49
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badan Usaha Milik Negara 1. Pengertian Badan Usaha Milik Negara. Menilik latar belakang sejarah, kehadiran BUMN sebetulnya sudah ada sebelum Indonesia merdeka. Sejak zaman pemerintahan Hindia Belanda sudah dikenal badan usaha negara seperti, spoorswagen (SS), Gemeenschapelijke Mijnbow Maatscapij Biliton (GMB), perusahaan ini bergerak di bidang tambang timah di pulau Belitung, Perusahaan Pegadaian, PLN, PTT, dan sebagainya. Setelah era kemerdekaan pemerintah Indonesia mengambil alih seluruh utilitas publik tersebut sebagai perusahaan negara dengan status jawatan, misalnya Jawatan Kereta Api, Jawatan PTT, Jawatan Pegadaian, dan sebagainya. 12 Pada hakikatnya keberadaan BUMN sendiri merupakan peninggalan atau warisan sejarah pemerintahan Hindia Belanda melalui program nasionalisasi dan setelah itu BUMN difungsikan sebagai “agent of development”. 13 Selain dari meneruskan BUMN sebagai warisan pemerintahan Hindia Belanda, pemerintah Indonesia mendirikan BUMN berdasarkan ketentuan Pasal 33 ayat (2) Undang- Undang Dasar NRI 1945. Dalam Pasal tersebut disebutkan bahwa “Cabang- cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara”. Atas dasar tersebut pemerintah membentuk badan usaha yang berperan strategis dalam pembangunan ekonomi nasional. Seiring dengan berkembangnya waktu, peran BUMN sendiri menjadi tambah penting pada saat usaha swasta dan koperasi yang diharapkan bersama-sama dengan BUMN justru tidak optimal atau tidak memainkan peran yang berarti. Akibatnya, pendirian BUMN pada saat itu dipilih sebagai alternatif guna mengembangkan roda perekonomian nasional, disamping belum adanya minat 12 Aminuddin Ilmar, Op.Cit, Hlm. 72. 13 Ibid, Hlm. 74.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edu€¦ · 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badan Usaha Milik Negara 1. Pengertian Badan Usaha Milik Negara. Menilik latar belakang sejarah,

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edu€¦ · 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badan Usaha Milik Negara 1. Pengertian Badan Usaha Milik Negara. Menilik latar belakang sejarah,

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Badan Usaha Milik Negara

1. Pengertian Badan Usaha Milik Negara.

Menilik latar belakang sejarah, kehadiran BUMN sebetulnya sudah ada

sebelum Indonesia merdeka. Sejak zaman pemerintahan Hindia Belanda sudah

dikenal badan usaha negara seperti, spoorswagen (SS), Gemeenschapelijke

Mijnbow Maatscapij Biliton (GMB), perusahaan ini bergerak di bidang tambang

timah di pulau Belitung, Perusahaan Pegadaian, PLN, PTT, dan sebagainya.

Setelah era kemerdekaan pemerintah Indonesia mengambil alih seluruh utilitas

publik tersebut sebagai perusahaan negara dengan status jawatan, misalnya

Jawatan Kereta Api, Jawatan PTT, Jawatan Pegadaian, dan sebagainya.12

Pada hakikatnya keberadaan BUMN sendiri merupakan peninggalan atau

warisan sejarah pemerintahan Hindia Belanda melalui program nasionalisasi dan

setelah itu BUMN difungsikan sebagai “agent of development”.13 Selain dari

meneruskan BUMN sebagai warisan pemerintahan Hindia Belanda, pemerintah

Indonesia mendirikan BUMN berdasarkan ketentuan Pasal 33 ayat (2) Undang-

Undang Dasar NRI 1945. Dalam Pasal tersebut disebutkan bahwa “Cabang-

cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang

banyak dikuasai oleh negara”. Atas dasar tersebut pemerintah membentuk badan

usaha yang berperan strategis dalam pembangunan ekonomi nasional. Seiring

dengan berkembangnya waktu, peran BUMN sendiri menjadi tambah penting

pada saat usaha swasta dan koperasi yang diharapkan bersama-sama dengan

BUMN justru tidak optimal atau tidak memainkan peran yang berarti.

Akibatnya, pendirian BUMN pada saat itu dipilih sebagai alternatif guna

mengembangkan roda perekonomian nasional, disamping belum adanya minat

12 Aminuddin Ilmar, Op.Cit, Hlm. 72. 13 Ibid, Hlm. 74.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edu€¦ · 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badan Usaha Milik Negara 1. Pengertian Badan Usaha Milik Negara. Menilik latar belakang sejarah,

12

dan kemampuan usaha swasta maupun nasional maupun koperasi untuk

memasuki bidang-bidang usaha tertentu. Padahal investasi sangatlah dibutuhkan

untuk memacu roda perekonomian nasional. Pada saat itulah BUMN hadir

sebagai “pioneer” dalam perekonomian nasional. Atas konsep-konsep yang sudah

dipaparkan tesebut maka pendirian BUMN terdiri atas berbagai faktor yaitu

Pertama, BUMN sendiri merupakan “agen of development” yang kemudian

menjadi warisan pemerintahan Hindia Belanda. Kedua, atas warisan pemerintahan

Hindia Belanda tersebut pemerintah Indonesia membentuk sebuah payung hukum

yang memungkinkan sebuah badan usaha negara untuk mengelola cabang

produksi yang dapat menguasai hajat hidup orang banyak dan berperan strategis

dalam perekonomian nasional. Ketiga, belum optimalnya badan usaha swasta dan

koperasi dalam memainkan peran membaut BUMN menjadi “garda” terdepan

dalam perekonomian nasional karena pada saat itu Indonesia sedang

membutuhkan investasi guna memacu roda perekonomian nasional.

Berbagai peraturan perundangan memberikan definisi tentang Badan

Usaha Milik Negara. Undang-Undang Nomor. 1 Tahun 2003 tentang Badan

Usaha Milik Negara menyebutkan bahwa Badan Usaha Milik Negara, yang

selanjutnya disebut BUMN, adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar

modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal

dari kekayaan negara yang dipisahkan.14 Sementara itu dalam Surat Keputusan

Menteri Keuangan RI No.740/KMK 00/1989 yang dimaksud dengan BUMN

adalah Badan Usaha yang seluruh modalnya dimiliki oleh negara (Pasal 1 ayat

(2)a), atau badan usaha yang tidak seluruh sahamnya dimiliki negara tetapi

statusnya disamakan dengan BUMN yaitu (Pasal 1 ayat (2) b):15

1. BUMN yang merupakan patungan antara pemerintah dengan pemerintah

daerah.

2. BUMN yang merupakan patungan antara pemerintah dengan BUMN

lainnya.

14 Pasal 1 ayat 1, Undang-Undang Nomor. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara. 15 Pandji Anoraga, BUMN, Swasta dan Koperasi Tiga Ekonomi, Jakarta:Dunia Pustaka Jaya, 1995,

Hlm. 1.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edu€¦ · 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badan Usaha Milik Negara 1. Pengertian Badan Usaha Milik Negara. Menilik latar belakang sejarah,

13

3. BUMN yang merupakan badan-badan usaha patungan dengan swasta

nasional/asing dimana negara memiliki saham mayoritas minimal 51%.

BUMN adalah badan usaha yang berbeda dengan badan usaha swasta. Hal

ini dikarenakan BUMN tidaklah murni 100% persen (seratus persen) pemerintah

dan tidak murni bisnis 100% (seratus persen). Dalam kepemilikan tersebut terlihat

bahwa BUMN dapat dikatakan sebagai Public Enterprise.16 Di sinilah letak yang

membedakan BUMN dengan BUMS. Apabila diuraikan lebih lanjut, maka ada

tiga makna terkandung dalam BUMN yakni public purpose, public ownership,

dan public control dimana dari ketiga makna tersebut public purpose-lah yang

menjadi inti dari konsep BUMN yaitu hasrat pemerintah untuk mencapai cita-cita

pembangunan.17 Keiistimewaan lain dari BUMN yang tidak dimiliki BUMS

dirumuskan sebagai “ A corporation clothed with the power of government but

possessed the flexibility an initiative of a private enterprise”18 (suatu badan usaha

yang “berbaju” pemerintah tetapi mempunyai fleksibilitas dan inisiatif sebagai

perusahaan swasta).

2. Pengaturan Badan Usaha Milik Negara.

Pembentukan BUMN sendiri tertuang dalam Pasal 4 ayat (1) dan 2

Undang-Undang No. 19 Prp Tahun 1960 tentang Perusahaan Negara disebutkan

secara jelas sifat pendirian BUMN, dimana BUMN merupakan kesatuan produksi

yang bersifat:19

a. Memberi jasa;

b. Menyelenggarakan kemanfaatan umum; dan

c. Memupuk pendapatan.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka tujuan utama BUMN adalah untuk

mendorong atau memacu roda perekonomian nasional dengan mengutamakan

kebutuhan rakyat, di sisi yang lain BUMN sebagai badan usaha tidak hanya

16 Ibid, Hlm. 2 17 Ibid, Hlm. 2-3 18 Ibid. 19 Aminuddin Ilmar, Op.cit, Hlm. 74.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edu€¦ · 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badan Usaha Milik Negara 1. Pengertian Badan Usaha Milik Negara. Menilik latar belakang sejarah,

14

berorientasi kepada nilai keuntungan semata melainkan harus memperhatikan

aspek-aspek pelayanan jasa dan menyelenggarakan kemanfaatan umum.

Dengan demikian, dapat dirinci bahwa tujuan negara mendirikan BUMN adalah

untuk:20

a. Pertama, untuk memberikan sumbangan bagi perkembangan

perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan negara pada

khususnya. BUMN diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan pada

masyarakat sekaligus memberikan kontribusi dalam meningkatkan

pertumbuhan ekonomi nasional dan membantu keuangan negara.

b. Kedua, untuk mengejar keuntungan, Meskipun maksud dan tujuan persero

adalah mengejar keuntungan, dalam hal-hal tertentu adalah melakukan

pelayanan umum. Persero dapat diberikan tugas khusus dengan

memerhatikan prinsip-prinsip pengelolaan perusahaan yang sehat.

c. Ketiga, BUMN memiliki fungsi menyelenggarakan kemanfaatan umum

berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai

bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak.

d. Keempat, pendirian BUMN diharapkan menjadi perintis kegiatan-kegiatan

usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor swasta dan korporasi.

3. Bentuk Usaha Dalam Badan Usaha Milik Negara.

Dalam menjalankan roda bisnisnya, BUMN mengambil berbagai bentuk

usaha. Data yang dihimpun dari Menteri Negara Pendayagunaan BUMN/ Badan

Pengelolaan BUMN. Pada tahun 1997, ada 188 perusahaan BUMN yang terdiri

atas 6 sektor mulai dari industri/perdagangan, jasa keuangan, migas, tambang,

perumahan dan sebagainya.21 Kepemilikan negara pada BUMN menurut status

hukumnya dikelompokkan dalam 4 kelompok yaitu : Patungan Minoritas,

Perusahaan Jawatan (PERJAN), Perusahaan Umum (PERUM), dan Persero.

Berdasarkan Laporan Menteri Keuangan, Jumlah BUMN terakhir berdasarkan

20 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan di Indonesia, Bandung:Citra Aditya Bakti, 2010,

Hlm. 171 21 Indra Bastian, Privatisasi Di Indonesia, Jakarta:Salemba Empat Patria, 2002, Hlm. 121.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edu€¦ · 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badan Usaha Milik Negara 1. Pengertian Badan Usaha Milik Negara. Menilik latar belakang sejarah,

15

status hukumnya sampai dengan Maret 2001 sebanyak 188 perusahaan tersebut

terdiri atas 125 Persero, 13 Perum, 15 Perjan, 21 Perusahaan Patungan Minoritas

dan 14 anak Perusahaan Holding Company.22

a. Perusahaan Jawatan (PERJAN).

Perusahaan Jawatan atau yang sering disingkat dengan PERJAN adalah

perusahaan negara yang tidak berbadan hukum. Perusahaan ini diutamakan untuk

kegiatan di bidang penyediaan jasa bagi masyarakat dan tidak mengutamakan

keuntungan.23 Bidang kegiatan usaha perjan semata-mata dititik beratkan pada

pelayanan masyarakat (public service) sehingga tidak semata-mata mencari

keuntungan saja. Pengaturan mengenai Perjan sendiri tertuang dalam Peraturan

Pemerintah No. 6 Tahun 2000 yang menyebutkan bahwa Perusahaan Jawatan

adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki oleh pemerintah dan merupakan

kekayaan negara, yang tidak dapat dipisahkan serta tidak terbagi atas saham-

saham. Akan tetapi, dalam perkembangannya status Perusahaan Jawatan ini

ditingkatkan menjadi Perum bahkan Persero.

b. Perusahaan Negara Umum (PERUM).

Perum atau yang disingkat dengan Perusahaan Umum merupakan

perusahaan negara yang dibentuk selain melayani kepentingan umum juga

berfungsi untuk mencari keuntungan. Ketentuan mengenai Perum sendiri dimuat

dalam Undang-Undang No.9 Tahun 1969 kemudian disempurnakan dalam

Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 1998 yang menyatakan bahwa Perum adalah

BUMN yang seluruh modalnya dimiliki negara yaitu berupa kekayaan negara

yang dipisahkan dan tidak terbagi atas saham.

Organ Perum sendiri dapat didefinisikan sebagai:24

1) Menteri;

2) Direksi: dan

22 Ibid. 23 Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis Menata Bisnis di Era Global, Bandung:Citra Aditya

Bakti, 2008, Hlm. 45. 24 Ridwan Khairandy, Pengantar Hukum Dagang, Yogyakarta; FH UIIPress, 1996, Hlm.69-70

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edu€¦ · 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badan Usaha Milik Negara 1. Pengertian Badan Usaha Milik Negara. Menilik latar belakang sejarah,

16

3) Dewan Pengawas.

Menteri di sini adalah menteri yang ditunjuk dan/atau diberi kuasa untuk

mewakili pemerintah selaku pemilik modal dalam Perum. Menteri yang dimaksud

adalah Menteri Negara BUMN. Kedudukan Menteri disini menurut Penjelasan

Pasal 37 Undang-Undang Nomor. 19 Tahun 2003 tentang BUMN adalah sebagai

organ yang memegang kekuasaan tertinggi dalam Perum yang mempunyai segala

wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Pengawas. Menteri

sebagai pemegang kekuasaan tertinggi memiliki beberapa kewenangan yang

diatur dalam Pasal 38 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 yaitu:25

1) Memberikan persetujuan atas kebijakan pengembangan usaha Perum yang

diusulkan direksi;

2) Kebijakan pengembangan usaha yang diusulkan oleh Doreksi kepada

Menteri mendapat persetujuan Dewan Pengawas;

3) Kebijakan pengembangan usaha yang sesuai dengan maksud tujuan

Perum.

Pasal 39 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 juga menjelaskan bahwa,

Menteri tidak bertanggung jawab atas segala akibat perbuatan hukum yang dibuat

Perum. Ia juga tidak bertanggung jawab atas kerugian Perum yang telah

dipisahkan ke dalam Perum, kecuali apabila Menteri:26

1) Baik langsung maupun tidak langsung dengan itikad buruk memanfaatkan

Perum semata-mata untuk kepentingan pribadi;

2) Terlibat dalam perbuatan melawan hukum yang dilakukan Perum; dan

3) Langsung atau tidak langsung secara melawan hukum menggunakan

kekayaan Perum.

Usaha yang dijalankan oleh Perum sendiri haruslah memegang teguh

syarat-syarat efisiensi, efektivitas dan ekonomi, serta bentuk pelayanan yang baik

terhadap masyarakat atau nasabahnya dengan status badan hukum yang pada

25 Ibid, Hlm. 70 26 Ibid.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edu€¦ · 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badan Usaha Milik Negara 1. Pengertian Badan Usaha Milik Negara. Menilik latar belakang sejarah,

17

umumnya bergerak di bidang jasa-jasa vital (public utilities).27 Modal perum

sendiri sesuai dengan peraturan perundangan bahwa seluruhya dimiliki oleh

negara yang dipisahkan serta mempunyai dan memperoleh dana dari kredit-kredit

dalam dan luar negeri atau obligasi dari masyarakat.28 Dalam status kepemilikan

Perum tidak dibagi atas saham-saham sehingga tidak memungkinkan adanya kerja

sama patungan (joint venture) seperti Persero. Mendirikan perum dilakukan secara

sepihak oleh pemerintah melalui peraturan perundang-undangan dan otomatis

memperoleh status sebagai badan hukum sejak pendiriannya.

c. Perusahaan Perseroan (Persero)

Perusahaan Negara Perseroan atau yang disingkat dengan Persero

merupakan perusahaan yang seluruh atau paling sedikit 51% sahamnya dikuasai

oleh negara melalui penyertaan modal secara langsung.29 Pada hakikatnya

pembentukan badan usaha ini lebih berorientasi untuk mendapatkan keuntungan

dengan berusaha di bidang-bidang yang dapat mendorong perkembangan sektor

swasta dan koperasi. Dalam prakteknya PT Persero ini hampir tidak ada bedanya

dengan PT-PT biasa, kecuali unsur pemerintah di dalamnya yang masih

mayoritas.30

Pengaturan mengenai Perusahaan Negara dalam bentuk Perseroan dulu

diatur dalam Undang-Undang Nomor. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas

lalu disempurnakan melalu Peraturan Pemerintah Nomor. 12 Tahun 1998, hingga

saat ini Perusahaan Negara tunduk pada ketentuan Undang-Undang Nomor. 19

Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.Selain itu Undang-Undang

Nomor. 19 Tahun 2003 menyebutkan bahwa tujuan dari pendirian Persero adalah

31untuk menyediakan barang dan atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing

kuat dan mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai perusahaan.

27 R.T . Sutantya R. Hadhikusuma dan Sumantoro, Pengertian Pokok Hukum Perusahaan

(Bentuk-bentuk Perusahaan yang Berlaku di Indonesia), Hlm. 196. 28 Achmad Ichsan, Dunia Usaha Indonesia, Jakarta:Pradnya Paramita, 1986, Hlm. 466. 29 Indra Bastian, Op.Cit, Hlm. 120. 30 Munir Fuady, Op.Cit, Hlm. 45. 31 Pasal 12, Undang-Undang Nomor. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edu€¦ · 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badan Usaha Milik Negara 1. Pengertian Badan Usaha Milik Negara. Menilik latar belakang sejarah,

18

Berdasarakan definisi di atas, dapat ditarik unsur-unsur yang melekat di dalam

Persero yakni:

a. Persero adalah badan usaha;

b. Persero adalah Perseroan Terbatas32

Mengingat Persero adalah PT, pendiriannya dan pengelolaan Persero juga

harus tunduk kepada Undang-Undang Nomor. Tahun 1995 dengan

beberapa pengecualian. Pasal 3 dan Penjelasan Pasal 3 Undang-Undang

Nomor. 19 Tahun 2003 menyebutkan bahwa BUMN, dalam hal ini

Persero juga tunduk pada Undang-Undang Nomor. 1 Tahun 1995

termasuk perubahannya (jika ada) dan peraturan pelaksanaan. Salah satu

pengecualian ketentuan Undang-Undang Nomor. 1 Tahun 1995 terhadap

Persero adalah penyimpangan terhadap ketentuan jumlah pemegang saham

Undang-Undang Nomor. 1 Tahun 1995 mensyaratkan ada dua orang

pemegang saham. Ketentuan ini dikecualikan terhadap Persero, karena di

dalam Persero adakalanya negara memegang atau menguasai 100% saham

Persero.

c. Modalnya terbagi atas saham;

Negara menguasai 100% (seratus persen) atau paling sediki 51% saham

perusahaan yang bersangkutan. Dalam kasus privatisasi “PT Indonesia

(Persero) Tbk, negara melepaskan mayoritas kepemilikan saham Persero

tersebut kepada pihak asing. Konsekuensinya, Persero tersebut telah

menjadi perusahaan swasta sehingga menjadi PT. Indosat Tbk.

d. Tujuan didirikannya Perseroan adalah untuk mencari keuntungan.

Pendirian Persero diusulkan oleh Menteri kepada Presiden disertai dengan dasar

pertimbangan setelah dikaji bersama dengan Menteri Teknis dan Menteri

Keuangan. Pelaksanaan pendirian Persero dilakukan dengan memperhatikan

peraturan perundang-undangan. Dalam persaingan ekonomi global Persero

dituntut untuk dapat memenuhi permintaan pasar melalui penyediaan barang/jasa

yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat. Hal ini tentu akan menguntungkan

pada nilai persero itu sendiri dan pihak-pihak lain yang bersangkutan.

32 Ridwan Khairandy, Op.Cit, 69-70.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edu€¦ · 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badan Usaha Milik Negara 1. Pengertian Badan Usaha Milik Negara. Menilik latar belakang sejarah,

19

4. Perkembangan Badan Usaha Milik Negara.

Istilah tentang Perseroan Terbatas (PT) dahulu dikenal dengan nama

Naamloze Vennootschap (NV), selain itu dikenal juga istilah lainnya seperti

Corporate Limited (CO.Ltd), Sendiri Dagang Bendhard (Sdn BHD). Perseroan

Terbatas sendiri terbagi atas dua kata yakni “Perseroan” dan “Terbatas”.

Perseroan merujuk pada sero-sero atau saham-saham, lalu kata “Terbatas”

merujuk kepada pemegang saham yang luasnya hanya sebatas pada nilai nominal

semua saham yang dimilikinya.33

Perseroan sendiri dulu lebih terkenal dengan nama “Naamloze

Vennootschap”, ini merupakan bentuk usaha yang sering dipakai oleh pedagang-

pedangan, pengusaha dan sebagainya untuk mencapai maksud dan tujuan dalam

mencari keuntungan dalam lapangan industri. Sebagai sebuah badan hukum

Perseroan tidak memiliki beda dengan manusia (natuurlijke persoon) dalam

melakukan kegiatan hukum.

Merunut sejarah yang ada, Perseroan pada awalnya diatur melalui Kitab

Undang-Undang Hukum Dagang. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang

hanya terdapat 20 Pasal yang khusus mengatur mengenai Perseroan Terbatas.

Atas minimnya dan sederhananya pengaturan tersebut, dibuatlah aturan mengenai

Perseroan Terbatas melalui Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. KUH Perdata

mengartikan Perseroan dalam bentuk dasar berupa perkumpulan. Perkumpulan

yang dimaksudkan di sini adalah perkumpulan dalam arti luas, dimana tidak

mempuyai kepribadian tersendiri dan yang mempunyai unsur-unsur sebagai

berikut:34

a. Kepentingan bersama;

b. Kehendak bersama;

c. Tujuan bersama;

d. Kerja sama;

33 Asikin Zainal dan Suhartana L. Wira, Pengantar Hukum Perusahaan, Jakarta:Kencana, 2010,

Hlm. 51 34 R.T Sutantya R. Hadhikusuma dan Sumantoro, Op.Cit, Hlm. 9.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edu€¦ · 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badan Usaha Milik Negara 1. Pengertian Badan Usaha Milik Negara. Menilik latar belakang sejarah,

20

Tujuan dari dibentuknya sebuah Perseroan adalah untuk mencari

keuntungan kemudian dibagikan pada pemegang saham masing-masing dengan

besaran yang sudah ditentukan.

Dalam Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor. 40 Tahun 2007

menyebutkan bahwa Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut Perseroan,

adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasar

perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya

terbagi atas saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-

Undang ini serta peraturan pelaksanaannya.35 Atas pengertian yang tertuang

dalam Undang-Undang tersebut maka sebagai suatu Perseroan yang melahirkan

suatu Perseroan sebagai badan hukum (rechtpersoon, legal person, legal entity)

harus terpenuhi syarat-syarat sebagai berikut:36

a. Merupakan Persekutuan Modal.

Untuk menjalankan roda kegiatannya sebuah Perseroan haruslah memiliki modal.

Modal tersebut sering disebut juga dengan modal dasar “authorized capital”,

yaitu adalah jumlah modal yang disebutkan atau dinyatakan dalam Akte

Pendirian atau AD. Perseroan.37 Modal dasar tersebut terdiri atas saham atau sero

(aandelen, share, stock). Modal yang terdiri dan dibagi atas saham itu,

dimasukkan para pemegang saham dalam status mereka sebagai anggota

Perseroan dengan jalan membayar saham tersebut kepada Perseroan. Jadi, ada

beberapa orang pemegang saham yang bersekutu mengumpulkan modal untuk

melaksanakan kegiatan perusahaan yang dikelola perusahaan.

Sebenarnya, persekutuan yang terjadi dalam Perseroan sebagai badan

hukum, bukan hanya persekutuan modal, tetapi juga persekutuan para anggota

yang terdiri dari pemegang saham (aandeelhoulder, shareholder). Namun yang

lebih menonjol adalah persekutuan modal, dibanding dengan persekutuan orang

atau anggotanya sebagai dimana diatur dalam Pasal 1618 Perseroan Terbatas.

35 Pasal 1 ayat 1, Undang-Undang Nomor. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 36 M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, Jakarta:Sinar Grafika, 2009, Hlm. 34. 37 Syahrul, S.E, Muhammad Afni Nazar dan Ardiyas, Kamus Lengkap Ekonomi, Jakarta:Citra

Harta Prima Jakarta, 2000, Hlm. 98.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edu€¦ · 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badan Usaha Milik Negara 1. Pengertian Badan Usaha Milik Negara. Menilik latar belakang sejarah,

21

b. Didirikan Berdasarkan Perjanjian.

Pada Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor. 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas sudah jelas bahwa sebagai sebuah badan hukum Perseroan

didirikan atas dasar “perjanjian”. Maka dari itu pendirian sebuah Perseroan

haruslah memenuhi hukum perjanjian yang tertuang dalam buku ketiga KUH

Perdata yakni Pasal 1313-1319 tentang ketentuan umum perjanjian, Pasal 1320-

1337 tentang syarat sahnya suatu perjanjian dan Pasal 1338-1341 tentang akibat

dari perjanjian tersebut. Maka dari itu lahirnya sebuah Perseroan sebagai sebuah

badan hukum bersifat “kontraktual” (contractual, by contract) yaitu bahwa

Perseroan lahir dikarenakan perjanjian. Selain itu sebuah Perseroan sebagai

sebuah badan hukum juga bersifat “konsensual” (consensuel, consensual) yaitu

berupa adanya kesepakatan untuk mengikat perjanjian.38

Sesuai dengan ketetuan Pasal 27 ayat 1 Undang-Undang Nomor. 40 Tahun

2007, supaya perjanjian untuk mendirikan Perseroan sah menurut Undang-

Undang, pendirinya paling sedikit 2 orang atau lebih. Hal itu dijelaskan pada

penjelasan Pasal 27 ayat 1 alinea kedua, bahwa prinsip yang berlaku berdasar

Undang-Undang ini, Perseroan sebagai badan hukum didirikan berdasarkan

perjanjian, oleh karena itu mempunyai lebih dari 1 orang pemegang saham.

Adapun yang dimaksud dengan orang menurut penjelasan dimaksud, adalah:39

a. Orang perseorangan (natuurlijke persoon, natural person) baik warga

negara maupun orang asing.

b. Badan hukum Indonesia atau badan hukum asing.

Apa yang tertuang dalam Pasal 7 ayat (1) maupun penjelasan Pasal itu,

sesuai dengan Pasal 1313 KUH Perdata. Dimana bahwa suatu perjanjian adalah

perbuatan dimana dua orang atau lebih mengikatkan dirinya. Selanjutnya, Pasal

1320 KUH Perdata, agar perjanjian pendirian Perseroan itu sah maka haruslah

memenuhi kesepakatan (overeenkomst, agreement), kecakapan (bevoegdheid,

competence), untuk membuat suatu perikatan, mengenai suatu hal tertentu

38 M. Yahya Harahap, Op.Cit, Hlm. 53. 39 Ibid.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edu€¦ · 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badan Usaha Milik Negara 1. Pengertian Badan Usaha Milik Negara. Menilik latar belakang sejarah,

22

(bepalde onderwarp, fixed subject matter), dan suatu sebab yang halal

(geeorloofde oorzaak, allowed cause). Maka, apabila perjanjian itu sah Pasal 1338

KUH Perdata mengatakan bahwa perjanjian itu mengikat sebagi Undang-Undang

kepada mereka.40

c. Melakukan Kegiatan Usaha.

Berdasarkan Pasal 18 Undang-Undang Nomor. 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas menyebutkan bahwa maksud dan tujuan suatu Perseroan

haruslah dicantumkan dalam AD Perseroan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundangan. Dalam Pasal 18 tersebut, maksud dan tujuan merupakan “usaha

pokok” Perseroan. Sedangkan “kegiatan usaha” merupakan “kegiatan yang

dijalankan” oleh Perseroan dalam rangka mencapai maksud dan tujuan:41

a. Kegiatan usaha harus “dirinci” jelas dalam Anggaran Dasar Perseroan.

b. Rincian tersebut tidak boleh bertentangan dengan Undang-Undang.

Pasal 1 angka 6 dan Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor. 40 Tahun 2007

tentang Perseroan Terbatas membagi Perseroan ke dalam dua jenis yaitu

Perseroan Terbuka dan Perseroan Tertutup. Jika kita melihat ke negara Belanda,

maka ternyata ketentuan-ketentuan yang mengatur B.V, kembali diulang dalam

mengatur N.V., sehingga terlihatlah banyak terjadi pengaturan secara lengkap.

Laginya dalam praktek di Indonesia ternyata tidak ada keperluan untuk

membedakannya, maka rencananya tetap dipertahankan tradisi yang lama, yakni

hanya satu bentuk hukum untu perseroan bersaham dengan tanggung jawab

terbatas, yaitu apa yang dinamakan dengan Perseroan Terbatas atau disingkat PT.

Sedang untuk melindungi pihak ketiga dan atau masyarakat terhadap PT-PT yang

go public, bersifat terbuka diatur lebih lanjut dalam Undang-Undang Nomor. 8

Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

40 Ibid. 41 M. Yahya Harahap, Op.Cit, Hlm. 38.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edu€¦ · 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badan Usaha Milik Negara 1. Pengertian Badan Usaha Milik Negara. Menilik latar belakang sejarah,

23

Dari penelitian yang dilakukan atas 262 tambahan Berita Negara dari Tahun 1971

sampai 1975, dari 3141 populasi PT ternyata:42

a. Dilihat dari jumlah pemegang saham, 76,72% berkisar antara 2-5 orang

sementara yang melebihi 20 orang pemegang saham hanyalah 1,91%.

b. Dalam pada itu dilihat dari ketentuan tata cara peralihan saham, 91,60%

mengandung klausula “blokkering”.

i. Perseroan Tertutup.

Perseroan Tertutup atau dalam bahasa Belanda nya dikenal dengan

“Besloten VennotschaPeraturan Pemerintahen” ialah Perseroan dimana tidak

semua orang dapat atau bisa menanamkan sahamya dalam perusahaan tersebut.

Supaya dapat dikategorikan dalam suatu Perseroan tertutup maka, seluruh surat

sahamnya harus dituliskan atas nama.43

Pada umumnya, perusahaan seperti ini merupakan perusahaan keluarga.

Dan untuk menjaga surat saham tersebut biasanya, dalam surat saham ditulis

nama orang yang mempunyai hubungan tertentu. Ini untuk menghindari

pemindahan surat saham kepada orang lain. Dalam prakteknya saham sering kali

dibagi ke dalam dua macam, saham A dan B, yang biasanya disebut saham-saham

prioritas dan saham preferen, hanya dapat dibeli oleh orang-orang tertentu dan

diberikan atas nama. Dalam perusahaan dengan status Perseroan tertutup berlaku

ketentuan-ketentuan seperti Perseroan terbuka, akan tetapi dalam beberapa hal

Perseroan ini diperbolehkan untuk menyimpang dari ketentuan umum.

ii. Perseroan Terbuka.

Sesuai dengan namanya Perseroan terbuka adalah Perseroan dimana setiap

orang dapat membeli dan menanamkan sahamnya dalam perusahaan tersebut.

Pada umumnya, surat saham dalam perusahaan terbuka tidak tertulis atas nama,

42 Rudhi Prasetya, Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas Disertai Dengan Ulasan Menurut

Undang-Undang Nomor. 1 Tahun 1995, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1996, Hlm. 133. 43 H. Roechmat Soemitro, Hukum Perseroan Terbatas, Yayasan dan Wakaf, Bandung:ERESCO,

1993, Hlm. 16.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edu€¦ · 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badan Usaha Milik Negara 1. Pengertian Badan Usaha Milik Negara. Menilik latar belakang sejarah,

24

melainkan saham atas pengunjuk.44 Pengaturan mengenai Perseroan Terbuka

dinyatakan dalam Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor. 40 Tahun 2007

tentang Perseroan Terbatas menyatakan “Perseroan Terbuka adalah Perseroan

Publik atau Perseroan yang melakukan penawaran umum saham, sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal”. 45

Hanya emiten yang boleh melakukan penawaran umum. Menurut Undan-

Undang Pasar Modal emiten adalah pihak yang melakukan penawaran umum dan

penawaran umum baru dapat dilakukan emiten, setelah mendaftarkan diri dahulu

ke BAPEPAM (Badan Pengawas Pasar Modal). Mengenai tata cara pendaftaran

Perseroan Tbk dalam rangka melakukan penawaran umum (public offering)

saham yang diterbitkannya diatur dalam Undang-Undang Nomor. 8 Tahun 1995

tentang Pasar Modal.

iii. Perseroan Umum.

Perseroan umum adalah Perseroan terbuka, yang kebutuhan akan

modalnya dipenuhi dengan modal yang diperoleh dari umum dengan jalan

menjual surat-surat sahamnya dalam bursa. Pada umumnya, orang yang ikut serta

dalam saham Perseroan umum hanya memperhatikan kurs surat saham. Tujuan

dari membeli surat saham tersebut hanya untuk membungakan atau sebagai

spekulasi. 46 Dalam Perseroan jenis umum ini, mereka tidak memerdulikan siapa

direksi dan bahkan tidak punya kepentingan sama sekali dengan diadakannya

Rapat Umum Pemegang Saham, karena tidak pernah muncul dalam RUPS.

iv. Perseroan Terbatas Perseorangan.

Perseroan merupakan persekutuan dua orang atau lebih, maka dari itu

Perseroan tidak mungkin didirikan hanya oleh satu orang saja. Akan tetapi terbuka

kemungkinan, jika pada akhirnya Perseroan tersebut jatuh ke satu tangan

pemegang saham dikarenakan suatu hal tertentu. Dalam hal demikian dikatakan

terjelma Perseroan terbatas perseorangan.

44 H. Roechmat Soemito, Op.Cit, Hlm. 17 45 Pasal 1 ayat 7, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 46 H. Roecmat Soemitro, Op.Cit, Hlm. 18.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edu€¦ · 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badan Usaha Milik Negara 1. Pengertian Badan Usaha Milik Negara. Menilik latar belakang sejarah,

25

v. Kebangsaan P.T.

Perseroan merupakan badan hukum, karena itu Perseroan harus dapat

ditentukan kebangsaan badan hukum tersebut. Kebangsaan Perseroan ini penting

untuk menentukan Undang-Undang mana yang diperlakukan terhadap badan

hukum tersebut, dan hak serta kewajiban apa yang melindungi sebuah Perseroan

tersebut.47

Pada saat ini lazim dikenal “Multinational Corporations”, yaitu Perseroan

yang di beberapa negara melakukan usahanya, baik melalui subsidiary (anak

Perseroan) maupun dengan suatu cabang dengan karyawan-karyawan yang

sebagian besar berkebangsaan negara kedudukannya. Biasanya, Multi National

Corporations ini mempunyai usaha di berbagai negara dengan bentuk cang-

cabang atau permanent estlabishment maupun dengan bentuk (subsidiary).48

Untuk membatasi resiko, maka untuk sesuatu usaha di bidang tertentu maupun

usaha yang dilakukan negara asing dibentuk P.T (subsidiary) yang berdiri sendiri,

yang saham-sahamnya lazimnya dibeli oleh Perseroan induk (mother company).

B. Organ Perseroan Terbatas.

Sebagai sebuah subjek hukum buatan (artificial person), Perseroan tidak

mampu melakukan atau bertindak sendiri. Kondisi ini berbeda dengan manusia

(natural person) yang mempunyai kehendak, dan bentuk fisik yang nyata

sehingga memampukan manusia untuk bertindak sendiri dan melakukan aktivitas

hidupnya secara mandiri. Atas keterbatasannya itu, Perseroan membutuhkan

orang-orang yang mempunyai kehendak untuk menjalankan Perseroan tersebut

sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan tersebut. Dalam Undang-Undang

Nomor. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas orang-orang yang

menjalankan roda kegiatan Perseroan disebut dengan Organ Perseroan. Organ

Perseroan itu terdiri atas rapat umum pemegang saham, direksi dan komisaris

yang akan dijelaskan sebagai berikut.

a. Rapat Umum Pemegang Saham.

47 H. Roechmat Soemitro, Op.Cit, Hlm. 19 48 Ibid.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edu€¦ · 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badan Usaha Milik Negara 1. Pengertian Badan Usaha Milik Negara. Menilik latar belakang sejarah,

26

Rapat Umum Pemegang Saham atau yang disingkat dengan RUPS

merupakan organ Perseroan yang memiliki kekuasaan tertinggi dalam Perseroan

tersebut. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 memberikan penjelasan tentang

RUPS adalah organ Perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diserahkan

kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam

Undang-Undang ini dan/atau Anggaran Dasar.49 Berangkat dari pengertian ini

dapatlah disimpulkan bahwa Pertama, RUPS berbentuk rapat. Hal yang harus

dicermati adalah forum rapat berbeda dengan individu pemegang saham.50 Yang

dimaksudkan disini adalah bahwa ketika seorang individu memegang kekuasaan

tertinggi, ia tidak serta merta menjadi pemegang saham mayoritas. Kekuasaan

tertinggi baru muncul apabila diselenggarakan rapat dan rapat tersebut harus

memenuhi persyaratan formalitas Undang-Undang Perseroan Terbatas.

Kedua, Kewenangan atau autoritas yang dimiliki oleh forum rapat ini

adalah kewenangan tersisa yang berdasarkan teori residual. Kewenangan ini pada

dasarnya lahir dari status kepemilikan Perseroan yang ada di tangan pemegang

saham. Pemegang saham adalah (bagian) pemilik Perseroan. Secara teoritis,

sebagai pemilik ia memegang hak untuk melakukan tindakan apa saja terhadap

benda yang dimilikinya. Dalam hal kepemilikan tersebut berupa Perseroan

Terbatas, maka pemilik secara bersama-sama (dalam forum) memiliki

kewenangan untuk melakukan tindakan apa saja terhadap Perseroan.

Ketiga, kewenangan yang ada pada forum rapat ini (sebagian) dapat

didelegasikan kepada organ lain, yaitu Direksi atau Dewan Komisaris.

Keleluasaan kewenangan yang didelegasikan dapat diatur dalam Undang-Undang

Perseroan Terbatas dan/atau Anggaran Dasar PT atau melalu keputusan RUPS.

Kewenangan yang didelegasikan sejatinya ada yang bersifat sementara dan ada

yang bersifat tetap. Kewenangan yang didelegasikan , yang bersifat tetap

misalnya, kepengurusan perusahaan(secara umum) dan fungsi representasi

49 Pasal 1 ayat 4, Undang-Undang Nomor. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 50 Tri Budiyono, Hukum Perusahaan, Salatiga:Griya Media, 2011, Hlm. 148.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edu€¦ · 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badan Usaha Milik Negara 1. Pengertian Badan Usaha Milik Negara. Menilik latar belakang sejarah,

27

(mewakili Perseroan baik di depan pengadilan maupun luar pengadilan).51

Adapun wewenang RUPS adalah sebagai:52

a. Memutuskan penyetoran saham dalam bentuk uang dan/atau dalam bentuk

lainnya, misalnya dalam bentuk benda tidak bergerak.

b. Menyetujui dapat/tidaknya pemegang saham dan kreditor lain yang

mempunyai tagihan terhadap Perseroan untuk menggunakan hak tagihnya,

sebagai kompensasi kewajiban penyetoran atas harga saham yang telah

diambilnya.

c. Menyetujui pembelian kembali saham yang telah dikeluarkan.

d. Menyetujui penambahan modal Perseroan.

e. Memutuskan pegurangan modal Perseroan.

f. Menyetujui rencana kerja yang dilakukan oleh direksi.

g. Memutuskan penggunaan laba bersih, meliputi penentuan jumlah

penyisihan untuk cadangan dan mengatur tata cara pengambilan dividen

yang telah dimasukkan ke cadangan khusus.

h. Memutuskan penggabungan, peleburan, pengambilalihan, atau pemisahan;

pengajuan permohonan agar Perseroan dinyatakan pailit; perpanjangan

waktu berdirinya, dan pembubaran Perseroan.

i. Mengangkat dan memberhentikan anggota direksi sewaktu-waktu, dengan

menyebutkan alasannya.

j. Memutuskan pembagian tugas dan wewenang pengurusan diantara direksi,

dalam hal direksi terdiri atas dua orang anggota atau lebih.

k. Memutuskan ketentuan tentang besarnya gaji dan tunjangan anggota

direksi.

l. Mencabut dan menguatkan keputusan pemberhentian sementara anggota

direksi yang telah ditetapkan oleh dewan komisaris.

m. Menyetujui untuk mengalihkan kekayaan Perseroan atau menjadikannya

sebagai jaminan utang kekayaan Perseroan, yang merupakan lebih dari

51 Ibid. 52 Zaeni Ashyadie dan Budi Sutrisno, Hukum Perusahaan dan Kepailitan, Jakarta:Erlangga, 2012,

Hlm. 92

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edu€¦ · 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badan Usaha Milik Negara 1. Pengertian Badan Usaha Milik Negara. Menilik latar belakang sejarah,

28

50% jumlah kekayaan bersih Perseroan dalam satu transaksi atau lebih,

baik yang berkaitan satu sama lain maupun tidak.

n. Menyetujui dapat/tidaknya direksi mengajukan permohonan pailit atas

Perseroan kepada pengadilan niaga.

o. Mengangkat anggota dewan komisaris.

p. Menetapkan ketentuan tentang besarnya gaji atau honorarium dan

tunjangan bagi anggota dewan komisaris.

q. Memutuskan dapat atau tidaknya dewan komisaris melakukan tindakan

pengurusan Perseroan dalam keadaan tertentu untuk jangka waktu tertentu.

r. Mengangkat komisaris independen.

s. Memutuskan tentang pengambilalihan saham oleh badan hukum berbentuk

Perseroan.

t. Memutuskan penggabungan, peleburan, pengambilalihan, atau pemisahan

Perseroan.

u. Memutuskan pembubaran Perseroan.

b. Direksi.

Direksi merupakan organ perusahaan yang memiliki kewenangan

menjalankan dan mengambil kebijaksanaan perusahaan (eksekutif). Direksi juga

bertanggung jawab penuh atas pengurusan untuk kepentingan dan tujuan

Perseroan Terbatas serta memiliki kewenangan mewakili Perseroan baik di dalam

maupun di luar pengadilan.53 Organ ini dipilih melalui Rapat Umum Pemegang

Saham maka dari itu organ ini bertanggung jawab kepada RUPS. Undang-Undang

Perseroan Terbatas mensyaratkan bahwa anggota Direksi haruslah orang

perorangan. Itu berarti sistem hukum Perseroan Indonesia tidak dikenal adanya

pengurus Perseroan oleh badan hukum Perseroan lainnya ataupun oleh badan

usaha lain secara ex officio (baik yang berbadan hukum maupun yang tidak

berbadan hukum).54

53 Farida Hasyi, Hukum Dagang, Jakarta:Sinar Grafika, 2009, Hlm. 153 54 Adrian Sutedi, Buku Pintar Hukum Perseroan Terbatas, Jakarta:Raih Asa Sukses, 2015, Hlm.

97.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edu€¦ · 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badan Usaha Milik Negara 1. Pengertian Badan Usaha Milik Negara. Menilik latar belakang sejarah,

29

Orang perseorangan yang diangkat menjadi direksi adalah mereka yang

cakap untuk bertindak hukum, tidak pernah dinyatakan pailit oleh pengadilan

ataupun anggota direksi atau komisaris yang pernah dinyatakan bersalah telah

menyebabkan pailitnya Perseroan tersebut, dan belum pernah dihukum penjara

karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan negara dalam jangka

waktu 5 tahun terakhir, terhitung sejak tanggal pengangkatannya.55

Atas penjelasan di atas, maka direksi memiliki dua fungsi utama yakni

fungsi pengelolaan (manajemen) dan fungsi ke dua yaitu representasi

(perwakilan).56 Yang dimaksudkan dengan fungsi pertama adalah menempatkan

direksi sebagai pihak yang bertanggung jawab terhadap maju mundurnya

perusahaan, khususnya dalam mewujudkan tujuan perusahaan.

Sementara itu itu, fungsi kedua yaitu fungsi representasi sejatinya menjadi

perwujudan subjek hukum ayng melekat pada Perseroan sebagai subjek hukum

(legal entity atau rechtpersoon). Dengan fungsi ini, direksi melakukan perbuatan

hukum tidak dalam kapasitas pribadi tetapi dalam status Perseroan.

c. Komisaris.

Organ komisaris merupakan organ yang menjalankan fungsi pengawasan

terhadap Perseroan (yudikatif). Organ komisaris ini juga dipilih oleh Rapat Umum

Pemegang Saham maka dari itu komisaris juga bertanggung jawab pada Rapat

Umum Pemegang Saham.57 Ada tidaknya lembaga komisaris ini sangat

tergantung pada pilihan system yang dipergunakan oleh suatu negara, Secara

teoritik dalam pengelolaan Perseroan terdapat dua sistem yaitu one tier board dan

two tiers board. Pada sistem one tier board, tugas pengaturan dan pengelolaan

persahaan berada di tangan dewan direksi. Board of Directors biasanya terdiri atas

dua unsur, yaitu executive directors dan outside directors yang biasanya bersifat

independen dalam menjalankan fungsi pengawasan.

55 Ibid. 56 Tri Budiyono, Op.Cit, Hlm. 167. 57 Munir Fuady, Op.Cit, Hlm. 41,

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edu€¦ · 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badan Usaha Milik Negara 1. Pengertian Badan Usaha Milik Negara. Menilik latar belakang sejarah,

30

Pengawasan yang harus dilakukan Dewan Komisaris meliputi

pengawasan umum dan pengawasan khusus. Tugas Utama Dewan Komisaris

adalah melakukan pengawasan terhadap kebijaksanaan pengurusan Perseroan

yang dilakukan direksi dan jalannya pengurusan pada umumnya.58 Tugas

memberikan nasihat berupa penyampaian pendapat atau pertimbangan yang layat

dan tepat kepada direksi merupakan tugas yang kedua dari Dewan Komisaris.

Selain kewajibannya Dewan Komisaris juga berwenang mengajukan gugatan atas

nama Perseroan bersama dengan pemegang saham minoritas terhadap anggota

direksi yang melakukan kesalahan atau kelalaian sehingga menimbulkan kerugian

pada Perseroan. Dewan Komisaris juga berhak memberhentikan Direksi untuk

sementara waktu dengan menyebutkan alasannya.59

C. Badan Hukum, Teori Badan Hukum, dan Doktrin.

Dalam pemaparan sebelumnya sudah dijelaskan bahwa Perseroan Terbatas

merupakan badan hukum yang merupakan persekutuan modal. Penjelasan kalimat

dari “persekutuan modal” memiliki makna bahwa Perseroan Terbatas merupakan

badan hukum yang memberi penekanan pada aspek (persekutuan) modal.

Sehingga dalam kalimat ini dapat diartikan bahwa uang memiliki posisi yang

lebih tinggi dari orang. Sebagai badan hukum, Perseroan Terbatas memiliki

kedudukan subjek hukum. Kedudukan ini membawa konsekuensi hukum bahwa

Perseroan Terbatas dapat melakukan hak dan kewajibannya.60

Merunut dari sejarah, yang bisa melakukan suatu perbuatan hukum adalah

orang atau manusia (natuurlijke persoon) akan tetapi dalam perkembangannya

terjadi perluasan, dengan membentuk badan hukum (rechtpersoon). Badan hukum

sendiri dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berdasarkan tuntutan

kebutuhan masyarakat oleh hukum diakui sebagai pendukung hak dan

kewajiban.61 Selain orang perseorangan yang secara alamiah menjadi subjek

hukum, hukum juga mengakui eksistensi badan hukum sebagai subjek hukum,

58 Pasal 108 Ayat (1), Undang-Undang Nomor. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 59 Pasal 106, Undang-Undang Nomor. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 60 Tri Budiyono, Op.Cit, Hlm. 58 61 Chidir Ali, Badan Hukum, Bandung:Alumni, 2005, Hlm. 21

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edu€¦ · 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badan Usaha Milik Negara 1. Pengertian Badan Usaha Milik Negara. Menilik latar belakang sejarah,

31

yang dengan demikian berkedudukan sebagai pendukung hak dan kewajiban.

Menurut Pasal 1653 KUH Perdata terdapat empat jenis badan hukum yaitu:62

a. Badan hukum yang didirikan oleh Pemerintah. Yang termasuk dalam

kategori badan hukum ini adalah badan hukum publik seperti provinsi,

kabupaten, kota, dll.

b. Badan hukum yang diakui oleh Pemerintah, misalnya gereja atau badan

keagamaan lainnya.

c. Badan hukum yang diizinkan oleh Pemerintah.

d. Badan hukum yang didirikan oleh pihak swasta.

Ketiga jenis badan hukum yang sudah dijelaskan memerlukan pengakuan

status dari pemerintah. Tanpa adanya pengakuan dari pemerintah, badan usaha

tersebut kedudukannya dalam lalu lintas hukum tidak diakui. Teori-teori dalam

Perseroan Terbatas muncul akibat adanya unsur personalitas dari Perseroan.

Beberapa teori badan hukum tersebut pada hakekatnya memberikan

bingkai terhadap eksistensi badan hukum dalam lalu lintas hukum. Dengan

berbagai argumentasi yang dikonstruksikan, pencetus teori badan hukum hendak

mengatakan bahwa status badan hukum Perseroan Terbatas menjadi memiliki

logika fikir yang memadai. Terlepas dari kelemahan dan keunggulan suatu teori,

Perseroan telah memiliki persona standi in judicio. Teori tersebut antara lain

adalah:

a. Teori Fiksi (Fictious Theory).

Teori ini sering disebut juga dengan teori entitas (entity theory) atau teori

agregat (aggregate theory), atau juga teori simbol (symbol theory). Pada intinya

teori ini menyatakan bahwa kumpulan orang dengan berbagai latar belakang,

kepentingan, dan unsur-unsur lainnya menyatukan dirinya sehingga membentuk

suatu simbol yaitu badan hukum tersebut yakni Perseroan tersebut. Teori ini

dipumpunkan pada paendirian bahwa yang bisa menjadi subjek hukum

sebenarnya hanya manusia, karena pada hakikatnya hanya manusia yang

mempunyai kehendak. Jadi, karena merupakan abstraksi saja maka tidak mungkin

62 Tri Budiyono, Op.Cit, Hlm. 60

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edu€¦ · 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badan Usaha Milik Negara 1. Pengertian Badan Usaha Milik Negara. Menilik latar belakang sejarah,

32

menjadi subjek hukum. Sebab, hukum (hanya) memberikan kekuasaan dan

menimbulkan kehendak berkuasa (wilsmacaht).63 Badan hukum hanyalah buatan

pemerintah atau negara. Kelahiran badan hukum semata-mata melalui persetujuan

pemerintah dalam bentuk fiat, aroval atau concensus of the government.64 Dapat

ditarik kesimpulan bahwa sebetulnya teori ini mengakui bahwa sebagai hanya

manusia lah yang dapat menjadi subjek hukum. Tetapi manusia menjalankan,

menciptakan, badan hukum selaku subjek hukum diperhitungkan sama dengan

manusia.

b. Teori Organ (Organ Theory).

Teori organ ini merupakan reaksi terhadap teori fiksi. Tokoh pengemuka

dari teori organ ini adalah Otto Van Gierke (1841-1921). Ajaran teori ini disebut

sebagai leer der volledige realiteit (ajaran realitas yang sempurna). Teori ini

menyatakan bahwa badan hukum merupakan sesuatu yang sama dengan manusia

biasa. Memiliki kehendak seperti kepribadian manusia sehingga bentuknya sah

dalam lalu lintas kegiatan hukum. Menurut teori ini, badan hukum bukanlah suatu

hal yang abstrak, tetapi benar-benar ada.65

Badan hukum menjadi suatu abdan yang membentuk kehendaknya dengan

perantaraan atau alat-alat atau organ-organ badan tersebut, misalnya anggota-

anggotanya atau seperti manusia yang mengucapkan kehendaknya dengan

perantaraan mulut atau tangan.

c. Teori Harta Kekayaan dalam Jabatan (Ambtelijk Vermogen).

Teori harta kekayaan ini menjelaskan bahwa hak yang dimiliki tersebut

haruslah digunakan agar ia mempunyai kedudukannya sebagai subjek hukum.

Untuk badan hukum, yang memiliki kehendak adalah pengurus. Pada badan

hukum semua hak tersebut diliputi oleh pengurus. Dalam jabatannya sebagai

pengurus mereka adalah berhak, maka dari itu disebut ambtelijk vermogen.66

63 Ibid. 64 Harry G. Henn and John. R Alexander, The Law Of Corporation and Other Business Enterprise,

Minessota:West And Publishing Co, 1983, Hlm. 115. 65 Tri Budiyono, Op.Cit, Hlm. 62. 66 Ibid.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edu€¦ · 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badan Usaha Milik Negara 1. Pengertian Badan Usaha Milik Negara. Menilik latar belakang sejarah,

33

Teori ini dipelopori oleh Holder dan Binder, dan sebagai pengikutnya adalah FJ.

Oud.

d. Teori Kekayan Bersama.

Teori Kekayan Bersama ini menjelaskan bahwa pada intinya badan hukum

merupakan persekutuan antar manusia. Hal ini sudah jelas karena pada intinya

badan hukum berbeda konsep dengan manusia biasa yang mempunyai kehendak.

Maka dari itu, untuk menjalankan kehendaknya badan hukum membutuhkan

organ-organ untuk melakukan kehendak tersebut. Jadi, kepentingan badan hukum

adalah kepentingan dari seluruh anggota secara bersama-sama.

Karena badan hukum adalah perkumpulan, maka harta kekayaan yang

timbul yang diakibatkan oleh badan hukum tersebut merupakan kekayaan

bersama para anggota. Selanjutnya, badan hukum hanyalah suatu konstruksi

hukum belaka, dan hakikatnya merupakan sesuatu yang abstrak. Tokoh dari teori

kekayaan ini adalah Rudolf Von Jering (1818-1892), Marcel Planiol (Perancis)

dan Molengraaff (Belanda). Pengikut dari teori ini adalah antara lai Star

Busmann, Kranengrung, Paul Scholten dan Van Apeldoorn.67

e. Teori Kekayaan Bertujuan.

Teori kekayaan bertujuan menjelaskan bahwa kekayaan yang dihasilkan

oleh badan hukum merupakan sesuatu yang terpisah dari anggotanya. Teori ini

mengutamakan bahwa yang paling penting bukanlah siapakah badan hukum

tersebut melainkan kekayaan tersebut diurus untuk tujuan tertentu. Maka dari itu

teori ini berpandangan tidak peduli manusia atau bukan, tidak perduli kekayaan

tersebut merupakan hak yang normal atau bukan, intinya adalah tujuan dari

kekayaan tersebut.68

Secara sederhana dapat dikatakan teori ini berpandangan apa yang disebut

hak badan hukum adalah hak tanpa subjek hukum, oleh karena itu sebagai

penggantinya adalah kekayaan yang terikat pada suatu tujuan. Teori ini

dikemukakan oleh A. Brinz (Jerman) dan diikuti oleh van der Heijden.

67 Ibid. 68 Ibid.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edu€¦ · 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badan Usaha Milik Negara 1. Pengertian Badan Usaha Milik Negara. Menilik latar belakang sejarah,

34

f. Teori Kenyataan Yuridis.

Teori Kenyataan Yirudis ini merupakan penghalusan (verfijning) dari teori

organ. Yang dimaksud adalah badan hukum merupakan suatu bentuk yang sama

dengan manusia sebagai subjek hukum walaupun tidak dapat diraba, tidak

memiliki wujud yang riil dan konkrit. Menurut Meijers, badan hukum merupakan

suatu realitas, konkrit, dan riil, walaupun tidak dapat diraba, bukan khayalan

(fiksi), tetapi merupakan suatu realitas hukum. Selanjutnya Meijers mengatakan

bahwa, teori ini merupakan kenyataan sederhana (eenvoudiege realiteit).

Kesederhanaannya terletak pada cara pandang orang ketika mempersamakan

badan hukum dengan manusia. Menurut dia dalam mempersamakan hendaknya

terbatas pada bidang hukum saja.69

Berbeda dengan teori organ yang bersifat mutlak, teori kenyataan yuridis

tidak lagi bersifat mutlak, artinya sekedar diperlukan untuk hukum, sehingga tidak

perlu ditanyakan mana tangannya. Inti dari sebuah badan hukum adalah suatu

abstraksi. Titik tolaknya adalah apa yang disebut dengan hak. Secara sederhana,

hak mempunyai dua ujung, yaitu subjek dan objek. Hubungan antara subjek

dengan objek inilah yang disebut dengan hak. Pada mulanya objek berkaitan

dengan benda-benda yang dapat diindera saja (zaak). Tetapi dalam

perkembangannya diperlukan perluasan terhadap benda yang tidak saja dapat

diindera/berwujud (lichmalijke zaak) melainkan muncul tetapi tidak dapat

diindera/tidak berwujud (onlichmalijke zaak).

Perseroan merupakan subjek hukum yang berbeda dengan Firma,

Persekutuan Komanditer, dan persekutuan perdata lainnya. Perseroan merupakan

badan hukum yang memiliki hak dan kewajibannya sendiri. Berikut akan

dijelaskan mengenai doktrin-doktrin dalam hukum Perseroan yaitu:

i. Perseroan Sebagai Badan Hukum Merupakan Entitas Terpisah

(Separate Legal Entity).

Pasal 3 ayat 1 Undang-Undang Nomor. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas menyatakan bahwa pemegang saham Perseroan tidak bertanggung jawab

69 Ibid.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edu€¦ · 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badan Usaha Milik Negara 1. Pengertian Badan Usaha Milik Negara. Menilik latar belakang sejarah,

35

atas kerugian Perseroan melebihi saham yang dimiliki.70 Pasal ini menjelaskan

bahwa suatu Perseroan dengan pemegang saham adalah dua entitas yang terpisah,

pemisahan ini mengakibatkan status Perseroan sebagai badan hukum. Hukum

Perseroan seperti yang dirumuskan pada Pasal 3 ayat 1 Undang-Undang Nomor

40. Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, secara imajiner membentangkan

tembok pemisah antara Perseroan dengan pemegang saham untuk melindungi

pemegang saham dari segala tindakan, perbuatan dan kegiatan Perseroan:71

a. Tindakan, perbuatan dan kegiatan Perseroan, bukan tindakan pemegang

saham;

b. Kewajiban dan tanggung jawab Perseroan bukan kewajiban dan tanggung

jawab pemegang saham.

Menurut hukum pemisahan (separate) dan perbedaan (distinct) antara

Perseroan dengan pemilik atau pemegang saham terjadi pada saat Perseroan

mendapat keputusan pengesahan dari Menteri Hukum dan HAM yang digariskan

pada Pasal 9 ayat 1 Undang-Undang Nomor. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas:72

a. Sejak tanggal pengesahan tersebut, Perseroan terpisah (separate) dari

pemegang saham, pendiri, dan pengurus;

b. Juga saat itu Perseroan berbeda (distinct) dari Perseroan hukum yang lain.

Saat mendapatkan pengesahan dari Menteri Hukum dan HAM maka saat

itulah suatu Perseroan sah sebagai suatu badan hukum, dimana Perseroan dapat

melibatkan dirinya dalam lalu lintas kegiatan hukum. Sejak saat itu pula,

Perseroan membayar pajak dan mendapat perlindungan sendiri dari pengadilan

dan penegak hukum.

Prinsip di atas menjelaskan, bahwa walaupun Perseroan merupakan person

yang tidak terlihat, tidak teraba, dan artifisual (invisible, intangable, and artificial

person). Namun hukum memberikan hak dan kewajiban seperti layaknya manusia

70 Pasal 3 ayat 1, Undang-Undang Nomor. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 71 M. Yahya Harahap, Op.Cit, Hlm 71. 72 Ibid.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edu€¦ · 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badan Usaha Milik Negara 1. Pengertian Badan Usaha Milik Negara. Menilik latar belakang sejarah,

36

(natural person). Perseroan juga memiliki hak diperlakukan dan dilindungi

dengan cara yang sama sesuai dengan proses yang dibenarkan oleh hukum (due

process of law).73

ii. Prinsip Tanggung Jawab Terbatas (Beperkete Aansprakeljkheid,

Limited Liability) Pemegang Saham.

Sebelumnya dia atas sudah dijelaskan mengenai sifat perusahaan

(corporate nature) yaitu tidak dapat dilihat, tidak dapat diraba, dan artifisial. Pada

dasarnya, pemegang saham (shareholder, stockholder, propietor) dari

Perseroan:74

a. Pemegang saham diberi sertifikat saham sebagai bukti, bahwa ang

bersangkutan adalah pemilik sebagian (own a portion) dari Perseroan

tersebut;

b. Akan tetapi, oleh karena Perseroan merupakan wujud yang terpisah

(separate entity) dari pemegang saham sebagai pemilik, maka pemegang

saham tidak boleh menuntut aset Perseroan;

c. Kekayaan Perseroan tetap milik Perseroan, oleh karena itu pemegang

saham tidak mempunyai hak untuk mengalihkan kekayaan Perseroan

kepada dirinya maupun orang lain.

Tanggung jawab terbatas merupakan akibat yang ditimbulkan dari prinsip

pertama yaitu keterpisahan dua entitas antara pemegang saham dan Perseroan.

Sebagai pemegang saham dalam suatu Perseroan, saham tersebut hanya sebagai

bukti kepemlikan atas sebagian Perseroan. Saham ini berfungsi untuk

mengeluarkan suara dalam RUPS, memilih dewan direksi dan komisaris,

menerima deviden, menerima aset presentase Perseroan secara proporsional sesuai

dengan jumlah saham yang dimiliki apabila Perseroan dilikuidasi. Selanjutnya,

pemegang saham sebagai pemilik, hanya mempunyai kontrol tidak langsung atas

operasional sehari-hari Perseroan dan atas segala kebijaksanaan direksi.

73 Ibid. 74 Ibid.

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edu€¦ · 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badan Usaha Milik Negara 1. Pengertian Badan Usaha Milik Negara. Menilik latar belakang sejarah,

37

Ada beberapa keuntungan yang didapatkan pemegang saham dalam

prinsip tanggung jawab terbatas ini:75

a. Pemegang saham Perseroan, tidak bertanggung jawab secara pribadi

(personal liability) atas perikatan yang dibuat atas nama Perseroan

maupun atas kerugian yang dialami Perseroan;

b. Resiko yang ditanggung pemegang saham, hanya sebesar investasinya

tidak melebihi saham yang dimilikinya pada Perseroan;

c. Dengan demikian, pada prinsipnya pemegang saham tidak bertanggung

jawab secara pribadi atau secara individual atas utang-utang Perseroan.

Prinsip ini dipertegas dalam penjelasan Pasal 3 ayat 1, bahwa pemegang

saham hanya bertanggung jawab sebesar setoran atas seluruh saham yang

dimilikinya dan tidak meliputi harta kekayaan pribadinya. Jadi, bertitik tolak dari

prinsip tanggung jawab terbatas pemegang saham dapat disimpulkan:76

a. Perseroan sebagai badan hukum merupakan unit hukum (legal unit)

dengan kewenangan dan kapasitas yang terpisah dari pemegang saham

untuk menguasai kekayaan (property), membuat kontrak, menggugat dan

digugat, melanjutkan hidup dan eksistensi meskipun pemegang saham

berubah dan direksi diberhentikan atau diganti;

b. Harta kekayaan, hak dan kepentingan serta tanggung jawab Perseroan

terpisah dari pemegang saham;

c. Selanjutnya pemegang saham menurut hukum sesuai dengan ketentuan

Pasal 3 ayat 1 Undang-Undang Nomor. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas, mempunyai imunitas dari kewajiban dan tanggung jawab

Perseroan, karena antara pemegang saham dengan Perseroan terdapat

perbedaan dan pemisaha personalitas hukum.

Tujuan utama yang ingin dicapai dari prinsip limited liability, adalah untuk

menjadikan Perseroan sebagai kendaraan yang menarik menanam modal

(attractive investment vehicle), sebab melalui prinsip separate entity hukum

memberi tembok dan tabir perlindungan kepada pemegang saham yang tidak

75 Ibid, Hlm. 74. 76 Ibid.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edu€¦ · 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badan Usaha Milik Negara 1. Pengertian Badan Usaha Milik Negara. Menilik latar belakang sejarah,

38

berdosa (innocence shareholder) terlepas dari tuntutan pihak ketiga yang timbul

dari kontrak yang dilakukan oleh Perseroan.77

iii. Hapusnya Tanggung Jawab Terbatas dalam Lifting The Corporate

Veil.

Lifting The Corporate Veil atau Piercing The Corporate Veil merupakan

suatu teori dimana tujuan dari teori ini adalah untuk mencapai “keadilan”

khususnya bagi pihak ketiga dengan pihak perusahaan yang mempunyai

hubungan hukum tertentu.

Kata “piercing the corporate veil” terdiri atas kata-kata berikut

• Pierce = menyobek/mengoyak/menembus.

• Veil = kain atau tirai.

• Corporate = perusahaan.

Seperti arti kalimatnya, maka prinsip lifting the corporate veil merupakan

prinsip dimana menyingkap tirai perusahaan. Konsekuensi hukum atas

penyingkapan tabir atau tembok perlindungan lifting the coporate veil yaitu:78

a. Hilang atau hapus perlindungan tanggung jawab terbatas pemegang saham

yang digariskan pada Pasal 3 ayat 1 Undang-Undang Nomor. 40 Tahun

2007 tentang Perseroan Terbatas.

b. Dengan sendirinya pemegang saham ikut memukul resiko bersama-sama

dengan Perseroan membayar utang Perseroan dari harta pribadi pemegang

saham yang bersangkutan.

Seringkali, doktrin lifting the corporate veil ini muncul dan diterapkan

manakala ada kerugian atau tuntutan hukum dari pihak ketiga terhadap Perseroan

tersebut. Penerapan teori lifting the corporate veil ini secara universal dilakukan

dalam hal-hal sebagai berikut:79

77 Ibid. 78 Ibid. Hlm. 76. 79 Munir Fuady, Doktrin-Doktrin Modern dalam Corporate Law dan Eksistensinya dalam Hukum

Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2010, Hlm. 10

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edu€¦ · 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badan Usaha Milik Negara 1. Pengertian Badan Usaha Milik Negara. Menilik latar belakang sejarah,

39

1. Penerapan Teori Lifting The Corporate Veil karena Perusahaan Tidak

Mengikuti Formalitas Tertentu

• Alasan dari diterapkannya prinsip lifting the corporate veil ini

adalah karena suatu Perseroan tidak memenuhi suatu formalitas

tertentu yang diharuskan oleh hukum. Dalam hal ini tidak

bertujuan secara langsung untuk melindungi pihak-pihak tertentu,

tapi semata-mata untuk menegakkan formalitas.80

2. Penerapan Teori Lifting The Corporate Veil terhadap Badan-Badan

Hukum yang hanya Terpisah Secara Artifisial.

• Yang dimaksud dalam hal ini teori lifting the corporate veil ke

dalam suatu perusahaan yang sebenarnya dalam kenyataan adalah

tunggal (satu business entity), tetapi perusahaan tersebut dibagi ke

dalam beberapa Perseroan secara artifisial.81

3. Penerapan Teori Lifting The Corporate Veil Berdasarkan Hubungan

Kontraktual

• Teori ini dapat diterapkan pada dimana suatu keadaan anak

perusahaan berhubungan dengan pihak ketiga dan kemudian

kerugian pada pihak ketiga tersebut tidak tertanggulangi. Agar

dapat diterapkan dalm hubungan dengan kontrak dengan pihak

ketiga ini, biasanya dipersyaratkan terdapat unsur “keadaan yang

tidak lazim” pada aktivitas perusahaan.82

4. Penerapan Teori Lifting The Corporate Veil karena Perbuatan Melawan

Hukum atau Tindak Pidana.

• Jika terdapat suatu unsur pidana dalam suatu kegiatan Perseroan

meskipun hal tersebut dilakukan oleh Perseroan itu sendiri,

berdasarkan teori lifting the corporate veil, oleh hukum dibenarkan

juga jika tanggung jawab dimintakan kepada pihak-pihak lain

seperti direksi atau pemegang sahamnya. Demikian pula jika

perusahaan melakukan suatu perbuatan melawan hukum.83

80 Ibid, Hlm. 10. 81 Ibid. 82 Ibid, Hlm 11-12. 83 Ibid.

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edu€¦ · 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badan Usaha Milik Negara 1. Pengertian Badan Usaha Milik Negara. Menilik latar belakang sejarah,

40

5. Penerapan Teori Lifting The Corporate Veil dalam Hubungan Holding

Company dan Anak Perusahaan.

• Penerapan teori lifting the corporate veil ini tidak terbatas pada

Perseroan tunggal saja, melainkan perusahaan yang berbentuk grup

usaha. Dalam hal ini yang bertanggung jawab bukan hanya badan

hukum yang melakukan perbuatan hukum yang bersangkutan,

melainkan pemegang saham (perusahaan holding) ikut

bertanggung jawab secara hukum, yakni jika terdapat salah satu

unsur dari unsur-unsur sebagai berikut:84

a. Express agency; atau

b. Estohel; atau

c. Direct tort; atau

d. Dapat dibuktikan dengan adanya tiga unsur sebagai berikut:

1. Pengontrolan anak perusahaan oleh perusahaan holding.

2. Penggunaan kontrol oleh perusahaan holding untuk

melakukan penipuan, ketidakjujuran, atau tindakan tidak

fair lainnya.

3. Terdapatnya kerugian sebagai akibat dari breach of duty

dari perusahaan holding.

• Dalam hubungan dengan perusahaan holding, sangat mungkin

dilakukan tindakan-tindakan yang berakibatkan timbulnya

kerugian bagi pemegang saham minoritas. Untuk pihak pemegang

saham minoritas perlu diberikan perlindungan hukum, yang dalam

hal ini dilakukan dengan menerapkan teori lifting the corporate

veil, yakni dengan memintakan juga pertanggung jawaban dari

perusahaan holding. Fakta-fakta tersebut adalah:85

a. Perusahaan holding dan anak perusahaan mempunyai

pengurus, komisaris, atau pegawai yang sama.

b. Anak perusahaan mempuyai modal yang sangat kecil.

84 Ibid. 85 Ibid.

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edu€¦ · 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badan Usaha Milik Negara 1. Pengertian Badan Usaha Milik Negara. Menilik latar belakang sejarah,

41

c. Perusahaan holding membayar gaji, upah, kerugian, dan

expenses lainnya dari anak perusahaan.

d. Perusahaan holding memiliki seluruh atau hampir seluruh

saham anak perusahaan.

e. Perusahaan holding membiayai anak perusahaan.

f. Anak perusahaan mempunyai bisnis dengan perusahaan

holding.

g. Anak perusahaan tidak mempunyai aset lain, kecuali aset yang

dialihkan dari perusahaan holding.

h. Perusahaan holding menggunakan aset anak perusahaan seperti

asetnya sendiri.

i. Pihak eksekutif anak perusahaan lebih memperhatikan

kepentingan perusahaan holding daripada kepentingan anak

perusahaan.

iv. Pelampauan Kewenangan Perseroan atau Ultra Vires.

Ultra Vires atau Pelampauan kewenangan Perseroan merupakan doktrin

hukum yang mengatur akibat hukum seandainya Perseroan bertindak di luar

kewenangan yang telah bertindak di luar anggaran dasar, Penjelasan ini pun

terdapat dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas yang menyebutkan bahwa setiap pemegang saham berhak mengajukan

gugatan terhadap Perseroan karena tindakan Perseroan yang dianggapnya tidak

adil dan tanpa alasan wajar sebagai akibat keputusan RUPS, Direksi dan/ atau

Dewan Komisaris.86

D. Restrukturisasi Dalam BUMN

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan

Usaha Milik Negara, restrukturisasi merupakan upaya yang dilakukan untuk

penyehatan BUMN. Tujuan dilakukannya restrukturisasi adalah untuk

memperbaiki kinerja dan meningkatkan nilai perusahaan (firm value).

86 Pasal 61 ayat 1, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edu€¦ · 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badan Usaha Milik Negara 1. Pengertian Badan Usaha Milik Negara. Menilik latar belakang sejarah,

42

Restrukturisasi dilakukan dengan maksud untuk menyehatkan BUMN, agar dapat

beroperasi secara efisien, transparan dan profesional.

Selama ini kinerja dan kondisi BUMN dianggap masih buruk, sehingga

diperlukan penyegaran. Maka dari itu, BUMN masih harus terus diberdayakan

sehingga memberikan manfaat yang luas bagi masyarakat. Tujuan utama BUMN

untuk lebih diberdayakan adalah:87

a. Untuk mengoptimalkan aset negara yang dikuasai untuk mencapai

kemakmuran rakyat yang sebesar-besarnya, melalui konsep yang telah

dicetuskan yaitu restrukturisasi dan privatisasi seluas-luasnya.

b. Untuk meningkatkan perannya sebagai pendukung perekonomian nasional

yang dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap Anggaran

Pendapatan Belanja Negara baik dalam bentuk deviden maupun pajak.

c. Agar mampu sebagai sarana dan prasarana untuk membangun sumber

daya manusia Indonesia, yang berjiwa kepemimpinan untuk membawa

dunia usaha nasional menuju keberhasilan.

d. Sebagai kekuatan penyeimbang kekuatan ekonomi, melalui peranannya

dalam melakukan berbagai aliansi baik tingkat nasional maupun tingkat

global, termasuk menciptakan kemitraan dengan pengusaha kecil,

pengusaha menengah maupun koperasi.

Dalam melakukan proses restruksturisasi untuk mengatasi kesulitan

keuangan atau memperbaiki kinerja, banyak jenis restrukturisasi yang bisa

ditempuh oleh suatu perusahaan. Tindakan tersebut dapat dilakukan secara parsial

(terpisah) atau secara simultan (bersamaan). Jadi, restrukturisasi tersebut tidak

harus dilakukan secara bersamaan, Keempat jenis restrukturisasi yang sering

dilakukan oleh perusahaan adalah :88

a. Restrukturisasi Bisnis.

b. Restrukturisasi Keuangan.

c. Restrukturisasi Manajemen.

87 Indira Bastian, Op.Cit, Hlm. 162 88 Kamaludin, Karona Cahya Susena dan Berto Usman, Restrukturisasi, Merger, dan Akuisisi,

Bandung: Mandar Maju, 2015, Hlm.7.

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edu€¦ · 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badan Usaha Milik Negara 1. Pengertian Badan Usaha Milik Negara. Menilik latar belakang sejarah,

43

d. Restrukturisasi Organisasi.

Pada umumnya, ketika melakukan restrukturisasi perusahaan harus

memperhatikan berbagai aspek mulai dari biaya hingga besaran manfaat yang

akan diperoleh dari proses restrukturisasi tersebut. Tentang kajian yang

menghitung besaran biaya dan manfaat yang akan diperoleh telah diatur dalam

Pasal 72 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik

negara.

Restrukturisasi sendiri dibagi ke dalam berbagai bentuk yaitu

restrukturisasi sektoral, restrukturisasi korporasi dan restrukturisasi internal.

Untuk penjelasan pertama, restrukturisasi sektoral merupakan restrukturasi yang

pelaksanaannya mengarah kebijakan sektor dan atau ketentuan peraturan

perUndang-Undangan.89

Kedua, restrukturasi perusahaan atau korporasi meliputi peningkatan

intensitas persaingan usaha, terutama di sektor-sektor yang terdapat monopoli,

baik yang diregulasi maupun monopoli alamiah. Restrukturisasi pada sektor ini

lebih fokus pada penataan hubungan fungsional antara pemerintah dan BUMN

selaku badan usaha. Ketiga, restrukturisasi internal yaitu restrukturisasi yang

meliputi optimalisasi pengelolaan keuangan, manajemen organisasi, pengelolaan

operasional perusahaan, pengelolaan pada sistem. Dengan kata lain, sesuai dengan

namanya restrukturisasi ini merupakan perombakan pada bagian internal

perusahaan.90

Jika dibuat lebih rinci, maka tujuan dari restrukturisasi adalah:91

a. Meingkatkan kinerja dan nilai perusahaan;

b. Memberikan manfaat berupa dividen dan pajak kepada negara;

c. Menghasilkan produk dan layanan dengan harga kompetitif kepada

konsumen; dan

d. Memudahkan pelaksanaan privatisasi.

89 Ibid. 90 Ibid, Hlm. 13 91 Abdulkadir Muhammad, Op.Cit, Hlm. 203.

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edu€¦ · 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badan Usaha Milik Negara 1. Pengertian Badan Usaha Milik Negara. Menilik latar belakang sejarah,

44

Dalam program restrukturisasi BUMN cenderung menggunakan dua cara

dominan yang sering dingunakan oleh BUMN yaitu :

a. Privatisasi.

Privatisasi merupakan peningkatan penyebaran kepemilikan kepada

masyarakat umum dan swasta asing maupun domestik untuk akses pendanaan,

pasar, teknologi, serta kapabilitas untuk bersaing di tingkat dunia.92 Dalam

Peraturan Pemerintah Nomor. 33 Tahun 2005 privatisasi dapat dimaknai sebagai

penjualan saham persero, baik sebagian maupun seluruhnya kepada pihak lain

dalam rangka meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan, memperbesar manfaat

bagi negara dan masyarkat, serta memperluas pemilik saham oleh masyarakat.93

Undang-Undang Nomor. 19 Tahun 2003 tentang BUMN dan Peraturan

Pemerintah Nomor 33 Tahun 2005, jo Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun

2009, maka prosedur privatisasi meliputi: penyusunan program tahunan

privatisasi (PTP), Pembahasan PTP untuk mendapatkan Arahan Komite

Privatisasi dan Rekomendasi Menteri Keuangan, konsultasi dengan Dewan

Perwakilan Rakyat untuk mendapatkan persetujuan.

Privatisasi merupakan upaya untuk meningkatkan nilai perusahaan yang

dilakukan dengan meningkatkan leverage aset yang dimiliki dengan melibatkan

pihak swasta dalam kepemilikan BUMN. Privatisasi sendiri dapat dilakukan

dengan berbagai cara seperti Initial Public Offering (IPO), Private Placement oleh

investor strategik atau private placement oleh lembaga keuangan. Dengan

privatisasi tersebut diharapkan ada dana segar untuk memperbaiki dan

menyehatan kinerja BUMN selain itu juga agar terjadi pengalihan teknologi

(transfer of technology).

b. Rightsizing Policy.

Dalam Master Plan BUMN, sesungguhnya sudah jelas kemana arah

transformasi BUMN. Konsolidasi yang dilakukkan oleh BUMN merupakan

92 Indira Bastian, Op.Cit, Hlm. 164. 93 Pasal 1 ayat 2, Peraturan Pemerintah Nomor. 33 Tahun 2005 tentang Tata Cara Privatisasi

Perusahaan Perseroan (Persero).

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edu€¦ · 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badan Usaha Milik Negara 1. Pengertian Badan Usaha Milik Negara. Menilik latar belakang sejarah,

45

konsolidasi agar BUMN dalam (size) jumlah yang tepat, tidak hanya pada jumlah

atau ukuran namun juga mencakup pada skala bisnisnya. Dalam buku Rencana

Strategis Kementrian BUMN 2012-2014, dari jumlah BUMN ini sekitar 141

perusahaan, Kementrian BUMN telah menetapkan rightsizing untuk mencapai

jumlah BUMN yang rasional, yaitu sekitar 91 BUMN pada akhir 2014.94

Rightsizing policy sendiri merupakan penataan yang dilakukan oleh

Kementrian BUMN yang membagi tindakan ke dalam 5 kelompok tindakan yaitu

stand alone, merger/konsolidasi, holding, divestasi, dan likuidasi.95

i. Penggabungan (Merger).

Merger berasal dari bahasa Latin “mergere” yang artinya bergabung,

bersama, bersatu, menyatu, berkombiansi yang menyebabkan hilangnya identitas

karena terserap atau tertelan penggabungan suatu objek. Merger bisa diibaratkan

seperti menyatunya dua sungai bersal dari mata air yang berbeda dan selanjutnya

air sungai itu mengalir bersama menuju ke muara. Berbagai definisi banyak

menjelaskan tentang definisi merger.

Merger adalah penggabungan dua atau lebih perusahaan yang kemudian

hanya ada satu perusahaan yang tetap hidup sebagai badan hukum, sementara

yang lainnya menghentikan aktivitasnya atau bubar.96 Sementara itu dalam

Peraturan Pemerintah Nomor. 27 Tahun 1998 tentang Penggabungan, Peleburan,

dan Pengambilan Perseroan Terbatas menyebutkan bahwa Penggabungan adalah

perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu Perseroan atau lebih untuk

menggabungkan diri dengan Perseroan lain yang telah ada dan selanjutnya

Perseroan yang menggabungkan diri menjadi bubar.

Merger memiliki berbagai jenis yaitu:97

a. Horizontal Merger.

94 Dwi Soetjitpto, Road To Semen Indonesia, Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2014, Hlm. 5 95 Ibid. 96 Abdul Moin, Merger, Akuisisi, dan Divestasi, Yogyakarta:Ekonosia, 2003, Hlm. 5 97 M. Yahya Harahap, Op. Cit, Hlm. 482.

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edu€¦ · 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badan Usaha Milik Negara 1. Pengertian Badan Usaha Milik Negara. Menilik latar belakang sejarah,

46

Horizontal Merger merupakan pengabungan dua perusahaan yang

memiliki bidang atau jenis kegiatan usaha yang sama. Dalam hal ini sering

dijumpai kasus Bank Madiri dengan BDN, BAPINDO, BBD, dan Bank

Exim..

b. Vertical Merger.

Vertical merger adalah penggabungan diantara dua Perseroan yang

memiliki keterkaitan antara input dan output.

c. Congenitive Merger.

Congenitive merger adalah penggabungan dua perusahaan yang memiliki

bidang dan jenis kegiatan usaha yang sama, sekilas nampak sama dengan

horizontal merger, akan tetapi dalam congenitive merger tidak memiliki

kerterkaitan Peraturan Pemerintah.

Selanjutnya, Pasal 122 ayat (3), Dikatakan dalam hal berakhirnya

Perseroan yang meleburkan diri:

a. Aktiva dan Pasiva Perseroan yang meleburkan diri beralih akrena

hukum kepada Perseroan hasil peleburan;

b. Pemegang saham Perseroan yang meleburkan diri, karena hukum

menjadi pemegang saham Perseroan hasil peleburan, dan

c. Perseroan yang meleburkan diri, berakhir karena hukum terhitung

sejak tanggal peleburan mulai berlaku.

ii. Divestasi.

Divestasi pada pada dasarnya ditempuh oleh perusahaan apabila ia berada

dalam posisi persaingan yang lemah. Lemahnya posisi saing ini bisa ditimbulkan

dari faktor internal maupun eksternal. Pada dasanya motif divestasi ada berbagai

macam diantaranya adalah:98

a. Kembali ke kompetensi inti (core competence), yaitu kondisi dimana

beragamnya jenis bidang usaha akibatnya perusahaan tidak fokus pada

bidang intinya. Terlalu banyak unit usaha yang ditangani dan terbatasnya

98 Abdul Moin, Op.Cit, Hlm. 334.

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edu€¦ · 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badan Usaha Milik Negara 1. Pengertian Badan Usaha Milik Negara. Menilik latar belakang sejarah,

47

sumber daya yang mendukung membentuk inefisiensi dan pengendalian

yang lemah dalam perusahaan.

b. Menghindari sinergi yang negatif, artinya adalah bahwa divestasi

dilakukan untuk mencapai sinergi sebagaimana dalam merger dan akuisisi.

Walaupun ukuran perusahaan kecil, dengan berbagai aspek yang

diperhitungkan divestasi malah menjadi keuntungan dan jadi nilai tambah

dalam perusahaan.

c. Tidak menguntungkan secara ekonomis, jika anak perusahaan memiliki

kinerja yang buruk, terus menerus menghabiskan sumber daya, tidak

efisien dalam berproduksi dan perusahaan tidak ingin memperbaiki kinerja

tersebut, maka perusahaan sebaiknya didivestasi.

d. Divestasi juga terjadi karena perusahaan mengalami kesulitan keuangan

(financial distress). Ada berbagai macam hal yang menyebabkan

perusahaan kesulitan keuangan. Pertama, cash flow yang terlalu kecil

untuk membayar hutang. Kedua, kesalahan dalam kebijakan keuangan

seperti kredit macet. Ketiga, terdapat kerugian yang besar sehingga

menganggu jalannya perushaan.

e. Perubahan strategi perusahaan, adalah salah satu strategi perusahaan untuk

melakukan divestasi. Tujuan utamanya adalah mengantisipasi tekanan

lingkungan eksternal dan internal.

f. Memperoleh tambahan dana

g. Mengangkat uang kas dengan segera dalam kasus leverage buy out, LBO

sendiri adalah akuisisi yang sebagia besar dananya berasal dari hutang

yang buganya relatif tinggi. Karena dibiayai hutang, maka perusahaan

secepatnya harus melunasi dana untuk LBO tersebut dengan cara menjual

aset-aset perusahaan yang bisa diakuisisi.

h. Alasan individu pemegang saham, dalam sebagian saham yang perusahaan

nya tertutup. Pemegang saham memutuskan untuk melakukan divestasi

karena ingin memperoleh dana untuk ditanamkan dalam bentuk lain

seperti penghasilan dan dana tetap.

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edu€¦ · 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badan Usaha Milik Negara 1. Pengertian Badan Usaha Milik Negara. Menilik latar belakang sejarah,

48

i. Permintaan pemerintah, pemerintah bisa memaksakan perusahaan untuk

melakukan divestasi karena perusahaan memiliki pangsa pasar sedemikian

besar sehingga telah melebihi batas yang diijinkan oleh Undang-Undang.

j. Permintaan kreditur, apabila perusahaan mengalmi kesulitan keuangan dan

tidak ada tanda-tanda semakin baiknya kondisi keuangan perusahaan, dan

apabila kreditur tidak mau membantu melakukan restrukturisasi finansial

untuk menyelesaikan yang bermasalah maka bisa meminta perusahaan

untuk likuidasi.

iii. Likuidasi.

Kebijakan likuidasi dilakukan untuk BUMN-BUMN yang tidak memiliki

kewajiban public service obligation (PSO), berada dalam sektor kompetitif, skala

usaha kecil, mengalami kerugian selama beberapa tahun dan mempunyai ekuitas

negatif.

iv. Holding Company.

Holding Company sendiri merupakan langkah strategis yang akan diambil

oleh BUMN dalam program restrukturisasi. Khusus, mengenai holding, maka

telah pula dilakukan kajian mengenai pembentukan super holding dengan tiga

alternative pendekatan. Namun demikian, pendeketan yang digunakan dalam

pendekatan holding pada akhirnya bukanlah pembentukan super holding

melainkan pembentukan secara sektoral yaitu dengan alternative:99

Alternatif I:

Top Down/Secara Sekaligus

a. Super Holding dibentuk melalui pendirian holding (PT BUMN Holding)

yang penyertaannya berasal dari inbreng penyertaan Negara RI pada 141

BUMN.

b. Selanjutnya manajemen PT BUMN holding melakukan langkah-langkah

konsolidasi internal (merger, akuisisi, holding sektoral, likuidasi, dll).

99 Kementrian Badan Usaha Milik Negara, Master Plan Kementrian BUMN periode 2010-2014,

Hlm. 61-61.

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edu€¦ · 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badan Usaha Milik Negara 1. Pengertian Badan Usaha Milik Negara. Menilik latar belakang sejarah,

49

Alternatif II:

Bottom up/Secara sektoral.

a. Pembentukan super holding sering dilakukan secara bertahap melalui

holding-holding sektoral misalnya holding perkebunan, holding

pertambangan, holding farmasi, holding karya dll.

b. Setelah holding sekoral terbentuk, maka dilanjutkan dengan pembentukan

super holding BUMN (PT BUMN Holding).

Alternatif III:

Fokus BUMN-BUMN besar dan sektoral yang sudah selesai.

a. Kombinasi holding sektoral yang relative sudah selesai (perkebunan,

pertambangan, farmasi, dll) dan BUMN-BUMN besar.

B. Holding Company.

1. Pengertian Holding Company.

Holding Company merupakan salah satu bentuk yang timbul atas adanya

perkembangan dari Perseroan yang ada di Indonesia. Pada dasarnya hukum

perusahaan di Indonesia belum mengatur secara yuridis mengenai holding

company, oleh sebab itu belum ada pengertian resmi dari Holding Company itu

sendiri. Holding Company sendiri memiliki nama lain antara lain Parenting

Company, Controlling Company dll. Roechmat Soemitro dalam bukunya

menjelaskan bahwa Holding Company merupakan suatu bentuk kombinasi badan-

badan. Holding, kadang-kadang disebut juga maskapai induk

(moedermaatschapij), yang biasanya berbentuk P.T. adalah pemberi modal pada

maskapai anak (dochtermaatschapij) yang lazimnya juga merupakan sebuah

P.T.100

Undang-Undang Nomor. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

menganur prinsip hukum “separate legal entity”, artinya Perseroan merupakan

badan hukum yang terpisah dari pemegang saham. Sedangkan dari sudut pandang

100 H.Roechmat Soemitro, Op.Cit, Hlm. 53.

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edu€¦ · 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badan Usaha Milik Negara 1. Pengertian Badan Usaha Milik Negara. Menilik latar belakang sejarah,

50

keuangan, Group of Companies (konglomerasi grup perusahaan) dilihat sebagai

suatu “single economy entity”, artinya perusahaan tersebut mempunyai satu

kesatuan kepentingan yang dikontrol oleh “ultimate shareholder” atau

“controlling shareholder” (pemegang saham pengendali) dari grup tersebut.

Suatu perusahaan dikatakan pemegang kendali atas perusahaan lainnya

apabila perusahaan tersebut memiliki lebih dari setengah keseluruhan nominal

saham yang dikeluarkan oleh perusahaan lainnya, atau apabila perusahaan

memiliki kewenangan untuk menentukan komposisi direksi suatu perusahaan

lainnya. Karena holding company di Indonesia adalah dalam bentuk Perseroan

Terbatas, maka Holding Company tunduk pada Undang-Undang Perseroan

Terbatas. Seperti definisi yang telah diberikan, holding company adalah suatu

perusahaan yang bertujuan untuk memiliki saham pada suatu perusahaan yang

bertujuan untuk mengatur satu atau lebih perusahaan lain tersebut, 101 atau dengan

kata lain kegiatan utamanya adalah melaksanakan investasi pada anak-anak

perusahaan dan selanjutnya melakukan pengawasan atas kegiatan manajemen

pada anak-anak perusahaan.102

Holding Company dapat diartikan sebagai induk perusahaan (Parent

Company) disebabkan perusahaan tersebut memiliki kepentingan terhadap anak-

anak perusahaan. Terdapat beraneka ragam pengertian holding company. Dalam

keputusan Menteri BUMN No. KEP-117/M-MBU/2002 tentang Penerapan

Praktek Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara ( BUMN )

mencoba mendifinisikan anak perusahaan pada BUMN, yaitu pada Pasal 1 huruf e

anak perusahaan diartikan sebagai:

Anak perusahaan adalah Perseroan terbatas yang dikendalikan oleh

BUMN secara langsung atau tidak langsung melalui anak perusahaan dengan

memiliki lebih dari 50% (limapuluh persen) saham dengan hak suara, atau

memiliki 50% (limapuluh persen) saham dengan hak suara dengan memenuhi

ketentuan sebagai berikut:

101 Munir Fuady, Hukum Perusahaan Dalam Paradigma Hukum Bisnis, Jakarta:Citra Adiitya Bakti,

2008, Hlm. 83 102 Ahmad Yani dan Gunawan Widjadja, Seri Hukum Bisnis:Perseroan Terbatas,

Jakarta:RajaGrafindo Persada, 2002, Hlm. 152-153.

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edu€¦ · 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badan Usaha Milik Negara 1. Pengertian Badan Usaha Milik Negara. Menilik latar belakang sejarah,

51

a. Memiliki lebih dari 50% (lima puluh persen) hak suara berdasarkan

perjanjian dengan pemegang saham/pemilik modal lain;

b. Memiliki hak untuk menentukan kebijakan di bidang keuangan

operasional perusahaan berdasarkan Anggaran dasar atau perjanjian;

c. Mempunyai kemampuan untuk mengangkat atau memberhentikan

mayoritas anggota direksi dan komisaris/dewan pengawas; dan atau

d. Mempunyai kemampuan untuk mengendalikan mayoritas suara dalam

rapat direksi dan komisaris/dewan pengawas perusahaan.

2. Pengaturan mengenai Holding Company.

Penyatuan badan usaha juga merupakan wujud ekspansi eksternal perusahaan

yang bertujuan untuk memperluas pangsa pasar (market share) yang akan

mengurangi kompetitor. Hal ini juga dapat meningkatkan pendapatan karena

penjualan dari volume produksi semakin meningkat dengan adanya sinergi antara

grup usaha baik dari pembagian wilayah pasar ataupun dalam hal pengurangan

biaya (cost) dari persaingan yang terjadi sebelum terbentuknya holding.103

Banyak Perseroan yang memanfaatkan prinsip limited liability atau pertanggung

jawaban terbatas. Dalam rangka memanfaatkan prinsip tersebut sebuah Perseroan

mendirikan “Perseroan Anak” atau “Subsidiary” untuk menjalankan bisnis

“Perseroan Induk” (Parent Company). Dengan demikian, sesuai dengan prinsip

keterpisahan (separation) dan perbedaan (distinction) yang dikenal dengan

separate entity maka aset Perseroan Induk “terisolasi” terhadap kerugian

potensial (potensial loses) yang akan dialami oleh satu diantaranya.104

Di Indonesia sendiri pengaturan mengenai holding company tidak diatur secara

konkrit dalam Undang-Undang Nomor. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas padahal dalam praktik penting untuk mengetahui makna dari Perseroan

grup atau Perseroan holding tersebut. Di Inggris misalnya, section 736 dan 736 A,

1989 Act mengatur dan mendefinisikan ulang mengenai holding dan subsidiary.

103 Munir Fuady, Op.Cit, Hlm. 88 104 M. Yahya Harahap, Op.Cit, Hlm. 50.

Page 42: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edu€¦ · 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badan Usaha Milik Negara 1. Pengertian Badan Usaha Milik Negara. Menilik latar belakang sejarah,

52

Berdasarkan section 736, ada tiga cara mendirikan subsidiary dengan acuan

sebagai berikut:105

a. Satu Perseroan (A) pemegang hak suara mayoritas (hold a mayority of the

voting rights) pada Perseroan lain (B), dan hal itu disebut Perseroan A

memegang “kontrol suara” (voting control) atas Perseroan B.

b. Apabila satu Perseroan (A) pemegang saham pada Perseroan lain (B), dan

Perseroan (A) tadi dapat menunjuk dan memberhentikan anggota direksi

Perseroan B, dalam hal itu Perseroan A sebagai Perseroan induk dan

Perseroan B sebagai Perseroan anak dimana Perseroan A sebagai

Perseroan induk “mengontrol direksi” atas Perseroan B.

c. Apabila satu Perseroan (A), merupakan pemegang saham atas Perseroan

lain (B) dan Perseroan A mengontrol sendirian atau berdasar kesepakatan

dengan pihak pemegang shaam yang memiliki hak suara mayoritas

terhadap Perseroan B, maka dalam hal ini Perseroan A disebut mengontrol

Perseroan B berdasar kesepakatan (contract control).

Akan tetapi untuk payung hukum pembentukan holding BUMN sendiri,

pemerintah telah menerbitkan payung hukum sebagai dasar pembentukan BUMN

yaitu adalah Peraturan Pemerintah Nomor. 72 Tahun 2016 perubahan atas

Peraturan Pemerintah Nomor. 44 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penyertaan dan

Penatausahaan Modal Negara Pada Badan Usaha Milik Negara dan Perseroan

Terbatas.

Terdapat hubungan keterkaitan yang amat erat antara perusahaan induk terhadap

perusahaan anak hal ini disebabkan karena adanya pengendalian oleh perusahaan

induk uang mendominasi perusahaan anak, namun demikian bahwa adanya

prinsip limited liability dan separate legal entity menjadikan bahwa perusahaan

induk dan perusahaan anak merupakan dua entitas yang berbeda.

3. Pembentukan Holding Company.

Ada adagium yang dikemukakan oleh Winardi mengenai holding

company yaitu, “holding company is a company which holds other

105 Ibid, Hlm 51.

Page 43: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edu€¦ · 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badan Usaha Milik Negara 1. Pengertian Badan Usaha Milik Negara. Menilik latar belakang sejarah,

53

companies”. Proses pembentukan holding sendiri sejatinya ada 3

macam:106

a. Prosedur Residu.

Dalam proses residu, perusahaan asal dipecah dengan masing-masing sektor

usaha. Perusahaan yang dipecah ini nantinya akan mejadi perusahaan yang

mandiri, sementara perusahaan sisanya (residu) dari perusahaan asal akan

dikonversi menjadi perusahaan holding dan tetap memegang saham pada

perusahaan pemecahan tersebut.

b. Prosedur Penuh.

Prosedur ini sebaiknya dilakukan jika tidak terlalu banyak

pemandirian/pemecahan perusahaan, namun masih dalam kepemilikan yang

sama/berhubungan saling terpencar-pencar setiap masing-masing perusahaan, dan

tanpa terkonsentrasi dalam suatu perusahaan holding.

Hal yang membedakan dari prosedur residu adalah perusahaan holding bukan sisa

dari perusahaan asal, tetapi perusahaan penuh dan mandiri. Perusahaan mandiri

calon perusahaan holding bisa berupa:

1. Diambil dari salah satu perusahaan yang sudah akta tetapi masih dalam

kepemilikan yang sama atau berhubungan.

2. Diakuisisi perusahaan lain yang sudah terlebih dahulu ada, namun status

kepemilikan berlainan dan tidak mempunyai keterkaitan atau sama lain.

c. Prosedur Terpogram.

Pembentukan perusahaan holding pada proses ini direncanakan pada saat memulai

awal (start) bisnis. Karenanya, perusahaan pertama yang didirikan dalam grupnya

adalah perusahaan holding. Selanjutnya, setiap bisnis yang dijalankan akan

dibentuk atau di akuisisi perusahaan lain, dengan catatan perusahaan holding

sebagai pemegang saham akan bersama dengan pihak lain sebagai partner bisnis.

Dengan demikian, jumlah perusahaan baru sebagai anak perusahaan akan terus

106 Munir Fuady, Op.Cit, Hlm. 84

Page 44: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edu€¦ · 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badan Usaha Milik Negara 1. Pengertian Badan Usaha Milik Negara. Menilik latar belakang sejarah,

54

berkembang jumlahnya, sesuai dengan perkembangan bisnis dari grup usaha yang

bersangkutan.

4. Pihak-Pihak Terkait dalam Holding Company.

Konsep holding sejatinya bukanlah tujuan, holding adalah cara untuk mencapai

efektivitas, efisiensi, kinerja dalam suatu perusahaan. Langkah ini diambil jika

suatu perusahaan tidak berjalan sesuai dengan harapan dalam kinerja. Salah satu

masalah mengapa BUMN tidak dapat tumbuh dan melakukan perlayanan secara

maksimal adalah karena terlalu banyak peran campur tangan pemerintah sehingga

menjadi penghambat BUMN untuk berkembang.

Upaya yang dilakukan BUMN untuk memperkuat serta mengembangkan lini

bisnis yang digelutinya adalah dengan membentuk anak perusahaan (subsidiary).

Akibatnya, aturan-aturan yang berkaitan dengan pengelolaan APBN yang

mengekang BUMN untuk maju dan berkembang tidak melekat pada anak

perusahaan karena anak perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya tidak

bertanggung jawab kepada negara yang dalam hal ini Menteri BUMN. Dalam

sistem holding ini maka anak perusahaan akan lebih leluasa melakukan aksi

korporasi. Dalam proses pembentukan holding antara swasta dan BUMN juga

berbeda.

Dalam proses pembentukan holding di perusahaan swasta, perusahaan melakukan

aksi korporasi berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor. 40 Tahun 2007

tentang Perseroan Terbatas. Keputusan untuk membentuk holding akan ditentukan

pada tatanan Rapat Umum Pemegang Saham sebagai keputusan tertinggi. Berbeda

dengan swasta, dalam melakukan aksi korporasi BUMN harus memperhatikan

sejumlah aspek karena banyak aspek yang mengikat BUMN. Dari sisi hukum,

banyak aspek hukum yang mengikat BUMN. Diantaranya Undang-Undang

Nomor. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Undang-Undang Nomor. 8

Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Undang-Undang Nomor. 17 Tahun 2003

tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor. 19 Tahun 2003 dll.

Berbeda dengan swasta, dalam pembentukan holding BUMN banyak pihak yang

terkait. Mulai dari pemerintah dalam hal ini sebagai pemegang saham mayoritas,

Page 45: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edu€¦ · 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badan Usaha Milik Negara 1. Pengertian Badan Usaha Milik Negara. Menilik latar belakang sejarah,

55

pemegang saham lainnya hingga DPR RI. Hal ini implikasi dari penyertaan modal

negara dari APBN sehingga DPR RI turut serta dalam fungsinya sebagai

anggaran, controlling, dan legislasi.

C. Bentuk-Bentuk Holding Company.

Dalam perkembangan bisnis pada umumnya, seorang pebisnis sering membentuk

suatu PT yang yang secara juridis merupakan beberapa subjek hukum yang

mandiri yang tidak ada kaitannya satu dengan yang lain. Tatanan seperti ini di

Belanda dikenal dengan nama “concern” sementara di Indonesia dikenal dengan

nama “group”. Bentuk concern atau group ini bisa dilakukan dengan dua cara.

Cara pertama adalah dengan sengaja mendirikan PT baru dan cara kedua, adalah

dengan jalan mengambil alih saham dari PT yang sudah ada dan sudah berjalan

yaitu yang dewasa ini dikenal dengan akuisisi.107

Umumnya di Indonesia yang menjalankan pengendalian tersebut dilakukan oleh

suatu perusahaan induk (mother company/moeder maatschapij), yang secara

sekaligus menjalankan kegiatan usaha sendiri. Dalam hal ini, di Indonesia pada

umumnya pengendalian sentral tersebut masih cenderung dipengaruhi pada figur

pribadi dari pemegang saham pendiri (founder atau owner dalam pengertian

ekonomis). Yang paling menarik dalam sistem holding di Indonesia adalah

perusahaan subsidiary-nya atau anak perusahaannya kadang tidak berbentuk PT

melainkan dapat pula berbentuk CV.108

Philip N. Pilai menjelaskan bahwa holding company lazim diadakan dengan

tujuan agar dapat diselenggarakan penguasaan ekonomis dalam skala lebih besar,

menghilangkan kompetisi atau untuk menjamin stabilitas penyediaan bahan yang

kontinu. Hal terakhir ini dapat dilihat dari jenis usaha masing-masing PT dalam

kelompok yang bersangkutan, yaitu jika jenis usahanya ada pertalian yang vertikal

yang saling kebergantungan antara PT satu yang satu dengan PT yang lain.109

107 Rudhi Prasetya, Op.Cit, Hlm. 64. 108 Ibid, Hlm. 65. 109 Ibid.

Page 46: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edu€¦ · 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badan Usaha Milik Negara 1. Pengertian Badan Usaha Milik Negara. Menilik latar belakang sejarah,

56

Pada umumnya pertumbuhan figur concern vertikal di Indonesia lebih sering, hal

ini dikarenakan dengan kebijaksanaan Pemerintah dalam pemeberian izin usaha.

Hal ini dapat dimengerti, karena pemerintah ingin memprioritaskan pemberian

usaha manakala dipandang suatu usaha baru ada kaitannya dengan dan atau

sebagai penunjang dari usaha yang sudah dijalankan.

Dalam taraf sekarang keadaan negara kita memang berbeda dengan negara lain.

Negara kita masih dapat dikata masih dalam taraf membangun dibandingkan

dengan dua negara tersebut yang sudah dalam keadaan berkembang. Bagi negara

tersebut kekuatan ekonominya sudah tangguh, sehingga jika tidak diadakan

pencegahan kemungkinan akan ada yang tumbuh menjadi beberapa raksasayang

tak terkendali memakan usahawan-usahawan lainnya. Satu hal yang ingin

ditekankan adalah. Sesungguhnya tumbuhnya Perseroan Group atau Holding

Company tersebut merupakan dampak dari adanya PT, tanpa adanya lembaga ini

kita tidak akan mengenal figur holding company.110

Holding Company dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu Investment Holding

Company dan Operating Holding Company, dimana keduanya ditinjau dari

kegiatan perusahaan induk yaitu:

a. Investment Holding Company.

Pada Investmen Holding Company, induk perusahaan hanya melakukan

penyertaan saham pada anak perusahaan, tanpa melakukan kegiatan

pendukung ataupun kegiatan operasional. Induk perusahaan memperoleh

pendapatan hanya dari deviden yang diberikan oleh anak perusahaan.

b. Operating Holding Company.

Pada operating holding company, induk perusahaan menjalankan kegiatan

usaha dan mengendalikan anak perusahaan. Kegiatan usaha induk

perusahaan biasanya akan menentukan jenis izin usaha yang harus

dipenuhi oleh induk perusahaan tersebut.

Undang-Undang Perseroan terbatas belum mengatur mengenai holding company,

namun demikian dalam Keputusan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga

110 Ibid, Hlm. 108.

Page 47: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edu€¦ · 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badan Usaha Milik Negara 1. Pengertian Badan Usaha Milik Negara. Menilik latar belakang sejarah,

57

Keuangan Tentang Pedoman Penilaian dan Penyajian Laporan Penilaian Usaha di

Pasar Modal terdapat definisi investmen holding company dan operating holding

company yaitu:111

Pasal 1 huruf a butir ke 24 : Perusahaan Induk (Holding Company) atau

perusahaan investasi (Investment Company) adalah suatu perusahaan yang

sebagian besar pendapatannya hanya berasal dari perusahaan-perusahaan lain.

Pasal 1 huruf a butir ke 25: Perusahaan Induk Operasional (Operating Holding

Company) adalah suatu perusahaan yang pendapatannya berasal dari penyertaan

pada perusahaan lain dan kegiatan usaha lainnya.

Selain itu terdapat juga perusahaan grup (holding company) berdasarkan sifatnya

yaitu:

a. Grup Usaha Vertikal.

Grup Usaha vertikal berarti bahwa jenis usaha dari masing-masing

perusahaan masih tergolong serupa, hanya produk yang dihasilkan saja

berbeda. Dimana subsidiary company yang menyediakan bahan baku,

sementara subsidiary company lainya memproduksi bahan setengah jadi

atau bahan jadi. Dengan demikian grup usaha ini menguasai satu produksi

dari hulu hingga hilir.

b. Grup usaha horizontal.

Grup usaha horizontal berarti bahwa jenis usaha dari masing-masing

perusahaan tidak ada kaitannya satu sama lain.

c. Grup usaha kombinasi.

Grup usaha kombinasi berarti bahwa terdapat sejumlah perusahaan jenis

usahanya berada pada satu line business yang sama, sementara berupa

perusahaan lainnya memiliki jenis usaha yang tidak kaitannya satu sama

lain.

111 Pasal 1 butir ke 24 dan 25, Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga

Keuangan Nomor. Kep-196/BL/2012 tentang Pedoman Penilaian Dan Penyajian Laporan Penilaian Usaha Di Pasar Modal.

Page 48: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edu€¦ · 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badan Usaha Milik Negara 1. Pengertian Badan Usaha Milik Negara. Menilik latar belakang sejarah,

58

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai keberadaan holding company

maka perlu diketahui pengklasifikasian holding company. Klasifikasi holding

company dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai kriteria berupa tinjauan

dari keterlibatannya berbisnis, keterlibatannya dalam pengambilan keputusan dan

keterlibatan equity sebagai berikut. Ditinjau dari keterlibatan Holding Company

dalam berbisnis jika kriteria dipakai berupa keterlibatan holding company dalam

berbisnis sendiri (tidak lewat perusahaan anak), klasifikasinya adalah:

a. Holding Company semata-mata.

Secara de facto ia tidak melakukan bisnis sendiri dalam praktek dan

dimaksudkan hanya untuk memegang saham dan mengontrol perusahaan

anaknya.

b. Disamping bertugas memegang saham dan mengotrol perusahaan anak ia

juga melakukan bisnis sendiri.

Ditinjau dari keterlibatan dalam pengambilan keputusan kategori samapi

sejauh mana Holding Company ikut telribat dalam pengambilan keputusan

perusahaan anaknya adalah:

a. Holding Company Investasi.

Disini holding company memiliki saham pada perusahaan anaknya

semata-mata hanya untuk investasi, tanpa perlu mencampuri soal

manajemen dari perusahaan anak. Oleh karena itu, kewenangan mengelola

bisnis sepenuhnya atau sebagian besar berada pada perusahaan anak.

b. Holding Company manajemen.

Disini holding company ikut juga mencampuri, atau setidak-tidaknya

memonitor terhadap pengambilan keputusan bisnis dari perusahaan anak.

Ditinjau dari segi keterlibatan equity jika melihat sampai sejauh mana holding

company terlibat dalam saham (equity), pembagiannya adalah:

a. Holding Company afiliasi.

Holding Company memegang kurang dari 51% saham perusahaan

anaknya.

b. Holding Company subsidiary.

Page 49: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edu€¦ · 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badan Usaha Milik Negara 1. Pengertian Badan Usaha Milik Negara. Menilik latar belakang sejarah,

59

Holding company memegang 51% saham perusahaan anaknya.

c. Holding Company non kompetitif.

Holding company ini memegang tidak sampai 51% saham perusahaan

anaknya, tetapi tidak kompetitif dibandingkan dengan pemegang saham

lainnya.

d. Holding Company kombinasi.

Holding Company ini adalah kombinasi dari holding company afiliasi,

subsidiary, non-kompetitif. Di mana ia memegang saham pada beberapa

perusahaan anak sekaligus, ada yang memegang 51% saham bahkan lebih,

ada yang kurang dari 51% saham, dan kompetitif atau non kompetitif.