Upload
others
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
2.1.1 Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah suatu hasil dari tahu seseorang dalam menjawab sebuah
pertanyaan dari beberapa objek yang telah diamati atau dialami (Notoatmodjo, 2012).
Menurut Efendi & Makhfudli (2009), pengetahuan merupakan hasil yang diperoleh
dari pengindraan seperti pendengaran, perasa, penglihatan, penciuman, dan peraba
sehingga dapat membentuk tindakan seseorang (overt behavior).
Menurut Wasis (2008), pengetahuan merupakan hal-hal yang diketahui
melalui penglihatan yang mendalam tentang kebenaran yang ada disekitar tanpa diuji
kebenarannya. Sumber pengetahuan didapatkan dari tradisi (kebiasaan yang turun
menurun), otoritas (karena pengaruh penguasa), model peran (belajar dari orang
panutan), intuisi (didapat dari alam bawah sadar), dan reasioninng (berbagai alasan).
2.1.2 Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010), tingkat pengetahuan didalam domain kognitif
mempunyai enam tingkatan yaitu:
1. Tahu (know). Dimana mengingat kembali suatu materi yang telah dipelajari atau
objek yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkat pengetahuan
yang paling rendah.
10
2. Memahami (comprehension), diartikan sebagai suatu kemampuan dalam
menjelaskan dan mampu mengintepretasikan objek atau materi yang telah dialami
dengan benar.
3. Aplikasi (application), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan
objek atau materi yang telah dipahami dalam situasi atau kondisi nyata.
4. Analisis (analysis), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu
materi atau objek dalam beberapa komponen, tetapi masih dalam satu kaitannya
dengan yang lain.
5. Sintesis (sinthesis), yaitu suatu kemampuan untuk meletakkan dan
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk yang baru.
6. Evaluasi (evaluation), dimana kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap
suatu materi atau objek.
2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Mubarak (2007), dalam pengetahuan terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi seseorang :
1. Pendidikan, adalah suatu bimbingan yang diberikan seseorang terhadap orang lain
tentang suatu hal agar mereka dapat mengerti dan paham. Maka dapat
disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin
mudah pula mereka dalam menerima atau memahami informasi dan materi
sehingga pengetahuan yang diperoleh akan semakin banyak, sedangkan semakin
rendah tingkat pendidikan seseorang maka akan menghambat perkembangan
mereka dalam memperoleh informasi dan materi yang baru.
11
2. Pekerjaan, dalam lingkungan pekerjaan seseorang mampu memperoleh
pengalaman atau pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak
langsung.
3. Umur, “semakin muda usia individu maka kemampuan mengingat akan semakin
tinggi termasuk kemampuan untuk mengingat informasi yang diterima. Individu
yang telah mengalami penuaan akan mengalami penurunan fisiologis tubuh yang
akan mempengaruhi kemampuan untuk mengingat informasi”.
4. Minat, rasa ingin tahu seseorang akan menimbulkan minat dalam mencoba hal
baru untuk mendalami pengetahuan yang dimilikinya.
5. Pengalaman, suatu kejadian yang pernah dialami seseorang ketika berinteraksi
dengan objek atau lingkungannya. Ketika dalam pengalaman seseorang terdapat
hal yang kurang baik, maka dengan sendiri akan dilupakan, namun ketika dalam
pengalaman seseorang terdapat hal yang menyenangkan maka secara psikologis
akan menimbulkan kesan yang menyenangkan, sehingga cenderung akan
melakukan tindakan yang positif.
6. Kebudayaan lingkungan sekitar, ketika seseorang dibesarkan pada kebudayaan
lingkungan sekitar maka lingkungan tersebut akan berpengaruh besar terhadap
sikap pribadi atau sikap seseorang itu sendiri.
7. Informasi, adalah suatu hal yang dapat mempermudah seseorang dalam
memperoleh pengetahuan yang baru.
2.2 Konsep Anak
2.2.1 Definisi Anak
Masa anak-anak merupakan dasar pembentukan fisik dan kepribadian pada
masa berikutnya. Dengan kata lain, masa anak-anak merupakan masa emas
12
mempersiapkan individu menghadapi tuntutan zaman sesuai potensi (Fadli, 2010).
Menurut Gunarsa & Gunarsa (2008), dasar kepribadian seseorang terbentuk pada
masa anak-anak. Proses-proses perkembangan yang terjadi dalam diri seorang anak
ditambah dengan apa yang dialami dan diterima selama masa anak-anaknya secara
sedikit demi sedikit memungkinkan ia tumbuh dan berkembang.
2.2.2 Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Dalam pertumbuhan dan perkembangan anak terdapat dua peristiwa, yaitu
peristiwa percepatan dan perlambatan. Selain itu akan terjadi pertumbuhan dan
perkembangan secara fisik, intelektual, maupun emosional. Pertumbuhan dan
perkembangan secara fisik dapat berupa perubahan ukuran besar kecilnya fungsi
organ mulai dari tingkat sel hingga perubahan organ tubuh. Pertumbuhan dan
perkembangan intelektual anak dapat dilihat dari kemampuan secara simbolik
maupun abstrak, seperti berbicara, bermain, berhitung, membaca, dan lain-lain.
Pertumbuhan dan perkembangan secara emosional anak dapat dilihat dari perilaku
social di lingkungan anak (Hidayat, 2008).
2.2.2.1 Prinsip Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Menurut Hidayat (2008), Secara umum perkembangan dan pertumbuhan
memiliki beberapa prinsip dalam prosesnya. Prinsip tersebut dapat menentukan ciri
atau pola dari pertumbuhan dan perkembangan setiap anak. Prinsip-prinsip tersebut
antara lain sebagai berikut.
1. Proses pertumbuhan dan perkembangan sangat bergantung pada aspek
kematangan susunan saraf pada manusia, dimana semakin sempurna atau
13
kompleks kematangan saraf maka semakin sempurna pula proses pertumbuhan
yang terjadi mulai dari proses konsepsi sampai dengan dewasa.
2. Proses pertumbuhan dan perkembangan setiap individu adalah sama, yaitu
mecapai proses kematangan, meskipun dalam proses pencapaian tersebut tidak
memiliki kecepatan yang sama antara individu yang satu dengan yang lain.
3. Proses pertumbuhan dan perkembangan memiliki pola khas yang dapat terjadi
mulai dari kepala hingga ke seluruh bagian tubuh atau juga mulai dari
kemampuan yang sederhana hingga mencapai kemampuan yang lebih kompleks
sampai mencapai kesempurnaan dari tahap pertumbuhan dan perkembangan.
2.2.2.2 Ciri-ciri Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Dalam peristiwa pertumbuhan dan perkembangan anak memiliki berbagai ciri
khas yang membedakan komponen satu dengan yang lain. Pertumbuhan memiliki
ciri-ciri sebagai berikut :
1. Dalam pertumbuhan akan terjadi perubahan ukuran dalam hal bertambahnya
ukuran fisik, seperti berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar lengan,
lingkar dada, dan lain-lain.
2. Dalam pertumbuhan dapat terjadi perubahan proporsi yang dapat terlihat pada
proporsi fisik atau organ manusia yang muncul mulai dari masa konsepsi hingga
dewasa.
3. Pada pertumbuhan dan perkembangan terjadi hilangnya ciri-ciri lama yang ada
selama masa pertumbuhan, seperti hilangnya kelenjar timus, lepasnya gigi susu,
atau hilangnya reflex-refleks tertentu.
4. Dalam pertumbuhan terdapat ciri baru yang secara perlahan mengikuti proses
kematangan, seperti aksila, pubis, atau dada. (Hidayat, 2008)
14
2.3 Konsep Asma
2.3.1 Definisi Asma
Asma merupakan keadaan sakit sesak nafas dikarenakan terjadinya aktivitas
berlebih terhadap rangsangan tertentu sehingga menyebabkan peradangan dan
penyempitan pada saluran nafas yang mengalirkan oksigen ke paru-paru dan rongga
dada (Utami, 2013). Menurut Yunus dalam Wahyudi (2012), asma merupakan
penyakit kronis yang tidak dapat disembuhkan. Obat-obatan yang dikonsumsi oleh
individu yang mengalami asma tidak dapat menyembuhkan penyakit asma namun
hanya menekan gejala kekambuhan asma. Penyakit asma adalah suatu kelainan
berupa inflamasi (peradangan) kronik saluran nafas yang menyebabkan
hipereaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan yang ditandai dengan gejala
episodik berulang berupa mengi, batuk, sesak nafas dan rasa berat di dada terutama
pada malam atau dini hari yang umumnya bersifat reversible baik dengan atau tanpa
pengobatan. Penyakit asma bersifat fluktuatif (hilang timbul) artinya dapat tenang
tanpa gejala tidak mengganggu aktifitas tetapi dapat eksaserbasi dengan gejala ringan
sampai berat bahkan dapat menimbulkan kematian (DEPKES R.I, 2009)
2.3.2 Klasifikasi asma
Asma terbagi menjadi alergi, idiopatik, nonalergik, dan campuran (mixed)
(Somantri, 2007). Jenis asma ada bermacam – macam, meskipun banyak orang yang
menganggapnya sama. Secara umum, menurut Mumpuni (2013), jenis asma dapat
dibedakan menjadi 9 jenis, yaitu:
15
1. Asma Alergik/Ekstrinsik
Asma alergik merupakan suatu jenis asma yang disebabkan oleh alergen
(misalnya bulu binatang, debu, ketombe, tepung sari, makanan, dan lain-lain).
Alergen yang paling umum adalah alergen yang perantaraan penyebarannya
melalui udara (airborne) dan alergen yang muncul secara musiman (seasonal).
Pasien dengan asma alergik biasanya mempunyai riwayat penyakit alergi pada
keluarga dan riwayat pengobatan eczema atau rhinitis alergik. Paparan terhadap
alergi akan mencetuskan serangan asma. Gejala asma pada umumnya dimulai
saat anak-anak (Mumpuni, 2013).
2. Idiopatik atau Nonallergic Asthma/ Intrinsic
Asma nonallergic merupakan jenis asma yang tidak berhubungan secara langsung
dengan alergen spesifik. Factor-faktor seperti common cold, infeksi saluran nafas
atas, aktivasi, emosi, dan polusi lingungan dapat menimbulkan serangan asma.
Serangan asma idiopatik atau nonalergik dapat menjadi lebih berat dan seiring
berjalannya waktu dapat berkembang menjadi bronchitis dan emfisema. Pada
beberapa pasien, asma jenis ini dapat berkembang menjadi asma campuran.
Asma tersebut biasanya terjadi pada usia dewasa (>35) (Mumpuni, 2013).
3. Asma campuran (mixed asthma)
Asma campuran merupakan bentuk asma yang paling ditemukan.
Dikarakteristikkan dengan bentuk kedua jenis asma alergi dan idiopatik atau non
alergi. Menurut pedoman nasional asma anak membagi asma anak menjadi 3
derajat penyakit, seperti dapat dilihat dalam table berikut ini (Mumpuni, 2013).
16
Tabel 2.1 Derajat penyakit asma pada anak
Parameter klinis, kebutuhan obat dan faal paru
Asma episodic jarang
Asma episodic sering
Asma persisten
Frekuensi serangan < 1x/bulan >1x/bulan Sering
Lama Serangan < 1 minggu ≥ 1 minggu Hampir sepanjang tahun, tidak ada remisi
Intensitas serangan Biasanya ringan Biasanya sedang Biasanya berat
Diantara serangan Tanpa gajala Sering dan gejala Gejala siang dan malam
Tidur dan aktifitas Tidak terganggu Sering terganggu Sangat terganggu
Pemeriksaan fisik diluar serangan
Normal (tidak ditemukan kelainan)
Mugkin terganggu (ditemukan kelainan)
Tidak pernah normal
4. Asma Nokturnal (Asma karena batuk kering)
Batuk kering sangat menyiksa dan menyakitkan di dada. Penderita sering
terbangun dari tidur karena jenis penyakit ini. Penderita biasanya menjadi lemas
dan lesu karena kurang tidur (Mumpuni, 2013).
5. Asma pada anak
Asma pada anak ini umumnya terjadi karena alergi. Memang ada beberapa kasus
anak menjadi asma karena radang tenggorokan atau kasus iritasi lainnya, namun
jumlah terbanyak disebabkan karena alergi (Mumpuni, 2013).
6. Asma pada orang dewasa
Asma pada orang dewasa bisa terjadi karena berbagai hal, seperti alergi, non
alergi, nocturnal, iritasi, kecemasan, beban kerja, dan lain-lain. Oleh karena itu,
penderita harus mewaspadai gejala-gejala yang mungkin muncul dan
mempersiapkan diri untuk mencegah jangan sampai terjadi serangan akut
(Mumpuni, 2013).
17
7. Asma batuk
Asma ini merupakan jenis asma yang menyulitkan bagi penderitanya. Batuk yang
menyertainya sering mengakibatkan terjadinya asma. Oleh karena itu, jika terjadi
batuk yang disertai sesak nafas sebaiknya segera diperiksakan ke dokter dan
melakukan pemeriksaan lengkap untuk menentukan jenis pengobatan
(Mumpuni, 2013).
8. Asma akibat pekerjaan
Asma ini terjadi karena terpapar zat-zat tertentu di lingkungan di tempat kerja.
Contohnya, seorang pengajar yang masih menggunakan kapur tulis dalam
kesehariannya dapat mengalami asma karena menghirup butiran-butiran dan
masuk ke saluran pernafasan (Mumpuni, 2013).
9. Asma musiman
Asma musiman adalah asma yang terjadi pada banyak orang saat musim-musim
tertentu. Misalnya pada saat musim kemarau, banyak sekali tanah-tanah kering
dan berdebu, lalu debu tersebut beterbangan terbawa angin dan masuk ke dalam
saluran pernapasan (Mumpuni, 2013).
2.3.3 Tanda gejala asma
Gejala asma terdiri atas triad : dispnea, batuk, dan mengi (bengek atau sesak
napas). Gambaran klinis pasien yang menderita asma:
1. Gambaran objektif yaitu suatu kondisi dalam keadaan seperti sesak napas parah
dengan ekspirasi memanjang disertai wheezing, dapat disertai batuk dengan
sputum kental dan sulit dikeluarkan, bernapas dengan menggunakan otot-otot
napas tambahan, sianosis, takikardia, gelisah, dan pulsus paradoksus, serta fase
ekspirasi memanjang disertai wheezing (di apeks dan hilus).
18
2. Gambaran subjektif adalah keadaan pasien mengeluh sukar bernapas, sesak,
anoreksia.
3. Gambaran psikososial yang diketahui perawat adalah cemas, takut, mudah
tersinggung, dan kurangnya pengetahuan pasien terhadap situasi penyakitnya
(Somantri, 2007).
2.3.4 Faktor Penyebab asma
Etiologi asma belum diketahui dengan pasti. Namun suatu hal yang sering
kali terjadi pada semua penderita asma adalah fenomena hiperakivitas bronkhus.
Bronkhus pada penderita asma sangat peka terhadap rangsangan imunologi maupun
nonimunologi. Karena sifat tersebut, maka serangan asma mudah terjadi (Somantri,
2007). Menurut Danusantoso (2011), Asma disebabkan oleh faktor intrinsik dan
ekstrinsik, secara intrinsik asma bisa disebabkan oleh infeksi (virus influenza,
pneumoni mycoplasmal), fisik (cuaca dingin, perubahan temperatur), iritan seperti zat
kimia, polusi udara (CO, asap rokok, parfum), faktor emosional (takut, cemas dan
tegang) juga aktivitas yang berlebihan. Secara ekstrinsik/imunologik asma bisa
disebabkan oleh reaksi antigen-antibodi dan inhalasi allergen (debu, serbuk, dan bulu
binatang).
2.3.5 Patofisiologi Asma
Trigger (pemicu) yang berbeda akan menyebabkan eksaserbasi asma oleh karena
inflamasi saluran napas atau bronchospasme akut atau keduanya. Sesuatu yang dapat
memicu serangan sama ini sangat bervariasi antara individu yang lain dan dari satu
waktu ke waktu yang lain. Beberapa hal diantaranya adalah allergen, polusi udara,
infeksi saluran napas, kecapaian, perubahan cuaca, makanan, obat atau ekspresi emosi
yang berlebihan. Mekanisme keterbatasan aliran udara yang bersifat akut ini bervariasi
19
sesuai dengan rangsangan. Allergen akan memicu terjadinya bronkhokontriksi akibat
pelepasan Ig-E dpendent dari mast sel saluran pernapasan dari mediator, termasuk
diantaranya histamine, prostaglandin, leukotrin sehingga akan terjadi kontraksi otot
polos. Keterbatasan aliran udara yang bersifat akut ini kemungkinan juga terjadi oleh
karena saluran pernapasan pada pasien asma sangat hiperresponsif terhadap bermacam-
macam jenis rangsangan. Pada asma akut mekanisme yang menyebabkan
bronchokontriksi terdiri dari kombinasi antara pelepasan mediator sel inflamasi dan
rangsangan yang bersifat local atau reflex saraf pusat. Akibatnya keterbatasn aliran
udara timbul oleh karena adanya pembengkakan dinding saluran napas dengan atau
tanpa kontraksi otot polos. Peningkatan permeabilitas dan kebocoran mikrovaskular
berperan terhadap penebalan dan pembengkakan pada sisi luar otot polos saluran
pernapasan (Sudoyo, 2006).
Penyempitan saluran pernapasan yang bersifat progesif yang disebabkan oleh
inflmasi saluran pernapasan dan atau peningkatan tonus otot polos bronkhioler
merupakan gejala serangan asma akut dan berperan terhadap peningkatan resistensi
aliran, hiperinflasi pulmoner dan ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi. Apabila
tidak dilakukan koreksi terhadap obstruksi saluran pernapasan ini, akan terjadi gagal
napas yang merupaka konsekuensi dari peningkatan kerja pernapasan,
ketidakefektifan pertukaran gas dan kelelahan otot-otot pernapasan. Interaksi
kardiopulmoner dan system kerja paru berhubungan erat dengan obstruksi saluran
napas (Sudoyo, 2006).
Obstruksi aliran udara meruakan gangguan fisiologis terpenting pad asma
akut. Gangguan ini akan menghambat aliran udara selama inspirasi adan ekspirasi.
Ketika terjadi obstruksi aliran udara saat ekspirasi yang relatif cukup berat akan
20
menyebabkan pertukkaran aliran udara yang kecil untuk mencegah kembalinya
tekanan alveolar terhadap tekanan atsmosfer maka akan terjadi hiperinflasi dinamik.
Besarnya hiperinflasi dapat dinilai dengan derajat penurunan kapasitas cadangan
fungsional dan volume cadangan. Fenomena ini dapat pula terlihat pada foto toraks
yang memperlihatkan gambaran volume paru yang membesar dan diafragma yang
mendatar (Sudoyo, 2006).
Hiperinflasi dinamik terutama berhubungan dengan peningkatan aktifitas
otot pernapasan, mungkin sangat berpengaruh terhadap tampilan kardiovaskular.
Hiperinflasi paru akan meningkatkan overload pada verikel kanan oleh karena
peningkatan efek kompresi langsung terhadap pembuluh darah paru (Sudoyo, 2006).
2.3.6 Asma pada Anak
Asma merupakan penyakit respiratorik kronis yang paling sering dijumpai
pada anak. Peningkatan asma di Negara maju dan sedang berkembang diduga
berkaitan dengan pola hidup yang berubah dan peran faktor lingkungan terutama
polusi baik indoor maupun outdoor (Wahani, 2011). Menurut Nugraheni (2015) asma
sering terjadi pada balita dibawah 5 tahun dan anak-anak. Umumnya asma pada anak-
anak diklasifikasikan menjadi asma ringan, asma sedang, dan asma berat. Klasifikasi
ini di dasarkan pada frekuensi, lamanya, dan aktifitas diluar serangan asma. Dampak
buruk dari asma meliputi penurunan kualitas hidup, produktivitas yang menurun,
peningkatan biaya kesehatan, bahkan kematian.
21
2.3.7 Faktor-Faktor Resiko Asma Anak
Adapun faktor resiko pencetus asma yaitu:
1. Asap Rokok
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa risiko munculnya asma meningkat pada
anak yang terpapar perokok pasif.
2. Debu Rumah
Asma pada anak juga dapat disebabkan oleh masuknya suatu allergen misalnya
debu rumah yang masuk ke dalam saluran nafas sehingga merangsang tejadinya
reaksi hipersensitivitas.
3. Jenis Kelamin
Jumlah kejadian asma pada anak laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan
perempuan. Perbedaan jenis kelamin pada kejadian asma bervariasi. Terjadinya
asma pada anak laki-laki usia 2-5 tahun ternyata 2 kali lebih sering dibandingkan
perempuan, sedangkan usia 14 tahun risiko asma anak laki-laki lebih sering
dibandingkan dengan anak perempuan pada usia tersebut.
4. Binatang Piaraan
Binatang peliharaan yang berbulu dapat menjadi sumber alergen inhalan. Sumber
penyebab asma adalah alergen protein yang ditemukan pada bulu binatang di
bagian muka dan ekskresi.
5. Jenis Makanan
Makanan yang terutama sering mengakibatkan reaksi yang fatal tersebut adalah
kacang, ikan laut, dan telor. Alergi makanan seringkali tidak terdiagnosis sebagai
salah satu pencetus asma meskipun penelitian membuktikan alergi makanan
sebagai pencetus bronkokontriksi pada 2%-5% anak dengan asma.
22
6. Perubahan Cuaca
Kondisi cuaca yang berlawanan seperti suhu dingin, tingginya kelembaban dapat
menyebabkan asma lebih parah, epidemic yang dapat membuat asma menjadi
lebih parah berhubungan dengan badai dan meningkatnya konsentrasi partikel
alergenik.
7. Riwayat Penyakit Keluarga
Faktor ibu ternyata lebih kuat menurunkan asma dari pada bapak. Orang tua
asma kemungkinan 8-16 kali menurunkan asma dibandingkan dengan orang tua
yang tidak asma, terlebih lagi bila anak alergi terhadap debu (Liansyah, 2014).
2.3.8 Pencegahan Asma pada Anak
Cara pencegahan asma yaitu menjauhkan alergen dari anak yang menderita
asma, menciptakan kondisi lingkungan yang bersih dan sehat sehingga mendukung
kesehatan serta pengobatan penderita, memberikan makanan yang bergizi,
membiasakan anak melakukan pola hidup sehat dan berolahraga secara teratur,
mempersiapkan obat-obatan yang dibutuhkan untuk menanggulangi terjadinya
serangan secara mendadak (Swasanti & Putra, 2013).
2.3.9 Manajemen Asma
Manajemen asma dalam berbagai literatur disamakan dengan manajemen diri
namun diterapkan dalam konteks keehatan yaitu penyakit asma. Namun demikian
manajemen diri ini bermacam-macam sesuai dengan penggunaanya, manajemen diri
sebagai pembelajaran dan praktek keterampilan yang dibutuhkan agar bisa hidup
dengan aktif dan memiliki kepuasan secara emosional dalam menghadapi kondisi
23
kronis, secara khusus manajemen asma sebagai pembelajaran melakukan pencegahan
dan mengelola gejala asma (Asyanti & Nuryanti, 2010).
Pentingnya manajemen asma merupakan salah satu bentuk menajemen diri
dalam konteks pemeliharaan kesehatan (Asyanti & Nuryanti, 2010). Menurut Jones et
al (2000, dalam Asyanti & Nuryanti, 2010), secara khusus dikaitkan dengan asma
maka manajemen diri mempunyai fungsi sebagai strategi tritmen dengan cara
mengajarkan penderita asma agar bisa bertindak dengan tepat ketika tanda-tanda
asma muncul.
Manajemen asma pada anak hampir selalu dibebankan pada orangtuanya
atau orang dewasa di sekitar anak. Hal ini juga terjadi di Indonesia. Meskipun
kebanyakan pasien asma adalah anak tetapi informasi tentang pengelolaan asma
baik yang diberikan di seminar ataupun di ruang klinik lebih bany ak ditujukan
untuk orang dewasa (Asyanti & Nuryanti, 2010). Menurut Barness dkk (2000
dalam Asyanti & Nuryanti, 2010) akhir-akhir ini sudah diketahui bahwa anak
mempunyai kapasitas kemampuan yang lebih tinggi untuk memahami konsep
tentang sakit, dibandingkan dengan anggapan para profesional selama ini. Hal ini
berdampak dengan munculnya kesadaran bahwa anak juga perlu dilibatkan dalam
pengelolaan penyakitnya, dalam manajemen asma ini anak dan orang dewasa perlu
mempunyai beberapa keterampilan seperti yang dikemukakan oleh Lahdensuo
(1999, dalam Asyanti & Nuryanti, 2010), yaitu menerima bahwa asma adalah penyakit
yang berlangsung lama dan butuh perawatan, mendeskripsikan asma dan tritmennya
secara akurat, berpartisipasi aktif dalam mengontrol dan mengelola asma mereka,
mengidentifikasi faktor yang membuat asma memburuk, mendeskripsikan strategi
untuk menghindari atau mengurangi faktor yang memperparah, mengenali gejala dan
24
tanda-tanda asma memburuk, mengikuti rencana tritmen tertulis yang diresepkan
baginya, menggunakan teknik pengobatan yang tepat termasuk inhaler, dry powder
inhaler, diskhaler, spacer, atau nebuliser, bertindak tepat untuk mencegah dan
menangani gejala dalam berbagai situasi, menggunakan sumber daya medis yang tepat
untuk perawatan akut dan rutin, memonitor gejala dan tujuan pengukuran kontrol
asma, mengidentifikasi hambatan kepatuhan terhadap rencana tritmen, mencermati
masalah spesifik yang mempunyai dampak pada kondisi pribadinya.
2.3.10 Tindakan pertolongan pertama asma pada anak
Serangan asma merupakan kondisi kegawatan pada pernapasan yang
memerlukan penaganan awal secara fisik maupun supportif karena apabila kondisi
serangan tidak tertangani dengan baik akan mengakibatkan kegagalan napas sebagai
salah satu proses vital kehidupan (Musliha, 2010). Menurut Lemone et al, (2014)
tindakan pertolongan pertama pada asma sebagai berikut :
1. Posisikan anak duduk dengan tegak dan nyaman
Tetaplah tenang dan pastikan anak dalam keadaan nyaman. Jangan tinggalkan
anak sendirian.
2. Berikanlah empat hisapan inhaler alat pelega pernapasan dengan alat hisap
(puffer) berwarna biru atau abu-abu ( misalnya Ventolin, Asmol, dan Airomir).
Gunakan pengatur jarak (spacer), jika tersedia (berikan satu isapan pada satu
waktu dengan 4 - 6 napas setelah setiap isapan)
Gunakan inhaler pelega pernapasan milik anak itu sendiri jika tersedia ( Jika
tidak, gunakan inhaler yang tersedia di sekolah atau pinjam ke tempat lain )
25
3. Tunggu selama empat menit
Jika anak masih belum dapat bernafas dengan normal, berikan empat hisapan
lagi. ( Berikan satu hisapan dalam satu waktu, gunakan pengatur jarak (puffer),
jika tersedia ).
4. Jika anak masih belum bisa bernafas dengan normal, segera panggil ambulans
( hubungi 118)
Beritahu bahwa seorang anak mendapat serangan asma.
Tetap berikan alat pelega pernapasan ( berikan empat hisapan setiap empat
menit sampai ambulans datang )
Tabel 2.2 Cara Menggunakan Inhaler
Menggunakan pengatur jarak (spacer) jika tersedia
Tanpa pengatur jarak (spacer) (untuk anak usia < 7 tahun)
- Pasangkan pengatur jarak (spacer) ( gunakan pengatur jarak dengan masker (spacer mask) untuk anak usia dibawah 4 tahun )
- Melepas penutup inhaler dan kocok dengan baik
- Pasangkan mulut inhaler pada pengatur jarak (spacer)
- Tempatkan corong disekitar antara gigi dan bibir atau tempatkan pengatur jarak dengan masker (spacer mask) di sekitar mulut dan hidung dengan baik
- Tekan 1 kali dengan kuat pada inhaler lakukan satu isapan pada pengatur jarak (spacer)
- Instruksikan anak untuk mengambil 4 – 6 tarikan nafas masuk dan keluar dari pengatur jarak (spacer)
- Ulangi 1 sampai 4 isapan pada satu waktu, ingat untuk mengocok inhaler terlebih dahulu sebelum digunakan
- Memasang kembali penutup inhaler
- Melepas penutup dan kocok dengan baik
- Instruksikan anak untuk menghembuskan nafas menjauh dari inhaler
- Tempatkan corong di sekitar antara gigi dan bibir anak
- Tekan satu kali dengan kuat pada inhaler sambil instuksikan anak untuk menarik napas.
- Instruksikan anak untuk menahan napas selama empat detik, lepaskan inhaler lalu hembuskan napas secara perlahan.
- Ulangi 1 sampai 4 isapan pada satu waktu, ingat untuk mengocok inhaler terlebih dahulu sebelum digunakan
- Memasang kembali penutup inhaler
26
2.4 Konsep Guru
2.4.1 Definisi Guru
Guru memiliki peran utama dalam sistem pendidikan nasional khususnya dan
kehidupan kita umumnya. Guru adalah orang yang mata pencahariannya sebagai
pengajar. Arti dan peran dari guru tidak hanya sebagai pengajar dan mendapatkan
imbalan sebagai mata pencaharian. Lebih dari itu guru merupakan profesi
multikompleks dalam melaksanakan pendidikan nasional (Danumiharja, 2014)
2.4.2 Peran Guru
Menurut Maknum (2003, dalam Mitarsih 2014), pendidikan merupakan salah
satu proses interaksi belajar mengajar dalam bentuk formal yang dikenal sebagai
pengajaran (intructional). Dalam konteks ini guru berperan, bertugas, dan bertanggung
jawab sebagai :
1. Perencana (planner) harus mempersiapkan apa yang akan dilakukan dalam proses
belajar mengajar.
2. Pelaksana (organizer) harus menciptakan situasi , memimpin, merangsang,
menggerakkan, dan mengarahkan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan
rencana.
3. Penilai (evaluator) yang harus mengumpulkan, menganalisa, menafsirkan, dan
akhirnya harus memberikan pertimbangan atas tingkat keberhasilan belajar
mengajar berdasarkan kriteria baik mengenai aspek keefektifan prosesnya
maupun kualifikasi produk.`
27
2.4.3 Pengetahuan Guru
Kemandirian guru dalam belajar mengembangkan diri kini menjadi tema
penting yang banyak di bicarakan dalam program pengembangan pengetahuan dan
wawasan. Secara mandiri guru dapat terus belajar. Belajar menjadi lebih bermakna
ketika mereka dapat menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan lama yang
telah diketahui sebelumnya. Belajar yang bermakna memiliki tiga persyratan yaitu
relevan dengan pengetahuan sebelumnya, guru tahu benar kaitan pengetahuan lama
yang telah dimiliki dengan informasi baru yang sedang dipelajari, meterinya bermakna
yang sedang dipelajari berhubungan dengan pengetahuan lain dan memilih konsep
dan proporsi penting, guru dengan sengaja memilih cara belajar yang bermakna.
Secara sadar dan bersungguh-sungguh mengaitkan pengetahuan baru dengan
pengetahuan lama yang telah dimiliki (Bashori, 2015).
2.5 Hubungan Tingkat Pengetahuan Guru dengan Tindakan Pertolongan Pertama Asma pada Siswa Sekolah Dasar
Unikel, et al (2010) meneliti tentang Pengetahuan asma dan Manajemen
Perilaku asma pada Guru SD di Perkotaan. Penelitian tersebut bertujuan untuk
mengidentifikasi pengetahuan , perilaku dan menejemen, serta komunikasi mengenai
langkah pencegahan asma dan berkomunikasi dengan orang tua murid di sekolah
yang dilakukan di kota New York. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini
pengetahuan asma berbeda-beda pada masing-masing guru. Sebagian dapat
mengidentifikasi potensi penyebab gejala asma akan tetapi sedikit yang mengetahui
bahwa obat yang mereka berikan dapat mencegah gejala asma. Guru yang
mempunyai siswa dengan asma memiliki pengetahuan asma yang lebih baik seperti
tindakan guru dengan cara mengambil langkah-langkah untuk mencegah
kekambuhan pada siswa yang memiliki asma kemudian meningkatkan komunikasi
28
yang baik dengan perawat sekolah dan komunikasi dengan orang tua siswa yang
memiliki penyakit asma.
Utami, Mujiono, & Fitria., (2014) melakukan penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui hubungan tingkat pengetahuan pada pasien dengan pencegahan dini
kekambuhan asma bronkhial di RSUD Dr. Moerwadi Surakarta. Populasi seluruh
pasien asma bronkhial yang dirawat di instalasi rawat inap dan rawat jalan RSUD Dr.
Moerwadi dengan menggunakan teknik accidental sampling dengan jumlah 20 orang
sebagai sampel. Analisis datanya menggunakan rumus korelasi non parametris
Spearman’s Rank dengan bantuan program statistik SPSS 16.00 or windows. Hasil
penelitian terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan
pencegahan kekambuhan penderita asma bronkhial di RSUD Dr. Moewardi
Surakarta.
Timothy, Walker, & Reznik., (2014) menguji tentang manajemen asma dan
aktifitas fisik di sekolah yang bertujuan untuk mengeksplorasi persepsi anak-anak
tentang dampak menejemen asma di sekolah. Menggunakan metode kualitatif
wawancara pada 23 anak di kota New York yang mempunyai asma (usia 8-10
tahun,12 perempuan dan 11 laki-laki) yang dilakukan di 10 sekolah dasar Bronx, New
York. Hasil wawancara menghasilkan lima tema yang mewakili persepsi siswa tentang
gejala asma selama di sekolah, metode untuk mengontrol asma selama di sekolah ,
metode untuk pencegahan asma selama di sekolah, keterbatasan obat asma, perasaan
negatif tentang asma dan penggunaan obat asma. Mayoritas siswa yang mengalami
asma saat melakukan aktifitas fisik selama sekolah. Metode utama dari pengelolaan
asma ketika beraktifitas yaitu mengunjungi perawat sekolah.