36
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pelestarian Terdapat beberapa bentuk pelestarian kebudayaan Islam. Pada sub bab ini akan dipaparkan beberapa jenis bentuk pelestarian Islam. a. Cultural Experience Cultural experience adalah bentuk pelestarian kebudayaan secara langsung yang dilakukan dengan cara mempelajari. b. Cultural Knowledge Cultural knowledge adalah bentuk pelestarian kebudayaan dengan menyediakan pusat informasi yang dapat difungsikan dalam berbagai bentuk. Pusat informasi tersebut ditujukan untuk sarana pengetahuan atau pendidikan, tempat pengembangan budaya, pariwisata. Berdasarkan kondisi kebudayaan Islam di Kabupaten Gresik yang punah dikarenakan fasilitas yang tidak tersedia, maka bentuk pelestarian berupa cultural knowledge lebih membantu untuk melestarikan kebudayaan tersebut. Bentuk pelestarian tersebut diwujudkan dengan sebuah pusat informasi kebudayaan sekaligus sebagai pusat pelestarian yang berupa pusat pelestarian kebudayaan. 2.2 Tinjauan Pusat Pelestarian Kebudayaan Pada sub bab ini akan dipaparkan mengenai pengertian pusat pelestarian kebudayaan, tinjauan pusat pelestarian kebudayaan melalui fungsi, dan peraturan pemerintah tentang bangunan budaya. 2.2.1 Pengertian Pusat Pelestarian Kebudayaan Pengertian Pusat Pelestarian Kebudayaan adalah tempat pengenalan, pembinaan dan pengembangan kebudayaan. Pusat Pelestarian Kebudayaan bertanggung jawab menyusun dan mengendalikan kegiatan budaya dan kesenian. Perancangan Pusat Pelestarian Kebudayaan membutuhkan sebuah standar yang dapat dijadikan pedoman guna mencapai rancangan ideal untuk pusat kebudayaan beserta fasilitas yang terdapat di dalamnya. Adapun standar mengenai pusat kebudayaan dapat ditinjau dari fungsi dan peraturan pemerintah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 a. Cultural Experiencerepository.ub.ac.id/1536/3/BAB II.pdf2.2 Tinjauan Pusat Pelestarian Kebudayaan Pada sub bab ini akan dipaparkan mengenai pengertian

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pelestarian

Terdapat beberapa bentuk pelestarian kebudayaan Islam. Pada sub bab ini akan

dipaparkan beberapa jenis bentuk pelestarian Islam.

a. Cultural Experience

Cultural experience adalah bentuk pelestarian kebudayaan secara langsung yang

dilakukan dengan cara mempelajari.

b. Cultural Knowledge

Cultural knowledge adalah bentuk pelestarian kebudayaan dengan menyediakan pusat

informasi yang dapat difungsikan dalam berbagai bentuk. Pusat informasi tersebut

ditujukan untuk sarana pengetahuan atau pendidikan, tempat pengembangan budaya,

pariwisata.

Berdasarkan kondisi kebudayaan Islam di Kabupaten Gresik yang punah dikarenakan

fasilitas yang tidak tersedia, maka bentuk pelestarian berupa cultural knowledge lebih

membantu untuk melestarikan kebudayaan tersebut. Bentuk pelestarian tersebut

diwujudkan dengan sebuah pusat informasi kebudayaan sekaligus sebagai pusat pelestarian

yang berupa pusat pelestarian kebudayaan.

2.2 Tinjauan Pusat Pelestarian Kebudayaan

Pada sub bab ini akan dipaparkan mengenai pengertian pusat pelestarian kebudayaan,

tinjauan pusat pelestarian kebudayaan melalui fungsi, dan peraturan pemerintah tentang

bangunan budaya.

2.2.1 Pengertian Pusat Pelestarian Kebudayaan

Pengertian Pusat Pelestarian Kebudayaan adalah tempat pengenalan, pembinaan dan

pengembangan kebudayaan. Pusat Pelestarian Kebudayaan bertanggung jawab menyusun

dan mengendalikan kegiatan budaya dan kesenian. Perancangan Pusat Pelestarian

Kebudayaan membutuhkan sebuah standar yang dapat dijadikan pedoman guna mencapai

rancangan ideal untuk pusat kebudayaan beserta fasilitas yang terdapat di dalamnya.

Adapun standar mengenai pusat kebudayaan dapat ditinjau dari fungsi dan peraturan

pemerintah.

10

2.2.2 Tinjauan Pusat Pelestarian Kebudayaan Melalui Fungsi

a. Fungsi informasi

b. Fungsi sumber ilmu pengetahuan

c. Fungsi pendidikan

d. Fungsi pengembangan budaya dan pariwisata

e. Fungsi rekreasi atau hiburan

2.2.3 Peraturan Pemerintah tentang Bangunan Budaya

Standar fasilitas Pusat Pelestarian Kebudayaan dapat ditinjau dari kegiatan

pengembangan dan pemanfaatan sebuah tradisi. Berdasarkan Peraturan Menteri

Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pedoman

Pelestarian Tradisi:

a. Bagian Keempat Pengembangan Pasal 8 Ayat 2

Pengembangan tradisi dilakukan melalui:

1) Revitalisasi nilai tradisi;

2) Apresiasi pada pelestari tradisi

3) Dikusi, seminar, sarasehan pengembangan tradisi dan pembinaan karakter dan pekerti

bangsa; dan

4) Pelatihan bagi pelaku tradisi dalam rangka pengetahuan nilai tradisi dan karakter

bangsa.

b. Bagian Kelima Pemanfaatan Pasal 10 Ayat 2

Pemanfaatan tradisi dilakukan melalui:

1) Penyebarluasan informasi nilai tradisi dan karakter dan pekerti bangsa;

2) Pergelaran dan pemeran tradisi dalam rangka penanaman nilai tradisi dan pembinaan

karakter dan pekerti bangsa; dan

3) Pengemasan bahan kajian dalam rangka penanaman nilai tradisi dan karakter dan

pekerti bangsa.

Berdasarkan tinjauan fungsi, pengembangan dan pemanfaatan maka dapat ditarik

kesimpulan standar fasilitas pada pusat kebudayaan dapat terdiri dari fungsi pergelaran,

pameran, pelatihan, dan diskusi. Kesimpulan mengenai fasilitas tersebut juga

mempengaruhi jenis kebudayaan yang akan diwadahi dalam Pusat Pelestarian

Kebudayaan. Sehingga perlu dilakukan peninjauan mengenai kebudayaan di Kabupaten

Gresik.

11

2.3 Tinjauan Kebudayaan di Kabupaten Gresik

Guna memenuhi terwujudnya fungsi pada Desain Pusat Pelestarian Kebudayaan

sehingga kebudayaan yang berada di Gresik tersebut dapat terwadahi secara maksimal,

maka dilakukan peninjauan kebudayaan yang dimiliki Kabupaten Gresik yang diawali dari

tinjauan wujud budaya berdasarkan teori.

2.3.1 Teori Wujud Budaya

Teori yang dikemukakan oleh J. J. Hoenigman dalam Koentjaraningrat (1986) wujud

kebudayaan terbagi tiga yaitu:

a. Gagasaan

Gagasan merupakan wujud budaya berupa ide, nilai, norma peraturan dan sebagainya

yang bersifat abstrak. Wujud budaya di Kabupaten Gresik yang berupa gagasan ini lebih

cenderung berwujud pola pikir masyarakat Gresik yang kental akan norma-norma agama

pada sikap dan perilaku kehidupan sehari-hari.

b. Kegiatan (aktivitas)

Kebudayaan berupa kegiatan berbentuk sebuah tindakan yang terpola dari satu

individu dalam sebuah masyarakat. Wujud budaya di Kabupaten Gresik yang

berwujudkegiatan ini bentuknya berupa kebiasaan yang ada di dalam masyarakat bisa

berwujud tradisi dan ciri khas tata krama atau cara berinteraksi masyarakat Gresik sebagai

penduduk pesisir pada pergaulan sehari-hari.

c. Artefak (karya)

Kebudayaaan yang berwujud artefak atau karya ini tergolong sebagai wujud fisik dari

sebuah kebudayaan, berupa benda atau sesuatu yang dapat disentuh, dilihat dan

didokumentasikan. Wujud budaya di Kabupaten Gresik berbentuk sebuah karya yang

berupa kesenian, meliputi seni tari, musik, dan kerajinan tangan serta seni rupa.

Berdasarkan teori tersebut wujud budaya berupa artefak atau karya lebih

memungkinkan untuk diwadahi karena memiliki sifat fisik yang mudah dilihat, diraba dan

didokumentasikan sehingga wujud tersebut dapat terwadahi dan memenuhi kriterian fungsi

Pusat Pelestarian Kebudayaan. Agar kesenian tersebut dapat terwadahi dengan maksimal

maka perlu dilakukan perbandingan dan dikaitkan dengan sifat kebudayaan guna

memperoleh wujud budaya yang benar-benar memungkinkan untuk di wadahi pada Pusat

Pelestarian Kebudayaan

12

Tabel 2. 1. Perbandingan Karaketr Wujud Kebudayaan

Wujud

Kebudayaan

Aspek Tinjauan

Aktivitas

(Kegiatan)

Artefak

(Karya)

Sumber Produk

Berasal dari tindakan individu

dalam masyarakat

Berasal dari kegiatan,

tindakan, dan karya individu

dalam masyarakat

Sifat Wujud Kebudayaan

Nyata, berlangsung dalam

kehidupan sehari hari, dapat

diperhatikan atau diamati, dan

dapat didokumentasikan

Nyata, dapat diraba

diperhatikan, dilihat, dan

didokumentasikan.

Wujud Nyata

Berupa tradisi, dikaitkan dengan

tradisi di Kabupaten Gresik yang

memiliki nilai dan filosofi Islam

sehingga dalam pelaksanaannya

lebih cenderung sebagai tradisi

yang berisi kegiatan religi

Berupa kesenian, dikaitkan

dengan kesenian yang dimiliki

Kabupaten Gresik. Kesenian

tersebut meliputi seni musik,

tari, dan kerajinan.

Karakter Wujud Nyata Sebagai ritual yang skral Ceria dan menghibur

Sumber:Pendekatan Kebudayaan Dalam Pembangunan Provinsi Jawa Timur, 2004

Berdasarakan tabel perbandigan tersebut dapat dilihat bahwa tradisi sebagai wujud

kebudayaan berupa aktivitas memiliki karakter sakral dalam kegiatannya, pelaksanaan

tradisi tersebut hanya dilakukan diwaktu tertentu. Sedangkan wujud kebudayaan berupa

artefak miliki sifat ceria, bisa dilakukan tanpa terikat dengan waktu secara khusus, dapat

dilihat, diraba dan dapat didokumentasikan melalui foto dan penjelasan narasi kemudian

dipublikasikan pada Pusat Pelestarian Kebudayaan. Guna menentukan tema Pusat

Pelestarian Kebudayaan maka dilakukan penijauan kelompok kesenian yang ada di

Kabupaten Gresik.

2.3.2 Kelompok Kesenian Kabupaten Gresik

Peninjauan kelompok kesenian di Kabupaten ditinjau dari:

a. Jumlah Kesenian Kabupaten Gresik

Berdasarkan data kesenian dari DISBUDPARPORA dalam buku agenda Gresik

Dalam Angka 2013 Sampai Dengan 2014 hanya tercatat sejumlah sembilan belas kesenian.

13

Jumlah kesenian yang belum tercatat sebanyak dua puluh satu macam, sehingga total

kesenian yang dimiliki Kabupaten Gresik berjumlah empat puluh jenis yang digolongkan

dalam beberapa aspek. Empat pulus satu jenis kesenian tersebut digolongkan dalam

beberapa kelompok.

b. Kelompok Kesenian Kabupaten Gresik

Kesenian Kabupaten Gresik berjumlah empat satu puluh jenis tersebut dikelompokkan

lagi berdasarkan:

1) Jenis Kesenian

Berdasarkan jenisnya kesenian yang dimiliki Kabupaten Gresik dikelompokkan

menjadi tiga jenis antara lain:

a. Kesenian bercorak Hindu Budha

b. Kesenian Islam

c. Kesenian Modern

Berdasarkan pengelompokan tersebut terdapat tiga puluh enam kesenian Islam, tiga

kesenian bercorak Hindu Budha, dan satu kesenian modern. Jumlah tersebut membuktikan

bahwa Kabupaten Gresik kental dengan kesenian Islam sehingga sesuai dengan citranya

sebagai kota santri. berangkat dari penjelasan yang terdapat pada latar belakang maka

pusat pelestarian kebudayaan yang akan dirancang adalah Pusat Pelestarian Kebudayaan

Islam di Kabupaen Gresik dan kesenian Islam menjadi tematik pada rancangan pusat

pelestarian kebudayaan tersebut. Dilakukan peninjauan bentuk kesenian Islam yang ada di

Kabupaten Gresik guna mengetahui bentuk kesenian Islam yang akan diwadahi.

2) Wujud Kesenian

Kesenian yang dimiliki Kabupaten Gresik dikelompokan dalam tiga wujud yaitu:

a. Seni tari

b. Seni musik

c. Seni kerajinan

Berdasarkan kelompok tersebut dipilih satu kelompok seni yang memiliki sifat, makna

dan wujud fisik yang lebih kuat, dari ketiganya yang memenuhi kriteria adalah kelompok

seni tari, sekian banyak tari akan dipilih sebagai objek pendekatan desain Pusat Pelestraian

Kebudayaan Islam di Kabupaten Gresik. Pada latar belakang masalah telah dijelaskan

bahwa Tari Pencak Macan memiliki makna yang dalam dan merepresentasikan karakter

Gresik sehingga tari ini digunakan sebagai objek pendekatan desain, untuk itu guna

memperjelas penggunaan tari sebagai pendekatan desain maka perlu dilakukan tinajuan

terhadap Tari pencak Macan.

14

2.4 Tinjauan Tari Pencak Macan

2.4.1 Sejarah Kesenian Pencak Macan KabuPaten Gresik

Pencak Macan, adalah salah satu kesenian tradisional bernuansa Islami yang dimiliki

oleh Kabupaten Gresik. Tumbuh dan berkembang di daerah masyarakat Kelurahan

Lumpur dan Kroman Kecamatan Gresik. Kesenian Pencak Macan berasal dari kisah

perjalanan Mbah Sindujoyo yang diutus oleh gurunya mencari ilmu. Perjalanan Mbah

Sindujoyo tersebut dituliskan dalam kitab Dlancang Wacan atau Dluwang Wacan. Kitab

tersebut ditulis oleh tujuh orang yaitu Kyai Untung, Kyai Badar, Pak Cito dan untuk nama

empat orang lainnya dirahasiakan.

Gambar 2. 1. Kesenian Pencak Macan Kabupaten Gresik

Sumber: www.google.com

Kitab Dlancang Wacan atau Dluwang Wacan secara etimologi mengambil dari istilah

Bahasa Jawa. Istilah tersebut diambil dari kata dlancang atau dluwang dan wacan. Kata

dlancang atau dluwang berarti kertas, dan wacan berarti bacaan. Berdasarkan istilah

tersesbut kitab Dlancang Wacan diartikan sebagai kertas yang memuat bacaan. Kitab

tersebut ditulis dalam Bahasa Arab Pegon dan dilengkapi gambar damar kurung.

Gambar 2. 2. Kitab Dlancang Wacan atau Daluwang Wacan

Dikisahkan Mbah Sindujoyo adalah sesepuh daerah Lumpur dan murid Sunan Prapen

(cucu dari Sunan Giri). Beliau diutus oleh Sunan Prapen menimba ilmu dan mencari

wahyu dengan melakukan lelono atau perjalanan yang ditemani oleh abdinya yaitu Imam

Sujono. Ketika diperjalanan Mbah Sindujoyo dan abdinya bertemu dengan Salam dan

15

Salim, yang ingin ikut serta untuk menemani perjalanan. Permintaan kedua orang tersebut

tidak serta merta mendapat persetujuan Mbah Sindujoyo, beliau mengajukan persyaratan

yang harus dipenuhi. Persyaratan yang diajukan adalah mereka harus berpuasa dan tidak

boleh memiliki rasa gentar atau takut terhadap apa pun yang terjadi. Setelah kedua orang

tersebut bersedia memenuhi persyaratan maka mereka dapat turut serta dalam perjalanan

Mbah Sindujoyo.

Gambar 2. 3. Kisah pertapaan Mbah Sindujoyo yang diganggu makhluk halus

Perjalanan Mbah Sindujoyo yang diikuti empat ekor harimau atau macan, sampai pada

tempat pertapaan yang dituju yaitu Gua Sigolo-golo. Kemudian Mbah Sindujoyo bertapa

dalam gua selama beberapa hari. Selama pertapaan berlangsung beliau mendapat godaan

dari makhluk halus yang berwujud gendruwo, banaspati dan sebagainya. Empat ekor

harimau yang bertugas sebagai pengawal melawan makhluk halus yang mengganggu

berlangsungya pertapaan Mbah Sindujoyo. Berawal dari perjalanan Mbah Sindujoyo dan

kesetiaan empat ekor harimau sebagai pengawal menjadi inspirasi terciptanya Kesenian

Pencak Macan yang hingga saat ini menjadi kesenian khas masyarakat Lumpur Kabupaten

Gresik. Nama Pencak Macan diambil kata “macan” Bahasa Jawa dari Harimau.

2.4.2 Tokoh Kesenian Pencak Macan Kabupaten Gresik

Terdapat 4 tokoh pada Tari Pencak Macan dan setiap peran yang ada dalam kesenian

tersebut memiliki simbol atau lambang masing-masing sebagai berikut:

a. Pendekar / Kesatria

Kesatria atau pendekar dalam Kesenian Pencak Macan berperan menjadi penengah

pertarungan antara macan, monyet dan gondoruwo. Peran kesatria atau pendekar ini

memiliki peran yang sama dengan auliya’ atau ulama. Pendekar atau kesatria ini dalam

Kesenian Pencak Macan disimbolkan sebagai perdamaian dan kebajikan.

16

Gambar 2. 4. Pemeran pendekar/kesatria

b. Macan

Peran macan dalam Kesenian Pencak Macan berperan mewakili sosok laki-laki yang

diibaratkan sebagai pemimpin dalam kehidupan. Macan dalam kesenian ini merupakan

lambang kepemimpinan, keperkasaan serta tanggung jawab.

Gambar 2. 5. Pemeran Macan

c. Monyet

Monyet dalam kesenian ini berperan mewakili sosok wanita yang diibaratkan sebagai

makmum dalam kehidupan. Peran monyet dalam Kesenian Pencak Macan adalah lambang

kelembutan dan kelincahan.

Gambar 2. 6. Pemeran Monyet

d. Gondoruwo

Gondoruwo dalam Kesenian Pencak Macan berperan sebagai penggoda dan

pengganggu hubungan antara monyet dan macan. Gangguan dan godaan tersebut membuat

macan serta monyet saling bertengkar. Peran gondoruwo ini melambangkan hawa nafsu

dan angkara murka dalam kehidupan.

17

Gambar 2. 7. Pemeran Gondoruwo

2.4.3 Filosofi Kesenian Pencak Macan Kabupaten Gresik

Peran pendekar, macan, monyet dan gondoruwo adalah perwakilan lambang sifat yang

ada pada diri manusia. Setiap manusia laki-laki maupun perempuan pada dasarnya adalah

pemimpin bagi dirinya sendiri dan memimpin dirinya untuk menjalani hidup. Semua

manusia yang dilahirkan di dunia membawa watak baik dan buruk. Selama menjalani

hidup watak baik dan buruk tersebut akan mendapat godaan dari setan, yang

mempengaruhi besar kecilnya hawa nafsu dan juga berdampak pada watak manusia.

Godaan yang dihadapi manusia selama hidup akan menjadi ujian kualitas manusia yang

diciptakan sempurna oleh Allah SWT.

Jika manusia tidak memiliki iman dan taqwa yang kuat, ia akan terpengaruh oleh

godaan setan dan akan cenderung memenuhi hawa nafsunya. Hal ini bisa menutup hati dari

kebaikan serta akan merubah jati diri tidak lagi sesuai dengan fitrah manusia sehingga

menjadi pribadi yang jelek tidak jauh berbeda seperti hewan. Tetapi sebaliknya jika

manusia menahan hawa nafsunya, bisa menguatkan iman dan taqwanya maka kualitas

manusia tersebut sama dengan auliya’ atau ulama. Maka dari itu untuk meningkatkan

kualitas iman, taqwa dan mempertahankan fitrah serta jati diri, manusia harus belajar

kebenaran dan kebaikan pada para wali atau ulama. Peran para Wali ini mengingatkan

manusia pada sifat dan jati diri yang hakiki sebagai hamba Allah sehingga bisa kembali

pada jalan yang benar. Kesimpulannya Kesenian Pencak Macan memiliki filosofi

keseimbangan hidup manusia yang kembali pada jati dirinya sesuai dengan hakikat dan

fitrahnya sebagai hamba Allah.

2.4.4 Karakteristik Tari Pencak Macan

Seni Tari Pencak Macan yang dimiliki Kabupaten Gresik pada dasarnya adalah

pertunjukan pencak silat. Namun kesenian ini memiliki karakteristik yang dapat diamati

dari gerakan dan busana. Dasar gerak pada Kesian Pencak Macan adalah pencak silat yang

dipadukan dengan seni gerak tari. Sehingga perpaduan tersebut menghasilkan gerakan

18

lebih alami dan dan tidak kaku. Busana yang dikenakan para pemeran Kesenian Pencak

Macan ini disesuaikan dengan keaslian karakter peran.

2.4.5 Struktur Pergelaran Tari Pencak Macan Kabupaten Gresik

Struktur pergelaran yang dimaksud dalam seni Tari Pencak Macan adalah sebuah

tahapan pementasan. Secara keseluruhan seni tari ini memiliki 3 tahapan dalam

pergelarannya yaitu:

a. Pembuka

(i) (ii)

Gambar 2. 8. Proses arak-arakan (i) dan Tahap pembuka (ii)

Pembuka pada Kesenian Pencak Macan ini diawali dengan arak-arakan yaitu para

pemeran berjalan dari tempat persiapan menuju tempat pementasan. Jika dalam perjalanan

menuju tempat pentas menemui persimpangan jalan berupa pertigaan atau perempatan,

para pemeran memainkan atraksi perkelahian sederhana. Atraksi ini akan dilakukan selama

menemui persimpangan dalam perjalanan. Usai melakukan atraksi perkelahian sederhana

maka dilanjutkan perjalanan meunuju tempat pentas. Setiba di tempat pentas pembuka

Kesenian Pencak Macan di awali dengan adegan dari peran gondoruwo. Disusul dengan

adegan pembuka dari peran macan dan monyet. Adegan pembuka ini memperagakan gerak

dasar tari dan jurus dasar dalam silat.

b. Inti

Gambar 2. 9. Tahap inti

19

Bagian inti Seni Tari Pencak Macan pada mulanya digambarkan peran macan dan

monyet hidup rukun. Kemudian peran gondoruwo datang lalu mulai menggoda peran

macan dan monyet. Peran macan dan monyet terpengaruh oleh godaan gondoruwo

kemudian terjadilah pertengkaran. Pada bagian ini peran macan dan monyet

memperagakan gerakan saling menyerang. Posisi peran macan dan monyet berada di

tengah-tengah pentas sedangkan peran gondoruwo berada di tepi sebagai pagar. Gerak

cakaran, menghindar dan menangkis adalah gerakan dasar yang dapat dilihat pada bagian

inti Kesenian Pencak Macan.

c. Penutup

Gambar 2. 10. Adegan penutup

Pertengkaran antara peran macan dan monyet semakin tidak berhenti bahkan semakin

sengit. Maka kondisi seperti ini muncul peran pendekar di tengah-tengah pertengkaran

peran macan dan monyet. Pendekar atau kesatria ini bisa menjadi penengah dan peredam

pertengkaran antara peran macan dan monyet. Pendekar ini juga berperan sebagai ulama

yang memberi nasehat. Nasehat yang diberikan oleh peran pendekar ini berupa petuah

tentang menjalani kehidupan agar tidak mudah tergoda oleh hawa nafsu. Munculnya peran

pendekar atau kesatria ini sekaligus menjadi penutup pergelaran Kesenian Pencak Macan.

2.4.6 Gerak Tokoh Macan

Menurut B.P.H Soeryodiningrat tari merupakan gerak seluruh tubuh yang selaras

dengan irama musik, sesuai dengan maksud dan tujuan dalam menari. Adapun unsur-unsur

dalam tari sebagai berikut:

a. Gerak

b. Musik

c. Tata rias dan busana

d. Properti

e. Setting

f. Lighting

20

g. Arena pentas

Dari semua unsur tersebut, unsur gerak mnjadi unsur utama dalam tari. Nantinya pada

karakter macan sebagai objek pendekatan desainakan diambil unsur geraknya untuk dikaji

lebih lanjut.

Gerak peran macan pada Kesenian Pencak perpaduan antara jurus dan seni gerak. Jika

perpaduan tersebut digabungkan peran macan memiliki jumlah 10 gerakan. Gerakan

tersebut sebagai berikut:

1) Jurus Cakaran

Gambar 2. 11. Jurus Cakaran

Gambar di atas adalah jurus cakaran pada karakter macan. Jurus ini memiliki kekuatan

utama pada gerakan tangan baik salah satu tangan maupun kedua tangan. Jurus ini terdapat

pada semua tahap dan atraksi awal sebelum pertunjukan. Jurus cakaran pada seni tari ini

mterdapat beberapa variasi yang memiliki urutan dan tahapan dalam penggunaannya.

2) Jurus Melompat

Gambar 2. 12. Jurus Melompat

Jurus melompat digunakan pada tahap arak-arakan saat atraksi berkelahi. Karakter

macan menggunakan jurus melompat diikuti ayunan cakaran kedepan.

21

3) Seni Gerak Putar Balik

Gambar 2. 13.Serangkaian Gerak Seni Putar Balik

Jurus-jurus pada karakter macan juga dipadukan dengan seni gerak. Gambar di atas

merupakan serangaian gerak seni putar balik. Gambar sebelah kiri, posisi awal karakter

macan sebelum melakukan gerakan putar balik. Gambar tengah, karakter macan yang

sedang melakukan proses berputar. Gambar sebelah kanan, karakter macan setelah

melakukan gerak putar balik. Seni gerak putar balik dilakukan pada atrakasi saat arak-

arakan, sebagai pembuka pergelaran seni Tari Pencak Macan dan digunakan karakter

macan untuk berwaspada dari serangan musuh.

4) Seni Berjalan

Gambar 2. 14.Serangkaian Gerak Seni Berjalan

Gambar di atas merupakan serangkaian gerak seni berjalan. Gerak seni berjalan ini

terdapat di seluruh tahapan pergelaran seni Tari Pencak Macan. Gerakan ini digunakan

karakter macan untuk menjangkau area musuh dan arena pergelaran.

5) Seni Gerak Kepala

Gambar 2. 15.Macam-macam Seni Gerak Kepala

22

Gambar di atas adalah macam-macam seni gerak kepala pada peran macan. Gambar

sebelah kiri adalah seni gerak kepala mendongak ke atas. Bagian tengah adalah seni gerak

kepala bergeleng ke samping. Gambar sebelah kanan adalah seni gerak kepala menoleh ke

kanan. Gerakan kepala ini dilakukan peran macan untuk melakukan waspada terhadap

serangan musuh.

6) Jurus Cakaran-Cakaran

Gambar 2. 16.Serangkaian Gerak Jurus Cakar-cakaran

Jurus cakaran-cakaran terdapat pada bagian pembuka dan inti. Jurus ini digunakan

peran macan untuk melakukan serangan intensif pada musuh. Sebelah kiri gerak cakaran

tahap awal. Bagian tengah gerak mencakar tahap pertama . Sebelah kanan gerak mencakar

tahap kedua.

7) Jurus Loncatan-Loncatan

Gambar 2. 17.Jurus Loncat-loncatan

Jurus loncatan-loncatan terdapat pada tahap inti dan penutup. Jurus ini sama dengan

jurus loncatan hanya saja memiliki melakukan loncatan perbedaan lebih intens. Jurus ini

digunakan peran macan untuk menyerang lawan secara intensif.

23

8) Jurus Berguling

Gambar 2. 18.Serangkaian Gerak Jurus Berguling

Jurus berguling terdapat pada bagian inti dan penutup. Sebelah kiri atas tahap awal

sebelum melakukan proses berguling. Bagian tengah proses berguling dengan gerakan

tangan melakukan cakaran ke arah atas. Sebelah kanan tahap akhir dari jurus berguling.

Jurus ini digunakan peran macan untuk menyerang lawan sekaligus melakukan

perlindungan.

9) Seni Gaya Menarik Nafas

Gambar 2. 19.Seni Gaya Menarik NafasBerguling

Seni gaya ini digunakan agar bisa membuat karakter macan sesuai dengan karakter

aslinya. Seni gaya menarik nafas terdapat pada bagian pembuka dan sela-sela bagian inti.

10) Seni Gerak Balik Kanan dan Kiri

Gambar 2. 20. Serangkaian gerak seni balik kanan dan kiri

Seni gerak balik kanan dan kiri terdapat pada setiap tahap pergelaran seni Tari Pencak

Macan. Sebelah kiri, posisi awal sebelum melakukan gerak putar balik. Bagian tengah,

proses melakukan gerak putar balik. Sebelah kanan, gerak akhir setelah melakukan putar

24

balik. Seni gerak putar balik digunakan karakter macan untuk melihat dan mengawasi

kondisi di sekitarnya.

Penggunaan jurus dan seni gerak tersebut pada Keseninan Pencak Macan lebih

didominasi oleh jurus cakaran. Hal ini dikarenakan jurus cakaran menjadi jurus inti

sekaligus ciri khas Kesenian Pencak Macan. Oleh karena itu jurus cakaran diambil sebagai

objek pendekatan desain untuk diterjemahkan dalam metafora tangible.

2.5 Tinjauan Pendekatan Desain

2.5.1 Teori Metafora

Berdasarkan teori metafora yang dikemukakan oleh Anthony C. Antoniades dalam

buku Phoetic of Architecture (1990) bahwa metafora adalah cara melihat objek dengan

objek yang lain. Berdasarkan teori tersebut maka metafora dapat membantu dalam hal

mendesain dengan melalui pendekatan berupa pola gerak Tari Pencak Macan. Pada buku

tersebut Anthony C. Antoniades membagi metafora dalam tiga jenis.

2.5.2 Macam-Macam Metafora

Seperti pada penjelasan sebelumnya bahwa Anthony C. Antoniades membagi metafora

dalam tiga jenis.

a. Intangible metaphors (tidak dapat diraba)

Kategori ini adalah metafora yang berawal dari sebuah konsep, ide, hakikat manusia

dan nilai. Nilai-nilai ini seperti individualisme , naturalisme. Budaya, sifat, tradisi, dan

sebagainya.

b. Tangible Metaphors (dapat dilihat)

Kategori ini adalah metafora yang asalnya dari hal-hal nyata, karakter tertentu dari

sebuah benda dapat terlihat, seperti rumah yang perwujudannya menyerupai puri, istana

atau kastil.

c. Combine metaphors (kombinasi)

Kategori ini adalah gabungan dari tangible dan intangiblemetaphors dengan melakukan

perbandingan sebuah objek visual dan objek lain yang masih memiliki persamaan berupa

nilai konsep dan objek visualnya.

Berdasarkan tiga jenis metafora teresebut, tangible metaphor lebih mampu untuk

mentransfer pola gerak Tari Pencak Macan ke dalam desain bangunan. Hal ini dikarenakan

tangible metaphor yang nantinya lebih mampu melihat karakter dari sebuah wujud gerak

tari.

25

2.5.3 Penerapan Tangible Metaphor

Penerapan tangible metaphor akan dilakukan dengan menggunakan modular. Perlu

dilakukan pengkajian teori mengenai modular, tujuannya agar penggunaan modul berjalan

sesuai dengan kaidah yang telah ada. Teori The Modulor yang dikemukakan oleh Le

Corbisier bahwa The Modulor adalah teori mengenai sistem proporsi yang berlandaskan

bilangan Fibonacci dan Golden Section. Le Corbusier menyebut modular tersebut Modulor

Man dan mempercayai bahwa proporsi angka ini adalah hasil perhitungan dengan tubuh

manusia. Selain itu, Le Corbusier juga menyatakan bahwa Modulor memberikan proporsi

yang harmonis untuk segala hal. Berikut adalah

Gambar 2. 21. Modulor Man

Sumber: https://geometryarchitecture.files.wordpress.com/2014/04/45_le-corbusier-le-modulor-dor.jpg

Teori modular tersebut dicoba diterapkan pada tokoh macan sebagai objek pendekatan

desain. Sehingga akan didapatkan modul untuk hewan berkaki empat sebagai berikut:

26

Gambar 2. 22. Modular tubuh hewan berkaki empat

Sumber: https://geometryarchitecture.files.wordpress.com/2014/04/45_le-corbusier-le-modulor-dor.jpg

Karena tokoh macan tergolong dalam hewan berkaki 4 maka modul ini akan

digunakan sebagai acuan dalam pembacaan pola gerak tokoh macan. Anggota gerak

kepala, kaki dan badan diambil sebagai aspek yang akan menjadi acuan pembacaan pola

gerak padatokoh macan.

2.6 Tinjauan Karakter Islam pada Bangunan

Penguat citra Islam pada bangunan dapat dilakukan dengan menampilkan geometri

Islam pada bangunan dan pola-pola Islami yang dapat dikaji melalui geometri Islam yang

berbentuk ornamen dan pola-pola Islam yang terwujud dalam bentuk taman Islam. Maka

untuk mewujdkan tujuan tersebut maka perlu dilakukan pengkajian sebagai berikut:

2.6.1 Geometri Islam

Gambar 2. 23. Ornamen Pola Simetris

Sumber: www.google.com

Gambar 2. 24. Ornamen Motif Poligon (i) dan Motif (ii)

Sumber: (Al-Faruqi, 2003)

27

Penerapan geometri Islam secara umum nantinya akan diterapkan pada fasad sebagai

penguat citra Islam pada bangunan

2.6.2 Lansekap Islami (Taman Islami)

Secara umum, elemen tipikal yang terdapat dalam taman Islami:

a. Dinding yang meliputi taman, penggunaan air, pohin dan bunga, penggunaan seni

arabesque – dekorasi geometris Islami.

b. Taman direncanakan dalam pola persegi dengan sumbu bersilangan (crossed plan)

dengan karakter sederhana, jelas, disiplin dan menyenangkan.

c. Komposisinya adalah sebagai inner court, yaitu sebagai orientasi pandangan ke dalam.

Penggunaan tipikal tersebut juga dipengaruhi oleh kondisi luas posisi, topografi lahan,

iklim kelembaban kondisi tanah yang kemudian ditunjang dengan pola-pola dasar lay-out

taman. Pada taman Islami terdapat 4 pola dasar lay-out taman. Pola-pola ini ditentukan

oleh bentuk kolam atau saluran air yang dibangun. Sementara unsur-unsur lain seperti

naungan, tumbuhan dan air mancur akan mengikuti pola dasar ini:

a. Pola Crossed Plan (Sumbu Bersilangan)

Gambar 2. 25. Pola Crossed Plan

Sumber: Desain Taman Islami (2014)

Pola yang cocok diterapkan pada tapak yang cukup luas. Kanal dibuat bersilangan

membentang ke arah yang simetris pada pertemuan persilangan kanal tersebut. penerapan

pola ini juga sangat ideal pada tapak yang berfungsi sebagai inner court suatu bangunan.

Karakternya yang terpusat pada persilangan kanal atau kolam air mancur sangat cocok

menjadi suatu point of interest. Unsur taman Islami yang lain seperti gazebo dibangun

dekat dan menghadap kolam persilangan kanal sedangkan tanaman ditanam searah dengan

kanal. Tanaman yang dipilih sebaiknya berupa perdu rendah sehingga tidak menutupi jalur

air kanal dan kolam air mancur. Komposisi tanaman bersifat gradasi; semakin menjauh

dari pusat kolam atau kanal, semakin tinggi dan semakin jarang. Sedangkan ground cover

dapat ditanam pada empat bagian tapak yang telah dipisahkan oleh kanal.

28

Perkerasan juga dapat dipakai pada tepi-tepi kanal. Perkesrasan yang dipakai dapat

berupa tegel semen atau batu alam. Karena perkerasan di sini sifatnya hanya menjadi

border antara kanal dengan tanah rumput.

b. Pola Linear Plan (Sumbu Lurus)

Gambar 2. 26. Pola Linear Plan

Sumber: Desain Taman Islami (2014)

Pola sumbu lurus mempunyai karakter utama kolam berbentuk rectangular (empat

persegi) yang membentang searah dengan panjang tapak taman. Dengan demikian, pola ini

cocok untuk taman berbentuk tapak memanjang. Tegasnya, bentuk kolam dapat berfungsi

sebagai pengarah sirkulasi searah dengan panjangnya kolam tersebut. sepanjang kolam

dapat dilengkapi dengan air mancur di sisi kaan dan kirinya.

Pada linear plan, gazebo diletakkan di ujung kolam dan menjadi klimaks dari sirkualsi

sepanjang kolam. untuk penerapan pada bangunan modern, terutama pada taman entrance,

gazebo dapat diganti kanopi entrance bangunan.

Tanaman ditanam sejalan sejajar panjang kolam dan berfungsi sebagai pengarah

sirkulasi. Komposisi penanaman pohon juga seperti pada pola crossed plan; semakin jauh

dari kolam, semakin tinggi pepohonan. Barisan tanaman yang terjauh dari kolamdapat

berfungsi sebagai pagar.

29

c. Pola Cascade Plan (Air Terjun Berjenjang)

Gambar 2. 27. Pola Cascade Plan

Sumber: Desain Taman Islami (2014)

Pola cascade plan adalah pengembangan pola linear plan atau crossed plan. Pada

prinsipnya, kriteria penerapan pada desain sama dengan dua pola sebelumnya, yang

membedakan adalah cascade plan dipakai apabila taman yang akan dibuat berada kontur

yang tidak datar; miring atau berjenjang.

Solusinya adalah kanal-kanal atau kolam dibuat berjenjang dengan membangun air

terjun kecil pada setiap jenjangnya. Elemen air terjun kecil dan suara gemericik air akan

menjadi elemen utama, sehingga penggunaan air mancur daat dikurangi hanya pada

beberapa tempat yang agak jauh dari air terjun. Karena air terjun meruoakan atraksi taman

yang akan dijadikan pusat perhatian, gazebo sebaiknya dibangun dekat setiap air terjun.

Untuk tapak yang lebih luas, jika mungkin area yang akan ditanami tumbuhan dibuat

pola-pola crossed plan lagi untuk menguatkan kesan sederhana, jelas, dan disiplin yang

merupakan karakter taman Islami.

30

d. Pola Cocentric (Memusat)

\

Gambar 2. 28. Pola Concentric Plan

Sumber: Desain Taman Islami (2014)

Pola memusat merupakan alternatif membangun taman Islami dengan lahan yang

sangat terbatas. Pada pola ini, unsur utama tetap kolam dengan air mancur, tetapi kolam

tidak dibuat memanjang atau bersilangan. Kolam dibuat dengan pola geometris tanpa kanal

panjangnya. Untuk mengangkat konsep taman Islami, bentuk dasar kolam harus dibuat

berdasarkan pola arabesque, antara lain; persilangan dua tumpuk bujur sangkar atau

persilangan bujur sangkar dan lingkaran yang ditumpuk.

Bentuk yang lebih rumit dapat diaplikasikan sepanjang berawal dari bentuk-bentuk

dasar bujur sangkar dan lingkaran. Bentuk ini perlu ditegaskan karena merupakan lambang

sifat Allah SWT yang tiada berawal dan tiada berakhir. Pusat perhatian pada kolam ini

adalah air mancur yang mengeluarkan suara lembut yang ada di tengahnya.

Pada pola memusat, gazebo mungkin tidak dapat diterapkan, karena alasan

keterbatasan lahan da juga untuk menghindari perebutan pusat perhatian antara kolam dan

gazebo yang mungkin mempunyai skala yang sama. Tanaman ditanam radial sekeliling

kolam dengan komposisi yang sama seperti pola lay-out.yang lain.

Penerapan taman Islami pola sumbu lurus dan memusat dipilih untuk diterapkan pada

tapak karena pola tersebut sangat sesuai dengan luasan dan bentuk tapak.

2.7 Studi Komparasi

2.7.1 Studi Komparasi Metode Desain

a. Studi Komparasi Metode Desain 1 (Walt Disney Concert Hall)

Komparasi :Walt Disney Concert Hall

31

Lokasi : Los Angeles, California

Kegunaan : Pusat Kesenian

Fungsi : Aula konser

Metode Metafora : Tangible Metaphors dari bunga mawar

Walt Disney Concert Hall merupakan salah satu bangunan Frank Owen Gehry yang

menampilkan arsitektur Expressionist. Skema awal berupa perubahan dari bunga mawar

(bunga lokal) yang tumbuh kota Los Angeles. Bentuk bunga mawar tersebut berasal

kehendak kliennya, yaitu Lilian Disney, sekaligus hasilnya nanti akan menjadi

sebuah“giant sculpture” yang menjadi ikon kota Los Angeles.

Gambar 2. 29. Bangunan dan Layout Plan Walt Disney Concert Hall

Sumber: www.archdaily.com

Gambar 2. 30. Proses Sketsa Desain Frank Gehry

Sumber: www.archdaily.com

Pada gambar diatas dapat dilihat bahwa proses desain tangible metaphor yang

dilakukan oleh Frank Gehry tersebut dimulai dari mengamati data fisik berupa mahkota

bunga mawar. Data fisik tersebut kemudian ditransfer paida desain dengan melakukan

percobaan melalui sketsa-sketsa dan meggabungkan kebutuhan ruang dan standar yang

dibutuhkan pada concerthall. Hasil sketsa terseut terwujud menjdi Walt Disney Concert

Hall yang menggambarkan bentuk bunga mawar dan memliki kesesuaian dengan

fungsinya yaitu gedung concert hall.

32

b. Studi Komparasi Metode Desain 2 (Stasiun TGV)

Lokasi : Lyon, Perancis

Kegunaan : Pusat Kesenian

Fungsi : Stasiun TGV

Metode Metafora : Tangible Metaphors dari bunga mawar

Stasiun TGV terletak di Lyon, Perancis salah satu karya arsitektur yang menggunakan

tangible metaphor karena mengandaikan dengan obyek benda nyata (tangible). Stasiun

TGV dirancang oleh Santiago Calatravaberkelahiran Spanyol. Dengan mengunakan

pendekatan tektonika struktur,Santiago Calatrava mendesain Stasiun TGV berkonsep

metafora seekor burung, bentuk dirancang menyerupai seekor burung, bagian depannya

runcing menyerupai paruh burung, pada sisi bangunan didesain seperti sayap burung.

Gambar 2. 31. Gedung Stasiun TGV

Sumber: www.archdaily.com

Gambar 2. 32. Sketsa Proses Desain Stasiun TGV

Sumber: www.archdaily.com

33

Stasiun TGV merupakan penghubung antara bandara dan pusat kota Lyon. Rancangan

pada sisi bangunan metaforadari sayap burung yang terbuka yang juga juga mendapat

inspirasi tersebut dari bentuk mata manusia.

Pada bagian depan terdapat pintu masuk untuk akses masuk pengunjung dirancang

dari beton berbentuk huruf “V”menghubungkan empat lengkungan dari bangunan yang

terbentuk sebagai patung paruh burung. Sehingga dari sisi depan terlihat seperti burung

yang membuka sayap.

c. Hasil Kesimpulan Studi Komparasi Metode Desain 1 dan 2

Kedua komparasi tersebut kemudian dibandingkan dan ditarik benang merah untuk

menarik kesebuah kesimpulan

Tabel 2. 2. Perbandingan Komparasi Terakit Metode Desain

Dari segi Walt Disney Concert Hall Stasiun TGV

Teori yang digunakan

Teori tangible metaphor (tangible

emetaphor pada bentuk). Mengambil

bentukan dari bunga mawar.

Teori tangible methafor (tangib

lemetaphor pada bentuk

bangunan) mengambil bentuk

dari gerak sayap burung

Analogi yang

mendasari

Menghadirkan karakter bentuk

kelopak bunga mawar pada bentuk

bangunan

Menghadirkan karakter bentuk

sayap pada bentuk bangunan

Pandangan

masyarakat

Seperti kumpulan lembaran-lembaran

kertas.

Seperti bentuk paruh burung

yang lancip bila dilihat dari

depan

Kesan yang ingin

dicapai

Kecintaan manusia pada tumbuhah

atau pada bunga

Menampilkan kedinamisan pada

sebuah bangunan.

Berdasarkan perbandingan diatas dapat dismpulkan bahwa penerapan teori metafora

yang kerap dipakai oleh arsitek-arsitek zaman sekarang adalah teori tangible methafor

karena teori ini menampilkan bentuk dari analogi yang dipakai.

34

2.7.2 Studi Komparasi Terkait Fungsi Pusat Kebudayaan

a. Studi Komparasi Terkait Fungsi 1 (Bangkok Art And Cultural Centre)

Tabel 2. 3. Fasilitas Bangkok Art And Cultural Centre

Aspek Tinjauan Keterangan Gambar Dan Penjelasan

Nama Bangunan Bangkok Art And

Cultural Centre

Lokasi Kota Pathumwan Temu,

Bankok, Thailand

Tipe Bangunan Culture Centre

Berada di kawasan Asia Tenggara. Merupakan

fasilitas dalam skala kota untuk seni kontemporer.

Tujuannya, memberikan informasi menegenai

pentingya kebudayaan melalui program yang

disajikan berupa pertunjukan seni, pameran, diskusi

dan pendidikan budaya.

Fungsi Standar

Pergelaran

Auditorium

Memuat 5.220 kursi digunakan sebagai tempat

pertunjukan musik, tari dan pemutaran film.

Pameran

Main Gallery

Ruang galeri utama berjumlah kurang lebih 3.500

sq.m (7, 8, dan 9 galeri approx 1.200 sqm)

35

Aspek Tinjauan Keterangan Gambar Dan Penjelasan

digunakan untuk memperlihatkan benda-benda seni

dai Thailand.

People’s Gallery

Adalah galeri dengan aplikasi untuk menampilkan

pameran seni rakyat Thailand.

Pelatihan Studio

Ruang yang digunakan sebagi tempat pendidikan.

Memiliki kapasitas 150-200 orang. Sehingga dapat

menjadi tempat pelatihan seni yang beragam.

Diskusi

Meeting Rooms

Ruang yang diguanakan sebagi tempat pertemuan

ntuk diskusi, seminar dan pengarahan. Memiliki

kapasitas kurang lebih 10-50 orang.

Multi Function

Room

Ruang yang digunakan sebagai tempat pertemuan

seperti seminar, konferensi, sarasehan dan diskusi.

Fungsi Library Hall

36

Aspek Tinjauan Keterangan Gambar Dan Penjelasan

Penunjang

Ruang yang difungsikan sebagi tempat perpustakaan

pada bagian hall bangunan. Selain difungsikan

sebagai perpustakanan tempet tersebut juga

digunakan sebagi pameran dan berbagai kegiatan.

Art HuBACC

Ruang yang digunakan sebagai tempat

berkumpulnya kafe, restoran dan toko yang

memiliki yang didesain seara seni.

Open Space

Ruang terbuka yang berada di depan gedung

Bangkok Art Cultural Centre. Ruang tersebut

digunakan sebagai tempat berlangsungnya kegiatan

outdoor seperti konser dan pemutaran film.

37

b. Studi Komparasi Terkait Fungsi 2 (Hong Kong Cultural Centre)

Tabel 2. 4. Fasilitas Hong Kong Cultural Centre

Aspek Tinjauan Keterangan Gambar Dan Penjelasan

Nama Bangunan Hong Kong Cultural Centre

Lokasi 10 Salisbury Road, Tsim

Sha Tsui, Kowloon, Hong

Kong

Tipe Bangunan Cultur Centre Pusat kebudayaan yan menyajikan

program kegiatan berupa pergelaran

musik, tari, pameran, pelatihan diskusi

dan seminar.

Fasilitas Standar

Peregelaran

Concert Hall

Ruang yang digunakan untuk pertunjukan

musik. Menampung 2.019 kursi.

Dirancang berbentuk oval yang

dilengkapi dengan kanopi akustik yang

dipasang di belakang panggung.

Grand Theatre

Ruang yang digunakan sebagai tempat

untuk pertunjukan opera dalam skala

besar, balet, musikal, tarian, dan teater

spektakuler. Memuat 1.734 kursi yang

disusun dalam tiga tingkat.

38

Aspek Tinjauan Keterangan Gambar Dan Penjelasan

Pameran

Exhibition Gallery

Ruang yang digunakan sebagai tempat

untuk memamerkan benda seni. Memiliki

luas 287 m2 dengan partisi yang fleksibel,

lampu pameran dan panel. Ruangan

tersebutjuga dilengkapai dengan suara

proyeksi peralatan dan perelengkapan

untuk resepsi, pertemuan dan kelas.

Foyer Exhibition Areas

Lobi utama bangunan yang digunakan

sebagai galeri benda seni. Dilengkapai

dengan lampu sorot, dan panel display.

Pada ruang ini hanya berlangsung sebuah

pameran dengan skala kecil.

Pelatihan

Studio Theatre

Ruang yang digunakan sebagai saran

latihan untuk tari maupun teater dalam

skala kecil. Memuat 303-496 kursi.

39

Aspek Tinjauan Keterangan Gambar Dan Penjelasan

Diskusi

Rehearsal Rooms, Practice

Rooms & Function Rooms

Ruamg yang digunakan sebagai tempat

seminar, pertemuan, konferensi, kelas,

sarasehan, dan diskusi.

Fasilitas Penunjang

Piazza

Adalah fasilitas yang berada di luar

bangunan. Digunakan untuk pertunjukan

outdoor.

Sumber: www.lcsd.gov.hk

c. Hasil Kesimpulan Studi Komparasi Terkait Fungsi 1 dan 2

Kedua komparasi tersebut kemudian dibandingkan dan ditarik benang merah untuk

menarik kesebuah kesimpulan

Tabel 2. 5. Perbandingan Komparasi Terakait Fasilitas Pusat Kebudayaan

Fungsi Bangkok Art and Cultural Centre Hong Kon Cultural Centre

Pergelaran Auditorium Concert Hall, Grand Theatre

Pameran Main gallery, People’s Gallrry, Exhibition Gallery, Foyer Exhibitin

40

Pelatihan Studio Studio Theatre

Diskusi Meeting Room, Multi Function room Rehearsal Rooms, Practice Rooms &

Function Rooms

Penunjang Library Hall, Art HubACC, Open

Space

Piazza

Berdasarkan komparasi yang dilakukan maka dapat dilihat dari bangunan pusat

kebudayaan yang telah ada memiliki standar fasilitas berupa ruang pergelaran, pameran,

pelatihan, dan diskusi yang dapat diaplikasikan pada Pusat Pelestarian Kebudayaan Islam

di Kabupaten Gresik, sehingga fasilitas dirancang memenuhi standar fasilitas bangunan

pusat kebudayaan yang ada.

2.7.3 Studi Komparasi Tampilan Pusat Kebudayaan Islam

a. Studi Komparasi Tampilan Bangunan 1 (Jakarta Islamic Center)

Gambar 2. 33. Jakarta Islamic Center

Sumber: www.google.com

Lokasi Jakarta Islamic Center berada di Jalan Kramat Jaya, Jakarta Utara. Jakarta

Islamic Centre merupakan sebuah lembaga pengkajian dan pengembangan Islam di

Jakarta. Bangunan tersebut menggunakan atap limas dengan paduan atap kubah pada

bagian puncaknya. Memiliki menara yang memilili puncak lancip. Menggunakan ornamen

berbentuk bintang. Kolom dan pilar pada bagian atasnya berbentuk setengah dari ornamen

bintang.

b. Studi Komparasi Tampilan Bangunan 2 (Ciamis Islamic Center)

Lokasi Ciamis Islamic Center beada di Jalan MR. Iwa Kusuma Sumantri, Kertasari,

Kecamatan Ciamis, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Ciamis Islamic Center ini adalah salah

satu lembaga pengkajian dan pengembangan Islam di Ciamis. Bangunan tersebut memiliki

atap pelana dan datar pada sisi-sisi bangunannya dan tidak memiliki menara. Pada bagian

dinding terdapat ornamen dengan jenis kurva yang berbentuk lingkaran dan di dalamnya

41

terdapat motif lingkaran. Kolom dan pilar bangunan menggunakan gaya Arsitektur

modern.

Gambar 2. 34. Ciamis Islamic Center

Berdasarkan dua studi komparasi diatas perlu dibandikan untuk mendapatkan

informasi guna menunjang perencanaan dan perancangan Pusat Pelestarian Kebudayaan

Islan di Kabupaten Gresik.

c. Hasil Kesimpulan Studi Komparasi Tampilan Bangunan 1 dan 2

Kedua komparasi tersebut kemudian dibandingkan dan ditarik benang merah untuk

menarik kesebuah kesimpulan

Tabel 2. 6. Perbandingan Studi Komparasi Terkait Tampilan Bangunan

UNSUR ISLAM

PEMBANDING

STUDI KOMPARASI 1

(Jakarta Islamic Centre)

STUDI KOMPARASI 2

(Ciamis Islamic Center)

Bentuk atap

Atap bangunan pepaduan dari

atap limas dan kubah.

Atap bangunan berbentuk pelana bertingkat/tumpang

dan pada terdapat atap datar pada beberapa bagian

bangunan.

Bentuk menara Tidak memiliki menara Tidak memiliki menara

Bentuk ornamen

42

UNSUR ISLAM

PEMBANDING

STUDI KOMPARASI 1

(Jakarta Islamic Centre)

STUDI KOMPARASI 2

(Ciamis Islamic Center)

Ornamen bangunan berbentuk

geometris yang bermotif

bintang dan poligon yaitu

berbentuk belah ketupat

Ornamen bangunan berbentuk geometris

lingkaran yang tergolong ornamen berpola

simetris dan berpola geometris

Bentuk kolom

dan pilar

Kolom dan pilar pada

bangunan pada bagian

teras menggunakan

kubah terbuka yang

berbentuk setengah dari

motif ornamen bintang

Kolom dan pilar bangunan menggunakan

gaya arsitektur modern

www.google.com

43

Berdasarkan komparasi yang dilakukan maka dapat dilihat bahwa Pusat Pelestarian

yang ada di Jawa memiliki tampilan bangunan dengan ciri atap berbentuk limas, atap

pelana dan dipadukan dengan atap datar. Tidak memiliki menara dan menggunakan

ornamen berbentuk geometri dan berbentuk simetris. Kolom dan pilar menggunakan

ornamen kubah terbuka. Berdasarkan dari hasil komparasi maka unsur-unsur Islam yang

meliputi bentuk atap, bentuk ornamen, kolom dan pilar pada komparasi tersebut sedikit

banyak dapat dijadikan acuan untuk tampilan bangunan pada Pusat Pelestarian

Kebudayaaan Islam yang dirancang, sehingga dapat menampilkan karakter Islma pada

bangunan sesuai dengan bangunan Pusat Kebudayaan Islam yang telah ada di Jawa.

44

2.8 Kerangka Teori

Gambar 2. 35. Kerangka Teori