21
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Demam Berdarah Dengue 2.1.1 Definisi Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang ditandai dengan demam mendadak 2 sampai 7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah/lesu, gelisah, nyeri ulu hati disertai tanda perdarahan dikulit berupa bintik perdarahan, lebam/ruam. Kadang-kadang mimisan, berak berdarah, muntah darah, kesadaran menurun atau shock (Depkes RI, 2008). Demam dengue adalah virus akut yang disertai sakit kepala, nyeri otot, sendi, dan tulang penurunan jumlah sel darah putih dan ruam-ruam. Demam berdarah dengue adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh empat serotipe virus dengue dan ditandai dengan empat gejala klinis utama yaitu demam yang tinggi, manifestasi perdarahan, hepatomegali, dan tanda-tanda kegagalan sirkulasi sampai timbulnya renjatan (sindrom renjatan dengue) sebagai akibat dari kebocoran plasma yang dapat menyebabkan kematian (Sucipto, 2011) 2.1.2 Etiologi Virus penyebab DBD adalah falvivirus dan terdiri dari empat serotipe yaitu setotipe dengue 1, 2, 3, dan 4. Ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus (Sucipto, 2011).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4741/5/2013-1-14201-841409002-bab2-30072013044843.pdf · misalnya hepar dan gangguan kesadaran (Kusumawardani, 2012)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4741/5/2013-1-14201-841409002-bab2-30072013044843.pdf · misalnya hepar dan gangguan kesadaran (Kusumawardani, 2012)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Demam Berdarah Dengue

2.1.1 Definisi

Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit menular yang disebabkan

oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang ditandai dengan

demam mendadak 2 sampai 7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah/lesu, gelisah,

nyeri ulu hati disertai tanda perdarahan dikulit berupa bintik perdarahan, lebam/ruam.

Kadang-kadang mimisan, berak berdarah, muntah darah, kesadaran menurun atau

shock (Depkes RI, 2008).

Demam dengue adalah virus akut yang disertai sakit kepala, nyeri otot, sendi,

dan tulang penurunan jumlah sel darah putih dan ruam-ruam. Demam berdarah

dengue adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh empat serotipe virus

dengue dan ditandai dengan empat gejala klinis utama yaitu demam yang tinggi,

manifestasi perdarahan, hepatomegali, dan tanda-tanda kegagalan sirkulasi sampai

timbulnya renjatan (sindrom renjatan dengue) sebagai akibat dari kebocoran plasma

yang dapat menyebabkan kematian (Sucipto, 2011)

2.1.2 Etiologi

Virus penyebab DBD adalah falvivirus dan terdiri dari empat serotipe yaitu

setotipe dengue 1, 2, 3, dan 4. Ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan

Aedes albopictus (Sucipto, 2011).

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4741/5/2013-1-14201-841409002-bab2-30072013044843.pdf · misalnya hepar dan gangguan kesadaran (Kusumawardani, 2012)

2.1.3 Cara penularan penyakit DBD

1. Terdapat 3 faktor yang memegang peran pada penularan infeksi dengue yaitu

manusia,virus, dan vektor perantara.

2. Virus dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes

aegepty, Aedes albopictus, Aedes polynesiensis dan beberapa spesies yang lain

juga dapat menularkan virus ini tapi merupakan vektor yang kurang berperan.

3. Nyamuk Aedes tersebut dapat menularkan virus dengue kepada manusia baik

secara langsung yaitu setelah menggigit orang yang sedang mengalami viremia

maupun secara tidak langsung setelah melalui masa inkubasi dalam tubuhnya

selama 8-10 hari (Extrinsic Incubation Period).

4. Pada manusia diperlukan waktu 4-6 hari (Intrinsic Incubation period) sebelum

menjadi sakit setelah virus masuk kedalam tubuh.

5. Pada nyamuk, sekali virus dapat masuk dan berkembang biak di dalam

tubuhnya, maka nyamuk tersebut akan dapat menularkan virus selama hidupnya

(Infectif), sedangkan pada manusia, penularan hanya dapat terjadi pada saat

tubuh dalam keadaan viremia yaitu antara 5-7 hari (Sucipto, 2011).

2.1.4 Manifestasi klinik

Berdasarkan panduan WHO teebaru tahun 2009, kriteria DBD dibedakan

menjadi kriteria dengue tanpa tanda bahaya, kriteria dengue dengan tanda bahaya dan

kriteria berat. Untuk kriteria dengue tanpa tanda bahaya merupakan probable dengue

yang tejadi apabila seseorang bertempat tinggal atau sedang bepergian didaerah

endemik dengue yaitu terjadi demam mual, muntah, uji torniket positif serta

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4741/5/2013-1-14201-841409002-bab2-30072013044843.pdf · misalnya hepar dan gangguan kesadaran (Kusumawardani, 2012)

leukopenia, sedangkan tanda bahaya meliputi nyeri perut, muntah berkepanjangan,

terdapat akumulasi cairan, perdarahan mukosa, letargi. Lemah, pembesaran hati serta

kenaikan hematokrit seiring dengan penurunan jumlah trombosit yang cepat.

Sedangkan untuk kriteria berat yaitu kebocoran plasma berat yang menyebabkan DSS

dan akumulasi cairan dengan distress pernafasan hebat serta gangguan organ berat

misalnya hepar dan gangguan kesadaran (Kusumawardani, 2012).

Menurut WHO (2010) yang dikutip oleh Sucipto (2011) Tingkat kematian

untuk pasien yang berlanjut dengan Dengue shock Syndrom/DSS berkisar 2-10%.

Serta ditandai gejala sebagai berikut :

1. Trombositopenia ringan sampai nyata bersamaan dengan hemokonsentrasi adalah

gejala laboratoris yang spesifik.

2. Perbedaan utama dengan demam dengue adalah adanya kebocoran plasma yang

ditandai dengan peningkatan Ht, efusi pleura, atau hipoproteinemia.

3. DBD pada anak biasanya ditandai dengan kenaikan suhu tubuh mendadak, facial

flush, dan tanda lain yang menyerupai DD (anorexia,muntah,sakit kepala,serta

nyeri tulang/oto). Nyeri Epigastrium, ketegangan pada batas kosta kanan dan

nyeri abdomen menyeluruh juga sering ditemukan.

4. Suhu biasanya > 39°C.

5. Fenomena pendarahan yang biasanya sering terjadi adalah uji tourniqet (t),

peteki, ekimosis pada ekstremitas, muka dan palatum efistaxis, dan perdarahan

gusi juga dapat terjadi.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4741/5/2013-1-14201-841409002-bab2-30072013044843.pdf · misalnya hepar dan gangguan kesadaran (Kusumawardani, 2012)

6. Hati biasanya teraba pada fase demam, lebih sering ditemukan pada kasus DBD

dengan syok.

7. Pada akhir fase demam, kewaspadaan akan terjadi perburukan keadaan harus

dipikirkan, antara lain dengan terjadinya gangguan sirkulasi yang ditandai

dengan keringat banyak, gelisah, akral teraba dingin, dan terjadi perubahan nilai

tekanan nadi/darah.

8. Trombositopeni dan hemokonsentrasi sering ditemukan saat penurunan suhu

tubuh dan terjadinya renjatan.

Menurut WHO (2000) yang dikutip oleh Sucipto (2011) DBD dibagi menjadi

4 derajat sebagai berikut :

1. Derajat I : Demam disertai gejala tidak khas, hanya terdapat manifestasi

pedarahan (uji tourniquet positif)

2. Derajat II : Seperti derajat I disertai perdarahan spontan dikulit dan perdarahan

lain.

3. Derajat III : Ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan adanya nadi cepat dan

lemah, tekanan nadi menurun (kurang dari 20 mmHg) atau hipotensi disertai

kulit yang dingin dan lembab, gelisah.

4. Derajat IV : Renjatan berat dengan nadi tak teraba dan tekanan darah yang tidak

dapat diukur.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4741/5/2013-1-14201-841409002-bab2-30072013044843.pdf · misalnya hepar dan gangguan kesadaran (Kusumawardani, 2012)

Gambaran klinis DBD dibagi menjadi 3 fase yaitu fase febris, fase kritis dan

fase pemulihan. Fase febris, pasien mengalami demam tinggi 2-7 hari disertai muka

kemerahan, mual, muntah, eritema kulit, nyeri seluruh tubuh, mialgia, antralgia, dan

sakit kepala. Pada fase kritis yang terjadi pada hari 3-7 ditandai dengan penurunan

suhu tubuh disertai kenaikan permeabilitas kapiler, peningkatan hematokrit dan

timbulnya kebocoran plasma. Kebocoran plasma sering didahului oleh terjadinya

leukopeni progresif dan penurunan jumlah trombosit. Tanda kebocoran pkasma

seperti efusi pleura dan asites dapat dideteksi pada fase ini. Pada fase ini pasien dapat

mengalami DSS. Sedangkan pada fase pemulihan akan terjadi pengembalian cairan

dari ekstravaskuler ke intravaskuler secara perlahan pada 48-72 jam setelahnya.

Proses tersebut membuat keadaan umum penderita semakin membaik, ditandai

dengan nafsu makan yang pulih, dieresis membaik, terjadi peningkatan leukosit

kemudian trombosit (Widoyono, 2008 dalam Kusumawardani, 2012).

2.1.5 Patogenesis Penyakit DBD

Infeksi virus terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegepty, virus memasuki

aliran darah manusia untuk kemudian melakukan replikasi (memperbanyak diri).

Bentuk perlawanan yang akan dilakukan oleh tubuh adalah akan membentuk antibodi

dan selanjutnya akan terbentuk kompleks antigen antibodi dengan virus yang

berfungsi sebagai antigennya. Kompleks antigen antibodi tersebut akan melepaskan

zat-zat yang merusak sel-sel pembuluh darah, proses ini disebut proses autoimun.

Proses tersebut menyebabkan permeabilitas kapiler meningkat yang salah satunya

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4741/5/2013-1-14201-841409002-bab2-30072013044843.pdf · misalnya hepar dan gangguan kesadaran (Kusumawardani, 2012)

ditandai dengan melebarnya pori-pori pembuluh darah kapiler. Akibatnya tubuh akan

mengalami perdarahan mulai dari bercak sampai perdarahan hebat pada kulit, saluran

pencernaan (muntah darah), saluran pernapasan (epistaksis), dan organ vital seperti

jantung, ginjal dan hati yang menyebabkan kematian (Hidayah, 2009).

2.1.6 Penanganan Keperawatan Untuk Pasien DBD

a. Kaji saat timbulnya demam, rasional tindakan ini adalah untuk

mengidentifikasi pola demam klien dan sebagai indikator untuk tindakan

selanjutnya.

b. Observasi tanda-tanda vital klien seperti suhu, nadi, tensi, pernapasan setiap 4

jam atau lebih sering, rasional tindakan ini adalah sebagai pedoman/acuan

untuk mengetahui keadaan pasien.

c. Berikan kompres hangat pada kepala dan axila, rasional tindakan ini adalah

untuk membantu mrnurunkan suhu tubuh yang sedang mengalami demam.

d. Catat intake dan output, rasional untuk mengetahui adanya

ketidakseimbangan cairan tubuh.

e. Observasi adanya tanda-tanda syok, rasional tindakan ini adalah agar segera

dapat dilakukan tindakan apabila klien mengalami syok.

f. Anjurkan klien untuk banyak minum, rasional tindakan ini adalah untuk

menambah volume cairan klien.

g. Kaji tanda dan gejala dehidrasi/hipovolemik (riwayat muntah, diare,

kehausan, turgor kulit buruk), rasional tindakan ini adalah untuk mengetahui

penyebab defisit volume cairan.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4741/5/2013-1-14201-841409002-bab2-30072013044843.pdf · misalnya hepar dan gangguan kesadaran (Kusumawardani, 2012)

2.1.7 Pencegahan Demam Berdarah Dengue

Dalam Widoyono (2008) yang dikutip oleh Hidayah (2009) menguraikan hal-

hal yang dapat dilakukan masyarakat untuk pencegahan DBD :

a. Fogging, Salah satu pencegahan DBD adalah dengan cara memutuskan mata

rantai kehidupan nyamuk Aedes aegepty. Pengasapan (fogging) adalah salah

satu cara yang cukup banyak dipakai di Indonesia, walaupun sebenarnya

cara ini kurang efektif. Pengapasan hanya dapat membunuh nyamuk dewasa

pada suatu wilayah dengan radius 100-200 meter disekitarnya dan efektif

hanya untuk satu sampai dua hari. Pengasapan tidak dapat membunuh larva

nyamuk.

b. PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) DBD, Pencegahan

perkembangbiakan nyamuk Aedes aegepty sangat tepat dilakukan dengan

program 3M (Menguras, Menutup dan Mengubur). Menguras bak mandi,

bak penampungan air, tempat minum hewan peliharaan, menutup rapat

tempat penampungan air serta mengubur barang-barang bekas yang sudah

tidak terpakai yang kesemuanya dapat menampung air hujan sebagai tempat

berkembangbiaknya nyamuk Aedes aegepty sebagai vektor penyakit DBD

sangat perlu dilakukan.

c. Abatisasi, Dilakukan dengan cara menaburi bubuk abate di semua tempat

penampungan air di rumah dan bangunan yang mempunyai resiko sebagai

tempat perkembangbiakan jentik nyamuk Aedes aegepty.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4741/5/2013-1-14201-841409002-bab2-30072013044843.pdf · misalnya hepar dan gangguan kesadaran (Kusumawardani, 2012)

d. Memasang kawat halus pada pintu, lubang jendela, dan ventilasi diseluruh

bagian rumah.

e. Tidur menggunakan kelambu.

f. Mengganti tempat minum hewan peliharaan dan tempat lainnya yang dapat

dijadikan tempat perkembangbiakan vektor DBD minimal satu minggu

sekali.

g. Menggunakan obat nyamuk (lotion atau nyamuk bakar) untuk mencegah

gigitan nyamuk.

2.2 Konsep Keluarga

2.2.1 Definisi

Duvall dan logan (1986) dikutip oleh Setyowati (2008) menguraikan definisi

keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi

yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan

perkembangan fisik, mental emosional serta sosial dari tiap anggota keluarga.

Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga

karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling berinteraksi

satu dengan lainnya, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta

mempertahankan suatu budaya (Bailon dan Maglaya, 1978 dalam Setyowati, 2008).

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4741/5/2013-1-14201-841409002-bab2-30072013044843.pdf · misalnya hepar dan gangguan kesadaran (Kusumawardani, 2012)

2.2.2 Fungsi Keluarga

Menurut Friedmann (1986) dikutip oleh Setyowati (2008) mengidentifikasi

lima fungsi keluarga, sebagai berikut:

1. Fungsi afektif

Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang

merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan

kebutuhan psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak

pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Dengan

demikian, keluarga yang berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh

anggota keluarga dapat mengembangkan konsep diri positif.

2. Fungsi sosialisasi

Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu,

yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan

sosial.

3. Fungsi reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya

manusia. Maka dengan ikatan suatu pernikahan yang sah, selain untuk

memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk

keluarga adalah meneruskan keturunan.

4. Fungsi ekonomi

Fungsi kebutuhan merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan

seluruh anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan akan makanan,

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4741/5/2013-1-14201-841409002-bab2-30072013044843.pdf · misalnya hepar dan gangguan kesadaran (Kusumawardani, 2012)

pakaian, dan tempat tinggal. Banyak pasangan sekarang kita lihat dengan

penghasilan yang tidak seimbang antara suami dan istri. Hal ini menjadikan

permasalahan yang berujung pada perceraian.

5. Fungsi perawatan kesehatan

Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan

kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau

merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam

memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga.

Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat

dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga yaang dapat

melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah

kesehatan.

2.2.3 Tugas Kesehatan Keluarga

Menurut Friedman (1998) dikutip oleh Setyowati (2008) tugas kesehatan

keluarga adalah :

1. Mengenal masalah kesehatan.

2. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.

3. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.

4. Mempertahankan dan menciptakan suasana rumah yang sehat.

5. Mempertahankan hubungan dengan (menggunakan) fasilitas kesehatan

masyarakat.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4741/5/2013-1-14201-841409002-bab2-30072013044843.pdf · misalnya hepar dan gangguan kesadaran (Kusumawardani, 2012)

2.3 Perilaku

Menurut Notoatmodjo (2012) perilaku adalah semua kagiatan atau aktivitas

manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh

pihak luar. Perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Perilaku tertutup (covert behavior)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup.

Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian,

persepsi pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang

menerima stimulus tersebut.

2. Perilaku terbuka

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau

terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk

tindakan atau praktik yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh

orang lain.

2.3.1 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan

raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang (over behaviour). Pengetahuan yang tercakup dalam

domain kognitif mempunyai enam tingkatan.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4741/5/2013-1-14201-841409002-bab2-30072013044843.pdf · misalnya hepar dan gangguan kesadaran (Kusumawardani, 2012)

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)

sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang

telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang

paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang

dipelajari antara lain dapat menyebutkan, menyatakan, dan sebagainya. Contoh :

dapat menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori dan protein pada anak balita.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut

secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya

terhadap objek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus

makan-makanan yang bergizi.

3. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat

diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,

prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat

menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian,

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4741/5/2013-1-14201-841409002-bab2-30072013044843.pdf · misalnya hepar dan gangguan kesadaran (Kusumawardani, 2012)

dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving

cycle) di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke

dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan

masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari

penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),

membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

5. Sintesis (syntesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi

baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat

merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya

terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu di dasarkan

pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria

yang telah ada. Misalnya, dapat membandingakan antara anak yang cukup gizi

dengan anak yang kekurangan gizi, dapat menanggapi terjadinya diare di suatu

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4741/5/2013-1-14201-841409002-bab2-30072013044843.pdf · misalnya hepar dan gangguan kesadaran (Kusumawardani, 2012)

tempat, dapat menafsirkan sebab-sebab mengapa ibu-ibu tidak mau ikut KB dan

sebagainya (Notoatmodjo, 2012).

Menurut Hendra (2008), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor, yaitu:

a. Umur

Umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Semakin bertambah usia maka semakin berkembang pula daya tangkap dan

pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.

Semakin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya

bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu bertambahnya proses

perkembangan mental seperti ini tidak secepat seperti ketika umur belasan

tahun.

b. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

kemampuan didalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan

seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas

pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seseorang yang

berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula.

Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan

tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non-formal.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4741/5/2013-1-14201-841409002-bab2-30072013044843.pdf · misalnya hepar dan gangguan kesadaran (Kusumawardani, 2012)

c. Pekerjaan

Hurlock (1998) mengatakan bahwa pekerjaan merupakan suatu kegiatan atau

aktifitas seseorang untuk memperoleh penghasilan guna kebutuhan hidupnya

sehari-hari. Lama bekerja merupakan pengalaman individu yang akan

menentukan pertumbuhan dalam pekerjaan dan kehidupannya sehari-hari

Pengukuran pengatahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau

responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita

sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas (Notoatmodjo, 2012).

2.3.2 Sikap (attitude)

Menurut Notoatmodjo (2012) Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih

tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.

a. Komponen pokok sikap

Dalam bagian lain Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai

tiga komponen pokok.

1. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek.

2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4741/5/2013-1-14201-841409002-bab2-30072013044843.pdf · misalnya hepar dan gangguan kesadaran (Kusumawardani, 2012)

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total

attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan

emosi memegang peranan penting. Suatu contoh misalnya, seorang ibu yang telah

mendengar tentang penyakit DBD (penyebabnya, akibatnya, pencegahannya, dan

sebagainya). Pengetahuan ini akan membawa ibu untuk berpikir dan berusaha supaya

keluarganya tidak terkena DBD. Dalam berpikir ini komponen emosi dan keyakinan

ikut bekerja sehingga ibu tersebut berniat melakukan pencegahan DBD untuk

mencegah keluarganya tidak terkena DBD. Ibu ini mempunyai sikap tertentu terhadap

objek yang berupa penyakit DBD.

b. Berbagai tingkatan sikap

Menurut (Notoatmodjo, 2012) Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari :

1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus

yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari

kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang gizi.

2. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas

yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha

untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari

pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4741/5/2013-1-14201-841409002-bab2-30072013044843.pdf · misalnya hepar dan gangguan kesadaran (Kusumawardani, 2012)

3. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah

adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya seorang ibu yang mengajak ibu

lain (tetangganya, saudaranya, dan sebagainya) untuk pergi menimbangkan

anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi, adalah suatu bukti bahwa

si ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala

resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya seorang ibu mau menjadi

akseptor KB, meskipun mendapat tentangan dari mertua atau orang tuanya

sendiri.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap antara lain :

a. Pengalaman pribadi

Apa yang dialami seseorang akan mempengaruhi penghayatan dalam stimulus

sosial, tanggapan akan menjadi salah satu dasar dalam pembentukan sikap,

untuk dapat memiliki tanggapan dan penghayatan seseorang harus memiliki

pengamatan yang berkaitan dengan obyek psikologis.

b. Orang lain

Seseorang cenderung akan memiliki sikap yang disesuaikan atau sejalan

dengan sikap yang dimiliki orang yang dianggap berpengaruh antara lain

adalah orang tua, teman dekat, teman sebaya.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4741/5/2013-1-14201-841409002-bab2-30072013044843.pdf · misalnya hepar dan gangguan kesadaran (Kusumawardani, 2012)

c. Kebudayaan

Kebudayaan dimana kita hidup akan mempengaruhi pembentukan sikap

seseorang.

d. Media Massa

Sebagai sarana komunikasi, berbagai media massa seperti televisi, radio, surat

kabar mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap pembentukan opini

dan kepercayaan seseorang.

e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Lembaga pendidikan serta lembaga agama suatu system mempunyai pengaruh

dalam pembentukan sikap, dikarenakan keduanya meletakkan dasar dan

pengertian dan konsep moral dalam diri individu.

f. Faktor Emosional

Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman

pribadi seseorang. Kadang-kadang suatu bentuk sikap merupakan pernyataan

yang didasari oleh emosi, yang berfungsi sebagai semacam penyaluran

frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

2.3.3 Tindakan

Menurut Notoatmodjo (2012) Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam

suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan

nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara

lain adalah fasilitas. Sikap ibu yang positif terhadap imunisasi harus mendapat

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4741/5/2013-1-14201-841409002-bab2-30072013044843.pdf · misalnya hepar dan gangguan kesadaran (Kusumawardani, 2012)

konfirmasi dari suaminya, dan ada fasilitas imunisasi yang mudah dicapai, agar ibu

tersebut mengimunisasikan anaknya. Di samping faktor fasilitas, juga diperlukan

faktor dukungan (support) dari pihak lain, misalnya dari suami atau istri, orang tua

atau mertua, dan lain-lain. Praktik ini mempunyai beberapa tingkatan.

1. Respon terpimpin (guided response)

Dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh

merupakan indikator praktik tingkat pertama.

2. Mekanisme (mecanism)

Apabila seorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis,

atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktik

tingkat kedua.

3. Adobsi (adoption)

Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah dimodifikasikannya tanpa

mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

2.4 Penelitian terkait

1. Penelitian yang dilakukan oleh Suprianto tahun 2011 dengan judul

“Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap dan Praktek Keluarga Tentang

Pemberantasan Sarang Nyamuk Dengan Kejadian DBD”. Hasil penelitian

50% berpengatahuan buruk terhadap PSN, 76% tidak mendukung PSN dan

36% memiliki PSN yang buruk.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4741/5/2013-1-14201-841409002-bab2-30072013044843.pdf · misalnya hepar dan gangguan kesadaran (Kusumawardani, 2012)

2. Penelitian yang dilakukan oleh Ganie tahun 2009 dengan judul penelitian

“Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan tentang 3M Pada Keluarga di

Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009”. Hasil penelitian ini diketahui

sebanyak 54,5% keluarga berpengetahuan sedang terhadap pelaksanaan 3M.

Sedangkan sikap terhadap 3M sebagian besar bersikap baik 56,6% dan

bersikap sedang 43,4%. Tindakan keluarga terhadap 3M di Kelurahan Padang

Bulan adalah 75,8% sedang, tindakan baik 18%, tindakan kurang 6,1%.

3. Penilitian Rosa dengan judul “Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang

Pencegahan DBD Tahun 2009” di dapati bahwa tingkat pengetahuan

masyarakat tentang pencegahan DBD di kecamatan Gunung Meriah mayoritas

berpengetahuan kurang yaitu sebesar 59,5%, berpengetahuan cukup 21,4%

dan berpengetahuan baik 19,4%.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4741/5/2013-1-14201-841409002-bab2-30072013044843.pdf · misalnya hepar dan gangguan kesadaran (Kusumawardani, 2012)

2.5 Kerangka Teori

Gambar 1. Kerangka teori

2.6 Kerangka konsep

VARIABEL INDEPENDEN VARIABEL DEPENDEN

Gambar 2. Kerangka konsep

PENGETAHUAN

o Pengertian

o Penyebab

o Mabifestasi klinik

o Penularan

o Penanganan

o Pencegahan

Dipengaruhi oleh

Umur

Pendidikan

pekerjaan

SIKAP

o Kebiasaan

menggunakan kelambu

o Kebiasaan

menggunakan obat anti

nyamuk

o Memasang kawat

o Kebiasaan melakukan

3M (Menguras,

menutup, mengubur

barang bekas)

TINDAKAN

o Menggunakan

kelambu

o Menggunakan obat

anti nyamuk

o Memasang kawat

o Melakukan 3M

(Menguras,

menutu, mengubur

barang bekas)

PERILAKU

- PENGETAHUAN

- SIKAP

- TINDAKAN

PENCEGAHAN

DBD