17
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Budaya Kroeber dan Cluckhohn (1952) dalam bukunya “Culture : A Critical Review of Concepts and Definition”, mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan kebudayaan adalah perpaduan dari keseluruhan pola-pola tingkah laku, baik eksplosit maupun implisit, yang diperoleh dan diturunkan melalui simbol, yang pada hasil akhirnya mampu membentuk sesuatu yang khas dari kelompok kelompok manusia, termasuk perwujudannya dalam benda- benda atau materi. Haryawan (2008) berpendapat bahwa budaya adalah suatu hasil dari budi daya, cipta, karya, karsa, dan adat istiadat manusia yang secara sadar maupun tidak, dapat diterima sebagai suatu perilaku yang beradap. Secara umum suatu tradisi atau kebiasaan yang dibentuk dari cara pandang seseorang, sekelompok orang maupun masyarakat, bahkan suatu negara yang kemudian budaya tersebut diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Budaya pada dasarnya memiliki wujud yang memperkuat seseorang dalam berbudaya. Hal ini dibuktikan dengan pendapat Koentjaraningrat (1989, dalam Sarinah 2016) yakni kebudayaan merupakan wujud ideal yang bersifat abstrak dan tak dapat diraba di dalam pikiran manusia berupa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Budaya...dan kondisi sejahtera dimana tubuh manusia, jiwa, serta sosial yang sangat memungkinkan tiap-tiap orang hidup produktif dengan cara sosial dan

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Budaya...dan kondisi sejahtera dimana tubuh manusia, jiwa, serta sosial yang sangat memungkinkan tiap-tiap orang hidup produktif dengan cara sosial dan

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Budaya

Kroeber dan Cluckhohn (1952) dalam bukunya “Culture : A Critical

Review of Concepts and Definition”, mengemukakan bahwa yang dimaksud

dengan kebudayaan adalah perpaduan dari keseluruhan pola-pola tingkah

laku, baik eksplosit maupun implisit, yang diperoleh dan diturunkan melalui

simbol, yang pada hasil akhirnya mampu membentuk sesuatu yang khas

dari kelompok kelompok manusia, termasuk perwujudannya dalam benda-

benda atau materi. Haryawan (2008) berpendapat bahwa budaya adalah

suatu hasil dari budi daya, cipta, karya, karsa, dan adat istiadat manusia

yang secara sadar maupun tidak, dapat diterima sebagai suatu perilaku

yang beradap. Secara umum suatu tradisi atau kebiasaan yang dibentuk

dari cara pandang seseorang, sekelompok orang maupun masyarakat,

bahkan suatu negara yang kemudian budaya tersebut diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari.

Budaya pada dasarnya memiliki wujud yang memperkuat seseorang

dalam berbudaya. Hal ini dibuktikan dengan pendapat Koentjaraningrat

(1989, dalam Sarinah 2016) yakni kebudayaan merupakan wujud ideal yang

bersifat abstrak dan tak dapat diraba di dalam pikiran manusia berupa

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Budaya...dan kondisi sejahtera dimana tubuh manusia, jiwa, serta sosial yang sangat memungkinkan tiap-tiap orang hidup produktif dengan cara sosial dan

11

gagasan, norma, keyakinan dan lain sebagainya. Wujud kebudayaan dibagi

menjadi 3 bagian, yakni :

1. Sebagai suatu yang bersifat kompleks dimana terdiri dari ide-ide,

gagasan, nilai-nilai, norma-norma, dan peraturan.

2. Sebagai suatu kompleks aktifitas serta tindakan yang ada dan

berpatokan pada dari manusia dan masyarakat.

3. Sebagai benda-benda yang merupakan hasil karya dari manusia.

Selain itu juga Julian Hokley seorang ahli biologi dari inggis (dalam

Sarinah 2016) membagi budaya atau kebudayaan menjadi 3 wujud yaitu :

1. Menifact

Kebudayaan yang bersifat abstrak atau tidak tampak, dimana aspek

mental sebagai landasan dari perilaku dan hasil kebendaan manusia,

karena sifatnya abstrak, maka faktor pendukungnya ialah berupa ide,

gagasan, pemikiran, kepercayaan, ideologi, sikap, dan juga

pemahaman atau pandangan manusia terhadap alam semesta.

2. Sosifact

Kebudayaan yang memposisikan atau menepatkan manuisa sebagai

anggota masyarakat. Dalam hal ini perilaku manusia diikat oleh sistem

yaitu sistem nilai, moral, norma, dan adat istiadat yang berlaku dalam

masyarakat.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Budaya...dan kondisi sejahtera dimana tubuh manusia, jiwa, serta sosial yang sangat memungkinkan tiap-tiap orang hidup produktif dengan cara sosial dan

12

3. Artefact

Kebudayaan material atau kebendaan. Misalnya peralatan pertanian,

perkakas rumah tangga, dan alat transportasi

2.2 Konsep Sehat - Sakit

2.2.1 Definisi Sehat

WHO (2015) menyatakan bahwa "Health is a state of complete

physical, mental and social well-being and not merely the absence of

diseases or infirmity".

Arti kesehatan menurut para pakar kesehatan yaitu suatu situasi

dan kondisi sejahtera dimana tubuh manusia, jiwa, serta sosial yang

sangat memungkinkan tiap-tiap orang hidup produktif dengan cara

sosial dan juga ekonomis. Sehat mengandung 4 komponen, yaitu :

1. Sehat Jasmani

2. Sehat Mental

3. Kesejahteraan Sosial

4. Sehat Spiritual

Sehat berarti kekuatan dan ketahanan, dimana setiap individu

mempunyai daya tahan terhadap penyakit, mengalahkan stres dan

keletihan atau kelesuan. UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan

menyatakan bahwa, “kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara

fisik, mental atau psikis, spiritual maupun sosial yang memungkinkan

setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi” (dikutip

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Budaya...dan kondisi sejahtera dimana tubuh manusia, jiwa, serta sosial yang sangat memungkinkan tiap-tiap orang hidup produktif dengan cara sosial dan

13

dari UU Kesehatan No. 36 tahun 2009) yakni fungsi secara efektif dari

setiap sumber perawatan diri yang menjaminnya suatu tindakan

perawatan diri secara adekuat. UU No.23 Tahun 1992 menyatakan

sehat sebagai keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang

memungkinkan seseorang untuk hidup produktif atau baik dalam ruang

lingkup ekonomi dan sosial. Kesehatan harus dilihat sebagai suatu

perpaduan secara utuh yang terdiri dari unsur-unsur fisik, mental, dan

sosial dimana didalamnya ada kesehatan jiwa yang menjadi bagian dari

integral kesehatan. Parson (dalam Asmadi, 2008) menyimpulkan

bahwa sehat adalah kemampuan seorang individu untuk menjalankan

tugas dan perannya secara efektif dengan kondisi yang optimal.

2.2.2 Definisi Sakit

Sakit (illness) adalah penilaian tiap-tiap individu terhadap

pengalamannya menderita suatu penyakit. Sakit menimbulkan dimensi

fisiologis yang bersifat subjektif atau perasaan yang terbatas yang lebih

dirasakan oleh orang yang bersangkutan, yang ditandai dengan

perasaan yang tidak menyenangkan (unfeeling well), lemah

(weakness), pusing (dizziness), kaku dan mati rasa (numbness).

Mungkin saja melalui pemeriksaan secara medis individu terserang

suatu penyakit dan fungsi dari salah satu organ tubuhnya terganggu,

namun tidak merasakan sakit dan tetap menjalankan aktivitas sehari-

harinya. Senada dengan penjelasan tersebut, Sarwono (dalam

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Budaya...dan kondisi sejahtera dimana tubuh manusia, jiwa, serta sosial yang sangat memungkinkan tiap-tiap orang hidup produktif dengan cara sosial dan

14

Yunindyawati, 2004) mendefenisikan bahwa sakit merupakan suatu

keadaan yang kurang menyenangkan yang dirasakan seseorang serta

menghambat aktifitas, baik secara jasmani dan rohani sehingga

seseorang tersebut tidak bisa menjalankan fungsi dan perannya secara

normal dalam masyarakat.

Tolak ukur atau acuan yang paling mudah untuk menentukan

kondisi sakit atau penyakit adalah jika terjadi perubahan dari nilai batas

normal yang telah ditetapkan, akan tetapi ada beberapa definisi

mengenai sakit yang dapat dijadikan acuan (Asmadi, 2008), antara

lain :

1. Menurut Parson, sakit adalah kondisi dimana terjadi

ketidakseimbangan dari fungsi normal tubuh manusia, termasuk

sistem biologis dan kondisi penyesuaian.

2. Menurut Borman, ada 3 kriteria keadaan sakit, yaitu adanya

gejala, persepsi terhadap kondisi sakit yang dirasakan serta

menurunnya kemampuan dalam beraktivitas sehari-hari.

3. Menurut batasan medis, ada 2 bukti adanya sakit, yaitu tanda

dan gejala.

4. Perkins mengemukakan pula bahwa, sakit adalah suatu kondisi

yang kurang menyenangkan yang dialami seseorang sehingga

menimbulkan gangguan pada aktivitas sehari-hari, baik jasmani

maupun sosial.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Budaya...dan kondisi sejahtera dimana tubuh manusia, jiwa, serta sosial yang sangat memungkinkan tiap-tiap orang hidup produktif dengan cara sosial dan

15

Penyakit memiliki perbedaan dengan rasa sakit. Penyakit

bersifat objektif karena bisa dilihat dari parameter tertentu, sedangkan

rasa sakit bersifat subjektif karena merupakan keluhan yang dirasakan

seseorang, karena memiliki perbedaan maka implikasinya juga

berbeda. Seseorang yang menderita penyakit belum tentu merasakan

sakit, sebaliknya yang mengeluh sakit belum tentu menderita penyakit

(Asmadi, 2008).

2.2.3 Model Sehat Sakit

1) Kontinum sehat sakit atau rentang sehat sakit

Sehat dalam suatu rentang adalah tingkat kesejahtera individu

pada jangka waktu tertentu, dimana individu berada dalam

kondisi sejahtera yang optimal, dengan kualitas energi yang

paling maksimum, sampai pada kondisi kematian, yang

menandakan habisnya energi individu secara total (Neuman,

1990 dalam Maulana, 2014).

Menurut model kontinum sehat sakit, sehat adalah sebuah

keadaan yang bersifat dinamis dan dapat berubah terus-

menerus sesuai dengan adaptasi dari individu terhadap

perubahan suatu lingkungan baik internal dan eksternal dan

mampu mempertahankan keadaan fisik, emosional, intelektual,

sosial, perkembangan dan spiritual yang sehat, sedangkan sakit

adalah sebuah proses perubahan atau penurunan fungsi dari

individu bila dibandingkan dengan kondisi individu sebelumnya,

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Budaya...dan kondisi sejahtera dimana tubuh manusia, jiwa, serta sosial yang sangat memungkinkan tiap-tiap orang hidup produktif dengan cara sosial dan

16

karena sehat dan sakit merupakan bagian yang mempunyai

beberapa tingkat dan kualitas yang bersifat relatif, maka

keakuratannya harus ditentukan sesuai dengan titik tertentu

pada skala kontinum sehat sakit (Maulana, 2014).

2) Model kesejahteraan tingkat tinggi

Model kesejahteraan tingkat tinggi adalah model kesejahteraan

yang orientasinya ialah memaksimalkan potensi sehat yang ada

pada setiap individu untuk mampu mempertahankan rentang

keseimbangan dan arah yang memiliki tujuan tertentu dalam

lingkungan. Model ini berusaha untuk memajukan tingkat fungsi

ke arah yang lebih tinggi, dimana individu mampu hidup dengan

potensi yang paling maksimal, dan merupakan suatu proses

yang dinamis, bukan suatu keadaan yang statis dan pasif

(Maulana, 2014)

3) Model agen-penjamu-lingkungan

Model agen-penjamu-lingkungan adalah model yang tingkat

sehat sakit dari individu atau kelompok tersebut ditentukan oleh

hubungan antara ketiga variabel yakni agen, penjamu dan

lingkungan secara dinamis (Maulana, 2014).

4) Model keyakinan kesehatan

Model ini menyatakan hubungan antara keyakinan seseorang

dengan perilaku yang ditampilkannya. Terdapat 3 komponen

dalam model keyakinan kesehatan, yaitu :

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Budaya...dan kondisi sejahtera dimana tubuh manusia, jiwa, serta sosial yang sangat memungkinkan tiap-tiap orang hidup produktif dengan cara sosial dan

17

Komponen pertama adalah persepsi individu tentang dirinya

yang rentan terhadap suatu penyakit. Contohnya, klien

atau individu perlu mengenal adanya penyakit yang diderita

melalui riwayat keluarganya. Apabila dalam keluarga

memiliki riwayat diabetes melitus dan dalam empat dekade

ada keluarga yang meninggal karena penyakit tersebut,

maka klien memiliki kemungkinan mengalami penyakit

diabetes melitus.

Komponen kedua adalah presepsi individu terhadap

keseriusan penyakit tertentu. Variabel demografi dan

sosiopsikologis merupakan hal utama yang

mempengaruhinya, rasa terancam oleh penyakit dan tanda-

tanda untuk bertindak.

Komponen ketiga dimana individu berusaha mengambil

tindakan preventif, contohnya mengubah gaya hidup.

Model keyakinan kesehatan sangat membantu perawat dalam

memahami tentang berbagai faktor yang dapat mempengaruhi

presepsi, keyakinan, perilaku klien serta membantu perawat

dalam merancang rencana paling efektif sehingga klien dapat

memelihara atau memperoleh kembali status kesehatanya dan

mencegah terjadinya penyakit (Maulana, 2014).

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Budaya...dan kondisi sejahtera dimana tubuh manusia, jiwa, serta sosial yang sangat memungkinkan tiap-tiap orang hidup produktif dengan cara sosial dan

18

5) Model peningkatan kesejahteraan

Menurut Pender, peningkatan kesehatan bertujuan untuk

meningkatkan tingkat kesehatan klien. Model peningkatan

kesejahteraan adalah model yang mengidentifikasikan beberapa

faktor seperti demografi dan sosial. Faktor dalam model tersebut

dapat meningkatkan atau menurunkan partisipasi, sehingga

terjadi peningkatkan kesehatan serta mengatur berbagai tanda

yang muncul menjadi sebuah pola yang dapat menjelaskan

kemungkinan munculnya partisipasi individu dalam perilaku

peningkatan kesehatan.

2.3 Perspektif

Menurut Leonardo da Vinci (1949 dalam Rigaud, 2004) perspektif

adalah suatu yang alami yang terbentuk dari relief datar menjadi suatu relief

bidang atau ruang. Perspektif sebagai cara atau metode untuk melihat atau

mengamati berbagai fenomena atau keadaan disekeliling kita. Pilihan

perspektif yang diambil seseorang, memiliki implikasi pada teori dan

metodologi yang dipergunakan kemudian dikuasai serta dipahami individu

tersebut dalam memahami akan sebuah fenomena atau realitas (Miller,

2005).

Katherin Miller (2005) mengemukakan bahwa perspektif adalah suatu

cara untuk memandang atau melihat sebuah fenomena khusus, dimana

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Budaya...dan kondisi sejahtera dimana tubuh manusia, jiwa, serta sosial yang sangat memungkinkan tiap-tiap orang hidup produktif dengan cara sosial dan

19

terdapat suatu kerangka kerja secara konseptual, kumpulan asumsi, nilai

dan gagasan yang mempengaruhi persepsi manusia, sehingga dalam

konteks situasi tertentu individu bisa menghasilkan sebuah tindakan.

Unsur-unsur yang terdapat di dalam perspektif (Tuti, 2007, dalam

Buku KOMUNIKA) antara lain :

1. Fenomena yaitu suatu peristiwa atau kejadian yang terjadi secara

berulang-ulang dan memiliki kemiripan sehingga menjadi peristiwa

yang menarik perhatian atau luar biasa sifatnya.

2. Pemikiran yaitu hasil pikiran manusia dalam usahanya memahami

fenomena.

3. Pengetahuan yaitu segala sesuatu yang sudah diketahui atau bahkan

akan diketahui yang berkenaan dengan sesuatu hal.

4. Gagasan yaitu ide atau satu hal yang ingin disampaikan.

5. Asumsi yaitu pra-anggapan atau pernyataan-pernyataan awal

mengenai suatu hal yang ingin disimpulkan.

6. Nilai-nilai yaitu standar, patokan atau tolak ukur yang digunakan untuk

menentukan sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi

manusia.

7. Cara yaitu jalan melakukan atau berbuat untuk mencapai sesuatu

yang diinginkan.

8. Pengamatan yaitu melihat atau mengawasi dengan teliti.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Budaya...dan kondisi sejahtera dimana tubuh manusia, jiwa, serta sosial yang sangat memungkinkan tiap-tiap orang hidup produktif dengan cara sosial dan

20

9. Perbandingan atau suatu hasil membandingkan antara suatu

pernyataan dengan pernyataan yang lain.

2.4 Health Belief

2.4.1 Defenisi Health Belief

Health Belief Model (HBM) adalah sebuah model secara

psikologis yang berusaha untuk menjelaskan dan memprediksi perilaku

kesehatan setiap individu dengan berfokus pada sikap dan keyakinan

dari individu tersebut. Health belief model (HBM), seperti yang disiratkan

judulnya, berkaitan dengan kepercayaan dalam hal kesehatan, model ini

merupakan salah satu model pertama yang dirancang untuk mendorong

penduduk melakukan tindakan ke arah kesehatan yang positif. Model ini

menekankan “peranan persepsi kerentanan terhadap suatu penyakit dan

keefektifan potensial dalam pengobatan.”. Dalam hal ini pendidik

kesehatan harus mempertimbangkan persepsi individu terkait kerentan

mereka terhadap penyakit yang mengancam kesehatan serta tindakan

dari individu tersebut yang dapat mencegah dan memusnahkan

ancaman atau penyakit yang mungkin saja menyerang (Roberth & Jodi,

2003)

Sejarah lahirnya Teori HBM dikembangkan pertama kali tahun

1950-an oleh seorang psikologis sosial di layanan kesehatan Publik AS

karena adanya kegagalan pada program pencegahan penyakit (Coner &

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Budaya...dan kondisi sejahtera dimana tubuh manusia, jiwa, serta sosial yang sangat memungkinkan tiap-tiap orang hidup produktif dengan cara sosial dan

21

Norman, 2003) akademisi psikolog sosial berusaha untuk

mengembangkan pendekatan pemahaman perilaku yang tumbuh dari

teori pembelajaran yang berasal dari dua sumber utama, yaitu :

1. Stimulus Response (SR)

Merupakan teori Watson (1925 dalam Coner & Norman, 2003)

yang menyatakan HBM seringkali dipertimbangkan sebagai

kerangka atau patokan utama dalam perilaku yang berkaitan

dengan kesehatan manusia dan menjadi terobosan baru yang

mendorong penelitian perilaku kesehatan sejak tahun 1950-an.

Hal ini menjadikan HBM sebagai model yang mengeksplor dan

menjelaskan pertimbangan seseorang sebelum mereka

berperilaku sehat. Oleh sebab itu, HBM memiliki fungsi sebagai

model pencegahan atau preventif (Stanley & Maddux: 1986).

Teori Stimulus Respon mempercayai hasil pembelajaran akibat

dari peristiwa (reinfocement) yang menjadikan gerakan fisiologis

sebagai aktifitas perilaku. Skinner (1938) merumuskan dugaan

atau hipotesis diterima secara luas bahwa frekuensi perilaku

ditentukan oleh konsekuensinya atau reinforcement. Asosiasi

temporal antara perilaku dan immediately following reward

merupakan bagian yang dianggap cukup untuk meningkatkan

kemungkinan bahwa perilaku tersebut akan diulang. Dalam

pandangan ini, konsep seperti penalaran atau berpikir tidak

diperlukan untuk menjelaskan perilaku Skinner (1938).

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Budaya...dan kondisi sejahtera dimana tubuh manusia, jiwa, serta sosial yang sangat memungkinkan tiap-tiap orang hidup produktif dengan cara sosial dan

22

2. Teori Kognitif (Lewin,1951;Tolman, 1932)

Teori kognitif menekankan peranan dugaan atau hipotesis yang

bersifat subjektif dan juga harapan dimiliki oleh individu untuk

percaya bahwa perilaku adalah fungsi dari nilai subjektif tersebut

memiliki hasil dan probabilitas subjektif atau harapan, bahwa

pilihan tindakan tertentu akan mencapai hasil. HBM ini

merupakan model kognitif berarti bahwa perilaku individu secara

utuh dipengaruhi dari proses kognitif dari dalam dirinya. Proses

kognitif individu tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu

berupa variabel demografi, karakteristik sosiopsikologis, dan

variabel struktural. Variabel demografi terdiri dari kelas, usia, jenis

kelamin, sedangkan karakteristik sosisopsikologis meliputi,

kepribadian, teman sebaya, dan tekanan kelompok dan variabel

struktural merupakan pengetahuan dan pengalaman tentang

masalah yang dimiliki individu.

2.4.2 Komponen Health Belief Model

HBM berpatokan pada kepercayaan bahwa perilaku kesehatan

ditentukan oleh apakah individu (1) berusaha memandang dan melihat

diri mereka rentan terhadap suatu masalah kesehatan, (2) memandang

dan melihat sebuah masalah sebagai masalah serius, (3) perasaan yakin

akan mendapatkan manfaat dari pengobatan atau upaya pencegahan,

(4) berusaha mengenali kebutuhan untuk mengambil sebuah tindakan

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Budaya...dan kondisi sejahtera dimana tubuh manusia, jiwa, serta sosial yang sangat memungkinkan tiap-tiap orang hidup produktif dengan cara sosial dan

23

dan kendala apapun yang dapat mengganggu sebagai suatu pendekatan

pendidikan kesehatan yang didasarkan pada kepercayaan penyakit

menyerang (Roberth & Jodi, 2003).

Komponen-komponen Health Belief :

1. Perceived Susceptibility

Perceived Susceptibility adalah anggapan seseorang yang

dipercayainya, bahwa penyakit yang dideritanya merupakan

sebuah akibat dari suatu perilaku tertentu. Perceived

susceptibility memiliki arti yang sama dengan perceived

vulnerability yang diartikan sebagai suatu rasa rentan atau

kerentanan yang dirasakan yang merujuk pada suatu

kemungkinan dimana seseorang dapat terkena suatu

penyakit. Perceived susceptibility memiliki hubungan yang bersifat

positif dengan perilaku sehat. Jika persepsi kerentanan yang

dimiliki individu terhadap suatu penyakit tinggi maka perilaku

sehat yang akan dilakukan individu juga tinggi.

2. Perceived Severity

Perceived Severity adalah kepercayaan individu yang bersifat

subyektif tentang penyebaran suatu penyakit. Penyebab

utamanya adalah perilaku atau kepercayaan tentang seberapa

berbahayanya penyakit sehingga seseorang dapat menghindari

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Budaya...dan kondisi sejahtera dimana tubuh manusia, jiwa, serta sosial yang sangat memungkinkan tiap-tiap orang hidup produktif dengan cara sosial dan

24

perilaku tidak sehat agar tidak menjadi sakit, yang

berarti perceived severity pada dasarnya berpatokan pada

persepsi seberapa keparahan yang akan diterima individu, artinya

bahwa perceived severity memiliki hubungan yang positif dengan

perilaku sehat. Apabila persepsi dari keparahan individu tinggi

maka ia akan melakukan perilaku sehat.

3. Perceived Benefits

Perceived Benefits adalah kepercayaan tentang keuntungan dari

sebuah metode yang disarankan untuk mengurangi resiko

penyakit. Perceived benefits bisa diartikan sebagai persepsi

keuntungan dan memiliki hubungan positif dengan perilaku sehat.

4. Perceived Barriers

Perceived barriers adalah kepercayaan terhadap harga dari

perilaku yang dilakukan. Perceived barriers bisa diartikan sebagai

persepsi hambatan atau persepsi berkurangnya kenyamanan

saat meninggalkan perilaku tidak sehat, artinya perceived barriers

memiliki hubungan negatif dengan perilaku sehat. Apabila

persepsi hambatan dalam melakukan perilaku sehat tinggi maka

perilaku sehat tidak akan dilakukan.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Budaya...dan kondisi sejahtera dimana tubuh manusia, jiwa, serta sosial yang sangat memungkinkan tiap-tiap orang hidup produktif dengan cara sosial dan

25

5. Cues to Action

Cues to action adalah sebuah tindakan secara cepat yang

membuat seseorang merasa untuk mengambil suatu tindakan

nyata untuk melakukan perilaku sehat. Cues to action bisa

diartikan sebagai suatu dukungan atau dorongan dari lingkungan

terhadap individu yang melakukan perilaku sehat.

6. Self Efficacy

Self efficacy adalah salah satu hal yang berguna dalam

memproteksi kesehatan. Hal ini senada dengan pendapat Rotter

(1966) dan Wallston mengenai teori self-efficacy yang penting

sebagai kontrol dari faktor-faktor perilaku sehat (Bandura,

1989). Self efficacy dalam istilah umum adalah rasa percaya diri

seseorang dalam menjalankan sebuah tugas. Self Efficacy adalah

kepercayaan seseorang dalam hal mempersuasi keadaan atau

merasa percaya diri dengan perilaku sehat yang dilakukan.

Kebutuhan yang ada dan dirasakan pada setiap individu,

memerlukan sebuah tindakan, namun dalam hal melakukan tindakan

individu dipengaruhi oleh variabel-variabel yang mempengaruhi persepsi

individu dan akibatnya, persepsi dan akibat inilah yag secara tidak

langsung memengaruhi perilaku kesehatannya. Faktor yang ada

didalamnya mencakup tingkat pendidikan yang dimiliki, perbedaan

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Budaya...dan kondisi sejahtera dimana tubuh manusia, jiwa, serta sosial yang sangat memungkinkan tiap-tiap orang hidup produktif dengan cara sosial dan

26

kebudayaan, usia, pengalaman pribadi, jenis kelamin dan status ekonomi

serta dapat memengaruhi persepsi kerentanan, keparahan risiko,

manfaat dan kendala menyerang (Roberth & Jodi, 2003).

2.5 Prespektif Teoritis

Dari Tradisi Sambung Tulang di Desa Waai maka peneliti tertarik

untuk meneliti prespektif klien yang sudah pernah melakukan pengobatan

atau penyembuhan menggunakan treatment ini. Peneliti akan melakukan

penelitian dengan berpatokan pada Tradisi Sambung Tulang atau Topu

Bara di Desa Waai Pulau Ambon Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku

Tengah dilihat dari prespektif Health Belief.

Peneliti akan melakukan penelitian menggunakan 6 komponen yang

terdapat dalam Teori Health Belief dan yang dituangkan dalam bentuk

pertanyaan secara semiterstruktur untuk menggali sedalam-dalamnya

tentang tradisi sambung tulang ini baik dari pelaku penyembuh (pengobat)

maupun klien yang datang melakukan pengobatan.