingkat upah ( labour cost) yang dibayarkan perusahaan kepada

karyawan.

P = harga jual barang (hasil produksi) dalam rupiah per unit barang

WMPPL= marinal physical product of labour atau pertambahan hasil marginal

pekerja, diukur dalam unit barang per unit waktu.

MPPL = volume of marginal physical of labour atau nilai pertambahan hasil

marginal pekerja atau karyawan

21

C. Kerangka Pikir

D. Hipotesis

Dari pembahasan di atas dapat diambil sebuah hipotesa untuk memberikan

sebuah dugaan sementara.

H0 = Diduga jumlah industri, PDRB dan upah tidak berpegaruh signifikan

terhadap kesempatan kerja.

H1 = Diduga jumlah industri, PDRB dan upah berpegaruh signifikan

terhadap kesempatan kerja

Kesempatan Kerja

(Y)

Upah (UMP)

(X3)

PDRB

(X2)

Jumlah Industri

(X1)