Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komunikasi Politik
2.1.1 Pengertian Komunikasi Politik
Komunikasi Politik menurut Cangara (2009) adalah suatu proses komunikasi
yang memiliki implikasi atau konsekuensi terhadap aktivitas politik. Faktor ini pula
yang membedakan dengan dengan disiplin komunikasi lainnya seperti komunikasi
pembangunan, kommunikasi pendidikan, komunikasi bisnis, komunikasi antar
budaya, komunikasi, komunikasi organisasi, komunikasi keluarga, dan lain
semacamnya. Perbedaan itu terletak pada isi pesan. Artinya komunikasi politik
memiliki pesan yang bermuatan politik, sementara komunikasi pendidikan memiliki
pesan yang mermuatan masalah pendidikan. Jadi untuk membedakan antara satu
disiplin dengan disiplin lainnya dalam studi ilmu komunikasi, terletak pada sifat atau
isi pesannya.
Sumarno (1989) menyebutkan bahwa komunikasi politik mempunyai lingkup
pembahasan yang sangat luas, tidak hanya membahas bagaimana komunikasi dapat
dipergunakan di dalam mencapai kekuasaan dan tujuan politik secara internal tapi
juga bagaimana suatu sistem yang berlangsung dapat dialihkan dan dialih
generasikan.
2.1.2 Unsur-Unsur Komunikasi Politik
Pureklolon (2016:8) menyebutkan ada lima unsur dalam komunikasi politik,
yakni sebagai berikut.
1. Komunikator Politik
8
Semua pihak yang ikut terlibat dalam proses penyampaian pesan.
Pihak-pihak ini dapat berbentuk individu, kelompok, organisasi,
lembaga, ataupun pemerintah.
2. Pesan Politik
Pesan politik merupakan pernyataann yang disampaikan, baik tertulis
maupun tidak, dalam bentuk simbol atau verbal yang mengandung
unsur politik.
3. Saluran atau Media Politik
Dalam perkembangannya sekarang ini, media massa dianggap
sebagai saluran yan paling tepat untuk melakukan proses komunikasi
politik.
4. Penerima Pesan Politik
Semua lapisan masyarakat diharapkan memberikan repons terhadap
pesan komunikasi politik, misalnya memberikan suara pada
pemilihan umum.
5. Efek atau Pengaruh
Efek merupakan pengukur seberapa jauh pesan politik dapat diterima
dan dipahami.
2.1.3 Fungsi Komunikasi Politik
Menurut Brian McNair dalam Cangara (2009:39) menjabarkan bahwa
komunikasi politik sebagai disiplin ilmu memiliki lima funsi dasar, yakni sebagai
berikut.
9
1. Memberikan informasi kepada masyarakat apa yang terjadi di
sekitarnya. Di sini media komunikasi memiliki fungsi pengamatan dan
juga fungsi monitoring apa yang terjadi di dalam masyarkat.
2. Mendidik masyarakat terhadap parti dan signifikansi fakta yang ada. Di
sini para jurnalis diharapkan melihat fakta yang ada sehingga berusaha
membuat liputan ayng objektif (objective reporting) yang bisa mendidik
masyarakat atas realitas fakta tersebut.
3. Menyediakan diri sebagai platform untuk menampung masalah-masalah
politik sehingga bisa jadi wacana dalam membentuk opini publik, dan
mengembalikan hasil opini itu kepada masyarkat. Dengan cara
demikian, bisa memberi arti dan nilai pada usaha penegakan demokrasi.
4. Membuat publikasi yang ditujukan kepada pemerintah dan lembaga-
lembaga politik. Di sini media bisa berfungsi sebagai anjing penjaga
(watchdog) sebagaimana pernah terjadi dalam kasus mundurnya Nixon
sebagai Presiden Amerika karena terlibat dalam kasus Watergate.
5. Dalam masyarakat yang demokratis, media politik berfungsi sebagai
saluran advokasi yang bisa membantu agar kebijakan dan program-
program lembaga politik dapat disalurkan kepada media massa.
2.2 Partai Politik
2.2.1 Pengertian Partai Politik
Partai politik adalah suatu kelompok yang terkelola yang anggota-anggotanya
mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama (Budiarjo, 2002:161).
10
2.2.2 Prinsip Dasar Partai Politik
Menurut Cangara (2009:209) ada tiga prinsip dasar dari partai politik, yakni
sebagai berikut.
1. Partai Sebagai Koalisi
Yakni membentuk koalisi dari berbagai kepentingan untuk
membangun kekuatan mayoritas. Partai yang dibentuk atas dasar
koalisi di dalamnya terdapat faksi-faksi.
2. Partai Sebagai Organisasi
Untuk menjadi institusi yang eksis, dinamis, dan berkelanjutan partai
politik harus dikelola. Partai harus dibina dan dibesarkan sehingga
mampu menarik dan menjadi wadah perjuangan, sekaligus
representasi dari sejumlah orang atau kelompok.
3. Partai Sebagai Pembuat Kebijakan (Policy Making)
Partai politik juga berbeda dengan kelompok sosial lainnya dalam hal
pengambilan kebijakan. Partai politik mendukung secara kongkret
para calon yang mereka ajukan untuk menduduki jabatan-jabatan
publik.
2.3 Citra
2.3.1 Pengertian Citra
Menurut Jalaluddin Rakhmat (2012) citra adalah penggambaran tentang
realitas dan tidak harus sesuai dengan realitas, citra adalah dunia dalam persepsi.
Citra adalah kesan yaang diperoleh seseorang berdasarkan pengetahuan dan
pengertiannya tentang fakta-fakta atau kenyataan (Soemirat dan Elvinaro, 2012:
114).
11
Frank Jefkins dalam Soemirat dan Elvinaro (2012) menyebutkan bahwa citra
diartikan sebagai kesan seseorag atau individu tentang sesuatu yang muncul sebagai
hasil pengetahuan dan pengalamannya.
Menurut Muslimin (2004), menyebutkan citra lebih bersifat abstraksi
mengenai suatu pandangan, persepsi, opini, penilaian secara umum yang
mengandung pengertian positif. Citra adalah tujuan utama, dan sekaligus merupakan
reputasi dan prestasi yang hendak dicapai bagi dunia hubungan masyarakat
(kehumasan) atau public relation. Pengertian citra itu sendiri abstrak (intangiable)
dan tidak dapat diukur secara matematis, tetapi wujudnya bisa dirasakan dari hasil
penelitian baik atau buruk, seperti penerimaan dan tanggapan baik positif maupun
negatif yang khususnya datang dari public (khalayak sasaran) dan masyarakat luas
pada umumnya.
2.3.2 Jenis-jenis Citra
Frank Jefkins dalam Soemirat dan Elvinaro (2012:117), membagi citra dalam
beberapa jenis, antara lain:
1. The mirror image (cerminan citra)
Yaitu bagaimana dugaan (citra) manjemen terhadap publik eksternal
dalam melihat perusahaannya.
2. The current image (citra kini)
Yaitu citra yang terdapat pada publik eksternal, yang berdasarkan
pengalaman atau menyangkut miskinnya informasi dan pemahanman
publik eksternal. Citra ini bisa saja bertentangan dengan mirror
image.
3. The wish image (citra yang diinginkan)
12
Yaitu manajemen menginginkan pencapaian prestasi tertentu. Citra
ini diaplikasikan untuk sesuatu yang baru sebelum publik eksternal
memperoleh informasi secara lengkap.
4. The multiple image (citra yang berlapis)
Yaitu sejumlah individu, kantor cabang atau perwakilan perusahaan
lainnya dapat membentuk citra tertentu yang belum tentu sesuai
dengan keseragaman citra seluruh organisasi atau perusahaan.
2.3.3 Proses Pembentukan Citra
Citra terbentuk berdasarkan pengetahuan dan informasi-informasi yang
diterima seseorang, komunikasi secara tidak langsung menimbulkan prilaku
tertentu, tetapi cenderung mempengaruhi cara kita mengorganisasikan citra kita
tentang lingkungan dalam (Soemirat dan Elvinaro, 2012:114).
Soemirat dan Elvianaro lebih lanjut mengungkapkan proses pembentukan
citra dalam struktur kognitif yang sesuai dengan pengertian sistem komunikasi oleh
Jhon. S. Nimpoerno dalam laporan penelitian tentang tingkah laku konsumen dalam
(Soemirat dan Elvinaro, 2012:115) sebagai berikut:
Model Pembentukan Citra
Pengalaman mengenal stimulus
Kognisi
Stimuilus Persepsi Sikap Respon
Rangsan Perilaku
Motivasi
Gambar 1. Model Pembentukan Citra
13
Model pembentukan citra menunjukan bahwa struktur yang berasal dari luar
diorganisasikan dan mempengaruhi respon. Stimulus (rangsang) yang diberikan
individu dapat diterima dan ditolak. Jika stimulus yang diberikan ditolak, maka
proses selanjutnya tidak akan berjalan, hal ini menunjukan bahwa stimulus tersebut
tidak efektif dalam mempengaruhi individu atau publik, karena tidak adanya respon
atau perhatian dan sasaran yang hendak dituju.
Empat komponen, yakni persepsi, kognisi, motivasi, dan sikap diartikan
sebagai citra individu terhadap rangsang. Oleh Walter Lipman disebut sebagai
“Picture Our Head”. Jika stimulus mendapat perhatian, maka individu akan
berusaha untuk mengerti stimulus yang diberikan. Pada dasarnya pembentukan
citra adalah respon dari stimulus yang diberikan, akan tetapi proses tersebut akan
berbeda hasilnya karena dipengaruhi oleh persepsi, kognisi, motivasi, dan sikap
yang berbeda pula.
2.4 Iklan
2.4.1 Pengertian Iklan
Rendra Widyatama (2007) dalam buku Pengantar Periklanan menjelaskan
bahwa iklan merupakan bentuk kegiatan komunikasi non personal yang
disampaikan lewat media dengan membayar ruang yang dipakainya untuk
menyampaikan pesan yang bersifat membujuk (persuasive) kepada konsumen oleh
perusahaan, lembaga non komersil, maupun pribadi yang berkepentingan.
Menurut Lovelock dan Wright dalam dalam buku Komunikasi: Serba Ada
Serba Makna menyebutkan iklan adalah bentuk komunikasi-komunikasi non pribadi
yang dilakukan pemasar untuk diinformasikan, mendidik, atau membujuk pasar
sasaran. (Liliweri, 2011:537).
14
2.4.2 Tujuan Iklan
Menurut Liliweri (2011:540) ada tiga tujuan iklan, diantaranya sebagai
berikut:
1. Mengirimkan informasi
Ketika produsen untuk pertama kali memproduksi suatu produk,
maka dia akan melakukan tugas utama yaitu “mengirimkan
informasi” kepada khalayak bahwa telah hadir sebuah produk baru.
2. Mempersuasi audiens
Iklan merupakan salah satu bentuk komunikasi persuasif, yaitu
komunikasi komunikasi yang bertujuan untuk “membujuk” para
penerima informasi agar mengubah sikap atau persepsi mereka
sebagaimana yang dikehendaki oleh pengirim informasi.
3. Mengingatkan audiens
Pada dasarnya setiap produsen tidak mau kehilangan pasar atas
semua hasil produksinya.
Sedangkan menurut Monle Lee dan Carla Johnson (2007) fungsi iklan itu
sendiri tergantung pada efek yang akan diukur pada masyarakat. Adapun fungsi
iklan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Fungsi Informasi (informing)
Dimana iklan pada fungsi ini memberitahu konsumen tentang
produk-produk baru. Periklanan memfasilitasi pengenalan
(introduction) merk-merk baru, meningkatkan jumlah permintaan
terhadap merk-merk yang telah ada dan meningkatkan puncak
kesadaran dalam benak konsumen TOMA (Top of Mind
15
Awareness) untuk merk-merk yang sudah ada dalam kategori
produk yang matang
2. Fungsi Persuasif
Membujuk para konsumen untuk membeli merk-merk tertentu atau
mengubah sikap mereka terhadap produk perusahaan tersebut.
a) Fungsi Pengingat
Terus menerus mengingatkan para konsumen tentang sebuah
produk sehingga mereka akan tetap membeli produk yang
diiklankan tanpa memperdulikan merk pesaingnya.
b) Fungsi Menambah Nilai (Adding Value)
Terdapat tiga cara mendasar dimana perusahaan dapat memberi
nilai tambah bagi penawaran-penawarannya, seperti: inovasi,
penyempurnaan kualitas, atau mengubah persepsi konsumen.
2.4.3 Efek Pesan Iklan
Harapan dari dibuatnya sebuah iklan adalah untuk mendapatakan efek atau
pengaruh. Setiap individu mempunyai faktor pribadi yang mempengaruhi
penerimaan suatu pesan atau informasi dalam proses komunikasi. Dalam Nurudin
(2011) menjelaskan teori-teori selective influence, yakni sebagai berikut:
1. Selective Attention (memilih memperhatikan pesan tertentu)
Individu cenderung memperhatikan dan menerima terpaan pesan
media massa yang sesuai dengan pendapat dan minatnya.
2. Selective Perception
16
Seorang individu secara sadar akan mencari media yang bisa
mendorong kecenderungan dirinya, yakni berupa pendapat, sikap,
atau keyakinan dalam menafsirkan sebuah pesan.
3. Selective Retention
Kecenderungan seseorang hanya untuk pesan yang sesuai dengan
pendapat dan kebutuhan dirinya.
4. Selective Recall
Dalam selective recall ini seseornag cenderung memiliki kembali
hanya pesan-pesan uang diingat saja. Jadi prinsip inimeskipun
parallel dengan seleksi pada perhatian, namun setiap orang memilih
pesan iklan yang paling berkesan saja.
5. Selective Action
Selective action dalam periklanan mungkin mengarahkan seseorang
untuk memutuskan jenis produk yang dipilihnya setelah menimbang
keuntungan dan kerugian dari semua produk yang sama.
2.4.4 Jenis-Jenis iklan
Menurut (Monle Lee dan Carla Johnson, 2007:3-10) iklan dapat
diklasifikasikan dalam beberapa tipe besar, yakni sebagai berikut:
1. Iklan produk
2. Iklan eceran
3. Iklan koorporasi
4. Iklan bisnis ke bisnis
5. Iklan politik
6. Iklan direktori
17
7. Iklan respon langsung
8. Iklan layanan masyarakat
9. Iklan advokasi
2.4.5 Iklan Politik
Menurut Monle Lee (2007) iklan politik secara singkat di deskripsikan sebagai
penyiaran yang bersifat informatif dan persuasif dengan tujuan untuk meraih
pemberi suara dan memberikan mereka pilihan politik yang meliputi partai politik,
kandidat, serta program.
2.4.6 Macam-macam Iklan Politik
Robert Baukus dalam Cangara (2009) membedakan iklan politik menjadi
empat macam, yaitu:
1. Iklan serangan, yang ditujukan unruk mendiskrediktkan lawan.
2. Iklan argumen, yang memperlihatkan kemampuan para kandidat
untuk mengatasi masalah yang mereka hadapi.
3. Iklan ID, yang memberi pemahaman siapa sang kandidat kepada para
pemlih.
4. Iklan resolusi, di mana para kandidat menyimpulkan pemikiran
mereka untuk para pemilih.
2.5 Audiens
2.5.1 Pengertian Audiens
Indonesia McQuail (2011) menyebutkan audiens adalah sekumpulan orang
yang menjadi pembaca, pendengar, dan pemirsa berbagai media atau komponen
beserta isinya. Seperti pendengar radio atau penonton televisi.
18
McQuail (2011:145) juga menyebutkan beberapa konsep alternatif tentang
audiens, yakni sebagai berikut:
1. Audiens sebagai kumpulan penonton, pembaca, pendengar, pemirsa.
Konsep audiens diartikan sebagai penerima pesan-pesan dalam
komunikasi massa, yang keberadaannya tersebar, heterogen, dan
berjumlah banyak. Pendekatan sosial budaya sangat menonjol untuk
mengkaji konsep ini.
2. Audiens sebagai massa. Konsep audiens diartikan sebagai suatu
kumpulan orang yang berukuran besar, heterogen, penyebaran, dan
anomitasnya serta lemahnya organisasi sosial dan komposisinya yang
berubah dengan cepat dan tidak konsisten. Massa tidak emiliki
keberadaan (eksistensi) yang berlanjut kecuali dalam pikiran mereka
yang ingin memperoleh perhatian dari dan memanipulasi orang-orang
sebanyak mungkin. McQuail menyatakan bahwa konsep ini sudah tidak
layak lagi dipakai.
3. Audiens sebagai kelompok sosial atau publik. Konsep audiens diartikan
sebagai suatu kumpulan orang yang terbentuk atas dasar suatu isu,
minat, atau bidang keahlian. Audiens ini aktif untuk memperoleh
informasi dan mendiskusikannya dengan sesama anggota audiens.
Pendekatan sosial politik sangat menonjol untuk mengkaji konsep ini.
4. Audiens sebagai pasar. Konsep audiens diartikan sebagai konsumen
media dan sebagai audiens (penonton, pembaca, pendengar, atau
pemirsa) iklan tertentu. Pendekatan sosial ekonomi sangat menonjol
untuk mengkaji konsep ini.
19
2.6 Teori Audiens
2.6.1 Teori Perbedaan Individu (The Individual Differences Theory of Mass
Communication Effects)
Audiens mempunyai cara berpikir berbeda satu sama lain, mempunyai
pengalaman berbeda, serta merespon pesan yang diterima. (Nurudin, 2011:105)
sebagai komunikan yang diterpa stimuli, audiens tentu saja akan memberikan respon
dan akan berbeda satu dengan yang lainnya.
Menurut Melvin De Fleur dalam McQuail (2011) mengatakan bahwa masing-
masing individu memiliki motivasi dan pengalaman yang berbeda sebagai hasil
belajar dari lingkungannya yang berbeda-beda pula. Dari lingkungannya yang
berbeda ini, akan terbentuk sikap, nilai-nilai serta kepercayaan individu yang
mendasari kepribadian mereka, kemudian akan mempengaruhi cara mereka
memandang dan menghadapi sesuatu.
Melvin De Fleur dan Sandra Ball –Rokeach dalam (Nurudin, 2011:106-107)
mengemukaan teori komunikasi massa audiens dalam melihat efek media massa,
terkait interkasi dan tindakan audiens terhadap isi media. Teori komunikasi massa
audiens tersebut terbagi ke dalam 3 perspektif, yakni sebagai berikut.
1. Individual Difference Perspective
Menggambarkan perilaku audiens berdasar teori stimulus-respon
yang mana tidak ada audiens yang merespon pesan relative sama
tergantung pada kondisi psikologis individu, yang berasal dari
pengalaman masa lalunya.
2. Social Categories Perspective
20
Audiens yang mengikuti perkumpulan sosial cenderung memiliki
kesamaan norma sosial, nilai, dan sikap. Masing-masing inividu
memiliki kecenderungan yang sama pula dalam merespon pesan,
seperti yang dilakukan anggota kelompok lain dalam perkumpulan
sosial.
3. Social Relation Perspective
Hubungan informal mempengaruhi audiens. Dampak komunikasi
massa yang diberikan, diubah menjadi sangat hebat oleh individu
yang mempunyai kekuatan hubungan sosial dengan anggota audiens.
2.6.2 Teori Stimulus – Respon (S – R)
Menurut Prof. Onong Uchjana Effendy Teori S-O-R adalah singkatan dari
Stimulus – Organisme – Respon ini semula berasal dari psikologi. Kalau kemudian
menjadi teori komunikasi tidaklah mengherankan, karena objek material dari
psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi
komponen-komponen: sikap, opini, perilaku, kognisi, afektif, dan konasi. (Effendy,
2002:225) Teori stimulus respon ini pada dasarnya merupakan suatu prinsip belajar
yang sederhana, dimana efek merupakan reaksi terhadap stimulus tertentu. Dengan
demikian, seseorang dapat menjelaskan suatu ikatan erat antara pesan-pesan media
dan reaksi audience.
Kemudian McQuail (2011) menjelaskan elemen-elemen utama dari teori ini
adalah: Pesan (Stimulus), Seorang Penerima (Organism), dan Efek (Respons). Teori
Stimulus Organisme Response (S-O-R) menjelaskan pengaruh yang terjadi pada
pihak penerima sebagai akibat dari komunikasi. Besar kecilnya pengaruh serta
dalam bentuk apa pengaruh itu terjadi, tergantung pada isi penyampaian stimulus.
21
Kemudian dijelaskan oleh De Fleur dalam buku Teori Komunikasi Massa oleh
McQuail (2011) dimana behaviorisme sangat berpengaruh terhadap model ini.
Model efek media massa tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1. Harus memperhitungkan reaksi individu, karena sekalipun reaksi yang
diharapkan telah terlihat bukti itu berbeda-beda sesuai dengan
perbedaan kepribadian, sikap kecerdasan, minat, dan sebagainya.
2. Semakin jelas bahwa reaksi itu berbeda-beda secara sistematis sesuai
dengan kategori sosial penerima yang antara lain berdasarkan usia,
pekerjaan, gaya hidup, jenis kelamin, agama, dan sebagainya.
2.7 Fokus Penelitian
Fokus dalam penelitian ini diarahkan pada respon serta tanggapan terhadap
iklan Partai Solidaritas Indonesia yang diperoleh dari anggota Himpunan Mahasiswa
Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang periode 2018-2019 berdasarkan
fakta yang ada di dalam iklan versi “Seberapa Indonesianya Kamu?”
Fakta yang ditentukan oleh peneliti adalah fakta yang mengarah atau mengacu
pada Partai Solidaritas Indonesia adalah partai politik cerminan generasi muda
Indonesia. Hal tersebut bisa kita lihat dalam iklan Partai Solidaritas Indonesia dalam
versi “Seberapa Indonesianya Kamu?”
Fakta-fakta di dalam iklan versi “Seberapa Indonesianya Kamu?” yang
mengarah pada Partai Solidaritas Indonesia adalah partai politik cerminan generasi
muda Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Grace Natalie sebagai talent utama yang juga menjabat ketua umum saat
ini masih berusia 37 tahun.
2. Pakaian semi formal yang dipakai talent.
22
3. Bahasa tubuh atau gesture talent energik, dan bersemangat.
4. Gaya bicara talent yang khas.
5. Kemunculan materi humor yang identik dengan generasi muda.
6. Dari sisi senimatografi, video iklan ini terlihat sederhana namun
dinamis.
7. Penggunaan durasi singkat
Setelah menentukan fakta-fakta yang terdapat dalam iklan versi “Seberapa
Indonesiannya Kamu?” peneliti berusaha mengungkap respon atau tanggapan
penonton. Tidak berhenti disitu peneliti juga akan mendeskripsikan hasil respon atau
tanggapan penonton.