33
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengetahuan 2.1.1 Pengertian Pengetahuan Pengetahuan ialah merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu : indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoadmodjo 2003). 2.1.2 Tingkat Pengetahuan Benjamin Bloom (1956), seorang ahli pendidikan membuat klasifikasi (taxonomy) pertanyaan-pertanyaan yang dapat dipakai untuk merangsang proses berpikir pada manusia. Menurut Bloom kecakapan berfikir pada manusia dapat dibagi dalam 6 kategori yaitu : 1. Pengetahuan (knowledge) Mencakup keterampilan mengingat kembali faktor-faktor yang pernah dipelajari. 2. Pemahaman (comprehension) Meliputi pemahaman terhadap informasi yang ada. 3. Penerapan (aplication) Mencakup keterampilan menerapkan informasi atau pengetahuan yang telah dipelajari kedalam situasi yang baru.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengetahuaneprints.ung.ac.id/4872/5/2013-1-14201-841409010-bab2... · Dengan menurunkan berat badan, penyakit yang ada biasanya ... Sumber : Konsesus

  • Upload
    vanbao

  • View
    221

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pengetahuan

2.1.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan ialah merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

terjadi melalui panca indera manusia yaitu : indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui

mata dan telinga (Notoadmodjo 2003).

2.1.2 Tingkat Pengetahuan

Benjamin Bloom (1956), seorang ahli pendidikan membuat klasifikasi

(taxonomy) pertanyaan-pertanyaan yang dapat dipakai untuk merangsang proses

berpikir pada manusia. Menurut Bloom kecakapan berfikir pada manusia dapat

dibagi dalam 6 kategori yaitu :

1. Pengetahuan (knowledge)

Mencakup keterampilan mengingat kembali faktor-faktor yang pernah

dipelajari.

2. Pemahaman (comprehension)

Meliputi pemahaman terhadap informasi yang ada.

3. Penerapan (aplication)

Mencakup keterampilan menerapkan informasi atau pengetahuan yang

telah dipelajari kedalam situasi yang baru.

4. Analisis (analysis)

Meliputi pemilihan informasi menjadi bagian-bagian atau meneliti dan

mencoba memahami struktur informasi.

5. Sintesis (synthesis)

Mencakup menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang sudah ada

untuk menggabungkan elemen-elemen menjadi suatu pola yang tidak ada

sebelumnya.

6. Evaluasi (evaluation)

Meliputi pengambilan keputusan atau menyimpulkan berdasarkan kriteria-

kriteria yang ada biasanya pertanyaan memakai kata : pertimbangkanlah,

bagaimana kesimpulannya.

2.1.3 Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subjek penelitian atau

responden (Soekidjo, 2003).

2.1.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

a. Pendidikan

Menurut Satria (2008), Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan

seseorang kepada orang lain terhadap suatu hal agar mereka dapat

memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan

seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada

akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya,

jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat

perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan, informasi dan nilai-

nilai yang baru diperkenalkan.

Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk

mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran

pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Semakin rendah tingkat pendidikan

yang dimiliki maka akan semakin rendah pula kemampuan yang akan

dimiliki seseorang dalam menyikapi suatu permasalahan. (Notoatmodjo,

2003)

b. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh

pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak

langsung.

c. Umur

Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek

psikis dan psikologis (mental). Pertumbuhan fisik secara garis besar ada

empat kategori perubahan, yaitu perubahan ukuran, perubahan proporsi,

hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat

pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis dan mental taraf berfikir

seseorang semakin matang dan dewasa.

d. Minat, sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap

sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu

hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.

e. Pengalaman, adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam

berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang

kurang baik seseorang akan berusaha untuk melupakan, namun jika

pengalaman terhadap obyek tersebut menyenangkan maka secara

psikologis akn timbul kesan yang membekasa dalam emosi sehingga

menimbulkan sikap positif

f. Kebudayaan lingkungan sekitar, apabila dalam suatu wilayah mempunyai

budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin

masyarakat sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan

lingkungan.

g. Informasi, kemudahan memperoleh informasi dapat membantu

mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.

2.2. Pengertian Diabetes Melitus.

Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang timbul akibat

kadar gula darah yang tinggi. Kadar gula darah yang tinggi itu disebabkan

ketidakmampuan tubuh memproduksi hormon insulin atau penggunaan yang tidak

efektif dari produksi insulin. Gula darah dapat meningkat karena makanan, stres,

sakit dan obat-obatan tertentu. (Holistic Health Solution, 2011, hal. 1)

Diabetes Melitus adalah penyakit seumur hidup dimana tubuh seseorang

tidak memproduksi cukup insulin atau tidak dapat menggunakan insulin yang

diproduksi dengan baik. Insulin adalah hormon yang menolong mengatur dan

mengendalikan fungsi tubuh tertentu. Insulin dihasilkan oleh pankreas, sebuah

kelenjar buntu yang kecil yang terdapat dibawah lambung. Di dalam pankreas itu

terdapat sel-sel beta yang khas yang biasa disebut pulau Langenrhans yang

mngeluarkan insulin langsung ke aliran darah. Disana insulin mengendalikan

glukosa dalam darah.(Johnson, 2005, Hal. 19)

Pembagian Diabetes Melitus mengalami perkembangan dan perubahan

dari waktu ke waktu. Dahulu Diabetes Melitus dikelompokan berdasarkan waktu

munculnya (time of set). Diabetes Melitus yang munucul sejak masa kanak-kanak

disebut Juvenil Diabetes, sedangkan yang baru muncul setelah berumur diatas 45

tahun disebut sebagai Adult Diabetes. Namun, klasifikasi ini sudah tidak layak

dipertahankan lagi, karena banyak sekali kasus-kasus diabetes muncul pada usia

20-39 tahun, yang menimbulkan kebingungan untuk mengklasifikasikannya.

WHO telah beberapa kali mengajukan klarifikasi Diabetes melitus. Pada tahun

1965, WHO mengajukan beberapa istilah dalam pengolompokan Diabetes

Melitus, antara lain Childhood Diabetics, Young Diabetics, Adult Diabetics, dan

Elderly Diabetics (Ghoffar, 2012, Hal.27-28).

Diabetes melitus merupakan suatu penyakit manahun yang ditandai

dengan kadar glukosa darah melebihi nilai normal (gula darah normal 80-120

mg%). Apabila penyakit ini dibiarkan tak terkendali maka akan menimbulkan

komplikasi – komplikasi yang berakibat fatal, seperti penyakit jantung, ginjal,

kebutaan dan amputasi. Karena itu Diabetes Melitus kini sudah merupakan

masalah nasional. Penyakit ini tercantum dalam urutan nomor 4 priorotas nasional

penyakit degeneratif (Pranadji, 2002).

2.2.1. Klasifikasi Penyakit Diabetes Mellitus.

Ada beberapa klasifikasi dari Diabetes melitus, yang paling utama adalah :

Diabetes Melitus tipe I yaitu Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM),

Diabetes Melitus tipe II yaitu Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM),

Diabetes yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya dan Diabetes

Melitus Gestational (GDM) (Brunner and Sudath, 2002).

Defisiensi insulin juga menggangu metabolisame protein dan lemak yang

menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningakatan

selera makan (polifagia) akibat menurunnya simpangan kalori.

a. Diabetes Melitus Tipe I (IDDM)

Diabetes Melitus tipe I adalah penyakit hiperglikemia akibat ketiadaan

insulin. Penyakit ini disebut Insulin Dependen Diabetes Melitus (IDDM).

Pengidap penyakit ini harus mendapat insulin pengganti, Diabetes tipe I biasanya

dijumpai pada orang yang tidak gemuk berusia kurang dari 30 tahun, dengan

perbandingan laki-laki lebih banyak dari pada wanita. Kerusakan sel pembuat

insulin dan sistem kekebalan tubuh sebagai pemicu diabetes tipe I. Karena itu,

penderita Diabetes Melitus tipe I memerlukan suntikan insulin setiap hari, selain

mengatur menu makanan yang telah ditentukan kalorinya sesuai kebutuhan.

b. Diabetes Melitus Tipe II (NIDDM)

Diabetes Melitus tipe II yaitu Diabetes yang tidak tergantung dengan

insulin. Diabetes tipe II ini terjadi akibat sensitivitas terhadap insulin ( yang

disebut resistensi insulin) atau akibat penurunan jumlah produksi insulin. Diabetes

tipe II pada mulanya diatasi dengan diet dan latihan atau olahraga. Jika kenaikan

glukosa tetap terjadi, terapi diet dan latihan tersebut dilengkapi dengan obat

hipoglikemik oral (OHO). Pada sebagian penyandang diabetes tipe II, obat oral

tidak mengendalikan keadaan hiperglikemia sehingga diperlukan penyuntikan

insulin.

Kelompok Diabetes Melitus tipe II kebanyakan timbul pada penderita

diatas usia 40 tahun. Penderita Diabetes melitus tipe II inilah yang terbanyak di

Indonesia. Konon mencapai 90% dan umumnya disertai dengan kegemukan.

Pengobatannya diutamakan dengan perencanaan makan yang baik dan latihan

jasmani yang teratur. Pankreas masih relatif menghasilkan insulin, tetapi insulin

yang ada bekerja kurang sempurna karena adanya resistensi insulin akibat

kegemukan. Dengan menurunkan berat badan, penyakit yang ada biasanya

terkendali.

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan

sekresi insulin pada Diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik

diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.

c. Diabetes Melitus Gestasional (DMG)

Diabetes Gestasional terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak

mengidap Diabetes Melitus. Sekitar 50% wanita pengidap kelainan ini akan

kembali ke status non Diabetes Melitus setelah kehamilan berakhir. Namun

beresiko mengalami Diabetes Melitus tipe II pada waktu mendatang lebih besar

dari pada normal.

Penyebab Diabetes Melitus Gestasional dianggap berkaitan dengan

kebutuhan energi dan kadar estrogen, hormon pertumbuhan yang terus menerus

tinggi selama kehamilan. Hormon pertumbuhan dan estrogen merangsang

pengeluaran insulin dan dapat menyebabkan gambaran sekresi insulin seperti

Diabetes Melitus tipe II yang akhirnya menyebabkan penurunan responsivitas sel.

Hormon pertumbuhan memiliki beberapa efek anti insulin, misalnya

perangsangan glikogenolisis (penguraian glikogen) dan penguraian jaringan

lemak. Semua faktor ini mungkin berperan menimbulkan hiperglikemia pada

Diabetes Melitus Gestasional. Wanita yang mengidap Diabetes Melitus

Gestasional mungkin sudah memiliki gangguan subklinis pengontrolan glukosa

bahkan sebelum diabetesnya muncul.

Diabetes Gestasional dapat menimbulkan efek negatif pada kehamilan

dengan meningkatkan resiko malformasi kongenital, lahir mati dan bayi bertubuh

besar yang dapat menimbulkan masalah pada persalinan. Diabetes Melitus

Gestasional secara rutin diperiksa pada pemeriksaan medis pranatal.

2.2.2. Gejala Klinis Diabetes Melitus.

Gejala Diabetes Melitus sering disebut sebagai trias P, yaitu : Polodipsi (

rasa haus sehingga banyak minum), Poliuria (sering kencing terutama malam

hari), Polipagia (sering merasa lapar).

Gejala-gejala yang bisa tampak pada penderita Diabetes Melitus tipe II

yaitu :

a. Adanya perasaan haus secara terus menerus.

b. Sering buang air kecil (kencing) dalam jumlah banyak.

c. Cepat lelah,kehilangan tenaga, dan merasa tidak fit.

d. Mudah sakit yang berkepanjangan.

e. Kelelahan yang berkepanjangan dan tidak ada sebabnya.

f. Biasanya terjadi pada mereka yang berusia di atas 40 tahun, tetapi

prevalensinya kini semakin tinggi pada golongan anak-anak dan

remaja.

Gejala lain yang biasanya muncul, adalah :

a. Penglihatan kabur.

b. Timbulnya borok (luka) pada kaki yang tak kunjung sembuh.

c. Kaki terasa geli, atau merasa terbakar.

d. Infeksi jamur pada saluran reproduksi wanita.

e. Impotensi pada pria.

2.2.3. Faktor Resiko Diabetes Melitus

Indonesia menempati urutan keempat didunia setelah Amerika Serikat,

India, dan China dalam rangka penderita Diabetes Melitus. Diperkirakan

sedikitnya 14 juta orang dinegeri ini menderita diabetes dan setiap tahun

jumlahnya terus meningkat. Ada sejumlah faktor yang dianggap bisa meningkat

risiko diabetes, yakni:

a. Kadar glukosa darah tinggi

b. Adanya riwayat keluarga

c. Kelebihan berat badan

d. Kurang beraktivitas

e. Usia

f. Riwayat Diabetes Gestasional

g. Sindrom ovarium polikistik

h. Hipertensi atau lemak darah yang abnormal.

(Diabetes di Usia Muda, 2011. Hal.10-11)

Tabel 2.1. Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan atau

penyaring Diagnosa Diabetes Melitus (mg/dl)

Bukan DM Belum Pasti DM DM

Kadar Glukosa Darah

sewaktu (mg/dl)

<110 110-199 ≥200

<90 90-199 ≥200

Kadar Glukosa Darah

Puasa (mg/dl)

<110 110-125 ≥126

<90 90-109 ≥110

Sumber : Konsesus Pengelolaan Diabetes Melitus tipe 2 di Indonesia 2002

2.2.4. Komplikasi Diabetes Melitus

Komplikasi penyakit Diabetes Melitus dapat dibagi dua yaitu : akut dan

kronis. Terdapat dua bentuk komplikasi akut yaitu :

1. Hipoglikemia

Hipoglikemia adalah kadar gula darah (true glukose) penderita yang

sangat rendah, yaitu kurang dari 50 mg/dl. Kadang-kadang gejala timbul pada

kadar gula darah tinggi bila penurunan kadar glukosa darah terjadi sangat cepat.

Keadaan ini terjadi mendadak dan dapat dipastikan dengan mengukur kadar gula

darah. Hipoglikemia yang terjadi harus diatasi dengan segera, bila tidak akan

cepat menjadi parah dan dapat menyebabkan kematian.

Gejala yang timbul dapat ringan berupa gelisah sampai berat berupa koma

dan kejang-kejang. Gejala dini hipoglikemia yaitu keringat dingin pada muka

terutama hidung, gemetar, lemas, rasa lapar, mual, tekanan darah, turun, gelisah,

jantung berdebar, sakit kepala, serta kesemutan dijari tengah dan bibir. Bila

dibiarkan tanpa petolongan maka penderita menjadi tidak sadar (koma) dengan

atau tanpa kejang.

2. Hiperglikemia

Hiperglikemia adalah keadaan dimana kadar glukosa darah

melonjak/meningkat secara tiba-tiba. Keadaan ini dapat disebabkan antara lain

oleh stres, infeksi, dan konsumsi obat-obatan tertentu. Hiperglikemia ditandai

dengan poliuria, polidipsia, polifa gia, kelelahan yang parah (fatigue), dan

pandangan kabur. Apabila diketahui dengan cepat, hiperglikemia dapat dicegah

sehingga tidak menjadi parah. Hiperglikemia dapat memperburuk gangguan-

gangguan kesehatan seperti gastroparesis, disfungsi ereksi, dan infeksi jamur pada

vagina (Ghoffar, 2012)

Gejala yang timbul antara lain merasa letih, sangat haus, mengeluarkan

kencing yang sangat banyak, mual, muntah, nyeri daerah perut, nafas cepat dan

dalam serta berbau aseton, kebingungan mental, dan akhirnya kehilangan

kesadaran.

Keadaan ini terjadi akibat tubuh sangat kekurangan insulin yang sifatnya

mendadak (akut). Glukosa darah yang tinggi tidak dapat digunakan untuk

memenuhi kebutuhan energi. Keadaan ini menyebabkan terjadinya perubahan

metabolik di dalam tubuh. Untuk memenuhi kebutuhan energi , sel lemak dipecah

dan menyebabkan terbentuknya keton yang dapat ditemukan di air kencing dan

dirasakan baunya pada pernafasan. Bila keadaan ini terus melanjut tanpa

pengobatan maka keton yang terburuk akan terakumulasi dan ini sangat

membahayakan. Darah menjadi asam dan jaringan tubuh akan rusak. Akhirnya

penderita tidak sadarkan diri dan menjadi koma. Komplikasi ini dikenal juga

dengan nama koma diabetik atau koma hiperglikemik.

2.2.5. Pencegahan

Melihat bahwa gangguan keseimbangan kadar gula darah dapat

dipengaruhi oleh konsumsi makanan yang berlebihan (pola makan yang salah)

dan kegiatan yang penuh tekanan (gaya hidup stress), maka Diabetes dapat

dicegah dengan cara-cara sebagai berikut :

Bila mengalami kegemukan turunkan berat badan.

Lakukan olahraga/latihan aerobik (berenang, bersepeda, joging (jalan

cepat)) paling tidak tiga kali seminggu.

Konsumsi gula sedikit mungkin atau seperlunya saja, karena bukan

merupakan bagian penting dari menu yang sehat. Kebutuhan zat gula

darah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh dapat dipenuhi dari karbohidrat

yang berasal dari beras, sereal, roti, kentan-kentan dalam menu sehari-hari.

Setelah berumur 40 tahun, periksa kadar gula urine anda setiap tahun,

terutama bila anda mempunyai riwayat keluarga penderita diabetes

2. Penatalaksanaan makanan untuk penderita Diabetes Melitus.

Telah diketahui, bahwa Diabetes Melitus merupakan penyakit degeneratif

dengan demikian menurut teori, tidak ada obat yang dapat menyembuhkan

penderita Diabetes seperti sebelumnya terserang penyakit ini. Oleh karena itu,

tujuan umum pengobatan Diabetes Melitus adalah adalah memperpanjang umur

dan meningkatkan kualitas hidup penderita.

Untuk mencapai semua tujuan diatas pengobatan Diabetes Melitus

meliputi :

Pengaturan makanan dengan memperhatikan kebutuhan gizi penderita

untuk mengurangi tanda-tanda dan gejala klinik.

Latihan jasmani/olahraga

Pendidikan/penyuluhan

Obat Hipoglikemik Oral (OHO)

2.4 Konsep Kepatuhan

Kepatuhan adalah tingkat perilaku pasien yang setuju terhadap instruksi

atau petunjuk yang diberikan dalam bentuk apapun (Stanley, 2006). Sarafino

(1990) mendefinisikan kepatuhan atau ketaatan (compliance atau adherence)

sebagai tingkat pasien melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang

disarankan oleh dokternya atau oleh tim medis lainnya (Smet, B, 1994).

2.4.1 Variabel Yang Mempengaruhi Tingkat Kepatuhan

Beberapa variabel yang mempengaruhi tingkat kepatuhan menurut

suddart dan bunner (2002) adalah :

Variabel demografi seperti usia, jenis kelamin, status sosio ekonomi

dan pendidikan.

Variabel penyakit seperti keparahan penyakit dan hilangnya gejala

akibat terapi.

Variabel program terapeutik seperti kompleksitas program dan efek

samping yang tidak menyenangkan.

Variabel psikososial seperti intelegensia, sikap terhadap tenaga

kesehatan, penerimaan, atau penyangkalan terhadap penyakit,

kayakinan agama atau budaya dan biaya financial dan lainnya yang

termasuk dalam mengikuti hal tersebut diatas juga ditemukan oleh

Bart Smet dalam psikologi kesehatan.

2.4.2 Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan

Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan dapat digolongkan

menjadi empat bagian menurun Niven (2002) antara lain :

a. Pemahaman tentang instruksi

Tak seorang pun dapat mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang

instruksi yang diberikan kepadanya.

b. Kualitas Interaksi

Kualitas interaksi antara profesional kesehatan dan pasien merupakan bagian

yang penting dalam menentukan derajat kepatuhan.

c. Isolasi sosial keluarga

Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruhi dalam menentukan

keyakinan dan nilai kesehatan individu serta juga dapat menentukan tentang

program pengobatan yang dapat mereka terima.

d. Keyakinan, sikap dan kepribadian

Becker et al (1979) dalam Niven (2002) telah membuat suatu usulan bahwa

model keyakinan kesehatan berguna untuk memperkirakan adanya.

Strategi untuk meningkatkan kepatuhan

Menurun Smet (1994) berbagai strategi untuk meningkatkan

Kepatuhan adalah :

a. Dukungan profesional kesehatan

Dukungan profesional kesehatan sangat diperlukan untuk meningkatkan

kepatuhan, contoh yang paling sederhan dalam hal dukungan tersebut adalah

dengan adanya teknik komunikasi. Komunikasi memegang peranan penting

karena komunikasi yang baik diberikan oleh profesional kesehatan baik

Dokter/ perawat dapat menanamkan ketaatan bagi pasien.

b. Dukungan sosial

Dukungan sosial yang dimaksud adalah keluarga. Para profesional kesehatan

yang dapat menyakinkan keluarga pasien untuk menunjang peningkatan

kesehatan pasien maka ketidakpatuhan dapat dikurangi.

c. Perilaku sehat

Modifikasi perilaku sehat sangat diperlukan. Untuk pasien dengan diabetes

diantaranya adalah tentang bagaimana cara untuk menghindari dari

komplikasi lebih lanjut apabila sudah menderita diabetes. Modifikasi gaya

hidup dan kontrol secara teratur atau minum obat sangat diperlukan bagi

pasien diabetes.

d. Pemberian informasi

Pemberian informasi yang jelas pada klien dan keluarga mengenai penyakit

yang dideritanya serta cara pengobatannya

2.5 Pengertian Diet

Diet adalah jumlah asupan makanan yang dikonsumsi oleh seseorang atau

organisme tertentu. Dalam bahasa indonesia, Diet lebih sering ditujukan untuk

menyebut suatu upaya dalam menurunkan atau mengatur asupan nutrisi tertentu

Pengertian diet lainnya yaitu “kegiatan membatasi nutrisi berupa kalori

dengan sengaja, yang dimaksudkan untuk mendapatkan bentuk tubuh yang lebih

kurus”. Dapat diartikan bahwa perilaku diet ini menekankan pada usaha

penurunan berat badan yang dapat dilakukan dengan berbagai cara namun tetap

berfokus pada pengaturan pola makan oleh pelaku diet.

Berikut ini penjabaran beberapa perilaku diet sehat dan diet tidak sehat :

2.5.1 Diet Sehat

Diet sehat adalah cara seseorang memiliki tubuh ideal tanpa

mendatangkan efek samping yang berbahaya bagi tubuh, Diet sehat dapat

dilakukan dengan cara mengurangi masukan kalori kedalam tubuh namun tetap

menjaga pola makan yang dianjurkan oleh pedoman gizi seimbang. Orang yang

melakukan diet untuk alasan kesehatan akan melakukan cara yang sehat pula,

misalkan mengikuti pola makan yang dianjurkan. Sekarang ini sudah banyak

menu makanan untuk diet yang bisa didapatkan dengan mudah dimana dengan

menu ini membuat kebutuhan tubuh terhadap asupan gizi tetap terpenuhi ketika

anda menjalankan program diet.

2.5.2 Diet Tidak Sehat

Diet tidak sehat dapat diasosiakan dengan perilaku yang membahayakan

kesehatan dapat dilakukan dengan berpuasa (diluar niat ibadah) atau melewatkan

waktu makan dengan sengaja, penggunaan obat-obat penurunan berat badan,

penahan nafsu makan, muntah dengan disengaja. Orang-orang yang berdiet

semata-mata bertujuan untuk memperbaiki penampilan dan cenderung menempuh

cara-cara yang tidak sehat untuk menurunkan berat badan mereka (kim &

lennon,2006).

2.6 Pengaturan makanan pada penderita Diabetes Melitus.

Pengaturan makanan diperlukan bagi semua penderita Diabetes Melitus,

baik penderita Diabetes Melitus Tergantung Insulin (DMTI) maupun Diabetes

melitus Tidak Tergantung Insulin ( DMTTI). Pada Diabetes Melitus Tergantung

Insulin (DMTI) pengaturan makanan terutama ditujukan untuk menyesuaikan

waktu dan jumlah makanan yang diberikan. Untuk penderita Diabetes Melitus

Tidak Tergantung Insulin (DMTTI) pengaturan makanan terutama untuk

mengembalikan penderita ke berat badan ideal. Disamping itu, pengaturan makan

pada kedua tipe juga untuk mencegah terjadinya penyakit kardiovaskuler.

(Pranadji, 2002). .

Menurut Smeltzer (2002) kepatuhan pasien terhadap prinsip gizi dan perencanaan

makan merupakan salah satu kendala. Untuk membantu pasien dalam mengikut

sertakan kebiasaan perencanaan makan yang baru dalam gaya hidupnya, maka

keikutsertaanya dalam terapi perilaku, dukungan kelompok dan penyuluhan gizi

yang berkelanjutan sangat dianjurkan.

Penatalaksanaan diet yang harus dilakukan pada pendeita diabetes melitus

yaitu sebagai berikut.

2.6.1 Prinsip Diet

Prinsip pemberian makanan bagi penderita Diabetes Melitus adalah

mengurangi dan mengatur konsumsi karbohidrat sehingga tidak menjadi beban

bagi mekanisme pengaturan gula darah. Saat ini anjuran presentase karbohidrat

berkisar antara 60-68% dari total energi makanan dengan anjuran penggunaan

karbohidrat kompleks yang mengandung serat.

2.6.2 Tujuan Diet

Makanan yang dimakan oleh penderita Diabetes Melitus sehari-hari

disusun agar tujuan diet tercapai. Tujuan diet yaitu :

1. Memperbaiki kesehatan umum penderita

2. Memperbaiki jumlah energi yang cukup untuk memelihara berat badan

ideal/normal

3. Memberikan sejumlah zat gizi yang cukup untuk memelihara tingkat

kesehatan optimal dan aktivitas normal.

4. Menormalkan pertumbuhan anak yang menderita Diabetes Melitus.

Tabel 2. 2. Jumlah kalori yang terkandung dalam zat makanan.

No Zat Makanan Jumlah Kalori

1 1g karbohidrat 4 kalori

2 1 g protein 4 kalori

3 1 g lemak 9 kalori

Sumber : Konsesus Pengelolaan Diabetes Melitus tipe 2 di Indonesia 2002

2.6.3 Komposisi Diet

Komposisi diet yang dianjurkan untuk penderita Diabetes Melitus

berulang kali mengalami perubahan. Mula-mula mengacau pada diet Diabetes

Melitus di Negara barat dengan komposisi karbohidrat rendah, sekitar 40-50%

dari total energi. Namun saat ini dianjurkan energi atau disebut juga diet B.

Disamping anjuran mengenai karbohidrat , protein dan lemak, dianjurkan pula

pemakaian karbohidrat kompleks yang mengandung banyak serat dan rendah

kolesterol.

a. Makan karbohidrat yang tepat

Makanan berikut ini akan dicerna oleh tubuh untuk menghasilkan gula

yang memberikan energi. Terdapat dua jenis karbohidrat, yaitu yang

mengandung gula dan tepung.

Mengandung gula. Contohnya adalah gula, permen dan cokelat, bolu

manis, biskuit manis dan puding, minuman soda. Penderita harus

menghindari makanan tersebut karena kadar gula akan masuk ke dalam

aliran darah dengan cepat, sehingga dapat menyebabkan kenaikan gula

darah secara tiba-tiba. Untuk itu dapat digunakan pemanis buatan, seperti

sakarin, aspartame, dan acelsufame, ke dalam makanan dan minuman

sebagai pengganti gula.

Mengandung tepung. Contohnya adalah roti, kentang, pasta, nasi, sereal,

dan buah. Kandungan gula makanan tersebut sangat rendah dan

merupakan sumber energi yang baik. Karena itu pilihlah makanan tersebut

sebagai menu harian.

b. Makanan lemak yang tepat

Terdapat dua jenis lemak, yakni lemak jenuh dan lemak tak jenuh,

Lemak jenuh (hewani) antara lain terdapat dalam daging berlemak, susu

full cream, mentega, dan lemak babi. Jenis makanan tersebut dapat

menyebabkan masalah dalam sirkulasi darah. Sangat penting mengurangi

jenis makanan tersebut bagi setiap orang.

Lemak tak jenuh. Jenis lemak ini agak lebih baik dibandingkan lemak

jenuh, yang terdapat dalam dua bentuk, yakni :

- Lemak tak jenuh ganda, ditemukan dalam beberapa produk, seperti

minyak bunga matahari, minyak sayuran murni, minyak jagung,dan

margarin bunga matahari.

- Lemak tak jenuh tunggal, antara lain ditemukan dalam minyak zaitun

dan minyak lobak. Jenis lemak ini dapat dipakai sebagai pengganti

lemak jenuh maupun lemak tak jenuh ganda.

Ingatlah bahwa semua jenis lemak tersebut memiliki kalori tinggi dan

akan menyebabkan kenaikan berat tubuh bila dikonsumsi berlebihan.

c. Makan serat yang tepat

Serat ada yang dapat larut (larut dalam air dan lambat menyerap

makanan) dan tak dapat larut ( tidak dapat dicerna dan membantu mencegah

sembelit). Serat yang tak dapat larut juga bermanfaat bila tubuh langsing

karena membuat seseorang merasa kenyang. Maksud penambahan isi serat

dalam makanan tidak berarti makan nasi dan yang lainnya, melainkan harus

mengkonsumsi 30 gram serat setiap harinya. Sangat penting untuk membuat

usus bekerja baik. Beberapa j enis serat yang dapat larut dapat membantu

mengontrol kadar gula darah agar normal dan menjaga tingkat kolesterol

darah agar turun. Makanan, seperti buncis matang, bubur kacang hijau,

bubur gandum, sereal gandum lainnya, maupun kue gandum semuanya kaya

akan serat dapat larut. Sedangkan sereal berkadar tinggi, seperti rotim

sayuran dan buah-buahan tanpa kulit, pasta, tepung terigu, dan beras

merupakan makanan dengan serat yang tak dapat larut.

d. Makanan protein yang tepat

Yang satu ini juga penting agar tubuh dapat memperbaiki jaringan

dan sebagai bahan bakar bagi pertumbuhan normal anak-anak. Namun ,

orang dewasa tidak membutuhkan sebanyak itu.

e. Hindari garam

Terlalu banyak mengkonsumsi garam tidak baik bagi siapapun dan

dapat menyebabkan tekanan darah tinggi. Cobalah memasak untuk memakai

hanya sedikit garam saat memasak dan jangan tambahkan apapun saat

makan. Berbagai bumbu, rempah-rempah, dan lada dapat digunakan

secukupnya untuk menambah rasa dalam makanan.

f. Vitamin dan mineral yang cukup

Bila makan makanan yang seimbang, maka tidak memerlukan

vitamin atau mineral. Sebagian ahli berpendapat bahwa kekurangan elemen,

seperti khromium dan selenium berperan dalam serangan komplikasi

diabetes. Namun, tidak ada cara untuk mengukur jumlah dalam makanan

seseorang maupun kadar yang diperlukan tubuh. Sangat baik bila makan

makanan yang bervariasi untuk menjamin kecukupan vitamin dan mineral

serta gizi lainnya. (Seri Kesehatan Bimbingan Dokter Pada Diabetes, 2003,

Hal 25-27).

2.6.4 Cara mengatur diet :

- Untuk pertama kali sebaiknya makanan ditimbang sampai mencapai

diet dan porsi yang sesuai.

- Makanlah sesuai dengan jumlah dan pembagian makanan yang telah

ditentukan dalam daftar diet, terutama bagi penderita yang

menggunakan insulin dan obat-obatan anti diabetes.

- Untuk mendapatkan variasi menu, gunakanlah daftar penukar.

- Makanlah banyak sayur-sayuran dan buah-buahan yang tinggi serat.

- Laksanakanlah diet dengan disiplin untuk mencapai BB normal.

Menghitung Kebutuhan Kalori

Sebelum menghitung beberapa kalori yang dibutuhkan seorang pasien

Diabetes terlebih dahulu harus diketahui berapa berat badan ideal (idaman)

seseorang. Yang paling mudah adalah dengan rumus Brocca.

Berat Badan Idaman = 90% x (tinggi badan dalam cm – 100) x 1 kg

Catatan : Pada laki-laki dengan tinggi badan <160cm atau perempuan <150,

berlaku rumus: Berat Badan Ideal (idaman):( tinggi badan dalam cm – 100) x 1 kg

Tabel 2.3. Daftar Kalori Yang Dikeluarkan Pada Berbagai Aktivitas

Ringan Sedang Berat

Mengendarai mobil

Memancing

Kerja Lab

Kerja sekertaris

Mengajar

Kerja rumah tangga

Bersepeda

Bowling

Jalan cepat

Berkebun

Aerobik

Memanjat

Menari

Lari

Sumber : Pedoman Diet Diabetes Melitus, 2002.

Ada beberapa beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang

dibutuhkan seorang pasien diabetes :

1. Menghitung kebutuhan basal dahulu dengan cara mengalikan berat badan

idaman dengan sejumlah kalori :

- Berat badan idaman dalam kg x 30 Kkal untuk laki-laki

- Berat badan idaman dalam kg x 25 Kkal untuk perempuan

Kemudian ditambah dengan jumlah kalori yang diperlukan untuk kegiatan

sehari-hari (lihat tabel 2.3). tampak pada tabel ada tiga jenis kegiatan, dari

ringan sampai berat.

- Kerja ringan : tambah 10% dari kalori basal

- Kerja sedang : tambah 20% dari kalori basal

- Kerja berat : tambah 40-100% dari kalori basal

Tambahkan kalori sekitar 20-30% pada kegiatan sebagai berikut :

- Pasien kurus

- Pasien masih tumbuh kembang

- Ada stres misalnya bila gemuk, hamil atau menyusui

Kurangi kalori bila gemuk sekitar 20-30% tergantung kepada tingkat

kegemukannya.

2. Cara lain seperti tertera pada tabel 2.4 yang tampaknya lebih mudah. Tampak

pada tabel bahwa seseorang dengan berat badan normal yang bekerja santai

memerlukan 30Kkal/kg BB idaman. Yang kurus dan bekerja berat

memerlukan 40-50 Kkal/kg BB idaman. Dengan cara ini tidak perlu

ditambah-tambah lagi.

3. Untuk lebih gampangnya lagi, secara kasar dapat dibuat suatu pegangan

sebagi berikut :

- Pasien kurus : 2300 – 2500 Kkal

- Paaien normal : 1700 – 2100 Kkal

- Pasien gemuk : 1300 – 1500 Kkal

Tabel 2.4. Kebutuhan Kalori Pada Pasien Diabetes Melitus

Dewasa Kkal/BB

Kerja santai Kerja sedang Kerja berat

Gemuk

Normal

Kurus

20-25

30

35

30

35

40

35

40

40-50

Sumber : Pedoman Diet Diabetes Melitus, 2002

Menurut Pranadji (2002) Pada dasarnya diet Diabetes Melitus diberikan

dengan interval waktu 3 jam, meliputi 3 kali makanan utama dan 3 kali makan

selingan.

1. Pukul 06.30 = Makan pagi.

2. Pukul 09.30 = Snack atau buah.

3. Pukul 12.00 = Makan siang.

4. Pukul 15.30 = Snack atau buah.

5. Pukul 18.30 = Makan malam

6. Pukul 21.30 = Snack atau buah

Tabel 2.5. Contoh menu diet untuk penderita Diabetes Melitus (Diet dengan

1100 kalori)

Waktu Nama

masakan Nama bahan

Berat

(g)

Energi

(kalori)

Protein

(g)

Lemak

(g)

Pagi Roti isi

omelet

Roti

Margarin

Telur

Daun selada

Tomat

56

5

25

10

50

138,8

36

40,5

1,5

10

4,48

0,03

3,2

0,1

0,5

0,67

4,05

2,8

0,02

0,15

Snack Talam

hunkue

Tepung

hunkue

Santan

Cokelat

40

10

5

138

12,2

14,9

1,8

0,2

0,4

0,6

1

1,2

Siang Bubur

beras

Tahu

bumbu

Kare

Tumis

Taoge +

wortel

Pisang

ambon

Beras

Tahu

Santan

Taoge

Wortel

Minyak

Pisang ambon

28

25

10

50

50

5

100

100,8

17

12,2

11,5

21

43,5

99

1,9

1,95

0,2

1,45

0,6

0

1,2

0,19

1,15

1

0,1

1,15

4,9

0,2

Snack Crakers Crakers 40 91,1 1,3 0

Malam Bubur

beras

Prekedel

tahu

Sayur

Bayam +

wortel

Pisang

ambon

Beras

Tahu

Telur

Bayam

Wortel

Pisang ambon

28

25

10

50

50

100

100,8

17

16,2

18

17,5

99

1,9

1,95

1,28

1,75

1,2

1,2

0,10

1,15

1,5

0,25

0,1

0,2

Jumlah total 1.056,5 31,59 22,48

Sumber : Pranadji, 2002.

D. Daftar Makanan Pengganti.

1. Pengganti Nasi dari Beras

Nasi dan beras seberat 100g mengandung 175 kalori yang terdiri dari

protein 4g dan karbohidrat 40g. Nasi ini dapat diganti dengan beberapa macam

bahan lain seperti ini :

100g nasi = 400g bubur beras = ⅓ gls

= 200g nasi tim = 1 gls

= 100g nasi jagung = ¼ gls

= 200g kentang = 4 biji sdg

= 100g singkong = 1 ptg sdg

= 200g tales = ½ biji sdg

= 150g ubi = 1 biji sdg

= 80g roti putih = 1 biji sdg

= 50g mie kering = 1gls direbus

= 100g mie basah = 1 gls

= 50g bihun = ½ gls

= 50g crakers = 5 bh bsr

= 50g havermout = 7 sdm

2. Pengganti Daging

Daging seberat 50g mengandung 95 kalori yang terdiri dari 10g protein

dan lemak 6g. Daftar dibawah ini menunjukan jumlah bahan makanan yang dapat

digunakan untuk pengganti daging.

50g daging sapi = 50g daging ayam = 1 ptg sdg

= 50g hati sapi = 1 ptg sdg

= 75 telur ayam biasa = 2 butir

= 60g telur ayam bebek = 1 btr

= 50g ikan segar = 1 ptg sdg

= 25g ikan asin = 1 ptg sdg

= 25g ikan teri = 2 sdm

= 50g udang basah = ¼ gls

= 100g bakso daging = 10 biji bsr.

3. Pengganti tempe

Tempe seberat 50g mengandung 80 kalori yang terdiri dari protein 6g,

lemak 3g, dan karbohidrat 8g. Daftar dibawah ini menunjukan jumlah bahan

makanan yang dapat digunakan unutk mengganti 50g tempe.

50g tempe = 100g tahu = 1 biji

= 50g oncom = 2 ptg sdg

= 25g kacang hijau = ½ direbus

= 25g kedelai = 2 ½ sdm

= 25g kacang merah = 2 ½ sdm

= 20g kacang tanah = 2 sdm

4. Pengganti Sayuran

Sayuran dapat digolongkan menjadi dua. Golongan pertama merupakan

sayuran yang mengandung banyak kalori, protein dan karbohidrat. Dalam 100g

sayuran golongan I mengandung 50g kalori, yang terdiri dari protein 3g dan

karbohidrat 10g. Sayuran yang termasuk golongan I adalah sebagai berikut :

Bayam

Buncis

Daun melinjo

Daun pepaya

Labu siam

Daun ubi jalar

Daun singkong

Jantung pisang

Kacang panjang

Nangka muda

Wortel

Pare

Sayuran golongan kedua mengandung sedikit kalori, protein dan

karbohidrat. Sayuran ini dapat digunakan agak bebas tanpa diperhitungkan

beratnya, asal dalam jumlah yang wajar. Contoh sayuran golongan II ini sebgai

berikut :

Daun koro

Kembang kol

Taoge

Mentimun

Rebung

Jamur segar

Kol/kubis

Selada

Gambas

Lobak

Cabai hijau besar

Kecipir

Daun kacang panjang

Terung

Seledri

Pepaya muda

Daun labu siam

Kangkung

Tomat

Sawi

5. Pengganti susu

Susu sebanyak 200g mengandung 110 kalori yang terdiri dari protein 7g,

lemak 7g dan karbohidrat 7g. Daftar dibawah ini menunjukan jumlah bahan

makanan yang tepat digunakan untuk pengganti 200g susu.

200g susu sapi - 100g susu kental tak bergula = 1 gls

- 25 tepung susu penuh = 4 sdm

- 20g tepung susu krim = 4 sdm

- 20g tepung susu saridele = 4 sdm

(Pranadji, 2002)

Arti singkatan :

bh = buah

gls = gelas

sdg = sedang

ptg = potong

bsr = besar

sdm = sendok makan

2.7 Kerangka Teori Dan Konsep Penelitian

Gambar 2.1. Kerangka Teori

Pengetahuan

Diabetes Melitus

- Klasifikasii Diabetes Melitus

- Gejala Diabetes Melitus

- Faktor Resiko

- Penatalaksanaan

- Komplikasi

- Pencegahan

Kepatuhan pasien Diabetes

Melitus terhadap

pelaksanaan diet

Gambar 2.2. Kerangka Konsep

Yang menjadi variabel dalam penelitian adalah :

1. Variabel Independent (variabel bebas)

2. Variabel Dependent (variabel terikat)

Pengetahuan :

- Klasifikasii Diabetes Melitus

- Gejala Diabetes Melitus

- Faktor Resiko

- Penatalaksanaan

- Pencegahan

Kepatuhan pasien

Diabetes Melitus

terhadap pelaksanaan diet

3J:

Jenis diet

Jumlah diet

Jadwal diet