32
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Faktor-faktor yang Memengaruhi Gejala Saluran Pernapasan Pada Pekerja Banyak faktor yang memengaruhi gejala saluran pernapasan dan gangguan ventilasi paru khususnya pada aspek tenaga kerja yaitu usia pekerja, masa kerja, kebiasaan merokok, kebiasaan penggunaan alat pelindung diri (APD), status gizi, dan kebiasaan Olahraga (Khumaidah,2009) 1. Usia Pekerja Faal paru pada tenaga kerja sangat dipengaruhi oleh usia tenaga kerja itu sendiri. Meningkatnya umur seseorang maka kerentanan terhadap penyakit akan bertambah, khususnya gangguan saluran pernapasan pada tenaga kerja (Yunus,2006). Penyakit-penyakit kronis mempunyai kecenderungan meningkat dengan bertambahnya umur, sedangkan penyakit akut tidak mempunyai suatu kecenderungan yang jelas. Secara fisiologis dengan bertambahnya umur maka kemampuan organ-organ tubuh akan mengalami penurunan secara alamiah (Irjayanti,dkk.2012). Kondisi seperti ini akan bertambah buruk dengan keadaan lingkungan yang berdebu dan faktor-faktor lain seperti kebiasaan merokok, tidak tersedianya masker juga penggunaan yang tidak disiplin, lama paparan serta riwayat penyakit yang berkaitan dengan saluran pernapasan. Rata-rata pada umur 30-40 tahun seseorang akan mengalami penurunan fungsi paru yang dengan semakin bertambah umur semakin bertambah pula gangguan yang terjadi (Budiono,2007). Pada penelitian yang dilakukan oleh Sudarmaji dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/43284/3/jiptummpp-gdl-intannurwa-50650... · 2019. 1. 15. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Faktor-faktor yang Memengaruhi Gejala Saluran Pernapasan

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/43284/3/jiptummpp-gdl-intannurwa-50650... · 2019. 1. 15. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Faktor-faktor yang Memengaruhi Gejala Saluran Pernapasan

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Faktor-faktor yang Memengaruhi Gejala Saluran Pernapasan Pada Pekerja

Banyak faktor yang memengaruhi gejala saluran pernapasan dan gangguan

ventilasi paru khususnya pada aspek tenaga kerja yaitu usia pekerja, masa kerja,

kebiasaan merokok, kebiasaan penggunaan alat pelindung diri (APD), status gizi,

dan kebiasaan Olahraga (Khumaidah,2009)

1. Usia Pekerja

Faal paru pada tenaga kerja sangat dipengaruhi oleh usia tenaga kerja itu

sendiri. Meningkatnya umur seseorang maka kerentanan terhadap penyakit

akan bertambah, khususnya gangguan saluran pernapasan pada tenaga kerja

(Yunus,2006). Penyakit-penyakit kronis mempunyai kecenderungan

meningkat dengan bertambahnya umur, sedangkan penyakit akut tidak

mempunyai suatu kecenderungan yang jelas. Secara fisiologis dengan

bertambahnya umur maka kemampuan organ-organ tubuh akan mengalami

penurunan secara alamiah (Irjayanti,dkk.2012).

Kondisi seperti ini akan bertambah buruk dengan keadaan lingkungan

yang berdebu dan faktor-faktor lain seperti kebiasaan merokok, tidak

tersedianya masker juga penggunaan yang tidak disiplin, lama paparan serta

riwayat penyakit yang berkaitan dengan saluran pernapasan. Rata-rata pada

umur 30-40 tahun seseorang akan mengalami penurunan fungsi paru yang

dengan semakin bertambah umur semakin bertambah pula gangguan yang

terjadi (Budiono,2007). Pada penelitian yang dilakukan oleh Sudarmaji dan

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/43284/3/jiptummpp-gdl-intannurwa-50650... · 2019. 1. 15. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Faktor-faktor yang Memengaruhi Gejala Saluran Pernapasan

9

Sholikhah (2015) terhadap pekerja industri kayu keluhan pernapasan lebih

banyak dialami oleh pekerja berusia <25 tahun. Hal ini dikuatkan oleh

penelitian Sholihah, dkk (2008) yang menyatakan bahwa pekerja berusia 15-

30 tahun lebih banyak mengalami keluhan pernapasan.

2. Masa Kerja

Menurut Zainudin (2010) Masa kerja adalah jangka waktu orang sudah

bekerja dari pertama mulai masuk hingga sekarang masih bekerja. Masa kerja

dapat diartikan sebagai sepenggalan waktu yang agak lama dimana seseorang

tenaga kerja masuk dalam satu wilayah tempat usaha sampai batas waktu

tertentu.

Masa kerja merupakan salah satu faktor yang memengaruhi terjadinya

keluhan dan beberapa penyakit terkait saluran pernapasan, antara lain kanker

paru dan PPOK. Masa kerja merupakan faktor risiko terjadinya PPOK,

terutama bagi pekerja di industri yang berdebu dengan masa kerja lebih dari

5 tahun (Khumaidah,2009).

Masa kerja berhubungan dengan terjadinya penurunan kapasitas fungsi

paru sehingga dapat menimbulkan gangguan fungsi paru. Semakin lama

masa kerja seseorang yang bekerja pada tempat yang mengandung debu

maka semakin besar pula risiko mendapatkan paparan debu di lingkungan

kerjanya yang akan berdampak terhadap kesehatan, terutama gangguan

saluran pernapasan (Wulandari,dkk. 2015).

Menurut Yunus (2006) Konsentrasi partikel debu dan lamanya masa kerja

erat kaitannya dengan efek terhadap gangguan fungsi paru. Semakin tinggi

konsentrasi partikel debu dalam udara dan semakin lama pajanan

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/43284/3/jiptummpp-gdl-intannurwa-50650... · 2019. 1. 15. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Faktor-faktor yang Memengaruhi Gejala Saluran Pernapasan

10

berlangsung, jumlah partikel yang mengendap di paru juga semakin banyak.

Setiap inhalasi 500 partikel per millimeter kubik udara, maka setiap alveoli

paling sedikit menerima 1 partikel dan apabila konsentrasi mencapai 1000

partikel millimeter kubik, maka 10% dari jumlah tersebut akan tertimbun di

paru. Konsentrasi yang melebihi 5000 partikel per millimeter kubik sering

dihubungkan dengan terjadinya pneumoconiosis (penyakit saluran

pernapasan). Pneumoconiosis akibat debu akan timbul setelah penderita

mengalami kontak lama dengan debu. Jarang ditemui kelainan fungsi paru

bila pajanan kurang dari 10 tahun. Dengan demikian lama pajanan atau

lamanya masa kerja mempunyai pengaruh besar terhadap kejadian gangguan

fungsi paru.

Penelitian yang dilakukan oleh Irjayanti,dkk (2012) menunjukkan bahwa

masa kerja diatas 8 hingga 10 tahun kemungkinan mempunyai resiko

terjadinya gangguan fungsi paru, semakin lama masa kerja seseorang,

semakin lama pula waktu paparan debu kayu terhadap fungsi paru pekerja

mebel.

3. Kebiasaan Merokok

Menurut Khumaidah (2009) Tembakau sebagai bahan baku rokok

mengandung bahan toksik dan dapat memengaruhi kondisi kesehatan karena

lebih dari 2000 zat kimia dan diantaranya sebanyak 1200 sebagai bahan

beracun bagi kesehatan manusia. Dampak merokok terhadap kesehatan paru-

paru dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran napas dan

jaringan paru-paru. Pada saluran napas besar, sel mukosa membesar

(hipertropi) dan kelenjar mucus bertambah banyak (hyperplasia). Pada

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/43284/3/jiptummpp-gdl-intannurwa-50650... · 2019. 1. 15. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Faktor-faktor yang Memengaruhi Gejala Saluran Pernapasan

11

saluran napas kecil terjadi radang ringan hingga penyempitan akibat

bertambahnya sel dan penumpukan lendir. Akibat perubahan anatomi saluran

napas pada perokok akan timbul perubahan pada fungsi paru-paru dengan

segala macam gejala klinisnya.

Asap rokok dapat memperlambat gerakan silia dan setelah jangka waktu

tertentu akan menyebabkan gerak silia menjadi lumpuh

(Simanjuntak.dkk,2015). Akibat perubahan anatomi saluran napas pada

perokok akan timbul perubahan pada fungsi paru dengan segala macam

gejala klinisnya. Hal ini merupakan penyebab utama terjadinya penyakit paru

(Yulaekah,2007).

Kebiasaan merokok menurut Khumaidah (2009) telah membagi menjadi

3 kategori perokok yaitu sebagai berikut :

a. Perokok ringan, bila jumlah rokok yang dihisap antara 1-6 batang/hari

b. Perokok sedang, bila jumlah rokok yang dihisap antara 7-12 batang/hari

c. Perokok berat, bila jumlah rokok yang dihisap lebih dari 12 batang/hari

4. Status Gizi tenaga kerja

Menurut Anugrah (2014) Masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada

orang dewasa (usia 18 tahun keatas) merupakan masalah penting, karena

selain mempunyai risiko penyakit-penyakit tertentu, gizi merupakan nutrisi

yang diperlukan oleh para pekerja untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan

jenis pekerjaan. Sebagai satu aspek dari ilmu gizi pada umumnya, maka gizi

kerja ditujukan untuk kesehatan dan daya kerja tenaga kerja yang setinggi-

tingginya. Kesehatan dan daya kerja sangat erat hubungannya dengan tingkat

gizi seseorang. Tubuh memerlukan zat-zat dari makanan untuk pemeliharaan

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/43284/3/jiptummpp-gdl-intannurwa-50650... · 2019. 1. 15. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Faktor-faktor yang Memengaruhi Gejala Saluran Pernapasan

12

tubuh, perbaikan kerusakan-kerusakan dari sel dan jaringan dan untuk

pertumbuhan, yang banyak sedikitnya keperluan ini sangat bergantung

kepada usia, jenis kelamin, lingkungan dan beban yang diderita oleh

seseorang.

Hubungan dengan fungsi pernapasan, status gizi kurang dapat berakibat

pada turunnya sel perantara imunitas yang dapat meningkatkan kerentanan

terhadap infeksi. Sel imunitas pada saluran pernapasan diperankan oleh

limfosit T yang dapat membunuh, mengisolasi dan menggumpalkan benda

asing yang masuk. Pada pekerja yang terkena paparan debu dan akibat dari

turunnya sel perantara imunitas maka limfosit T tidak dapat membentuk

pertahanan debu atau partikel yang masuk ke dalam saluran pernapasan

akibatnya debu atau partikel yang masuk ke dalam saluran napas dapat

mencapai paru (Darmanto,2007).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Anugrah (2014) mengenai hubungan

status gizi dengan kapasitas vital paru terhadap pekerja penggilingan divisi

batu kapur didapatkan hasil bahwa status gizi memengaruhi kapasitas vital

paru pekerja.

5. Pemakaian Alat Pelindung Diri Pernapasan

Tarwaka (2008) menjelaskan Alat Pelindung Diri (APD) adalah

seperangkat alat keselamatan yang digunakan oleh pekerja untuk melindungi

seluruh atau sebagian tubuhnya dari kemungkinan adanya pemarapan potensi

bahaya lingkungan kerja terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Sedangkan menurut Husain (2002) alat pelindung diri untuk pekerja adalah

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/43284/3/jiptummpp-gdl-intannurwa-50650... · 2019. 1. 15. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Faktor-faktor yang Memengaruhi Gejala Saluran Pernapasan

13

alat pelindung agar aman dari bahaya atau kecelakaan akibat melakukan

suatu pekerjaannya.

Alat pelindung diri yang baik adalah APD yang memenuhi standar

keamanan dan kenyamanan bagi pekerja (Safety and acceptation). apabila

pekerja memakai APD merasa kurang nyaman dan penggunaannya kurang

bermanfaat bagi pekerja maka pekerja enggan memakai walaupun memakai

karena terpaksa atau hanya berpura-pura sebagai syarat agar masih

diperbolehkan untuk bekerja atau menghindari sanksi perusahaan (Yeung,

1999).

Masker adalah salah satu bagian dari alat pelindung diri (APD) yang

berfungsi sebagai pelindung hidung dan mulut yang merupakan alat

pelindung pernapasan (inhalasi) debu, gas,uap, mist (kabut), fumes, asap dan

fog. Dengan mengenakan alat pelindung diri (masker) diharapkan pekerja

melindungi dari kemungkinan terjadinya gangguan pernapasan akibat

terpapar udara yang kadar debunya tinggi.

Penggunaan alat pelindung diri merupakan upaya terakhir dalam usaha

perlindungan bagi pekerja. Oleh karena itu, alat pelindung diri harus

memenuhi persyaratan antara lain: enak dipakai, tidak mengganggu kerja dan

memberikan perlindungan yang efektif terhadap jenis bahaya yang ada

(Marsaid,2010).

Budiono (2005) menjelaskan APD yang tepat bagi tenaga kerja yang

berada pada lingkungan kerja dengan paparan debu berkonsentrasi tinggi

adalah:

a. Masker

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/43284/3/jiptummpp-gdl-intannurwa-50650... · 2019. 1. 15. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Faktor-faktor yang Memengaruhi Gejala Saluran Pernapasan

14

Masker untuk melindungi diri dari debu atau partikel-partikel yang lebih

kasar yang masuk ke dalam saluran pernapasan. Masker terbuat dari kain

dengan ukuran pori-pori tertentu. Terdiri atas beberapa jenis yaitu :

1) Masker penyaring debu

Masker ini berguna untuk melindungi pernapasan dari serbuk-serbuk

logam, penggerindaan atau serbuk kasar lainnya.

Gambar 2.1 Masker Penyaring Debu

(Sumber : Ari Setio,2012)

2) Masker berhidung

Masker ini dapat menyaring debu atau benda sampai ukuran 0,5

mikron, bila kita sulit bernapas waktu memakai alat ini maka

hidungnya harus diganti karena filternya tersumbat oleh debu.

Gambar 2.2 Masker Berhidung

(Sumber : Lapak Keakea,2012

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/43284/3/jiptummpp-gdl-intannurwa-50650... · 2019. 1. 15. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Faktor-faktor yang Memengaruhi Gejala Saluran Pernapasan

15

3) Masker bertabung

Masker bertabung mempunyai filter yang baik daripada masker

berhidung. Masker ini sangat tepat digunakan untuk melindungi

pernapasan dari gas tertentu. Bermacam-macam tabungnya tertulis

untuk macam-macam gas yang sesuai dengan jenis masker yang

digunakan.

4) Masker kertas

Masker ini digunakan untuk menyerap partikel-partikel berbahaya

dari udara agar tidak masuk ke jalur pernapasan. Pada penggunaan

masker kertas, udara disaring permukaan kertas yang berserat

sehingga partikel-partikel halus yang terkandung dalam udara tidak

masuk ke saluran pernapasan.

5) Masker plastik

Masker ini digunakan untuk menyerap partikel-partikel berbahaya

dari udara agar tidak masuk jalur pernapasan. Ukuran masker ini

sama dengan masker kertas. Namun ada lubang-lubang kecil di

permukaannya untuk aliran udara, tetapi tidak bisa menyaring udara,

fungsi penyaring udara terletak pada sebuah tabung kecil yang

diletakkan di dekat rongga hidung. Di dalam tabung ini disajikan

semacam obat yang berfungsi sebagai penawar racun.

6) Masker N95

Masker jenis ini merupakan alternatif bagi orang sehat untuk

mengurangi pajanan debu. Masker ini disebut N95 karena dapat

menyaring hingga 95% dari keseluruhan partikel yang berbeda di

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/43284/3/jiptummpp-gdl-intannurwa-50650... · 2019. 1. 15. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Faktor-faktor yang Memengaruhi Gejala Saluran Pernapasan

16

udara. Bentuknya biasanya setengah bulat dan berwarna putih, terbuat

dari bahan solid dan tidak mudah rusak, pemakaiannya juga harus

benar-benar rapat, sehingga tidak ada celah udara luar masuk.

b. Respirator

Respirator berguna untuk melindungi pernapasan dari debu, kabut, uap,

logam, asap dan gas. Alat ini dibedakan menjadi :

1) Respirator pemurni udara

Membersihkan udara dengan cara menyaring atau menyerap

kontaminan dengan toksisitas rendah sebelum memasuki sistem

pernapasan. Alat pembersihnya terdiri dari filter untuk menangkap

debu dari udara atau tabung kimia yang menyerap gas, uap dank abut,

2) Respirator penyalur udara

Membersihkan aliran udara yang terkontaminasi secara terus

menerus. Udara dapat dipompa dari sumber yang jauh (dihubungkan

dengan selang tahan tekanan) atau dari persediaan yang portabel

(seperti tabung yang berisi udara bersih atau oksigen). Jenis ini biasa

dikenal dengan SCBA (Self Contained Breathing Apparatus) atau alat

pernapasan mandiri. Digunakan untuk tempat kerja yang terdapat gas

beracun atau kekurangan oksigen.

Kewajiban menggunakan masker merupakan salah satu upaya perusahaan

dalam melindungi pekerja dari pajanan debu. Jenis masker yang digunakan

harus sesuai dengan potensi bahaya dan faktor risiko yang ada di lingkungan

kerja. Sebab, tingkat proteksi dari masker dipengaruhi oleh faktor jenis debu,

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/43284/3/jiptummpp-gdl-intannurwa-50650... · 2019. 1. 15. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Faktor-faktor yang Memengaruhi Gejala Saluran Pernapasan

17

jenis masker, dan kemampuan masker dalam menyaring debu (Sholikhah dan

Sudarmaji, 2015)

Pemakaian masker oleh pekerja industri yang udaranya banyak

mengandung debu, merupakan upaya mengurangi masuknya partikel debu

kedalam saluran pernapasan. Dengan mengenakan masker, diharapkan

pekerja melindungi dari kemungkinan terjadinya gangguan pernapasan akibat

terpapar udara yang kadar debunya tinggi. (Khumaidah, 2009)

Khumaidah (2009) menjelaskan Banyak faktor yang menentukan tingkat

perlindungan dari penggunaan masker, antara lain adalah jenis dan

karakteristik debu, serta kemampuan menyaring dari masker yang digunakan.

Kebiasaan menggunakan masker yang baik merupakan cara aman bagi

pekerja yang berada di lingkungan kerja berdebu untuk melindungi

kesehatan. Cara-cara pemilihan APD harus dilakukan secara hati-hati dan

memenuhi beberapa criteria yang diperlukan antara lain :

a. APD harus memberikan perlindungan yang baik terhadap bahaya-bahaya

yang dihadapi tenaga kerja.

b. APD harus memenuhi standar yang telah ditetapkan

c. APD tidak menimbulkan bahaya tambahan yang lain bagi pemakaiannya

yang dikarenakan bentuk atau bahannya yang tidak tepat atau salah

penggunaan.

d. APD harus tahan untuk jangka pemakaian yang cukup lama dan bersifat

fleksibel.

Hasil penelitian Salisa (2011) menyatakan bahwa baik pekerja yang

menggunakan masker atau tidak sama-sama dapat mengalami keluhan

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/43284/3/jiptummpp-gdl-intannurwa-50650... · 2019. 1. 15. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Faktor-faktor yang Memengaruhi Gejala Saluran Pernapasan

18

pernapasan. Oleh sebab itu, penggunaan masker yang sesuai menjadi hal

penting dalam upaya pencegahan penyakit akibat debu kerja.

B. Sistem Pernapasan Manusia

1. Pengertian Pernapasan

Pernapasan adalah saluran proses ganda yaitu terjadinya pertukaran gas di

dalam jaringan (pernapasan dalam), yang terjadi di di dalam paru-paru

disebut pernapasan luar. Pada pernapasan melalui paru-paru atau respirasi

eksternal, oksigen (O2) dihisap melalui hidung dan mulut. Pada waktu

bernapas, oksigen masuk melalui batang tenggorokan atau trakea dan pipa

bronkial ke alveoli, dan erat hubungannya dengan darah di dalam kapiler

pulomonaris (Irianto, 2008).

Menurut Price dan Wilson (2006), pernafasan secara harfiah berarti

pergerakan oksigen (O2) dari atmosfer menuju ke sel dan keluarnya

Karbondioksida (CO2) dari sel ke udara bebas. Pemakaian O2 dan

pengeluaran CO2 diperlukan untuk menjalankan fungsi normal sel dalam

tubuh, akan tetapi sebagian besar sel-sel tubuh tidak dapat melakukan

pertukaran gas-gas langsung dengan udara, hal ini disebabkan oleh sel-sel

yang letaknya sangat jauh dari tempat pertukaran gas tersebut. Dengan

demikian, sel-sel tersebut memerlukan struktur tertentu untuk menukar

maupun untuk mengangkut gas-gas tersebut.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/43284/3/jiptummpp-gdl-intannurwa-50650... · 2019. 1. 15. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Faktor-faktor yang Memengaruhi Gejala Saluran Pernapasan

19

2. Anatomi Saluran Pernapasan

Gambar 2.3 Organ Sistem Pernapasan

Sumber : Somantri,2007

Menurut Somantri (2007) anatomi saluran pernapasan terdiri dari :

a. Anatomi saluran pernapasan atas

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/43284/3/jiptummpp-gdl-intannurwa-50650... · 2019. 1. 15. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Faktor-faktor yang Memengaruhi Gejala Saluran Pernapasan

20

Gambar 2.4 Anatomi Saluran Pernapasan Atas

Sumber : Somantri, 2007

1) Lubang Hidung (cavum nasalis)

Hidung berfungsi sebagai jalan napas, pengatur udara,

pengatur kelembapan udara (humidifikasi), pengatur suhu,

pelindung dan penyaring udara, indra pencium dan resonator

suara.

2) Sinus Paranasalis

Sinus paranasalis merupakan daerah yang terbuka pada tulang

kepala. Dinamakan sesuai dengan tulang tempat dia berada yaitu

sinus frontalis, sinus ethmoidalis, sinus spehenoidalis, dan sinus

maxillaris. Sinus berfungsi untuk:

a) Membantu menghangatkan dan humidifikasi.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/43284/3/jiptummpp-gdl-intannurwa-50650... · 2019. 1. 15. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Faktor-faktor yang Memengaruhi Gejala Saluran Pernapasan

21

b) Meringankan berat tulang tengkorak

c) Mengatur bunyi suara manusia dengan ruang resonansi.

3) Faring

Faring merupakan pipa berotot berbentuk cerobong (±13

cm) yang letaknya bermula dari dasar tengkorak sampai

persambungannya dengan esofagus. Faring digunakan pada saat

‘digestion’ (menelan) seperti pada saat bernapas. Berdasarkan

letaknya faring dibagi menjadi tiga yaitu di belakang hidung

(naso-faring), belakang mulut (oro-faring), dan belakang laring

(laringo-faring).

4) Laring

Laring sering disebut dengan voice box dibentuk oleh

struktur epiteliumlined yang berhubungan dengan faring (di atas)

dan trakhea (di bawah). Laring terletak di anterior tulang

belakang (vertebrae) ke-4 dan ke-6. Bagian atas dari esofagus

berada di posterior laring.

Fungsi utama laring adalah untuk pembentukan suara, sebagai

proteksi jalan napas bawah dari benda asing dan untuk

memfasilitasi proses terjadinya batuk.

b. Anatomi Saluran Pernapasan Bagian Bawah

Saluran pernapasan bagian bawah (tracheobronchial tree) terdiri atas:

1) Saluran Udara Konduktif

a) Trakhea

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/43284/3/jiptummpp-gdl-intannurwa-50650... · 2019. 1. 15. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Faktor-faktor yang Memengaruhi Gejala Saluran Pernapasan

22

Trakhea merupakan perpanjangan dari laring pada

ketinggian tulang vertebrae torakal ke-7 yang bercabang

menjadi dua bronkus. Ujung cabang trakhea disebut carina.

Trakhea bersifat sangat fleksibel, berotot, dan memiliki

panjang 12 cm dengan cincin kartilago berbentuk huruf C.

pada cincin tersebut terdapat epitel bersilia tegak

(pseudostrarified ciliated columnar epithelium) yang

mengandung banyak sel goblet yang mensekresikan lendir

(mucus).

b) Bronkhus dan Bronkhiolus

Cabang bronkhus kanan lebih pendek, lebih besar, dan

cenderung lebih vertikal daripada cabang yang kiri. Hal

tersebut menyebabkan benda asing lebih mudah masuk ke

dalam cabang sebelah kanan daripada cabang bronkhus

sebelah kiri.

Segmen dan subsegmen bronkhus bercabang lagi dan

berbentuk seperti ranting masuk ke setiap paru-paru. Bronkhus

disusun oleh jaringan kartilago sedangkan bronkhiolus, yang

berakhir di alveoli, tidak mengandung kartilago. Tidak adanya

kartilago menyebabkan bronkhiolus mampu menangkap

udara, namun juga dapat mengalami kolaps. Agar tidak

kolaps, alveoli dilengkapi dengan porus/lubang kecil yang

terletak antar alveoli Kohn pores yang berfungsi untuk

mencegah kolaps alveoli.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/43284/3/jiptummpp-gdl-intannurwa-50650... · 2019. 1. 15. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Faktor-faktor yang Memengaruhi Gejala Saluran Pernapasan

23

Saluran pernapasan mulai dari trakhea sampai bronkhus

terminalis tidak mengalami pertukaran gas dan merupakan

area yang dinamakan Anatomical Dead Space. Banyaknya

udara yang berada dalam area tersebut adalah sebesar 150 ml.

awal dari proses pertukaran gas terjadi di bronkhiolus

respiratorius.

2) Saluran Respiratorius Terminal

a) Alveoli

Gambar 2.5 Alveolus

Sumber : Somantri,2007

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/43284/3/jiptummpp-gdl-intannurwa-50650... · 2019. 1. 15. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Faktor-faktor yang Memengaruhi Gejala Saluran Pernapasan

24

Parenkim paru-paru merupakan area yang aktif bekerja

dari jaringan paru-paru. Parenkim tersebut mengandung

berjuta-jura unit alveolus. Alveoli merupakan kantong udara

yang berukuran alveolar sacs sangat kecil, dan merupakan

akhir dari bronkhiolus respiratorius sehingga memungkinkan

pertukaran O2 dan CO2. Seluruh dari unit alveoli (zona

respirasi) terdiri atas bronkhiolus respiratorius, duktus

alveolus, dan (kantong alveolus). Fungsi utama dari unit

alveolus adalah pertukaran O2 dan CO2 di antara kapiler

pulmoner dan alveoli.

b) Paru-paru

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/43284/3/jiptummpp-gdl-intannurwa-50650... · 2019. 1. 15. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Faktor-faktor yang Memengaruhi Gejala Saluran Pernapasan

25

Gambar 2.6 Paru-paru

Sumber : Somantri,2007

Paru-paru terletak pada rongga dada, berbentuk kerucut

yang ujungnya berada di atas tulang iga pertama dan dasarnya

berada pada diafragma. Paru-paru kanan mempunyai 3 lobus

sedangkan paru-paru kiri mempunyai dua lobus. Kelima lobus

tersebut dapat terlihat dengan jelas. Setiap paru-paru terbagi

lagi menjadi beberapa subbagian menjadi sekitar sepuluh unit

terkecil yang disebut bronchopulmonary segments.

Paru-paru kanan dan kiri dipisahkan oleh ruang yang

disebut mediastinum. Jantung, aorta, vena cava, pembuluh

paru-paru, esofagus, bagian dari trakhea dan bronkhus, serta

kelenjar timus terdapat pada mediastinum.

c) Dada, Diafragma, dan Pleura

Tulang dada (sternum) berfungsi melindungi paru-paru,

jantung, dan pembuluh darah besar. Bagian luar rongga dada

terdiri atas 12 pasang tulang iga (costae). Bagian atas dada

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/43284/3/jiptummpp-gdl-intannurwa-50650... · 2019. 1. 15. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Faktor-faktor yang Memengaruhi Gejala Saluran Pernapasan

26

pada daerah leher terdapat dua otot tambahan inspirasi yaitu

otot scaleneus dan sternocleidomastoideus.

Diafragma terletak di bawah rongga dada. Diafragma

berbentuk seperti kubah pada keadaan relaksasi. Pengaturan

saraf diafragma (Nervus Phrenicus) terdapat pada susunan

saraf spinal pada tingkat C3, sehingga jika terjadi kecelakaan

pada saraf C3 akan menyebabkan gangguan ventilasi.

Pleura merupakan membran serosa yang menyelimuti

paru-paru. Pleura ada dua macam yaitu pleura parietal yang

bersinggungan dengan rongga dada (lapisan luar paru-paru)

dan pleura visceral yang menutupi setiap paru-paru (lapisan

dalam paru-paru). Diantara kedua pleura terdapat cairan

pleura seperti selaput tipis yang memungkinkan kedua

permukaan tersebut bergesekan satu sama lain selama

respirasi, dan mencegah pelekatan dada dengan paru-paru.

3. Otot-otot Pernapasan

Otot-otot pernapasan merupakan sumber kekuatan untuk mengembuskan

udara. Diafragma (dibantu oleh otot-otot yang dapat mengangkat tulang

rusuk dan tulang dada) merupakan otot utama yang ikut berperan

meningkatkan volume paru. Pada saat istirahat, otot-otot pernapasan

mengalami rileksasi. Saat inspirasi, m. sternocleidomastoideus, m. scaleni, m.

pectoralis minor, m. serratus anterior, dan m. intercostalis sebelah luar

mengalami kontraksi sehingga menekan diafragma ke bawah dan

mengangkut rongga dada untuk membantu udara masuk ke dalam paru. Pada

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/43284/3/jiptummpp-gdl-intannurwa-50650... · 2019. 1. 15. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Faktor-faktor yang Memengaruhi Gejala Saluran Pernapasan

27

fase ekspirasi, otot-otot transversal dada, m. intercostalis sebelah dalam, dan

m. abdominal mengalami kontraksi, sehingga mengangkat diafragma dan

menarik rongga dada untuk mengeluarkan udara dari paru (Muttaqin, 2008).

Gambar 2.7 Otot-otot pernapasan. Otot abdominal mempunyai peran penting

sebagai otot bantu pernapasan. (a) gambaran secara lateral pada saat istirahat

tanpa ada pergerakan udara ke dalam paru. (b) Inhalasi, menggambarkan

kemampuan otot untuk melakukan elevasi atau mengembangkan tulang rusuk.

(c) Ekshalasi, menggambarkan kemampuan otot-otot dalam mendepresi atau

menarik kembali tulang rusuk

Sumber : Simon dan Schuster,2003

C. Debu

1. Pengertian Debu

Debu merupakan salah satu bahan yang sering disebut sebagai partikel

yang melayang di udara (Suspended Particulate Matter/SPM) dengan ukuran

1 mikron sampai dengan 500 mikron. Partikel debu akan berada di udara

dalam waktu yang relatif lama dalam keadaan melayang-layang di udara

kemudian masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernapasan (Kuswana,

2014).

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/43284/3/jiptummpp-gdl-intannurwa-50650... · 2019. 1. 15. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Faktor-faktor yang Memengaruhi Gejala Saluran Pernapasan

28

Debu adalah partikel benda padat yang terapung di udara, biasanya debu

dihasilkan oleh proses mekanik seperti penggosokan, pengeboran,

pemecahan benda padat, serta cara pengolahan benda padat lainnya, misalnya

asbestos dan silica (Harrianto, 2009)

2. Efek Debu Terhadap Kesehatan

Menurut Cayanto (2007) Partikel-partikel kecil oleh karena gerakan

Brown, ada kemungkinan membentur permukaan alveoli dan tertimbun

disana. Bila debu masuk di alveoli,jaringan mengeras,yang disebut fibrosis.

Bila 10 persen alveoli mengeras akibatnya akan mengurangi elastisitasnya

dalam menampung volume udara sehingga kemampuan untuk mengikat

oksigen menurun. Fungsi paru- paru utama ialah untuk melakukan pertukaran

udara dari atmosfir ke dalam tubuh manusia dan sebaliknya. Untuk

pertukaran udara dalam paru-paru ini harus melalui alveoli. Dalam alveoli ini

terjadi pertukaran oksigen dari atmosfir dengan karbondioksida di bawa ke

seluruh tubuh. Karena terjadinya fibrosis dapat menurunkan vital capacity

paru-paru. Akibatnya oksigen akan berkurang yang ditangkap sehingga

bagian yang memerlukan oksigen seperti otak,jantung akan terganggu.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Imania (2014) Bahaya debu kayu

bagi kesehatan bahwa debu merupakan bahan partikel apabila masuk ke

dalam organ pernapasan manusia maka dapat menimbulkan penyakit pada

tenaga kerja khususnya berupa gangguan sistem pernapasan yang ditandai

dengan pengeluaran lendir secara berlebihan yang menimbulkan gejala

utama yang sering terjadi adalah batuk, sesak napas dan kelelahan umum.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/43284/3/jiptummpp-gdl-intannurwa-50650... · 2019. 1. 15. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Faktor-faktor yang Memengaruhi Gejala Saluran Pernapasan

29

Ukuran partikel debu yang membahayakan kesehatan umumnya berkisar

antara 0,1-10 mikron. Partikel debu tersebut akan berada di udara dalam

waktu yang relatif lama dalam keadaan melayang-layang dan dapat masuk ke

dalam tubuh manusia melalui saluran pernapasan,oleh karena itu

perlindungan terhadap tenaga kerja harus diadakan.

3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Proses Pengendapan Partikel Debu di Paru.

Soeripto (2008) menyatakan bahwa debu termasuk bahan partikel

toksikan yang dapat diabsorbsi paru. Debu terhirup dan masuk ke dalam

tubuh secara inhalasi, proses penimbunan debu hingga menyebabkan

gangguan faal paru dipengaruhi oleh jenis partikel, lama pajanan, besarnya

kadar partikel dan ukuran partikel debu.

a. Jenis Debu

Jenis debu terkait daya larut sifat kimianya. Adanya perbedaan

daya larut dan sifat kimiawi ini, maka kemampuan mengendapnya juga

akan berbeda pula. Suma’mur (2009) mengelompokkan partikel debu

menjadi dua yaitu debu organic dan anorganik.

Tabel 2.1 Jenis-jenis debu

NO Jenis Debu Contoh (Jenis Debu)

1. Organik

a. Alamiah

1. Fosil

2. Bakteri

3. Jamur

4. Virus

5. Sayuran

6. Binatang

Batu bara, karbon hitam, arang, granit

TBC, antraks, enzim bacillus substilis

Koksidimikosis, histoplasmosis, kriptokokus

thermophilic actinomycosis.

Psikatosis, cacar air, Q fever

Kompos jamur, ampas tebu, tepung padi, gabus,

atap alang-alang, katun, rami, serta nanas

Kotoran burung merpati, kesturi, ayam

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/43284/3/jiptummpp-gdl-intannurwa-50650... · 2019. 1. 15. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Faktor-faktor yang Memengaruhi Gejala Saluran Pernapasan

30

b. Sintesis

1. Plastik

2. Reagen

Politetra fluoretilen diesosianat

Minyak isopropyl, pelarut organik

2. Anorganik

a. Silica bebas

1. Crystaline

2. Amorphus

b. Silika

1. Fibrosis

2. Lain-lain

c. Metal

1. Inert

2. Lain-lain

3. Bersifat

keganasan

Quarrz, trymite cristobalite

Diatomaceous earth, silica gel

Asbestosis, silinamite, talk

Mika,kaolin, debu semen

Besi, barium, titanium, tin, alumunium, seng

Berilium

Arsen, kobal, nikel hematite, uranium, asbes,

khrom

(Sumber: Suma’mur, 2009)

Jenis debu terkait daya larut sifat kimianya. Adanya perbedaan

daya larut dan sifat kimiawi ini, maka kemampuan mengendapnya

juga akan berbeda pula.

b. Ukuran Partikel Debu

Debu yang berukuran 5-10 mikron akan tertahan oleh saluran

pernapasan bagian atas, sedangkan yang berukuran 3-5 mikron akan

tertahan oleh saluran pernapasan bagian tengah. Partikel-partikel yang

berukuran 1-3 mikron, akan sampai di permukaan alveoli (Kuswana,

2014).

Partikel-partikel yang berukuran 0,1 mikron tidak begitu hinggap

pada permukaan alveoli, oleh karena partikel dengan ukuran demikian

tidak mengendap di permukaan. Debu dengan partikel-partikelnya

berukuran kurang dari 0,1 mikron bermassa terlalu kecil, sehingga

tidak mengendap di permukaan alveoli atau selaput lendir, oleh

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/43284/3/jiptummpp-gdl-intannurwa-50650... · 2019. 1. 15. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Faktor-faktor yang Memengaruhi Gejala Saluran Pernapasan

31

karena gerakan brown yang menyebabkan debu demikian bergerak

keluar masuk alveoli (Soedirman dan Suma’mur,2014)

c. Konsentrasi Partikel Debu dan lama Paparan

Semakin tinggi konsentrasi partikel debu dalam udara dan

semakin lama paparan berlangsung, jumlah partikel yang mengendap

di paru juga semakin banyak. Setiap inhalasi 500 partikel per

millimeter kubik udara, setiap alveoli paling sedikit menerima 1

partikel dan apabila konsentrasi mencapai 1000 partikel per

millimeter kubik, maka 10% dari jumlah tersebut akan tertimbun di

paru. Konsentrasi yang melebihi 5000 partikel per millimeter kubik

sering dihubungkan dengan terjadinya Pneumokoniosis

(Mangkunegoro,2003)

Suma’mur (2013) menyatakan bahwa semakin lama masa kerja

seseorang, maka semakin tinggi pula tingkat risiko dalam terjadinya

gangguan faal paru. Masa kerja juga menentukan lama paparan

seseorang terhadap faktor risiko terpapar debu, sehingga semakin

besar lama paparan seseorang maka semakin besar pula risiko terkena

penyakit paru.

Menurut Soeripto (2008), gangguan faal paru merupakan efek dari

pemajanan kronis, sehingga pengaruhnya dapat diketahui dalam

waktu relatif lama. Hal ini menjelaskan bahwa penyebab gangguan

faal paru tidak dapat dilihat hanya dari lama paparan sehari atau

waktu pemajanan singkat, namun membutuhkan waktu yang relatif

lama. Hal ini sejalan dengan Hasil penelitian yang dilakukan oleh

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/43284/3/jiptummpp-gdl-intannurwa-50650... · 2019. 1. 15. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Faktor-faktor yang Memengaruhi Gejala Saluran Pernapasan

32

Ardam (2015) bahwa gangguan paru yang terjadi pada pekerja

overhaul power plant bukan merupakan efek pemajanan akut.

Gangguan paru yang terjadi bukan semata-mata disebabkan karena

pekerja terpapar debu dalam waktu yang kurang dari 8 jam per hari

atau bahkan lebih dari 8 jam per harinya. Gangguan faal paru yang

terjadi merupakan efek dari pemajanan kronis.

Menurut (Simanjuntak, Pinontoan dan Pangeman, 2015) Semakin

lama paparan berlangsung, jumlah partikel yang mengendap di paru

juga akan semakin banyak. Pneumokoniosis akibat debu akan timbul

setelah penderita mengalami kontak lama dengan debu.

Pneumoconiosis jarang ditemui kelainan bila paparan kurang dari 10

tahun.

4. Mekanisme Penimbunan Debu dalam Paru

Mekanisme penimbunan debu dalam paru-paru dapat terjadi sebagai

berikut: dengan menarik napas, udara yang mengandung debu masuk ke

dalam paru-paru. Jalur yang ditempuh hidung, faring, trakea, bronkus,

bronkiolus, dan alveoli. Apa yang terjadi dengan debu ini sangat tergantung

daripada besarnya ukuran debu (Cayanto,2007)

Beberapa mekanisme tertimbunnya debu dalam paru menurut Suma’mur

(2009) antara lain:

a. Inertia

Inertia terjadi pada waktu udara membelok ketika melalui pernapasan

yang tidak lurus, maka partikel-partikel debu yang bermassa cukup besar

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/43284/3/jiptummpp-gdl-intannurwa-50650... · 2019. 1. 15. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Faktor-faktor yang Memengaruhi Gejala Saluran Pernapasan

33

tidak dapat membelok mengikuti aliran udara, melainkan terus dan

akhirnya menumpuk selaput lendir dan mengendap disana.

b. Sedimentasi

Sedimentasi merupakan penimbunan debu yang terjadi di bronchus dan

bronkhiolus, sebab di tempat itu kecepatan udara sangat kurang kira-kira

1 cm/detik sehingga gaya tarik dapat bekerja terhadap partikel-partikel

debu dan mengendapkannya.

c. Gerak Brown

Gerak Brown merupakan penimbunan bagi partikel-partikel yang

berukuran sekitar atau kurang dari 0,1 mikron. Partikel-partikel yang

kecil ini digerakkan oleh gerak Brown sehingga ada kemungkinan

membentur permukaan alveoli dan hinggap disana.

5. Mekanisme Pertahanan Tubuh Terhadap Pajanan Debu

Pajanan debu yang sama baik jenis, ukuran partikel, konsentrasi maupun

lama pajanan berlangsung, tidak selalu menunjukkan akibat yang sama,

sebagian akan mengalami gangguan paru berat, sebagian ringan dan ada yang

tidak mengalami gangguan. Hal ini berhubungan dengan perbedan

kemampuan sistem pertahanan tubuh terhadap pajanan partikel debu

terinhalasi.

Sistem pertahanan tubuh dan saluran napas melalui cara :

a. Secara mekanik yaitu pertahanan yang dilakukan dengan menyaring

partikel yang terhirup bersama udara dan masuk saluran pernapasan.

Penyaringan dilakukan di hidung, nasofaring dan saluran bagian bawah

yaitu bronkus dan bronkiolus. Dihidung penyaringan dilakukan oleh

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/43284/3/jiptummpp-gdl-intannurwa-50650... · 2019. 1. 15. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Faktor-faktor yang Memengaruhi Gejala Saluran Pernapasan

34

bulu-bulu silia yang terdapat di lubang hidung, sedangkan di bronkus

dilakukan oleh reseptor yang terdapat pada otot polos yang dapat

berkontraksi apabila ada iritan. Rangsangan yang terjadi berlebihan

menyebabkan tubuh akan memberi reaksi berupa bersin atau batuk yang

dapat mengeluarkan benda asing termasuk partikel debu dari saluran

napas bagian atas atau bronkus.

b. Secara kimiawi yaitu adanya mukus dalam saluran napas secara fisik

dapat memindahlan partikel yang melekat di saluran napas dibantu

dengan gerakan silia menuju ke laring. Cairan tersebut bersifat

detoksifikasi dan bakterisid. Pada paru terjadi ekskresi cairan secara terus

menerus dan perlahan-lahan dari bronkus ke alveoli melalui sistem

limfatik, selanjutnya makrofag alveolar menfagosit partikel yang ada di

permukaan alveoli.

c. Secara imunitas yaitu melalui proses biokimiawi yaitu humorak dan

seluler. Ketiga sistem ini saling berkait dan berkoordinasi dengan baik

sehingga partikel yang terhirup disaring dan dikeluarkan dari saluran

napas.

D. Asma

1. Pengertian Asma

Asma adalah kelainan berupa inflamasi kronik saluran pernapasan yang

menyebabkan hiperaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan yang

dapat menimbulkan gejala mengi, batuk, sesak napas dan dada terasa berat

terutama pada malam dan atau dini hari yang umumnya bersifat reversibel

baik dengan atau tanpa pengobatan (Depkes RI,2009). Sedangkan menurut

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/43284/3/jiptummpp-gdl-intannurwa-50650... · 2019. 1. 15. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Faktor-faktor yang Memengaruhi Gejala Saluran Pernapasan

35

Smeltzer & Bare (2002) asma merupakan penyakit jalan napas obstruktif

intermitten yang bersifat reversibel dimana trakhea dan bronkus berespon

secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu yang ditandai dengan penyempitan

jalan napas, yang mengakibatkan dispnea, batuk dan mengi.

2. Etiologi Asma

a. Sensitisasi, yaitu individu dengan risiko genetik (alergik/atopi,

hiperaktivitas bronkus, jenis kelamin dan ras) dan lingkungan (allergen,

sensitisasi lingkungan kerja, asap rokok, polusi udara, infeksi pernapasan

(virus), diet, status sosioekonomi dan besarnya keluarga) apabila terpajan

dengan pemicu maka akan menimbulkan sensitisasi pada dirinya. Faktor

pemicu tersebut adalah allergen dalam ruangan: tungau, debu rumah,

binatang berbulu, jamur, ragi dan pajanan asap rokok.

b. Inflamasi, apabila telah terpajan dengan pemacu akan terjadi proses

inflamasi pada saluran napas. Proses inflamasi yang berlangsung lama

atau proses inflamasinya berat secara klinis berhubungan dengan

hiperaktivitas.

3. Faktor Pencetus Asma

Faktor pencetus asma adalah semua faktor pemicu dan pemacu ditambah

aktivitas fisik, udara dingin, histamin dan metakolin. Secara umum faktor

pencetus asma adalah:

a. Alergen

Allergen merupakan zat-zat tertentu yang bila dihisap atau dimakan dapat

menimbulkan serangan asma seperti debu, tungau, spora jamur, bulu

binatang, tepung sari, beberapakan makanan laut (Muttaqin,2008)

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/43284/3/jiptummpp-gdl-intannurwa-50650... · 2019. 1. 15. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Faktor-faktor yang Memengaruhi Gejala Saluran Pernapasan

36

b. Infeksi saluran pernapasan

Asma yang terjadi pada saat dewasa dapat disebabkan oleh berbagai

faktor salah satunya debu dan bulu binatang di tempat kerja yang

mengakibatkan infeksi saluran pernapasan atas yang berulang. Ini disebut

dengan occupational asthma yaitu asma yang disebabkan karena

pekerjaan (Ikawati,2010)

c. Tekanan Jiwa

Faktor ini berperan mencetuskan serangan asma terutama pada orang

yang agak labil kepribadiannya, ini lebih menonjol pada wanita dan anak-

anak (Muttaqin,2008)

d. Olahraga/kegiatan jasmani yang berat

Serangan asma karena exercise (Exercise Induced Asthma/EIA) terjadi

segera setelah olahraga atau aktivitas fisik yang cukup berat.

e. Obat-obatan

Pasien asma biasanya sensitif atau alergi terhadao obat tertentu. Obat

tersebut misalnya golongan aspirin, NSAID, beta bloker dll (Depkes

RI,2009)

f. Polusi udara

Pasien asma sangat peka terhadap udara berdebu, asap pabrik atau

kendaraan, asap rokok, asap yang mengandung hasil pembakaran dan

oksida. (Muttaqin,2008).

E. Asma Akibat Kerja

Asma akibat kerja adalah suatu penyakit yang ditandai oleh gangguan

aliran nafas dan hipereaktiviti bronkus yang terjadi akibat suatu keadaan di

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/43284/3/jiptummpp-gdl-intannurwa-50650... · 2019. 1. 15. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Faktor-faktor yang Memengaruhi Gejala Saluran Pernapasan

37

lingkungan kerja dan tidak terjadi pada rangsangan diluar tempat kerja

(Yeung,2007)

1. Klasifikasi Asma

Klasifikasi asma ditempat kerja menutut The American Collage of Chest

Physicians adalah :

a. Asma Akibat Kerja

1) Asma akibat kerja dengan masa laten yaitu asma yang terjadi melalui

mekanisme imunologis. Pada kelompok ini terdapat masa laten yaitu

masa sejak awal pajanan sampai timbul gejala. Biasanya terdapat

pada orang yang sudah tersensitisasi yang bila terkena lagi dengan

bahan tersebut maka akan menimbulkan asma.

2) Asma akibat kerja tanpa masa laten yaitu asma yang timbul setelah

pajanan dengan bahan di tempat kerja dengan kadar tinggi dan tidak

terlalu dihubungkan dengan mekanisme imunologis. Gejala seperti

ini dikenal dengan istilah Irritant Induced Asthma atau Reactive

Airways dysfunction Syndrome (RADS). RADS didefinisikan asma

yang timbul dalam 24 jam setelah satu kali pajanan dengan bahan

iritan konsentrasi tinggi seperti gas, asap yang menetap sedikitnya

dalam 3 bulan.

b. Asma yang diperburuk ditempat kerja

Asma yang sudah ada sebelumnya atau sudah mendapat terapi asma

dalam 2 tahun sebelumnya dan memburuk akibat pajanan zat ditempat

kerja. Pada pekerja yang sudah menderita asma sebelum bekerja, 15%

akan memburuk akibat pajanan bahan/faktor dalam lingkungan kerja.

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/43284/3/jiptummpp-gdl-intannurwa-50650... · 2019. 1. 15. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Faktor-faktor yang Memengaruhi Gejala Saluran Pernapasan

38

F. Asthma Control Test (ACT)

Asthma Control Test (ACT) adalah kuesioner pengukuran yang dilakukan

berdasarkan patient-based berguna untuk menilai tingkat kontrol asma.

Kuesioner tingkat kontrol spesifik terhadap asma telah dikembangkan dan

divalidasi sehingga dapat menyeleksi asma yang tidak terkontrol, mengubah

pengobatan menjadi lebih tepat dan memberikan pendidikan atau pengetahuan

tentang bahaya keadaan asma yang tidak terkontrol (Reviona, 2014).

Kuesioner ini terdiri dari lima pertanyaan, yang dikeluarkan oleh America

Lung Association. Parameter yang dinilai adalah gangguan aktivitas harian akibat

asma, frekuensi gejala asma, gejala malam, penggunaan obat pelega dan dan

persepsi terhadap kontrol asma (Widysanto,2009). ACT ini bersifat lebih valid,

reliable, mudah digunakan dan lebih komprehensif dibanding jenis kuesioner

lain sehingga dapat dipakai secara luas (Nathan, 2004).

Asthma Control Test adalah suatu uji skrining berupa kuesioner tentang

penilaian klinis seseorang pasien asma untuk mengetahui asmanya terkontrol

atau belum. Kuesioner ini didesain untuk pasien berumur ≥ 14 tahun. Metode ini

dilakukan dengan cara meminta pasien untuk menjawab lima pertanyaan

mengenai penyakit mereka. Setiap pertanyaan mempunyai lima jawaban dan

penilaian dari asma terkontrol sebagai berikut. Skor jawaban dari kelima

pertanyaan itu 25 artinya asmanya sudah terkontrol secara total, skror antara 20

sampai 24 berarti asmanya terkontrol baik, skor jawaban kurang dari atau sama

dengan 19 berarti asmanya tidak terkontrol.

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/43284/3/jiptummpp-gdl-intannurwa-50650... · 2019. 1. 15. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Faktor-faktor yang Memengaruhi Gejala Saluran Pernapasan

39

Gambar 2.8 Kuesioner Asthma Control Test (ACT)

Sumber : GINA 2009