47
12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Asuransi Syariah 2.1.1.1 Definisi dan Konsep Asuransi Syariah Syakir Sula (2004) mengatakan bahwa konsep asuransi telah menjadi budaya yang dimiliki oleh suku Arab sampai jaman Nabi Muhammad saw., konsep ini dinamakan al-aqilah. Al-aqila berarti denda dan al-aqil artinya orang yang membayar denda. Amrin (2011) mengutip penjelasan dari Thomas Patrick dalam Dictionary of Islam mengenai al-aqila yang menyatakan bahwa jika terdapat anggota suatu suku dibunuh oleh anggota suku lain, maka keluarga dari sang pembunuh akan membayarkan sejumlah diyat atau uang darah sebagai kompensasi kepada ahli waris anggota suku yang terbunuh. Konsep al-aqila ini juga tercantum dalam konstitusi pertama di dunia yaitu piagam Madinah yang tercipta setelah peristiwa hijrah. Selain al-aqila, terdapat beberapa konsep lain dalam fiqih klasik yang menjadi cikal bakal konsep asuransi syariah modern. Seperti al-muwalat atau perjanjian jaminan yang dilakukan oleh seseorang yang belum atau tidak memiliki ahli waris, sang penjamin akan mewarisi harta yang orang yang dijaminkan tersebut selama tidak ada pewaris yang sah (Sula, 2004). Terdapat pula at-tanahud, dengan konsep mengumpulkan makanan dari peserta dan mencampurkannya menjadi satu. At- tanahud dilakukan ketika persediaan makanan sedang terbatas, para peserta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/120410/2015/120410150038_2_7463.pdf · Mudharabah merupakan perjanjian kerja sama diantara paling sedikit

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/120410/2015/120410150038_2_7463.pdf · Mudharabah merupakan perjanjian kerja sama diantara paling sedikit

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Asuransi Syariah

2.1.1.1 Definisi dan Konsep Asuransi Syariah

Syakir Sula (2004) mengatakan bahwa konsep asuransi telah menjadi budaya

yang dimiliki oleh suku Arab sampai jaman Nabi Muhammad saw., konsep ini

dinamakan al-aqilah. Al-aqila berarti denda dan al-aqil artinya orang yang membayar

denda. Amrin (2011) mengutip penjelasan dari Thomas Patrick dalam Dictionary of

Islam mengenai al-aqila yang menyatakan bahwa jika terdapat anggota suatu suku

dibunuh oleh anggota suku lain, maka keluarga dari sang pembunuh akan

membayarkan sejumlah diyat atau uang darah sebagai kompensasi kepada ahli waris

anggota suku yang terbunuh. Konsep al-aqila ini juga tercantum dalam konstitusi

pertama di dunia yaitu piagam Madinah yang tercipta setelah peristiwa hijrah.

Selain al-aqila, terdapat beberapa konsep lain dalam fiqih klasik yang menjadi

cikal bakal konsep asuransi syariah modern. Seperti al-muwalat atau perjanjian

jaminan yang dilakukan oleh seseorang yang belum atau tidak memiliki ahli waris,

sang penjamin akan mewarisi harta yang orang yang dijaminkan tersebut selama tidak

ada pewaris yang sah (Sula, 2004). Terdapat pula at-tanahud, dengan konsep

mengumpulkan makanan dari peserta dan mencampurkannya menjadi satu. At-

tanahud dilakukan ketika persediaan makanan sedang terbatas, para peserta

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/120410/2015/120410150038_2_7463.pdf · Mudharabah merupakan perjanjian kerja sama diantara paling sedikit

13

kemungkinan memberikan porsi makanan yang berbeda satu sama lain. Konsep lain

dalam fiqih klasik ada yang disebut dengan al-qasamah, memiliki sistem

pengumpulan uang sebagai iuran dan akan dibayarkan kepada ahli waris peserta

apabila peserta tersebut terbunuh oleh yang tidak diketahui (Sula, 2004).

Sepeninggal Nabi Muhammad saw., konsep asuransi syariah atau takaful telah

dikembangkan dalam bidang bisnis. Sistem takaful atau sharing of risk telah

digunakan oleh beberapa pengusaha muslim, dengan berbentuk pengumpulan uang

yang ditujukan untuk membantu sesama pengusaha apabila terjadi kerugian yang

diakibatkan beberapa hal seperti kecelakaan dalam pengiriman barang dagangan atau

terjadinya perampasan barang dagangan (Amrin, 2011).

Takaful menjadi istilah yang digunakan untuk menunjukkan asuransi syariah.

Dalam muamalah, takaful mengandung makna saling menanggung risiko yang

dilakukan dengan dasar keinginan untuk berbuat kebaikan di antara sesama manusia

(Sula, 2004). Istilah lain asuransi dalam bahasa Arab dapat diungkapkan dengan

tuma’niatun nafsi wa zawalul khauf (at-ta’min) yang berarti ketenangan jiwa dan rasa

takut yang hilang (Hosen, Ali, & Muhtasib, 2008). Nurlatifah dan Mardian (2016)

menjelaskan maksud dari ungkapan tersebut adalah karena terdapat seseorang atau

suatu pihak yang memberikan jaminan atas diri dan atau benda, seseorang yang

mengikuti kegiatan asuransi tersebut akan mendapat ketenangan jiwa dan tidak

memiliki rasa takut dalam menjalani kehidupan sehari-harinya. Amrin (2011)

mengatakan bahwa prinsip dasar dalam asuransi syariah terdapat dalam Al-Quran

surah Al-Maidah ayat 2, yakni berupa ajakan pada setiap peserta asuransi untuk

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/120410/2015/120410150038_2_7463.pdf · Mudharabah merupakan perjanjian kerja sama diantara paling sedikit

14

saling menolong, menjamin dan meringankan apabila terjadi kejadian yang tidak

diinginkan. Prinsip ini disebut dengan taawun, yaitu saling melindungi dan menolong

atas dasar ukhuwah islamiah (Sula, 2004).

Asuransi syariah dalam pelaksanaannya berkaitan erat dengan unsur sosial dan

masyrakat, hal ini dikemukakan oleh Muhammad Syauqi Al-Fanjari yang

mendeskripsikan asuransi syariah sebagai upaya saling menanggung secara sosial

(Sula, 2004). Mushtafa Ahmad Zarqa sebagai orang pertama yang membuat karya

tulisan mengenai asuransi komersial yang modern (Antonio, 2004) memandang

asuransi sebagai metode pemeliharaan manusia untuk menghindari risiko, hal ini

sejalan dengan pendapat Husain Hamid Hisan yang menyatakan bahwa asuransi

sebagai sistem kompleks untuk mengantisipasi adanya peristiwa yang tidak

diinginkan dengan memberikan sejumlah uang tertentu (Amrin, 2011).

Menurut Syakir Sula (2004), asuransi yang tidak ada perbedaan pendapat dalam

hal kebolehannya (mubah) adalah sistem yang berbentuk gabungan ikatan

kesepakatan dengan tujuan untuk membantu meringankan atau menghilangkan beban

akibat dari musibah ketika menimpa salah satu atau sebagian dari yang melakukan

perjanjian tersebut dengan cara melakukan derma.

Definisi dari asuransi syariah menurut Amrin (2011) merupakan kegiatan yang

tak hanya menanggung resiko, namun juga saling menolong yang berdasarkan prinsip

syariah di antara sesama manusia untuk menjalin nilai ukhuwah dalam meringankan

atau memudahkan jika terjadi bencana sehingga setiap orang menjadi penanggung

atas lainnya. Secara operasional Amrin (2011) menyatakan bahwa asuransi syariah

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/120410/2015/120410150038_2_7463.pdf · Mudharabah merupakan perjanjian kerja sama diantara paling sedikit

15

merupakan sistem asuransi yang di dalamnya para peserta memberikan hibah dari

beberapa atau keseluruhan kontribusi yang dibayarkan untuk pembayaran klaim

apabila terjadi bencana kepada peserta lain.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN)

Nomor 21 tahun 2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah menjelaskan bahwa

asuransi yang berprinsip syariah atau yang sering disebut dengan ta’min, takaful dan

tadhamun merupakan sebuah bentuk usaha saling melindungi dan menolong yang

terjadi antara beberapa orang atau pihak dengan jalur investasi dalam bentuk aset dan

atau tabarru. Asuransi berprinsip syariah memberikan pola pengembalian untuk

menghadapi risiko melalui akad yang sesuai dengan prinsip Islam.

2.1.1.2 Akad dan Pengelolaan Dana Asuransi Syariah

Untuk mengilangkan keberadaan gharar, maysir, dan riba dalam asuransi, Syafii

Antonio (1994) menjelaskan dapat mengganti akad tabaduli atau perjanjian

pertukaran dengan akad takaful yang didalamnya terdapat akad tabarru dan

mudharabah. Akad tabarru yang merupakan bentuk perjanjian dengan tujuan tolong-

menolong dan akad mudharabah yang termasuk ke dalam jenis akad tijarah yang

ditujukan untuk kepentingan komersial. Namun, menurut pendapat Jafril Khalil yang

dikutip oleh Amrin (2011) terdapat beberapa akad yang mengikuti selain kedua akad

tersebut. Akad-akad yang dimaksud adalah wakalah/wakalah bil ujrah, musyarakah,

wadiah, dan musahamah (kontribusi).

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/120410/2015/120410150038_2_7463.pdf · Mudharabah merupakan perjanjian kerja sama diantara paling sedikit

16

Sumber: Meraih Berkah melalui Asuransi Syariah (Amrin, 2011)

Akad dalam asuransi syariah atau takaful terbagi atas akad takaful sosial

(tabarru) dan takaful komersial (tijarah). Terdapat dua akad di dalam jenis akad

takaful komersial, yaitu mudharabah dan wakalah/wakalah bil ujrah. Kemudian akad

mudharabah terbagi kembali menjadi mudharabah murni dan modifikasi. Pada

mudharabah murni, perusahaan perasuransian syariah dan peserta secara langsung

membagi pendapatan hasil investasi dan peserta berhak secara keseluruhan atas

surplus yang didapat. Hal ini berbeda dengan mudharabah modifikasi, pendapatan

hasil investasi dikembalikan ke dalam dana takaful untuk ditanam dan surplus dari

dana takaful tersebut tidak serta merta secara keseluruhan diberikan kepada peserta,

namun juga berbagi dengan perusahaan perasuransian syariah. Dalam akad wakalah

TAKAFUL

TIJARAH TABARRU

WAKALAH MUDHARABAH

MURNI MODIFIKASI

Gambar 2.1 Akad dalam Asuransi Syariah

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/120410/2015/120410150038_2_7463.pdf · Mudharabah merupakan perjanjian kerja sama diantara paling sedikit

17

atau wakalah bil ujrah, perusahaan perasuransian syariah mengenakan biaya kepada

peserta, dapat dinyatakan dengan persentase atau sejumlah uang dengan nominal

tertentu yang disebut dengan ujrah (Amrin, 2011).

Sumber: Meraih Berkah melalui Asuransi Syariah (Amrin, 2011)

Mudharabah merupakan perjanjian kerja sama diantara paling sedikit dua pihak,

di mana pihak pertama yang disebut shahibul mal menyediakan seluruh dana dan

memercayakan sejumlah dana tersebut ke pihak kedua yang disebut mudharib untuk

menjalankan suatu aktivitas usaha (Sula, 2004). Jika terdapat keuntungan, akan dibagi

sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati saat perjanjian terjadi di antara

shahibul mal dan mudharib. Apabila dalam usaha kerja sama tersebut terdapat

kerugian, shahibul mal menaggung atas kehilangan dana atau modal yang telah

Keuntungan Perusahaan

Kontribusi Kontribusi +

Keuntungan

Biaya Surplus

Peserta

X %

Gambar 2.2 Skema Akad Mudharabah Murni

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/120410/2015/120410150038_2_7463.pdf · Mudharabah merupakan perjanjian kerja sama diantara paling sedikit

18

dikeluarkan dan mudharib kehilangan hasil usahanya dalam mengelola dana atau

modal tersebut (Amrin, 2011).

Amrin (2011) berpendapat bahwa perusahaan perasuransian syariah harus mampu

membuat keuntungan neto-nya lebih besar dari biaya manajemen dan operasionalnya

jika menerapkan akad mudharabah murni. Apabila ketentuan tersebut tidak

terpenuhi, maka besar kemungkinan perusahaan perasuransian syariah tersebut akan

mengalami kerugian. Perusahaan perasuransian syariah dituntut untuk memiliki dana

yang terbilang sangat besar atau biaya yang dikeluarkan untuk operasional haruslah

sangat kecil jika dikomparasikan dengan gross contribution (Amrin, 2011).

Pembagian surplus dana takaful pada akad mudharabah modifikasi berbeda jika

dibandingkan dengan akad mudharabah murni yang keuntungan sesungguhnya dari

hasil investasi dibagikan.

Sumber: Meraih Berkah melalui Asuransi Syariah (Amrin, 2011)

Keuntungan Perusahaan

Gambar 2.3 Skema Akad Mudharabah Modifikasi

Kontribusi Kontribusi +

Keuntungan Biaya Surplus

X%

Peserta

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/120410/2015/120410150038_2_7463.pdf · Mudharabah merupakan perjanjian kerja sama diantara paling sedikit

19

Tidak ada keuntungan yang dibagikan dalam akad mudharabah modifikasi, selain

keuntungan berbentuk surplus antara saldo dari dana takaful pada akhir periode

sebelumnya dan saldo dana takaful pada awal kontrak mudharabah periode

selanjutnya. Keuntungan yang dibagikan pada akad mudharabah modifikasi

merupakan saldo sebenarnya dari dana akhir periode setelah klaim, reasuransi,

cadangan dan underwriting surplus.

Perusahaan asuransi jiwa syariah adalah perusahaan perasuransian syariah yang

lebih umum menggunakan akad mudharabah modifikasi. Akad ini digunakan dengan

alasan tidak adanya pemotongan biaya manajemen dari dana takaful, untuk mencapai

break event point (BEP) dianggap mustahil jika menggunakan akad mudharabah

murni (Amrin, 2011).

Sumber: Meraih Berkah melalui Asuransi Syariah (Amrin, 2011)

Secara etimologis wakalah bermakna menyerahkan atau mewakilkan, secara

terminologi berarti mewakilkan yang dilakukan seseorang yang memiliki hak

Keuntungan

Kontribusi & fee Kontribusi +

Keuntungan Biaya Surplus

Peserta

100%

Gambar 2.4 Skema Akad Wakalah bil Ujrah

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/120410/2015/120410150038_2_7463.pdf · Mudharabah merupakan perjanjian kerja sama diantara paling sedikit

20

tasharruf kepada seseorang yang juga memiliki hak tasharruf mengenai sesuatu yang

secara syariah dapat diwakilkan (Ath-Thayyar, Al-Muthlaq, & Ibrahim, 2009).

Hubungan yang terjadi ketika akad wakalah bil ujrah digunakan adalah

perusahaan perasuransian syariah menjadi agen dari peserta yang mengikuti program

asuransi. Secara operasional, peserta akan dikenakan biaya oleh perusahaan

perasuransian syariah untuk mengelola kontribusi yang telah dibayarkan. Bentuk dari

biaya ini biasanya berupa persentase dari gross contribution, net contribution, atau

net surplus (Amrin, 2011).

Dana yang dibayarkan oleh peserta dan digunakan perusahaan perasuransian

untuk dikelola disebut premi (Sula, 2004). Setiap peserta wajib membayar premi

secara teratur sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati kepada perusahaan

perasuransian. Besaran premi yang harus dibayarkan peserta asuransi tergantung

kepada kondisi keuangan peserta. Meski begitu perusahaan tetap menentukan jumlah

minimal premi yang harus dibayar oleh peserta. Mekanisme pengelolaan premi pun

terbagi menjadi dua (Sula, 2004), yaitu pada produk saving dan non-saving.

Menurut Syakir Sula (2004) premi dalam asuransi syariah pada produk saving

ketika dikeluarkan oleh peserta terbagi menjadi dana tabarru dan tabungan. Dana

tabarru merupakan dana kebajikan yang ditujukan untuk membantu atau menolong

ke sesama peserta asuransi syariah ketika akan digunakan perusahaan perasuransian

syariah untuk membayar klaim atau manfaat asuransi.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/120410/2015/120410150038_2_7463.pdf · Mudharabah merupakan perjanjian kerja sama diantara paling sedikit

21

Gambar 2.5 Pengelolaan Dana Produk Saving

Sumber: Syakir Sula (2004)

Dalam premi produk saving juga terdapat dana tabungan yang merupakan dana

titipan dari peserta asuransi syariah dan ditujukan untuk mendapat keuntungan berupa

alokasi bagi hasil dari pendapatan investasi neto. Dana tabungan beserta keuntungan

yang didapat dikembalikan ke peserta asuransi syariah ketika dilakukannya pengajuan

klaim (nilai tunai dan manfaat asuransi). Kumpulan dana dari peserta ini akan

digunakan untuk investasi sesuai dengan ketentuan syariah, dan hasil dari investasi

ini akan dibagikan kepada peserta dan perusahaan sesuai prinsip mudharabah setelah

dikurangi beban asuransi.

Dalam produk non-saving, seluruh premi yang dibayar oleh peserta asuransi akan

dimasukkan ke dalam rekening tabarru yang merupakan kumpulan iuran dari setiap

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/120410/2015/120410150038_2_7463.pdf · Mudharabah merupakan perjanjian kerja sama diantara paling sedikit

22

peserta asuransi syariah yang digunakan sebagai sumber dana untuk saling

menolong dan membantu (Sula, 2004).

Gambar 2.6 Pengelolaan Dana Produk Non-Saving

Sumber: Syakir Sula (2004)

Kumpulan iuran dari peserta ini akan digunakan untuk investasi sesuai dengan

syariat Islam, dan hasil dari investasi ini akan dibagikan kepada peserta dan

perusahaan sesuai prinsip mudharabah setelah dikurangi beban asuransi. Dana

tabarru dibayarkan kepada peserta apabila peserta tersebut meninggal dunia dan

perjanjian telah berakhir masanya (jika terdapat surplus).

2.1.2 Kinerja Keuangan Perusahaan Perasuransian Syariah

Kinerja merupakan kemampuan organisasi atau perusahaan untuk mendapatkan

sumber daya serta mengelolanya dengan berbagai metode atau usaha untuk

mengembangkan competitive advantage (Nurlatifah & Mardian, 2016). Kinerja

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/120410/2015/120410150038_2_7463.pdf · Mudharabah merupakan perjanjian kerja sama diantara paling sedikit

23

terbagi ke dalam kinerja keuangan dan non-keuangan (Almajali, 2012). Kinerja

keuangan sering dinyatakan dengan pertumbuhan penjualan, omset, pekerjaan, atau

harga saham (Almajali, 2012).

Mahsun, Sulistiyowati dan Purwanugraha (2011) menyatakan pengukuran kinerja

atau performance measurement merupakan proses pengukuran kemajuan pekerjaan

atas tujuan serta sasaran yang sebelumnya telah ditetapkan, seperti efisiensi penjualan

barang dan jasa, hasil kegiatan dikomparasikan dengan tujuan serta efektivitas

tindakan dalam mencapai tujuan. Melihat tingkat laba yang telah diperoleh

merupakan salah satu cara pengukuran kinerja suatu perusahaan yang dapat

dilakukan. Jika ditingkatkan lagi, pengukurannya dapat diukur dengan menilai

indikator seperti tingkat solvabilitas, rentabilitas dan return on investment (Mahsun,

Sulistiyowati, & Purwanugraha, 2011).

2.1.2.1 Underwriting Surplus

Underwriting surplus merupakan keuntungan yang didapat atas hasil pengelolaan

perusahaan perasuransian dalam mempertimbangkan dan menentukan apakah peserta

akan menerima partisipasi ganti rugi dengan syarat-syarat yang telah ditentukan

sebelumnya (Sula, 2004).

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Mokhtar, Aziz dan Hilal (2015) mengenai

praktek pembagian surplus pada perusahaan perasuransian di Malaysia menerangkan

bahwa surplus on contribution (SOC) atau surplus underwriting dijadikan sebagai

indikator penilaian kinerja sebuah perusahaan perasuransian syariah. Penggunaan

surplus underwriting sebagai indikator penilaian kinerja keuangan perusahaan

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/120410/2015/120410150038_2_7463.pdf · Mudharabah merupakan perjanjian kerja sama diantara paling sedikit

24

perasuransian juga dilakukan oleh Nurlatifah dan Mardian (2016). Surplus

underwiriting didapat dari kumpulan dana peserta yang diinvestasikan kemudian

dikurangi biaya atau beban asuransi seperti klaim dan reasuransi (Sula, 2004).

Semakin besar jumlah surplus yang didapat oleh perusahaan perasuransian syariah

menunjukan semakin tinggi pula tingkat kinerja di perusahaan perasuransian syariah

tersebut (Nurlatifah & Mardian, 2016). Keefektifan surplus berpengaruh positif

terhadap eksistensi perusahaan perasuransi syariah dalam jangka panjang dan juga

dapat menarik calon peserta untuk berasuransi di perusahaan perasuransian syariah,

dan hal ini akan berpengaruh terhadap peningkatan market share asuransi syariah

(Mokhtar, Aziz, & Hilal, 2015).

2.1.2.2 Size

Ukuran suatu perusahaan atau size dapat memengaruhi kinerja keuangannya

dalam beberapa hal, seperti perusahaan besar yang dapat memanfaatkan economic

scale dan ruang lingkup yang besar (Nurlatifah & Mardian, 2016). Mehari dan

Aemiro (2013) berpendapat bahwa ukuran suatu perusahaan sejalan dengan kinerja

keuangan yang telah dicapai, hal ini dikarenakan perusahaan perasuransian besar

dalam hal aset umumnya memiliki kapasitas yang lebih besar untuk menangani pasar

yang tidak menguntungkan fluktuasi perusahaan perasuransian yang lebih kecil.

Mehari dan Aemiro (2013) mengatakan kepemilikan aset dalam jumlah yang

besar berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan, perusahaan perasuransian

dengan aset yang lebih besar akan lebih menguntungkan jika dikomparasikan dengan

perusahaan yang asetnya lebih kecil.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/120410/2015/120410150038_2_7463.pdf · Mudharabah merupakan perjanjian kerja sama diantara paling sedikit

25

2.1.2.3 Return on Asset

Return on Asset atau ROA tergolong rasio profitabilitas yang digunakan untuk

menilai persentase laba yang didapat oleh suatu perusahaan terkait dengan total aset,

sehingga efisiensi kinerja suatu perusahaan dalam hal pengelolaan aset dapat terlihat

dari rasio ini (Utami, 2018).

Malik (2011) dalam penelitiannya untuk menilai performa kinerja keuangan

perusahaan perasuransian di Pakistan menggunakan Return on Assets (ROA) sebagai

tolak ukurnya, dan juga digunakan oleh Nasuha (2012) sebagai dasar acuan performa

bank syariah di Indonesia setelah melakukan spin-off.

2.1.2.4 Leverage

Leverage merupakan penggunaan aktiva atau dana yang kemudian akibat dari

menggunaan dana tersebut perusahaan harus mengeluarkan biaya tetap atau

membayar beban tetap. Leverage adalah suatu rasio keuangan yang mengukur

kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya seperti

pembayaran bunga atas hutang, pembayaran pokok akhir atas hutang dan kewajiban-

kewajiban tetap lainnya (Nurlatifah & Mardian, 2016). Terdapat beberapa

perhitungan yang digunakan untuk menunjukkan rasio leverage ini, salah satunya

adalah Debt to Equity Ratio.

Debt to Equity Ratio (DER) atau Rasio Hutang terhadap Ekuitas adalah rasio

keuangan yang menunjukan proporsi relatif antara ekuitas dan hutang yang

digunakan untuk membiayai aset perusahaan. DER dihitung dengan cara mengambil

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/120410/2015/120410150038_2_7463.pdf · Mudharabah merupakan perjanjian kerja sama diantara paling sedikit

26

total kewajiban hutang (liabilities) dan membaginya dengan ekuitas (equity)

(Nurlatifah & Mardian, 2016).

Penelitian Mehari & Aemiro (2013) menyebutkan bahwa perusahaan

perasuransian dapat dikatakan memiliki kinerja yang baik dengan mengambil risiko

leverage yang wajar dan dapat mengalami kebangkrutan jika risikonya diluar kendali.

2.1.2.5 Volume of Capital

Volume of Capital atau volume modal menurut Munawir (2007) adalah kekayaan

perusahaan yang terdiri atas kekayaan yang disetor atau yang berasal dari luar

perusahaan dan kekayaan itu hasil aktivitas usaha itu sendiri.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Malik (2011) menjelaskan bahwa volume

modal memiliki pengaruh signifikan dalam meningkatkan kinerja perusahaan

asuransi. Namun hasil yang berbeda ditunjukkan pada penelitian Nurlatifah &

Mardian (2016), volume of capital tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja

keuangan perusahaan-perusahaan perasuransian syariah di Indonesia yang dinyatakan

oleh underwriting surplus. Ini menunjukkan bahwa sebuah perusahaan perasuransian

syariah yang tidak memiliki modal dengan jumlah besar pun akan mampu

menghasilkan surplus yang akan meningkatkan kinerja keuangan perusahaan

perasuransian syariah tersebut.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/120410/2015/120410150038_2_7463.pdf · Mudharabah merupakan perjanjian kerja sama diantara paling sedikit

27

2.1.3 Spin-Off

2.1.3.1 Definisi dan Konsep Spin-Off

Menurut Nasuha (2012), istilah “spin-off” di Indonesia dapat dikatakan baru,

karena baru diregulasikan pada UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas, yang didalamnya dijelaskan mengenai defisini spin-off. Sedangkan spin-off

pada lembaga keuangan syariah pertama kali disebutkan pada UU Nomor 21 Tahun

2008 tentang Perbankan Syariah dan disusul oleh UU Nomor 14 Tahun 2014 tentang

Perasuransian. Namun, istilah “spin-off” ini tidak asing lagi di dunia perusahaan

internasional. Hal ini dikarenakan banyak perusahaan induk yang melakukan kegiatan

bisnis berupa melepas anak perusahaan atau divisi atau unit usaha.

Dalam UU istilah “pemisahan” digunakan untuk merujuk spin-off. Definisi spin-

off yang dimaksudkan oleh UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

adalah suatu tindakan hukum yang dilakukan oleh suatu perusahaan untuk

memisahkan usahanya yang mengakibatkan sebgaian atau seluruh aktiva dan pasiva

milik suatu perusahaan tersebut beralih atau berpindah karena hukum kepada dua

perusahaan atau lebih.

Menurut Sutojo (1998), spin-off adalah sebuah bentuk pelepasan atau pemisahan

yang mengakibatkan suatu divisi bisnis atau bagian perusahaan menjadi suatu

perusahaan baru yang mandiri, dengan melepaskan satu unit bisnis (UUS), seperti

anak perusahaan berdiri sendiri. Rizqullah (2013) menerangkan bahwa perusahaan

yang melakukan spin-off tetap melakukan kegiatan operasionalnya dan menjadi

perusahaan induk dari perusahaan yang telah independen tersebut yang disebut juga

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/120410/2015/120410150038_2_7463.pdf · Mudharabah merupakan perjanjian kerja sama diantara paling sedikit

28

anak perusahaan. Asfaroni (2011) mengatakan bahwa spin-off merupakan “demerger”

yang berarti kebalikan dari proses merger. Hal ini dikarenakan suatu perusahaan yang

sebelumnya satu menjadi dua atau lebih perusahaan. Nasuha (2012) mengungkapkan

tiga hal yang berkaitan dengan definisi spin-off, yang pertama spin-off akan

mengakibatkan munculnya paling tidak satu perusahaan baru. Yang kedua, proses

spin-off yang dilakukan adalah berupa pemisahan bentuk atau badan usaha, jadi

bukan pemisahan sahamnya. Dan yang ketiga, spin-off mengakibatkan aktiva dan

pasiva milik suatu perusahaan teralih karena hukum.

Lebih lanjut Nasuha (2012) menerangkan bahwa spin-off menggambarkan suatu

produk derivatif atau hasil dari suatu tiruan usaha perusahaan sebelumnya. Spin-off

ini dapat berbeda bentuknya, namun di dalamnya biasanya diperlukan perubahan

yang penting pada kontrol, risiko, dan pembagian keuntungan.

Adler Manurung (2011), mengungkapkan bahwa dari segi manajemen, spin-off

merupakan perubahan secara struktual dalam suatu organisasi atau perusahaan, di

mana salah satu unit bisnis atau anak perusahaanya meningkatkan tingkat

kemandiriannya dan bertransformasi menjadi suatu organisasi atau badan usaha

sendiri dan telah terpisah dengan tujuan untuk dapat lebih fokus dalam hal

pengembangan bisnis.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/120410/2015/120410150038_2_7463.pdf · Mudharabah merupakan perjanjian kerja sama diantara paling sedikit

29

Sumber: Bahan Perkuliahan Merger, Restrukturiasi dan Akuisisi (Manurung, 2011)

Dalam proses spin-off, kontrol perusahaan induk tidak hilang kepada unit usaha

yang berubah menjadi perusahaan baru, komunikasi tetap terjalin antara dua

perusahaan tersebut.

2.1.3.2 Faktor, Tipe dan Jenis Spin-Off

Alexander Tubke (2004) mengungkapkan dalam spin-off, terdapat enam faktor

yang memengaruhi proses di dalamnya. Faktor pertama berkaitan dengan aktivitas

bisnis. Ukuran suatu perseroan dan perbedaan sektor usaha antara perusahaan induk

dengan anak perusahaan atau unit usaha berkaitan dengan faktor pertama ini. Ini

berarti dalam hal perasuransian adalah hubungan antara perusahaan induk

perasuransian dan UUS. Faktor kedua berkaitan dengan sistem manajemen organisasi

yang dimiliki dan bagaimana perusahaan tersebut dikelola. Faktor ketiga yaitu

berkaitan dengan relasi. Dalam relasi antara perusahaan induk dan anak

Gambar 2.7 Ilustrasi Proses Spin-Off

Unit Syariah HRD Operasional HRD Operasional

PT Asuransi X PT Asuransi X

PT Asuransi X

Syariah

Sebelum Spin-off Sesudah Spin-off

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/120410/2015/120410150038_2_7463.pdf · Mudharabah merupakan perjanjian kerja sama diantara paling sedikit

30

perusahaannya, terdapat tiga pola yang dapat tercipta, yaitu market-relatedness atau

hubungan pasar, product relatedness atau hubungan produk dan technology

relatedness atau hubungan teknologi. Faktor keempat adalah faktor transfer atau

pengalihan berupa pemindahan pengalaman yang dimiliki perusahaan induk kepada

anak perusahaan. Faktor kelima berkaitan dengan motivasi perusahaan. Dan faktor

keenam berkaitan dengan lingkungan bisnis, berupa karakteristik lingkungan bisnis

regional maupun kerangka legal.

Elfring dan Foss (1997) mengemukakan bahwa dalam proses spin-off terdapat dua

tipe di dalamnya. Pertama, dari sisi perusahaan induknya, di mana perusahaan induk

karena satu atau beberapa alasan tertentu tidak berkemampuan untuk menggunakan

kesempatan yang dimiliki. Tipe kedua berkaitan dengan unit organisasi sebagai suatu

individu, di mana anak perusahaannya tidak sama dengan perusahaan induknya. Tipe

ini merupakan yang paling banyak dilakukan, dan menurut Al Arif (2015) tipe ini

terdapat dalam pelaksanaan spin-off UUS pada bank di Indonesia.

Dalam bidang asuransi, berdasarkan Pasal 18 POJK Nomor 67 Tahun 2016

tentang Perizinan Usaha Dan Kelembagaan Perusahaan Asuransi, Perusahaan

Asuransi Syariah, Perusahaan Reasuransi, Dan Perusahaan Reasuransi Syariah,

pemisahan UUS dari perusahaan perasuransian dapat dilakukan dengan dua jenis

spin-off, yaitu dengan cara murni dan tidak murni. Spin-off dengan cara murni yaitu

dengan mendirikan satu atau lebih perusahaan perasuransian syariah baru yang

dilanjutkan dengan pengalihan seluruh portofolio kepesertaan yang dimiliki kepada

perusahaan perasuransian syariah baru tersebut. Menurut Kansil dan Christine (2009),

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/120410/2015/120410150038_2_7463.pdf · Mudharabah merupakan perjanjian kerja sama diantara paling sedikit

31

karena proses spin-off ini terjadi karena hukum, sehingga akta peralihan tidak

diperlukan.

Spin-off dengan cara tidak murni dilakukan dengan hanya mengalihkan seluruh

portofolio kepesertaan UUS kepada perusahaan perasuransian syariah lain yang telah

memperoleh izin usaha oleh OJK. Dalam spin-off tidak murni, tidak mengakibatkan

perusahaan asuransi atau reasuransi yang melakukan pemisahan tersebut menjadi

bubar karena kekayaan yang dialihkan hanya sebagian, sehingga perusahaan asuransi

atau reasuransi tersebut masih dapat menjalankan usahanya (Supramono, 2009).

Berkaitan dengan kedua jenis spin-off tersebut, Al Arif (2015) mengatakan bahwa

keduanya dipengaruhi oleh berbagai elemen yang tidak sama. Jenis metode spin-off

murni dengan mendirikan badan usaha atau perusahaan baru dipengaruhi oleh elemen

seperti budaya perusahaan, respon konsumen, respon kompetitor, program

komunikasi, delivery channel, dan pajak. Sedangkan jenis metode spin-off tidak

murni dengan perusahaan yang sudah ada dipengaruhi elemen seperti pengalihan

status pekerja, sistem pelaporan dan pembukuan, teknologi informasi, respon

regulator dan due diligence. Berbedanya berbagai elemen yang memengaruhi kedua

jenis metode spin-off tersebut mengindikasikan bahwa prioritas permasalahan yang

ada dan menjadi pokok bahasan pada kedua metode tersebut juga tidaklah sama.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/120410/2015/120410150038_2_7463.pdf · Mudharabah merupakan perjanjian kerja sama diantara paling sedikit

32

2.1.3.3 Motif dan Tujuan Spin-Off

Sutojo (1998) mengungkapkan bahwa terjadinya spin-off dilatarbelakangi oleh

berbagai alasan atau motif tententu, antara lain:

a. Kegiatan operasional yang terpisah dapat menciptakan kemandirian dalam

proses bisnisnya.

b. Akses terhadap teknologi yang baru atau yang lebih baik dapat diperoleh.

c. Target pasar baru yang sebelumnya hanya dimiliki perusahaan induknya.

d. Penambahan kekayaan yang muncul karena terjadinya pemindahan kekayaan

dari investor.

e. Fleksibilitas pengaturan perjanjian dikarenakan perusahaan hasil spin-off

merupakan entitas terpisah, sehingga dapat menciptakan peraturan baru dan

menghilangkan peraturan lama yang dianggap tidak relevan.

f. Perbaikan manajemen dapat diperoleh dengan insentif yang terrestrukturisasi.

Dalam keuangan syariah, Dewi (2013) menyatakan bahwa penguatan jaringan

dan kontribusi untuk membesarkan ekonomi syariah adalah latar belakang utama

spin-off dilakukan oleh UUS, dengan tujuan akhir perekonomian syariah yang

tumbuh secara pesat.

Berkaitan dengan motif melakukan spin-off, Stanley Block (2009) dalam

penelitiannya menerangkan bahwa alasan yang sering kali dipergunakan oleh jajaran

direksi suatu bank adalah untuk peningkatan fokus usaha perusahaan induk maupun

perusahaan baru yang akan terbentuk karena proses spin-off. Lebih lanjut Stanley

(2009) menyatakan bahwa meski secara umum bank atau perusahaan memiliki nilai

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/120410/2015/120410150038_2_7463.pdf · Mudharabah merupakan perjanjian kerja sama diantara paling sedikit

33

yang lebih dengan jalur pembagian risiko kepada bermacam divisi dan unit usaha,

diketahui bahwa diversifikasi usaha yang cukup luas ternyata lebih besar

mengandung kemungkinan menanggung biaya yang lebih tinggi jika dibandingkan

dengan bentuk usaha sejenis yang lebih fokus terhadap suatu lini usaha.

Rifin, Saptono, dan Dewati (2015) berpendapat bahwa motif lain yang membuat

perusahaan berkeinginan untuk melakukan spin-off karena spin-off dianggap dapat

membuahkan hasil yang lebih baik dalam hal informasi keuangan. Dikatakan

demikian dikarenakan adanya unit usaha atau divisi yang mendominasi aset

perusahaan induknya. Spin-off dikatakan dapat memicu peningkatan nilai insentif

untuk jajaran manajemen perusahaan tersebut, dengan kondisi bahwa tanpa dilakukan

spin-off, penetapan harga dapat dipengaruhi oleh kondisi serta kinerja setiap unit

usaha atau divisi. Selain itu, penetapan cost dalam perusahaan yang memiliki

bermacam lini usaha dapat menghasilkan perhitungan keuntungan yang kurang tepat

dikarenakan tercampurnya overhead cost dari setiap unit usaha atau divisi.

Setelah dilakukan spin-off unit usaha atau divisi yang mendominasi dalam suatu

perusahaan, perhitungan berbagai macam cost yang dianggap kurang tepat dapat

terhindarkan. Dampak lain yang dapat terjadi setelah proses spin-off ialah adanya

peningkatan maksimum insentif yang ditujukan untuk para stakeholders, karena

setelah spin-off dilaksanakan seluruh operasional usaha dilakukan dengan

menggunakan bermacam sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan induk. Dengan

proses operasional usaha yang mandiri, setiap tujuan dapat ditetapkan dengan fokus

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/120410/2015/120410150038_2_7463.pdf · Mudharabah merupakan perjanjian kerja sama diantara paling sedikit

34

yang lebih tinggi untuk menghasilkan standar yang lebih baik dan jelas dalam hal

keuntungan seperti insentif dan bonus (Rifin, Saptono, & Dewati, 2015).

Berdasarkan UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Fitriyani

(2014) berpendapat bahwa tujuan dari spin-off yang telah diatur hanya ditujukan

untuk mengakomodir perkembangan suatu perusahaan. Lebih lanjut Fitriyani (2014)

mengatakan bahwa spin-off dapat memberikan keleluasaan bagi perusahaan untuk

melakukan penguatan restruktur usahanya.

Adib (2010) mengungkapkan bahwa untuk mempertajam segmentasi pasar, dapat

dilakukan dengan penguatan struktur usaha dengan mekanisme spin-off, khususnya

melalui penguatan lini usaha yang lebih terfokus dan terspesialisasi. Di dalam

mekanisme spin-off juga terdapat pemisahan aset bermasalah atau bad assets menjadi

seperti sebuah perusahaan baru pengelola aset. Dampak positif yang ditimbulkan bagi

perusahaan yang melakukan spin-off yakni memiliki sebuah perusahaan baru yang

menjadi sarana pengelola bad assets yang terkontrol, dan menjadi cara yang efektif

bagi perusahaan dalam melakukan pembersihan bad assets.

2.1.4 Kewajiban Spin-Off Unit Syariah Perusahaan Perasuransian

Dengan tujuan untuk mengembangkan ekspansi industri syariah agar semakin

efektif dan efisien (Anshori & Dasopang, 2015)serta meningkatkan kemandirian dan

kapasitas UUS dalam menjalankan usahanya, sehingga menimbulkan peningkatan

dalam pangsa pasar industri keuangan syariah (Fitriyani, 2014), pemerintah membuat

regulasi yang mewajibkan UUS perusahaan perasuransian untuk segera melakukan

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/120410/2015/120410150038_2_7463.pdf · Mudharabah merupakan perjanjian kerja sama diantara paling sedikit

35

pemisahan yang tertuang dalam UU Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian.

Sebelumnya, kebijakan pemisahan UUS ini telah terlebih dahulu dilakukan dalam

industri perbankan yang tertuang pada UU Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan

Syariah.

Dalam POJK Nomor 67 Tahun 2016 dijelaskan bahwa perusahaan perasuransian

diwajibkan melakukan spin-off UUS-nya menjadi perusahaan perasuransian syariah.

Hal ini diwajibkan jika dana tabarru dan dana investasi peserta (DIP) milik UUS

perusahaan perasuransian telah memenuhi nilai minimal yaitu 50% dari total

keseluruhan dana asuransi, dana tabarru, dan DIP perusahaan induknya atau 10 tahun

sejak disahkannya UU Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian yaitu tahun

2024.

Lebih lanjut dalam POJK Nomor 67 Tahun 2016 menyebutkan bahwa spin-off

harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut:

a. Tidak mengurangi hak pemegang polis.

b. Dilakukan pada perusahaan perasuransian yang memiliki bidang usaha yang

sama.

c. Tidak menyebabkan perusahaan asuransi atau reasuransi syariah yang

menerima pengalihan UUS melanggar ketentuan yang berlaku di bidang

perasuransian.

Perusahaan perasuransian diwajibkan mengumumkan rencana pemisahan UUS

kepada para pemegang polis melalui pengumuman rencana pemisahan UUS dalam

surat kabar dan surat kepada setiap pemegang polis. Pendirian perusahaan

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/120410/2015/120410150038_2_7463.pdf · Mudharabah merupakan perjanjian kerja sama diantara paling sedikit

36

perasuransian syariah baru hasil spin-off harus mendapat izin dari OJK yang

sebelumnya diajukan oleh direksi perusahaan perasuransian tersebut. Terdapat

perbedaan antara perusahaan asuransi dan reasuransi syariah terkait persyaratan

jumlah ekuitas. Ekuitas pada saat pendirian perusahaan asuransi syariah hasil

pemisahan paling kecil sebesar Rp. 50 miliar, dan untuk perusahaan reasuransi

sebesar Rp. 100 miliar.

Perusahaan perasuransian wajib mengumumkan spin-off UUS kepada pemegang

polis melalui surat kabar paling lambat 20 hari setelah izin usaha didapat dan surat

kepada pemegang polis. Perusahaan perasuransian wajib mengalihkan seluruh

portofolio kepesertaan yang sebelumnya dimiliki UUS kepada perusahaan

perasuransian syariah paling lambat 1 tahun setelah izin usaha diberikan. Akan

dilakukan uji kelayakan dan kepatutan atau fit and proper test (FPT) bagi calon

pihak utama. Bagi perusahaan perasuransian syariah baru hasil spin-off yang

menerima pengalihan portofolio kepesertaan pada UUS wajib menyampaikan laporan

penerimaan pengalihan portofolio kepesertaan tersebut kepada OJK paling lambat 10

hari kerja setelah seluruh portofolio kepesertaan tersebut diterima. Perusahaan

perasuransian syariah baru hasil spin-off yang telah mendapat izin usaha dari OJK

wajib melakukan kegiatan usaha paling lama 3 bulan semenjak tanggal izin usaha

ditetapkan, serta wajib menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan usahanya kepada

OJK paling lama 10 hari kerja sejak tanggal dimulainya kegiatan usaha.

Kemudian perusahaan perasuransian yang memiliki UUS wajib mengajukan

permohonan pencabutan izin pembentukan UUS kepada OJK paling lambat 10 hari

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/120410/2015/120410150038_2_7463.pdf · Mudharabah merupakan perjanjian kerja sama diantara paling sedikit

37

kerja setelah portofolio kepesertaan pada UUS dialihkan kepada perusahaan

perasuransian syariah hasil spin-off.

Apabila perusahaan perasuransian memilih jenis metode spin-off tidak murni atau

dengan cara mengalihkan portofolio kepesertaan UUS kepada suatu perusahaan

perasuransian syariah yang telah ada, maka perusahaan tersebut wajib mengumumkan

rencana pengalihan portofolio kepesertaan yang dimiliki oleh UUS dalam surat kabar

yang memiliki peredaran nasional paling lambat 10 hari kerja sejak tanggal

persetujuan pemisahan UUS diberikan. Jika pengalihan portofolio telah selesai

dilaksanakan, perusahaan perasuransian yang melakukan pengalihan portofolio

kepesertaan yang dimiliki oleh UUS diwajibkan untuk melaporkan pelaksanaan

pengalihan portofolio kepesertaan pada UUS mengajukan permohonan pencabutan

izin pembentukan UUS, paling lambat 10 hari kerja setelah tanggal pelaksanaan

pengalihan portofolio kepesertaan pada UUS.

2.2 Kajian Empiris

2.2.1 Penelitian The Effect of Spin-Off Policy on Financing Growth in Indonesian

Islamic Banking Industry oleh M. Nur Rianto Al Arif

Penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal Al-Ulum pada Juni 2015, bertujuan

untuk untuk menganalisa hubungan antara kebijakan spin-off terhadap pertumbuhan

pembiayaan pada industri perbankan syariah di Indonesia. Jenis data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah data panel yang merupakan laporan keuangan yang

bersumber dari 4 bank syariah hasil spin-off, yaitu BNI Syariah, BRI Syariah, Bank

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/120410/2015/120410150038_2_7463.pdf · Mudharabah merupakan perjanjian kerja sama diantara paling sedikit

38

Syariah Bukopin dan BJB Syariah dari periode 2005 sampai dengan 2014. Variabel

yang digunakan dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi 3 bagian, yaitu variabel

dummy spin-off, variabel internal seperti dana pihak ketiga (DPK) dan rasio efisiensi

yang diukur dari dari Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) dan

variabel eksternal ditunjukkan dengan tingkat inflasi, pertumbuhan ekonomi, dan

tingkat suku bunga dari bank konvensional. Persamaan ekonometika dari penelitian

ini adalah sebagai berikut:

Yit = α + β1Dit + β 2 Fundit + β 3 Effit + β 4 Inflationt + β 5 Interestt

+ β 6 Growtht +εit

Keterangan:

Yit : Pembiayaan

Dit : Variabel dummy spin-off

Fundit : DPK

Effit : Rasio efisiensi, diukur dari BOPO

Inflationt : Tingkat Inflasi

Interestt : Tingkat suku bunga bank konvensional

Growtht : Pertumbuhan ekonomi di Indonesia

Dalam penelitian ini digunakan teknik regresi panel dengan model fix effect dan

menghasilkan bahwa yang memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan

pembiayaan pada bank syariah hasil spin-off hanyalah variabel DPK dan tingkat

bunga. Al Arif (2015) berpendapat bahwa signifikannya variabel DPK

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/120410/2015/120410150038_2_7463.pdf · Mudharabah merupakan perjanjian kerja sama diantara paling sedikit

39

memperlihatkan bahwa semakin besar dana pihak ketiga yang dimiliki oleh bank

syariah akan meningkatkan jumlah portofolio keuangan bank syariah. Variabel

tingkat suku bunga berpengaruh positif terhadap pertumbuhan portofolio keuangan di

bank syariah terjadi karena jika tingkat bunga pada pembiayaan bank konvensional

lebih tinggi daripada margin pembiayaan syariah bank, akan ada transfer pembiayaan

pelanggan dari bank konvensional ke bank syariah, hal ini menunjukkan bahwa

variabel eksternal yang tidak terkait dengan operasional bank syariah juga turut

memengaruhi hasil kinerja bank syariah. Sedangkan variabel spin-off tidak

berpengaruh kepada pertumbuhan pembiayaan pada bank syariah hasil spin-off. Al

Arif (2015) menyatakan ada tiga alasan yang menyebabkan mengapa kebijakan spin-

off tidak berpengaruh pada pertumbuhan pembiayaan di bank syariah hasil spin-off.

Pertama, biaya operasional bank syariah hasil spin-off lebih tinggi daripada

pendapatan operasionalnya, terutama pada periode awal spin-off nilai efisiensi

operasionalnya (BOPO) sangat tinggi. Karena itu bank syariah hasil spin-off akan

lebih berhati-hati agar tidak menambah biaya operasional. Kedua, bank syariah hasil

spin-off masih melakukan penyesuaian internal setelah melakukan spin-off, karena

menjadi bank umum syariah (BUS) berbeda jika dibandingkan dengan sebelumnya

yang hanya unit usaha syariah (UUS). Ketiga, dikarenakan terbatasnya jaringan yang

dimiliki oleh bank syariah hasil spin-off.

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/120410/2015/120410150038_2_7463.pdf · Mudharabah merupakan perjanjian kerja sama diantara paling sedikit

40

2.2.2 Penelitan Dampak Kebijakan Spin-Off Terhadap Kinerja Bank Syariah

oleh Amalia Nasuha

Penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal Al-Iqtishad pada tahun 2012,

bertujuan untuk untuk menemukan perbedaan kinerja keuangan dari lima bank

syariah di Indonesia yang hasi spin-off yang telah berusia minimal 1 tahun (pada

tahun 2012), yaitu BRI Syariah, BNI Syariah, BJB Syariah, Bank Syariah Bukopin,

dan Bank Victoria Syariah satu tahun sebelum satu tahun setelah melakukan spin-off.

Konsep kinerja yang dimaksudkan di sini menurut Nasuha (2012) adalah kinerja

masa lalu suatu perbankan pada bidang pengelolaan dalam hal keuangan. Tingkat

efektivitas dan efisensi pada setiap aktivitas jasa keuangan perbankan dimunculkan

dalam laporan keuangan dan tujuan perbankan untuk mencapai tingkat keuntungan

yang maksimal menunjukkan kinerja keuangan.

Selain karena kewajiban yang telah tercantum dalam UU, Nasuha (2012)

berpendapat bahwa dalam industri perbankan syariah, terdapat motif ekonomis

dibalik keinginan bank umum konvensional melakukan spin-off UUS dan

menjadikannya BUS. Motif yang dimaksud adalah karena kegiatan bisnis yang dapat

dilakukan oleh UUS terbatas, dan apabila telah berbentuk BUS dapat melakukan

kegiatan ekspansi bisnis yang lebih luas apabila dibandingkan dengan UUS dari

BUK. Kegiatan bisnis yang hanya dapat dilakukan oleh BUS yang dimaksud adalah

seperti penjaminan penerbitan surat berharga, penitipan untuk kepentingan orang lain,

penyertaan modal, menjadi pendiri dan pengurus dana pensiun syariah, serta

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/120410/2015/120410150038_2_7463.pdf · Mudharabah merupakan perjanjian kerja sama diantara paling sedikit

41

melakukan proses penerbitan, penawaran dan perdagangan surat berharga jangka

panjang syariah

Penelitian ini menggunakan jenis data sekunder berupa laporan keuangan setiap

bank syariah yang terpublikasikan oleh Bank Indonesia (BI) dan setiap bank syariah

hasil spin-off dan metode yang digunakan adalah Wilcoxon Signed Ranks Test dengan

variabel yang digunakan adalah aset, DPK, pembiayaan, pendapatan bersih, capital

adequacy ratio (CAR), non-performing financing (NPF), financing to deposit ratio

(FDR), return on asset (ROA), dan return on equity (ROE).

Dari sembilan variabel yang diujikan menunjukkan hasil bahwa terdapat

perbedaan kinerja pada variabel aset, DPK dan pembiayaan antara sebelum dan

sesudah dilakukannya spin-off. Nasuha (2012) berpendapat bahwa hasil tersebut

disebabkan karena proses spin-off adalah hal baru yang dipraktikkan di lembaga

keuangan syariah khususnya industri perbankan syariah, sehingga jangka waktu

untuk mengujinya masih pendek dan data yang digunakan terbatas.

2.2.3 Penelitian Keterkaitan Kebijakan Pemisahan terhadap Tingkat Efisiensi

pada Industri Perbankan Syariah di Indonesia oleh M. Nur Rianto Al Arif

Penelitian ini dipublikasikan dalam Jurnal Keuangan dan Perbankan pada Mei

2015, bertujuan untuk untuk menganalisa hubungan keterkaitan antara kebijakan

spin-off terhadap efisiensi industri perbankan syariah di Indonesia. Efisiensi yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat efisiensi perbankan syariah yang tolak

ukurnya ialah BOPO. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/120410/2015/120410150038_2_7463.pdf · Mudharabah merupakan perjanjian kerja sama diantara paling sedikit

42

sekunder, dengan menggunakan data statistik industri perbankan syariah yang telah

dipublikasikan oleh BI dan OJK sejak 2006 sampai dengan 2014.

Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi berganda dengan

memasukkan variabel dummy spin-off. Persamaan ekonometrik yang dikembangkan

adalah sebagai berikut:

Yit = α + β1Dt + β 2 DPKt + β 3 Pembt + β 4 Aset + β 5 NPFt

+ β 6 Marjint + β 7 ROAt +εit

Keterangan:

Yt : BOPO

Dt : Variabel dummy spin-off

DPKt : Dana pihak ketiga

Pembt : Pembiayaan

Asett : Aset agregat

NPFt : Non performing financing, tingkat pembiayaan bermasalah

Marjint : Marjin deposito dalam 1 bulan

ROAt : Return on asset, tingkat profitabilitas

Setelah dilakukan pengujian, hasil yang signifikan ditunjukkan oleh variabel

dummy spin-off. Ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif terhadap tingkat

efisiensi operasional yang disebabkan oleh kebijakan spin-off pada industri perbankan

syariah. Berlawanan dengan variabel spin-off, variabel DPK, total jumlah

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/120410/2015/120410150038_2_7463.pdf · Mudharabah merupakan perjanjian kerja sama diantara paling sedikit

43

pembiayaan, aset agregat dan NPF tidak memiliki dampak terhadap tingkat efisiensi

operasional pada industri perbankan syariah. Sedangkan variabel marjin deposito

dalam 1 bulan dan ROA memperlihatkan adanya pengaruh negatif terhadap tingkat

efisiensi operasional pada industri perbankan syariah.

Menurut hasil analisis data yang ada dalam penelitian ini, menunjukkan bahwa

kebijakan spin-off yang diwajibkan oleh regulator dalam UU Nomor 21 Tahun 2008

tentang Perbankan Syariah menimbulkan dampak bahwa industri perbankan syariah

menjadi kurang efisien apabila dibandingkan dengan keadaan sebelum spin-off

dilakukan.

Berdasarkan hasil penelitian ini, Al Arif (2015) mengemukakan beberapa

implikasi. Yang pertama, pemerintah sebagai regulator yang menetapkan kewajiban

spin-off harus dapat melonggarkan beberapak kebijakan yang berkaitan bagi BUS

hasil spin-off agar dapat mempercepat pertumbuhannya. Yang Kedua, pemerintah

diharapkan lebih memberikan atensi kepada persiapan industri perbankan syariah

yang sehat dan tidak mendorong UUS secara tergesa-gesa untuk melakukan spin-off

apabila belum atau tidak siap secara bisnis. Spin-off lebih baik dilakukan jika UUS

telah siap dari segi permodalan dan kinerja keuangannya. Yang ketiga, BUS hasil

spin-off diharapkan menekan biaya operasionalnya dengan cara melakukan inovasi

pada produk. Yang keempat, konsolidasi internal untuk penguatan dalam hal modal

dan kinerja keuangan harus segera dilakukan oleh setiap UUS sebelum batas akhir

kewajiban untuk spin-off jatuh tempo, yaitu pada tahun 2023.

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/120410/2015/120410150038_2_7463.pdf · Mudharabah merupakan perjanjian kerja sama diantara paling sedikit

44

2.2.4 Penelitian Metode Spin-Off dan Tingkat Profitabilitas: Studi Pada Bank

Umum Syariah Hasil Spin-Off Oleh M. Nur Rianto Al Arif Dan Endah Putri

Dewanti

Penelitian yang dipublikasikan pada jurnal Al-Iqtishadia pada tahun 2017 ini

bertujuan untuk menganalisa pengaruh metode spin-off terhadap tingkat profitabilitas

bank umum syariah hasil spin-off. Metode yang dimaksudkan dalam penelitian ini

adalah metode spin-off secara murni dengan mendirikan BUS baru dan tidak murni

dengan cara mengalihkan kepesertaan nasabah kepada BUS yang telah ada. Penelitian

ini menggunakan data dari 4 bank syariah hasil spin-off, yaitu BRI Syariah, BNI

Syariah, BJB Syariah dan Bank Syariah Bukopin. Indikator profitabilitas dalam

penelitian ini ditunjukkan dengan rasio ROA. Metode analisis yang digunakan adalah

regresi panel dengan model random effect. Persamaan dari regresi data panel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

ROAit = α + β1Dit + β 2 NPFit + β 3 BOPOit + β 4 CARt + β 5 FDRt +εit

Keterangan:

ROAit : Return on Asset

Dit : Variabel dummy spin-off

NPFit : Net Profit Finance

BOPOit : Biaya Operasional Pendapatan Operasional

CARt : Capital Adequacy Ratio

FDRt : Financing to Deposit Ratio

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/120410/2015/120410150038_2_7463.pdf · Mudharabah merupakan perjanjian kerja sama diantara paling sedikit

45

Hasil penelitian membuktikan bahwa metode spin-off oleh UUS untuk menjadi

BUS, baik murni dan tidak murni, keduanya tidak berdampak pada tingkat

profitabiltas. Yang berdampak pada tingkat profitabilitas atau ROA menurut

penelitian ini adalah BOPO dan NPF, dan pengaruh yang ditimbulkan adalah

hubungan negatif . Hasil ini menunjukkan bahwa UUS yang ingin melakukan spin-off

dapat memilih metode spin-off mana pun, sesuai dengan kondisi internal seperti

permodalan dan kinerja keuangan dari UUS dan bank induknya.

2.2.5 Penelitian Kinerja Keuangan Perusahaan Asuransi Syariah di Indonesia:

Surplus on Contribution oleh Ai Fitri Nurlatifah dan Sepky Mardian

Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Akuntabilitas: Jurnal Ilmu Akuntansi

pada tahun 2016 ini dilakukan untuk mengetahui hubungan dari faktor size, leverage,

liquidity, tangibility, volume of capital dan loss ratio terhadap kinerja keuangan

perusahaan perasuransian syariah di Indonesia yang dilihat dari Surplus On

Contribution (SOC) periode 2012-2014. Dalam penelitian ini digunakan teknik

analisis regresi data panel dengan model fixed effects, dengan menggunakan publikasi

laporan keuangan dari 30 perusahaan perasuransian syariah di Indonesia sejak 2012

hingga 2014. Dari pengujian dengan regresi data panel, didapatkan hasil berupa

persamaan ekonometrika sebagai berikut:

SOC = - 1.805 + 810.39Size - 355.32Leverage + 0.104Liquidity

+ 127.66Tangibility - 824.49Volume of Capital + 0.061Loss Ratio

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/120410/2015/120410150038_2_7463.pdf · Mudharabah merupakan perjanjian kerja sama diantara paling sedikit

46

Hasil dari pengujian variabel memperlihatkan variabel size, leverage, liquidity,

tangibility, volume of capital dan loss ratio secara bersamaan memengaruhi kinerja

keuangan (SOC). Variabel size, leverage, dan volume of capital secara parsial

memiliki signifikansi terhadap kinerja keuangan (SOC) perusahaan perasuransian

syariah di Indonesia. Variabel size memiliki pengaruh positif yang signifikan, namun

leverage dan volume of capital berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan (SOC)

perusahaan perasuransian syariah di Indonesia. Sedangkan variabel lain yang tidak

berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan (SOC) perusahaan perasuransian

syariah di Indonesia adalah liquidity, tangibility dan loss ratio.

2.2.6 Penelitian Firm Specific Factors that Determine Insurance Companies

Performance in Ethiopia oleh Daniel Mehari dan Tilahun Aemiro

Penelitian yang dipublikasikan dalam European Scientific Journal pada April

2013 ini bertujuan untuk penelitian mengetahui dampak karakteristik tingkat

perusahaan pada kinerja perusahaan asuransi di Ethiopia. Penelitian ini menggunakan

teknik regresi data panel, dengan sampel mencakup 9 perusahaan perasuransian

selama periode 2005-2010. Data yang digunaan berupa laporan tahunan yang

diperoleh dari National Bank of Ethiopia dan publikasi laporan keuangan tahunan

perusahaan perasuransian terkait. Variabel return on asset (ROA) digunakan sebagai

variabel dependen untuk mengukur kinerja keuangan, dan variabel independen dalam

penelitian ini adalah leverage, liquidity, loss ratio, umur perusahaan, ukuran

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/120410/2015/120410150038_2_7463.pdf · Mudharabah merupakan perjanjian kerja sama diantara paling sedikit

47

perusahaan, dan tangibility. Untuk menguji variabel-variabel tersebut, dalam

penelitiaan ini digunakan teknik regresi data panel dengan model random effect.

Leverage utang diukur dengan rasio total utang terhadap ekuitas (debt/equity

ratio). Penelitian ini menjelaskan bahwa perusahaan perasuransian dapat memiliki

keadaan finansial yang lebih baik dengan mengambil risiko leverage secara wajar

atau memungkinkan untuk bangkrut apabila risiko yang dimiliki tidak terkendali.

Liquidity bertolak ukur pada kewajiban utang yang jatuh tempo dalam 1 tahun ke

depan yang dapat dibayarkan dari kas atau aset untuk kewajiban lancar (current

ratio). Perusahaan perasuransian dengan aset yang lebih liquid kemungkinan

kegagalan yang dimiliki lebih rendah disebabkan oleh kemampuan mencairkan kas

dalam situasi yang sulit. Ukuran perusahaan perasuransian memiliki dampak positif

terhadap kinerja keuangan, hal ini dikarenakan perusahaan perasuransian besar juga

memiliki kapasitas yang lebih besar dalam menghadapi pasar yang merugikan

fluktuasi perusahaan asuransi kecil. Lebih lanjut penelitian ini membuktikan bahwa

aset tetap dalam jumlah besar sejalan dengan kinerja keuangan, dengan memiliki aset

tetap dalam jumlah banyak akan lebih memberi keuntungan perusahaan perasuransian

jika dibandingkan dengan perusahaan perasuransian yang memiliki aset lebih sedikit.

Dalam penelitian ini juga disebutkan bahwa tangibility memiliki pengaruh positif

terhadap financial performance.

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/120410/2015/120410150038_2_7463.pdf · Mudharabah merupakan perjanjian kerja sama diantara paling sedikit

48

2.2.7 Penelitian Determinants of Insurance Companies Profitability: An Analysis

of Insurance Sector of Pakistan oleh Hifza Malik

Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Academic Research International

pada November 2011 ini bertujuan untuk mengetahui faktor penentu profitabilitas

perusahaan yang ditunjukkan oleh return on asset (ROA) sebagai variabel dependen,

yang diuji dengan faktor spesifik perusahaan seperti usia perusahaan, ukuran

perusahaan, volume modal, leverage, dan rasio kerugian sebagai variabel independen.

Penelitian ini menggunakan sampel 35 perusahaan asuransi jiwa dan non-jiwa

dari periode 2005 hingga 2009, digunakan teknik multiple regression untuk menguji

variabel-variabel yang ada. Data sekunder diperoleh dari laporan keuangan dari

perusahaan asuransi, publikasi keuangan Bank Negara Pakistan dan Asuransi Buku

Tahunan yang diterbitkan oleh Asosiasi Asuransi Pakistandalam penelitian ini

ditemukan bahwa tidak ada hubungan antara profitabilitas dan umur perusahaan,

namun terdapat signifikansi positif antara ukuran perusahaan dan profitabilitas. Hasil

lain juga menunjukkan bahwa volume modal secara signifikan dan positif

berhubungan dengan profitabilitas. Rasio kerugian dan leverage menunjukkan

hubungan yang negatif terhadap profitabilitas.

Tabel 2.1 Perbandingan Penelitian Terdahulu

No Penulis Judul Variabel Metode Hasil

1 M. Nur Rianto Al

Arif (2015)

(1) Pembiayaan

(2) Variabel

Regresi data

panel dengan

Spin-off tidak

berpengaruh

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/120410/2015/120410150038_2_7463.pdf · Mudharabah merupakan perjanjian kerja sama diantara paling sedikit

49

No Penulis Judul Variabel Metode Hasil

The Effect of

Spin-Off Policy

on Financing

Growth in

Indonesian

Islamic Banking

Industry

Jurnal Al-Ulum

dummy spin-off

(3) Dana pihak

ketiga (DPK)

(4) Rasio efisiensi,

diukur dari BOPO

(5) Tingkat Inflasi

(6) Tingkat suku

bunga bank

konvensional

(7) Pertumbuhan

ekonomi di

Indonesia

model Fixed

Effect

terhadap

pertumbuhan

pembiayaan di

Indonesia.

Yang

berpengaruh

secara

signifikan

terhadap

pertumbuhan

pembiayaan

pada bank

syariah hasil

spin-off

hanyalah

variabel DPK

dan tingkat

suku bunga.

2 Amalia Nasuha (1) Aset Wilcoxon Signed Terdapat

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/120410/2015/120410150038_2_7463.pdf · Mudharabah merupakan perjanjian kerja sama diantara paling sedikit

50

No Penulis Judul Variabel Metode Hasil

(2012)

Dampak

Kebijakan Spin-

Off Terhadap

Kinerja Bank

Syariah

Jurnal Al-Iqtishad

(2) DPK

(3) Pembiayaan

(4) Pendapatan

bersih

(5) Capital

Adequacy Ratio

(CAR)

(6) Non-

Performing

Financing (NPF)

(7) Financing to

Deposit ratio (FDR)

(8) Return on Asset

(ROA)

(9) Return on

Equity (ROE)

Ranks Test perbedaan

kinerja pada

variabel aset,

DPK dan

pembiayaan

antara

sebelum dan

sesudah

dilakukannya

spin-off.

3 M. Nur Rianto Al

Arif (2015)

Keterkaitan

(1) BOPO

(2) Variabel

dummy spin-off

(3) DPK

Analisis Regresi

Berganda

Terdapat

pengaruh

positif

terhadap

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/120410/2015/120410150038_2_7463.pdf · Mudharabah merupakan perjanjian kerja sama diantara paling sedikit

51

No Penulis Judul Variabel Metode Hasil

Kebijakan

Pemisahan

terhadap Tingkat

Efisiensi pada

Industri

Perbankan

Syariah di

Indonesia oleh

Jurnal Keuangan

dan Perbankan

(4) Pembiayaan

(5) Aset agregat

(6) NPF

(7) Marjin

deposito

(8) ROA

tingkat

efisiensi

operasional

yang

disebabkan

oleh kebijakan

spin-off pada

industri

perbankan

syariah.

Variabel

DPK, total

jumlah

pembiayaan,

aset agregat

dan NPF tidak

memiliki

pengaruh

terhadap

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/120410/2015/120410150038_2_7463.pdf · Mudharabah merupakan perjanjian kerja sama diantara paling sedikit

52

No Penulis Judul Variabel Metode Hasil

tingkat

efisiensi

operasional

pada industri

perbankan

syariah.

Sedangkan

variabel

marjin

deposito

dalam 1 bulan

dan ROA

memperlihatk

an adanya

pengaruh

negatif..

4 M. Nur Rianto Al

Arif dan Endah

Putri Dewanti

(2017)

(1) ROA

(2) Spin-off

(3) Net Profit

Finance

Regresi data

panel dengan

model Random

Effect

Spin-off oleh

UUS untuk

menjadi BUS,

baik murni

Page 42: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/120410/2015/120410150038_2_7463.pdf · Mudharabah merupakan perjanjian kerja sama diantara paling sedikit

53

No Penulis Judul Variabel Metode Hasil

Metode Spin-Off

dan Tingkat

Profitabilitas:

Studi Pada Bank

Umum Syariah

Hasil Spin-Off

Jurnal Al-

Iqtihsadia

(4) BOPO

(5) CAR

(6) FDR

dan tidak

murni,

keduanya

tidak

berdampak

pada tingkat

profitabiltas.

Yang

berdampak

pada tingkat

profitabilitas

atau ROA

menurut

penelitian ini

adalah BOPO

dan NPF, dan

pengaruh

yang

ditimbulkan

Page 43: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/120410/2015/120410150038_2_7463.pdf · Mudharabah merupakan perjanjian kerja sama diantara paling sedikit

54

No Penulis Judul Variabel Metode Hasil

adalah

hubungan

negatif .

5 Ai Fitri Nurlatifah

dan Sepky

Mardian (2016)

Penelitian Kinerja

Keuangan

Perusahaan

Asuransi Syariah

di Indonesia:

Surplus on

Contribution

Jurnal

Akuntabilitas:

Jurnal Ilmu

Akuntansi

(1) SOC

(2) Size

(3) Leverage

(4) Liquidity

(5) Tangibility

(6) Volume of

Capital

(7) Loss Ratio

Regresi Data

Panel

Variabel size

berpengaruh

positif

terhadap

SOC.

Leverage dan

volume of

capital

berpengaruh

negatif

terhadap

SOC.

6 Daniel Mehari (1) ROA Regresi Data Umur

Page 44: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/120410/2015/120410150038_2_7463.pdf · Mudharabah merupakan perjanjian kerja sama diantara paling sedikit

55

No Penulis Judul Variabel Metode Hasil

dan Tilahun

Aemiro (2013)

Firm Specific

Factors that

Determine

Insurance

Companies

Performance in

Ethiopia

European

Scientific Journal

(2) Umur

perusahaan

(3) Ukuran

perusahaan

(4) Leverage

(5) Liquidity

(6) Loss ratio

(7) Tangibility

Panel perusahaan,

loss ratio,

berhubungan

negatif

dengan ROA

Ukuran

perusahaan,

Leverage,

Liquidity

berhubungan

positif dengan

ROA

7 Hifza Malik

(2011)

Determinants of

Insurance

Companies

Profitability: An

(1) ROA

(2) Umur

perusahaan

(3) Ukuran

perusahaan

(4) Leverage

(5) Volume of

Regresi berganda Terdapat

signifikansi

positif antara

ukuran

perusahaan

dan volume

modal

Page 45: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/120410/2015/120410150038_2_7463.pdf · Mudharabah merupakan perjanjian kerja sama diantara paling sedikit

56

No Penulis Judul Variabel Metode Hasil

Analysis of

Insurance Sector

of Pakistan

Academic

Research

International

capital

terhadap

profitabilitas.

Rasio

kerugian dan

leverage

menunjukkan

hubungan

yang negatif

terhadap

profitabilitas.

2.3 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini merujuk pada penelitian Al Arif (2015)

yang menyatakan kebiajkan spin-off tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan

pembiayaan pada industri perbankan syariah dan Nasuha (2012) yang menyatakan

bahwa dalam industri perbankan tidak ada perbedaan dalam hal kinerja keuangan

sebelum dan setelah spin-off serta merujuk pada Islamic Insurance Outlook 2017

yang dipublikasikan oleh Karim Consulting menyatakan bahwa capaian market share

terbesar dalam hal aset dan kontribusi bruto dimiliki oleh UUS, bukan perusahaan

perasuransian syariah yang telah full fledge. Kemudian merujuk pada penelitian

Page 46: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/120410/2015/120410150038_2_7463.pdf · Mudharabah merupakan perjanjian kerja sama diantara paling sedikit

57

Mehari & Aemiro (2013), Malik (2011) serta Nurlatifah & Mardian (2016), mengenai

pengukuran kinerja keuangan perusahaan perasuransian syariah. Berdasarkan latar

belakang itulah, kerangka pemikiran dalam penelitian ini memiliki model sebagai

berikut:

Gambar 2.8 Kerangka Pemikiran

2.4 Pengajuan Hipotesis

Berdasarkan teori-teori dan dan beberapa rujukan penelitian empiris yang telah

dipaparkan sebelumnya, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

ROA

Leverage

Aset Industri Asuransi

Syariah di Indonesia

Underwriting Surplus

Size

Spin-off

Volume of Capital

Page 47: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/120410/2015/120410150038_2_7463.pdf · Mudharabah merupakan perjanjian kerja sama diantara paling sedikit

58

1. Kebijakan spin-off akan berpengaruh secara positif terhadap pertumbuhan aset

industri asuransi syariah di Indonesia.

2. Kinerja keuangan perusahaan perasuransian syariah hasil spin-off yang

dinyatakan oleh total aset, laba bersih, surplus underwriting, dan ROA akan

berpengaruh positif terhadap pertumbuhan aset industri asuransi syariah di

Indonesia.