29
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja 2.1.1 Pengertian Kecelakaan Kerja Kecelakaan tidak terjadi kebetulan, melainkan ada sebabnya. Oleh karena ada penyebabnya, sebab kecelakaan harus diteliti dan ditemukan, agar untuk selanjutnya dengan tindakan korektif yang ditujukan kepada penyebab itu serta dengan upaya preventif lebih lanjut kecelakaan dapat dicegah dan kecelakaan serupa tidak berulang kembali (Suma’mur, 2009). World Health Organization (WHO) mendefinisikan kecelakaan sebagai suatu kejadian yang tidak dapat dipersiapkan penanggulangan sebelumnya sehingga menghasilkan cedera yang riil. Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban jiwa dan harta benda (Peraturan Menteri Tenaga Kerja (Permenaker) Nomor: 03/Men/1998). Menurut (OHSAS 18001, 1999) dalam Shariff (2007), kecelakaan kerja adalah suatu kejadian tiba-tiba yang tidak diinginkan yang mengakibatkan kematian, luka-luka, kerusakan harta benda atau kerugian waktu. Berdasarkan UU No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki, yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan kerugian baik korban manusia maupun harta benda. Sedangkan menurut UU No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, kecelakaan kerja adalah Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39005/4/Chapter...seandainya kartu nomor 1 dan 2 jatuh maka tidak akan menyebabkan jatuhnya

  • Upload
    phamnga

  • View
    222

  • Download
    7

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39005/4/Chapter...seandainya kartu nomor 1 dan 2 jatuh maka tidak akan menyebabkan jatuhnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kecelakaan Kerja

2.1.1 Pengertian Kecelakaan Kerja

Kecelakaan tidak terjadi kebetulan, melainkan ada sebabnya. Oleh karena ada

penyebabnya, sebab kecelakaan harus diteliti dan ditemukan, agar untuk selanjutnya

dengan tindakan korektif yang ditujukan kepada penyebab itu serta dengan upaya

preventif lebih lanjut kecelakaan dapat dicegah dan kecelakaan serupa tidak berulang

kembali (Suma’mur, 2009). World Health Organization (WHO) mendefinisikan

kecelakaan sebagai suatu kejadian yang tidak dapat dipersiapkan penanggulangan

sebelumnya sehingga menghasilkan cedera yang riil.

Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak

diduga semula yang dapat menimbulkan korban jiwa dan harta benda (Peraturan

Menteri Tenaga Kerja (Permenaker) Nomor: 03/Men/1998). Menurut (OHSAS

18001, 1999) dalam Shariff (2007), kecelakaan kerja adalah suatu kejadian tiba-tiba

yang tidak diinginkan yang mengakibatkan kematian, luka-luka, kerusakan harta

benda atau kerugian waktu.

Berdasarkan UU No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, kecelakaan

kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki, yang

mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan

kerugian baik korban manusia maupun harta benda. Sedangkan menurut UU No. 3

Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, kecelakaan kerja adalah

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39005/4/Chapter...seandainya kartu nomor 1 dan 2 jatuh maka tidak akan menyebabkan jatuhnya

kecelakaan yang terjadi dalam pekerjaan sejak berangkat dari rumah menuju tempat

kerja dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui.

2.1.2 Teori Kecelakaan Kerja

Teori kecelakaan kerja adalah suatu kejadian tiba-tiba yang tidak diinginkan

yang mengakibatkan kematian, luka-luka, kerusakan harta milik atau kerugian waktu.

Salah satu teori yang berkembang untuk menjelaskan terjadinya kecelakaan kerja

yang diusulkan oleh H.W. Heinrich yang dikenal sebagai teori Domino Heinrich.

Dalam teori tersebut dijelaskan bahwa kecelakaan terdiri atas lima faktor yang saling

berhubungan, yaitu : (1) kondisi kerja, (2) kelalaian manusia, (3) tindakan tidak

aman, (4) kecelakaan, dan (5) cedera. Kelima faktor ini tersusun seperti kartu domino

yang diberdirikan. Jika satu kartu jatuh, maka kartu ini akan menimpa kartu lain

hingga kelimanya akan roboh secara bersama. Ilustrasi ini mirip dengan efek domino,

jika satu bangunan roboh, kejadian ini akan memicu peristiwa beruntun yang

menyebabkan robohnya bangunan lain.

Menurut Heinrich, kunci untuk mencegah kecelakaan adalah dengan

menghilangkan tindakan tidak aman yang merupakan poin ketiga dari lima faktor

penyebab kecelakaan yang menyumbang 98% terhadap penyebab kecelakaan. Jika

dianalogikan dengan kartu domino, maka jika kartu nomor 3 tidak ada lagi,

seandainya kartu nomor 1 dan 2 jatuh maka tidak akan menyebabkan jatuhnya semua

kartu. Dengan adanya jarak antara kartu kedua dengan kartu keempat, maka ketika

kartu kedua terjatuh tidak akan sampai menimpa kartu nomor 4. Akhirnya kecelakaan

pada poin 4 dan cedera pada poin 5 dapat dicegah.

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39005/4/Chapter...seandainya kartu nomor 1 dan 2 jatuh maka tidak akan menyebabkan jatuhnya

Teori Frank E. Bird Petersen mendefinisikan kecelakaan sebagai suatu

kejadian yang tidak dikehendaki, dapat mengakibatkan kerugian jiwa serta kerusakan

harta benda dan biasanya terjadi sebagai akibat dari adanya kontak dengan sumber

energi yang melebihi ambang batas atau struktur. Teori ini memodifikasi teori

Domino Heinrich dengan mengemukakan teori manajemen yang berisikan lima faktor

dalam urutan suatu kecelakaan, antara lain :

a. Manajemen kurang control

b. Sumber penyebab utama

c. Gejala penyebab langsung

d. Kontak peristiwa

e. Kerugian gangguan (tubuh maupun harta benda)

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja yang terjadi menurut Suma’mur (2009) disebabkan oleh dua

faktor, yaitu :

1. Faktor manusia itu sendiri yang merupakan penyebab kecelakaan meliputi aturan

kerja, kemampuan pekerja (usia, masa kerja/pengalaman, kurangnya kecakapan

dan lambatnya mengambil keputusan), disiplin kerja, perbuatan-perbuatan yang

mendatangkan kecelakaan, ketidakcocokan fisik dan mental. Kesalahan-kesalahan

yang disebabkan oleh pekerja dan karena sikap yang tidak wajar seperti terlalu

berani, sembrono, tidak mengindahkan instruksi, kelalaian, melamun, tidak mau

bekerja sama, dan kurang sabar. Kekurangan kecakapan untuk mengerjakan

sesuatu karena tidak mendapat pelajaran mengenai pekerjaan. Kurang sehat fisik

dan mental seperti adanya cacat, kelelahan dan penyakit. Diperkirakan 85% dari

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39005/4/Chapter...seandainya kartu nomor 1 dan 2 jatuh maka tidak akan menyebabkan jatuhnya

kecelakaan kerja yang terjadi disebabkan oleh faktor manusia. Hal ini dikarenakan

pekerja itu sendiri (manusia) yang tidak memenuhi keselamatan seperti lengah,

ceroboh, mengantuk, lelah dan sebagainya.

2. Faktor mekanik dan lingkungan, letak mesin, tidak dilengkapi dengan alat

pelindung, alat pelindung tidak pakai, alat-alat kerja yang telah rusak. Faktor

mekanis dan lingkungan dapat pula dikelompokkan menurut keperluan dengan

suatu maksud tertentu. Misalnya di perusahaan penyebab kecelakaan dapat disusun

menurut kelompok pengolahan bahan, mesin penggerak dab pengangkat, terjatuh

di lantai dan tertimpa benda jatuh, pemakaian alat atau perkakas yang dipegang

dengan manual (tangan), menginjak atau terbentur barang, luka bakar oleh benda

pijar dan transportasi. Kira-kira sepertiga dari kecelakaan yang menyebabkan

kematian dikarenakan terjatuh, baik dari tempat yang tinggi maupun di tempat

datar. Lingkungan kerja berpengaruh besar terhadap moral pekerja. Faktor-faktor

keadaan lingkungan kerja yang penting dalam kecelakaan kerja terdiri dari

pemeliharaan rumah tangga (house keeping), kesalahan disini terletak pada

rencana tempat kerja, cara menyimpan bahan baku dan alat kerja tidak pada

tempatnya, lantai yang kotor dan licin. Ventilasi yang tidak sempurna sehingga

ruangan kerja terdapat debu, keadaan lembab yang tinggi sehingga orang merasa

tidak enak kerja. Pencahayaan yang tidak sempurna misalnya ruangan gelap,

terdapat kesilauan dan tidak ada pencahayaan setempat.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39005/4/Chapter...seandainya kartu nomor 1 dan 2 jatuh maka tidak akan menyebabkan jatuhnya

2.1.4 Klasifikasi Kecelakaan Kerja

Menurut Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) tahun 1962 dalam

Suma’mur (1987), klasifikasi kecelakaan kerja sebagai berikut :

1. Berdasarkan jenis pekerjaan

a) Terjatuh

b) Tertimpa benda jatuh

c) Tertumbuk atau terkena benda-benda

d) Terjepit oleh benda

e) Gerakan-gerakan melebihi kemampuan

f) Pengaruh suhu tinggi

g) Terkena arus listrik

h) Kontak bahan berbahaya atau radiasi

2. Berdasarkan penyebab

a) Mesin, misalnya mesin pembangkit tenaga listrik, mesin penggergajian kayu,

dan sebagainya.

b) Alat angkut dan angkat, misalnya mesin angkat dan peralatannya, alat

angkut darat, udara dan air

c) Peralatan lain misalnya dapur pembakar dan pemanas, instalasi pendingin,

alat-alat listrik, bejana bertekanan, tangga, scaffolding dan sebagainya.

d) Bahan-bahan, zat-zat dan radiasi, misalnya bahan peledak, debu, gas, zat-zat

kimia, dan sebagainya.

e) Lingkungan kerja (diluar bangunan, didalam bangunan dan dibawah tanah).

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39005/4/Chapter...seandainya kartu nomor 1 dan 2 jatuh maka tidak akan menyebabkan jatuhnya

3. Berdasarkan sifat luka atau kelainan

a) Patah tulang

b) Dislokasi (keseleo)

c) Regang otot

d) Memar dan luka dalam yang lain

e) Amputasi

f) Luka di permukaan

g) Gegar dan remuk

h) Luka bakar

i) Keracunan-keracunan mendadak

j) Pengaruh radiasi

4. Berdasarkan letak kelainan atau luka di tubuh

a) Kepala

b) Leher

c) Badan

d) Anggota atas

e) Anggota bawah

f) Banyak tempat

g) Letak lain yang tidak dapat dimasukan klasifikasi tersebut

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39005/4/Chapter...seandainya kartu nomor 1 dan 2 jatuh maka tidak akan menyebabkan jatuhnya

2.1.5 Kerugian Oleh Karena Kecelakaan

Korban kecelakaan kerja mengeluh dan menderita, sedangkan sesama pekerja

ikut bersedih dan berduka cita. Kecelakaan seringkali disertai terjadinya luka,

kelainan tubuh, cacat bahkan juga kematian. Gangguan terhadap pekerja demikian

adalah suatu kerugian besar bagi pekerja dan juga keluarganya serta perusahaan

tempat ia bekerja.

Tiap kecelakaan merupakan suatu kerugian yang antara lain tergambar dari

pengeluaran dan besarnya biaya kecelakaan. Biaya yang dikeluarkan akibat terjadinya

kecelakaan seringkali sangat besar, padahal biaya tersebut bukan semata-mata beban

suatu perusahaan melainkan juga beban masyarakat dan negara secara keseluruhan.

Biaya ini dapat dibagi menjadi biaya langsung meliputi biaya atas P3K, pengobatan,

perawatan, biaya angkutan, upah selama tidak mampu bekerja, kompensasi cacat,

biaya atas kerusakan bahan, perlengkapan, peralatan, mesin dan biaya tersembunyi

meliputi segala sesuatu yang tidak terlihat pada waktu dan beberapa waktu pasca

kecelakaan terjadi, seperti berhentinya operasi perusahaan oleh karena pekerja

lainnya menolong korban, biaya yang harus diperhitungkan untuk mengganti orang

yang ditimpa kecelakaan dan sedang sakit serta berada dalam perawatan dengan

orang baru yang belum biasa bekerja pada pekerjaan di tempat terjadinya kecelakaan

(Suma’mur, 2009)

2.1.6 Pencegahan Kecelakaan Kerja

Pencegahan kecelakaan berdasarkan pengetahuan tentang penyebab

kecelakaan. Sebab-sebab kecelakaan pada suatu perusahaan diketahui dengan

mengadakan analisis setiap kecelakaan yang terjadi. Metode analisis penyebab

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39005/4/Chapter...seandainya kartu nomor 1 dan 2 jatuh maka tidak akan menyebabkan jatuhnya

kecelakaan harus benar-benar diketahui dan diterapkan sebagaimana mestinya. Selain

analisis mengenai penyebab terjadinya suatu peristiwa kecelakaan, untuk pencegahan

kecelakaan kerja sangat penting artinya dilakukan identifikasi bahaya yang terdapat

dan mungkin menimbulkan insiden kecelakaan di perusahaan serta mengases

besarnya risiko bahaya.

Pencegahan kecelakaan kerja menurut Suma’mur (2009) ditujukan kepada

lingkungan, mesin, peralatan kerja, perlengkapan kerja dan terutama faktor manusia.

1. Lingkungan

Syarat lingkungan kerja dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :

a. Memenuhi syarat aman, meliputi higiene umum, sanitasi, ventilasi udara,

pencahayaan dan penerangan di tempat kerja dan pengaturan suhu udara

ruang kerja

b. Memenuhi syarat keselamatan, meliputi kondisi gedung dan tempat kerja

yang dapat menjamin keselamatan

c. Memenuhi penyelenggaraan ketatarumahtanggaan, meliputi pengaturan

penyimpanan barang, penempatan dan pemasangan mesin, penggunaan

tempat dan ruangan

2. Mesin dan peralatan kerja

Mesin dan peralatan kerja harus didasarkan pada perencanaan yang baik dengan

memperhatikan ketentuan yang berlaku. Perencanaan yang baik terlihat dari

baiknya pagar atau tutup pengaman pada bagian-bagian mesin atau perkakas

yang bergerak, antara lain bagian yang berputar. Bila pagar atau tutup pengaman

telah terpasang, harus diketahui dengan pasti efektif tidaknya pagar atau tutup

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39005/4/Chapter...seandainya kartu nomor 1 dan 2 jatuh maka tidak akan menyebabkan jatuhnya

pengaman tersebut yang dilihat dari bentuk dan ukurannya yang sesuai terhadap

mesin atau alat serta perkakas yang terhadapnya keselamatan pekerja dilindungi.

3. Perlengkapan kerja

Alat pelindung diri merupakan perlengkapan kerja yang harus terpenuhi bagi

pekerja. Alat pelindung diri berupa pakaian kerja, kacamata, sarung tangan, yang

kesemuanya harus cocok ukurannya sehingga menimbulkan kenyamanan dalam

penggunaannya.

4. Faktor manusia

Pencegahan kecelakaan terhadap faktor manusia meliputi peraturan kerja,

mempertimbangkan batas kemampuan dan ketrampilan pekerja, meniadakan hal-

hal yang mengurangi konsentrasi kerja, menegakkan disiplin kerja, menghindari

perbuatan yang mendatangkan kecelakaan serta menghilangkan adanya

ketidakcocokan fisik dan mental.

2.2 Industri Konstruksi

Bentuk perlindungan terhadap tenaga kerja telah diatur pemerintah dalam UU

No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dan UU No. 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan. Undang-undang ini mencakup berbagai hal dalam perlindungan

pekerja meliputi upah, kesejahteraan, jaminan sosial tenaga kerja dan termasuk juga

masalah keselamatan dan kesehatan kerja. Tidak hanya itu, pemerintah juga mengatur

peraturan bagi pekerja di bidang konstruksi, yang diatur melalui Peraturan Menteri

Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER-01/MEN/1980 tentang Keselamatan dan

Kesehatan Kerja pada Konstruksi Bangunan.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39005/4/Chapter...seandainya kartu nomor 1 dan 2 jatuh maka tidak akan menyebabkan jatuhnya

Sebagai tindak lanjut dikeluarkannya Peraturan Menakertrans tersebut,

pemerintah menerbitkan Surat Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum dan

Menteri Tenaga Kerja No.Kep.174/MEN/1986-104/KPTS/1986: Pedoman

Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi. Pedoman yang

selanjutnya disingkat sebagai pedoman K3 konstruksi ini merupakan pedoman yang

dapat dianggap sebagai standar K3 untuk konstruksi di Indonesia.

Aspek K3 untuk bidang konstruksi juga diterapkan di Amerika Serikat melalui

Occupational Safety and Health Administration (OSHA, 1926), dengan dikeluarkan

pedoman K3 termasuk untuk bidang konstruksi. Pedoman ini bertujuan agar

tercapainya keselamatan dan kesehatan kerja, bukan hanya sekedar sebagai aturan,

tetapi juga disempurnakan secara terus menerus dan mengakomodasikan masukan-

masukan dari pengalaman pelaku konstruksi di lapangan sehingga akan

menumbuhkan kesadaran untuk mengikuti peraturan agar tercapainya keselamatan

dan kesehatan kerja.

Dalam prosedur keselamatan kerja konstruksi ada beberapa jenis izin kerja

yang harus dipatuhi dan dibuat oleh para pekerja sebelum memulai pekerjaannya,

antara lain :

a. Izin kerja bekerja di ketinggian atau working at height permit. Izin ini

dibutuhkan oleh pekerja-pekerja scaffolding yang lebih banyak bekerja di

ketinggian.

b. Izin kerja pada tempat terbatas atau confine space permit. Izin ini dibutuhkan

untuk semua pekerja yang bekerja berada di tempat terbatas, maksudnya

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39005/4/Chapter...seandainya kartu nomor 1 dan 2 jatuh maka tidak akan menyebabkan jatuhnya

bukan hanya sempit, dalam atau bertekanan tinggi, tetapi juga minim ventilasi

dan asupan oksigen.

c. Izin kerja panas atau hot work permit. Izin ini diperlukan untuk semua pekerja

yang melakukan pekerjaan mengelas, menggerinda, memotong atau

menghaluskan material logam dengan peralatan listrik.

d. Izin kerja aman atau safe work permit. Izin ini merupakan inti dari semua izin

kerja yang telah disebutkan sebelumnya. Karena izin kerja aman harus tetap

ada bersamaan izin kerja lain yang dibutuhkan (Ahira, 2012).

Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER-

01/MEN/1980 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Konstruksi Bangunan

dijelaskan bahwa pada setiap pekerjaan konstruksi bangunan harus diusahakan

pencegahan atau dikurangi terjadinya kecelakaan atau sakit akibat kerja terhadap

tenaga kerjanya. Disetiap tempat kerja harus dilengkapi dengan sarana untuk

keperluan keluar masuk dengan aman. Tempat-tempat kerja, tangga-tangga, lorong-

lorong dan gang-gang tempat orang bekerja atau sering dilalui harus dilengkapi

dengan penerangan yang cukup sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Semua tempat

kerja juga harus mempunyai ventilasi yang cukup sehingga dapat mengurangi bahaya

debu, uap dan bahaya lainnya.

2.3 Scaffolding

2.3.1 Pengertian Scaffolding

Scaffolding adalah bangunan peralatan (platform) yang dibuat untuk

sementara dan digunakan sebagai penyangga tenaga kerja, bahan-bahan serta alat-alat

pada setiap pekerjaan konstruksi bangunan termasuk pekerjaan pemeliharaan dan

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39005/4/Chapter...seandainya kartu nomor 1 dan 2 jatuh maka tidak akan menyebabkan jatuhnya

pembongkaran. Scaffolding yang sesuai dan aman harus disediakan untuk semua

pekerjaan yang tidak dapat dilakukan dengan aman oleh seseorang yang berdiri di

atas konstruksi yang kuat dan permanen, kecuali apabila pekerjaan tersebut dapat

dilakukan dengan aman dan mempergunakan tenaga. Scaffolding harus diberi lantai

papan yang kuat dan rapat sehingga dapat menahan dengan aman tenaga kerja,

peralatan dan bahan yang dipergunakan. Lantai scaffolding harus diberi pagar

pengaman, apabila tingginya lebih dari 2 meter. (Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi No. PER-01/MEN/1980)

Scaffolding dibuat apabila pekerjaan bangunan gedung sudah mencapai

ketinggian 2 meter dan dan tidak dapat dijangkau oleh pekerja. Scaffolding harus

dibuatkan untuk semua pekerjaan yang tidak dapat dijamin keamanannya bila

dikerjakan pada ketinggian yang melebihi 2 meter dengan menggunakan scaffolding

yang memenuhi standar.

2.3.2 Jenis dan Fungsi Scaffolding

Scaffolding digunakan dengan tujuan sebagai tempat untuk bekerja yang aman

bagi pekerja konstruksi sehingga keselamatan kerja terjamin dan sebagai pelindung

bagi pekerja yang lain seperti pekerja yang berada di bawah agar terlindung dari

jatuhnya bahan atau alat. Berdasarkan fungsinya, konstruksi scaffolding menurut

Frick dan Setiawan (2012) dapat dibagi atas :

1. Konstruksi scaffolding kerja panggung

Terbuat dari bambu atau kasau (4x6 atau 5x7 cm) sebagai kerangka scaffolding.

Di bagian atasnya diberi lantai papan (kayu atau bambu) untuk tukang dan bahan

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39005/4/Chapter...seandainya kartu nomor 1 dan 2 jatuh maka tidak akan menyebabkan jatuhnya

bangunan. Scaffolding jenis ini dapat dipindah-pindah dengan mudah karena

biasanya ukuran scaffolding tersebut tidak besar.

2. Konstruksi scaffolding pengaman

Scaffolding jenis ini berfungsi sebagai pengaman tukang dan buruh yang bekerja

pada ketinggian lebih dari 5 m diatas permukaan tanah, atau sebagai panggung

pengaman bagi orang yang harus lewat dekat tempat bangunan, misalnya jika

tempat bangunan terletak pada sisi jalan raya dan sebagainya, sehingga mereka

aman terhadap debu dan bahan bangunan atau alat-alat yang jatuh.

3. Konstruksi scaffolding penyangga tegak dan mendatar

Scaffolding ini ditujukan untuk menahan bagian gedung yang harus

dipertahankan pada waktu membongkar sebagian atau mengadakan perbaikan

terhadapnya sehingga tidak akan runtuh.

Secara umum scaffolding dapat dibagi atas :

A. Scaffolding andang

Scaffolding andang digunakan pada pekerjaan yang tingginya 2,5-3 m. apabila

pekerjaan lebih tinggi maka scaffolding andang tidak dapat digunakan lagi.

Scaffolding andang dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu :

1) Scaffolding andang kayu

Scaffolding andang kayu dapat dipindah-pindahkan dan dapat dibuat dengan

cepat. Untuk tinggi scaffolding tidak dapat disetel. Scaffolding ini biasanya

digunakan untuk pekerjaan pada ketinggian yang tidak lebih dari 3 m, sedangkan

untuk pekerjaan pada ketinggian lebih dari 3 m digunakan scaffolding tiang.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39005/4/Chapter...seandainya kartu nomor 1 dan 2 jatuh maka tidak akan menyebabkan jatuhnya

Gambar 2.1 Scaffolding andang kayu

2) Scaffolding andang bambu

Scaffolding andang bambu dapat dipindah-pindah dan sebagai pengikatnya

memakai tali ijuk, karena tali ijuk ini tahan terhadap air, panas. Perancang

andang bambu ini sudah disetel terlebih dahulu, sehingga panjang dan tingginya

tidak dapat disetel. Biasanya scaffolding andang bambu dapat dipakai pada

ketinggian pekerjaan tidak lebih dari 3 meter, mengenai kaki andang bambu ada

yang pakai 2 atau 3 pasang.

Gambar 2.2 Scaffolding andang bambu

3) Scaffolding besi

Scaffolding besi sangat praktis dan efisien karena pemasangannya mudah dan

dapat dipindah-pindahkan. Tinggi scaffolding besi dapat disetel untuk jarak kaki

scaffolding yang satu dengan yang lain 180 cm dengan tebal papan 3 cm.

Gambar 2.3 Scaffolding besi

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39005/4/Chapter...seandainya kartu nomor 1 dan 2 jatuh maka tidak akan menyebabkan jatuhnya

B. Scaffolding tiang

Scaffolding tiang digunakan apabila pekerjaan sudah mencapai diatas 3 m.

Scaffolding tiang dapat dibuat lebih dari 10 m tergantung kebutuhan. Scaffolding

tiang dapat dibagi atas :

1) Scaffolding tiang dari bambu

Pada umumnya scaffolding bambu banyak dipakai oleh pekerja di lapangan, baik

pada bangunan bertingkat maupun tidak, dikarenakan :

a. Bambu mudah didapat, kuat, dan murah

b. Pemasangan scaffolding bambu mudah

c. Mudah dibongkar dan dapat dipasang kembali tanpa merusak bambu

d. Bahan pengikatnya pakai tali ijuk

Gambar 2.4 Scaffolding tiang dari bambu

2) Sistem Scaffolding Bambu dengan Konsol dari Besi

Sistem scaffolding bambu dengan konsol besi hanya ditahan oleh satu tiang

bambu saja, berbeda dengan scaffolding yang ditahan oleh beberapa tiang.

Keuntungan dari sistem scaffolding bambu dengan konsol besi adalah :

a. Tidak terlalu banyak bambu yang dibutuhkan

b. Cara pemasangannya lebih cepat daripada scaffolding bambu

c. Lebih praktis dan menghemat tempat

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39005/4/Chapter...seandainya kartu nomor 1 dan 2 jatuh maka tidak akan menyebabkan jatuhnya

d. Pemasangan konsol dapat dipindah dari tingkat 1 ketingkat diatasnya

e. Untuk tiang bambu tidak perlu dipotong

Gambar 2.5 Sistem scaffolding bambu dengan konsol dari besi

3) Scaffolding Tiang Besi atau Pipa

Pada scaffolding tiang dari besi atau pipa memakai kopling sebagai alat

penyambung, untuk penyetelannya lebih cepat dibandingkan scaffolding tiang

bambu.

Gambar 2.6 Scaffolding Tiang Besi atau Pipa

C. Scaffolding besi beroda

Scaffolding besi beroda ini terbuat dari pipa galvanis. Pada scaffolding besi

beroda dapat dipasang di lapangan atau di dalam ruangan. Fungsi rodanya adalah

untuk memindahkan scaffolding. Pada scaffolding besi beroda sedikit lain dari

scaffolding yang ada, karena disini bagian-bagian dari tiangnya sudah berbentuk

kuzen, sehingga penyetelan/pemasangannya lebih mudah dan praktis.

Universitas Sumatera Utara

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39005/4/Chapter...seandainya kartu nomor 1 dan 2 jatuh maka tidak akan menyebabkan jatuhnya

Gambar 2.7 Scaffolding besi beroda

D. Scaffolding besi tanpa roda

Gambar 2.8 Scaffolding besi tanpa roda

(1) Kaki pipa berulir, (2) kusen bangunan, (3) penguat vertikal, (4) tiang sandaran, (5)

sambungan pasak, (6) papan panggung, (7) panggung datar, (8) papan pengaman, (9)

tiang sandaran, (10) penutup sandaran, (11) konsol penyambung, (12) penopang, (13)

konsol keluar, (14) tiang sandaran tangga, (15) pinggiran tangga, (16) anak tangga,

(17) sandaran tangga, (18) sandaran dobel.

E. Scaffolding menggantung

Pada scaffolding menggantung digunakan pada pekerjaan pemasangan eternit,

pekerjaan finishing pengecatan eternit, plat beton, dan sebagainya. Jadi scaffolding

menggantung digunakan pada pekerjaan bagian atas saja dan pelaksanaannya

scaffolding digantungkan pada bagian atas bangunan seperti pada dengan memakai

tali atau rantai besi.

Universitas Sumatera Utara

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39005/4/Chapter...seandainya kartu nomor 1 dan 2 jatuh maka tidak akan menyebabkan jatuhnya

Gambar 2.9 Scaffolding menggantung

Jenis scaffolding sangat beragam, namun yang paling sering digunakan adalah

jenis scaffolding bingkai dan pipa. Standar internasional untuk scaffolding adalah

jenis scaffolding pipa, sedangkan di Indonesia scaffolding yang paling sering

digunakan adalah scaffolding bingkai (frame scaffolding).

Gambar 2.10 Scaffolding bingkai

Komponen scaffolding bingkai terdiri dari :

a) Bingkai utama (main frame)

Main frame merupakan salah satu bagian vital dari sebuah scaffolding yang

berfungsi sebagai pembentuk dan penyangga utama dari bentuk konstruksi

sebuah scaffolding. Apabila dilihat secara visual kondisi main frame sudah

bengkok dan berkarat yang dapat mengakibatkan berkurangnya daya kekuatan

dari sebuah scaffolding. Untuk scaffolding dasar, bagian bawah main frame

dipasangi jack base dan bagian atasnya dipasangi joint pin (untuk membuat

tingkat scaffolding selanjutnya).

Universitas Sumatera Utara

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39005/4/Chapter...seandainya kartu nomor 1 dan 2 jatuh maka tidak akan menyebabkan jatuhnya

Gambar 2.11 Ukuran main frame

b) Ladder frame

Ladder frame adalah bingkai yang digunakan pada susunan puncak dari

scaffolding. Ladder frame terpasang hanya pada kedua sisi dari scaffolding yang

berfungsi sebagai pembatas pada pekerja yang melakukan aktivitas bekerja

diatas scaffolding. Sering kali yang pekerja lakukan adalah memasang platform

pada ladder frame, hal tersebut sangat keliru dan secara tidak sadar pekerja

tersebut membahayakan dirinya sendiri.

Gambar 2.12 Ukuran ladder frame

c) Cross brace

Cross brace adalah palang yang berfungsi untuk mempersatukan sepasang main

frame sehingga didapatkan konstruksi scaffolding yang kuat.

Gambar 2.13 Cross brace

Universitas Sumatera Utara

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39005/4/Chapter...seandainya kartu nomor 1 dan 2 jatuh maka tidak akan menyebabkan jatuhnya

d) Arm lock

Arm lock adalah pengunci/penguat dari 2 susunan atau lebih scaffolding agar

susunan scaffolding tidak mudah goyang. Arm lock dipasang antara susunan

main frame satu ke susunan main frame yang berada diatasnya, lebih tepatnya

terpasang pada konektor pada cross brace.

Gambar 2.14 Arm lock (a) dan arm lock yang terpasang pada scaffolding (b)

e) Jack base

Jack base adalah alat yang berfungsi sebagai alas kaki dari scaffolding,

konstruksinya berulir sehingga dapat menyesuaikan dengan jarak dari lantai.

Gambar 2.15 Jack base

f) Joint pin

Joint pin adalah sebuah alat yang digunakan untuk menyambung scaffolding satu

dengan scaffolding lainnya secara vertikal sehingga memungkinkan untuk dibuat

menjadi lebih dari 1 tingkatan scaffolding. Diameter atas dan bawah joint pin

dibuat lebih kecil dari diameter lubang dari main frame, namun pada bagian

tengah joint pin diameternya sama dengan diameter lubang main frame.

Universitas Sumatera Utara

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39005/4/Chapter...seandainya kartu nomor 1 dan 2 jatuh maka tidak akan menyebabkan jatuhnya

Gambar 2.16 Joint pin

g) U-Head Jack

U-Head Jack adalah alat yang pada umumnya dipasang pada bagian atas

scaffolding yang berfungsi menyanggah konstruksi diatasnya. Bentuk yang

seperti huruf “U” memungkinkan untuk mengapit bagian konstruksi diatasnya

yang juga sebagai penahan dari scaffolding agar tidak mudah goyah. Alat ini

tidak efektif digunakan pada konstruksi bagian atas yang rata.

Gambar 2.17 U-Head Jack

h) Platform

Platform (papan scaffolding) adalah alat yang diletakkan pada susunan

scaffolding yang diinginkan yang akan digunakan pekerja sebagai penopang

pijakan dalam melakukan pekerjaan. Platform harus kuat (terbuat dari logam)

menopang badan pekerja dan peralatan yang mungkin digunakan.

Universitas Sumatera Utara

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39005/4/Chapter...seandainya kartu nomor 1 dan 2 jatuh maka tidak akan menyebabkan jatuhnya

Gambar 2.18 Platform

i) Stair

Stair (tangga) adalah alat yang berfungsi sebagai akses pekerja untuk dapat

menuju susunan scaffolding yang dikehendaki. Keberadaan stair (tangga) ini

sangat penting, seringkali pekerja menaiki scaffolding dengan memanjat

sambungan besi horizontal pada main frame padahal itu bukanlah berfungsi

sebagai tangga. Perlu diperhatikan juga, apabila dipasangi stair (tangga) juga

harus dipasang handrail, untuk pegangan tangan saat menaiki tangga.

Gambar 2.19 Stair

j) Horizontal Frame

Horizontal frame adalah bingkai besi yang membujur berfungsi sebagai penguat

susunan scaffolding. Apabila scaffolding lebih dari 1 susunan, maka harus

memakai horizontal frame pada kedua sisi scaffolding.

Gambar 2.20 Horizontal frame (a) dan pada penggunaannya (b)

Universitas Sumatera Utara

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39005/4/Chapter...seandainya kartu nomor 1 dan 2 jatuh maka tidak akan menyebabkan jatuhnya

Peralatan tambahan (Attachments)

1. Pipa support

Pipa support ini biasanya digunakan pada saat pembongkaran bekisting.

Gambar 2.21 Pipa support

2. Swivel Clamp

Swivel clamp adalah penjepit yang berbentuk lingkaran dan dapat diputar 360o,

biasanya digunakan untuk menjepit pipa besi untuk membuat hand rail pada

stair (tangga).

Gambar 2.22 Swivel clamp

Scaffolding dapat disusun dengan dua cara, yaitu :

A. Pararel Construction

Susunan scaffolding pararel dengan peralatan yang dibagi menjadi yaitu untuk

stair (tangga) dan platform. Hal tersebut dapat mengantisipasi apabila terjadi

Universitas Sumatera Utara

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39005/4/Chapter...seandainya kartu nomor 1 dan 2 jatuh maka tidak akan menyebabkan jatuhnya

pertemuan antara 2 orang yang lajunya berlawanan. Susunan scaffolding pararel

adalah susunan yang paling sering digunakan.

Gambar 2.23 Pararel Construction

B. Staggered Construction

Susunan scaffolding staggered construction hanya menggunakan 1 jalur yaitu

hanya dipakai stair (tangga) saja. Keuntungannya dapat menghemat platform,

namun kekurangannya tidak dapat mengantisipasi apabila terjadi pertemuan

antara 2 orang yang lajunya berlawanan dan harus menggunakan jenis stair

(tangga) yang sedikit dimodifikasi dengan penambahan plat besi di ujung tangga.

Selain itu juga konstruksi scaffolding akan mudah goyah apabila dinaiki pekerja.

Gambar 2.24 Staggered construction

Universitas Sumatera Utara

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39005/4/Chapter...seandainya kartu nomor 1 dan 2 jatuh maka tidak akan menyebabkan jatuhnya

Seringkali kondisi scaffolding yang sudah berkarat, bengkok dan secara visual

sudah tidak layak masih sering digunakan padahal hal tersebut dapat mempengaruhi

daya kekuatan dari scaffolding tersebut. Selain itu pijakan scaffolding yang kurang

sejajar (tinggi sebelah) dapat menyebabkan susunan dari scaffolding yang tidak

sejajar, sehingga rentan untuk roboh. Hal yang diperhatikan juga adalah besi

horizontal pendek pada sisi kanan dan kiri main frame bukan berfungsi sebagai

tangga, namun banyak juga pekerja yang menaiki scaffolding melalui bagian tersebut.

Padahal besi horizontal pendek tersebut berfungsi sebagai penguat main frame.

Apabila bagian tersebut dipijaki maka besar kemungkinan untuk besi patah dan kaki

terperosok sehingga dapat mencederai pekerja. Gambar 2.25 Pijakan scaffolding yang

salah.

Menaiki scaffolding dapat dilakukan dengan memasang tangga (stair) yang

sesuai standar dan selalu memasang handrail pada tangga tersebut. Handrail

biasanya adalah dari pipa besi yang terpasang dengan menggunakan swivel clamp.

Cat walk atau platform yang digunakan sesuai standar yang selayaknya, bukan

menggunakan platform yang terbuat dari kayu triplek atau sejenisnya. Untuk pijakan

scaffolding yang menggunakan roda, apabila saat digunakan pekerja seharusnya

keempat roda dikunci agar tidak bergeser saat diatasnya ada pekerja. Akan lebih baik

lagi apabila keempat roda dikunci dan menggunakan penyangga pada keempat sisi

scaffolding, seperti terlihat pada gambar di bawah ini (Khoizin, 2012) :

Universitas Sumatera Utara

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39005/4/Chapter...seandainya kartu nomor 1 dan 2 jatuh maka tidak akan menyebabkan jatuhnya

Gambar 2.26 Scaffolding yang menggunakan roda

2.4 Risiko Kecelakaan Kerja pada Proyek Konstruksi

Kecelakaan kerja di sektor konstruksi merupakan penyumbang angka

kecelakaan kerja terbesar pada beberapa tahun terakhir ini di samping kecelakaan

kerja di sektor lainnya. Pekerjaan-pekerjaan yang paling berbahaya adalah pekerjaan

yang dilakukan pada ketinggian dan pekerjaan galian. Pada kedua jenis pekerjaan ini

kecelakaan kerja yang terjadi cenderung serius bahkan sering kali mengakibatkan

cacat tetap dan kematian. Jatuh dari ketinggian adalah risiko yang sangat besar dapat

terjadi pada pekerja yang melaksanakan kegiatan konstruksi pada elevasi tinggi.

Biasanya kejadian ini akan mengakibat kecelakaan yang fatal. Sementara risiko

tersebut kurang dihayati oleh para pelaku konstruksi, dengan sering kali mengabaikan

penggunaan peralatan pelindung (personal fall arrest system) yang sebenarnya telah

diatur dalam pedoman K3 konstruksi.

Berdasarkan hasil evaluasi atas kejadian-kejadian kecelakaan kerja selama ini

dapat disimpulkan beberapa faktor penyebab terjadi kecelakaan baik yang telah

menimbulkan korban jiwa maupun luka-luka meliputi terjadinya kegagalan

konstruksi yang antara lain disebabkan tidak dilibatkannya ahli teknik konstruksi,

penggunaan metode pelaksanaan yang kurang tepat, lemahnya pengawasan

pelaksanaan konstruksi di lapangan, belum sepenuhnya melaksanakan ketentuan-

Universitas Sumatera Utara

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39005/4/Chapter...seandainya kartu nomor 1 dan 2 jatuh maka tidak akan menyebabkan jatuhnya

ketentuan atau peraturan-peraturan yang menyangkut K3 yang telah ada, lemahnya

pengawasan penyelenggaraan K3, kurang memadainya baik dalam kualitas dan

kuantitas ketersediaan peralatan pelindung diri dan kurang disiplinnya para tenaga

kerja didalam mematuhi ketentuan mengenai K3 yang antara lain pemakaian alat

pelindung diri kecelakaan kerja.

Dengan masih tingginya angka kecelakaan kerja pada tempat kegiatan

konstruksi serta adanya tuntutan global dalam perlindungan tenaga kerja,diperlukan

upaya-upaya kedepan untuk mewujudkan tecapainya zero accident di tempat kegiatan

konstruksi. Zero accident adalah suatu kondisi dimana kecelakaan kerja pada suatu

perusahaan atau industri tidak terjadi kecelakaan kerja (angka kecelakaan kerja nol).

Oleh karena itu diperlukan peran dari semua pihak agar dapat mewujudkan zero

accident tersebut (Wiryanto, 2012)

2.5 Penilaian Risiko Kecelakaan Kerja

Risiko merupakan probability atau kemungkinan ataupun kecenderungan

untuk terjadinya kecelakaan maupun kematian (Sanders, 1993). Risiko juga dikatakan

sebagai ukuran dari kemungkinan atau kecenderungan dan dampak yang dapat

diakibatkan oleh bahaya-bahaya yang terdapat dari kegiatan maupun kondisi tertentu.

(Brauer, 1990). Sedangkan menurut Cross, risiko adalah likelihood (kemungkinan)

bahwa sakit dan cedera karena suatu bahaya akan terjadi pada individu tertentu atau

kelompok individu yang terpajan. Ukuran dari risiko tergantung pada seberapa

mungkin (how likely) hazard tersebut kontak dengan pekerja dan kekuatannya

(magnitude). Definisi lain dari risiko adalah probabilitas/kemungkinan dari suatu efek

Universitas Sumatera Utara

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39005/4/Chapter...seandainya kartu nomor 1 dan 2 jatuh maka tidak akan menyebabkan jatuhnya

buruk tertentu untuk terjadi (the probability of a specific adverse effect to occur)

(Holmberg, et al.) dalam Health Psychology in Action.

Berdasarkan berbagai definisi risiko yang telah dijelaskan dapat disimpulkan

bahwa risiko merupakan ukuran kemungkinan (probability) dengan besarnya dampak

(qonsequence) dari suatu keadaan yang dapat menimbulkan kecelakaan. Untuk dapat

mengenali risiko terlebih dahulu harus diperoleh pemahaman mengenai what is at

risk. Teknik yang dapat digunakan untuk mengenali risiko adalah dengan

mengumpulkan dan menelaah dokumen-dokumen organisasi

1) Mereview struktur dan bagan organisasi

2) Melakukan wawancara dengan pihak terkait

a. Ruang Lingkup

Penilaian risiko dapat dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan

identifikasi risiko. Identifikasi risiko adalah tahapan yang sangat kritikal dalam

proses penilaian risiko yaitu merekam semua risiko baik yang sudah maupun belum

dikendalikan melalui pengendalian inten. Proses yang dilakukan dalam tahap

identifikasi risiko adalah:

1) Menginventarisasi data kejadian/peristiwa komprehensif yang mempengaruhi

organisasi

2) Menentukan sumber-sumber risiko, antara lain hubungan bisnis dan hukum,

lingkungan ekonomi, perilaku manusia, kejadian alam, lingkungan politik, isu

teknologi, aktivitas manajemen dan aktivitas individu.

Universitas Sumatera Utara

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39005/4/Chapter...seandainya kartu nomor 1 dan 2 jatuh maka tidak akan menyebabkan jatuhnya

3) Menentukan area yang terkena pengaruh risiko, antara lain aset dan sumber daya,

pendapatan, biaya, pegawai, masyarakat, kinerja, waktu dan jadual aktivitas,

lingkungan.

4) Menentukan penyebab dan skenario risiko.

2.6 Kerangka Konsep

Gambar 2.27 Kerangka Konsep Penelitian

Universitas Sumatera Utara