Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi dan Kinerja Proyek
2.1.1 Definisi Proyek
Menurut Husen (2009), proyek adalah gabungan dari sumber-
sumber daya seperti manusia, material, peralatan dan modal/biaya yang
dihimpun dalam suatu wadah organisasi sementara untuk mencapai
sasaran dan tujuan. Sedangkan menurut Larson (2006) sebuah proyek
adalah usaha yang kompleks, tidak rutin, yang dibatasi oleh waktu,
anggaran, sumber daya dan spesifikasi kinerja yang dirancang untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan.
Menurut PMBOK Guide (2004) yang dikutip oleh Santosa (2009)
sebuah proyek memiliki beberapa karakteristik penting yang terkandung
didalamnya yaitu :
a. Sementara (temporary), berarti setiap proyek selalu memiliki jadwal
yang jelas kapan dimulai dan kapan diselesaikan. Sebuah proyek
berakhir jika tujuannya telah tercapai atau kebutuhan terhadap
proyek itu tidak ada lagi sehingga proyek tersebut dihentikan.
b. Unik, artinya bahwa setiap proyek menghasilkan suatu produk,
solusi, service atau output tertentu yang berbeda-beda satu dan
lainnya.
c. Progressive elaboration, adalah karakteristik proyek yang
berhubungan dengan dua konsep sebelumnya yaitu sementara dan
unik. Setiap proyek terdiri dari langkah-langkah yang terus
berkembang dan berlanjut sampai proyek berakhir. Setiap langkah
semakin memperjelas tujuan proyek.
7
Menurut Santosa (2009), berdasarkan jenis pekerjaannya, proyek
diklasifikasikan antara lain sebagai berikut:
a. Proyek konstruksi. Proyek ini biasanya berupa pekerjaan
membangun atau membuat produk fisik. Sebagai contoh adalah
pembangunan jalan raya, gedung atau jembatan.
b. Proyek penelitian atau pengembangan. Proyek ini bisa berupa
penemuan produk baru, alat baru dan lain-lain.
c. Proyek yang berhubungan dengan manajemen jasa. Proyek ini sering
muncul dalam perusahaan maupun instansi pemerintahan.
Dikarenakan bahwa proyek mempunyai karakteristik tertentu yang
berbeda dengan aktivitas lain dengan demikian diperlukan adanya
manajemen proyek. Sedangkan manajemen proyek adalah aplikasi
pengetahuan, ketrampilan, alat dan teknik dalam aktifitasaktifitas proyek
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan proyek (PMBOK 2004).
Berdasarkan definisi tersebut di atas dapat disimpulkan manajemen
proyek adalah penerapan ilmu pengetahuan, keahlian dan ketrampilan,
cara teknis yang terbaik dan dengan sumber daya yang terbatas, untuk
mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditentukan agar mendapatkan
hasil yang optimal dalam hal kinerja biaya, mutu dan waktu serta
keselamatan kerja (Husen, 2009).
2.1.2 Kinerja Proyek
Kinerja Proyek merupakan bagaimana cara kerja proyek tersebut
dengan membandingkan hasil kerja nyata dengan perkiraan cara kerja
pada kontrak kerja yang disepakati oleh pihak owner dan kontraktor
pelaksana. Soeharto (2001) mengemukakan suatu contoh dimana dapat
terjadi bahwa dalam laporan suatu kegiatan dalam proyek berlangsung
lebih cepat dari jadwal sebagaimana yang diharapkan. Akan tetapi
ternyata biaya yang dikeluarkan melebihi anggaran. Bila tidak segera
dilakukan tindakan pengendalian, maka dapat berakibat proyek tidak
dapat diselesaikan secara keseluruhan karena kekurangan dana.
8
Untuk memudahkan pengendalian proyek, pengelola proyek
seharusnya mempunyai acuan sebagai sasaran dan tujuan pengendalian.
Oleh karena itu, indikator-indikator tujuan akhir pencapaian proyek
haruslah ditampilkan dan dijadikan pegangan selama pelaksanaan
proyek. Indikator yang biasanya menjadi sasaran pencapaian tujuan akhir
proyek adalah indikator kinerja biaya, indikator kinerja waktu, indikator
kinerja mutu dan indikator kinerja K3.
2.2 Pengendalian Waktu dan Biaya Proyek
2.2.1 Pengendalian Waktu Proyek
Penjadwalan dibuat untuk menggambarkan perencanaan dalam
skala waktu. Penjadwalan menentukan kapan aktivitas dimulai, ditunda,
dan diselesaikan, sehingga pembiayaan dan pemakaian sumber daya
akan disesuaikan waktunya menurut kebutuhan yang akan ditentukan.
Unsur utama dari penjadwalan adalah peramalan (forecasting),
walaupun perlu disadari bahwa perubahan-perubahan dapat saja terjadi
di masa mendatang dan akan mempengaruhi pola rencananya sendiri.
Lamanya waktu penyelesaian proyek berpengaruh besar dengan
pertambahan biaya proyek secara keseluruhan. Maka dari itu dibutuhkan
laporan progress harian, mingguan maupun bulanan untuk melaporkan
hasil pekerjaan dan waktu penyelesaian untuk setiap item pekerjaan
proyek dan dibandingkan dengan waktu penyelesaian rencana agar waktu
penyelesaian dapat terkontrol setiap periodenya.
Mengenai adanya perubahan-perubahan yang selalu terjadi pada
saat pelaksanaan, maka faktor-faktor yang harus diperhatikan untuk
membuat jadwal yang cukup efektif yaitu:
1. Jadwal tersebut harus dapat dipertanggungjawabkan secara teknis.
2. Disusun berdasarkan perkiraan yang akurat dimana perkiraan waktu,
sumber daya, serta biaya dibandingkan dengan kegiatan pada proyek
sebelumnya.
3. Sesuai dengan sumber daya yang tersedia.
9
4. Sesuai dengan penjadwalan proyek lain, yang mempergunakan
sumber daya yang sama.
5. Fleksibel terhadap perubahan-perubahan, misalnya perubahan
spesifikasi proyek.
6. Mendetail dipakai sebagai alat pengukur hasil yang di capai dan
pengendalian kemajuan proyek.
7. Dapat menampilkan kegiatan pokok yang kritis.
Teknis penjadwalan proyek juga dapat menggunakan bar chart. Ini
bertujuan untuk mengidentifikasi unsur waktu dan urutan dalam
merencanakan suatu kegiatan, terdiri dari waktu mulai, waktu selesai,
dan pada saat pelaporan.
Penggambaran bar chart terdiri dari kolom dan baris. Pada kolom
tersusun urutan kegiatan yang disusun secara berurutan. Pada baris
menunjukkan periode waktu yang dapat berupa hari, minggu, ataupun
bulan. Selain metode bar chart dapat juga dipakai metode kurva S yang
merupakan hasil plot dari bar chart. Kurva S bertujuan untuk
mempermudah melihat kegiatan-kegiatan yang masuk dalam suatu
jangka waktu pengamatan progress pelaksanaan proyek.
Kurva S merupakan gambaran diagram % (persen) kumulatif biaya
yang diplot pada suatu sumbu, dimana sumbu x menyatakan satuan
waktu sepanjang durasi proyek dan sumbu y menyatakan nilai % (persen)
kumulatif biaya selama durasi proyek tersebut. Grafik dari
hasil pembuatan kurva S dapat menunjukkan apakah proyek tersebut
mengalami keterlambatan atau tidak. Dengan kurva S juga dapat dilihat
instensitas pekerjaan. Kemiringan curam menunjukkan pada saat itu
pekerjaan besar (intensitas tinggi) dan kemiringan andai menunjukkan
pekerjaan pada saat itu sedikit seperti Gambar 2.1 di bawah ini.
10
Gambar 2.1 Grafik Kurva “S”
2.2.2 Pengendalian Biaya Proyek
Menurut Asiyanto (2005) Prakiraan anggaran biaya yang telah
dibuat pada tahap perencanaan digunakan sebagai patokan untuk
pengendalian biaya. Pengendalian biaya proyek diperlukan agar proyek
dapat terlaksana sesuai dengan biaya awal yang telah direncanakan.
Pada suatu proyek, manajer proyek perlu memperhatikan tentang
anggaran yang telah ditetapkan dalam perencanaan proyek, manajer tidak
dapat menafsirkan bahwa sebesar anggaran itulah akhir biaya proyek.
Anggaran adalah suatu perkiraan yang disusun berdasarkan informasi
yang tersedia pada saat pembuatan anggaran. Ada beberapa asumsi yang
digunakan untuk merumuskan ketidakpastian yang dihadapi proyek
sehingga menjadi bagian dari anggaran proyek. Oleh sebab itu, rencana
proyek yang dibuat sebelum dimulai dan dituangkan dalam Petunjuk
Operasional (PO) haruslah memuat sifat:
1. Rencana proyek yang mengalami perubahan selama proyek itu
berjalan.
2. Rencana proyek dapat menjadi landasan bersama semua pihak dalam
komunikasi mengenai proyek selama masa kerja proyek.
Waktu
Pro
gre
ss
Fis
ik (
%)
11
BIAYA PROYEK
BIAYA
LANGSUNG
BIAYA TAK
LANGSUNG
MATERIALTENAGA
KERJA
SUB
KONTRAKTORALAT
OVERHEAD
KANTOR
OVERHEAD
LAPANGAN
Gambar 1.2 Komponen Biaya Proyek
Berdasarkan Gambar 2.2 di atas, biaya proyek pada proyek
konstruksi dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
1. Biaya langsung adalah semua biaya yang langsung berhubungan
dengan pelaksanaan pekerjaan konstruksi dilapangan. Biaya-biaya
yang dikelompokkan dalam biaya langsung adalah biaya
bahan/material, biaya tenaga kerja/upah, biaya sub kontraktor dan
biaya peralatan (equipment).
2. Biaya tak langsung adalah semua biaya proyek yang tidak secara
langsung berhubungan dengan konstruksi di lapangan tetapi biaya
ini harus ada dan tidak dapat dilepaskan dari proyek tersebut. Biaya-
biaya yang dikelompokkan dalam biaya tidak langsung adalah biaya
overhead kantor dan overhead lapangan.
2.2.3 Pengendalian Kinerja Proyek
Menurut R. J. Mockler sebagaimana dikutip Soeharto (2001),
Pengendalian adalah usaha yang sistematis untuk menentukan standar
yang sesuai dengan sasaran perencanaan, merancang sistem informasi,
membandingkan pelaksanaan dengan standar menganalisa kemungkinan
adanya penyimpangan antara pelaksanaan dan standar, kemudian
mengambil tindakan pembetulan yang diperlukan agar sumber daya
digunakan efektif dan efisien dalam rangka mencapai sasaran.
Untuk dapat melakukan pengendalian perlu adanya perencanaan,
karena perencanaan dibuat sebagai bahan acuan bagi pelaksanaan
12
pekerjaan yang meliputi spesifikasi teknik, jadwal, dan anggaran. Hal ini
diperlukan mengingat roses pengendalian berjalan sepanjang daur hidup
proyek guna mewujudkan performa yang baik di dalam setiap tahap.
Setiap operasi pekerjaan selalu diawali dengan membuat rencana,
kemudian selama berlangsungnya pelaksanaan harus diperhatikan upaya
mengukur hasil-hasil yang dicapai untuk dibandingkan terhadap rencana
semula.
Gambar 2.3 berikut merupakan langkah-langkah proses
Pengendalian Kinerja.
Gambar 2.2 Langkah-Langkah Proses Pengendalian Kinerja
Sumber: Dipohusodo (1996)
Upaya pengendalian merupakan proses pengukuran, evaluasi dan
membetulkan kinerja proyek. Untuk proyek konstruksi, ada tiga unsur
yang perlu dikendalikan dan diukur, yaitu (a) Kemajuan (progress) yang
dicapai dibandingkan terhadap kesepakatan kontrak, (b) Pembiayaan
terhadap rencana anggaran, dan (c) Mutu hasil pekerjaan terhadap
spesifikasi teknis.
13
Menurut Dipohusodo (1996), proses pengendalian kinerja dalam
pelaksanaan proyek konstruksi secara umum terdiri dari 3 langkah
pokok, yaitu:
1. Menetapkan standar kinerja. Standar ini dapat berupa biaya yang
dianggarkan dan jadwal.
2. Mengukur kinerja terhadap standar dengan jalan membandingkan
antara performansi aktual dengan standar performansi. Hasil
pekerjaan dan pengeluaran yang telah terjadi dibandingkan
dengan jadwal dan biaya yang telah direncanakan.
3. Melakukan tindakan koreksi apabila terjadi penyimpangan
terhadap standar yang telah ditetapkan.
2.3 Konsep Earn Value Analysis (Analisa Nilai Hasil)
Konsep Earned Value Analysis (Analisa Nilai Hasil) merupakan bagan
dari konsep Analisis Varians. Dimana dalam Analisis Varians hanya
menunjukkan perbedaan hasil kerja pada waktu pelaporan dibandingkan
dengan anggaran atau jadwalnya (PMBOK 2004). Adanya kelemahan dari
metode Analisis Varians adalah hanya menganalisa varians dan jadwal
masing-masing secara terpisah sehingga tidak dapat mengungkapkan masalah
kinerja kegiatan yang sedang dilakukan.
Konsep Earned Value Analysis (Analisa Nilai Hasil) adalah konsep
menghitung besarnya biaya yang menurut anggaran sesuai dengan pekerjaan
yang telah diselesaikan/dilaksanakan. Bila ditinjau dari jumlah pekerjaan yang
diselesaikan maka berarti konsep ini mengukur besarnya unit pekerjaan yang
telah diselesaikan, pada suatu waktu bila dinilai berdasarkan jumlah anggaran
yang disediakan untuk pekerjaan tersebut. Dengan perhitungan ini diketahui
hubungan antara apa yang sesungguhnya telah dicapai secara fisik terhadap
jumlah anggaran yang telah dikeluarkan. Dengan metode ini, dapat diketahui
kinerja proyek yang telah berlangsung, dengan demikian dapat dilakukan
14
dengan langkah-langkah perbaikan bila terjadi penyimpangan dari rencana
awal proyek.
Ditinjau dari progress fisik pekerjaan berarti konsep ini untuk mengukur
besarnya unit pekerjaan yang telah diselesaikan pada waktu tertentu serta
dinilai berdasarkan jumlah anggaran yang disediakan untuk pekerjaan tertentu.
Flemming dan Koppelman yang dikutip oleh Soemardi, B.W., R.D.
Wirahadikusumah, M. Abduh dan N. Pujoartanto (2007) menjelaskan konsep
earned value analysis dibandingkan manajemen biaya tradisional. Seperti
dijelaskan pada Gambar 4, manajemen biaya tradisional hanya menyajikan dua
dimensi saja yaitu hubungan yang sederhana antara biaya aktual dengan biaya
rencana.
Dengan manajemen biaya tradisional, status kinerja tidak dapat diketahui.
Pada Gambar 4 dapat diketahui bahwa biaya aktual memang lebih rendah,
namun kenyataan bahwa biaya aktual yang lebih rendah dari rencana ini tidak
dapat menunjukkan bahwa kinerja yang telah dilakukan telah sesuai dengan
target rencana. Sebaliknya, konsep earned value analysis memberikan dimensi
yang ketiga selain biaya aktual dan biaya rencana. Dimensi yang ketiga ini
adalah besarnya pekerjaan secara fisik yang telah diselesaikan atau disebut
earned value/percent complete. Dengan adanya dimensi ketiga ini, seorang
manajer proyek akan dapat lebih memahami seberapa besar kinerja yang
dihasilkan dari biaya yang telah dikeluarkan (Gambar 2.4).
15
Gambar 2.3 Perbandingan Manajemen Biaya Tradisional dengan Konsep
Earned Value Analysis.
Sumber: Soemardi dkk (2007)
2.3.1 Analisa Kinerja Proyek dengan Earned Value Analysis
Ada tiga elemen dasar yang menjadi acuan dalam menganalisa
kinerja dari proyek berdasarkan konsep earned value anlysis. Ketiga
elemen tersebut adalah:
1. Planned Value (PV), merupakan besarnya biaya yang dianggarkan
untuk pekerjaan yang dijadwalkan selama periode tertentu.
2. Actual Cost (AC) adalah jumlah biaya aktual yang dikeluarkan dari
pekerjaan yang sudah dilaksanakan sampai periode waktu tertentu.
3. Earned Value (EV) adalah jumlah biaya yang dianggarkan atau nilai
yang diterima dari penyelesaian pekerjaan yang telah dilaksanakan
selama periode waktu tertentu. Earned Value ini dihitung
berdasarkan akumulasi dari pekerjaan-pekerjaan yang telah
diselesaikan.
Dari ketiga besaran PV, AC dan EV tersebut dapat diperoleh
besaran-besaran lain yang akan memberikan informasi yang berbeda
mengenai status proyek atau penyimpangan-penyimpangan yang terjadi.
16
Besaran-besaran itu adalah Cost Variance (CV), Schedule Variance
(SV), Cost Performance Index (CPI) dan Schedule Performance Index
(SPI) yang dijelaskan pada Gambar 2.5.
Gambar 2.4 Grafik Kurva S Earned Value
Sumber: Soemardi dkk (2007)
1. Cost Variance (CV)
Cost Varians (CV) merupakan selisih antara nilai yang diperoleh
setelah menyelesaikan paket-paket pekerjaan dengan biaya aktual
yang terjadi selama pelaksanaan proyek. Cost variance positif
menunjukkan bahwa nilai paket-paket pekerjaan yang diperoleh
lebih besar dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk
mengerjakan paket-paket pekerjaan tersebut. Sebaliknya, nilai
negatif menunjukkan bahwa nilai paket-paket pekerjaan yang
diselesaikan lebih rendah dibandingkan dengan biaya yang sudah
dikeluarkan (Soeharto, 2001).
.................................................................(1)
2. Schedule Variance (SV)
Schedule Variance (SV) digunakan untuk menghitung
penyimpangan antara PV dengan EV. Nilai positif menunjukkan
bahwa paket-paket pekerjaan proyek yang terlaksana lebih banyak
CV = EV – AC
17
dibanding rencana. Sebaliknya nilai negatif menunjukkan kinerja
pekerjaan yang buruk karena paket-paket pekerjaan yang terlaksana
lebih sedikit dari jadwal yang direncanakan (Soeharto, 2001).
.................................................................(2)
Harga CV dan SV beserta artinya dapat dijelaskan seperti dalam
Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Harga CV dan SV
Varians
Jadwal
(SV)
Varians
Biaya
(CV)
Keterangan
Positif Positif Pekerjaan lebih cepat dari jadwal
dan biaya lebih kecil dari anggaran
Nol Positif Pekerjaan sesuai jadwal dan biaya
lebih kecil dari anggaran
Positif Nol Pekerjaan lebih cepat dan biaya
sesuai anggaran
Nol Nol Pekerjaan sesuai dengan jadwal dan
anggaran
Negatif Negatif Pekerjaan selesai terlambat dan
biaya lebih tinggi dari anggaran
Nol Negatif Pekerjaan terlaksana sesuai jadwal
dan biaya lebih tinggi dari anggaran
Negatif Nol Pekerjaan selesai terlambat dan
biaya sesuai anggaran
Negatif Positif Pekerjaan selesai terlambat dan
biaya lebih kecil dari aggaran
Positif Negatif Pekerjaan selesai lebih cepat dengan
biaya lebih besar dari anggaran
Sumber: (Soeharto, 2001)
SV = EV – PV
18
3. Cost Performance Index (CPI)
Cost Performance Index (CPI), merupakan faktor efisiensi biaya
yang telah dikeluarkan dapat diperlihatkan dengan membandingkan
nilai pekerjaan yang secara fisik telah diselesaikan (EV) dengan
biaya yang telah dikeluarkan dalam periode yang sama (AC).
.................................................................(3)
Dimana,
CPI = 1 : biaya sesuai rencana
CPI > 1 : biaya lebih kecil/hemat
CPI < 1 : biaya lebih besar/boros
Nilai CPI ini menunjukkan bobot nilai yang diperoleh (relatif
terhadap nilai proyek keseluruhan) terhadap biaya yang
dikeluarkan. CPI kurang dari 1 menunjukkan kinerja biaya yang
buruk, karena biaya yang dikeluarkan (AC) lebih besar
dibandingkan dengan nilai yang didapat (EV) atau dengan kata lain
terjadi pemborosan (Soeharto, 2001).
4. Schedule Performance Index (SPI)
Schedule Performance Index (SPI), merupakan Faktor efisiensi
kinerja dalam menyelesaikan pekerjaan dapat diperlihatkan oleh
perbandingan antara nilai pekerjaan yang secara fisik telah
diselesaikan (EV) dengan rencana pengeluaran biaya yang
dikeluarkan berdasar rencana pekerjaan (PV).
.................................................................(4)
Dimana,
SPI = 1 : proyek tepat waktu
SPI > 1 : proyek lebih cepat
SPI < 1 : proyek terlambat
Nilai SPI menunjukkan seberapa besar pekerjaan yang mampu
diselesaikan (relatif terhadap proyek keseluruhan) terhadap satuan
CPI = EV / AC
SPI = EV / PV
19
pekerjaan yang direncanakan. Nilai SPI kurang dari 1 menunjukkan
bahwa kinerja pekerjaan tidak sesuai dengan yang diharapkan karena
tidak mampu mencapai target pekerjaan yang jadwalkan.
2.3.2 Analisa Perkiraan Akhir Proyek
Metode Earned Value Analysis ini juga dapat di gunakan untuk
memperkirakan biaya akhir proyek dan juga waktu penyelesaian proyek.
Perkiraan dihitung berdasarkan kecenderungan kinerja dan asumsi
bahwa kecendrungan tersebut tidak akan berubah sampai akhir proyek.
Perkiraan ini berguna untuk memberikan gambaran ke depan kepada
pihak kontraktor, sehingga dapat melakukan langkah-langkah perbaikan
yang diperlukan (Soeharto, 2001).
2.3.2.1 Perkiraan Biaya Total Proyek
1. Estimate to Complete (ETC)
ETC merupakan perkiraan biaya untuk pekerjaan tersisa,
dengan asumsi bahwa kecenderungan kinerja proyek akan
tetap sampai dengan akhir proyek. Menurut Soeharto (2001),
perkiraan tersebut dapat diekstrapolasi dengan beberapa
cara:
a. Pekerjaan sisa memakan biaya sebesar anggaran.
Asumsi bahwa sisa pekerjaan akan memakan biaya
sesuai dengan anggaran, tidak tergantung dari prestasi
yang telah dicapai sampai dengan saat pelaporan.
b. Kinerja sama besar sampai akhir proyek.
Analisa ini beranggapan angka kinerja pada saat
pelaporan akan tetap bertahan sampai akhir proyek.
c. Campuran
1. ETC untuk Progress < 50%
Bila penyelesaian pekerjaan masih di bawah 50 %,
maka sisa pekerjaan akan memakan biaya sesuai
20
dengan anggaran, tidak tergantung dari prestasi yang
telah dicapai sampai saat ini, sehingga :
...........................(5)
2. ETC untuk Progress > 50%
Bila penyelesaian pekerjaan pada saat pelaporan
sudah lebih dari 50 %, maka prestasi yang dicapai
cukup realistis untuk menganalisa pekerjaan tersisa
(ETC).
.............(6)
2. Estimate at Complete (EAC)
EAC merupakan perkiraan biaya total pada akhir proyek
yang diperoleh dari biaya aktual ditambah dengan ETC.
.....................................................(7)
2.3.2.2 Perkiraan Waktu Penyelesaian Proyek
Waktu keseluruhan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
suatu pekerjaan dalam proyek dapat diperkirakan dengan
mengasumsikan bahwa kecenderungan angka kinerja jadwal
akan berlangsung tetap seperti saat pelaporan sampai dengan
akhir proyek. Prakiraan waktu dengan dirumuskan sebagai
berikut:
..............................(8)
Dimana,
TE (Time Estimated) : Perkiraan waktu penyelesaian.
ATE ( Actual Time Expended) : Waktu yang telah ditempuh.
OD (Original Duration) : Waktu yang direncanakan.
ETC = Anggaran Total – EV
ETC = (Anggaran Total – EV) / CPI
EAC = AC + ETC
TE = ATE + (OD−(ATE x SPI)
SPI)
SPI
21
2.3.3 Analisa Prakiraan Rencana Terhadap Penyelesaian Proyek
Indeks prestasi penyelesaian proyek atau To Complete Performance
Indeks (TCPI) adalah nilai indeks kemungkinan dari sebuah prakiraan.
Indeks ini digunakan untuk menambah kepercayaan dalam pelaporan
penilaian pada sisa pekerjaan.
....................................................(9)
Dimana, TCPI < 1 : Mengalami Kenaikan Kinerja
TCPI > 1 : Mengalami Penurunan Kinerja
TCPI = (Anggaran Total − EV
EAC − AC)