16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi Ikan Konsumsi pangan merupakan informasi tentang jenis dan jumlah pangan yang dimakan oleh seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu, sehingga penilaian konsumsi pangan dapat berdasarkan jumlah maupun jenis makanan yang dikonsumsi. Sumber pangan hewani bermanfaat dalam mendukung pertumbuhan fisik anak dan juga mendukung perkembangan kognitif anak. Sumber pangan hewani merupakan sumber protein yang kaya asam amino esensial, tidak dapat disintesis dalam tubuh sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan organ-organ tubuh balita sehingga harus ada di dalam makanan. Sumber pangan hewani terdiri dari telur, daging unggas,daging sapi dan ikan (Mutiah, 2012). Ikan didefinisikan secara umum sebagai hewan yang hidup di air, bertulang belakang, poikiloterm, bergerak dengan menggunakan sirip, bernafas dengan insang, dan memiliki gurat sisi (linea lateralis) sebagai organ keseimbangannya. Namun apabila kita mengacu kepada Undang-Undang No. 45 Tahun 2009 tentang Perikanan, maka definisi ikan yang dimaksud menjadi berbeda dan luas cakupannya. Menurut Pasal 1 Undang-Undang No.45 Tahun 2009, ikan adalah segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi Ikanrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47014/4/Chapter II.pdf · sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan organ-organ tubuh

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi Ikanrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47014/4/Chapter II.pdf · sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan organ-organ tubuh

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsumsi Ikan

Konsumsi pangan merupakan informasi tentang jenis dan jumlah pangan yang

dimakan oleh seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu, sehingga penilaian

konsumsi pangan dapat berdasarkan jumlah maupun jenis makanan yang dikonsumsi.

Sumber pangan hewani bermanfaat dalam mendukung pertumbuhan fisik anak dan

juga mendukung perkembangan kognitif anak. Sumber pangan hewani merupakan

sumber protein yang kaya asam amino esensial, tidak dapat disintesis dalam tubuh

sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan organ-organ tubuh balita

sehingga harus ada di dalam makanan. Sumber pangan hewani terdiri dari telur,

daging unggas,daging sapi dan ikan (Mutiah, 2012).

Ikan didefinisikan secara umum sebagai hewan yang hidup di air, bertulang

belakang, poikiloterm, bergerak dengan menggunakan sirip, bernafas dengan insang,

dan memiliki gurat sisi (linea lateralis) sebagai organ keseimbangannya. Namun

apabila kita mengacu kepada Undang-Undang No. 45 Tahun 2009 tentang Perikanan,

maka definisi ikan yang dimaksud menjadi berbeda dan luas cakupannya. Menurut

Pasal 1 Undang-Undang No.45 Tahun 2009, ikan adalah segala jenis organisme yang

seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan.

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi Ikanrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47014/4/Chapter II.pdf · sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan organ-organ tubuh

Didalam bagian penjelasan dijelaskan bahwa yang termasuk ke dalam jenis ikan

adalah :

a. ikan bersirip (pisces);

b. udang, rajungan, kepiting, dan sebangsanya (crustacea);

c. kerang, tiram, cumi-cumi, gurita, siput, dan sebangsanya (mollusca);

d. ubur-ubur dan sebangsanya (coelenterata);

e. tripang, bulu babi, dan sebangsanya (echinodermata);

f. kodok dan sebangsanya (amphibia);

g. buaya, penyu, kura-kura, biawak, ular air, dan sebangsanya (reptilia);

h. paus, lumba-lumba, pesut, duyung, dan sebangsanya (mammalia);

i. rumput laut dan tumbuh-tumbuhan lain yang hidupnya di dalam air (algae); dan

j. biota perairan lainnya

FAO mendefinisikan ikan sebagai organisme yang hidup diair. Kelompok

organisme yang dikelompokan sebagai ikan adalah ikan bersirip (fin fish), krustasea,

moluska, binatang air lainnya dan tanaman air. Ikan termasuk kelas Pisces yang

merupakan kelas terbesar dalam golongan vertebrata (Djuwanah dalam Hartati,

2005).

Ikan dapat dibagi menjadi dua golongan berdasarkan habitatnya, yaitu ikan laut

dan ikan air tawar. Ikan laut adalah ikan yang hidup di laut. Contoh ikan laut adalah

tongkol, kakap, bawal, selar, kembung, layang, teri, tenggiri, pari. Ikan air tawar

adalah ikan yang hidup di air payau, empang, tambak, danau, rawa, kali, dan

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi Ikanrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47014/4/Chapter II.pdf · sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan organ-organ tubuh

galengan, contohnya gurami, mas, mujair, gabus, lele, bandeng, belut. (Tarwotjo,

1998).

Habitat tersebut akan menentukan jenis makanan ikan, yang kemudian akan

mempengaruhi kandungan zat gizi ikan. Ikan air tawar terutama kaya akan

karbohidrat dan protein, sedangkan ikan laut kaya akan lemak, vitamin dan mineral

(Khomsan, 2004).Menurut Devi dalam Mutiah (2012), nilai gizi ikan laut lebih tinggi

dibandingkan ikan air tawar. Kandungan asam lemak omega-3 yang relatif tinggi

membuat ikan laut dalam baik untuk pertumbuhan otak anak. Sampai saat ini

umumnya ikan hanya dikonsumsi langsung, padahal sebenarnya ikan dapat diolah

menjadi berbagai produk seperti ikan asin, kemplang, baso ikan, tepung ikan, dan

sebagainya (Yuliarti, 2008).

Berdasarkan hasil penelitian, ternyata daging ikan mempunyai komposisi kimia

sebagai berikut:

Tabel 2.1. Komposisi Kimia Daging Ikan

Komposisi Jumlah Kandungan (%)

Air 60,0 – 84,0

Protein 18,0 – 30,0

Lemak 0,1 –2,2

Karbohidrat 0,0 – 1,0

Vitamin dan Mineral Sisanya

Sumber: Suhartini dan Hidayat dalam Meliala (2009).

Kebutuhan setiap manusia akan protein hewani sangat bervariasi, tergantung

pada umur, jenis kelamin,dan aktivitas yang dilakukan. Kalau kita andaikan sumber

protein hewani hanya berasal dari ikan, rata-rata protein ikan yang harus dimakan dan

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi Ikanrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47014/4/Chapter II.pdf · sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan organ-organ tubuh

sumbangan protein ikan terhadap angka kecukupan protein menurut kelompok umur

dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Presentase Sumbangan Konsumsi Protein Ikan dan Hasil Olahannya

Terhadap Angka Kecukupan Protein Menurut Kelompok Umur

Kelompok

Umur (Thn)

Rata-rata

protein

ikan

(gr/hari)

Rata-rata

AKP

(gr/hari)

Sumbangan

protein

ikan thdp

AKP (%)

Bayi, anak (0 – 9) 7,5 28 26,8

Wanita, remaja (10 – 19) 10,1 62 16,3

Pria, remaja (10 – 19) 10,3 64 16,1

Wanita, dewasa (19 – 55) 13,8 56 24,6

Pria, dewasa (>19 – 55) 12,4 64 19,4

Wanita, lansia (>55) 10,4 55 18,9

Pria, lansia (>55) 11,4 62 18,4

Sumber: Riskesdas, 2010.

Daging ikan mempunyai beberapa fungsi yang sangat penting bagi tubuh

manusia, diantaranya:

1. Menjadi sumber energi yang sangat dibutuhkan dalam menunjang aktivitas

kehidupan sehari-hari

2. Membantu pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh

3. Mempertinggi daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit dan juga

memperlancar proses-proses fisiologis di dalam tubuh (Saparinto, 2006).

Kekurangan daging ikan dapat berakibat timbulnya penyakit kuashiorkor,

busung lapar, terhambatnya pertumbuhan mata, kulit dan tulang serta menurunnya

tingkat kecerdasan (terutama pada anak-anak), bahkan dapat menimbulkan kematian.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi Ikanrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47014/4/Chapter II.pdf · sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan organ-organ tubuh

Ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh apabila kita lebih memanfaatkan ikan

sebagai sumber makanan daripada produk hewani lainnya, yakni:

1. Kandungan protein pada daging ikan cukup tinggi (20%) dan tersusun oleh

sejumlah asam amino yang berpola mendekati pola kebutuhan asam amino di

dalam tubuh manusia. Nilai biologis (NB) ikan relatif tinggi yaitu sebesar 90%,

artinya apabila berat daging ikan yang dimakan adalah 100 gram, jumlah protein

yang akan diserap oleh tubuh lebih kurang 90% dan hanya 10% yang terbuang.

2. Daging ikan relatif lunak karena hanya mengandung sedikit tenunan pengikat

(tendon) sehingga lebih mudah dicerna oleh tubuh.

3. Meskipundaging ikan mengandung lemak cukup tinggi (0,1-2,2%), akan tetapi

karena 25% dari jumlah tersebut merupakan asam-asam lemak tak jenuh terutama

asam lemak omega-3 yang sangat dibutuhkan manusia dan kadar kolesterol

sangat rendah, daging ikan tidak berbahaya bagi manusia, juga bagi orang-orang

yang kelebihan kolesterol.

4. Daging ikan mengandung sejumlah mineral yang sangat dibutuhkan tubuh

manusia, seperti: K, Cl, P, S, Mg, Ca, Fe, Mn, Zn, F, Ar, Cu, dan Y. Selain itu

ikan juga mengandung vitamin A dan D dalam jumlah yang mencukupi

kebutuhan hidup manusia, sehingga sangat menunjang kesehatan mata, kulit, dan

proses pembentukan tulang terutama pada anak balita.

5. Ikan dapat dengan cepat dan mudah disajikan dalam berbagai bentuk olahan.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi Ikanrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47014/4/Chapter II.pdf · sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan organ-organ tubuh

6. Harga ikan relatif murah bila dibandingkan dengan sumber protein hewani lain.

Dengan demikian, biaya yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan akan

protein hewani melalui peningkatan produksi perikanan relatif murah.

7. Daging ikan dapat diterima oleh segenap lapisan masyarakat, baik ditinjau dari

segi kesehatan, agama, suku bangsa, maupun tingkat perekonomian (Afrianto &

Liviawaty, 1996).

Ikan sebagai salah satu sumber protein hewani mengandung asam lemak tak

jenuh. Omega-3 dan omega-6 termasuk dalam asam lemak tak jenuh jamak esensial

yang berguna untuk memperkuat daya tahan otot jantung, melenturkan pembuluh

darah, hingga menurunkan kadar trigliserida dan mencegah penggumpalan darah,

meningkatkan kecerdasan otak jika diberikan sejak dini. Bahkan pertumbuhan sel

otak manusia sangat tergantung pada kadar omega-3 secara cukup sejak bayi dalam

kandungan sampai balita sehingga tumbuh dengan potensi kecerdasan

maksimal.Untuk pencegahan terhadap kekurangan asam lemak esensial, ahli nutrisi

menyarankan manusia harus mengonsumsi tidak kurang dari 2,4% dari total asupan

omega-6 dan 0,5-1,0% dari total asupan omega-3 (Meliala, 2009). Kandungan

omega-3 pada beberapa jenis ikan dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi Ikanrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47014/4/Chapter II.pdf · sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan organ-organ tubuh

Tabel 2.3. Kandungan Omega 3 dalamBerbagai Jenis Ikan (Per 100 gr Ikan)

Jenis Ikan Kandungan

Lemak Total

Asam Lemak

Kolesterol Jenuh (g)

Tak Jenuh

(g)

Tak Jenuh

Ganda (g)

Bawal 9,5 3,5 2,6 1,1 50

Ekor kuning 1,2 0,3 0,2 0,3 -

Kepiting 1,1 0,1 0,2 0,4 127

Kembung 11,5 3,0 4,7 3,0 47

Lais 4,3 1,0 1,6 1,0 58

Emas 5,6 1,5 2,3 1,4 67

Nilam 8,2 0,2 3,8 1,5 -

Rajungan 1,3 3,6 0,2 0,5 78

Tenggiri 13,9 1,3 5,4 3,7 80

Teri 4,8 1,3 1,2 1,6 -

Tongkol 4,9 0,2 0,2 1,8 77

Tiram 0,8 0,1 0,1 0,3 47

Udang 1,5 0,2 0,3 0,6 125

Sumber: Saparinto, 2006.

Menurut Waisima dalam Mutiah (2012), masyarakat di negara dengan tingkat

konsumsi ikan yang tinggi, selain berkolerasi positif dengan tingkat kecerdasan

masyarakat, penurunan kolesterol dan pencegahan berbagai penyakit degeneratif,

juga menunjukkan tingkat harapan hidup yang relatif lebih lama yaitu mencapai

sekitar 80 tahun. Menurut Khomsan (2002), budaya makan ikan yang tinggi dalam

masyarakat Jepang telah membuktikan terjadinya peningkatan kualitas kesehatan dan

kecerdasan pada anak-anak di negara tersebut. Konsumsi ikan minimal 2-3 kali dalam

sehari efeknya dapat mencegah penyakit, menjadi cerdas dan sehat (Siswono dalam

Meliala, 2009). Data Riskesdas (2010) menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi

protein dari bahan pangan ikan pada kelompok usia bayi dan anak-anak adalah 7,5

gram/hari. Kandungan protein ikan menurut DKBM selengkapnya terdapat pada

Tabel 2.4.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi Ikanrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47014/4/Chapter II.pdf · sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan organ-organ tubuh

Tabel 2.4. Kandungan Protein dalam Berbagai Jenis Ikan (Per 100 gr Ikan) Jenis Ikan Protein (g)

Bader (tawes) 19,0

Bandeng 20,0

Bawal 19,0

Bekasang 14,0

Beunteur 14,0

Cue selar kuning 27,0

Ekor kuning 17,0

Gabus kering 58,0

Gabus segar 25,2

Hiu, ikan hiu 20,1

Ikan asin kering 42,0

Ikan mas 16,0

Ikan segar 17,0

Kakap 20,0

Kembung 22,0

Keong 12,0

Kepiting 13,8

Kerang 8,0

Kodok 16,4

Kerupuk ikan, dengan pati 16,0

Kerupuk udang, dengan pati 17,2

Kura-kura 19,1

Layang 22,0

Lemuru 20,0

Paling, belut 14,0

Peda banjar 28,0

Pepetek 32,0

Petis udang 15,0

Petis ikan 20,0

Pindang banjar 28,0

Pindang benggol 31,0

Pindang layang 30,0

Pindang selar kecil 27,0

Rebon (udang kecil segar) 16,2

Rebon kering 59,4

Sardencis dalam kaleng 21,1

Selar kering 38,0

Selar segar 18,8

Sepat kering 38,0

Tembang 16,0

Teri bubuk 60,0

Teri kering 33,4

Teri kering sekali (tawar) 68,7

Teri nasi (kering) 32,5

Teri segar 16,0

Terasi merah 30,0

Udang kering 62,4

Udang segar 21,0

Sumber: Daftar Komposisi Bahan Makanan, 1996

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi Ikanrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47014/4/Chapter II.pdf · sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan organ-organ tubuh

2.2. Prestasi Belajar

Prestasi selalu dihubungkan dengan pelaksanaan suatu kegiatan atau aktivitas.

Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar,

karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi belajar merupakan

output dari proses belajar (Kusumaningsih, 2009)

Purwodarminto mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah

dicapai, dilakukan ataupun dikerjakan oleh seseorang siswa dalam jangka waktu

tertentu dan tercatat dalam buku rapor sekolah. Begitu juga yang dikemukakan oleh

Yaspir Gandhi Wirawan yang mengatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang

dicapai seseorang siswa dalam usaha belajarnya sebagaimana dicantumkan dalam

nilai rapor. Jadi dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil dari suatu

aktivitas belajar yang dilakukan berdasarkan pengukuran dan penilaian terhadap hasil

pendidikan yang diwujudkan berupa angka-angka dalam rapor (Setiawati, 2002).

Menurut Opit dan Thanthowi dalam Priyatno (2001), faktor-faktor yang

mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua

golongan besar yaitu: (1) faktor internalmeliputi aspek fisik, gizi dan kesehatan,

minat, motivasi, konsentrasi, keingintahuan, kepercayaan diri, serta intelegensi, (2)

faktor eksternal meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan

masyarakat. Faktor-faktor ini akan saling berinteraksi secara langsung atau tidak

langsung dalam mempengaruhi prestasi belajar.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi Ikanrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47014/4/Chapter II.pdf · sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan organ-organ tubuh

2.3. Status Gizi

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan

penggunaan zat-zat gizi dan dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik dan

lebih (Almatsier, 2001). Jelliffe dan Jellife dan Jahari dalam Hartati (2005)

mendefinisikan status gizi sebagai gambaran tentang perkembangan keadaan

keseimbangan antara asupan (“intake”) dan kebutuhan (“requirement”) zatgizi

seorang anak untuk berbagai proses biologis termasuk untuk tumbuh. Keadaan

keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi ini disebut status gizi. Lebih

lanjut Supariasa (2002) mendefinisikan status gizi sebagai ekspresi dari keadaan

keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari “nutriture”

dalam bentuk variabel tertentu. Dari definisi diatas jelas bahwa untuk mendapatkan

status gizi yang baik diperlukan keseimbangan antara asupan zat gizi yang berasal

dari makanan dengan kebutuhan tubuh. Bila terjadi ketidakseimbangan antara asupan

dengan kebutuhan misal asupan zat gizi lebih sedikit daripada kebutuhan maka akan

terjadi gangguan pertumbuhan pada anak.

Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi. Di

Indonesia baku rujukan Kemenkes RI No. 1995/MENKES/SK/XII/2010 merupakan

baku rujukan yang terbaru sebagai pembanding dalam penilaian status gizi dan

pertumbuhan perorangan maupun masyarakat. Untuk menilai status gizi anak usia

sekolah dapat digunakan indikator indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U) untuk

usia 5-18 tahun. Indikator IMT/U dapat digunakan untuk mengidentifikasi kurus dan

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi Ikanrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47014/4/Chapter II.pdf · sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan organ-organ tubuh

gemuk, masalah kurus dan gemuk pada umur dini dapat berakibat pada risiko

berbagai penyakit degeneratif pada saat dewasa (Teori Barker) (Riskesdas, 2013).

Selain dengan antropometri, penilaian status gizi juga dapat dilakukan secara

tidak langsung yaitu dengan survei konsumsi. Survei konsumsi untuk rumah tangga

dan individu yang seringdilakukan antara lain menggunakan food frequency

questionaire (FFQ), dan recall makanan 24 jam (Tee dalam Hartati, 2005). Pada FFQ

dicatat jenis bahan makanan, frekuensi penggunaan bahan makanan dan jumlah bahan

makanan yang digunakan. Recall makanan 24 jam adalah mengingat kembali

makanan yang telah dikonsumsi selama 24 jam sehari sebelumnya dan melalui recall

makanan 24 jam ini dapat diketahui jumlah makanan yang dikonsumsi dan

kecukupan zat gizi seseorang (Jelliffe & Jelliffe dalam Hartati, 2005).

Angka kecukupan gizi yang dianjurkan bagi anak sekolah tercantum dalam

Tabel 2.5.

Tabel 2.5. Angka Kecukupan Gizi bagi Anak Sekolah

Kelompok

Umur Anak

(th)

BB

(kg)

TB

(cm)

Energi

(kkal)

Prot

(g)

Lemak

(mg)

KH

(mg)

Serat

(mg)

Air

(mg)

4-6 19 112 1600 35 62 220 22 1500

7-9 27 130 1850 49 72 254 26 1900

10-12 (pria) 34 142 2100 56 70 289 29 1800

10-12 (wanita) 36 145 2000 60 67 275 28 1800

Sumber: Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi X, 2012.

Dalam periode ini, pertumbuhan berjalan terus dengan mantap walaupun tidak

secepat waktu bayi. Adakalanya mereka lebih suka makan di kantin mengikuti

teman-temannya karena makan bersama teman-temannya akan menambah selera

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi Ikanrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47014/4/Chapter II.pdf · sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan organ-organ tubuh

makannya. Pendidikan gizi pada golongan usia ini banyak faedahnya. Guru harus

menerangkan makan apa yang bergizi dan hubungan antara yang dimakan sehari-hari

dengan pertumbuhan dan kesehatannya. Anak-anak golongan usia sekolah ini mudah

menerima ajaran gurunya bahkan dapat meneruskannya pada orangtuanya (Waluyo,

2010).

2.4. Hubungan Konsumsi Ikan dengan Prestasi Belajar

Children’s food consumption behaviour model yang dikemukakan oleh Lund

dan Burk (1969) menyatakan bahwa konsumsi pangan anak tergantung pada sikap,

pengetahuan dan tiga motivasi utama terhadap pangan yaitu kebutuhan biologis,

psikologis, dan sosial yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan keluarga dan sekolah

(Baliwati, Khomsan & Retnaningsih, 2004). Kekurangan gizi berakibat menurunnya

tingkat kecerdasan anak-anak. Menurunnya kualitas manusia usia muda ini akan

berarti hilangnya sebagian besar potensi cerdik pandai yang sangat dibutuhkan bagi

pembangunan bangsa (Suhardjo, 1996).

Jenis ikan diduga berhubungan dengan prestasi belajar karena menurut Harli

(2004), jenis ikan laut memiliki kadar omega-3, vitamin dan mineral yang tinggi,

sebaliknya ikan darat (air tawar) tinggi akan karbohidrat dan asam lemak omega-6,

kedua jenis ikan tersebut merupakan sumber zat gizi yang bermutu dan disarankan

secara bergantian mengonsumsi kedua jenis ikan tersebut agar saling melengkapi

kekurangan zat gizi lainnya yang mencukupi kebutuhan gizi agar tercapai prestasi

belajar yang optimal.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi Ikanrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47014/4/Chapter II.pdf · sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan organ-organ tubuh

Penelitian yang dilakukan oleh Apriani (2012) tentang pola konsumsi ikan pada

anak balita di Nagari Taruang-Taruang Kecamatan Rao Kabupaten Pasaman

menunjukan bahwa frekuensi konsumsi ikan pada anak balita adalah 3-4 hari/minggu,

jenis ikan yang sering dikonsumsi adalah ikan mujair, ikan nila dan ikan teri, serta

rata-rata jumlah ikan yang dikonsumsi 63,75 gr/hr.

Meliala (2009) yang melakukan penelitian tentang konsumsi ikan dan

kontribusinya terhadap kebutuhan protein pada keluarga nelayan di Lingkungan IX

Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan menunjukkan bahwa jenis ikan

yang paling sering dikonsumsi adalah ikan dencis (39,74%), jumlah rata-rata

konsumsi ikan (319,04 gram), dan frekuensi makan ikan lebih dari 2 kali sehari

(56,48%) dan rata-rata kontribusi ikan terhadap kebutuhan protein (13,18%).

Penelitian yang dilakukan oleh Zulaihah dan Widajanti (2006) menunjukkan

bahwa frekuensi makan ikan dengan prestasi belajar ada hubungan yang signifikan

dan hubungannya tergolong kuat dan positif, artinya setiap peningkatan yang terjadi

pada frekuensi makan ikan maka meningkat pula prestasi belajarnya. Hal ini sesuai

dengan pernyataan yang ditulis oleh Departemen Kelautan dan Perikanan yang

menyatakan bahwa seseorang yang mengkonsumsi ikan dan makanan laut lainnya 3

kali dalam seminggu bisa mempertahankan kesehatan tubuhnya dan secara tidak

langsung akan meningkatkan daya ingat dan kemampuan belajarnya. Sehingga

dengan frekuensi makan ikan yang baik atau tinggi akan meningkatkan prestasi

belajar anak sekolah. Terutama untuk usia anak sekolah dasar perlu mendapat

perhatian sungguh-sungguh karena termasuk masa pertumbuhan yang cepat dan aktif,

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi Ikanrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47014/4/Chapter II.pdf · sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan organ-organ tubuh

khususnya perkembangan otak untuk meningkatkan prestasi belajarnya (Pari dalam

Zulaihah & Widajanti, 2006).

2.5. Hubungan Konsumsi Ikan dengan Status Gizi

Salah satu masalah gizi kurang di Indonesia adalah masalah Kurang Energi

Protein (KEP) yang disebabkan oleh kekurangan makan sumber energi secara umum

dan kekurangan sumber protein (termasuk ikan). Pada anak-anak, KEP dapat

menghambat pertumbuhan, rentan terhadap penyakit terutama penyakit infeksi dan

mengakibatkan rendahnya tingkat kecerdasan. Kemiskinan merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi terjadinya KEP. Namun, faktor lain selain kemiskinan yang

berpengaruh adalah kurangnya pengetahuan masyarakat tentang makanan pendamping

serta tentang pemeliharaan lingkungan yang sehat (Almatsier, 2001).

Penelitian yang dilakukan oleh Zulaihah dan Widajanti (2006) tentang

hubungan kecukupan Asam Eikosapentanoat (EPA), Asam Dokosaheksanoat (DHA)

ikan dan status gizi dengan prestasi belajar siswa menyimpulkan frekuensi makan

ikan dengan status gizi tidak ada hubungan yang signifikan dan hubungan kedua

variabel tergolong lemah. Sedangkan menurut teori, kebiasaan makan ikan yang baik

umumnya dapat membentuk status gizi yang baik dan demikian pula sebaliknya,

karena ikan mempunyai nilai tambah yaitu tinggi EPA dan DHA yang bisa mengatasi

masalah gizi kurang (Pudjadi; Karyadi dalam Zulaihah & Widajanti 2006). Apabila

dihubungkan dengan hasil penelitian, teori tersebut tidak sesuai karena siswa dengan

kebiasaan/frekuensi makan ikan yang rendah/tinggi sama-sama lebih banyak yang

memiliki status gizi normal. Jika dikaitkan dengan pernyataan tadi seharusnya siswa

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi Ikanrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47014/4/Chapter II.pdf · sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan organ-organ tubuh

yang mempunyai kebiasaan makan ikan yang tinggi akan mempunyai status gizi

normal dan sebaliknya.

Kebiasaan/frekuensi makan ikan tidak mempunyai hubungan dengan status gizi

karena data hasil survei konsumsi tidak lengkap, hanya dari sumber ikan saja, padahal

seseorang untuk mencapai status gizi yang baik harus mengkonsumsi makanan yang

lengkap. Berdasarkan teori Almatsier bahwa kebiasaan makan (ikan) tidak

mempengaruhi status gizi secara langsung, tetapi mempengaruhi utilisasi makanan

terlebih dahulu yang meliputi pencernaan dan penyerapan serta metabolisme zat gizi

(Almatsier, 2001). Hal ini mendukung penelitian Ashifatin (2001), bahwa tidak ada

hubungan kebiasaan makan dengan status gizi anak SD (Zulaihah & Widajanti,

2006).

2.6. Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mutiah (2012), hasil uji kolerasi

Rank Spearman menunjukkan adanya hubungan yang nyata antara status gizi

berdasarkan indikator TB/U dengan prestasi belajar (r=0.320, p<0.05). Hal ini berarti

semakin baik status gizi siswa jika dilihat padanilai z-score berdasarkan TB/U

menunjukkan siswa semakin berprestasi. Siswa yang memiliki postur tubuh yang

tinggi cenderung akan mendapatkan prestasi belajar yang baik daripada siswa dengan

postur tubuh pendek. Hal tersebut juga terjadi pada hasil uji kolerasi Rank Spearman

yang menunjukkan hubungan yang nyata berdasarkan indikator IMT/U dengan

prestasi belajar (r=0.255, p<0.05).

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi Ikanrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47014/4/Chapter II.pdf · sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan organ-organ tubuh

2.7. Kerangka Konsep

Gambar1. Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan:

Konsumsi ikan dilihat dari tiga sub variabel yaitu jenis ikan, jumlah konsumsi

protein ikan dan frekuensi konsumsi ikan, ketiganya akan dianalisis hubungannya

dengan prestasi belajar anak secara langsung. Namun, status gizi dalam penelitian ini

juga dilihat sebagai variabel yang mungkin dapat mempengaruhi hubungan konsumsi

ikan dengan prestasi belajar anak.

2.8. Hipotesis

Ha : Ada hubungan antara konsumsi ikan dengan prestasi belajar anak.

Prestasi Belajar Anak

Konsumsi Ikan - Jenis

- Jumlah Protein

- Frekuensi

-

Status Gizi

Universitas Sumatera Utara