27
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 IPA 2.1.1.1 Pengertian IPA IPA atau Sains berasal dari bahasa latin yaitu “scientia” yang berarti “pengetahuan”. Ilmu pengetahuan yang dimaksud dengan sains (science) adalah ilmu pengetahuan ilmiah atau pengetahuan yang bersifat ilmu, secara ilmu pengetahuan, memenuhi syarat ilmu pengetahuan (KBBI). Dalam arti luas adalah setiap pengetahuan dasar atau praktek belajar yang mencari tujuan secara sistematis yang mampu menghasilkan prediksi. Itulah sebabnya mengapa sains disebut sebagai teknik atau praktek yang sangat terampil. Namun, dalam istilah yang lebih modern, sains adalah sistem yang memperoleh pengetahuan berdasarkan proses atau metode ilmiah untuk mengatur pengetahuan yang diperoleh melalui suatu penelitian. Jadi IPA atau sains merupakan suatu cara untuk mempelajari berbagai aspek-aspek tertentu dari suatu pengetahuan alam secara terorganisir, sistematik dan melalui berbagai metode saintifik. Bidang IPA atau sains secara luas dibagi menjadi dua ilmu, ilmu alam (ilmu yang mempelajari fenomena alam) dan ilmu-ilmu sosial (ilmu untuk mempelajari perilaku manusia dan masyarakat). Namun, di kedua hal tersebut, pengetahuan harus diperoleh melalui pengamatan yang mampu diuji oleh validitas peneliti lain yang bekerja di bawah kondisi yang sama. Ada beberapa disiplin ilmu lain seperti ilmu kesehatan dan teknik yang dikelompokkan ke dalam ilmu antar disiplin yang diterapkan. Namun tentu saja Ilmuan tetap melakukan upaya secara berkelanjutan untuk menemukan dan meningkatkan sains melalui penelitian. Menurut Goldstein, ilmu merupakan cara memandang dunia, memahami, dan mengubahnya. Dalam konteks kreativitas keilmuan, ilmu pengetahuan di definisikan sebagai sistem berpikir yang melibatkan serangkaian aktivitas kreatif dan imajinatif ilmuwan dalam upaya mencari kebenaran. Ilmu pengetahuan pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2019. 10. 30. · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Kajian Teori 2.1.1 IPA 2.1.1.1 Pengertian IPA IPA atau Sains berasal dari bahasa latin yaitu “scientia”

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 6

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Kajian Teori

    2.1.1 IPA

    2.1.1.1 Pengertian IPA

    IPA atau Sains berasal dari bahasa latin yaitu “scientia” yang berarti

    “pengetahuan”. Ilmu pengetahuan yang dimaksud dengan sains (science) adalah

    ilmu pengetahuan ilmiah atau pengetahuan yang bersifat ilmu, secara ilmu

    pengetahuan, memenuhi syarat ilmu pengetahuan (KBBI). Dalam arti luas adalah

    setiap pengetahuan dasar atau praktek belajar yang mencari tujuan secara

    sistematis yang mampu menghasilkan prediksi. Itulah sebabnya mengapa sains

    disebut sebagai teknik atau praktek yang sangat terampil. Namun, dalam istilah

    yang lebih modern, sains adalah sistem yang memperoleh pengetahuan

    berdasarkan proses atau metode ilmiah untuk mengatur pengetahuan yang

    diperoleh melalui suatu penelitian. Jadi IPA atau sains merupakan suatu cara

    untuk mempelajari berbagai aspek-aspek tertentu dari suatu pengetahuan alam

    secara terorganisir, sistematik dan melalui berbagai metode saintifik. Bidang IPA

    atau sains secara luas dibagi menjadi dua ilmu, ilmu alam (ilmu yang mempelajari

    fenomena alam) dan ilmu-ilmu sosial (ilmu untuk mempelajari perilaku manusia

    dan masyarakat). Namun, di kedua hal tersebut, pengetahuan harus diperoleh

    melalui pengamatan yang mampu diuji oleh validitas peneliti lain yang bekerja di

    bawah kondisi yang sama. Ada beberapa disiplin ilmu lain seperti ilmu kesehatan

    dan teknik yang dikelompokkan ke dalam ilmu antar disiplin yang diterapkan.

    Namun tentu saja Ilmuan tetap melakukan upaya secara berkelanjutan untuk

    menemukan dan meningkatkan sains melalui penelitian.

    Menurut Goldstein, ilmu merupakan cara memandang dunia, memahami,

    dan mengubahnya. Dalam konteks kreativitas keilmuan, ilmu pengetahuan di

    definisikan sebagai sistem berpikir yang melibatkan serangkaian aktivitas kreatif

    dan imajinatif ilmuwan dalam upaya mencari kebenaran. Ilmu pengetahuan pada

  • 7

    dasarnya merupakan kumpulan kumpulan pengetahuan yang diperoleh manusia

    dari berbagai sumber. Pengetahuan-pengetahuan itu diperoleh dengan

    menggunakan metode tertentu, yakni metode ilmiah. Hasil dari semua itu lalu

    disusun secara sistematis. Selanjutkan dilakukan uji kebenaran atau verifikasi

    secara empiris. Lalu pengalaman nyata akan membuktikan kebenaran secara

    konkret

    Conantdalam Usman (2006) dalam bukunya yang membahas tentang

    optimalisasi kegiatan belajar mengajar mengatakan, IPA atau Science diartikan

    sebagai suatu deretan konsep serta skema konseptual yang

    berhubungansatusamalain, dantumbuhsebagai hasil eksperimentasi dan

    observasi, serta berguna untuk diamati dan dieksperimentasikan

    lebih lanjut

    MenurutR.Harre dalam bukunta yang berjudul “The Philosophies Of

    Science” (2000), “science is acollection of wellattestedtheories

    whichexplain thepatterns andregularies andirregularies amongcarefully

    studied phenomena”, yang berartisainsadalahkumpulanteori-teoriyang

    telahdiujikebenarannya, menjelaskan tentangpola-pola danketeraturan

    maupunketidakteraturan dari gejala yangdiamati denganseksama

    Bube mengatakan, Science adalah pengetahuan tentang dunia alamiah

    yang diperoleh dari interaksi indera dengan dunia tersebut.Pernyataan ini

    memberikan suatu ketelitian yang menarik terhadap dua aspek tentang bagaimana

    observasi terjadi (berlangsung) :

    1. Observasi gejala-gejala alam (yang merupakan dasar-dasar otoritas dimana

    pengetahuan ilmiah berlaku) melalui pikiran dan indra seseorang.

    2. Proses observasi menyangkut dua jalur interaksi antara pengamat (orang

    yang melakukan observasi) dan objek (sesuatu yang diobservasi)

    Secara umum ilmu pengetahuan alam adalah ilmu yang berasal dari alam,

    yang telah terbukti melalui penelitian-penelitian para ahli sehingga telah teruji

    kevaliditasannya dan dapat digunakan sebagai acuan ilmu dalam hal belajar dan

    pembelajaran.

  • 8

    2.1.1.2 Hakikat Pembelajaran IPA

    Pendidikan IPA memiliki peranan yang sangat penting dalam

    pembentukan kepribadian dan perkembangan intelektual siswa. Perkembangan

    psikologis anak usia SD merupakan masa dimana mereka mempunyai rasa

    keingintahuan yang besar. Menurut Sumaji (2006:31) dalam bukunya yang

    berjudul “Sains yang Humanis” menyatakan bahwa “pendidikan sains bukanlah

    merupakan transfer pengetahuan dari guru sebagai sumber pengetahuan kepada

    anak sebagai siswa. Kalau hal ini yang terjadi, pendidikan tidak akan

    menghasilkan generasi yang terdidik dan berkualitas”.

    Maka pengembangan pendidikan IPA di SD diupayakan untuk melihat

    pada kesesuaian antara hakikat pembelajaran IPA itu sendiri dengan

    perkembangan siswa baik perkembangan psikologis maupun intelektual sehingga

    menghasilkan pendidikan yang berkualitas dan melahirkan generasi yang siap

    menghadapi dunia globalisasi.

    Adapun Sri Sulistyorini (2007: 9-11) menyatakan bahwa pada hakikatnyaIPA

    dapat dipandang dari segi produk, proses dan dari segi pengembangan sikap.Artinya,

    belajar IPA memiliki dimensi proses, dimensi produk (hasil), dandimensi

    pengembangan sikap ilmiah, yang ketiganya saling terkait satu sama lain.

    a. IPA sebagai Produk

    IPA sebagai produk merupakan hasil upaya perintis IPA terdahulu dalam

    menemukan fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori yang telah tersusun

    secara sistematis dan lengkap dalam bentuk buku teks. Pada pembelajaran

    IPA guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif sehingga

    dapat membantu siswa membangun pemahamannya dan menghasilkan

    pengetahuan yang relevan.

    b. IPA sebagai Proses

    IPA sebagai proses adalah cara kerja yang dilakukan untuk memperoleh

    produk IPA. Cara mendapatkan IPA yaitu menggunakan metode ilmiah.

    Untuk memahami suatu konsep siswa tidak diberitahu oleh guru, tetapi guru

    memberikan kesempatan pada siswa untuk memperoleh dan menemukan

  • 9

    konsep melalui pengalaman siswa dengan mengembangkan keterampilan

    dasar melalui percobaan dan membuat kesimpulan.

    c. IPA sebagai Pemupukan Sikap

    IPA sebagai pemupukan sikap mempunyai arti bahwa melalui IPA, sikap

    ilmiah terhadap alam sekitar yang dimiliki oleh siswa akan berkembang

    ketika siswa melakukan diskusi, percobaan, simulasi, atau kegiatan di

    lapangan.

    IPA di SD hendaknya membuka kesempatan untuk memupuk rasa ingin

    tahu siswa secara alamiah. Ini akan membantu mereka mengembangkan

    kemampuan berpikir dan mencari jawaban melalui pengamatan dan pengalaman

    langsung berdasarkan bukti.. Sebagaimana yang dikemukakan Rohandi dalam

    Sumaji (2006: 112) dalam bukunya yang berjudul “Sains yang Humanis”

    menyatakan bahwa “pelaksanaan pembelajaran sains adalah menempatkan

    aktivitas nyata anak dengan berbagai objek yang dipelajari yang merupakan hal

    utama untuk dapat dikembangkan”. Jadi, siswa akan memiliki kemampuan

    berpikir yang baik apabila memiliki banyak pengalaman belajar.

    Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa hakikat

    pembelajaran IPA di SD adalah pembelajaran IPA bukan sekedar penguasaan

    konsep, prinsip, hukum atau teori semata melainkan suatu proses dengan cara

    mengembangkan keterampilan proses dan sikap ilmiah untuk mendapatkan

    konsep-konsep ilmiah tentang alam semesta.

    2.1.1.3 Tujuan Pembelajaran IPA di SD

    Menurut Permen No 22 Tahun 2006 mata pelajaran IPA perlu diberikan

    kepada siswa sejak sekolah dasar untuk membekali siswa dengan kemampuan

    berfikir logis, analitis, sistematis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama.

    Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan

    memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada

    keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif.

  • 10

    Adapun Sri Sulistyorini (2007: 40) dalam bukunya yang bwejudul “Model

    Pembelajaran IPA SD” menyebutkan bahwa mata pelajaran IPAdi SD bertujuan

    agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

    a. Memperoleh keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan

    keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya

    b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

    bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

    c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang

    adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,

    teknologi dan masyarakat

    d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

    memecahkan masalah dan membuat keputusan

    e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga

    dan melestarikan lingkungan alam

    f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

    keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan

    g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai

    dasar untuk melanjutkan pendidikan selanjutnya

    Tujuan Pembelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar siswa:

    1) Mengembangkan rasa ingin tahu dan suatu sikap positif terhadap sains,

    2) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

    memecahkan masalah dan membuat keputusan.

    3) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep sains yang

    akan bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

    4) Mengembangkan kesadaran tentang peran dan pentingnya sains dalam

    kehidupan sehari-hari.

    5) Mengalihkan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman ke bidang

    pengajaran lain.

  • 11

    6) Ikut serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

    Menghargai berbagai macam bentuk ciptaan Tuhan di alam semesta ini

    untuk dipelajari (Sri Sulistiyorini, 2007: 40)

    2.1.2 Model Pembelajaran PBL dan Media Gambar

    2.1.2.1 Pengertian PBL

    Dalam kemendikbud tahun 2013 bahwa pembelajaran berbasis masalah

    (PBL)merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah

    kontekstual sehinggamerangsang peserta didik untuk belajar. Pendapat yang sama

    juga dikemukakanoleh Hmelo-Silver (Paull Eggen: 2012) yang menyatakan bahwa

    pembelajaranberbasis masalah adalah seperangkat model mengajar yang

    menggunakan masalahsebagai fokus untuk mengembangkan keterampilan pemecahan

    masalah, materidan penguatan diri.

    Selain beberapa pendapat diMahanal, 2009 mengatakan bahwa PBL adalah

    pembelajaran dengan menggunakan proyek sebagai metode pembelajaran. Para

    siswa bekerja secara nyata, seolah-olah ada di dunia nyata yang dapat

    menghasilkan produk secara realistis.Menurut Nurhadi, dkk (dalam Handayani,

    2009)tipe pembelajaran PBL adalah tipe pembelajaran dengan pendekatan

    pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi

    siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan

    masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari

    materi pelajaran.

    PBL merupakan salah satu strategi pengajaran yang berasosiasi dengan

    pembelajaran kontekstual. PBL adalah suatu pendekatan pengajaran yang

    menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks bagi siswa untuk belajar

    berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh

    pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran (Nurhadi dkk,

    2009;16).

    PBL adalah cara belajar siswa dengan menggunakan strategi pemecahan

    masalah serta menggunakan contoh sesuatu yang nyata di kehidupan sehari-hari

    agar siswa dapat lebih memahami dan menyelesaikan masalah tersebut.

  • 12

    Masalah yang ada pada pembelajaran PBL umumnya bersifat terbuka,

    artinya jawaban dari masalah yang dihadapi belum tentu benar. Dengan demikian

    dari guru maupun siswa sangat mempunyai peluang untuk mengembangkan

    kemampuan berpikir dan jawaban apa saja yang mereka punyai. Jadi model

    pembelajaran PBLbisa memancing siswa untuk bereksplorasi mengumpulkan dan

    menganalisis data guna memecahkan masalah yang mereka hadapi. Tujuan yang

    dicapai dari model pembelajaran ini adalah untuk mendorong siswa agar mampu

    berpikir kritis dan menemukan cara untuk memecahkan masalah melalui

    eksplorasi data dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah.

    2.1.2.2 Karakteristik PBL

    Setiap model pembelajaran memikiki karakteristik tertentu yang

    membedakan satu model pembelajaran dengan yang lainnya. Karakteristik

    PBLmenurut Paul Eggen & Don Kauchak (2012) dalam bukunya yang berjudul

    “Ketrampilan Berpikir”:

    1) Pelajaran berfokus pada pemecahan masalah

    Dalam pelajaran yang dijadikan sebagai pokok suatu persoalan berfokus pada

    satu pemecahan masalah agar peserta didik dapat berkosentrasi pada masalah

    yang sedang dibahas atau dihadapinya.

    2) Tanggung jawab untuk memecahkan masalah ada pada siswa

    Setiap individu siswa atau kelompok memiliki tanggung jawab atas pokok

    permasalah yang sedang mereka hadapi atau kerjakan dalam suatu proses

    pembelajaran

    3) Guru mendukung proses saat siswa mengerjakan masalah.

    Guru sebagai berperan sebagai fasilitator dalam jalannya proses pembelajaran

    model PBLini, mensuport peserta didik agar dapat tercipta suasana kelas

    yang hidup.

    Dapat dianalisa bahwa, konsep pembelajaran PBLyakni berpusat pada

    pemecahan masalah dan melibatkan siswa secara aktif dalam proses pemecahan

    masalah melalui cara berpikir yang bebas dan terbuka menuju kepada suatu solusi

    atau penemuan. Sementara peran guru adalah sebagai fasilitator dan pendukung

  • 13

    proses belajar. Proses dalam PBLsecara teoritis mendukung pengembangan

    berpikir kritis siswa sesuai dengan desain yang diterapkan

    2.1.2.3 Kelebihan dan Kekurangan Model PBL

    Ada pula kelebihan dan kekurangan tersendiri yang dimiliki oleh model

    PBL, antara lain;

    a. Kelebihan

    PBL inimemiliki memiliki kelebihan tersendiri dibanding dengan model

    pembelajaran yang lain. Kemendikbud 2013 menyebutkan ada beberapa kelebihan

    model PBLyaitu a) terjadi pembelajaran bermakna, b) dalam situasi PBL, siswa

    dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilan scara simultan dalam konteks

    yang relevan, dan c) PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis,

    menumbuhkan inisiatif siswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan

    dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.

    Adapun Warsono dan Hariyanto (2013: 152) dalam bukunya yang berjudul

    “Pembelajaran aktif teori dan Asesmen” menyebutkan kelebihan dariPBL yaitu a)

    siswa akan terbiasa menghadapi masalah (problem solving) baik didalam kelas

    maupun yang ada dalam kehidupan sehari-hari, b) memupuk rasasolidaritas karena

    interaksi sosial yang terjadi dengan orang di sekitarnya, c)mengakrabkan guru dengan

    siswa, dan d) membiasakan siswa menerapkanmetode eksperimen melalui proses

    pemecahan masalah. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa keunggulan dari

    model PBLini adalah siswa lebih terbiasa dengan masalah yang dihadapi di dunia

    nyata, sehingga akan tercipta pembelajaran yang lebih bermakna. Pengetahuan

    yang didapat siswa melalui pembelajaran dpat diaplikasikan secara relevan.

    Pembelajaran yang menantang dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam

    pembelajaran.

    b. Kekurangan

    Selain kelebihan, adapun kekurangan yang dimiliki oleh model PBLini.

    Antara lain; dalam pembelajaran metode ini guru tidak bisa secara langsung

    memberikan ilmunya kepada peserta didik, sehingga tidak tercipta pembelajaran

    yang inspiratif. Peran guru hanya sebatas fasilitator saja, guna memberi

  • 14

    kesempatan pengajar agar lebih inspiratif sebaiknya metode belajar lebih

    divariasikan. Namun tidak cukup hanya berpatok pada buku pegangan saja,

    namun diluar itu guru harus kreatif mencari referensi lainnya, misalnya untuk

    menanamkan nilai mencintai lingkungan sekitar.

    Sedangkan menurut Thobroni dan Arif (2011, hlm.350) mengungkakan

    bahwa kelemahan PBL yaitu: 1) memerlukan waktu yang banyak; 2) tidak bisa

    digunakan dikelas-kelas rendah; dan 3) tidak semua peserta didik terampil

    bertanya. Berdasarkan ungkapan dari Sanjaya, Thobroni dan Arif dapat

    disimpulkan bahwa PBL memiliki kelemahan terutama dalam masalah waktu

    yang lama dalam hal persiapan, perlunya motivasi kuat dari peserta didik untuk

    mempelajari masalah yang ada dalam materi pembelajaran, dan tidak semua

    materi dalam pelajaran geografi dapat menggunakan model ini.

    2.1.2.4 Langkah-langkah Model PBL

    Pembelajaran berbasis masalah mempunyai langkah-langkah dalam setiap

    proses pembelajarannya. Adapun langkah-langkah dalam PBL menurut Richard L.

    Arends (2008: 57) terdiri dari lima langkah yaitu;

    a. orientasi masalah kepada siswa

    b. mengorganisasikan siswa untuk meneliti

    c. membantu investigasi mandiri dan kelompok

    d. mengembangkan dan mempresentasikan hasil karya, dan

    e. menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah.

    Senada dengan pendapat di atas, Rusmono (2012: 81) juga menyebutkan

    pendapat yang sama mengenai tahapan pembelajaran dengan strategi PBL yaitu ;

    a. mengorganisasikan siswa kepada masalah

    b. mengorganisasikan siswa untuk belajar

    c. membantu penyelidikan mandii dan kelompok

    d. mengembangkan dan mempresentasikan hasil karya serta pameran

    e. menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

    Selain pendapat ahli di atas, Warsono dan Hariyanto (2013: 150) menyatakan

    bahwa langkah-langkah pembelajaran dalam PBL meliputi;

    a. orientasi siswa kepada masalah

  • 15

    b. mendefinisikan masalah dan mengorganisasikan siswa untuk belajar

    c. memandu investigasi mandiri maupun investigasi kelompok

    d. mengembangkan dan mempresentasikan karya, serta

    e. refleksi dan penilaian.

    2.1.3 Media Pembelajaran

    2.1.3.1 Pengertian Media Pembelajaran

    Perkembangn IPTEK yang semakin mendorong upaya pembaharuan

    dalam pemanfaatan hasil teknologi dalam proses upaya belajar. Hal ini menuntut

    agar guru mampu menggunakan alat-alat yang disediakan oleh sekolah.Guru

    sekurang-kurangnya dapat menggunakan media yang murah dan efisien yang

    meskipun sederhana, tetapi merupakan keharusan dalam upaya mencapai tujuan

    pembelajaran.

    Menurut Schramm (dalam Putri, 2011: 20) media pembelajaran adalah

    teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan

    pembelajaran. Jadi media pembelajaran adalah alat bantu yang dapat digunakan

    untuk pembelajaran.Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara

    harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa Arab media adalah

    perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan (Azhar

    Arsyad, 2011:3).

    Sedangkan menurut Criticos yang dikutip oleh Daryanto (2011:4) media

    merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari

    komunikator menuju komunikan.Menurut Heinich yang dikutip oleh Azhar

    Arsyad (2011:4), media pembelajaran adalah perantara yang membawa pesan atau

    informasi bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran

    antara sumber dan penerima.

    Kemudian dari pengertian menurut para ahli di atas Dapat disimpulkan

    bahwa media adalah segala sesuatu benda atau komponen yang dapat digunakan

    untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang

    pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa dalam proses belajar.

  • 16

    2.1.3.2 Macam-macam Media Pembelajaran

    Sebagai seorang pendidik alangkah baiknya banyak mengetahui macam-

    macam jenis media pembelajan yang dapat membantu proses belajar mengajar di

    kelas. Perlu kita ketahui media pembelajaran akan sangat bermanfaat jika sang

    guru bisa mempergunakannya dengan baik dan benar. Secara garis besar media

    dalam pembelajaran terbagi menjadi 4 kelompok, yaitu media audio, media visual,

    media audio visual dan media serbaneka. Untuk setiap jenis media memiliki

    kriteria dan karakteristik tersendiri. Bagi anda yang ingin mengetahui detailnya

    silahkan simak ulasannya berikut;

    a. Media Audio

    Media Audio merupakan media berbentuk suara yang memiliki peran

    penting dalam pembelajaran. Media ini bisa berupa rekaman radio, rekaman

    suara dan sebagainya.Media ini biasanya bisa kita temukan di ruang bahasa

    ataupun saat siaran radio pendidikan.

    b. Media Visual

    Media Audio merupakan media berbentuk gambar yang menitik

    beratkan pada indra penglihatan. Media ini biasanya digunakan untuk

    meningkatkan semangat aktivitas belajar siswa, pemahaman yang

    menghubungkan antara dunia nyata dengan isi materi pelajaran akan

    meningkatkanketertarikan siswa dengan gambar yang disajikan oleh guru.

    c. Media Audio Visual

    Media audio visual adalah media yang menggabungkan antara media

    audio dan media visual yang berbentuk video. Ketertarikan siswa akan media

    ini tentulah sangat besar. Selain bisa melihat gambar, siswa juga secara

    langsung mendengarkan suara dari media yang disajikan oleh guru. Media ini

    sangat membatu bagi proser mengajar guru, karena pada umumnya guru

    hanya menjelaskan sedikit isi atau maksud dari video kemudian kreativitas

    siswa akan jalan dengan sendirinya.

  • 17

    2.1.3.3 Media Gambar

    Media pembelajaran sangat diperlukan dalam proses pembelajaran,

    terutama pada siswa kelas rendah. Dengan menggunakan media pembelajaran

    yang mudah dipahami dan diterima oleh siswa, maka pembelajaran akan mudah

    diterima. Media pembelajaran dapat berupa visual, audio dan audio visual. Namun

    dalam penggunaan media sebagai alat bantu pembelajaran ini penulis

    menggunakan media gambar.

    Media gambar adalah suatu bentuk asli dari dua dimensi berbentuk foto,

    gambar maupun lukisan yang dapat membantu siswa dalam memahami pelajaran

    yang diberikan oleh guru dan berisikan pesan tentang pelajaran sehingga siswa

    dapat mengungkap informasi yang terkandung dalam dalam gambar tersebut dan

    tercapainya tujuan pembelajaran. Media gambar memberikan pengalaman yang

    lebih nyata bagi siswa. Saat siswa mengamati gambar, seolah-olah siswa melihat

    bentuk asli seperti yang tertera pada gambar. Kebanyakan siswa sangat tertarik

    dengan media gambar atau cerita bergambar terutama bagi kelas rendah, karena

    penggunaanya dapat mengaktifkan semua indra muriddan membangkitkan dunia

    teori dengan realitanya. Cerita bergambar adalah cerita yang menjadi inti dari

    ceritanya adalah narasinya, sedangkan gambar hanya sebagai ilustrasi pelengkap.

    Gambarnya hanya sebagai ilustrasi dari cerita yang ada, tetapi hanya menceritakan

    salah satu adegan dalam sebuah cerita. Kaitannya dengan media pembelajaran

    yang menggunakan cerita bergambar peran guru adalah menceritakan gambar

    yang ditunjukkan kepada siswa untuk menyampaikan materi, sehingga siswa akan

    lebih memahami materi. Dengan melihat gambar siswa akan tertarik untuk

    memperhatikan penjelasan guru yang disajikan dalam bentuk cerita.

  • 18

    2.1.4. Sintak Penerapan Model Pembelajaran PBL Berbantu Media

    Gambar Sesuai Standar Proses

    Tabel 2.1

    Sintak Pembelajaran Model PBL

    No Kegiatan Tahap-tahap Tingkah Laku Guru

    1. Awal Stimulasi (pemberian

    rangsangan)

    Guru menyampaikan materi dalam

    penyajian kelas. Guru menyampaikan

    tujuan pembelajaran, meteri pokok dan

    penjelasan singkat tentang LKS yang

    dibagikan kepada kelompok. Kegiatan

    ini biasanya disampaikan dengan

    pengajaran langsung.

    2. Inti Tahap 1

    Penyajian Kelas/ Class

    Presentation Tahap 2

    Belajar Kelompok/

    Teams

    Tahap 3

    Permainan/ Games

    Tahap 4

    Kerja Kelompok

    Tahap 5

    Penghargaan kelompok

    Guru membagi kelas menjadi

    kelompok-kelompok berdasarkan

    kriteria kemampuan. Kelompok

    biasanya terdiri dari 4-5 siswa. Guru

    membagi soal kepada masing-masing

    kelompok. Guru mempersiapkan

    pertanyaan-pertanyaan yang

    berhubungan dengan materi, bernomor

    1-30. Kemudian guru mempersiapkan

    alat-alat untuk permainan. Guru

    memberi reward.

    3. Penutup Menarik kesimpulan Guru melakukan pembahasan

    kembali materi yang telah dipelajari.

    Guru memberi kesempatan siswa

    untuk bertanya. Guru menutup kelas

    dengan do'a dan salam.

  • 19

    2.1.5. Aktivitas Belajar

    2.1.5.1 Pengertian Aktivitas Belajar

    Belajar adalah suatu kegiatan mencari informasi hingga dapat menemukan

    ilmu yang tadinya tidak mengerti menjadi mengerti.Melihat dari definisi tersebut,

    belajar menjadi salah satu faktor yang dapat merubah pola pikir seseorang dalam

    pembentukan kepribadian sesuai perkembangan setiap individu tersebut. Namun

    tidak semua perkembangan disebut sebagai proses belajar.

    Menurut Komalasari (2010) mengidentifikasikan ciri-ciri kegiatan belajar

    yang mengacu pada seseorang melakukan kegiatan belajar, sebagai berikut :

    1. Belajar adalah aktivitas yang dapat menghasilkan perubahan dalam

    diri seeseorang, baik secara actual maupun potensial.

    2. Perubahan yang didapat sesungguhnya adalah kemampuan yang baru

    dan ditempuh dalam jangka waktu yang lama.

    3. Perubahan terjadi karena ada usaha dari dalam diri individu.

    Dapat dikatakan sesorang belajar jika melakukan aktivitas yang

    menghasilan perubahan dalam dirinya. Aktivitas belajar adalah segala sesuatu

    yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi

    untuk mencapai tujuan belajar. Menurut Gie (dalam Florensiana, 2011), aktivitas

    belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas secara sadar yang

    dilakukan seseorang yang mengakibatkan perubahan dalam dirinya, berupa

    perubahan pengetahuan atau kemahiran yang sifatnya tergantung pada banyaknya

    perubahan.Menurut Sardiman (dalam Saminanto, 2010), yang dimaksud aktivitas

    belajar adalah keaktifan yang bersifat fisik maupun mental.Dalam kegiatan

    pembelajaran, kedua aktivitas tersebut harus saling menunjang agar diperoleh

    hasil yang maksimal.

    2.1.5.2 Jenis-jenis Aktivitas

    Aktivitas belajar meliputi aktivitas yang bersifat fisik maupun mental.

    Dalam kegiatan belajar kedua aktivitas tersebut harus selalu berkait. Aktivitas

    belajar siswa sangat kompleks. Paul B. Diedrich (Sardiman, 2006: 101),

    menyatakan bahwa kegiatan siswa digolongkan sebagai berikut:

  • 20

    1. Kegiatan visual (visual activities), yaitu membaca, melihat gambar-

    gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran dan mengamati

    orang lain bekerja atau bermain.

    2. Kegiatan lisan (oral activities), yaitu mengemukakan suatu fakta atau

    prinsip, menghubungkan suatu kejadian mengajukan pertanyaan, memberi

    saran, mengemukakan pendapat, berwawancara diskusi dan interupsi

    3. Kegiatan mendengarkan (listening activities), yaitu mendengarkan

    penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, atau

    mendengarkan radio.

    4. Kegiatan menulis (writing activities), yaitu menulis cerita, menulis

    laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan copy, membuat outline atau

    rangkuman, dan mengerjakan tes serta mengisi angket.

    5. Kegiatan menggambar (drawing activities), yaitu menggambar, membuat

    grafik, diagram, peta dan polaKegiatan-kegiatan

    6. Kegiatan motorik (motor activities), yaitu melakukan percobaan, memilih

    alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan

    permainan, serta menari dan berkebun.

    7. Kegiatan mental (mental activities), yaitu merenungkan mengingat,

    memecahkan masalah, menganalisa faktor-faktor, melihat hubungan-

    hubungan, dan membuat keputusan.

    8. Kegiatan emosional (emotional activities), yaitu minat, membedakan,

    berani, tenang, merasa bosan dan gugup.

    Dari penggolongan di atas, dapat dikatakan bahwa aktivitas belajar

    sangatlah kompleks dan bervasi. Sebagai pendidik sangatlah dituntut untuk dapat

    menciptakan suasana yang menyenangkan dalam pembelajaran dengan

    menyajikan variasi model pembelajaran yang dapat memicu siswa untuk berpikir

    kreatif dan aktif dalam pembelajan.Jadi penulis menyimpulkan bahwa aktivitas

    belajar adalah keterlibatan siswa dalam pembelajaran secara aktif agar

    pembelajaran mencapai keberhasilan belajar.aktivitas belajar adalah keterlibatan

    siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan

  • 21

    pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan

    memperoleh manfaat darri kegiatan tersebut. Pusat dari aktivitas belajar adalah

    siswa, karena dengan aktivitas siswa dalam pembelajaran akan menciptakan

    situasi belajar aktif. Indikator dari aktivitas belajar siswa adalah antusiasme siswa

    dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, interaksi siswa dengan guru, interaksi

    siswa dengan siswa, kerjasama kelompok, aktivitas belajar siswa dalam diskusi

    kelompok, aktivitas siswa dalam melaksanakan pembelajaran, keterampilan siswa

    dalam menggunakan alat peraga, partisipasi siswa dalam menyimpulkan materi.

    2.1.5.3. Nilai Aktivitas dalam Pembelajaran

    Aktivitas merupakan hal penting bagian dari belajar siswa, yang mana

    membawa pengaruh besar bagi nilai belajar mereka. Walaupun tidak sepenuhnya

    hasil belajar dapat dinilai dari tingkat keaktifan siswa tersebut, namun sebagian

    besar siswa yang aktif di hal positif dalam pelajaran biasanya lebih cenderung

    banyak akal. siswa dalam kegiatan pembelajaran merupakan hal yang penting.

    Adanya aktivitas dalam suatu pembelajaran membawa pengaruh besar dalam

    tingkat keberhasilan, hal tersebut membuktikan bahwa pelajaran berlangsung

    dengan baik dan optimal

    Dalam penggunaannya aktivitas sendiri memiliki pengaruh besar bagi

    pembelajaran. Karena siswa mencari pengalaman sendiri dalam belajar dengan

    kreativitas yang mereka punyai, entah dengan cara kerjasama bersama teman

    sekelompok sekaligus dapat memupuk kedisiplinan dan suasana belajar menjadi

    demokratis ataupun bekerja sendiri menurut minat dan kemampuan mereka

    sehingga suasana kelas menjadi lebih hidup.

    2.1.6 Hasil Belajar

    2.1.6.1 Pengertian Hasil Belajar

    Hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila

    dibandingkan pada saat sebelum belajar.Suprijono (2010) menyatakan hasil

  • 22

    belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap,

    apresiasi dan keterampilan.

    Menurut Bloom (Rusman, 2011) perubahan yang terjadi dalam belajar

    merupakan hasil belajar yang meliputi perubahan dalam ranah kognitif, afektif

    dan psikomotorik.Kognitif meliputi pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis

    dan evaluasi.Afektif meliputi sikap menerima, menanggapi, menilai, mengelola,

    dan menghayati.Psikomotorik meliputi keterampilan bergerak dan bertindak, dan

    kecakapan ekspresi verbal dan nonberbal.

    Adapun Munawar (2009) menyatakan bahwa hasil belajar adalah suatu

    penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang dilakukan berulang-ulang serta

    akan tersimpan dalam waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selamanya.

    Hasil belajar siswa merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih

    baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Hasil juga bisa diartikan bila

    seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut.

    Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar.

    Penulis menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan

    pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa melalui proses pembelajaran yang

    dilakukan berulang-ulang dan bersifat permanen, perubahan terjadi dari sebelum

    belajar hingga setelah belajar, dari yang tidak tahu menjadi tahu. Hasil merupakan

    puncak dari proses belajar.

    2.1.6.2 Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

    Banyak sekali macam-macam faktor yang dapat mempengaruhi hasil

    belajar peserta didik, namun dapat digolongkan menjadi dua faktor, yaitu faktor

    internal dan faktor eksternal;

    1. Faktor internal

    Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu

    dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Dalam faktor internal ini, terdapat

    tiga jenis faktor yang dapat mempengaruhi faktor internal itu sendiri, antara lain;

  • 23

    a. Faktor Jasmaniah

    Faktor kesehatan

    Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan

    kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan

    ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan,

    olahraga, rekreasi, dan ibadah.

    Cacat tubuh

    Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat

    belajarnya juga terganggu. Jika hal ini terjadi, hendaknya ia belajar pada

    lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat

    menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya itu.

    b. Faktor Psikologis

    Faktor psikologis ini adalah faktor yang meliputi ilmu kejiwaan seperti

    intelegensi,minat,bakat,perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan.

    Intelegensi

    intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu

    kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang

    baru dengan cepat dan efektif, mengetahui/menggunakan konsep-konsep

    yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan

    cepat.

    Perhatian

    Perhatian menurut Gazali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi,

    jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu obyek (benda/hal) atau

    sekumpulan obyek. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka

    siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika

    bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan,

    sehingga ia tidak lagi suka belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik,

    usahakanlah bahan pelajaran selalu menarik perhatian dengan cara

    mengusahakan pelajaran itu sesuai dengan hobi atau bakatnya.

  • 24

    Minat

    Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan

    mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang,

    diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang. Jadi berbeda

    dengan perhatian, karena perhatian sfatnya sementara (tidak dalam waktu

    yang lama) dan belum tentu diikuti dengan perasaan senang, sedangkan

    minat selalu diikuti dengan perasaan senang dan dari situ diperoleh

    kepuasan.

    Bakat

    Bakat atau aptitude menurut Hillgard adalah kemampuan untuk

    belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang

    nyata sesudah belajar atau berlatih. Orang yang berbakat mengetik,

    misalnya akan lebih cepat dapat mengetik dengan lancar dibandingkan

    dengan orang lain yang kurang/tidak berbakat di bidang itu.

    Motif

    Motif erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai. Di

    dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan tetapi untuk

    mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab

    berbuat adalah motif itu sendiri sebagai daya penggerak/pendorong.

    Kematangan

    Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan

    seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan

    kecakapan baru. Misalnya anak dengan kakinya sudah siap untuk berjalan,

    tangan dengan jari-jarinya sudah siap untuk menulis, dengan otaknya

    sudah siap untuk berpikir abstrak, dan lain-lain. Kematangan belum berarti

    anak dapat melaksanakan kegiatan secara terus-menerus, untuk itu

    diperlukan latihan-latihan dan pelajaran. Dengan kata lain anak yang sudah

    siap (matang) belum dapat melaksanakan kecakapannya sebelum belajar.

    Belajarnya akan lebih berhasil jika anak sudah siap (matang). Jadi

    kemajuan baru untuk memiliki kecakapan itu tergantung dari kematangan

    dan belajar.

  • 25

    Kesiapan

    Kesiapan atau readiness menurut Jamies Drever adalah kesediaan

    untuk memberi response atau bereaksi. Kesediaan itu timbul dari dalam

    diri seeseorang dan juga berhubungan dengan kematangan, karena

    kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini

    perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan

    padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik.

    c. Faktor Kelelahan

    Kelelahan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kelelahan jasmani dan

    kelelahan rohani (bersifat psikis). Kelelahan jasmani terlahat denngan lemah

    lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan membaringkan tubuh. Kelelahan

    jasmani terjadi karena terjadi kekacauan substansi pembakaran di dalam

    tubuh, sehingga darah tidak/kurang lancar pada bagian-bagian tertentu.

    Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan

    kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.

    Kelelahan ini sangat terasa pada bagian kepala dengan pusing-pusing

    sehingga sulit untuk berkonsentrasi, seolah-olah otak kehabisan daya untuk

    bekerja.

    2. Faktor eksternal

    Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi

    dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non

    sosial.

    a. Lingkungan Sosial

    Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi, dan teman-teman

    sekelas dapat mempengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan

    yang harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk

    belajar lebih baik di sekolah.

    Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat tempat

    tinggal siswa akan mempengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang

    kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar juga dapat

    mempengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa kesulitan ketika

  • 26

    memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang

    kebetulan yang belum dimilikinya.

    Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat mempengaruhi

    kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi

    keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga, semuanya dapat memberi

    dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan antara anggota

    keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan

    membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.

    b. Lingkungan Nonsosial

    Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan

    tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu

    lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang. Lingkungan alamiah

    tersebut merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas

    belajar siswa.

    Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua

    macam. Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar,

    fasilitas belajar, lapangan olahraga, dan lain sebagainya. Kedua,

    software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku

    panduan, silabus, dan lain sebagainya.

    Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini hendaknya

    disesuaikan dengan usia perkembangan siswa, begitu juga dengan

    metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa.

    Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap

    aktivitas belajar siswa, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan

    berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan kondisi

    siswa

    2.1.6.3 Pengukuran Hasil Belajar

    Penilaian dapat disebut sebagai proses pengumpulan dan pengolahan

    informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar Peserta Didik (Permendikbud

    No. 66 Tahun 2013). Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk

  • 27

    memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar

    peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga

    menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Penilaian dapat

    dilakukan selama pembelajaran berlangsung (penilaian proses) dan setelah

    pembelajaran usai dilaksanakan (penilaian hasil/produk).

    Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh guru pada saat melaksanakan

    penilaian untukimplementasi Kurikulum 2013 adalah sebagai berikut.

    Sahih maksudnya penilaian didasarkan pada data yang memang

    mencerminkan kemampuan yang ingin diukur;

    Objektif, penilaian yang didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas

    dan tidak boleh dipengaruhi oleh subjektivitas penilai (guru);

    Adil, suatu penilaian yang tidak menguntungkan atau merugikan siswa

    hanya karena mereka (bisa jadi) berkebutuhan khusus serta memiliki

    perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial

    ekonomi, dan gender;

    Terpadu, penilaian dikatakan memenuhi prinsip ini apabila guru yang

    merupakan salah satu komponen tidak terpisahkan dari kegiatan

    pembelajaran;

    Transparan, di mana kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan

    yang digunakan dapat diketahui oleh semua pihak yang berkepentingan;

    Menyeluruh dan berkesinambungan, mencakup segala aspek kompetensi

    dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai. Dengan

    demikian akan dapat memantau perkembangan kemampuan siswa;

    Sistematis, Penilaian yang dilakukan oleh guru harus terencana dan

    dilakukan secara bertahap dengan mengikuti langkah-langkah yang baku;

    Akuntabel, penilaian yang proses dan hasilnya dapat

    dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya;

    Edukatif, penilaian dilakukan untuk kepentingan dan kemajuan pendidikan

    siswa.

    http://pemerintah.net/perbaikan-implementasi-kurikulum-2013/

  • 28

    Standar penilaian pada kurikulum 2013 lebih menekankan pada pada

    prinsif-prisif kejujuran, yang mengedepankan aspek-aspek berupa afektif, kognitif

    dan psikomotorik.Salah satu bentuk dari penilaian itu adalah penilaia

    autentik. Penilaian autentik disebutkan dalam kurikulum 2013 adalah model

    penilaian yang dilakukan saat proses pembelajaran berlangsung berdasarkan tiga

    komponen di atas. Diantara teknik dan isntrumen penilaian dalam kurikulum 2013

    sebagai berikut :

    1. Penilaian kompetensi sikap (afektif). Pendidik melakukan penilaian

    kompetensi sikap melalui observasi, penilaian iri, penilaian “teman

    sejawat”(peer evaluation) oleh peserta didik dan jurnal. Instrumen yang

    digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian antarpeserta didik

    adalah daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik,

    sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik.

    2. Penilaian kompetensi pengetahuan (kognitif), menilai kompetensi

    pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan, dan penugasan.

    3. Penilaian kompetensi keterampilan (psikomotorik), pendidik menilai

    kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang

    menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu

    dengan menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio.

    Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian (rating

    scale) yang dilengkapi rubrik.

    Menurut Sudjana (Abdul Majib 2014) menguatarakan tujuan penilaian hasil

    belajar sebagai berikut :

    1. Mendiskripsikan kecakapan belajar siswa sehiingga dapat diketahui

    kelebihan dan kekurangannya.

    2. Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah,

    seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah tingkah laku siswa ke arah

    tujuan pendidikan yang diharapkan.

    3. Menetukan tindak lanujut hasil penilaian, melakukan perbaikan dan

    penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pengajaran serta system

    pelaksanaannya.

  • 29

    4. Memberikan pertanggungjawaban dari pihak sekolah kepada piak-pihak

    yang berkepentingan (orang tua/wali murid, komite, dinas, dll)

    2.1.7. Hubungan Model Pembelajaran PBL dengan Hasil Belajar

    Model pembelajaran PBL sendiri dikembangkan dari faham

    konstruktivisme, yaitu siswa membangun sendiri penalarannya melalui

    pengalaman atau ilmu yang telah mereka peroleh (Hamurni dalam Suyadi 2013:

    129). Aspek pembelajaran PBL sendiri dimulai dari masalah, permasalahan

    tersebut akan menjadi acuan siswa dalam pembelajaran yang dikerjakan bersama

    kelompok kemudian bersama-sama menggali informasi untuk menyelesaikan

    masalah yang dihadapi.

    Pendapat peneliti terhadap penerapan metode pembelajaran berbasis

    masalah (PBL) dengan hasil belajar siswa khususnya mata pelajaran IPA pada

    kelas 4 SD keputon 01 Kecamatan Blado, Kabupaten Batang. Penerapan model

    PBL dalam pembelajaran dapat menumbuhkan dampak positif bagi siswa, karena

    dengan inovasi pembelajaran yang semakin beragam di masa kini, siswa tidak

    mudah merasa jenuh dan dapat dengan mudah menerima pelajaran dengan baik.

    Sehingga akan mencapai hasil belajar yang diinginkan. Hal ini sangat

    memungkinkan adanya keterkaitan model PBL dengan hasil belajar yang dicapai

    oleh siswa.

    2.2. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

    Penelitian yang relevan sebagai dasar acuan dalam penelitian penerapan

    model pembelajaran PBLberbantu media gambar yaitu:

    1. Rati, Ni Yayan (2014) penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Model

    Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V Tahun

    Pelajaran 2013/2014 di SD segugus 1 Kecamatan Marga Kabupaten

    Tabanan”latar belakang penelitian ini adalah perbedaan hasil belajar IPA

    antara siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model PBL dan

    siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran

  • 30

    Konvensional. Hasil penelitian ini menemukan bahwa: (1) Hasil belajar IPA

    siswa kelompok eksperimen tergolong tinggi dengan rata-rata (M) 19,50. (2)

    Hasil belajar IPA siswa kelompok kontrol tergolong rendah dengan rata-rata

    (M) 12,25. (3) Terdapat perbedaan hasil belajar IPA siswa kelas V semester

    II SD Negeri 1 Tua dan SD Negeri 4 Tua yang signifikan antara kelompok

    siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran PBL dan kelompok

    siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional.

    2. Sudana, Nyoman (2013) dengan penelitian yang berjudul “Pengaruh Model

    Pembelajaran Problem Based Learning Berbantuan Media Video Terhadap

    Hasil Belajar IPA kelas IV SD Negeri Pergung”Penelitian ini bertujuan

    untuk mengetahui (1) hasil belajar siswa setelah dibelajarkan dengan model

    pembelajaran PBL berbantuan media video, (2) hasil belajar siswa setelah

    dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional, (3) perbedaan hasil

    belajar IPA antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan

    model pembelajaran PBL berbantuan media video dan kelompok siswa yang

    mengikuti pembelajaran konvensional.

    3. Putri, Yeliana (2012) penelitiannya yang berjudul “Upaya Meningkatkan

    Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial dengan Menggunakan Media

    Gambar pada Siswa Kelas IV SD Negeri Tingkir – Tengah 02” latar

    belakang pada penelitian ini yaitu untuk meningkatkan hasil belajar IPS

    dengan menggunakan media gambar pada siswa kelas 4 hasil penelitian

    yang diperoleh menggunakan media gambar untuk meningkatkan hasil

    belajar siswa. fariabel yang terkait yatu penggunaan media gambar untuk

    media pembelajaran.

    4. Amanah, H. Bunyamin (2015) dengan penelitian yang berjudul “Penggunaan

    Media Gambar Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran

    Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Di Kelas 1 Madrasah Ibtidaiyah An-Nur

    Kota Cirebon” latar belakang penelitian ini bertujuan guna memperbaiki

    hasil belajar siswa kelas I MI An-Nur dengan penggunaan media gambar

    pada mata pelajaran IPA dan menggunakan penelitian tindakan kelas. Pada

    pra siklus diperoleh rata-rata 60,04, siklus I diperoleh rata-rata 72,17. Nilai

  • 31

    tersebut mengalami peningkatan 12,13%, siklus II diperoleh nilai rata-rata

    86,52 nilai tersebut mengalami peningkatan sebesar 14,35.

    5. Yuswanti (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengunaan Media

    Gambar Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS

    Di Kelas IV SD PT. Lestari Tani Teladan (LTT) Kabupaten Donggala” latar

    belakang penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar siswa kelas IV SD

    PT. Lestari Tani Teladan Kabupaten Donggala pada mata pelajaran IPS.

    Setelah diterapkan media gambar dalam pembelajaran IPS yaitu ketuntasan

    klasikal pada siklus I 20,08% meningkat menjadi 95,80% pada siklus II dan

    daya serap klasikal yang diperoleh pada siklus I 54,58% menjadi 75,42%

    pada siklus II dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa penerapan media

    gambar dapat meningkatkan hasil belajar siswa SD PT. Lestari Tani

    Teladan. Kabupaten Donggala.

    2.3. Kerangka Pikir

    Pembelajaran IPA di sekolah saat ini masih dianggap sebagai pelajaran

    yang monoton dan membosankan. Maka dari itu Pembelajaran IPA di sekolah

    dasar harus di kemas dengan menarik untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

    Indikasi tersebut dapat dilihat dari hasil belajar dan keaktifan siswa dalam

    mengikuti pembelajaran. Pembelajaran yang diterapkan masih konvensional

    dimana pembelajaran berpusat pada guru, siswa kurang terlibat dalam

    pembelajaran. Hal ini menyebabkan siswa mengalami kejenuhan berakibat

    kurangnya minat dapat berpengaruh terhadap hasil pembelajarannya. Hasil belajar

    akan meningkat apabila kegiatan belajar mengajar dilaksanakan secara bervariasi

    melalui penerapan model/metode yang di dukung dengan media pembelajaran

    yang sesuai.

    Sehubungan dengan hal-hal tersebut, maka perlu adanya model

    pembelajaran yang dapat menciptakan pembelajaran yang aktif, dan

    menyenangkan sehingga dapat meningkatkan semangat belajar siswa. Penggunaan

    model pembelajaran PBL merupakan salah satu pilihan untuk mengatasi masalah

    tersebut merupakan model pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompok

  • 32

    dan memainkan permainan dengan anggota kelompok lain untuk memperoleh

    skor bagi tim mereka dalam bentuk pertanyaan yang berkaitan dengan materi

    pelajaran.

    Penggunaan media gambar sebagai media yang mendukung pembelajaran

    diharapkan dapat mempermudah siswa tenteng materi yang diajarkan yaitu

    perubahan wujud benda dan faktor yang mempengaruhi. Dengan media gambar

    dapat membantu agar pembelajaran lebih merarik dan siswa lebih berminat

    mengikuti pembelajaran.

    2.4. Hipotesis

    Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikir yang sudah diuraikan

    diatas, maka sebelum dilakukan pengambilan data dalam penelitian dirumuskan

    hipotesis terlebih dahulu sebagai berikut:

    1. Penerapan model pembelajaran PBL berbantuan media gambar didugadapat

    meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA siswa kelas 4 semester 2 SDN

    Keputon 01 Kec. Blado, Kab. Batang.

    2. Penerapan langkah-langkah model pembelajaran PBL berbantuan media

    gambar sesuai sintak diduga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar

    IPA siswa kelas 4 semester 2 SDN Keputon 01 Kec. Blado, Kab. Batang.