Upload
vodang
View
215
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Laporan Keuangan
2.1.1.1. Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan
Menurut Kasmir (2013:6), laporan keuangan adalah laporan yang
menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode
tertentu.
Sedangkan menurut Fahmi (2011:2), laporan keuangan merupakan suatu
informasi yang menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan, dan lebih jauh
informasi tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan perusahaan
tersebut.
Laporan Keuangan menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar
Akuntansi Keuangan 2015 didefinisikan sebagai berikut:
“Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan
dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah
menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta
perubahan posisi keuangan suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah
besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.”
Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi kepada pihak
yang membutuhkan tentang kondisi suatu perusahaan dari sudut angka-angka dalam
satuan moneter (Fahmi, 2011:5). Sedangkan menurut Kartikahadi dkk. (2012:13)
12
laporan keuangan yang disusun ditujukan untuk dilaporkan dan digunakan oleh para
stakeholders untuk pengambilan keputusan ekonomi.
2.1.1.2. Komponen Laporan Keuangan
Menurut Kartikahadi dkk. (2012:12) keuangan pada umumnya disusun dan
dilaporkan berupa unsur-unsur sebagai berikut:
1. Laporan Posisi Keuangan atau Neraca; berisikan informasi tentang posisi
keuangan, yaitu keadaan asset, liabilitas, dan ekuitas dari suatu entitas
pada suatu tanggal tertentu.
2. Laporan Laba Rugi Komprehensif; melaporkan kinerja atau hasil usaha
suatu entitas selama suatu periode tertentu.
3. Laporan Perubahan Ekuitas; melaporkan perubahan ekuitas suatu entitas
yang terjadi selama suatu periode tertentu.
4. Laporan Arus Kas; menjelaskan perubahan saldo kas dan setara kas pada
awal dan akhir periode, rincian arus kas masuk dan keluar suatu entitas
selama suatu periode tertentu.
5. Catatan atas Laporan Keuangan; berfungsi untuk memberikan penjelasan
tambahan atas rincian unsur-unsur laporan posisi keuangan (neraca),
laporan laba rugi komprehensif, laporan arus kas, laporan perubahan
ekuitas, atau penjelasan yang bersifat kualitatif, agar laporan keuangan
lebih transparan, dan tidak menyesatkan.
13
6. Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan;
ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif
atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika
entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya.
Sedangkan menurut Kasmir (2013:28), secara singkat dalam praktiknya
secara umum ada lima macam jenis laporan keuangan yang biasa disusun, yaitu:
1. Neraca;
2. Laporan laba rugi;
3. Laporan perubahan modal;
4. Laporan arus kas;
5. Laporan catatan atas laporan keuangan.
2.1.2. Analisis Rasio Keuangan
Menurut Irawati (2006:22) menjelaskan analisis rasio keuangan sebagai
berikut:
“Analisis rasio keuangan adalah suatu teknik analisis dalam bidang
manajemen keuangan yang dimanfaatkan sebagai alat ukur kondisi-
kondisi keuangan suatu perusahaan pada setiap periode tertentu dengan
jalan membandingkan dua buah variabel yang diambil dari laporan
keuangan perusahaan baik daftar neraca maupun laba rugi.”
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengukuran kondisi keuangan atau
kinerja keuangan perusahaan dapat dinilai melalui analisis rasio keuangan yang
dilakukan dengan perhitungan atas dua buah variabel atau lebih yang diambil dari
laporan keuangan perusahaan.
14
2.1.2.1. Jenis-jenis Analisis Rasio Keuangan
Menurut Weston (2001) dalam Kasmir (2013:106), bentuk-bentuk rasio
keuangan adalah sebagai berikut:
1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)
Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendek.
- Rasio Lancar (Current Ratio)
- Rasio Sangat Lancar (Quick Ratio atau Acid Test Ratio)
2. Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio)
Rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan
dibiayai dengan utang.
- Rasio Utang (Debt Ratio)
- Jumlah kali perolehan bunga (Times Interest Earned)
- Lingkup Biaya Tetap (Fixed Charge Coverage)
- Lingkup Arus Kas (Cash Flow Coverage)
3. Rasio Aktivity (Activity Ratio)
Rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi pemanfaatan
sumber daya perusahaan (penjualan, persediaan, penagihan utang, dan
lainnya) atau rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
melaksanakan aktivitas sehari-hari.
- Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over)
- Rata-rata jangka waktu penagihan (Average Collection Period)
15
- Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Assets Turn Over)
- Perputaran Total Aktiva (Total Assets Turn Over)
4. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)
Rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan
atau laba dalam suatu periode tertentu.
- Margin laba penjualan (Profit Margin on Sales)
- Daya laba dasar (Basic Earning Power)
- Hasil pengembalian total aktiva (Return on Total Assets)
- Hasil pengembalian ekuitas (Return on Total Equity)
5. Rasio Pertumbuhan (Growth Ratio)
Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
mempertahankan posisi ekonominya di tengah pertumbuhan perekonomian
sektor usahanya.
- Pertumbuhan penjualan
- Pertumbuhan laba bersih
- Pertumbuhan pendapatan per saham
- Pertumbuhan dividen per saham
6. Rasio Penilaian (Valuation Ratio)
Rasio yang memberikan ukuran kemampuan manajemen menciptakan
nilai pasar usahanya di atas biaya investasi.
- Rasio harga saham terhadap pendapatan
- Rasio nilai pasar saham terhadap nilai buku
16
2.1.3. Saham
2.1.3.1. Pengertian Saham
Menurut Fahmi dan Hadi (2011:68) pengertian saham adalah:
1. Tanda bukti penyertaan kepemilikan modal/dan pada suatu perusahaan;
2. Kertas yang tercantum dengan jelas nilai nominal, nama perusahaan dan
dengan hak dan kewajiban yang dijelaskan kepada setiap pemegangnya;
3. Persediaan yang siap untuk dijual.
Menurut Martalena dan Maya (2011:12), saham (stock) dapat didefinisikan
sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu
perusahaan atau perseroan terbatas.
Definisi saham menurut Husnan (2005:279) yaitu bahwa saham
menunjukkan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan yang berbentuk Perseroan
Terbatas (PT).
2.1.3.2. Jenis-jenis Saham
Dalam praktiknya dikenal adanya beraneka ragam jenis saham. Menurut
Gumanti (2011:31) berikut disajikan uraian untuk masing-masing jenis saham:
1. Saham Biasa
Saham biasa merupakan bukti penyertaan kepemilikan pada suatu perusahaan.
Biasanya setiap lembar saham memberikan hak kepada pemegangnya untuk memilih
dalam rapat umum pemegang saham.
17
Saham biasa biasanya dapat dikelompokkan ke dalam beberapa jenis
berdasarkan sifat atau keberadaannya. Jenis-jenis saham dimaksud antara lain:
1) Saham Tumbuh (Growth Stocks) adalah saham suatu perusahaan yang
biasanya atau berkecenderungan atau melekat pada perusahaan yang lebih
kecil dalam ukuran asset yang memiliki pertumbuhan penjualan dan
keuntungan di atas rata-rata industri.
2) Saham Bernilai (Income Stocks) adalah saham umum yang cenderung lebih
tua, dimiliki oleh perusahaan yang sudah mature yang membayar dividen
cukup tinggi dan yang tidak tumbuh secara cepat.
3) Saham dengan Daya Tarik Tinggi dan Likuid (Bluechip Stocks) merupakan
saham umum perusahaan besar yang memiliki kemampuan finansial mapan
dengan sejarah pembayaran dividen yang bagus dan memiliki pertumbuhan
keuntungan yang konsisten.
4) Saham Spekulasi (Speculative Stocks) merupakan kebalikan dari bluechip
stocks. Saham berjenis ini cenderung lebih berisiko dan memiliki tingkat
volatilitas jangka pendek yang tinggi. Kalau respon pasar berlebihan, harga
saham bisa meningkat tajam. Sebaliknya pasar akan dapat dengan mudah
melepas kepemilikan dengan segera jika prospek perusahaan kurang
meyakinkan.
5) Saham Musiman (Cyclical Stocks) merupakan saham-saham yang cenderung
bergerak mengikuti siklus usaha (business cycle). Bila perekonomian sedang
baik, saham berjenis inipun akan baik, dan sebaliknya jika perekonomian
18
mengalami resesi saham jenis inipun akan terimbas dan juga mengalami
penurunan harga.
6) Saham Bertahan (Defensive Stocks) merupakan kebalikan dari cyclical
stocks. Saham jenis ini biasanya dapat bertahan dengan baik pada saat
perekonomian sedang resesi atau kondisi ekonomi secara umum kurang baik.
2. Saham Preferen
Saham preferen (Preferred Stocks) adalah jenis saham yang membayar kepada
pemegangnya bentuk dividen yang besarnya sudah ditetapkan. Jadi saham preferen
merupakan bentuk penggabungan dari saham biasa (common stocks) dan obligasi
(bonds), sehingga dikenal dengan „hybrid security’.
Ada dua jenis saham preferen. Cummulative preferred stocks adalah jenis saham
preferen yang memberikan peluang kepada pemegangnya untuk menerima dividen
kumulatif, yaitu sebelum pemegang saham biasa menerima dividen pemegang saham
preferen menerima semua dividen yang harus diterimanya. Participating preferred
stocks adalah saham preferen yang dividennya dikaitkan dengan keberhasilan
perusahaan dengan berdasarkan pada rumus atau perhitungan tertentu.
2.1.4. Economic Value Added (EVA)
Laporan akuntansi tidak mencerminkan nilai pasar sehingga laporan tersebut
tidak memadai untuk tujuan evaluasi kinerja manajer. Untuk membantu mengisi
kekosongan ini, analis keuangan telah mengembangkan dua ukuran kinerja tambahan;
19
pertama adalah Economic Value Added (EVA). EVA terkadang disebut “laba
ekonomi” (Brigham and Houston, 2010:111).
2.1.4.1. Pengertian Economic Value Added (EVA)
Menurut Brigham and Houston (2010:111) definisi EVA adalah sebagai
berikut:
“EVA merupakan estimasi laba ekonomi usaha yang sebenarnya untuk
tahun tertentu, dan sangat jauh berbeda dari laba bersih akuntansi di mana
laba akuntansi tidak dikurangi dengan biaya ekuitas sementara dalam
penghitungan EVA biaya ini akan dikeluarkan. Jika nilai EVA positif, maka
laba operasi setelah pajak melebihi biaya modal yang dibutuhkan untuk
menghasilkan laba tersebut, dan tindakan manajemen menambah nilai bagi
pemegang saham.”
Menurut Hanafi (2012:52), EVA merupakan ukuran kinerja yang
menggabungkan perolehan nilai dengan biaya untuk memperoleh nilai tambah
tersebut.
Sedangkan menurut Gallagher and Andrew (2003:108), EVA is a measure of
the amount of profit remaining after accounting for the return expected by the firm’s
investors.
Artinya EVA adalah ukuran dari jumlah keuntungan yang tersisa setelah
akuntansi untuk pengembalian yang diharapkan oleh investor perusahaan.
Menurut Gitman (2009:513), Economic Value Added (EVA) is a popular
measure used by many firms to determine whether an investment contributes
positively to the owner’s wealth.
20
Artinya Economic Value Added (EVA) adalah ukuran yang populer
digunakan oleh banyak perusahaan untuk menentukan apakah investasi memberikan
kontribusi positif terhadap kekayaan pemilik.
2.1.4.2. Perhitungan Economic Value Added (EVA)
Perhitungan EVA menurut Gitman (2009:513) adalah sebagai berikut:
“EVA is calculated as the difference between an investment’s net
operating profit after tax (NOPAT) and the cost of the funds used to
finance the investment, which is found by multiplying the dollar amount of
the funds used to finance the investment by the firm’s weighted average
cost of capital (WACC).”
Artinya, EVA dihitung sebagai perbedaan antara laba operasi bersih
setelah pajak (NOPAT) dan biaya dana yang digunakan untuk membiayai
investasi, yang ditemukan dengan mengalikan jumlah dolar dari dana yang
digunakan untuk membiayai investasi dengan rata-rata tertimbang biaya modal
perusahaan (WACC).
EVA = NOPAT – Cost of Investment
Dimana:
Cost of Investment = Dollar amound of the funds used to finance the
investment/Invested Capital x WACC
Secara matematis oleh Brigham and Houston (2010:165) EVA dirumuskan
sebagai berikut:
EVA = NOPAT – (Invested Capital x WACC)
21
Dimana:
NOPAT = Laba Operasi Setelah Pajak (Net Operating Profit
After Tax)
WACC = Biaya Ekuitas Rata-rata Tertimbang (Weighted
Average Cost of Capital)
Invested Capital = Besarnya capital yang diinvestasikan dalam aktivitas
operasional dan non operasional perusahaan
Tabel 2.1.
Langkah Menghitung Economic Value Added
No. Tahapan Perhitungan
1. NOPAT NOPAT = Laba Bersih + Biaya Bunga
2. Kd Kd =
Kd = Kd (1 – t)
3. Ke Ke =
+ Growth
4. Struktur Modal Wd =
We =
5. WACC = [(Kd x Wd) + (Ke x We)]
6. Invested Capital (IC) = Asset – Non Interest Bearing Liabilities
7. COC (Cost of Capital) = WACC x IC
8. EVA = NOPAT – COC Sumber: E-Journal Bisma Undiksha: Darmawan, dkk., 2014.
2.1.5. Market Value Added (MVA)
Konsep EVA dan MVA dikembangkan oleh Joel Stern dan Bennet Stewart,
pendiri perusahaan konsultan Stern Stewart & Co. Stern Stewart telah mendaftarkan
hak cipta atas istilah MVA dan EVA sehingga perusahaan konsultan lain memberikan
22
nama yang berbeda untuk nilai-nilai tersebut. Meskipun demikian, pada praktiknya,
MVA dan EVA adalah istilah yang umum digunakan. Ukuran kinerja tambahan yang
kedua setelah Economic Value Added (EVA) adalah Market Value Added (MVA)
(Brigham and Houston, 2010:111).
2.1.5.1. Pengertian Market Value Added (MVA)
Definisi Market Value Added (MVA) menurut Brigham and Houston
(2010:111) adalah perbedaan antara nilai pasar ekuitas suatu perusahaan dengan nilai
buku seperti yang disajikan dalam neraca, nilai pasar dihitung dengan mengalikan
harga saham dengan jumlah saham yang beredar.
Sedangkan menurut Hanafi (2012:55), MVA adalah selisih antara nilai pasar
dengan nilai buku saham.
Definisi MVA menurut Gallagher and Andrew (2003:109) adalah sebagai
berikut:
“Market Value Added (MVA) is the market value of the firm, debt plus
equity, minus the total amount of capital invested in the firm. MVA is similar
to the market to book ratio (M/B). MVA focuses on total market value and
total invested capital, whereas M/B focuses on the per share stock price and
invested quality capital.”
Artinya Market Value Added (MVA) adalah nilai pasar dari perusahaan, utang
ditambah ekuitas, dikurangi jumlah total modal yang diinvestasikan dalam
perusahaan. MVA mirip dengan Market to Book Ratio (M/B). MVA berfokus pada
nilai total pasar dan jumlah modal yang diinvestasikan, sedangkan M/B berfokus
pada harga per saham dan kualitas modal investasi.
23
2.1.5.2. Perhitungan Market Value Added (MVA)
Dari definisi yang dikemukakan oleh Brigham and Houston (2010:111) maka
secara matematis MVA dapat dirumuskan sebagai berikut:
MVA = Nilai Pasar Ekuitas – Nilai Buku Ekuitas
Dimana:
Nilai Pasar Ekuitas = Harga Saham x Jumlah Saham yang Beredar
Nilai Buku Ekuitas = seperti yang disajikan dalam Neraca
Sedangkan menurut Hanafi (2012:55), MVA dihitung sebagai berikut:
MVA = Nilai Pasar Saham – Nilai Buku Saham
Dalam menghitung MVA dua kemungkinan hasil yang akan diperoleh yaitu
(O‟Bryne and Young, 2001:26):
1. MVA positif, jika nilai pasarnya, yang merupakan fungsi dari harapan pasar
modal terhadap arus kas bebas masa mendatang, didiskontokan pada biaya modal,
melebihi modal yang diinvestasikan.
2. MVA negatif, jika nilai dari investasi yang dijalankan manajemen kurang dari
modal yang diserahkan kepada perusahaan oleh pasar modal.
2.1.6. Return on Investment (ROI)
Tujuan akhir yang ingin dicapai suatu perusahaan yang terpenting adalah
memperoleh laba atau keuntungan yang maksimal, di samping hal-hal lainnya.
Besarnya keuntungan haruslah dicapai sesuai dengan yang diharapkan. Untuk
mengukur tingkat keuntungan suatu perusahaan, digunakan rasio keuntungan atau
24
rasio profitabilitas. Jenis rasio profitabilitas yang dapat digunakan antara lain adalah
Return On Investment (ROI) (Kasmir, 2013:196-198).
2.1.6.1. Pengertian Return on Investment (ROI)
Menurut Kasmir (2013:201), hasil pengembalian investasi atau lebih dikenal
dengan nama Return on Investment (ROI) merupakan rasio yang menunjukkan hasil
(return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROI juga merupakan
suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya. Di
samping itu, hasil pengembalian investasi menunjukkan produktivitas dari seluruh
dana perusahaan, baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Semakin kecil
(rendah) rasio ini, semakin kurang baik, demikian pula sebaliknya. Artinya rasio ini
digunakan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan.
Sedangkan menurut Munawir (2010:89), Return On Investment (ROI) adalah
salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur
kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva
yang digunakan untuk operasinya perusahaan untuk menghasilkan keuntungan.
Dengan demikian rasio ini menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari
operasinya perusahaan (net operating income) dengan jumlah investasi atau aktiva
yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasi tersebut (net operating
assets).
25
2.1.6.2. Perhitungan Return on Investment (ROI)
Rumus untuk mencari Return on Investment dapat digunakan sebagai berikut
(Kasmir, 2013:202):
Return on Investment =
Besarnya ROI dapat diketahui dengan rumus (Munawir, 2010:89):
ROI = Operating Assets Turnover x Profit Margin
atau
ROI =
x
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Return on Investment (ROI) dapat diukur
melalui laba setelah bunga dan pajak perusahaan dibagi dengan jumlah seluruh aset
yang dimiliki perusahaan.
2.1.7. Likuiditas Saham
2.1.7.1. Pengertian Likuiditas Saham
Reilly and Brown (2009:296) menyatakan market liquidity as the ability to
buy or sell an asset quickly with little price change from a prior transaction assuming
no new information.
Artinya, likuiditas pasar adalah kemampuan untuk membeli atau menjual
aset secara cepat dengan perubahan harga yang kecil dari transaksi sebelumnya
diasumsikan tidak ada informasi baru.
26
Menurut Madura (2006:47), liquid meaning that securities could be easily
converted to cash without a loss in value.
Artinya likuiditas berarti sekuritas dapat dengan mudah dikonversi menjadi
kas tanpa kehilangan nilai.
Sedangkan, menurut Arifin (2007;16) likuiditas saham adalah tingkat
kecepatan sebuah sarana investasi untuk dicairkan menjadi dana cash (uang) atau
ditukar dengan suatu nilai.
Definisi likuiditas saham menurut Bursa Efek Indonesia dalam Mulyana
(2011) adalah kelancaran yang menunjukkan tingkat kemudahan dalam mencairkan
modal investasi.
2.1.7.2. Perhitungan Likuiditas Saham
Ada beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengukur likuiditas
suatu saham. Dalam Mulyana (2011), parameter yang sering digunakan untuk
mengukur likuiditas suatu saham (Conroy et al., 1990) adalah:
1. Volume perdagangan
2. Tingkat spread
3. Information flow (aliran informasi)
4. Jumlah pemegang saham
5. Jumlah saham yang beredar
6. Transaction cost (besarnya biaya transaksi)
7. Harga saham
27
8. Volatilitas harga saham
Reilly and Brown (2009:296) menyatakan bahwa the most important
determinant of external market liquidity is the number of shares or the dollar value of
shares traded (the dollar value adjusts for different price levels).
Maksudnya penentu yang paling penting dari likuiditas pasar eksternal
adalah jumlah saham atau nilai uang dari saham yang diperdagangkan (nilai uang
menyesuaikan untuk tingkat harga yang berbeda).
Untuk menghitung likuiditas saham masing-masing emiten digunakan rumus
dengan menggunakan Trading Volume Activity (TVA) (Conroy et al. 1990 dalam
Mulyana, 2011):
TVA =
Kemudian dicari rata-ratanya dengan rumus:
Rata-rata TVA =
2.1.8. Return Saham
2.1.8.1. Pengertian Return Saham
Return merupakan keuntungan berupa tingkat pengembalian atas suatu
sekuritas yang dimiliki oleh investor. Besarnya return menjadi pertimbangan utama
bagi investor dalam berinvestasi pada sekuritas suatu perusahaan. Menurut Gitman
(2009:311) definisi return adalah sebagai berikut:
28
The total rate of return is the total gain or loss experienced on an
investment over a givenperiod. Mathematically, an investment’s total
return is the sum of any cash distributions (for example, dividends or
interest payments) plus the change in the investment’s value, divided by the
beginning-of-period value.
Artinya, total tingkat pengembalian adalah total keuntungan atau kerugian
yang dialami pada investasi selama periode tertentu. Secara matematis, total
pengembalian investasi adalah jumlah dari distribusi kas apapun (contohnya,
dividen atau pembayaran bunga) ditambah dengan perubahan dalam nilai investai,
dibagi dengan nilai periode awal investasi tersebut.
Sedangkan menurut Martalena dan Maya (2011:13), pada dasarnya ada dua
keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli atau memiliki saham, yaitu:
1. Dividen
Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan dan
berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah
mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Jika seorang pemodal
ingin mendapatkan dividen, pemodal tersebut harus memegang saham tersebut
dalam kurun waktu yang relatif lama, yaitu hingga kepemilikan saham tersebut
berada dalam periode di mana diakui sebagai pemegang saham yang berhak
mendapatkan dividen. Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen
tunai -artinya kepada setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai
dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham- atau dapat pula berupa dividen
saham yang berarti kepada setiap pemegang saham diberikan dividen sejumlah
29
saham sehingga jumlah saham yang dimiliki oleh seorang pemodal akan bertambah
dengan adanya pembagian dividen saham tersebut.
2. Capital Gain
Capital Gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital
Gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder.
Menurut Zubir (2011:4), return saham terdiri dari capital gain dan dividen
yield. Capital gain adalah selisih antara harga jual dan harga beli saham per lembar
dibagi dengan harga beli, dan dividen yield adalah dividen per lembar dibagi dengan
harga beli saham per lembar.
Berdasarkan teori-teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa return
saham terdiri dari dividen saham yang berasal dari keuntungan perusahaan dan
diputuskan pembagiannya dalam RUPS, dan dari capital gain/loss yang merupakan
selisih harga beli saham awal dengan harga jual saham pada periode lain.
2.1.8.2. Perhitungan Return Saham
Brigham and Houston (2010:388) menjelaskan perhitungan dari tingkat
keuntungan yang dihasilkan oleh dividen dan tingkat keuntungan yang dihasilkan
oleh capital gain sebagai berikut:
1. Dividen Yield (Imbal Hasil Dividen)
Dividen yang diharapkan dibagi dengan harga saham saat ini.
30
D1 = Nilai Dividen
P0 = Harga Pembelian Saham
2. Capital Gain Yield (Imbal Hasil Keuntungan Modal)
Keuntungan modal sepanjang satu tahun tertentu dibagi dengan harga awal.
Pt = Harga Penjualan Saham
Pt-1 = Harga Awal ketika Pembelian Saham
2.1.9. Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian-penelitian yang dijadikan referensi pada penelitian ini
ditampilkan dalam tabel berikut:
Tabel 2.2.
Penelitian Terdahulu
No. Peneliti Jurnal Judul Hasil
1. Deden
Mulyana
(2011)
Jurnal Magister
Manajemen
Volume 4 Nomor
1 Maret 2011
Analisis Likuiditas
Saham serta
Pengaruhnya terhadap
Harga Saham pada
Perusahaan yang
Berada pada Indeks
LQ45 di Bursa Efek
Indonesia
- Terdapat pengaruh yang
signifikan antara likuiditas
saham terhadap harga saham
2. Abdul
Ghafoor
Awan,
Kalsoom
Siddique,
Ghulan
Sarwar
(2014)
IISTE: Research
Journal of
Finance and
Accounting Vol
5, No. 23, 2014
The Effect of Economic
Value Added on Stock
Return: Evidence from
Selected Companies of
Karachi Stock
Exhange 2006-2010
-EVA is highly associated
with stock return and have a
positive and siginificant
results
31
3. Herry
Mardiyanto
(2013)
E-Journal Unesa:
Jurnal Ilmu
Manajemen
Volume 1 Nomor
1 Januari 2013
Analisis Pengaruh
Nilai Tambah
Ekonomi Dan Nilai
Tambah Pasar
Terhadap Harga
Saham Pada
Perusahaan Sektor
Ritel Yang Listing Di
BEI 2006-2011
-Secara simultan, Nilai
Tambah Ekonomi dan Nilai
Tambah Pasar berpengaruh
signifikan terhadap harga
saham
-Secara parsial, NITAMI
tidak berpengaruh signifikan
terhadap harga saham
-Secara parsial, Nilai
Tambah Pasar berpengaruh
signifikan terhadap harga
saham
4. Susi Dwi
Mulyani
dan
Djamhuri
(2014)
Indonesian
Article Research
Network: Vol. 2
No. 2, Juli-
Desember 2014
Pengaruh Economic
Value Added, Market
Value Added dan Good
Corporate Governance
Terhadap Return
Saham pada
Perusahaan Publik
yang Mendapat
Pemeringkatan Dari
The Indonesian
Institute For
Corporate Governance
2009-2011
-Secara parsial, EVA dan
MVA berpengaruh positif
signifikan terhadap return
saham
-Secara parsial, GCG tidak
berpengaruh signifikan
terhadap return saham
5. Yunita
Anggrahini
(2014)
E-Prints:
Universitas
Muhammadiyah
Surakarta
Pengaruh ROI, ROE,
EPS dan EVA
terhadap Return Saham
Pada Perusahan
Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Periode
2009-2011
-Secara parsial, ROI dan
EPS berpengaruh signifikan
terhadap return saham
- Secara parsial, EVA dan
ROE berpengaruh tidak
signifikan terhadap return
saham
- Secara simultan, ROI,
ROE, EPS dan EVA
berpengaruh signifikan
terhadap return saham. Sumber: Data Diolah Sendiri
2.2. Kerangka Pemikiran
2.2.1. Hubungan Economic Value Added (EVA) terhadap Return Saham
EVA merupakan ukuran kinerja yang menggabungkan perolehan nilai
dengan biaya untuk memperoleh nilai tambah (Hanafi, 2012:52). Jika nilai EVA
32
positif, maka laba operasi setelah pajak melebihi biaya modal yang dibutuhkan untuk
menghasilkan laba tersebut, dan tindakan manajemen menambah nilai bagi pemegang
saham (Brigham and Houston, 2010:111). Kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan nilai akan berdampak pada permintaan saham dan kemudian
meningkatkan harga saham tersebut sehingga return yang diperoleh melalui capital
gain pun besar (Agustina dan Alexander, 2011). Semakin tinggi nilai EVA maka nilai
return semakin tinggi (Pipit, 2012).
Penelitian yang dilakukan untuk menguji pengaruh EVA terhadap return
saham telah dilakukan oleh beberapa peneliti, seperti yang telah disebutkan dalam
poin kajian penelitian terdahulu, bahwa penelitian yang dilakukan oleh Awan et al.
(2014) menyimpulkan bahwa hubungan EVA dengan return saham sangat tinggi dan
hasilnya positif signifikan. Penelitian lain yang mendukung dilakukan oleh Mulyani
dan Djamhuri (2014) yang menemukan bahwa secara parsial EVA dan MVA
berpengaruh positif signifikan terhadap return saham. Artinya, hasil dari kedua jurnal
diatas menyimpulkan bahwa ada hubungan positif antara EVA dan return saham.
2.2.2. Hubungan Market Value Added (MVA) terhadap Return Saham
MVA adalah selisih antara nilai pasar dengan nilai buku saham (Hanafi,
2012:55). MVA positif, jika nilai pasarnya, yang merupakan fungsi dari harapan
pasar modal terhadap arus kas bebas masa mendatang, didiskontokan pada biaya
modal, melebihi modal yang diinvestasikan (O‟Bryne and Young, 2001:26). Makin
tinggi nilai MVA, makin baik pekerjaan yang telah dilakukan manajemen bagi
33
pemegang saham perusahaan (Brigham and Houston, 2011:111). MVA yang tinggi
maka tingkat pengembalian saham juga tinggi sehingga menyebabkan harga saham
ikut naik (Sonia dkk., 2014).
Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Mulyani dan Djamhuri
(2014) dalam jurnalnya yang menyimpulkan bahwa MVA berpengaruh positif
signifikan terhadap return saham. Kemudian oleh Mardiyanto (2013) yang
menemukan bahwa secara parsial MVA/Nilai Tambah Pasar berpengaruh signifikan
terhadap harga saham. Kesimpulannya, baik secara teoritis dan didukung oleh hasil
penelitian sebelumnya maka MVA memiliki hubungan positif dengan return saham.
2.2.3. Hubungan Return on Investment (ROI) terhadap Return Saham
Hasil pengembalian investasi atau lebih dikenal dengan nama Return On
Investment (ROI) merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah
aktiva yang digunakan dalam perusahaan (Kasmir, 2013:201). Ratio ini
menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasinya perusahaan dengan
jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasi
tersebut (Munawir, 2010:89). ROI yang semakin tinggi akan meningkatkan daya tarik
investor, sehingga harga saham relatif meningkat (Sonia dkk., 2014).
Hubungan ROI terhadap return saham didukung oleh penelitian Anggrahini
(2014) yang menyimpulkan bahwa secara ROI berpengaruh signifikan terhadap
return saham.
34
Perusahaan Pemegang
Saham
Laporan
Keuangan
Financial
Performance
EVA MVA ROI Likuiditas
Saham
Return
Saham
2.2.4. Hubungan Likuiditas Saham terhadap Return Saham
Ukuran yang diperhitungkan dalam berinvestasi adalah tingkat likuiditas dari
investasi yang investor tanamkan. Semakin likuid maka semakin baik. Likuiditas
saham adalah tingkat kecepatan sebuah sarana investasi untuk dicairkan menjadi dana
cash (uang) atau ditukar dengan suatu nilai (Arifin, 2007;16).
Penelitian yang mendukung bahwa likuiditas saham berpengaruh terhadap
return saham telah dilakukan oleh Mulyana (2011) yang menemukan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan antara likuiditas saham terhadap harga saham.
Berdasarkan pemaparan di atas, kerangka pemikiran dalam penelitian ini
dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1.
Kerangka Pemikiran
35
Economic Value Added
(EVA)
X1
Market Value Added
(MVA)
X2
Return On Investment
(ROI)
X3
Likuiditas Saham
X4
Return Saham
Y
2.3. Hipotesis Penelitian
Adapun paradigma penelitian yang menggambarkan hipotesis penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Keterangan: Parsial
Simultan
Gambar 2.2.
Paradigma Penelitian
36
H1: Terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial dari EVA terhadap return
saham.
H2: Terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial dari MVA terhadap return
saham.
H3: Terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial dari ROI terhadap return
saham.
H4: Terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial dari likuiditas saham terhadap
return saham.
H5: Terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan dari EVA, MVA, ROI dan
likuiditas saham terhadap return saham.