Upload
others
View
20
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Manajemen Keuangan
2.1.1.1. Pengertian Manajemen Keuangan
Menurut Van Horne dan Wachowicz Jr. (2012:2) Manajemen
keuangan berkaitan dengan perolehan aset, pendanaan, dan manajemen
aset dengan didasari dengan beberapa tujuan umum.
Manajemen keuangan adalah semua aktivitas perusahaan yang
berhubungan dengan usaha-usaha mendapatkan dana perusahaan dengan
biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan
dana tersebut secara efisien (Sutrisno, 2012:3).
Sedangkan menurut Kamaludin (2011:1) manajemen keuangan
adalah upaya untuk mendapatkan dana dengan cara yang paling
menguntungkan serta mengalokasikan dana secara efisien dalam
perusahaan sebagai sarana untuk mencapai sasaran bagi pemegang saham.
Berdasarkan pengertian diatas maka peneliti menyimpulkan
manajemen keuangan adalah upaya untuk mendapatkan dana perusahaan
berkaitan dengan perolehan aset, pendanaan dan manajemen aset dengan
biaya yang murah serta dengan cara yang menguntungkan dan
mengalokasikan dana secara efisien.
2.1.1.2. Fungsi Manajemen Keuangan
Harmono (2014:6) menjelaskan fungsi manajemen keuangan dapat
dirinci ke dalam tiga bentuk kebijakan perusahaan, yaitu:
1. Keputusan Investasi
Keputusan investasi merupakan kebijakan terpenting dari dua
kebijakan lain dalam manajemen keuangan, yaitu kebijakan pendanaan dan
kebijakan dividen. Investasi modal sebagai aspek utama kebijakan
manajemen keuangan karena investasi adalah bentuk alokasi modal yang
realisasinya harus menghasilkan manfaat atau keuntungan dimasa yang
akan datang.
2. Keputusan Pendanaan
Keputusan pendanaan biasanya disebut sebagai kebijakan struktur
modal. Dalam hal ini manajer keuangan dituntut untuk bisa menentukan
8
struktur modal optimal dalam kaitannya dengan pendanaan aktivitas
investasi perusahaan.
3. Keputusan Dividen
Keputusan dividen adalah persentase laba yang dibayarkan kepada
para pemegang saham dalam bentuk dividen tunai, penjagaan stabilitas
dividen dari waktu ke waktu, pembagian dividen saham, dan pembelian
kembali saham.
2.1.1.3. Tujuan Manajemen Keuangan
Tujuan utama dari manajemen keuangan adalah untuk
memaksimalkan nilai perusahaan (Kasmir, 2011:6).
Menurut Harmono (2014:1) tujuan manajemen keuangan adalah
memaksimalkan nilai kekayaan para pemegang saham.
Sedangkan menurut Van Horne dan Wachowicz Jr. (2012:4) tujuan
manajemen keuangan sama dengan tujuan perusahaan, yaitu
memaksimalkan kesejahteraan pemilik perusahaan yang ada saat ini.
Berdasarkan tiga pendapat tersebut peneliti menyimpulkan tujuan
manajemen keuangan adalah memaksimalkan nilai perusahaan dan
kekayaan pemegang saham serta kesejahteraan pemilik perusahaan.
2.1.2. Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah informasi yang menggambarkan kondisi
suatu perusahaan, dimana selanjutnya itu akan menjadi suatu informasi
yang menggambarkan tentang kinerja suatu perusahaan (Fahmi, 2012:22).
Kemudian menurut Kasmir, (2012:7) laporan keuangan adalah
laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau
dalam suatu periode tertentu.
Sedangkan menurut Tatang, (2011:103) laporan keuangan adalah
laporan yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan yang isinya merupakan
ringkasan dari harta, kewajiban dan kinerja operasi selama suatu periode
akuntansi tertentu.
Berdasarkan pemaparan para ahli tersebut, peneliti menyimpulkan
laporan keuangan adalah informasi yang menunjukkan kondisi keuangan
perusahaan yang berisi ringkasan harta, kewajiban dan kinerja operasi
selama periode tertentu.
9
2.1.3. Nilai Perusahaan
2.1.3.1. Pengertian Nilai Perusahaan
Perusahaan adalah suatu organisasi yang mengorganisasikan dan
mengkombinasikan berbagai sumber daya dengan tujuan untuk
memproduksi barang atau jasa untuk dijual. Perusahaan yang telah go
public lebih mudah di perhitungkan nilai perusahaannya dibanding dengan
perusahaan yang tidak go public. Nilai perusahaan dari perusahaan yang
telah go public dapat dilihat dari harga sahamnya, sedangkan perusahaan
yang tidak go public nilai perusahaannya dapat diukur dengan harga jual
pada saat perusahaan tersebut dijual (Sartono, 2010:9).
Nilai perusahaan merupakan nilai sekarang dari arus pendapatan
atau kas yang di harapkan diterima pada masa yang akan datang
(Sudana,I.M, 2009:8).
Kemudian menurut Sujoko dan Soebiantoro (2007) nilai perusahaan
merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan
yang terkait erat dengan sahamnya.
Sedangkan menurut Agus Sartono (2010:487) nilai perusahaan
adalah nilai jual sebuah perusahaan sebagai suatu bisnis yang sedang
beroperasi.
Berdasarkan pemaparan para ahli tersebut peneliti menyimpulkan
nilai perusahaan adalah nilai sekarang yang di dapat dari kas yang
diharapkan diterima pada masa yang akan datang, serta merupakan tingkat
keberhasilan perusahaan yang terkait erat dengan sahamnya. Nilai
perusahaan dapat tercermin dari harga sahamnya, jika nilai sahamnya
tinggi maka nilai perusahaan juga baik.
Beberapa pendekatakan analisis rasio dalam penilaian market value,
terdiri dari pendekatan price earning ratio (PER), price book value ratio
(PBVR), market book ratio (MBR), deviden yield ratio, dan deviden
payout ratio (DPR). PBVR yang tinggi mencerminkan harga saham yang
tinggi dibandingkan nilai buku perlembar saham. Semakin tinggi harga
saham, semakin berhasil perusahaan menciptakan kemakmuran bagi
pemegang saham. Nilai perusahaan yang tinggi merupakan keinginan para
pemilik perusahaan, karena dengan nilai perusahaan yang tinggi akan
diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham (Brigham, 2010:7).
Rasio PBV yang digunakan sebagai proxy nilai perusahaan
dipengaruhi oleh beberapa faktor fundamental salah satunya yaitu return
on equity (ROE) yang merefleksikan profitabilitas perusahaan. Secara
sederhana menyatakan bahwa PBVR merupakan rasio pasar (market ratio)
10
yang digunakan untuk mengukur kinerja harga pasar saham terhadap nilai
bukunya. Rasio ini dihitung dengan formula sebagai berikut:
PBV = 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑎𝑠𝑎𝑟 𝑝𝑒𝑟 𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑏𝑖𝑎𝑠𝑎
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑏𝑢𝑘𝑢 𝑝𝑒𝑟 𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑏𝑖𝑎𝑠𝑎
2.1.3.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Nilai Perusahaan
1. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan dapat berpengaruh negatif terhadap nilai
perusahaan, karena pada perusahaan‐perusahaan besar, pemilik saham pada
dasarnya terpisah 30 dari manajemen, sehingga kurang berdaya mengubah
manajemen. Ukuran perusahaan juga dapat berpengaruh negatif karena
sekalipun perusahaan besar memiliki kemampuan untuk menghasilkan
keuntungan lebih besar, namun modal yang digunakan juga besar, sehingga
profitabilitasnya bisa jadi tidak terlalu tinggi dibanding perusahaan dengan
ukuran lebih kecil.
2. Profitabilitas
Sejalan dengan peningkatan likuiditas, jika terjadi peningkatan laba
sehingga ROE meningkat, maka semakin baik kemampuan perusahaan
dalam mengelola modal untuk menghasilkan laba, sehingga nilai
perusahaan yang tercermin dalam PBV akan meningkat.
3. Pertumbuhan Laba
Sama halnya dengan pertumbuhan laba dan sejalan dengan
peningkatan likuiditas, jika terjadi peningkatan laba sehingga growth of
earning after tax meningkat, maka semakin baik kinerja perusahaan,
sehingga nilai perusahaan yang tercermin dalam PBV akan meningkat.
4. Likuiditas
Semakin tinggi likuiditas perusahaan (yang salah satunya tercermin
dalam rasio kas atas aktiva lancar), semakin banyak dana tersedia bagi
perusahaan untuk membayar dividen, membiayai operasi dan investasinya,
sehingga persepsi investor pada kinerja perusahaan akan meningkat.
11
5. Inflasi
Inflasi berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Kondisi
inflasi akan menurunkan daya beli perusahaan, sehingga perusahaan akan
terdorong untuk melakukan retensi dana lebih besar agar dapat terus
membiayai aktivitasnya.
6. Struktur Modal
Apabila struktur modal berada di bawah titik optimal maka setiap
penambahan hutang akan meningkatkan nilai perusahaan. Dan sebaliknya,
apabila posisi struktur modal berada di atas titik optimal maka setiap
penambahan hutang akan menurunkan nilai perusahaan.
2.1.4. Profitabilitas
Menurut Sartono (2010:122) profitabilitas adalah kemampuan
perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total
aktiva maupun modal sendiri.
Kemudian menurut Harahap (2011:304) profitabilitas merupakan
kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan
sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan,
jumlah cabang, dan sebagainya.
Berdasarkan pengertian diatas maka peneliti menyimpulkan
profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk mencapai laba dari
penjualan, total aktiva maupun modal sendiri.
Menurut Brigham dan Houston (2011) menyatakan bahwa ada tiga
rasio yang dapat digunakan dalam rasio profitabilitas:
1. Net profit margin (NPM)
Net Profit Margin (NPM) adalah rasio yang digunakan untuk
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan
bersih. Cara menghitung NPM yaitu :
Net Profit Margin =𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑆𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
2. Return on asset (ROA)
Rasio laba bersih terhadap total aktiva mengukur pengembalian
atas total aktiva (ROA) setelah bunga dan pajak. Pengembalian atas total
aktiva dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:
ROA =𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑓𝑎
12
3. Return on Equity (ROE)
Rasio laba bersih terhadap ekuitas saham biasa, mengukur
pengembalian atas ekuitas saham biasa (ROE) atau tingkat pengembalian
atas investasi pemegang saham. Cara menghitung ROE yaitu:
ROE= 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠
2.1.5. Likuiditas
Menurut Riyanto (2011:25) likuiditas adalah kemampuan sebuah
perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendek. Kemampuan tersebut
merupakan kemampuan perusahaan dalam melanjutkan operasionalnya
ketika perusahaan tersebut diwajibkan untuk melunasi kewajibannya yang
akan mengurangi dana operasionalnya.
Kemudian menurut Subramanyam (2012:43) likuiditas adalah
untuk mengevaluasi kemampuan memenuhi kewajiban jangka pendek.
Menurut Sartono (2010:116) Rasio likuiditas menunjukkan
kemampuan untuk membayar kewajiban finansial jangka pendek tepat
pada waktunya.
Dari pengertian diatas peneliti menyimpulkan, likuiditas adalah
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek tepat
pada waktunya.
J. Fred Weston dalam Kasmir (2012:106) mengatakan, rasio
likuiditas dibagi menjadi dua yaitu:
1. Rasio Lancar (Current Ratio);
Rasio ini digunakan dengan membagi aktiva lancar dan hutang
lancar. Ini mengidentifikasikan bahwa dari setiap hutang lancar dapat
ditutupi oleh aktiva-aktiva yang diperkiran dapat diubah menjadi uang
tunai dalam waktu singkat. Secara matematis adalah sebagai berikut:
Current Ratio = Aktiva Lancar
Hutang Lancar
2. Rasio Cepat (Quick Ratio atau Acid Test Ratio).
Rasio ini digunakan dengan mengeluarkan persediaan dalam
persediaan dari aktiva lancar kemuadian dibagi dengan hutang lancar.
Secara matematis dituliskan sebagai berikut:
Quick Ratio= Aktiva Lancar−Persediaan
Hutang Lancar
13
2.1.6. Struktur Modal
2.1.6.1. Pengertian Struktur Modal
Struktur modal merupakan gambaran dari bentuk proporsi finansial
perusahaan yaitu antara modal yang dimiliki yang bersumber dari utang
jangka panjang (long-term liabilities) dan modal sendiri (shareholder’s
equity) yang menjadi sumber pembiayaan suatu perusahaan (Fahmi,
2011:106).
Struktur modal (capital strukture) berkaitan dengan pembelanjaan
jangka panjang suatu perusahaan yang diukur dengan perbandingan utang
jangka panjang dengan modal sendiri (Sudana, 2011:143).
Kemudian menurut Handayani (2008:3) struktur modal merupakan
perimbangan antara hutang dengan modal yang dimiliki perusahaan.
Kusumajaya (2011:40) mengungkapkan, struktur modal adalah
perimbangan atau perbandingan antara jumlah hutang jangka panjang
dengan modal sendiri.
Sedangkan menurut Binangkit dan Raharjo, (2014) struktur modal
adalah pembelanjaan permanen didalam mencerminkan perimbangan
antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri.
Struktur modal diukur dengan Debt to equity (DER) dan Debt to
Total Asset Ratio (DAR). Debt to equity merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur tingkat leverage (penggunaan hutang) terhadap total
shareholder’s equity yang dimiliki perusahaan. Rasio ini dihitung dengan
formula sebagai berikut:
DER = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙𝑥 100%
Sedangkan, DAR merupakan salah satu rasio yang digunakan
untuk mengukur tingkat solvabilitas perusahaan. Rasio ini dihitung dengan
formula sebagai berikut:
DAR = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡𝑥 100%
Dari beberapa pemaparan para ahli diatas, penulis menyimpulkan
struktur modal merupakan perimbangan antara modal yang dimiliki
perusahaan yang bersumber dari hutang jangka panjang dengan modal
sendiri.
14
2.1.6.2. Teori Struktur Modal
Setiap ada perubahan struktur modal akan mempengaruhi biaya
modal secara keseluruhan. Masing-masing jenis modal mempunyai biaya
modal sendiri-sendiri. Selain itu, teori struktur modal dianggap penting
karena besarnya biaya modal nantinya akan digunakan sebagai cut of rate
pada pengambilan keputusan investasi.
Menurut Hanafi (2012:297) teori mengenai struktur modal terdiri dari :
1. Pendekatan Tradisional
2. Pendekatan Modigliani dan Miller (MM)
3. Teori Trade Off
4. Model Miller dengan Pajak Perusahaan dan Personal
5. Pecking Order Theory
6. Teori Asimetri: Informasi dan Signaling
Penjelasan dari masing-masing teori struktur modal tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Pendekatan Tradisional
Dalam pendekatan tradisional mengungkapkan bahwa akan adanya
struktur modal yang optimal. Struktur modal mempunyai pengaruh
terhadap nilai perusahaan. Struktur modal bisa diubah-ubah sampai
memperoleh nilai perusahaan yang optimal.
2. Pendekatan Modigliani dan Miller (MM)
Tahun 1960-an pendekatan modigliani dan miller (MM), kedua
ekonomi tersebut memasukkan faktor pajak ke dalam analisis mereka.
Mereka sampai pada kesimpulan bahwa nilai perusahaan dengan utang
lebih tinggi adalah titik relevan dibandingkan nilai perusahaan tanpa utang.
Kenaikan tersebut terjadi karena adanya penghematan pajak dari
penggunaan utang.
3. Teori Trade Off
Teori Trade Off merupakan gabungan antara teori struktur modal
modigliani dan miller dengan memasukkan biaya kebangkrutan dan biaya
keagenan yang mengindikasikan adanya penghematan pajak dari utang
dengan biaya kebangkrutan.
4. Model Miller dengan Pajak Perusahaan dan Personal
Modigliani dan Miller mengembangkan model struktur modal
tanpa pajak dan dengan pajak. Nilai perusahaan dengan pajak lebih tinggi
dibandingkan dengan nilai perusahaan tanpa pajak. Selisih tersebut
15
diperoleh melalui penghematan pajak karena bunga bisa dipakai untuk
mengurangi pajak. Setelah itu Miller mengembangkan model struktur
modal dengan memasukkan pajak personal. Pemegang saham dan
pemegang utang harus membayar pajak jika mereka menerima dividen
(untuk pemegang saham) atau bunga (untuk pemegang utang). Menurut
model tersebut, tujuan yang ingin dicapai adalah tidak hanya
meminimalkan pajak perusahaan, tetapi meminimalkan total pajak yang
harus dibayarkan (pajak perusahaan, pajak atas pemegang saham, dan
pajak atas pemegang utang)
.
5. Pecking Order Theory
Teori pecking order bisa menjelaskan kenapa perusahaan yang
mempunyai tingkat keuntungan yang tinggi justru mempunyai tingkat
utang yang lebih kecil. Tingkat utang yang kecil tersebut tidak dikarenakan
perusahaan mempunyai target tingkat utang yang kecil, tetapi karena
mereka tidak membutuhkan dana eksternal.
6. Teori Asimetri Informasi dan Signaling
Konsep asimetri dan signaling informasi berkaitan erat. Teori
asimetri mengatakan bahwa pihak-pihak yang berkaitan dengan perusahaan
tidak mempunyai informasi yang sama mengenai prospek dan risiko
perusahaan. Pihak tertentu mempunyai informasi yang lebih baik
dibandingkan pihak lainnya. Manajer biasanya mempunyai informasi yang
lebih baik dibandingkan dengan pihak luar (investor). Karena itu bisa
dikatakan terjadi asimetri informasi antara manajer dengan investor.
Teori signaling adalah model dimana struktur modal (penggunaan
utang) merupakan signal yang disampaikan oleh manajer ke pasar.
Perusahaan yang meningkatkan utang bisa dipandang sebagai perusahaan
yang yakin dengan prospek perusahaan di masa mendatang. Karena cukup
yakin, maka manajer perusahaan tersebut berani menggunakan utang yang
lebih besar. Dengan demikian utang merupakan tanda atau signal positif.
16
2.1.6.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Struktur Modal
Menurut Brigham dan Houston (2011:188) yang dialih bahasakan
oleh Ali Akbar Yulianto, faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan
struktur modal terdiri dari:
1. Stabilitas Penjualan
2. Struktur Aset
3. Leverage Operasi
4. Tingkat Pertumbuhan
5. Profitabilitas
6. Likuiditas
7. Pajak
8. Kendali
9. Sikap Manajemen
10. Sikap Pemberi Pinjaman dan Lembaga Penilai Pemeringkat
11. Kondisi Pasar
12. Kondisi Internal Perusahaan
13. Fleksibilitas Keuangan
Penjelasan dari masing-masing faktor tersebut adalah:
1. Stabilitas Penjualan
Suatu perusahaan yang penjualannya relatif stabil dapat secara
aman mengambil utang dalam jumlah yang lebih besar dan mengeluarkan
beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang
penjualannya tidak stabil.
2. Struktur Aset
Perusahaan yang asetnya memadai untuk digunakan sebagai
jaminan pinjaman cenderung akan cukup banyak menggunakan utang. Aset
umum yang dapat digunakan oleh banyak perusahaan dapat menjadi
jaminan yang baik, sementara tidak untuk aset dengan tujuan khusus. Jadi,
perusahaan real estate biasanya memiliki leverage yang tinggi sementara
pada perusahaan yang terlibat dalam bidang penelitian teknologi, hal
seperti ini tidak berlaku.
17
3. Leverage Operasi
Perusahaan dengan leverage operasi yang lebih rendah akan lebih
mampu menerapkan leverage keuangan karena perusahaan tersebut akan
memiliki risiko usaha yang lebih rendah.
4. Tingkat Pertumbuhan
Perusahaan yang memiliki pertumbuhan lebih cepat harus lebih
mengandalkan diri pada modal eksternal. Selain itu, biaya emisi yang
berkaitan dengan penjualan saham biasa akan melebihi biaya emisi yang
terjadi ketika perusahaan menjual utang, mendorong perusahaan yang
mengalami perusahaan pesat untuk lebih mengandalkan diri pada utang.
Namun, pada waktu yang bersamaan perusahaan tersebut seringkali
menghadapi ketidakpastian yang lebih tinggi, cenderung akan menurunkan
keinginan mereka untuk menggunakan utang.
5. Profitabilitas
Perusahaan dengan tingkat pengembalian atas investasi yang
sangat tinggi ternyata menggunakan utang dalam jumlah yang relatif
sedikit. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan perusahaan-
perusahaan melakukan sebagian besar pendanaannya melakui dana yang
dihasilkan secara internal.
6. Likuiditas
Perusahaan yang lebih likuid akan menggunakan pendanaan
eksternal karena kemampuan mereka membayar kembali kewajiban dan
untuk mendapatkan manfaat dari perlindungan pajak.
7. Pajak
Bunga merupakan beban pengurang pajak, dan pengurangan ini
lebih bernilai bagi perusahaan dengan tarif pajak yang tinggi. Jadi, semakin
tinggi tarif pajak suatu perusahaan, maka makin besar keunggulan dari
utang.
8. Kendali
Pengaruh utang dibandingkan saham pada posisi kendali suatu
perusahaan dapat mempengaruhi struktur modal. Jika manajemen saat ini
memiliki kendali hak suara (lebih dari 50% saham) tetapi tidak berada
dalam posisi untuk membeli saham tambahan lagi, maka manajemen
mungkin akan memilih utang sebagai pendanaan baru. Pertimbangan
18
kendali dapat mengarah pada penggunaan baik itu utang maupun ekuitas
karena jenis modal yang memberikan perlindungan terbaik kepada
manajemen akan bervariasi dari satu situasi ke situasi yang lain.
9. Sikap Manajemen
Manajemen dapat melaksanakan pertimbangannya sendiri tentang
struktur modal yang tepat. Beberapa manajemen cenderung lebih
konservatif dibandingkan yang lain, dan menggunakan utang dalam jumlah
yang lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata perusahaan di dalam
industrinya. Sementara manajemen yang agresif menggunakan lebih
banyak utang dalam usaha mereka untuk mendapatkan laba yang lebih
tinggi.
10. Sikap Pemberi Pinjaman dan Lembaga Pemeringkat
Tanpa mempertimbangkan analisis manajemen sendiri atas faktor
leverage yang tepat bagi perusahaan, sikap pemberi pinjaman dan lembaga
pemeringkat sering kali akan mempengaruhi keputusan struktur keuangan.
Perusahaan sering membahas struktur modalnya dengan pihak pemberi
pinjaman dan lembaga pemeringkat serta sangat memperhatikan saran
mereka.
11. Kondisi Pasar
Kondisi pasar saham dan obligasi mengalami perubahan dalam
jangka panjang maupun jangka pendek yang dapat memberikan arah
penting pada struktur modal optimal suatu perusahaan. Perusahaan
berperingkat rendah yang membutuhkan modal terpaksa pergi ke pasar
saham atau pasar utang jangka pendek, tanpa melihat sasaran struktur
modalnya. Namun, ketika kondisi melonggar perusahaan-perusahaan ini
menjual obligasi jangka panjang untuk mengembalikan struktur modalnya
kembali pada sasaran.
12. Kondisi Internal Perusahaan
Kondisi internal perusahaan juga dapat berpengaruh pada sasaran
struktur modalnya. Perusahaan dapat menjual penerbitan saham biasa,
menggunakan hasilnya untuk melunasi utang, dan kembali pada sasaran
struktur modalnya.
19
13. Fleksibilitas Keuangan
Fleksibilitas keuangan atau kemampuan untuk menghimpun modal
dengan persyaratan yang wajar dalam kondisi yang buruk. Potensi
kebutuhan akan dana dimasa depan dan konsekuensi kekurangan dana akan
mempengaruhi sasaran struktur modal. Semakin besar kemungkinan
kebutuhan modal dan makin buruk konsekuensi jika tidak mampu untuk
mendapatkannya, maka makin sedikit jumlah utang yang sebaiknya ada di
dalam neraca perusahaan.
2.1.6.4. Rasio Struktur Modal
Menurut Sjahrial dan Purba (2013:37) rasio struktur modal adalah:
1. Rasio Total Utang terhadap Total Aktiva ( Total Debt to Total Assets
Ratio/DAR)
Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah aktiva
perusahaan dibiayai dengan utang. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin
besar jumlah modal pinjaman yang digunakan untuk investasi pada aktiva
guna menghasilkan keuntungan bagi perusahaan.
Rasio DAR = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎𝑥 100%
2. Rasio Total Utang terhadap Modal (Total Debt to Equity Ratio/DER)
Rasio ini digunakan untuk mengukur perimbangan antara
kewajiban yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri. Rasio ini juga
dapat berarti sebagai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
membayar utangnya dengan jaminan modal sendiri.
Rasio DER = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠𝑥 100%
3. Rasio Utang Jangka Panjang terhadap Modal (Long Term Debt to Equity
Ratio/LDER)
Rasio ini digunakan untuk menunjukkan hubungan antara jumlah
pinjaman jangka panjang yang diberikan kreditur dengan jumlah modal
sendiri yang diberikan oleh pemilik perusahaan. Rasio ini juga digunakan
untuk mengukur seberapa besar perbandingan antara utang jangka panjang
dengan modal sendiri atau seberapa besar utang jangka panjang dijamin
oleh modal sendiri.
Rasio LDER= 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑗𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑒𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠𝑥 100%
20
2.1.7. Pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan
Brigham dan Houston (2011:22) menyatakan bahwa nilai
perusahaan akan bergantung pada kemampuan perusahaan untuk menarik
modal. Karena perseroan terbatas dapat menarik modal secara lebih
mudah, maka mereka dapat dengan lebih baik mengambil keuntungan dari
peluang-peluang pertumbuhan. Jika dilakukan dengan profitabilitas, maka
setiap perusahaan yang akan berusaha memaksimalkan nilai peusahaan
secara terus-menerus mengusahakan pertumbuhan dari penjualan dan
penghasilannya.
Profitabilitas adalah tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih
oleh perusahaan saat menjalankan operasinya. Profit yang tinggi
menunjukkan prospek perusahaan yang baik sehingga dapat memicu
bertambahnya investor untuk ikut meningkatkan permintaan saham.
Menurut Wira, (2011) indikator profitabilitas adalah Return on Equity
(ROE), nilai perusahaan akan terlihat baik jika kinerja perusahaan baik
pula, jadi perusahaan yang menguntungkan adalah perusahaan yang
memiliki ROE tinggi.
2.1.8. Pengaruh Likuiditas terhadap Nilai Perusahaan
Menurut Riyanto (2011:25) likuiditas adalah kemampuan sebuah
perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendek. Kemampuan tersebut
merupakan kemampuan perusahaan dalam melanjutkan operasionalnya
ketika perusahaan tersebut diwajibkan untuk melunasi kewajibannya yang
akan mengurangi dana operasionalnya.
Semakin tinggi likuiditas maka semakin tinggi pula nilai
perusahaan. Sebaliknya semakin rendah likuiditas maka semakin rendah
pula nilai perusahaannya. Perusahaan yang memiliki likuiditas yang tinggi
tentu akan diminati para investor, karena investor beranggapan bahwa
perusahaan memiliki kinerja yang baik sehingga sehingga meningkatkan
harga saham yang berarti nilai perusahaan juga meningkat.
2.1.9. Pengaruh Struktur Modal terhadap Nilai Perusahaan
Menurut Hanafi (2012:297) Teori Trade Off merupakan gabungan
antara teori struktur modal modigliani dan miller dengan memasukkan
biaya kebangkrutan dan biaya keagenan yang mengindikasikan adanya
penghematan pajak dari utang dengan biaya kebangkrutan.
Trade-off theory menjelaskan bahwa apabila struktur modal berada
di bawah titik optimal maka setiap penambahan hutang akan meningkatkan
21
nilai perusahaan. Dan sebaliknya, apabila posisi struktur modal berada di
atas titik optimal maka setiap penambahan hutang akan menurunkan nilai
perusahaan. Maka berdasarkan trade-off theory memprediksikan adanya
hubungan positif antara struktur modal dan nilai perusahaan.
Semua struktur modal adalah baik. Tetapi kalau dengan merubah
struktur modal ternyata nilai perusahaan berubah, maka akan diperoleh
Struktur Modal yang terbaik. Struktur modal yang dapat memaksimalkan
nilai perusahaan, atau harga saham adalah struktur modal yang terbaik
(Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti, 2012:263).
2.2. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul penelitian
Variabel
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
1. AA
Ngurah
Dharma
Adi Putra
dan Putu
Vivi
Lestari
(2016)
PENGARUH
KEBIJAKAN
DIVIDEN,
LIKUIDITAS,
PROFITABILITAS
DAN UKURAN
PERUSAHAAN
TERHADAP
NILAI
PERUSAHAAN
Variabel
Independen :
Likuiditas
(X2)
Profitabilitas
(X3)
Variabel
Dependen :
Nilai
Perusahaan
(Y)
Variabel
Independen :
Kebijakan
Dividen (X1)
Ukuran
Perusahaan
(X4)
1. Kebijakan
dividen,
likuiditas,
profitabilitas
dan ukuran
perusahaan
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap nilai
perusahaan
2. Ni Kadek
Ayu
Sudiani
dan Ni
Putu Ayu
Darmayan
PENGARUH
PROFITABILITAS
, LIKUIDITAS
PERTUMBUHAN
DAN
INVESTMENT
Variabel
Independen :
Profitabilitas
(X1)
Likuiditas
Variabel
Independen :
Pertumbuhan
(X3)
Investment
1. Profitabilitas
dan
investment
opportunity
set
berpengaruh
22
ti (2016) OPPORTUNITY
SET TERHADAP
NILAI
PERUSAHAAN
(X2)
Variabel
Dependen :
Nilai
Perusahaan
(Y)
opportunity
set (X4)
positif dan
signifikan
terhadap nilai
perusahaan.
2. Likuiditas dan
pertumbuhan
berpengaruh
negatif namun
tidak
signifikan
terhadap nilai
perusahaan.
3. Rahman
Rusdi
Hamidy
(2014)
PENGARUH
STRUKTUR
MODAL
TERHADAP
NILAI
PERUSAHAAN
DENGAN
PROFITABILITAS
SEBAGAI
VARIABEL
INTERVENING
PADA
PERUSAHAAN
PROPERTI DAN
REAL ESTATE DI
BURSA EFEK
INDONESIA
Variabel
Independen :
Struktur
modal (X1)
Variabel
Dependen :
Nilai
perusahaan
(Y)
1. Struktur
modal
mempunyai
pengaruh
yang positif
dan signifikan
terhadap nilai
perusahaan.
2. Struktur
modal
mempunyai
pengaruh
yang positif
dan signifikan
terhadap
profitabilitas.
3. Profitabilitas
mempunyai
pengaruh
yang positif
dan signifikan
terhadap nilai
perusahaan.
4. Profitabilitas
mampu
memediasi
23
pengaruh
struktur
modal
terhadap nilai
perusahaan.
4. Fatimatuz
Zuhro
MB
(2016)
PENGARUH
UKURAN
PERUSAHAAN,
PERTUMBUHAN
ASET, DAN
PROFITABILITAS
TERHADAP
STRUKTUR
MODAL
Variabel
Independen :
Profitabilitas
(X3) Struktur
Modal (Y)
Variabel
Independen :
Ukuran
Perusahaan
(X1)
Pertumbuhan
Aset (X2)
1. Ukuran
perusahaan
dan
profitabilitas
berpengaruh
signifikan
terhadap
struktur
modal
2. Pertumbuhan
Aset tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
struktur
modal.
5. Luh Putu
Widayanti
, Nyoman
Triaryati
dan
Nyoman
Abundant
i (2016)
PENGARUH
PROFITABILITAS
, TINGKAT
PERTUMBUHAN
PERUSAHAAN,
LIKUIDITAS,
DAN PAJAK
TERHADAP
STRUKTUR
MODAL PADA
SEEKTOR
PARIWISATA
Variabel
Independen :
Profitabilitas
(X1)
Likuiditas
(X3)
Variabel
Dependen :
Struktur
Modal (Y)
Variabel
Independen :
Tingkat
Pertumbuhan
Perusahaan
(X2)
Pajak (X4)
1. Profitabilitas,
tingkat
pertumbuhan
perusahaan
dan pajak
tidak
berpengaruh
terhadap
struktur
modal.
2. Likuiditas
berpengaruh
negatif dan
signifikan
terhadap
struktur
modal.
24
6. Devi Idha
Silviyah
(2017)
PENGARUH
STRUKTUR
MODAL DAN
PERTUMBUHAN
PERUSAHAAN
TERHADAP
NILAI
PERUSAHAAN
DENGAN
PROFITABILITAS
SEBAGAI
VARIABEL
INTERVENING
PADA
PERUSAHAAN
SEKTOR
TELEKOMUNIKA
SI PERIODE 2011-
2015
Variabel
Independen :
Struktur
Modal (X1)
Variabel
Dependen :
Nilai
Perusahaan
(Y)
Variabel
Independen :
Pertumbuhan
Perusahaan
(X2)
1.Struktur
modal dan
pertumbuhan
perusahaan
berpengaruh
signifikan
terhadap
profitabilitas.
2.Struktur
modal,
pertumbuhan
perusahaan
dan
profitabilitas
berpengaruh
terhadap nilai
perusahaan.
3.Struktur
modal
berpengaruh
signifikan
terhadap
pertumbuhan
perusahaan.
25
2.3. Kerangka Konseptual
Berdasarkan tujuan penelitian untuk memudahkan suatu penelitian
maka perlu dibuat suatu kerangka yang menggambarkan suatu hubungan
dari variabel independen dalam hal ini pengaruh profitabilitas, likuiditas
dan struktur modal terhadap variabel dependen nilai perusahaan, maka
dibuat kerangka konsep sebagai berikut:
H1
H2
H3
H4
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Profitabilitas
(X1)
Struktur
Modal (X3)
Likuiditas
(X2)
Nilai
Perusahaan
(Y)
26
2.4 Hipotesis
Berdasarkan teori dan rumusan masalah, maka diduga bahwa :
H1 : Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan pada
perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang
terdaftar di BEI periode 2014-2016.
H2 : Likuiditas berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan pada
perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang
terdaftar di BEI periode 2014-2016.
H3 : Struktur Modal berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan pada
perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang
terdaftar di BEI periode 2014-2016.
H4 : Profitabilitas, likuiditas dan struktur modal secara simultan
berpengaruh terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur
sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di BEI periode
2014-2016.