79
7 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Biogas Biogas Biogas (gas bio) merupakan gas yang timbul dari hasil fermentasi bahan- bahan organik seperti, kotoran hewan, kotoran manusia, atau sampah direndam di dalam air dan disimpan di dalam tempat yang tertutup atau anaerob. Biogas ini sebenarnya dapat juga terjadi pada kondisi alami, namun untuk mempercepat dan menampung gas ini, maka diperlukan alat yang memenuhi syarat terbentuknya gas ini (Setiawan, 2007:35). Hambali et al. (2007:52) menyatakan bahwa biogas didefinisikan sebagai gas yang dilepaskan jika bahan- bahan organik (seperti, kotoran ternak, kotoran manusia, jerami, sekam dan daun-daun hasil sortiran sayuran) difermentasikan atau mengalami proses metanisasi. Limbah yang selama ini tidak diolah dan dibiarkan menumpuk baik itu limbah pertanian, peternakan, dan limbahagro industri ternyata dapat menghasilkan suatu hal yang berguna. Contohnya, feses ternak yang selama ini hanya dipandang sebagai kotoran yang tidak bernilai. Ternyata dapat bermanfaat setelah diolah, tidak terlalu sulit untuk mengubah bahan tersebut menjadi gas, hanya mencampurkan bahan tersebut dengan air dan didiamkan dalam ruang hampa udara. Kotoran ternak atau limbah organik lainnya

Bab II Tinjauan Pustaka_ 2011yus

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Bab II Tinjauan Pustaka_ 2011yus

7

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Biogas

Biogas

Biogas (gas bio) merupakan gas yang timbul dari hasil fermentasi bahan-

bahan organik seperti, kotoran hewan, kotoran manusia, atau sampah direndam di

dalam air dan disimpan di dalam tempat yang tertutup atau anaerob. Biogas ini

sebenarnya dapat juga terjadi pada kondisi alami, namun untuk mempercepat dan

menampung gas ini, maka diperlukan alat yang memenuhi syarat terbentuknya

gas ini (Setiawan, 2007:35).

Hambali et al. (2007:52) menyatakan bahwa biogas didefinisikan sebagai

gas yang dilepaskan jika bahan-bahan organik (seperti, kotoran ternak, kotoran

manusia, jerami, sekam dan daun-daun hasil sortiran sayuran) difermentasikan

atau mengalami proses metanisasi.

Limbah yang selama ini tidak diolah dan dibiarkan menumpuk baik itu

limbah pertanian, peternakan, dan limbah agro industri ternyata dapat

menghasilkan suatu hal yang berguna. Contohnya, feses ternak yang selama ini

hanya dipandang sebagai kotoran yang tidak bernilai. Ternyata dapat bermanfaat

setelah diolah, tidak terlalu sulit untuk mengubah bahan tersebut menjadi gas,

hanya mencampurkan bahan tersebut dengan air dan didiamkan dalam ruang

hampa udara.

Kotoran ternak atau limbah organik lainnya jika di masukkan dalam

digester (tangki pengurai) dalam beberapa hari akan mengalami proses fermentasi

dan terbentuklah gas. Contohnya biogas yang digunakan sekarang kebanyakan

memanfaatkan feses ternak sebagai bahan bakunya, selain itu ada juga yang

menggunakan dari limbah pertanian dari pabrik. Hampir sama yang disampaikan

Shiddiq (2009) bahwa biogas merupakan gas yang dihasilkan dari proses

pembusukan limbah organik (dari mahluk hidup) dengan bantuan bakteri dalam

keadaan anaerob. Limbah organik ini dapat berupa kotoran manusia, kotoran

hewan, atau limbah agro industri.

Page 2: Bab II Tinjauan Pustaka_ 2011yus

8

Menurut Simamora et al. (2006:12) bahwa biogas adalah adanya

dekomposisi bahan organik secara anaerobik (tertutup dari udara bebas) untuk

menghasilkan suatu gas yang sebagian besar merupakan metan dan karbon

dioksida dan proses dekomposisi anaerobik dibantu oleh sejumlah

mikroorganisme, terutama bakteri metan.

Feses ternak yang dimasukkan dalam tangki pengurai (digester) akan

mengalami pembusukan sehingga terbentuk gas yang mengandung metan,

karbondioksida, hydrogen, nitrogen dan oksigen. Demikian juga halnya dengan

pendapat Said (2007:1) menyatakan bahwa biogas adalah gas yang dihasilkan

dari proses penguraian bahan-bahan biologis atau organik oleh organisme kecil

pada kondisi tanpa oksigen (anaerob). Artikel yang dikutip Departemen Pertanian

(2009:3) menjelaskan bahwan “biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses

penguraian bahan-bahan organik oleh mikroorganisme pada kondisi anaerob”.

Teknologinya biogas merupakan teknologi sederhana yang memanfaatkan

limbah yang tidak berguna lagi dengan proses penguraian. Kedua artikel diatas

menjelaskan bahwa penguraian bahan organik secara anaerobik. Gas yang

terbentuk akibat adanya proses fermentasi bahan-bahan organik yang diantaranya,

kotoran manusia, kotoran hewan, atau limbah pertanian maupun limbah rumah

tangga dan gas yang dihasilkan adalah sebagian gas metane.

Perkembangan Biogas

Gas metan sudah lama digunakan oleh bangsa Mesir, China dan Romawi

kuno untuk dibakar dan digunakan sebagai penghasil kalori. Proses fermentasi

lebih lanjut untuk menghasilkan gas metan ini pertama kali ditemukan oleh

Alessandro Volta (1776). Hasil identifikasi gas yang dapat terbakar ini dilakukan

oleh Willam Henry pada tahun 1806. Becham (1868) murid Louis Pasteur dan

Tappeiner (1882) adalah orang pertama yang memperlihatkan asal mikrobiologis

dari pembentukan metan (Nandiyanto dan Fikri, 2006)

Sejak dulu, gas sudah ditemukan oleh manusia, gas yang selama ini

digunakan dalam kehidupan sehari-hari diperoleh dari proses penguraian

organisme atau yang sudah mati jutaan tahun yang lalu. Fosil tersebut bercampur

Page 3: Bab II Tinjauan Pustaka_ 2011yus

9

dengan unsur-unsur hara yang terpendam di dalam bumi. Teknologi yang

diciptakan oleh manusia maka unsur tersebut diangkat kepermukaan bumi dan

diproses menjadi gas, batubara dan lain-lain sebagainya.

Menurut Haryati (2006:167) bahwa pemanfaatan biogas bukanlah hal yang

baru, gas ini telah dipakai sekitar 200 tahun lalu. Pada era sebelum ada listrik, di

Landon, biogas diperoleh dari saluran pembuangan di bawah tanah dan digunakan

sebagai bahan bakar lampu jalan yang terkenal dengan nama gaslight, negara lain

yang memanfaatkan biogas seperti, Tanzania, India, Cina dan Amerika Serikat.

Pemanfaatan biogas sebagai energi alternatif sangat memungkinkan untuk

diterapkan dimasyarakat. Apalagi mengingat harga bahan bakar konvensional

sekarang ini semakin mahal dan sulit diperoleh.

Artikel Departemen Pertanian (2009) menjelaskan bahwa sejarah

pemanfaatan biogas, diantaranya (1) Cina, sejak tahun 1975 “biogas for every

household”. Tahun 1992 5 juta rumah tangga di Cina menggunakan biogas.

Reaktor biogas yang banyak digunakan adalah model sumur tembok dengan

bahan baku kotoran ternak dan manusia serta limbah pertanian. (2) India, biogas

dikembangkan pada tahun 1981 “the national project on bigas development” oleh

departemen sumber energi non-konvensional. Pada tahun 1999, sebanyak 3 juta

rumah tangga menggunakan biogas. Reaktor biogas yang digunakan model sumur

tembok dan dengan drum serta dengan bahan baku kotoran ternak dan limbah

pertanian.

Ditambahkan pula oleh Nandiyanto dan Fikri (2006), alat penghasil biogas

secara anaerobik pertama dibangun pada tahun 1900. Pada akhir abad ke-19, riset

untuk menjadikan gas metan sebagai biogas dilakukan oleh Jerman dan Perancis

pada masa antara dua Perang Dunia. Selama Perang Dunia II, banyak petani di

Inggris dan Benua Eropa yang membuat alat penghasil biogas kecil yang

digunakan untuk menggerakkan traktor. Akibat kemudahan dalam memperoleh

BBM dan harganya yang murah pada tahun 1950-an, proses pemakaian biogas ini

mulai ditinggalkan. Oleh karena itu, di India kegiatan produksi biogas terus

dilakukan semenjak abad ke-19. Saat ini, negara berkembang lainnya, seperti

China, Filipina, Korea, Taiwan dan Papua Nugini, telah melakukan berbagai riset

Page 4: Bab II Tinjauan Pustaka_ 2011yus

10

dan pengembangan alat penghasil biogas. Selain di negara berkembang, teknologi

biogas juga telah dikembangkan di negara maju seperti Jerman.

Berdasarkan artikel Agro Tekno (2007), Indonesia sampai sekarang telah

banyak reaktor biogas yang telah berhasil dikembangkan, dimana teknologi ini di

gunakan untuk mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap bahan bakar

minyak. Teknologi biogas telah banyak dikembangkan di Bali, Sulawesi,

Sumatera terutama daerah Jawa. Contohnya di Desa Wangunsari, Lembang

Kabupaten Bandung, dimana biogas telah digunakan oleh keluarga petani dan

peternak. Manfaat biogas juga telah dirasakan oleh warga di Kabupaten Garut,

Desa Cisurapan, Jawa Barat. Hampir semua kegiatan dilaksanakan oleh pihak

pemerintah dan beberapa Universitas seperti Institut Teknologi Bandung (ITB)

dan UPT BP-PTK LIPI Yogyakarta. Penelitian yang dilakukan Irmawati tahun

2008 di beberapa Kabupaten di Sulawesi Selatan, beberapa peternak telah mampu

mengembangkan teknologi Biogas, contohnya, di Kabupaten Enrekang,

Kabupaten Bulukumba, Kabupaten Sinjai dan Kabupaten Barru. Bahkan biogas

telah digunakan selama 24 jam di Kabupaten Enrekang dan Kabupaten Sinjai.

Selain keberhasilan teknologi biogas, beberapa peternak belum mampu

memaksimalkan penggunaan teknologi biogas. Contohnya di Sulawesi Selatan

(Kabupaten Enrekang, Bulukumba, Sinjai, Barru, Sidrap, Soppeng dan Bone)

beberapa peternak belum mampu memperbaiki kerusakan pada instalasi biogas,

selain itu peternak juga berhubungan dengan penyuluh setempat. Kerusakan yang

terjadi kebanyakan pada penampung gas, karena bahan yang digunakan dari

bahan plastik sehingga mudah sobek dan hal yang sama terjadi di Nusapenida,

Bali.

Manfaat Biogas

Usaha peternakan sapi perah merupakan usaha yang menyediakan produk

daging dan susu. Usaha peternakan sapi perah banyak dikembangkan karena

mampu memproduksi susu tinggi. Selain itu, ada juga hasil sampingan berupa

feses dan urin. Hasil sampingan ternak berupa limbah, semakin besar skala usaha

semakin besar pula limbah yang dihasilkan. Limbah tersebut jika tidak di kelola

Page 5: Bab II Tinjauan Pustaka_ 2011yus

11

dengan baik, maka akan menimbulkan pencemaran lingkungan. Oleh karena itu

untuk mengatasi limbah tersebut, diciptakan teknologi biogas yang memanfaatkan

limbah ternak menjadi energi. Keuntungan dari biogas yaitu dapat digunakan

untuk memasak dan tenaga listrik, limbah dari biogas tersebut dapat diolah

menjadi pupuk padat dan cair yang dapat digunakan langsung pada tanaman.

KELUARGABiogas (memasak dan

listrik)

Usaha Sapi Perah

Anak & Susu Limbah (feses & urin )

Pengolahan limbah

PASAR Pupuk padat & cair

Page 6: Bab II Tinjauan Pustaka_ 2011yus

PERTANIAN

Gambar 1. Model Pengembangan Sapi Perah Skala Rumah Tangga

Menurut Haryati (2006:160) biogas merupakan renewable energy yang

dapat dijadikan bahan bakar alternatif untuk menggantikan bahan bakar yang

berasal dari fosil seperti minyak tanah dan gas alam. Di beberapa negara, biogas

membawa keuntungan untuk kesehatan, sosial, lingkungan dan finansial.

Dijelaskan lebih lanjut bahwa instalasi biogas adalah suatu penyediaan sumber

energi desentralisasi yang sangat berguna. Contohnya di Tanzania biogas di

hasilkan dari limbah kota dan industuri yang menghasilkan tenaga listrik dan

pupuk. Departemen Pertanian (2009) dijelaskan bahwa manfaat energi biogas

adalah sebagai pengganti bahan bakar khususnya minyak tanah dan dipergunakan

Page 7: Bab II Tinjauan Pustaka_ 2011yus

12

untuk memasak. Dalam skala besar, biogas dapat digunakan sebagai pembangkit

tenaga listrik, disamping itu produksi biogas juga menghasilkan sisa olahan

kotoran ternak yang langsung dapat digunakan sebagai pupuk organik pada

tanaman atau budidaya pertanian.

Biogas mempunyai banyak manfaat. Biogas merupakan hasil penguraian

bahan organik dan menghasilkan gas yang dapat digunakan sebagai sumber

energi, baik energi listrik, gas untuk memasak, pengganti minyak tanah. Di

perjelas lagi oleh Setiawan (2007:35-37) bahwa kotoran ternak selain dijadikan

pupuk kandang, kotoran ternak juga dapat digunakan untuk menghasilkan biogas.

Biogas merupakan proses fermentasi feses ternak diubah menjadi gas dalam

kondisi anaerob.

Menurut Hambali et al. (2007:57-61) bahwa ada tiga jenis bahan baku

yang prospektif untuk dikembangkan sebagai bahan baku biogas, diantaranya

kotoran hewan dan manusia, sampah organik dan limbah cair.

a. Kotoran Hewan dan Manusia

Pemanfaatan kotoran ternak dan manusia sebagai bahan baku biogas akan

mengatasi beberapa permasalahan yang timbul akibat kotoran tersebut bila

dibandingkan limbah lain yang menumpuk tanpa pengolahan. Kotoran hewan

yang menumpuk akan mencemari lingkungan. Jika kotoran tersebut terbawa air

masuk kedalam tanah atau sungai.

Sebagai bahan baku biogas, ketersediaan kotoran hewan sangat melimpah.

Hewan-hewan tersebut diperlihara baik dalam jumlah besar di peternakan maupun

dipelihara secara individu dalam jumlah kecil oleh rumah tangga. Berdasarkan

hasil estimasi, seekor sapi dalam satu hari dapat menghasilkan kotoran sebanyak

10 - 30 kg, seekor ayam menghasilkan kotoran 25 gram per hari dan seekor babi

dewasa menghasilkan kotoran 4,5 – 5,3 kg per hari. Berdasarkan hasil riset yang

pernah ada diketahui bahwa setiap 10 kg kotoran ternak sapi berpotensi

menghasilkan 360 liter biogas dan 20 kg kotoran babi menghasilkan 1,379 liter

biogas.

Page 8: Bab II Tinjauan Pustaka_ 2011yus

13

b. Sampah Organik Padat

Secara garis besar, sampah dibedakan menjadi tiga jenis yaitu anorganik,

organik dan khusus. Sampah organik berasal dari bahan-bahan penyusun

tumbuhan dan hewan yang diambil dari alam atau dihasilkan dari kegiatan

pertanian, perikanan, kegiatan rumah tangga, industri dan kegiatan lainnya.

Sampah organik ini dengan mudah dapat diuraikan dalam proses alami. Potensi

sampah di Indonesia sangat besar. Khususnya untuk rumah tangga, jumlah yang

dihasilkan pada tahun 2020 diperkirakan akan meningkat 5 kali lipat. Diprediksi

peningkatan tersebut bukan saja karena pertambahan penduduk, tetapi juga karena

meningkatnya timbunan sampah perkapita yang disebabkan oleh perbaikan

tingkat ekonomi dan kesejahteraan.

Berdasarkan hasil penelitian, pembuatan biogas dari sampah organik

menghasilkan biogas dengan komposisi metan 51,33 – 58,18% dan gas CO2

41,82 – 48,67% campuran sampah organik tersebut dengan kotoran dapat

meningkatkan komposisi metan dalam biogas.

c. Limbah Organik Cair

Limbah cair merupakan sisa pembuangan yang dihasilkan dari suatu

proses yang sudah tidak dipergunakan. Kegiatan-kegiatan yang berpotensi sebagai

penghasil limbah cair antara lain kegiatan industri, rumah tangga, peternakan, dan

pertanian. Saat ini kegiatan rumah tangga mendominasi jumlah limbah cair

dengan persentase sekitar 40 % dan diikuti oleh limbah industri 30% dan sisanya

limbah rumah sakit, pertanian, peternakan, atau limbah lainnya. Komponen utama

limbah cair adalah air (99%) sisanya yaitu bahan padat yang bergantung pada asal

buangan tersebut. Tidak semua limbah cair dapat dimanfaatkan sebagai bahan

baku biogas, hanya limbah cair organik yang dapat digunakan sebagai bahan baku

biogas. Limbah tersebut diantaranya urin hewan, limbah cair rumah tangga, dan

limbah cair industri seperti, industri tahu, tempe, tapioka, brem dan rumah potong

hewan. Pengolahan limbah cair untuk biogas dilakukan dengan mengumpulkan

limbah cair dengan digester anaerob yang diisi dengan media penyangga yang

berfungsi sebagai tempat hidup bakteri anaerob.

Page 9: Bab II Tinjauan Pustaka_ 2011yus

(C6H12O6)n + nH2O CH3CHOHCOOH Glukosa asam laktat

CH3CH2CH2COOH+CO2+H2

asam butaman CH3CH2OH+CO2

etanol

14

Menurut Irmawati (2008:7-8) pembentukan gasbio dilakukan oleh

mikroba pada situasi anaerob, yang meliputi tiga tahap, yaitu tahap hidrolisis,

tahap pengasaman dan tahap metanogenik. Pada tahap hidrolisis terjadi pelarutan

bahan-bahan organik mudah larut dan pencernaan bahan organik yang komplek

menjadi sederhana, perubahan struktur bentuk primer menjadi bentuk

monomer. Pada tahap pengasaman komponen monomer (gula sederhana) yang

terbentuk pada tahap hidrolisis akan menjadi bahan makanan bagi bakteri

pembentuk asam. Produk akhir dari gula-gula sederhana pada tahap ini akan

dihasilkan asam asetat, propionat, format, laktat, alkohol dan sedikit butirat, gas

karbondioksida, hidrogen dan amoniak. Pada tahap metanogenik adalah proses

pembentukan gas metan. Proses tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Selulosa

Hidrolisis (C6H12O5)n + nH2O n(C3H12O6

selulosa glukosa

Glukosa

Pengasaman

(C6H12O6)n + nH2O CH3CHOHCOOH Glukosa asam laktat

CH3CH2CH2COOH+CO2+H2

asam butaman CH3CH2OH+CO2

etanol

Asam lemakdan alkohol

Metanogenik4H2+CO2 2H2O + CH4

CH3CH2OH + CO2 CH3COOH + CH4

CH3COOH+CO2 CO2 + CH4

CH3CH2CH2OOH+2H2+CO2 Ch3COOH+CH4

Selulosa

Gambar 2. Tahap Pembentukan Biogas

Page 10: Bab II Tinjauan Pustaka_ 2011yus

15

Tabel 1. Komposisi gas yang terdapat dalam biogas dapat dilihat dari tabel berikut :

Jenis Gas

Biogas

Kotoran sapiCampuran kotoran ternak

dan sisa pertanian

Metana (CH4 ) 65.7 54 – 70Karbondioksida (CO2 ) 27 45 – 27Nitrogen (N2 ) 2.3 0.5 – 3Karbon Monoksida (CO) 0 0.1

Oksigen (O2 ) 0.1 6

Propena (C3 H8 ) 0.7 -Hidrogensulfida (H2 S) - SedikitNilai Kalor (kkal/m3) 6513 4800 – 6700

Sumber : Harahap dalam Simamora et al. (2006).

Diketahui bahwa biogas memiliki banyak kegunaan yang dapat membantu

manusia dalam kehidupan sehari-hari. Pertama, gas yang dihasilkan oleh aktifitas

anaerobik atau fermentasi dari bahan-bahan organik yang diantaranya, kotoran

manusia dan hewan, limbah rumah tangga, sampah atau limbah organik dapat

digunakan untuk memasak dan menjalankan generator untuk pembangkit tenaga

listrik. Kedua, limbah pertanian, perkebunan, dan peternakan yang selama ini

dibuang sekarang ini sudah dapat dikelola dan dapat dimanfaatkan serta dapat

menghindari adanya pencemaran lingkungan. Ketiga, limbah yang dihasilkan dari

biogas dapat digunakan sebagai pupuk cair dan pupuk padat, dan dapat digunakan

untuk pertanian dan perkebunan. Oleh karena itu, bioenergi adalah sumber energi

terbarukan, yaitu sumber energi yang dapat tersedia kembali dalam jangka waktu

tahunan, tidak seperti minyak bumi atau batu bara yang membutuhkan waktu

jutaan tahun. Teknologi ini juga membantu dalam hal pengolahan limbah serta

memberikan hasil tambahan berupa pupuk cair dan pupuk padat, mengingat harga

pupuk kimia sekarang yang semakin langka dan semakin mahal.

Page 11: Bab II Tinjauan Pustaka_ 2011yus

16

Aspek Sosial Ekonomi Menggunakan Biogas

Aspek Sosial Ekonomi Menggunakan Biogas

Beberapa faktor yang menyebabkan pemerintah mengembangkan

teknologi biogas. Hal tersebut diantaranya, rata-rata pendapatan peternak masih

rendah, kebutuhan akan energi sangat tinggi, untuk memenuhi kekurangan energi

listrik, menghemat biaya untuk bahan bakar minyak dan dibutuhkan teknologi

tepat guna pada usaha peternakan. Pemerintah mendapat kendala dalam

pengembangan teknologi biogas.

Usaha peternakan di Indonesia untuk skala rumah tangga rata-rata masih

kecil. Satu keluarga memelihara ternak antara dua sampai lima ekor. Selain itu,

harga susu maupun produk olahan dari susu masih rendah. Di samping harga yang

rendah produksi susu pun masih sangat rendah, sedangkan kebutuhan untuk

kehidupan sehari-hari semakin meningkat dan harga bahan-bahan pokok semakin

mahal. Adanya faktor-faktor tersebut menyebabkan pendapatan yang diterima

peternak masih rendah.

Kebutuhan akan energi di masyarakat masih tinggi. Seperti memasak,

menyalakan lampu, menjalankan mesin, dan lain-lain sebagainya, masyarakat

masih mempergunakan energi yang berasal dari alam. Energi yang diperoleh dari

alam yang telah mengalami pengolahan berupa, gas LPG, minyak tanah, bensin,

solar. Jika dimanfaatkan terus menerus tanpa ada upaya untuk memperbaharuinya

lama kelamaan energi ini akan habis, selain itu untuk memperbaharuinya butuh

waktu yang lama.

Intensitas penggunaan energi yang tinggi, menyebabkan pemerintah harus

berpikir untuk memenuhi kebutuhan energi yang semakin hari semakin

meningkat. Langkah yang ditempuh pemerintah yaitu mengurangi subsidi pada

BBM sehingga seringnya terjadi pemadaman bergilir sehingga biaya hidup

menjadi meningkat. Terjadinya hal tersebut, maka perlu diciptakan energi

alternatif yang murah, tersedia sepanjang masa dan ramah lingkungan.

Membantu masyarakat dalam menangani masalah kekurangan energi,

pemerintah mencoba mengembangkan teknologi biogas. Teknologi ini

Page 12: Bab II Tinjauan Pustaka_ 2011yus

17

memanfaatkan limbah berupa limbah peternakan, pertanian maupun limbah dari

pabrik tahu dan tempe menjadi energi. Menggunakan teknologi biogas, gas yang

dihasilkan dari hasil fermentasi limbah yang berupa gas metan dan dapat terbakar

sehingga dapat digunakan untuk memasak. Selain untuk memasak, gas ini juga

dapat digunakan untuk menyalakan mesin dan untuk listrik.

Pengembangan teknologi biogas, pemerintah menghadapi beberapa

kendala. Langkah yang dilakukan pemerintah yaitu mencoba membuat instalasi

namun masih dalam skala besar. Skala besar, harus dikeluarkan biaya yang besar

juga. Sehingga hanya masyarakat yang memiliki pendapatan tinggi yang dapat

menggunakan teknologi ini. Hal inilah yang menyebabkan pemerintah mencoba

memodifikasi teknologi ini sehingga pembuatannya lebih murah dan dapat

dimanfaatkan oleh masyarakat yang berpendapatan rendah.

Keuntungan Ekonomi Menggunakan Biogas

Biogas dapat dipergunakan dengan cara yang sama seperti gas-gas mudah

terbakar yang lain. Biogas sangat bermanfaat, seperti untuk memasak dengan

menggunakan biogas skala rumah tangga, untuk peternak yang memiliki 2 ekor

ternak dengan digester ukuran 2 m3 maka gas yang dihasilkan dapat digunakan

memasak selama 2 jam/hari. Sisa keluaran hasil fermentasi biogas dapat juga

dimanfaatkan sebagai pupuk.

Menurut Said (2007:20) potensi gas yang akan dihasilkan oleh seekor

ternak serta keuntungan yang diperoleh apabila menggunakan biogas. Satu unit

reaktor biogas yang menggunakan umpan kotoran dari 2 – 4 ekor sapi perah

mampu memenuhi kebutuhan memasak satu rumah tangga pedesaan dengan 6

orang anggota keluarga, biogas yang dihasilkan tersebut setara dengan 1 – 2 liter

minyak tanah per hari. Keluarga peternak yang sebelumnya menggunakan minyak

tanah untuk memasak bisa menghemat penggunaan minyak tanah 1 – 2 liter per

hari, jika harga minyak tanah dipedesaan Rp 4.500,-/liter, berarti keluarga

peternak bisa mengurangi pengeluaran sebesar Rp 1.642.500,- – Rp 3.285.000,-

per tahun.

Page 13: Bab II Tinjauan Pustaka_ 2011yus

18

Data yang disampaikan Syifaunindra (2008) bahwa potensi ketersediaan

biogas yang dapat dipergunakan oleh rumah tangga masyarakat pedesaan setara

dengan 10.985.502 liter minyak tanah, yang apabila kebutuhan rata-rata minyak

tanah rumah tangga 1.25 liter/hari, maka energi biogas dapat dipenuhi 8.788.401

per rumah tangga. jika diasumsikan masyarakat pedesaan membeli minyak tanah

seharga Rp 1.200,- per liter, jumlah uang yang biasanya untuk membeli minyak

tanah dapat dipergunakan untuk keperluan lain sebanyak Rp 4,8 triliun. Subsidi

pemerintah terhadap minyak tanah sekitar Rp 1.847,- per liter pada saat harga

minyak tanah import 45 dollar Amerika Serikat dan nilai tukar rupiah terhadap

dollar Rp 9.000,-. Dengan demikian subsidi bahan bakar minyak tanah dapat

disaving sebesar Rp 7,38 triliun.

Jika membahas lebih jauh tentang keuntungan peternak sapi perah yang

menggunakan biogas dengan tidak menggunakan biogas dapat kita lihat seberapa

besar keuntungan yang dapat diperoleh. Mulai dari gasnya sampai pada pupuk

organiknya. Ditinjau dari segi ekonomis biogas memberikan keuntungan lebih

besar. Dengan harga bahan bakar minyak yang sekarang ini bertambah mahal dan

semakin langka, peternak dapat memenuhi atau bahkan mengganti minyak tanah

menjadi gas. Sebagai contoh, jika sekarang harga minyak tanah Rp 4.000,- liter,

dan tiap rumah tangga menggunakan minyak tanah 2 – 3 liter setiap harinya, jadi

dengan menggunakan teknologi biogas peternak dapat menghemat biaya Rp

8.000,- – Rp 12.000,- /hari.

Hampir sama dengan yang dijelaskan Eirlangga (2007) bahwa nilai kalori

dari 1 meter kubik biogas sekitar 6.000 Kkal/m3 yang setara dengan setengah liter

minyak disel. Oleh karena itu biogas sangat cocok digunakan untuk sebagai bahan

bakar alternatif yang ramah lingkungan pengganti minyak tanah, LPG, batubara,

maupun bahan-bahan lain yang berasal dari fosil. Penggunaan biogas sangat

sederhana sama dengan penggunaan gas dan bahan bakar lainnya.

Page 14: Bab II Tinjauan Pustaka_ 2011yus

19

Kran Pengontrol

Gambar 3. Model Instalasi biogas Menggunakan Plastik sebagai Digester

Adopsi

Pengertian Adopsi

“Adopsi Inovasi” mengandung pengertian yang kompleks dan dinamis.

Hal ini disebabkan karena proses adopsi inovasi sebenarnya adalah menyangkut

proses pengambilan keputusan, dimana dalam proses ini banyak faktor yang

mempengaruhinya. Berbagai pengertian adopsi inovasi, maka pengertian yang

diberikan oleh Rogers dan Shoemaker tentang proses pengambilan keputusan

untuk melakukan adopsi inovasi, dimana ada beberapa elemen yang penting yang

perlu diperhatikan dalam proses adopsi inovasi (a) adanya sikap mental untuk

melakukan adopsi inovasi, dan (b) adanya konfirmasi dari keputusan yang telah

diambil (Soekartawi, 1988:55-56).

Adopsi diartikan penggunaan secara penuh suatu ide baru sebagai cara

terbaik. Selanjutnya dikatakan mengadopsi suatu inovasi atau teknologi adalah

kepuasan yang manusiawi dan keputusan tersebut didasarkan pada empat hal,

Page 15: Bab II Tinjauan Pustaka_ 2011yus

20

yaitu (1) kemauan untuk melakukan sesuatu, (2) tahu cara yang akan dilakukan,

(3) tahu cara melakukannya, (4) mempunyai sarana untuk melakukannya.

Hampir sama dengan yang disampaikan Soejitno (1982) adopsi diartikan

sebagai penerapan atau penggunaan suatu ide, alat-alat dan teknologi “baru” yang

disampaikan berupa pesan komunikasi (melalui penyuluhan). Manifestasi dari

bentuk adopsi ini, dapat dilihat atau diamati berupa tingkah laku, metoda, maupun

peralatan dan teknologi yang digunakan dalam kegiatan komunikasinya. Adopsi

diartikan sebagai penerimaan dan penggunaan inovasi baru dari komunikan

Berbeda pula dengan yang dijelaskan Totok (1993) adopsi, dalam proses

penyuluhan (pertanian), pada hakekatnya dapat diartikan sebagai proses

perubahan perilaku baik yang berupa : pengetahuan (cognitive), sikap (affective),

maupun keterampilan (psychomotoric) pada diri seseorang setelah menerima

“inovasi” yang disampaikan penyuluh oleh masyarakat sasarannya. Adopsi

merupakan proses penerimaan suatu yang “baru” yaitu menerima sesuatu yang

ditawarkan dan yang diupayakan oleh pihak lain (penyuluh).

Menurut Hasanuddin (2005:22) adopsi inovasi merupakan kemampuan

petani dalam menggunakan suatu teknologi untuk kegiatan usaha taninya.

Sedangkan menurut Subagiyo et al. (2005:313) proses adopsi merupakan proses

pelaksanaan suatu teknologi yang dapat berjalan secara sistematis sehingga

memberikan keuntungan secara ekonomis dan memberikan dorongan untuk

msyarakat setempat.

Seorang petani yang menggunakan metode atau teknologi baru dalam

usahanya dapat dianggap sudah mampu mengadopsi, namun dalam proses adopsi

yaitu tahap tahu, tahap minat, tahap menilai, tahap mencoba dan tahap

mengadopsi. Lima tahap tersebut tidak mutlak harus berurutan mulai satu sampai

lima. Kenyataan ada petani yang dari awalnya tahu kemudian langsung mencoba

dan menerapkannya, tanpa harus berminat dulu dan mengevaluasinya.

Slamet dalam Mulyadi (2007:39) menyatakan bahwa proses adopsi inovasi

adalah proses yang terjadi sejak pertama kali seseorang mendengar hal yang baru

sampai seseorang tersebut mengadopsi (menerima, menerapkan, dan

Page 16: Bab II Tinjauan Pustaka_ 2011yus

21

menggunakan hal yang baru tersebut). Penerimaan atau penolakan inovasi ialah

keputusan yang dibuat oleh seseorang dan memerlukan jangka waktu tertentu.

Selain itu Ibrahim et al. (2003:66) menyatakan bahwa adopsi adalah

proses yang terjadi sejak pertama kali seseorang mendengar hal yang baru sampai

orang tersebut mengadopsi (menerima, menerapkan, menggunakan) hal baru

tersebut. Sedangkan Van den Ban dan Hawkins (1999:124), menyatakan bahwa

adopsi itu menerapkan inovasi dalam skala besar setelah membandingkannya

dengan metode yang lama.

Diketahui bahwa adopsi merupakan proses dimana seseorang mulai

mencoba sampai menggunakan suatu teknologi baru atau metode baru, yang

dianggap dapat membantu dalam melaksanakan pekerjaan. Petani atau peternak

jika mengetahui adanya teknologi baru tidak langsung menggunakannya. Banyak

faktor yang dapat mempengaruhi, sehingga mereka belum menggunakan

teknologi tersebut. Sebagai contoh, teknologi biogas dimana memanfaatkan feses

ternak sapi menjadi gas. Peternak tidak langsung menggunakannya, namun

mereka perlu mengetahui keuntungan yang diperoleh setelah menggunakan

teknologi tersebut.

Derajat Pengadopsian

Derajat pengadopsian merupakan kecepatan penerimaan suatu inovasi

baru. Kecepatan ini biasanya diukur dengan jumlah penerimaan yang

pengadopsian suatu ide baru dalam suatu priode tertentu. Rogers dalam Hanafi

(1971), dijelaskan lebih lanjut bahwa salah satu variabel penjelas dari kecepatan

adopsi suatu inovasi adalah sifat-sifat inovasi itu sendiri. Selain sifat-sifat inovasi,

hal lain yang dapat menjadi variabel penjelas kecepatan adopsi adalah (1) tipe

keputusan inovasi, (2) sifat saluran komunikasi yang dipergunakan untuk

menyebarkan inovasi dalam proses keputusan inovasi, (3) ciri-ciri sistem sosial,

(4) gencarnya usaha agen pembaharu dalam mempromosikan inovasi.

Tipe keputusan inovasi mempengaruhi kecepatan adopsi. Secara umum

diharapkan bahwa tipe inovasi dapat dilakukan secara: (1) Sendiri (optional),

keputusan yang dibuat individu dengan mengabaikan keputusan lain dalam

Page 17: Bab II Tinjauan Pustaka_ 2011yus

22

masyarakat sekitarnya, (2) Secara kelompok (kolektif), keputusan yang dibuat

oleh individu-individu dalam suatu masyarakat yang setuju membuat keputusan

bersama dan (3) Secara kekuasaan (otoriter), keputusan yang dipaksakan terhadap

individu oleh orang yang mempunyai kekuasaan yang lebih tinggi.

Menurut Rogers (2003), semakin banyak orang yang terlibat dalam proses

pembuatan keputusan inovasi, semakin lambat tempo adopsinya. Oleh karena itu,

salah satu jalan untuk mempercepat pengadopsian suatu teknologi adalah memilih

unit pembuat keputusan yang lebih sedikit melibatkan orang.

Kecepatan pengadopsian dipengaruhi juga oleh saluran komunikasi.

Saluran komunikasi yaitu alat yang digunakan untuk menyebarkan suatu inovasi

dan mempengaruhi dalam kecepatan pengadopsian inovasi. Saluran komunikasi

bisa berupa media massa seperti, televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain

sebagainya.

Hal lain yang juga dipertimbangkan dapat mempengaruhi kecepatan

pengadopsian suatu inovasi adalah sistem sosial, terutama norma-norma sistem.

Suatu sistem moderen tempo adopsi mungkin lebih cepat karena kurangnya

rintangan sikap antara para penerima (dalam hal ini peternak). Sedangkan dalam

sistem yang tradisional, mungkin tempo adopsi agak lebih lambat.

Sifat lain yang mempengaruhi percepatan inovasi yaitu agen pembaharu.

Agen pembaharu gencar melakukan usaha-usaha propomosi sehingga kecepatan

pengadopsian dan usaha agen pembaharu. Tugas agen pembaharu adalah

mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sasaran

penyuluhan untuk mengadopsi inovasi. Agen pembaharu atau penyuluh harus

mampu menggunakan metode penyuluhan yang tepat untuk membantu peternak

membentuk pendapat dan mengambil keputusan.

Teori dan Konsep tentang Adopsi Teknologi Biogas

Menurut Ibrahim. et al. (2003:66) bahwa adopsi merupakan proses yang

terjadi sejak seseorang pertama kali mendengar hal yang baru sampai orang

tersebut mengadopsi (menerima, menerapkan, menggunakan). Pada awalnya,

petani sasaran mengetahui suatu inovasi, yang dapat berupa sesuatu yang benar-

Page 18: Bab II Tinjauan Pustaka_ 2011yus

23

benar baru atau yang sudah lama ditemukan namun masih dianggap baru oleh

petani sasaran. Petani sasaran tersebut menerapkan suatu inovasi, maka petani

tersebut meninggalkan cara-cara lama. Keputusan untuk menerima inovasi ini

merupakan proses mental, yang terjadi sejak petani sasaran tersebut mengetahui

adanya suatu inovasi sampai untuk menerima atau menolaknya dan kemudian

mengukuhkannya.

Keputusan untuk melakukan perubahan dari semula hanya pengetahui

sampai sadar dan mengubah sikap untuk melaksanakan ide baru tersebut, biasanya

juga merupakan hasil dari urutan-urutan kejadian dan pengaruh tertentu

berdasarkan dimensi waktu. Kata lain, perubahan yang dilakukan oleh seseorang

merupakan proses yang memerlukan waktu dan tiap-tiap orang berbeda satu sama

lain. Perbedaan tersebut disebabkan oleh berbagai hal yang melatarbelakangi,

misalnya karakteristik peternak, kondisi lingkungan dan teknologi yang diadopsi

(Baba. 2008).

Menurut Rogers (2003:168-169) bahwa keputusan inovasi merupakan

proses mental, sejak orang mengetahui adanya suatu inovasi sampai mengambil

keputusan untuk menerima atau menolaknya. Menerima atau menolak inovasi

merupakan keputusan yang dibuat oleh seseorang, jika menerima maka seseorang

akan menggunakan ide baru tersebut menolak inovasi tersebut karena merasa

tidak sesuai dengan pribadinya dan untuk digunakan. Proses keputusan suatu

inovasi tersebut terdiri dari pengetahuan (knowladge), persuasion, keputusan

(decision), implementasi dan konfirmasi. Keputusan seseorang dalam mengadopsi

suatu inovasi dipengaruhi beberapa faktor, misalnya karakteristik individunya dan

sifat inovasinya (teknologi).

Komponen Terkait tentang Adopsi Teknologi Biogas

Proses adopsi biogas merupakan serangkaian kegiatan yang terkait dengan

dimensi waktu. Mengadopsi biogas berlangsung mulai dari peternak tahu adanya

teknologi biogas sampai peternak mau mencoba serta menggunakan teknologi ini

terus-menerus. Adopsi teknologi biogas dapat dilihat dari keinginan peternak

Page 19: Bab II Tinjauan Pustaka_ 2011yus

24

menggunakan biogas dalam kegiatan rumah tangganya. Seperti, memasak maupun

untuk tenaga listrik.

a. Investasi Peternak pada Teknologi Biogas

Investasi merupakan semua biaya yang dikeluarkan peternak untuk suatu

unit biogas. Biaya investasi tersbut meliputi biaya bahan untuk konstruksi dan

biaya upah pekerja. Selain itu ada juga biaya operasional yang dikeluarkan untuk

pemeliharaan dan perbaikan. Biaya ini digunakan untuk mengganti plastik

penampung yang bocor, perbaikan tangki pengurai (digester) dan pemeliharaan

kompor. Ada beberapa hal yang dapat diamati pada investasi peternak pada

teknologi biogas, diantaranya, biaya konstruksi biogas, biaya membangun

digester, upah pekerja dan besarnya biaya operasional. Oleh karena itu,

pengadopsian tentang teknologi biogas dapat diketahui dari investasi masyarakat

tentang teknologi biogas.

b. Penggunaan Tangki Pengurai (digester)

Prinsip bangunan digester adalah menciptakan suatu ruang kedap udara

yang menyatu dengan saluran pemasukan dan pembuangan. Saluran pemasukan

berfungsi untuk saluran pemasukan feses atau kotoran ternak yang telah dicampur

dengan air, sedangkan lubang pengeluaran bertujuan menyalurkan sisa hasil

perombakan yang terjadi pada digester menuju bak pembuangan (Sri, 2009:56-

78).

Menurut Said (2007), bahwa tangki digester bisa terbuat dari berbagai

bahan seperti, beton, fiber, plastik, dan drum. Kapasitas dari digester dapat di

sesuaikan dengan kebutuhan, semakin besar semakin bagus. Setiap digester

dilengkapi lubang pemasukan dan pengeluaran sebagai tempat pemasukan feses

dan keluarnya limbah biogas dari tangki pengurai. Pada ujung pemasukan

dihubungkan sebuah bak dengan ukuran 50 x 50 cm sebagai tempat pencampur

kotoran ternak. Pada ujung saluran pembuangan dibuat bak pembuangan dengan

ukuran 100 x 50 cm.

Komponen yang mendukung pengadopsian peternak tentang penggunaan

tengki pengurai pada teknologi biogas, diantaranya intensitas peternak

Page 20: Bab II Tinjauan Pustaka_ 2011yus

25

memasukkan feses dalam digester, tingkat pengetahuan peternak tentang fungsi

digester, tingkat pengetahuan peternak tentang jenis-jenis digester dan tingkat

pengetahuan peternak tentang model digester.

c. Penggunaan Katup

Fungsi katup pengaman adalah untuk menjebak air yang ikut keluar dari

tangki digester serta sebagai lubang pengeluaran gas apabila produksi gas

berlebih. Model katup bisa bermacam-macam, bentuk kotak, bentuk tabung dan

lain sebagainya, serta bahan bahannya dapat dibuat dari bahan pipa, botol plastik

maupun bahan fiber (Said, 2007).

Irmawati et al. (2008) bahwa model instalasi biogas yang digunakan di

Sulawesi Selatan menggunakan katup sebagai pengaman. Model yang digunakan

berbentuk tabung dimana terdapat lubang pengeluaran dan pemasukan air. Air

berfungsi untuk mengikat kandungan air yang ikut dari digester serta untuk

menahan gas agar tidak keluar melalui lubang. Katup juga berfungsi tempat

keluarnya gas apabila produksi gas berlebih.

Komponen yang mendukung peternak tentang penggunaan katup

pengaman pada teknologi biogas diantaranya, tingkat pengetahuan peternak

tentang fungsi katup, tingkat pengetahuan peternak tentang fungsi air dalam

katup, tingkat pengetahuan peternak tentang posisi katup pada instalasi biogas dan

tingkat pengetahuan peternak tentang bahan yang dapat digunakan untuk katup.

d. Penggunaan Penampung Gas

Menurut Said (2007), bahwa fungsi penampung gas adalah untuk

menampung gas yang telah diproduksi dari tangki pengurai (digester). Bahan

yang digunakan untuk penampung gas biasanya dari bahan plastik dengan ukuran

120 x 400 cm dan ukuran penampung gas dapat disesuaikan dengan kebutuhan

peternak. Sedangkan Irmawati et al. (2008), bahwa model instalasi yang

dikembangkan di Sulawesi Selatan semuanya menggunakan penampung gas.

Bahan yang digunakan yaitu bahan plastik dengan ukuran 120 x 400 cm, jenis

plastik PE.

Page 21: Bab II Tinjauan Pustaka_ 2011yus

26

Komponen yang mendukung pengadopsian peternak tentang penggunaan

penampung gas pada teknologi biogas diantaranya, tingkat pengetahuan peternak

tentang fungsi penampung, tingkat pengetahuan peternak tentang jenis plastik

yang digunakan untuk penampung gas, tingkat pengetahuan peternak tentang

kapasitas penampung gas yang dapat digunakan dan tingkat pengetahuan peternak

posisi penampung gas agar gas dapat mudah keluar ke kompor.

e. Penggunaan Kompor

Menurut Said (2007), bahwa kompor biogas dapat dibuat dari kompor

LPG yang telah dimodifikasi, selain itu bisa juga dibuat dari kaleng bekas dengan

syarat yang sesuai sehingga menyerupai kompor. Prinsip kerja kompor biogas

dapat mengeluarkan gas yang sesuai untuk kebutuhan pembakaran. Menurut

Irmawati et al. (2008), menjelaskan bahwa setiap instalasi biogas memerlukan

kompor sebagai tempat keluarnya gas sehingga dapat digunakan untuk memasak.

Secara umum kompor yang digunakan oleh peternak yaitu kompor gas biasa.

Kompor gas yang digunakan terlebih dahulu dimodifikasi agar cocok digunakan

untuk biogas.

Komponen yang mendukung pengadopsian peternak tentang penggunaan

kompor pada teknologi biogas diantaranya, tingkat pengetahuan peternak tentang

fungsi kompor, tingkat pengetahuan peternak tentang jenis kompor yang cocok

digunakan untuk kompor biogas, tingkat pengatahuan peternak untuk

memodifikasi kompor LPG.

f. Peternak Menggunakan Biogas untuk Keperluan Sehari-hari

Menggunakan biogas dapat memberikan keuntungan dalam kehidupan

sehari-hari. Pertama, biogas dapat digunakan untuk memasak. Gas yang diperoleh

dari proses fermentasi mengandung gas metan dan mudah terbakar. Biogas dapat

digunakan sebagai pengganti bahan bakar minyak seperti minyak tanah dan gas

LPG. Gas yang telah ditampung kemudian disalurkan ke kompor. Ukuran

penampung gas sebanyak 4-5 m3 dapat digunakan untuk memasak untuk skala

rumah tangga. Biogas juga dapat digunakan untuk menjalankan genset.

Page 22: Bab II Tinjauan Pustaka_ 2011yus

27

Komponen yang mendukung pengadopsian peternak tentang intensitas

penggunaan biogas untuk memasak sehari-hari diantaranya, tingkat pengetahuan

peternak tentang penggunaan teknologi biogas untuk mengolah feses ternak,

tingkat penggunaan biogas untuk menjaga kebersihan lingkungan dan

penggunaan biogas agar feses yang menumpuk di sekitar kandang.

g. Peternak Melakukan Pemeliharaan pada Instalasi Biogas

Keberlanjutan penggunaan teknologi biogas harus dilakukan dengan cara

pemeliharaan secara rutin. Kerusakan pada tangki pengurai menjadi kendala yang

sering dihadapi oleh masyarakat. Pemeliharaan dilakukan dengan menjaga agar

penampung gas dan digester terhindar dari benda-benda asing sehingga tidak

bocor. Komponen yang mendukung pengadopsian peternak tentang pemeliharaan

teknologi biogas diantaranya, pemeliharaan peternak pada digester, intensitas

pemeliharaan peternak pada penampung gas, pemeliharaan peternak pada kompor

dan peternak menjaga agar saluran pada biogas tidak ada yang bocor.

Karasteristik Peternak

Umur

Umur dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam bekerja.

Menurut Soekartawi (1988, 71), bahwa makin muda petani biasanya mempunyai

semangat ingin tahu tentang apa yang belum mereka ketahui, sehingga dengan

demikian mereka berusaha untuk lebih cepat melakukan adopsi inovasi walaupun

sebenarnya masih belum berpengalaman dalam soal adopsi inovasi tersebut.

Masyarakat yang masih muda memiliki kemampuan fisik lebih kuat untuk bekerja

dan lebih cepat dalam menerima inovasi baru dibandingkan dengan yang berumur

tua. Mengenai keterampilan, masyarakat yang berumur tua biasanya lebih

terampil dalam mengelola usaha dibanding yang muda karena mereka lebih

banyak memiliki pengalaman.

Page 23: Bab II Tinjauan Pustaka_ 2011yus

28

Pendidikan

Menurut Hamalik (1999, 2:3) bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk

menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan

bagi peranannya di masa yang akan datang. Pendidikan merupakan proses

mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin

dengan lingkungannya, dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan

dalam dirinya yang memungkinkan untuk berfungsi dalam kehidupan masyarakat.

Pendidikan dapat mempengaruhi kemampuan seorang petani dalam

mengadopsi suatu teknologi. Semakin tinggi tingkat pendidikan petani, maka

dalam memahami suatu teknologi semakin mudah. Pendidikan menunjukkan

tingkat intelegensi yang berhubungan dengan daya pikir seseorang. Semakin

tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin luas pula pengetahuannya.

Hal ini sesuai dengan pendapat Margono dalam Setiadin (2005)

menyatakan bahwa pendidikan warga belajar akan mempengaruhi pemahaman

seseorang dalam mempelajari sesuatu baik berupa keterampilan maupun

pengetahuan. Artinya hasil belajar yang diperoleh dari proses belajar akan dapat

membuatnya melihat hubungan yang nyata antara berbagai fenomena yang

dihadapi.

Penjelasan di atas dapat diketahui bahwa, tingkat pendidikan dapat

mempengaruhi tingkat pengetahuan peternak. Akibat tidak mengetahui manfaat

teknologi tersebut kebanyakan peternak atau petani tidak berani mengadopsi suatu

teknologi. Masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi maka

semakin mudah dalam mencoba ide-ide baru.

Pendapatan

Pendapatan merupakan keutungan yang diperoleh petani atau peternak dari

hasil usahanya. Pendapatan diperoleh setelah mengeluarkan semua biaya-biaya

yang digunakan selama usaha berlangsung. Kondisi sekarang ini pendapatan

peternak sangat mempengaruhi pola hidup peternak, dimana tingkat kebutuhan

yang semakin meningkat namun pendapatan yang diperoleh tidak mengalami

perubahan.

Page 24: Bab II Tinjauan Pustaka_ 2011yus

29

Pendapatan diukur dari penerimaan yang diterima peternak setelah

dikurangi oleh biaya-biaya yang telah dikeluarkan dalam proses kegiatan

peternakan. Keterbatasan dana dalam kegiatan peternakan dapat mempengaruhi

adopsi peternak untuk mengadopsi teknologi biogas. Peternak per petani lebih

mementingkan kebutuhan lain yang lebih mendesak yang harus dipenuhi.

Motivasi

Zainun (1989), menyatakan motivasi adalah menggambarkan hubungan

dan harapan. Keuntungan yang dirasakan dengan menggunakan suatu teknologi

dapat menyebabkan seseorang termotivasi untuk menjalankan pekerjaannya.

Teknologi yang sebelumnya hanya dicoba oleh seseorang akan digunakan

sepenuhnya.

Danim (2004:15), menyatakan motivasi merupakan kekuatan yang muncul

dari dalam diri seseorang untuk mencapai tujuan tertentu atau keuntungan tertentu

di lingkungan atau dunia kerjanya sendiri. Motivasi dapat mengarahkan orang

dalam mengambil tindakan, sehingga motivasi merupakan proses yang

mendorong manusia untuk mencapai tujuannya. Motivasi mempengaruhi

seseorang dalam bekerja atau mungkin menjauhi pekerjaan, oleh karena itu

beberapa unsur motivasi, seperti motivasi positif, motivasi negatif, motivasi dari

dalam dan motivasi dari luar.

Mc Clelland mengemukakan teorinya yaitu Mc Clelland Achievement

Motivation Theory (Robbins, 1996:220) bahwa bagaimana suatu energi dari dalam

diri dilepaskan dan digunakan tergantung pada kekuatan dorongan motivasi

seseorang dan situasi serta peluang yang tersedia. Hal-hal yang memotivasi

seseorang diantaranya :

(1) Kebutuhan akan prestasi, merupakan daya pengerak yang memotivasi

semangat kerja seseorang. Kebutuhan akan prestasi mendorong seseorang

untuk mengembangkan kreativitas dan mengerahkan semua kemampuan serta

energi yang dimilikinya demi mencapai prestasi kerja yang maksimal.

(2) Kebutuhan akan afiliasi, menjadi daya penggerak yang memotivasi semangat

kerja seseorang. Hal ini termasuk, kebutuhan akan perasaan diterima oleh

Page 25: Bab II Tinjauan Pustaka_ 2011yus

30

orang lain di lingkungan tempat tinggalnya. Kebutuhan rasa dihormati,

kebutuhan untuk maju dan tidak gagal dan kebutuhan untuk ikut

berpartisipasi.

(3) Kebutuhan akan kekuasaan, merupakan daya penggerak yang memotivasi

semangat kerja seseorang. Hal ini memotivasi seseorang demi mencapai

kekuasaan atau kedudukan yang terbaik.

Keterdedahan Peternak pada Informasi Biogas

Sumber informasi sangat berpengaruh terhadap proses adopsi inovasi.

Sumber informasi dapat berasal dari media massa, tetangga, teman, petugas

penyuluh pertanian, pedagang, pejabat desa, atau dari informan yang lain. Ketika

petani belajar tentang ide baru atau inovasi baru, maka sumber informasi yang

paling relevan yaitu berasal dari majalah-majalah pertanian, kemudian sumber

informasi lain adalah para tetangga atau petani yang tinggal di sekitar dimana

petani melakukan adopsi inovasi tersebut bertempat tinggal (Soekartawi, 1988).

Sumber informasi sangat membantu petani maupun peternak untuk

mengembangkan suatu teknologi baru. Sekarang ini semua informasi yang kita

butuhkan dapat diperoleh dengan mudah. Teknologi biogas dengan mudah

diakses baik dari majalah, surat kabar, televisi, radio dan yang lebih canggih lagi

dengan menggunakan internet.

Pengalaman Beternak

Pengalaman dapat menunjukkan pengetahuan yang mendalam tentang

usaha yang dikelola selama ini, sehingga akan berfikir untuk mempermudah

pekerjaan yang selama ini digelutinya atau berfikir untuk meningkatkan

produktivitas usahanya dengan sumberdaya yang dimilikinya. Masyarakat yang

berpola pikir seperti ini cenderung mencari teknologi sedangkan masyarakat yang

selama ini merasa aman dengan pola usaha memiliki kecenderungan apatis

terhadap sebuah teknologi. Jika dikaitkan dengan teknologi biogas, maka

teknologi biogas betul-betul memerlukan suatu pengetahuan tinggi dan kemauan

untuk menanggung resiko besar karena memerlukan biaya yang cukup tinggi

sehingga pengalaman saja tidak cukup.

Page 26: Bab II Tinjauan Pustaka_ 2011yus

31

Jumlah Kepemilikan Ternak

Jumlah kepemilikan ternak merupakan banyaknya ternak yang dimiliki

seseorang. Menurut Soekartawi (1988:93), bahwa ukuran usaha tani berhubungan

positif dengan adopsi inovasi. Banyak teknologi baru memerlukan skala usaha

tani dan sumber daya untuk keperluan adopsi inovasi. Hal ini di pengaruhi agar

hasil yang diperoleh lebih bermanfaat. Menurut Irmawati et al. (2008), bahwa

teknologi biogas sangat dipengaruhi oleh jumlah kepemilikan ternak, karena akan

menentukan jumlah feses yang diproduksi setiap harinya. Mengetahui produksi

feses, besar digester dapat disesuaikan sehingga tidak terjadi lagi kekurangan

feses ataupun kelebihan feses. Digester yang memiliki kapasitas lebih besar dari

skala usaha peternak, maka produksi gas tidak akan optimal.

Mengadopsi suatu teknologi dapat mempercepat peternak dalam

mengembangkan skala usaha peternakannya. Skala kepemilikan ternak perah

umumnya yang dikembangkan di Indonesia antara 2 sampai 5 ekor. Jumlah

tersebut, biogas untuk skala rumah tangga sudah dapat diterapkan. Hal tersebut

tidak menjamin peternak dapat mengadopsi teknologi biogas, sering kali peternak

lebih memerlukan teknologi pengolahan pakan.

Jumlah Anggota Keluarga

Jumlah anggota keluarga adalah banyaknya orang yang tinggal dalam satu

tempat tinggal. Anggota keluarga sering dijadikan sebagai bahan pertimbangan

dalam pengambilan keputusan untuk menerima suatu inovasi. Menurut

Soekartawi (1988:87), penerimaan inovasi akan berpengaruh terhadap seluruh

sistem keluarga. Pada umumnya anggota keluarga sering dijadikan sebagai teman

diskusi dan berkonsultasi dalam memutuskan untuk menerima suatu inovasi.

Irmawati et al. (2008) bahwa jumlah anggota keluarga peternak menentukan

banyaknya gas yang dibutuhkan untuk memasak. Anggota keluarga semakin besar

jumlahnya, maka kebutuhan BBM semakin besar pula. Hal ini dihubungkan

dengan kebutuhan biogas, maka semakin banyak anggota keluarga berarti

semakin besar kapasitas digester yang dibutuhkan. Selain itu, anggota keluarga

Page 27: Bab II Tinjauan Pustaka_ 2011yus

32

juga dimanfaatkan oleh peternak sebagai tenaga kerja dalam mengelola usaha

ternaknya.

Usaha peternakan sapi perah di Indonesia umumnya masih dikembangkan

dalam skala rumah tangga. Satu rumah tangga mengelola satu usaha. Teknologi

biogas dikembangkan masih dalam skala rumah tangga. Satu rumah tangga

minimal menggunakan digester dengan ukuran 4 m3 dengan ukuran ini, untuk

memasak dapat digunakan selama 2 - 3 jam. Semakin besar kapasitas digester

semakin lama pula intensitas penggunaannya dalam memasak. Suatu keluarga

makin banyak jumlah suatu keluarga intensitas memasaknya semakin tinggi juga.

Jumlah keluarga dapat mempengaruhi efektivitas penggunaan biogas dalam

keluarga, semakin tinggi intensitas seseorang memasak dalam keluarga otomatis

jumlah gas yang diperlukan akan semakin meningkat.

Frekuensi Kontak dengan Anggota Kelompok Peternak

Menurut Yunasaf (2009) kelompok peternak sekarang belum dipandang

sebagai unsur strategis sebagai media atau wadah terjadinya proses tranformasi

dari peternak yang tradisional (gurem) menjadi sejatinya peternak (farmers).

Pemahaman yang keliru dari sebagian orang yang menganggap bahwa adanya

kelompok merupakan kepentingan dari dinas (pemerintah). Kelompok dapat

merupakan media dalam menyampaikan suatu inovasi baru yang akan

disampaikan kepada peternak.

Keanggotaan dalam kelompok dapat mempengaruhi peternak dalam

proses pengadopsian suatu inovasi. Kegiatan yang dikembangkan pemerintah

sekarang ini banyak disalurkan melalui kelompok yang berperan sebagai

perantara anatara pemerintah dengan peternak. Inovasi baru dikembangkan dalam

kelompok, diharapkan agar peternak dapat langsung melihat hasilnya dan

diharapkan akan mengadopsi inovasi tersebut. Oleh karena itu, semakin sering

kontak antara peternak dengan anggota kelompoknya, semakin besar peluang

untuk mengetahui teknologi biogas dan mengadopsinya.

Page 28: Bab II Tinjauan Pustaka_ 2011yus

33

Frekuensi Kontak dengan Penyuluh Biogas

Frekuensi kontak dengan penyuluh merupakan seberapa sering pertemuan

atau kontak antara peternak dengan penyuluh. Semakin tinggi intensitas kontak

antara peternak dengan penyuluh, semakin mudah peternak menangani kendala-

kendala yang dihadapi pada penggunaan instalasi biogas.

Seorang penyuluh berkewajiban menyampaikan inovasi dan membantu

sasaran dalam mengadopsi suatu teknologi. Prosesnya dilakukan secara terus

menerus agar peternak dapat tahu, mau dan mampu mengadopsi suatu teknologi.

Semakin rajin penyuluh menawarkan inovasi, proses adopsi akan semakin cepat

pula. Penyuluh sebagai agen perubahan, penyuluh memiliki beberapa peran

diantaranya mengkomunikasikan inovasi pada sasaran dan sebagai akseleran,

dalam mempengaruhi pengambilan keputusan sasaran untuk mengadopsi suatu

inovasi, (Totok, 2009).

Disimpulkan bahwa salah satu faktor yang dapat mempengaruhi seseorang

dalam mengadopsi suatu teknologi adalah frekuensi pertemuan dengan penyuluh.

Seorang penyuluh harus menjelaskan keuntungan relatif yang akan diperoleh

sasaran jika menggunakan suatu teknologi baru, membantu adopter memahami

inovasi secara komprehensif, dan membantu adopter dalam menanamkan

pengetahuan. Semakin tinggi tingkat intensitas kontak antara peternak dengan

penyuluh semakin cepat peternak dalam mengadopsi teknologi biogas.

Jarak Rumah Peternak dengan Instalasi Biogas

Jarak rumah peternak dengan instalasi biogas diukur berdasarkan seberapa

jauh antara instalasi biogas dengan dapur peternak dan diukur dalam meter. Gas

yang telah diproduksi kemudian dialirkan ke plastik penampung gas dan

kemudian ke kompor. Gas ini tidak mempunyai tekanan, sehingga semakin jauh

jarak antara penampung gas dengan kompor, semakin kurang gas yang keluar ke

kompor.

Gas yang diperoleh dari proses fermentasi merupakan gas metan yang

dapat digunakan untuk memasak. Gas tersebut tidak berbahaya karena tidak

mempunyai tekanan sehingga jika penampung gas bocor, gas akan menghilang

Page 29: Bab II Tinjauan Pustaka_ 2011yus

34

terbawa angin. Penampung gas yang terlalu jauh dari kompor, akan

mempengaruhi kuatnya aliran gas dari penampung, sehingga sering dijumpai ada

penampung gas yang penuh namun gas yang keluar di kompor hanya sedikit. Hal

tersebut dapat mempengaruhi tingkat penggunaan biogas di rumah tangga

peternak. Oleh karena itu, semakin jauh instalasi biogas (khususnya penampung

gas) dengan dapur peternak dapat mempengaruhi tekanan gas ke kompor.

Hubungan Karakteristik Peternak dengan Persepsi Peternak tentangTeknologi Biogas

Pareek dalam Seribulan (2003), persepsi didefinisikan sebagai peroses

penerimaan, menyeleksi, mengorganisasikan, mengartikan, menguji dan

memberikan reaksi kepada rangsangan panca indera dan data. Sedangkan

Subagyo et al. (2005), persepsi merupakan proses pembuatan penilaian atau

pembangunan kesan mengenai berbagai macam hal yang terdapat di lapangan

pengindraan seseorang.

Penelitian Hasumati dan Ahlawat (2010) mengemukakan bahwa beberapa

faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang. Tingkat pendidikan, jumlah

pendapatan, media massa, interaksi dengan masyarakat, kosmopolitan, adat-

istiadat, suku atau bangsa, kepemilikan lahan menunjukkan pengaruh positif pada

persepsi.

Senada dengan penelitian Kaliky dan Hidayat (2002), mengemukakan

bahwa karakteristik individu turut mempengaruh pandangan/persepsi seseorang.

terhadap suatu stimulus (objek). Secara psikologis setiap orang mempersepsi

stimuli sesuai dengan karakteristik personalnya. Karakteristik individu

diantaranya meliputi: umur, pendidikan, kepemilikan ternak, pendapatan keluarga,

pengalaman beternak, kosmopolitan.

Selanjutnya penelitian Lilis (2010), mengemukakan bahwa hubungan

antara karakteristik dengan persepsi peternak sapi potong hubungannya positif

namun sangat lemah. Karakteristik peternak diantaranya umur, pendidikan,

pengalaman, kepemilikan ternak, hubungan individu dengan instansi terkait.

Sedangkan pesepsi peternak tentang teknologi IB diantaranya tingkat pengetahuan

Page 30: Bab II Tinjauan Pustaka_ 2011yus

35

peternak, minat peternak dan penilaian peternak. Penilaian peternak terdiri dari

peubah keuntungan peternak, kompatabilitas, kemudahan penerapan IB, triabilitas

dan observabilitas. Lebih lanjut dikemukakan oleh Nurlina bahwa banyak jumlah

ternak tidak menunjang banyaknya peternak menggunakan teknologi. Masyarakat

yang dianggap relatif homogen sebagai masyarakat agraris, secara individual

memiliki karakteristik yang berbeda-beda, sehingga persepsi dan penerimaan

peternak akan berbeda satu sama lain.

Terbentuknya persepsi pada diri individu dipengaruhi oleh banyak hal,

diantaraya: (a) Perhatian, biasanya kita tidak menangkap seluruh rangsangan yang

ada disekitar sekaligus, tetapi memfokuskan perhatian pada satu atau dua objek

saja. Perbedaan fokus perhatian antara satu orang dengan orang yang lain akan

menyebabkan perbedaan persepsi. (b) Set, adalah harapan seseorang akan

rangsang yang akan timbul. Perbedaan set akan menyebabkan adanya perbedaan

persepsi. (c) Kebutuhan, baik kebutuhan sesaat maupun menetap pada diri

individu akan mempengaruhi persepsi orang tersebut. Kebutuhan yang berbeda

akan menyebabkan persepsi bagi tiap individu. (d) Sistem Nilai, dimana sistem

nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat juga berpengaruh pula terhadap

persepsi. (e) Ciri Kepribadian, dimana pola kepribadian yang dimiliki oleh

individu akan menghasilkan persepsi yang berbeda, (Kunthi, 2005).

Persepsi adalah sebuah proses saat individu mengatur dan

menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi

lingkungan m ereka. Perilaku indivi du seringkali didasarkan pada persepsi mereka

tentang kenyataan, bukan pada kenyataan itu sendiri. Faktor-faktor yang

memengaruhi persepsi bisa terletak dalam diri pembentuk persepsi, dalam diri

objek atau target yang diartikan, atau dalam konteks situasi di mana persepsi

tersebut dibuat. Asumsi yang didasarkan pada pengalaman masa lalu dan persepsi

yang dipengaruhi oleh asumsi-asumsi yang didasarkan pada pengalaman masa

lalu dikemukakan oleh sekelompok peneliti yang berasal dari Universitas

Princenton seperti Adelbert Ames, Jr, Hadley Cantril, Edward Engels, William H.

Ittelson dan Adelbert Amer, Jr. Mereka mengemukakan konsep yang disebut

dengan pandangan transaksional (transactional view). Konsep ini pada dasarnya

Page 31: Bab II Tinjauan Pustaka_ 2011yus

36

menjelaskan bahwa pengamat dan dunia sekitar merupakan partisipan aktif dalam

tindakan persepsi. (Wikipedia, 2010).

Rahmat dalam Aryanti, (2008) mengemukakan bahwa persepsi juga

ditentukan juga oleh faktor fungsional dan struktural. Beberapa faktor fungsional

atau faktor yang bersifat personal antara kebutuhan individu, pengalaman, usia,

masa lalu, kepribadian, jenis kelamin, dan lain-lain yang bersifat subyektif. Faktor

struktural atau faktor dari luar individu antara lain: lingkungan keluarga, hukum-

hukum yang berlaku, dan nilai-nilai dalam masyarakat. Jadi, faktor-faktor yang

mempengaruhi persepsi terdiri dari faktor personal dan struktural. Faktor-faktor

personal antara lain pengalaman, proses belajar, kebutuhan, motif dan

pengetahuan terhadap obyek psikologis. Faktor-faktor struktural meliputi

lingkungan keadaan sosial, hukum yang berlaku, nilai-nilai dalam masyarakat.

Persepsi adalah suatu proses yang ditempuh individu-individu untuk

mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna

kepada lingkungan. Namun apa yang merupakan persepsi seseorang dapat

berbeda dari kenyataan yang objektif. Karena perilaku orang didasarkan pada

persepsi mereka akan realitas, dan bukan pada realitas itu sendiri, maka persepsi

sangat penting pula dipelajari dalam perilaku organisasi. Ada beberapa faktor

yang mempengaruhi persepsi, yaitu: (1) Pelaku persepsi : penafsiran seorang

individu pada suatu objek yang dilihatnya akan sangat dipengaruhi oleh

karakteristik pribadinya sendiri, diantaranya sikap, motif, kepentingan atau minat,

pengalaman masa lalu, dan pengharapan. (2) Target : Gerakan, bunyi, ukuran, dan

atribut-atribut lain dari target akan membentuk cara kita memandangnya. (3)

Situasi : Situasi juga berpengaruh bagi persepsi (Robbins, 2008).

Persepsi adalah proses kognitif (di dalam pikiran) seseorang untuk

memberi arti terhadap stimuli dari lingkungan yang dapat ditangkap melalui

inderanya. Tiap-tiap orang mempunyai persepsi sendiri-sendiri karena: (a)

perbedaan kemampuan inderanya dalam menangkap stimuli, (b) perbedaan

kemampuan dalam menafsirkan atau memberi arti pada stimuli tersebut. Ada tiga

faktor yang berpengaruh terhadap persepsi: (1) Karakteristik objek: penampilan,

cara berkomunikasi dan status seseorang. (2) Karakteristik individu: konsep diri

Page 32: Bab II Tinjauan Pustaka_ 2011yus

37

seseorang. Konseptual kognitif, pengalaman, emosi, motivasi kebutuhan. (3)

Karakteristik situasional: situasi sosial, situasi organisasi dan situasi alam.

(www.ittel k o m .ac.id, 2009).

Menurut David, et al. (1985), persepsi manusia didominasi dua asumsi,

diantaranya (1) Proses pembentukan kesan dianggap bersifat mekanis dan

cendrung hanya membentuk sifat manusia yang member stimulus. (2) Proses itu

berada pada di bawah dominasi perasaan atau evaluasi dan bukan oleh pikiran

atau kognisi. Pembentukan tersebut bukan pada pendekatan teori belajar.

Pembentukan tersebut secara mekanis menentukan terkumpulnya informasi

tentang pemberi stimulus. Informasi yang diterima secara selektif lalu

mengorganisasinya mejadi perilaku. Implikasi pokok dari pembentukan kesan

adalah memproses tindak mekanis melainkan melibatkan usaha untuk melihat arti

yang melekat pada objek pemberi stimulus. Secara umum manusia memiliki

kemampuan khusus untuk memproses informasi dibanding dengan binatang. Oleh

karenai itu, analisis terhadap persepsi manusia dimulai dari kemampuan

memperoses informasi dalam diri.

Robbins (1996) mengemukakan persepsi merupakan suatu proses dimana

individu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan indera mereka

agar memberikan makna bagi lingkungan mereka. Jadi persepsi baik langsung

maupun secara tidak langsung dapat juga dipengaruhi oleh latar belakang yang

berbeda atau kerakteristik individunya. Inilah yang menyebabkan setiap individu

memiliki persepsi yang berbeda-beda pada suatu objek. Selain itu faktor-faktor

yang dapat mempengaruhi persepsi dibagi menjadi dua jenis yaitu (1) pengaruh

dari dalam diri seseorang itu sendiri dan (2) pengaruh dari luar diri seseorang.

Kedua faktor tersebut memperlihatkan persepsi sebagai proses pencarian

informasi, adapun alat untuk memperoleh informasi tersebut yaitu alat

penginderaan.

Beberapa teori tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi indivudu

merupakan pemahaman individu tentang suatu objek yang telah diketahui

sebelumnya. Persepsi seseorang muncul setelah mengetahui kekurangan atau

kelebihan suatu objek dan persepsri setiap orang berbeda-beda. Adanya perbedaan

Page 33: Bab II Tinjauan Pustaka_ 2011yus

38

tersebut disebabkan karakteristik individu, motivasi atau dorongan yang berikan,

dan lain sebagainya.

Hubungan Karakteristik Peternak dengan Sikap Peternak tentangTeknologi Biogas

Pengaruh cepat lambatnya seseorang dalam mengadopsi inovasi menurut

Rogers da lam Soekartawi, (1988), karena adanya perbedaan individu, umur,

pendidikan, status sosial ekonomi, pola hubungan, keberanian mengambil resiko

serta sikap terhadap perubahan sosial. Hampir sama yang disampaikan Havelock

dalam David et al. (1985), bahwa variabel individu pada dasarnya mempengaruhi

kompetensi, penghargaan, pemenuhan harapan, distorsi informasi baru, proses

perubahan sikap.

Sikap merupakan keadaan mental dan saraf dari kesiapan, yang diatur

melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap

respon individu pada suatu objek dan situasi yang berkaitan dengannya. Selain itu

sikap dapat juga didefinisikan sebagai organisasi yang bersifat menetap dari

proses motivasional, emosional, perceptual, dan kognitif dari berbagai aspek

individu. Sikap kita dapat dipengaruhi oleh orang lain, khususnya komunikasi

yang terjadi melalui media massa di televisi, radio, majalah, surat kabar dan buku-

buku. Proses perubahan sikap dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya :

1. Informasi. Informasi yang diperoleh seseorang dari media massa, dapat

merubah sikap pada suatu ojek.

2. Komunikator, penyampaian pesan dari komunikator dengan baik sehingga

mudah diterima oleh komunikan sehingga terjadi perubahan sikap.

3. Persepsi juga dapat berpegaruh pada perubahan sikap. Contohnya sebuah bis

yang dihiasi dengan gambar wanita cantik, bintang film, gambar binatang, atau

atlit terkenal yang dapat merubah sikap anda untuk menumpang bis tersebut

dan tidak memilih bis yang tidak memiliki gambar.

David et al. (1985) menyimpulkan bahwa sikap merupakan pratindakan,

biasanya orang tidak melakukan tindakan yang bertentangan dengan sikapnya.

Semakin banyak disonansi timbul, semain banyak perubahan sikap. Jika terdapat

Page 34: Bab II Tinjauan Pustaka_ 2011yus

39

banyak tekanan pada individu untuk melakukan tindakan yang sesuai maka akan

menimbulkan perubahan sikap. Faktor yang mempengaruhi sikap yaitu (1) jenis

pekerjaan seseorang dan (2) tingkat penerimaan informasi. Dalam proses

pengambilan keputusan apakah seseorang menerima atau menolak inovasi adalah

banyak tergantung pada sikap mental dan perbuatan yang dilandasi oleh situasi

intern orang tersebut (misalnya pendidikan, status sosial, umur dan sebagainya)

serta situasi ekstern atau situasi lingkungan (misalnya frekuensi kontak dengan

sumber informasi, kesukaan mendengar radio, televisi, menghadiri temu karya

dan sebagainya).

Menurut Soekartawi (1988), bahwa adopsi menyangkut proses

pengambilan keputusan dan dalam proses ini banyak faktor yang

mempengaruhinya. Diantaranya (a) adanya sikap mental untuk melakukan adopsi

inovasi, (b) adanya komfirmasi dari keputusan yang telah diambil. Suatu

perubahan sikap yang dilakukan oleh petani atau oleh komunikan adalah

merupakan proses yang memerlukan waktu dimana tiap-tiap petani memerlukan

waktu berbeda satu sama lainnya. Perbedaan tersebut di latarbelakangi pertani itu

sendiri, misalnya kondisi lingkungan, karakteristik dan teknologi yang mereka

adopsi.

Penelitian Fenny (2009), mengemukakan bahwa karakteristik sosial antara

lain umur, tingkat pendidikan dan kosmopolitan, demikian pula karakteristik

ekonomi seperti luas lahan, ketersediaan tenaga kerja keluarga, dan pendapatan

keluarga tidak memiliki hubungan nyata dengan sikap peternak. Hal ini

disebabkan adanya kelompok dalam masyarakat yang bersifat konservatif.

Kelompok konservatif merupakan mereka yang ekstrim yang paling mudah

memusuhi orang dan mudah curiga, paling kaku dan paling suka memaksa, paling

cepat menuduh orang lain atas kelemahan dan ketidak sempurnaannya. Paling

tidak toleran dan paling cepat kecewa dengan orang lain dan tidak mau mengalah

(dalam hal persepsi dan penilaian), mampu membela diri dan tidak patuh pada

peraturan.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Winarni (2001)

mengemukakan bahwa dengan karaktiristik sosial ekonomi yang berbeda-beda

Page 35: Bab II Tinjauan Pustaka_ 2011yus

40

akan membedakan respon petani terhadap ragam metode penyuluhan, baik berupa

respon poitif maupun negatif. Umur petani berhubungan tidak nyata dengan sikap

petani terhadap metode kunjungan, diskusi, ceramah dan demonstrasi. Pendidikan

formal berhubungan nyata dengan metode diskusi dan demonnstrasi serta

berhubungan tidak nyata dengan metode ceramah dan kunjungan. Pendidikan non

formal petani berhubungan tidak nyata dengan sikap petani terhadap metode

ceramah dan kunjungan sedangakan untuk metode diskusi dan demonstrasi

berhubungan nyata. Tingkat kekosmopolitan berhubungan nyata dengan sikap

petani terhadap metode ceramah, demonstrasi dan kunjungan. Pendapatan

keluarga petani berhubungan nyata dengan sikap petani terhadap metode diskusi

dan demonstrasi serta berhubungan tidak nyata dengan sikap petani terhadap

metode ceramah dan kunjungan.

Menurut pendapat Sri (2008), bahwa Faktor-faktor yang mempengaruhi

pembentukan sikap diantaranya, (1) Pengalaman pribadi, dasar pembentukan sikap:

pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat, sikap mudah terbentuk jika

melibatkan faktor emosional. (2) Kebudayaan, pembentukan sikap tergantung pada

kebudayaan tempat individu tersebut dibesarkan, contoh pada sikap orang kota dan

orang desa terhadap kebebasan dalam pergaulan. (3) Orang lain yang dianggap

penting (Significant Others), yaitu: orang-orang yang diharapkan persetujuannya bagi

setiap gerak tingkah laku dan opini, orang yang tidak ingin dikecewakan, dan yang

berarti khusus, misalnya: orangtua, pacar, suami/isteri, teman dekat, guru, pemimpin,

umumnya individu tersebut akan memiliki sikap yang searah (konformis) dengan

orang yang dianggap penting. (4) Media massa, media massa berupa media cetak dan

elektronik, dalam penyampaian pesan, media massa membawa pesan-pesan sugestif

yang dapat mempengaruhi opini kita, Jika pesan sugestif yang disampaikan cukup

kuat, maka akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal, hingga membentuk

sikap tertentu. (5) Institusi/lembaga pendidikan dan agama, institusi yang berfungsi

meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu, pemahaman baik

dan buruk, salah atau benar, yang menentukan sistem kepercayaan seseorang, hingga

ikut berperan dalam menentukan sikap seseorang dan (6) Faktor emosional, Suatu

sikap yang dilandasi oleh emosi yang fungsinya sebagai semacam penyaluran

frustrasi atau pengalihan bentuk mekanisime pertahanan ego, dapat bersifat sementara

Page 36: Bab II Tinjauan Pustaka_ 2011yus

41

ataupun menetap (persisten/tahan lama), contoh: prasangka (sikap tidak toleran, tidak

fair).

Sikap merupakan keadaan mental dan saraf dari kesiapan, yang diatur

melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap

respon individu pada suatu objek dan situasi yang berkaitan dengannya. Dari

beberapa pendapatan diatas dapat disimpulkan bahwa karakteristik individu dapat

mempengaruhi sikap seseorang dalam mengambil keputusan. Karakteristik

invidividu menyebabkan perilaku yang berbeda-beda, ada yang bersedia

mengadopsi suatu teknologi baru ada pula yang menolah untuk mengadopsi

teknologi baru (lagart).

Hubungan Karakteristik Peternak dengan Adopsi Peternak tentang Teknologi Biogas

Faktor-faktor penentu dalam proses adopsi sangat dipengaruhi oleh

karakteristik penerimanya. Karakteristik penerima dapat berupa umur, pendidikan,

pengalaman, pendapatan, jumlah anggota keluarga, jumlah ternak/ luas lahan,

kontak dengan penyuluh, infomasi yang diperoleh, media massa, motivasi,

persepsi dan sikap. Oleh karena itu, faktor yang berhubungan dengan proses

adopsi dapat berupa faktor pribadi maupun lingkungan sosial, kecepatan adopsi

suatu inovasi baru sebagai suatu variabel yang tak bebas (tergantung) ditentukan

oleh berbagai variabel bebas.

Beberapa faktor yang mempengaruhi adopsi inovasi, yaitu (1) macam dan

proses adopsi, (2) apakah memberikan keuntungan atau tidak, (3) Kompatabilitas

atau kelanjutan teknologi, (4) kompleksitas/teknologi makin mudah, (5)

triabilitas/kemudahan, (6) observabilitas. Dengan adanya peran agen perubahan

berupa kegiatan penyuluhan pertanian. Variabel lain yang mempengaruhi adopsi

inovasi pada tahap ini yaitu, (a) tingkat pendidikan calon adopter dan anggota

keluarganya, (b) tingkat kebutuhan informasi yang mereka perlukan, (c) hubungan

dengan sumber-sumber informasi, (d) keaktifan dengan mencari informasi, (e)

adanya sumber-sumber informasi, (f) dorongan masyarakat disekitarnya,

(Soekartawi, 1988:61-65).

Page 37: Bab II Tinjauan Pustaka_ 2011yus

42

Kecepatan adopsi dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya : (1) sifat

inovasi itu sifat ekstrinsik (dipengaruhi oleh keadaan lingkungan), (2) sifat

sasarannya, (3) cara pengambilan keputusan, (4) saluran komunikasi yang

digunakan, (5) keadaan penyuluh dan (6) ragam sumber informasi, (Totok,

1993:69-76).

Meurut Rogers dan Shoemaker (1971), memberikan ciri-ciri dan

mengelompokkan keinovatifan seseorang sebagai berikut :

a. Ciri sosial ekonomi, diantaranya, lebih berpendidikan, mempunyi status sosial

yang lebih tinggi, mempunyai mobilitas yang lebih tinggi, mempunyai ladang

yang lebih luas, berorientasi pada ekonomi komersial, mempunyai sikap yang

lebih baik, mempunyai pekerjaan yang lebih spesifik.

b. Ciri kepribadian, memiliki simpatik lebih besar, dogmatis, mempunyai

kemampuan abstraktis yang lebih besar, mempunyai sikap mau mengambil

resiko, lebih tinggi intelengensinya, mempunyai sikap yang lebih berkenan

terhadap perubahan, mempunyai rasionalitas yang lebih baik tarhadap

pendidikan/pengetahuan, tidak menyerah pada nasib, dan motivasi dan

aspirasi meningkatkan taraf hidup.

c. Ciri komunikasi, yaitu partisipasi sosial lebih tinggi, sering mengadakan

komunikasi interpersonal dengan anggota sistem sosial lain, sering

mengadakan hubungan dengan agen perubahan, lebih mengadakan hubungan

dengan orang asing, memberi motivasi lebih baik, menjadi anggota sistem

sosial yang lebih moderen.

Secara lebih terinci Rogers and Shoemaker (1971:157) menguraikan sifat-

sifat inovasi yang dapat mempengaruhi sifat adopsi , yaitu : (1) keuntungan relatif,

inovasi akan cepat diadopsi jika memberikan keuntungan lebih dibandingkan

teknologi yang sudah ada sebelumnya, (2) keterhubungan inovasi, inovasi akan

cepat jika mempunyai keterhubungan dengan nilai-nilai atau kebiasaan yang ada

pada adopter, (3) tingkat kerumitan, inovasi akan cepat diadopsi jika tidak rumit

dilakukan, (4) mudah dicoba, inovasi akan cepat diadopsi jika inovasi mudah

dicoba pada situasi yang ada pada petani, dan (5) dapat diamati, inovasi akan

cepat diadopsi jika mudah dan cepat dilihat hasilnya.

Page 38: Bab II Tinjauan Pustaka_ 2011yus

43

Sikap petani pembinaan harus secara terprogram dan berkesinambungan

sesuai dengan kondisi dan situasi wilayah bersangkutan, melalui pembinaan

petani diharapkan dapat timbul kepemimpinan nonformal di pedesaan yang akan

mampu menghimpun, menggerakkan, dan mengarahkan petani dalam

melaksanakan usahataninya. Pembinaan petani diperlukan sarana dan prasarana

untuk penyaluran informasi pertanian, pemilikan bahan-bahan informasi harus

selektif dan disesuaikan dengan kebutuhan sasaran atau pengguna. seperi jenis

media penyuluhan pertanian mempunyai kelebihan dan kekurangan sehingga

harus selalu dipertimbangkan dalam pemilikan media yang akan digunakan.

Media penyuluhan pertanian diharapkan berperan sebagai sumber informasi,

diharapkan mampu mempengaruhi pengetahuan, sikap, motivasi petani, dalam

proses adopsi dan difusi inovasi pertanian, (Dinas Peternakan Kota Kendari,

2010).

Masyarakat desa di Indonesia itu memang dapat kita pandang sebagai

suatu bentuk masyarakat yang secara ekonomis terbelakang yang harus

dikembangkan dengan berbagai cara. Orang desa tidak usah ditarik, didorong-

dorong untuk bekerja keras, hanya cara-cara dan irama bekerjanya itu harus

diubah dan disesuaikan dengan cara-cara dan irama yang harus dipelihara, disiplin

secara efisisen modern. Masyarakat kita yang sebagian besar petani dalam

menanggapi suatu ide/informasi yang baru berbeda-beda, menurut karakteristik

sosial ekonomi dari petani itu sendiri, dan perbedaan yang terjadi kadang sangat

beragam. Karakteristikpetani meliputi tingkat pendidikan, umur,

kekosmopolitanan dan tingkat kemampuan ekonominya. Memperkenalkan suatu

hal/teknologi baru (inovasi) kepada masyarakat, maka sebelum orang tersebut

mau menerapkannya, terdapat suatu proses yang disebut proses adopsi. Pada

proses adopsi terdapat tahapan-tahapan sebelum petani menerima/menerapkan

dengan keyakinannya sendiri. Tahapan itu adalah: Awarenes/kesadaran,

Interest/tumbuhnya minat, Evolution/penilaian, Trial/mencoba, Arsoption atau

menerima, (Suhardiyono, 1992).

Pada penelitian yang telah dilaksanakan Suradisastra et al. (2007:117),

menyatakan bahwa beberapa kondisi yang dapat dihimpun dari kelompok petani

Page 39: Bab II Tinjauan Pustaka_ 2011yus

44

sebagai bahan acuan percepatan proses adopsi teknologi diantaranya, (1)

perbedaan tingkat keterdedahan (exposure), (2) perbedaan jenis dan tingkat

penerapan teknologi pertanian, (3) perbedaan sikap dan persepsi, (4) perbedaan

produksi dan produktivitas, dan (5) persepsi positif terhadap sumber informasi.

Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan oleh Hasanuddin, (2005:25-26),

menyatakan bahwa tingkat adopsi inovasi dalam kegiatan usaha tani yaitu (1)

sosial budaya, (2) jenis usaha taninya, (3) ketersediaan informasi bagi petani dan

(4) sarana dan prasarana yang mendukung usaha pertanian tersebut.

Selain itu berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Musyafak dan

Ibrahim (2005:36) menyatakan bahwa keberhasilan adopsi dipengaruhi oleh dua

faktor, yaitu faktor eksternal yaitu jaminan pemasaran, harga produk, harga input,

dan biaya. Berikutnya faktor internal seperti umur, pendidikan, sikap terhadap

resiko, sikap terhadap perubahan, hubungan dengan lingkungannya, motivasi

berkarya dan karakteristik psikologis. Sedangkan berdasarkan hasil penelitian

Subagiyo, Rusidi dan Sekarningsih, (2005:305-309), menyatakan bahwa faktor-

faktor yang mempengaruhi adopsi inovasi yaitu faktor internal yaitu motivasi,

keterlibatan dalam organisasi, komunikasi interpersonal, tingkat kosmopolitan dan

terpaan media massa. Faktor eksternal yaitu kebijakan pemerintah, peran tokoh-

tokoh informal, formal, dan tokoh agama dan sistem sosial dan nilai-nilai/norma-

norma.

Penelitian Walekhwa et al. (2009), mengemukakan bahwa ada beberapa

faktor yang mempengaruhi proses adopsi biogas, faktor utama yang

mempengaruhi adopsi seorang petani yaitu faktor sosial ekonomi, selain itu dapat

juga dipengaruhi oleh faktor pribadi (umur pengguna, pendidikan formal, ukuran

keluarga, luas lahan, banyaknya jumlah ternak, jenis kelamin, pendapatan dan

tempat tinggal pengguna), kelembagaan dalam masyarakat.

Selanjutnya temuan Bhatia (2002), menyatakan bahwa faktor yang

mempengaruhi difusi teknologi biogas di India diantaranya karakteristik

teknologi, karakteristik pengguna, lingkungan makro, peran pemerintah dan

organisasi-organisasi yang berkaitan. Kendala utama petani dalam pengadopsian

Page 40: Bab II Tinjauan Pustaka_ 2011yus

45

teknologi biogas di India yaitu lingkungan sekitar serta besarnya biaya yang harus

dikeluarkan petani.

Temuan Suharyanto et al. (2002), menyatakan bahwa teknologi yang

didesiminasikan diharapkan mampu meningkatkan pendapatan pengguna/petani.

Sebaik apapun teknologi yang dihasilkan akan tidak berguna apabila tidak

diadopsi oleh pengguna/petani. Perilaku pengguna banyak dipengaruhi, antara lain

pemilihan sistem teknologinya, sangat kondisi individu, kondisi lingkungan baik

lingkungan fisik, biologis maupun sosial ekonomi. Selain peubah tersebut, ada

beberapa peubah bebas diantaranya umur, pendidikan, pendapatan, luas lahan,

sikap, pengetahuan dan norma sosial.

Penelitian Syafruddin (2003), mengemukakan bahwa karakteristik

responden merupakan salah satu aspek penting yang turut berpengaruh dalam

mengadopsi inovasi dalam usahatani. Hasil penelitian Syafruddin menemukan

bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi inovasi petani dalam mengadopsi

suatu inovasi beternak ayam broiler dipengaruhi oleh faktor internal petani

(pengetahuan, motivasi kerja dan sikap peternak) dan faktor lain (tingkat

pendidikan, pengalaman, tenaga kerja, modal, ketersediaan sarana produksi dan

pasar). Peubah (1) Pengetahuan peternak, diartikan sebagai pemahaman dan

penilaian terhadap adopsi inovasi beternak ayam broiler. (2) Motivasi kerja

peternak adalah dorongan atau kekuatan pada diri peternak baik dari dalam

maupun dari luar sehingga mereka rela dan mau mengikuti tahapan-tahapan dalam

mengadopsi inovasi yang dianjurkan. (3) Sikap peternak terhadap inovasi

beternak ayam broiler adalah kecenderungan yang berasal dari diri peternak yang

didasarkan pada pengetahuan yang dia miliki yaitu tanggapan positif atau

mendukung (favorable) dan tanggapan tidak mendukung atau negatif

(unfavorable) terhadap inovasi tersebut. (4) Tingkat pendidikan peternak,

kemampuan peternak dalam mengelola usahataninya sebagian ditentukan oleh

tingkat pendidikan, baik yang bersifat formal maupun informal. (5) Pengalaman

peternak diartikan sebagai pengetahuan peternak yang diperoleh melalui rutinitas

kegiatan usahatani sehari-hari atau peristiwa yang pernah dialaminya. (6) Tenaga

kerja adalah faktor produksi yang kedua dalam proses produksi pertanian. (7)

Page 41: Bab II Tinjauan Pustaka_ 2011yus

46

Modal usahatani faktor ketiga sesudah faktor alam dan tenaga kerja dalam proses

produksi pertanian. (8) Ketersediaan sarana produksi secara lokal dalam jumlah

dan kualitas yang memadai di suatu daerah dapat memperlancar kegiatan

beternak; seperti bibit, pengandangan, pakan dan pemeliharaan. (9) Pasar

diartikan sebagai proses transaksi antara penjual dan pembeli.

Berdasarkan beberapa keterangan dan hasil penelitian di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi inovasi seseorang

adalah karakteristik individu itu sendiri. Karakteristik individu diantaranya umur,

pendidikan, aspek sosial budaya, pendapatan, pekerjaan, pengalaman, kontak

dengan anggota kelompok, kontak dengan penyuluh, motifasi, persepsi serta

informasi yang mereka peroleh baik dari media cetak maupun media elektronik.