28
18 Bab II Teori Monisme-Dualisme dan Teori Internasionalisme Bab ini akan menjelaskan secara deskriptif mengenai teori monisme-dualisme beserta kritik terhadap teori tersebut. Teori kedua yang akan dibahas adalah suatu general theory yang penulis namakan dengan istilah teori internasionalisme yang secara spesifik menggunakan teori transnational legal process teori international constitution. A. Teori Monisme-Dualisme Dalam rangka menentukan atau menjustifikasi dasar keterikatan negara terhadap hukum internasional, terdapat 2 teori klasik yang umum digunakan yaitu teori monisme dan teori dualisme. Kedua teori tersebut menjelaskan bagaimana hukum internasional dapat mempengaruhi hukum nasional di suatu negara. 1. Monisme 1.1. What is monism theory ? Pada dasarnya, teori monisme berangkat dari mahzab hukum alam (natural law). 1 Hans Kelsen mengatakan, The ultimate source of the validity of all law derived from a basic rule (‘Grundnorm’) of 1 Basak Cali, The Authority of International Law: Obedience, Respect, and Rebuttal, Oxford: Oxford University Press, 2015, hlm. 137.

Bab II Teori Monisme-Dualisme dan Teori Internasionalisme€¦ · spesifik menggunakan teori transnational legal process teori international constitution. A.Teori . Monisme-Dualisme

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Bab II Teori Monisme-Dualisme dan Teori Internasionalisme€¦ · spesifik menggunakan teori transnational legal process teori international constitution. A.Teori . Monisme-Dualisme

18

Bab II

Teori Monisme-Dualisme dan

Teori Internasionalisme

Bab ini akan menjelaskan secara deskriptif

mengenai teori monisme-dualisme beserta kritik

terhadap teori tersebut. Teori kedua yang akan dibahas

adalah suatu general theory yang penulis namakan

dengan istilah teori internasionalisme yang secara

spesifik menggunakan teori transnational legal process

teori international constitution.

A. Teori Monisme-Dualisme

Dalam rangka menentukan atau menjustifikasi

dasar keterikatan negara terhadap hukum

internasional, terdapat 2 teori klasik yang umum

digunakan yaitu teori monisme dan teori dualisme.

Kedua teori tersebut menjelaskan bagaimana hukum

internasional dapat mempengaruhi hukum nasional

di suatu negara.

1. Monisme

1.1. What is monism theory ?

Pada dasarnya, teori monisme

berangkat dari mahzab hukum alam (natural

law). 1 Hans Kelsen mengatakan, “The

ultimate source of the validity of all law

derived from a basic rule (‘Grundnorm’) of

1 Basak Cali, The Authority of International Law: Obedience,

Respect, and Rebuttal, Oxford: Oxford University Press, 2015, hlm.

137.

Page 2: Bab II Teori Monisme-Dualisme dan Teori Internasionalisme€¦ · spesifik menggunakan teori transnational legal process teori international constitution. A.Teori . Monisme-Dualisme

19

international law.” 2 Ia berprinsip bahwa

hukum internasional adalah konsekwensi

langsung dari basic norm seluruh hukum3,

sehingga mengikat setiap individu di seluruh

negara secara kolektif 4 sebagaimana

dikatakan Judge Lauterpacht dalam the

Norwegian Case yang mengatakan bahwa

setiap individu adalah “the ultimate unit of all

law”5.

Teori monisme berbicara mengenai

hukum internasional dapat masuk secara

otomatis ke dalam hukum nasional tanpa

memerlukan transposisi lebih lanjut. 6 Hal

tersebut dikarenakan teori ini melihat

hubungan antara hukum internasional dan

hukum nasional yang dipandang sebagai dua

komponen dari satu kesatuan ‘tubuh’

pengetahuan yang dinamakan hukum. 7

Makna kesatuan tubuh pengetahuan

tersebut melahirkan 2 varian dari teori

2 Peter Malanczuk, Modern Introduction To International Law,

New York: Routledge, 1997, hlm. 63. 3 Martin Dixon, Op.Cit., hlm. 69. 4 Sugeng Istanto, Hukum Internasional, Yogyakarta: Universitas

Atma Jaya Yogyakarta, 2010, hlm. 7. 5 A.F.M. Maniruzzaman, “State Contracts in Contemporary

International Law: Monist versus Dualist Controversies” EJIL Vol.

12 No. 2, (2001), hlm 312. Diunduh dari

http://www.ejil.org/pdfs/12/2/1519.pdf pada tanggal 24 Oktober

2015 pukul 13.03 WIB. 6 Margot Horspool dan Matthew Humphreys, European Union

Law, New York: Oxford University Press, 2006, hlm. 175. Baca juga

Simon Butt, “The Position of International Law Within The Indonesian Legal System” Emory International Law Review 28 (1),

2014, hlm. 4. 7 Martin Dixon, Loc.Cit.

Page 3: Bab II Teori Monisme-Dualisme dan Teori Internasionalisme€¦ · spesifik menggunakan teori transnational legal process teori international constitution. A.Teori . Monisme-Dualisme

20

monisme ini, yakni supremasi hukum

internasional di atas hukum nasional dan

supremasi hukum nasional di atas hukum

internasional.8

Varian pertama dari teori monisme

yakni supremasi hukum internasional di

atas hukum nasional berkembang dari

fenomena hukum internasional sebagai

konsekwensi langsung dari basic norms

dapat dilihat di era paska Perang Dunia I

dan Perang Dunia II 9 dimana penetrasi

hukum internasional dalam hukum nasional

timbul mencolok dengan gerakan

internasionalisasi besar-besaran di bidang

hak asasi manusia yang kemudian

melahirkan kewajiban internasional bagi

setiap negara seperti dokumen Universal

Declaration of Human Rights yang

dikeluarkan oleh Perserikatan Bangsa-

Bangsa pada tahun 1948.

Varian kedua teori monisme yang

meletakkan primat pada hukum nasional

lahir sebagai reaksi dari varian pertama

dimana varian ini mendemonstrasikan

8 Stevan Voigt, “The Interplay Between National and

International Law – Its Economic Effects Drawing on Four New

Indicators” hlm. 4. Diunduh dari http://wp.peio.me/wp-

content/uploads/2014/04/Conf4_Voigt-12.04.2010.pdf pada tanggal 15 Februari 2016 pukul 10.00 WIB.

9 Vladlen S. Vereshchetin, “New Constitution and the Old

Problem of the Relationship between International Law and National Law” European Journal of International Law Vol. 7 Issue 1,

1996, hlm. 30.

Page 4: Bab II Teori Monisme-Dualisme dan Teori Internasionalisme€¦ · spesifik menggunakan teori transnational legal process teori international constitution. A.Teori . Monisme-Dualisme

21

bahwa hukum internasional merupakan

desain hubungan antar bangsa sehingga

hukum internasional berasal dari hak

internal masing-masing negara. 10 Berbeda

dengan dualisme yang mengutamakan

proses transformasi, variasi kedua teori

monisme ini lebih menghendaki adanya

treaty untuk dapat berlaku langsung di

wilayah domestik.

Negara monisme seperti Perancis,

Belanda, dan Itali meletakkan pengaturan

ke-monisme-an negaranya di dalam

konstitusi masing-masing negara dimana

keutamaan diberikan pada hukum

internasional. 11 Hal tersebut juga nampak

dalam the European Union yang

menghendaki adanya peralihan legislative

power dari negara-negara Eropa ke institusi

tersebut.12 Teori monisme ini terlihat ketika

negara-negara Eropa secara sadar ingin

tunduk kepada hukum internasional yang

diatur dalam the European Union untuk

10 Emilian Ciongaru, “The Monistic and The Dualistic Theory in

European Law”, hlm. 4. Diunduh dari

http://www.ugb.ro/Juridica/Issue1EN/10_Teoria_monista_si_dual

ista_in_dreptul_europeanCiongaruEN.pdf pada tanggal 24 Oktober

2015 pukul 11.27 WIB. 11 Wisnu Aryo Dewanto, “Memahami Arti Undang-Undang

Pengesahan Perjanjian Internasional di Indonesia” Jurnal Opinio Juris Direktorat Jenderal Hukum dan Perjanjian Internasional Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia Volume 04, 2012, hlm.

21. 12 Emilian Ciongaru, Op.Cit., hlm. 310.

Page 5: Bab II Teori Monisme-Dualisme dan Teori Internasionalisme€¦ · spesifik menggunakan teori transnational legal process teori international constitution. A.Teori . Monisme-Dualisme

22

kemudian menerapkannya dalam yuridsiksi

masing-masing negara tersebut.

1.2. Kritik Terhadap Teori Monisme

Meski perangkat validasi teori monisme

didasarkan pada basic norm 13 , namun

hukum internasional tidak lantas menjadi

per se menciptakan atau memvalidasi

hukum nasional 14 . Melihat kepada sisi

sejarah, hukum nasional jauh lebih dulu

muncul sebelum hukum internasional

dibentuk. 15 Premis monisme adalah premis

yang a-historis, dimana secara hierarkis

hukum internasional lebih tinggi dari hukum

nasional sehingga hukum internasional

seharusnya lebih dahulu (padahal tidak

demikian). 16 Mengingat hukum nasional

lebih dulu terbentuk, maka tidak seharusnya

hukum internasional dipandang sebagai

hukum yang superior atas hukum nasional.

Kritik berikutnya terkait dengan asas

pacta sunt servanda yaitu suatu kontrak

hanya dapat mengikat para pihak yang

menyepakatinya. 17 Teori monisme

13 J.G. Starke, Pengantar Hukum Internasional: Edisi

Kesepuluh, Jakarta: Sinar Grafika, 2010, hlm. 99. 14 Edwin Borchard, “Relation Between International Law and

Municipal Law” Faculty Scholarly Series Paper 3498 (Yale Law School, 1940), hlm. 140.

15 Ibid., hlm 142. 16 Titon Slamet Kurnia, Perlindungan Hukum Terhadap Merek

Terkenal di Indonesia Pasca Perjanjian TRIPs, Bandung: Alumni,

2011, hlm. 28. 17 Yusuf Caliskan, “The Development of International

Investment Law: Lesson from the OECD MAI Negotiations and

Page 6: Bab II Teori Monisme-Dualisme dan Teori Internasionalisme€¦ · spesifik menggunakan teori transnational legal process teori international constitution. A.Teori . Monisme-Dualisme

23

meletakkan norma dasar (basic norms) atau

dalil fundamental untuk keberlakuannya

bagi setiap individu. Terdapat 2 masalah

terkait hal ini, yakni pertama, norma dasar

bersifat abstrak atau tidak memiliki bentuk

konkret sehingga akan sulit bagi setiap

individu untuk mematuhinya. Kedua, teori

monisme dianggap tidak sejalan dengan asas

pacta sunt servanda karena sifatnya yang

universal akan mematahkan keberlakuan

asas ini.

Kritik lain terhadap teori monisme

mempertanyakan kemungkinan-

kemungkinan terdapatnya pertentangan

antara hukum internasional dan hukum

nasional, atau konflik antara moral norms

dan legal norms. 18 Masalah muncul ketika

masing-masing dari hukum internasional

dan hukum nasional memiliki substansi

yang saling bertolakbelakang dalam

penyelesaian suatu sengketa sehingga

menimbulkan situasi tumpang tindih dalam

penerapan kedua jenis hukum tersebut.

Dalam situasi demikian, norma hukum

internasional dan hukum nasional yang

berkonflik tidak akan bisa berkoherensi

Their Application to a Possible Multilateral Agreement on

Investment”, Florida: Dissertation.com, 2008, hlm. 24. 18 Alexander Somek, “Kelsen Lives” The European Journal of

International Law Vol. 18 No. 3, 2007, hlm. 424-425.

Page 7: Bab II Teori Monisme-Dualisme dan Teori Internasionalisme€¦ · spesifik menggunakan teori transnational legal process teori international constitution. A.Teori . Monisme-Dualisme

24

dalam satu sistem seperti yang teori

monisme inginkan.19

Tidak hanya pertentangan antara aras

hukum internasional dan hukum nasional,

namun pertentangan yang timbul dari

sesame aras hukum internasional itu sendiri.

Sebagai contoh, kasus Ahmed Ali Yusuf and

Al Barakaat International Foundation v.

Council and Commission dan kasus Yassin

Abdullah Kadi v. Council and Commission.20

Kasus tersebut membawa pertanyaan inti

apakah European Council memiliki

kekuasaan sah atau kompetensi untuk

membuat sebuah regulasi yang mengijinkan

pembekuan keuangan seseorang atau

organisasi yang diduga telah membiayai

aktivitasi organisasi teroris seperti Al

Qaeda. 21 Pertentangan norma dalam kasus

ini terjadi di level hukum internasional,

yakni antara hukum hak asasi manusia yang

berlaku universal dan hukum internasional

melalui lembaga European Council bagi

negara-negara Eropa.

2. Dualisme

2.1. What is dualism theory?

Teori dualisme sering diidentikkan

dengan mahzab positivisme karena sama-

19 Torben Spaak, “Kelsen on Monism and Dualism”, hlm. 7.

Diunduh dari http://ssrn.com/abstract=2231530 pada tanggal 24

Oktober 2015 pukul 12.54 WIB. 20 Torben Spaak, Op.Cit.., hlm. 3. 21 Ibid.

Page 8: Bab II Teori Monisme-Dualisme dan Teori Internasionalisme€¦ · spesifik menggunakan teori transnational legal process teori international constitution. A.Teori . Monisme-Dualisme

25

sama mengutamakan hukum nasional

dengan bentuk peraturan perundang-

undangan. 22 Hal ini menyebabkan seorang

pengacara internasional juga dianggap

sebagai seorang dualist sekaligus positivist.

Berbeda dengan teori monisme yang

meletakkan primatnya pada hukum

internasional, teori dualisme justru

mengutamakan hukum nasional berdasarkan

kedaulatan negara masing-masing sehingga

hukum internasional tidak dapat memaksa

suatu negara untuk patuh terhadap hukum

internasional. 23 Menurut teori ini, hukum

internasional dan hukum nasional masing-

masing merupakan dua sistem yang berbeda

secara intrinsik.24

Teori dualisme tidak menginginkan

adanya pencampuran wilayah antara hukum

internasional dan hukum nasional. 25

Menurut teori ini, akan sangat sulit

dibayangkan apabila dua sistem hukum

22 Giorgio Gaja, “Positivism and Dualism in Dionisio Anzilotti”

European Journal International Law, 1992, hlm. 123. 23 Anthony D’Amato, “The Coerciveness of International Law”

Faculty Working Papers Paper 91, Northwestern Universitiy School

Of Law, 2010, hlm. 3. Diunduh dari

http://scholarlycommons.law.northwestern.edu/cgi/viewcontent.c

gi?article=1090&context=facultyworkingpapers pada tanggal 21 Oktober 2015 pukul 15.51 WIB.

24 Sugeng Istanto, Op.Cit., hlm. 8. 25 Werner Levi, Contemporary International Law: A Concise

Introduction, Colorado: Westview Press, 1991, hlm. 23. Lihat juga 8

karakter murni teori dualisme, Damos Damoli Agusman, 2014, Op.Cit., hlm. 59.

Page 9: Bab II Teori Monisme-Dualisme dan Teori Internasionalisme€¦ · spesifik menggunakan teori transnational legal process teori international constitution. A.Teori . Monisme-Dualisme

26

tersebut dilaksanakan secara bersamaan oleh

individu. 26 Asumsi logisnya, kedaulatan

negara menjadi basis kuat untuk

menempatkan individu secara khusus di

bawah hukum nasional sehingga apabila

hukum internasional dan hukum nasional

melebur, maka akan timbul pergulatan

antara kedaulatan negara dengan tatanan

hukum internasional27.

Pemisahan tegas antara hukum

internasional dan hukum nasional yang

dikehendaki teori dualisme kemudian diikuti

dengan penggunaan teori transformasi.

Dalam negara yang menganut teori dualisme,

pengadilan tidak dapat menerapkan

perjanjian internasional secara langsung

kecuali perjanjian internasional tersebut telah

ditransformasi ke dalam legislasi nasional.28

Dengan kata lain, suatu hukum internasional

hanya bisa berlaku dalam suatu negara

apabila terdapat prosedur konstitusional

(proses transformasi) yang menariknya ke

dalam sistem hukum nasional.

26 Borchad Edwin, Op.Cit., hlm. 140. 27 Martin Dixon dan Robert McCorquodale, Cases and Materials

on International Law, London: Blackstone Press Limited, 2000,

hlm. 101. 28 Bahakal Yimer dkk., “Application of International Investment

Agreement by Domestic Courts”, (2011). Diunduh dari

http://graduateinstitute.ch/files/live/sites/iheid/files/sites/ctei/s

hared/CTEI/Law%20Clinic/Memoranda%202011/UNCTAD_Memo.

pdf pada tanggal 21 Oktober 2015 pukul 16.42 WIB.

Page 10: Bab II Teori Monisme-Dualisme dan Teori Internasionalisme€¦ · spesifik menggunakan teori transnational legal process teori international constitution. A.Teori . Monisme-Dualisme

27

Hal ini berimplikasi bahwa semua

hukum internasional kemudian bersifat non

self-executing. The Whitney doctrine

menjelaskan teori non self-executing treaty

yang berkembang di abad ke-19 ini, sebagai

suatu batasan konstitusional dalam

kekuasaan pembuat treaty untuk

menciptakan hukum domestik melalui

treaty. 29 Artinya suatu perjanjian yang non-

self-executing memerlukan suatu aturan

pelaksana nasional terlebih dahulu sebelum

perjanjian tersebut dilaksanakan.

Dalam terma praktisnya, hukum

internasional dipandang tidak bisa digunakan

untuk memvalidasi hukum domestik atau

vice versa, kewajiban-kewajiban seharusnya

muncul di bawah satu sistem yang tidak bisa

secara otomatis dipindahkan ke sistem

lainnya. 30 Penganut teori dualisme ini di

antaranya adalah Irlandia dan Inggris.

2.2. Kritik Terhadap Teori Dualisme

Salah satu kritik terhadap teori

dualisme disampaikan oleh Kelsen yang

mengatakan apabila hukum internasional

dan hukum nasional adalah dua hal yang

sangat berbeda tanpa hubungan apapun,

maka penggunaan kata “hukum” pada 2

29 David Sloss, “Non-Self-Executing Treaties: Exposing A

Constitutional Fallacy” U.C. Davis Law Review Vol. 36 No. 1, 2002,

hlm. 5. 30 Martin Dixon, 1993, Op.Cit., hlm. 70.

Page 11: Bab II Teori Monisme-Dualisme dan Teori Internasionalisme€¦ · spesifik menggunakan teori transnational legal process teori international constitution. A.Teori . Monisme-Dualisme

28

bidang tersebut adalah salah. 31 Teori

dualisme dipandang telah melawan

kebutuhan atas kesatuan ilmu pengetahuan,

termasuk di antaranya adalah ilmu

pengetahuan hukum.

Kritik selanjutnya adalah dualist

meletakkan primat pada hukum nasional lalu

menghadapi masalah ketika suatu negara

secara anarkis menolak untuk patuh

terhadap kewajiban internasional. Kelemahan

teori dualisme ini dapat ditemukan dari sisi

internasional secara praktikal dalam isu

tentang tanggung gugat internasional. 32

Apabila terhadap suatu perjanjian

internasional, suatu negara telah bertindak

sesuai dengan hukum nasional namun

nyatanya telah menimbulkan tanggung gugat

di kemudian hari karena tindakannya, maka

negara tersebut tidak dapat mengelak dari

tanggung gugat internasional tersebut. Hal ini

diperkuat dengan Article 27 The 1969 Vienna

Convention on The Law of Treaties yang

menyatakan, “A party may not invoke the

provisions of its internal law as justification for

its failure to perform a treaty. This rule is

without prejudice to article 46”.

Teori dualisme menuntut adanya

transformasi hukum internasional ke hukum

nasional dengan prosedur konstitusional

31 Borchad Edwin, Op.Cit., hlm. 142. 32 Titon Slamet Kurnia, Op.Cit., hlm. 27.

Page 12: Bab II Teori Monisme-Dualisme dan Teori Internasionalisme€¦ · spesifik menggunakan teori transnational legal process teori international constitution. A.Teori . Monisme-Dualisme

29

tertentu di suatu negara. Proses transformasi

ini akan mendapati kesulitan ketika

diperhadapkan dengan self-executing treaty,

sedangkan di negara dualist tidak dapat

menerima hukum internasional yang bersifat

self-executing treaty. Sebagai contoh, negara

India merupakan negara dualist yang tidak

dapat secara langsung melaksanakan hukum

internasional dalam negaranya sehingga self-

executing treaty tetap harus diubah terlebih

dahulu menjadi suatu legislasi yang

dikeluarkan oleh Parlemen.33

Selain self-executing treaty, teori

dualisme akan mengalami kesulitan juga

ketika diperhadapkan dengan hukum

kebiasaan internasional. Di negara Amerika

Serikat yang menganut monisme,

international customary law ini telah menjadi

bagian dari hukum negara tersebut melalui

kasus Erie R.R. Co. v. Thomkins. 34 Hukum

kebiasaan internasional tidak menimbulkan

masalah bagi negara monisme sebab

monisme menekankan primatnya pada

hukum internasional, namun ini akan

berbeda pada negara dualist yang

33 Sunil Kumar Agarwal, “Implementation of International Law

in India: Role of Judiciary”, hlm. 5. Diunduh dari http://oppenheimer.mcgill.ca/IMG/pdf/SK_Agarwal.pdf pada

tanggal 25 Oktober 2015 pukul 14.26 WIB. 34 Curtis A. Bradley dan Jack L. Goldsmith, “Customary

International Law As Federal Common Law: A Critique of The Modern Position” Harvard Law Review Vol. 110, hlm. 186.

Page 13: Bab II Teori Monisme-Dualisme dan Teori Internasionalisme€¦ · spesifik menggunakan teori transnational legal process teori international constitution. A.Teori . Monisme-Dualisme

30

menekankan primatnya pada hukum

nasional sehingga hukum kebiasaan

internasional yang menjadi bagian dari

hukum internasional tidak akan mendapat

tempat di sistem hukum nasional negara

dualist.

B. Teori Internasionalisme

1. Transnational Legal Process

Louis Henkin mengatakan, “almost all

nations observe almost all principles of international

law and almost all of their obligations almost all of

the time”. 35 Pernyataan Henkin tersebut

memberikan gambaran bahwa nyatanya

kebanyakan negara-negara mematuhi hukum

internasional dan menjalankan kewajibannya

hampir setiap saat. Bahkan negara terisolasi,

seperti Korea Utara pun 36 , pasti tetap

membutuhkan interaksi dengan negara lain dalam

proses transnasional ekonomi maupun politik.

Namun pernyataan Henkin di atas bukan

merupakan jawaban yang tuntas untuk

35 Louis Henkin, “The Constitution and United States

Sovereignty: A Century of Chinese Exclusion and Its Progeny” 100 Harv. L. Rev. 853, 1987, hlm. 875.

36 Pada tahun 1993 Korea Utara menghadapi krisis kekurangan energy dan bahan pangan sehingga melakukan

kerjasama nuklir dengan Amerika Serikat dengan Jepang. Harold

Hongju Koh, “Jefferson Memorial Lecture – Transnational Legal Process after September 11th”, 22 Berkeley J. International Law. 337, 2004, hlm. 8

Page 14: Bab II Teori Monisme-Dualisme dan Teori Internasionalisme€¦ · spesifik menggunakan teori transnational legal process teori international constitution. A.Teori . Monisme-Dualisme

31

menjelaskan alasan-alasan kepatuhan negara

terhadap hukum internasional.37

Umumnya, terdapat 2 alasan dominan yang

dipakai para sarjana belakangan ini untuk

menjelaskan mengapa negara-negara mematuhi

hukum internasional – yaitu interest dan identity.38

Pertama, negara akan taat kepada hukum

internasional ketika hukum internasional mampu

memenuhi kepentingan nasional jangka pendek

maupun panjang yang diwujudkan dalam bentuk

strategi kerjasama. Kedua, suatu negara taat

terhadap hukum internasional karena ia

beridentitas negara liberal yang dapat menyerap

hukum internasional dalam negaranya. Artinya,

semakin tinggi intensitas negara menggunakan

hukum internasional, maka semakin lekat ia

dengan label negara liberal yang memiliki

kapasitas lebih reliable dalam melakukan

hubungan internasional dengan negara lain.

Kedua alasan di atas mendapat kritik dari

Harold Koh yang menjelaskan alasan kepatuhan

negara terhadap hukum internasional sebenarnya

tidak sesederhana jawaban “interest”, “identity”,

“identity-formation”, ataupun “international

society”. 39 Hal yang juga harus dilihat dalam

menjawab pertanyaan kepatuhan negara terhadap

37 Harold Hongju Koh, “Transnational Legal Process”, Op.Cit.,

hlm. 183. 38 Ibid, hlm. 199. 39 Harold Koh, “Why Do Nations Obey International Law?”

International Law and Cases Materials: Fifth Edition, MN: Thomson

Reuters, 2009, hlm. 13.

Page 15: Bab II Teori Monisme-Dualisme dan Teori Internasionalisme€¦ · spesifik menggunakan teori transnational legal process teori international constitution. A.Teori . Monisme-Dualisme

32

hukum internasional yakni mengenai pentingnya

interaksi dalam transnational legal process,

interpretasi norma internasional, dan internalisasi

domestik dari norma tersebut.40 Terkait dengan itu

Justice Breyer mengatakan:

“[The] transnational law that is being created is not simply a product of treaty-writers, legislatures, or courts. We in America know full well that in a democracy, law, perhaps most law, is not decreed from on high but bubbles up from the interested publics, affected groups, specialists, legislatures, and other, all interacting through meetings, journal articles, the popular press, legislative hearing, and in many other ways. That is the democratic process in action. Legislation typically comes long after this process has been under way. Judicial decisions, particularly from our Court, work best when they come last, after experience has made the consequences of legislation apparent.”41

Pendapat di atas mengandung pengertian bahwa

hukum transnational tidak dipandang secara

sederhana sebagai suatu produk yang dilahirkan

para pihak dalam perjanjian, legislatur, ataupun

pengadilan. Lebih dari itu, hukum transnational

lahir dari proses kompleks seperti yang disebutkan

Justice Breyer di atas, dan proses ini yang

kemudian dikonsepsikan dengan “transnational

legal process” oleh Harold Koh yang

mengembangkannya dari normative theories42.

40 Harold Hongju Koh, “Transnational Legal Process”, Loc. Cit. 41 Harold Koh, “International Law as Part Of Our Law” American

Journal of International Law Vol. 98 No. 1, 2004, hlm. 55. 42 Normative theories berargumen bahwa norma qua norma

yang mempengaruhi dan menimbulkan perilaku negara-negara.

Teori ini memiliki asumsi negara-negara biasanya mematuhi

hukum internasional yang diarahkan oleh rasa moral dan

kewajiban etis yang berasal dari pertimbangan hukum alam dan

Page 16: Bab II Teori Monisme-Dualisme dan Teori Internasionalisme€¦ · spesifik menggunakan teori transnational legal process teori international constitution. A.Teori . Monisme-Dualisme

33

Transnational legal process menggambarkan

teori dan praktik tentang bagaimana aktor publik

dan privat–negara, organisasi internasional,

perusahaan multinasional, NGO, perorangan

berinteraksi dalam ruang publik dan privat,

domestik dan internasional, untuk membuat,

menginterpretasi, melaksanakan, dan akhirnya

menginternalisasi aturan hukum internasional. 43

Dari kacamata transnational legal process nampak

3 hal yang mencolok yakni dari sisi aktor, ruang

lingkup dan tahap proses. Transnational legal

process nampak menyetarakan para aktor dalam

skopa internasional, dengan kata lain, ia tidak

melihat negara sebagai aktor yang kedudukannya

tertinggi seperti pandangan klasik tradisional.

Selain itu, transnational legal process

menunjukkan adanya kemungkinan aktivitas

“naik-turunnya” interaksi dalam ruang domestik

dan internasional maupun ruang publik dan

privat. Juga, transnational legal process

menjelaskan adanya 3 tahapan proses yang perlu

ditempuh dalam teori ini.

Pada dasarnya, transnational legal process

memiliki 4 karakteristik, yakni:44

1. Non-tradisional

Transnational legal process tidak menganut

pembedaan dikotomi tradisional antara

keadilan. Markus Burgsstaller, Theories of Compliance with International Law, Leiden: Martinus Nijhoff Publishers, 2005, hlm

96-102. 43 Harold Hongju Koh, “Transnational Legal Process”, Loc.Cit. 44Ibid.

Page 17: Bab II Teori Monisme-Dualisme dan Teori Internasionalisme€¦ · spesifik menggunakan teori transnational legal process teori international constitution. A.Teori . Monisme-Dualisme

34

domestik dan internasional, publik dan privat

yang dominan diajarkan dalam studi hukum

internasional.

2. Non-statis

Para aktor dalam proses ini tidak hanya negara

namun juga aktor non-negara.

3. Dinamis

Transnational legal process mengubah dari

sektor publik ke privat, tingkat domestik ke

internasional, dan bergerak terus sebaliknya.

4. Normatif

Dari interaksi proses ini, aturan baru yang

diinterpretasi, diinternalisasi, dan dilaksanakan

itu diciptakan.

Koh menjelaskan lebih lanjut bahwa proses

hukum transnasional ini bekerja dalam 3 tahap

proses yang pada akhirnya menghasilkan

kepatuhan negara terhadap hukum internasional

yakni interaksi, interpretasi, dan internalisasi

norma. 45 Transnational legal process ini

menjelaskan bagaimana norma hukum

internasional diinterpretasi melalui interaksi dari

aktor-aktor transnasional yang kemudian

diinternalisasi dan diimplementasi dalam sistem

hukum internasional. Seperti contoh dalam kasus

Thompson v. Oklahoma, pendapat Justice John

Paul Stevens membatalkan hukuman mati untuk

terpidana berumur 15 tahun dengan melihat pada

larangan eksekusi minor di Soviet Union dan

45 Harold Koh, “International Law as Part Of Our Law”, Loc.Cit.

Page 18: Bab II Teori Monisme-Dualisme dan Teori Internasionalisme€¦ · spesifik menggunakan teori transnational legal process teori international constitution. A.Teori . Monisme-Dualisme

35

negara-negara Eropa Barat. 46 Melalui contoh

tersebut dapat dilihat bahwa hakim mengeluarkan

suatu produk hukum dengan merujuk pula

sumber hukum di negara lain. Rujukan tersebut

merupakan bentuk interaksi yang dimaksud Koh,

yang kemudian interaksi itu berlanjut dengan

proses interpretasi yang disesuaikan dengan

situasi nasionalnya, lalu diikuti dengan

internalisasi atau keberlakuan norma tersebut.

Hal yang perlu ditekankan dalam

memandang teori ini adalah teori ini tidak berada

dalam suatu sisi yang berfokus pada “horizontal

jawboning” yang mengatur hubungan antar

negara-negara pada level yang sama, namun

secara luas lebih berfokus pada “vertical

domestication” dimana norma hukum internasional

ditarik ke dalam sistem hukum domestik. 47

Internalisasi norma hukum internasional ke dalam

sistem hukum domestik ini memberi porsi peran

signifikan yang dimainkan oleh pengadilan untuk

membuat warga negara beserta pemerintah patuh

terhadap hukum internasional, termasuk di

dalamnya international customary law.48

Transnational legal process ini kemudian

melahirkan kategori transnationalist judges yang

46Ibid, hlm. 46. 47 Harold Koh, “1998 Frankel Lecture: Bringing International

Law Home” Yale Law School Faculty Scholarship Series Paper 2102,

1998, hlm. 626. 48 Eric A. Posner, “Transnational Legal Process and the

Supreme Court’s 2003-2004 Term: Some Skeptical Observations” 12 Tulsa Journal of Comparative and International Law 23, 2004,

hlm. 26.

Page 19: Bab II Teori Monisme-Dualisme dan Teori Internasionalisme€¦ · spesifik menggunakan teori transnational legal process teori international constitution. A.Teori . Monisme-Dualisme

36

memiliki karakteristik berbeda dengan nationalist

judges dimana:49

a. Hakim transnationalist melihat pada

ketergantungan negara (sifat interdependensi),

dimana hakim nationalist melihat pada

kemandirian negara (sifat otonom);

b. Hakim transnationalist berpikir bagaimana

hukum nasional dapat sesuai dengan

framework hukum transnasional, dimana hakim

nationalist melihat pada pembedaan domestik

dan internasional secara rijid;

c. Hakim transnationalist berpikir bahwa

pengadilan dapat mendomestikkan hukum

internasional, dimana hakim nationalist berpikir

bahwa kekuasaan sah hanya berasal dari

kelompok politikal;

d. Hakim transnationalist melihat pada

perkembangan sistem hukum global, dimana

hakim nationalist fokus lebih sempit pada

perkembangan sistem legal nasional;

e. Hakim transnationalist yakin bahwa kekuasaan

eksekutif dapat dibatasi oleh pengadilan,

dimana hakim nationalist yakin bahwa tindakan

diskresi eksekutif merupakan suatu tindakan

yang diagung-agungkan.

Bila dilihat dari karakteristik di atas, maka

hakim transnationalist lebih membuka pintu

masuk hukum domestik untuk menerima “asupan”

49 Harold Hongju Koh and William Michael Treanor, “Keynote

Address, A Community of Reason and rights” 77 Fordham L. Rev. 583, 2008, hlm. 596.

Page 20: Bab II Teori Monisme-Dualisme dan Teori Internasionalisme€¦ · spesifik menggunakan teori transnational legal process teori international constitution. A.Teori . Monisme-Dualisme

37

norma-norma hukum internasional sesuai dengan

kebutuhannya dalam tataran domestik atau

nasional. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh

pandangan bahwa hukum internasional dan

hukum nasional memiliki korelasi yang relevan

dalam suatu aspek yang tertentu. Maka secara

keseluruhan, dapat ditarik kesimpulan bahwa

transnational legal process merupakan suatu teori

yang menjelaskan alasan kepatuhan negara

terhadap hukum internasional yang berawal dari

suatu fase interaksi, yang secara luas juga

mencakup di antaranya alasan kepentingan atau

kebutuhan suatu negara atau entitas lainnya, yang

kemudian menuju fase interpretasi terhadap

norma dalam hukum internasional, dan berakhir

pada fase internalisasi norma tersebut ke dalam

sistem hukum nasional.

2. International Constitution

Konstitusionalis internasional menggunakan

konstitusionalisme sebagai kerangka otonomi bagi

hukum internasional dan pemerintahan atas

negara-negara.50 Hal tersebut lahir atas tuntutan

globalisasi dan fragmentasi hukum internasional

seiring. 51 Artinya, perkembangan globalisasi

menghasilkan perjanjian kerjasama dari interaksi

transnasional sehingga membutuhkan norma

50 Thomas Kleinlein, “Alfred Verdross as a Founding Father of

International Constitutionalism?” Goettingen Journal of International Law 4, 2012, hlm. 414.

51 Jeffry L. Dunoff dan Joel P. Trachtman, Ruling The World? Constitutionalism, International Law, and Global Governance, New

York: Cambridge University Press, 2009, hlm. 5.

Page 21: Bab II Teori Monisme-Dualisme dan Teori Internasionalisme€¦ · spesifik menggunakan teori transnational legal process teori international constitution. A.Teori . Monisme-Dualisme

38

hukum internasional yang lebih padat. Selain itu,

konstitusionalisasi internasional dipandang

sebagai respon terhadap fragmentasi hukum

internasional dimana konstitusionalisasi menjadi

solusi memberikan institusi legislatif dan ajudikatif

yang sentralistik untuk mengisi potensi

kekosongan dalam institusi tersebut.

Konsep international constitution dapat dilihat

dari pemikiran Sarah H. Cleveland. Bangunan

konsep ini tidak membahas mengenai apakah

hukum internasional dapat berlaku secara

langsung atau tidak pada area domestik namun

pada penekanan hukum internasional sebagai alat

interpretasi. 52 Seperti contoh, kasus Republic v.

Gorman and Others dimana Supreme Court

menggunakan United Nations Convention on

Narcotic Drugs and Psychotropic Substance sebagai

alat interpretasi HAM internasional guna

menyeimbangkan kepentingan individu dan publik

di tengah masyarakatnya. 53 Penggunaan hukum

internasional tersebut dilatarbelakangi hukum dan

kebijakan nasional belum mampu memberikan

interpretasi yang cukup memadai dalam isu

perlindungan terhadap klaim kepentingan dan hak

52 Sarah H. Cleveland, Op.Cit., hlm. 10. 53 Emmanuel K. Quansah, “An examination of the use of

international law as an interpretative tool in human rights litigation in Ghana and Botswana” International Law and Domestic Human Rights Litigation in Africa, Cape Town: Pretoria University Press,

2010, hlm. 67.

Page 22: Bab II Teori Monisme-Dualisme dan Teori Internasionalisme€¦ · spesifik menggunakan teori transnational legal process teori international constitution. A.Teori . Monisme-Dualisme

39

seorang warga negara 54 sehingga hukum

internasional dipandang sebagai guidance atau

pedoman alat interpretasi yang lebih memadai55.

Pada konstruksi berpikir mengenai penggunaan

hukum internasional sebagai alat interpretasi

inilah, konsep international constitution bekerja.

Konsep international constitution

menunjukkan bahwa penggunaan hukum

internasional dalam hukum nasional bukanlah

praktik yang baru dan praktik tersebut memiliki

dasar legitimasi yang jelas. Secara historis, peran

hukum internasional sudah dianggap penting

dalam setiap perkembangan jaman. Dimulai pada

era hukum internasional kuno dan primitif, Gaius

menyebutkan istilah “law ‘common to all men’”

dimana hukum yang dimaksud adalah hukum

internasional yang dipandang sebagai salah satu

bagian dari hukum alam yang notabene adalah

hukum tertinggi yang bersifat universal.56 Di era

hukum internasional tradisional, Perjanjian

Westphalia melahirkan prinsip-prinsip territorial

dan otonomi negara namun hukum internasional

masih dipandang sebagai kesepakatan antara

54 Dunia P. Zongwe, “Equality Has No Mother But Sisters: The

Preference for Comparative Law Over International Law in The Equality Jurisprudence in Namibia”, International Law and Domestic Human Rights Litigation in Africa, Cape Town: Pretoria

University Press, 2010, hlm.1 67. 55 Eyal Benvenisti, “Judicial Misgivings Regarding The

Application of International Law: An Analysis of Attitudes of National Courts” 4 EJIL 159-183, 1993, hlm. 3.

56 Harold Hongju Koh, "Why Do Nations Obey International Law?",Op.Cit., hlm. 7.

Page 23: Bab II Teori Monisme-Dualisme dan Teori Internasionalisme€¦ · spesifik menggunakan teori transnational legal process teori international constitution. A.Teori . Monisme-Dualisme

40

pemegang kedaulatan atau negara yang menuntut

ketaatan dari masing-masing pihak terhadap

hukum internasional itu. 57 Berlanjut pada era

dualistik, terdapat pandangan yang mengakui

bahwa hukum internasional digunakan jika negara

memiliki kepentingan (self interest). 58 Di era

institusi menunjukkan kuatnya aliran positivistik

yang lahir dari lembaga-lembaga internasional

seperti the United Nations, the World Bank, the

Internasional Monetary Fund yang mengatur

perjanjian internasional dengan tujuan salah

satunya untuk mengatasi masalah-masalah

global.59 Era interdependence dan transnationalism

menandai bahwa interaksi lintas batas negara

mulai dikembangkan oleh pihak non-negara

(seperti individu, perusahaan multinasional, dan

non-governmental organizations (NGO)).60 Di era ini,

para pihak menyadari bahwa penggunaan hukum

internasional pada akhirnya melahirkan functional

benefits bagi setiap pihak seperti yang disebutkan

pada The Algerian Constitution pada Article 28

bahwa suatu kerjasama internasional dan

hubungannya dengan negara lain didasarkan pada

mutual interest.61 Dari serangkaian sejarah di atas,

57 Ibid, hlm. 10. 58Sefiani, “Ketaatan Masyarakat Internasional terhadap Hukum

Internasional dalam Perspektif Filsafat Hukum” Jurnal Hukum No. 3 Vol. 18, 2011, hlm. 414.

59 Harold Koh, Op.Cit., hlm. 17. 60 Ibid, hlm. 27. 61 Lihat juga pada Article 73 the Constitution of Ghana yang

menyebutkan bahwa “The government shall conduct its international affairs in consonance with accepted principless of public

Page 24: Bab II Teori Monisme-Dualisme dan Teori Internasionalisme€¦ · spesifik menggunakan teori transnational legal process teori international constitution. A.Teori . Monisme-Dualisme

41

maka nampak sebenarnya praktik penggunaan

hukum internasional sudah dilakukan sejak lama.

Ini sekaligus menyanggah pandangan yang

mengatakan bahwa penggunaan hukum

internasional adalah praktik yang baru. Selain itu,

konsep international constitution menjelaskan

penggunaan hukum internasional memiliki dasar

legitimasi yang jelas.

Pertama, konstitusi beberapa negara secara

langsung memasukkan konsep hukum

internasional. 62 Mengambil contoh Konstitusi

Afrika Selatan 63 maupun Konstitusi Amerika

Serikat 64 yang memberi ketentuan eksplisit

mengenai keberlakuan hukum internasional di

wilayah domestiknya. Bunyi Konstitusi tersebut

memberi shortcut bagi pengadilan untuk langsung

menggunakan hukum internasional dengan teknik

incorporation dalam praktik yudisial di wilayah

domestik. Biasanya, shortcut tersebut diciptakan

karena pemerintah merasa lebih sadar akan

kebutuhan untuk membangun hubungan yang

konstruktif antara hukum nasional dan hukum

internasional.65

Kedua, bagi negara yang tidak memiliki

ketentuan eksplisit pada konstitusinya untuk

international law and diplomacy in a manner consistent with the interest of Ghana.”

62 Sarah H. Cleveland, Op.Cit.,hlm. 7. 63 Article 39 (1) South Africa Constitution. 64 Article 6 The Constitution of the United Nations of America. 65 Ian Brownlie, Principle of Public International Law, Oxford:

Oxford University Press, 1987, hlm. 52.

Page 25: Bab II Teori Monisme-Dualisme dan Teori Internasionalisme€¦ · spesifik menggunakan teori transnational legal process teori international constitution. A.Teori . Monisme-Dualisme

42

memberi otorisasi penggunaan hukum

internasional di wilayah domestik, bukan berarti

negara tersebut kehilangan kemampuannya untuk

menggunakan hukum internasionalnya. Sepanjang

pengadilan memahami terdapat keinginan implisit

dari konstitusi untuk mengupayakan penggunaan

hukum internasional, maka penggunaan hukum

internasional dipandang sebagai suatu “paket” hak

dari kedaulatan negara untuk terikat pada hukum

internasional yang applicable di negara tersebut.66

Semisal dalam suatu hal, ketentuan konstitusional

mengenai teritori sangat sulit untuk dijabarkan

secara tekstual sehingga hukum internasional

memiliki peran dalam membatasi ketentuan

konstitusional mengenai teritori tersebut.

Ketiga, penggunaan hukum internasional

ditujukan untuk memperkuat ketentuan mengenai

hak-hak individual. 67 Dalam hal ini, hukum

internasional membantu menyediakan prinsip-

prinsip dasar kepada pengadilan dalam pencarian

nilai fundamental pada teks konstitusional. 68

Kekuatan mengikat dari hukum internasional lahir

dari kepentingan negara yang membutuhkan bukti

seperti pendapat, aturan, maupun nilai-nilai

umum dari masyarakat internasional sesuai

66 Sarah H. Cleveland, Op.Cit, hlm. 33. 67 Ibid, hlm. 63. 68 Hal ini juga merupakan suatu trend international constitution

dalam peningkatan moralitas secara universal. Oliver Diggelmann

dan Tilmann Altwicker, “Is There Something Like a Constitution of

International Law?: A Critical Analysis of the Debate on World Constitutionalism” ZaoRV 68, 2008, hlm. 625-627.

Page 26: Bab II Teori Monisme-Dualisme dan Teori Internasionalisme€¦ · spesifik menggunakan teori transnational legal process teori international constitution. A.Teori . Monisme-Dualisme

43

dengan proporsinya. Sangat mungkin apabila

kasus-kasus HAM berangkat dari tradisi hukum

alam yang dianut konstitusinya sehingga berlaku

pula konsep hukum yang universal.69

Ketiga alasan di atas menjadi dasar

legitimasi penggunaan hukum internasional dalam

wilayah nasional. Jadi dapat dilihat bahwa dasar

legitimasi tersebut sebenarnya tidak menempatkan

hukum internasional superior terhadap konstitusi

suatu negara, melainkan menyejajarkan posisi

hukum internasional dengan konstitusi dengan

konteks hukum internasional mampu melengkapi

jalannya konstitusi dalam praktik penyelenggaraan

suatu negara.

Hal tersebut sekaligus menepis anggapan

bahwa penggunaan hukum internasional

menentang demokrasi nasional. Pertentangan yang

mungkin muncul berasal dari pendapat bahwa

hukum internasional akan mengontrol atas

pemerintah yang sudah dipilih oleh rakyat.70 Meski

disadari bahwa hukum internasional merupakan

produk “impor” yang berasal dari sisi eksternal

suatu negara, namun hal tersebut tidak secara

langsung ditangkap oleh negara untuk diserap

secara “gelondongan”. Hukum nasional memiliki

kewenangan untuk menentukan prinsip-prinsip

hukum internasional mana yang applicable

69 Lihat kasus Downes v. Bidwell dimana kasus tersebut

menempatkan sumber hukum alam sebagai hak yang

fundamental. 70 Sarah H. Cleveland, Op.Cit., hlm. 101.

Page 27: Bab II Teori Monisme-Dualisme dan Teori Internasionalisme€¦ · spesifik menggunakan teori transnational legal process teori international constitution. A.Teori . Monisme-Dualisme

44

terhadap sistem hukum nasionalnya. Jadi hukum

internasional tidak bisa menentukan sendiri

hubungannya dengan sistem konstitusional suatu

negara tanpa melibatkan variabel internal dari

negara itu sendiri.

Dalam rangka memandu penggunaan

hukum internasional supaya tidak menjadi

tindakan abusive terhadap hukum nasional,

konsep international constitution memberikan

prinsip-prinsip umum yang sebaiknya

dipertimbangkan pengadilan ketika merujuk pada

hukum interansional.71 Pertama, pengadilan perlu

melihat pada penerimaan sistem konstitusional

suatu negara dalam mempertimbangkan aturan

internasional. Kedua, seberapa baik suatu norma

internasional terjabarkan dan diterima secara

universal. Ketiga, kriteria pembatasan-pembatasan

di dalam hukum internasional itu sendiri. Dengan

ketiga hal di atas, maka pengadilan diharapkan

dapat menyaring aturan-aturan internasional

mana yang dapat diterapkan dalam wilayah

nasional.

Secara garis besar, konsep international

constitution ini menegaskan bahwa suatu negara

dapat menggunakan hukum internasional dalam

situasi baik konstitusi memberi otoritas secara

eksplisit maupun implisit dalam teksnya. Meski

demikian, primacy tidak kemudian diletakkan pada

hukum internasional karena negara memiliki sisi

71 Ibid, hlm. 107.

Page 28: Bab II Teori Monisme-Dualisme dan Teori Internasionalisme€¦ · spesifik menggunakan teori transnational legal process teori international constitution. A.Teori . Monisme-Dualisme

45

dimana ia menggunakan sistem hukumnya untuk

menentukan hukum internasional mana yang

dapat diterapkan dalam wilayah yurisdiksinya

dengan beberapa prinsip yang telah diutarakan

sebelumnya.