24
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori ini menyatakan bahwa praktek perataan laba dipengaruhi oleh konflik manajemen (agent) dan pemilik (principal) yang timbul ketika setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendakinya (Noviana & Yuyetta, 2011). Asumsi dalam teori agency yaitu bahwa tiap-tiap individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antar pemilik dan manajemen. Konflik kepentingan tersebut terjadi karena adanya asimetri informmasi. Asimetri informasi terjadi karena manajer memiliki informasi internal perusahaan relatif lebih banyak dan mengetahui informasi tersebut relatif lebih cepat dibandingkan dengan pihak eksternal (Widhianingrum, 2012). Asimetri antara agent dan principal dapat memicu mamnajer untuk melakukan disfuctional behavior, yakni menggunakan informasi yang diketahui untuk merekayasa laporan keuangan dalam usaha untuk memaksimalkan kemakmuran (Noviana & Yuyetta, 2011). Didalam sebuah perusahaan terdapat tiga pihak utama (major participant) yang memiliki kepentingan berbeda yaitu: manajemen, pemegang saham (sebagai pemilik), dan buruh atau tenaga kerja. Prinsip pengambilan keputusan yang diambil oleh manajer adalah bahwa manajer 11 Pengaruh Profitabilitas, Financial..., Irwansyah, Fakultas Ekonomi UMP, 2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...repository.ump.ac.id/302/3/BAB II_IRWANSYAH_AKUNTANSI'16.pdf · dapat didorong untuk bertindak demi kepentingan ... Tindakan

Embed Size (px)

Citation preview

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori ini menyatakan bahwa praktek perataan laba dipengaruhi oleh

konflik manajemen (agent) dan pemilik (principal) yang timbul ketika

setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat

kemakmuran yang dikehendakinya (Noviana & Yuyetta, 2011). Asumsi

dalam teori agency yaitu bahwa tiap-tiap individu semata-mata termotivasi

oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik

kepentingan antar pemilik dan manajemen. Konflik kepentingan tersebut

terjadi karena adanya asimetri informmasi.

Asimetri informasi terjadi karena manajer memiliki informasi

internal perusahaan relatif lebih banyak dan mengetahui informasi tersebut

relatif lebih cepat dibandingkan dengan pihak eksternal (Widhianingrum,

2012). Asimetri antara agent dan principal dapat memicu mamnajer untuk

melakukan disfuctional behavior, yakni menggunakan informasi yang

diketahui untuk merekayasa laporan keuangan dalam usaha untuk

memaksimalkan kemakmuran (Noviana & Yuyetta, 2011).

Didalam sebuah perusahaan terdapat tiga pihak utama (major

participant) yang memiliki kepentingan berbeda yaitu: manajemen,

pemegang saham (sebagai pemilik), dan buruh atau tenaga kerja. Prinsip

pengambilan keputusan yang diambil oleh manajer adalah bahwa manajer

11

Pengaruh Profitabilitas, Financial..., Irwansyah, Fakultas Ekonomi UMP, 2016

12

harus memilih tindakan-tindakan yang akan memaksimalkan kekayaan

pemegang saham. Dengan kata lain, pengambilan keputusan tidak

didasarkan atas kepentingan manajemen namun harus mengacu pada

kepentingan pemegang saham. Namun kenyataan yang terjadi dibanyak

perusahaan adalah manajer cenderung memilih tindakan yang

menguntungkan kepentingannya, misalnya memaksimalkan kekayaannya

daripada menguntungkan pemegang saham.

Brigham dan Houston (2006), menyatakan bahwa para manajer

dapat didorong untuk bertindak demi kepentingan utama dari pemegang

saham melalui insentif-insentif yang memberikan imbalan atas setiap

kinerja yang baik atau hukuman untuk kinerja yang buruk. Beberapa

mekanisme spesifik yang digunakan untuk memotivasi para manajer untuk

bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham antara lain:

kompensasi manajerial, intervensi langsung oleh pemegang saham, ancaman

pemecatan, dan ancaman pengambilalihan.

Informasi akuntansi juga digunakan principal untuk menilai kinerja

manajer, yang selanjutnya dijadikan dasar pemberian reward (biasanya

dalam bentuk bonus). Konsekuensi logis dari penggunaan informasi

akuntansi sebagai dasar pemberian reward tersebut adalah munculnya

perilaku tidak semestinya dikalangan manajer. Manajer cenderung

melakukan perataan dengan memanipulasi informasi sedemikian rupa agar

kinerjanya tampak bagus.

Pengaruh Profitabilitas, Financial..., Irwansyah, Fakultas Ekonomi UMP, 2016

13

2.1.2 Teori Signal (Signaling Theory)

Signaling theory merupakan salah satu bentuk teori yang

memberikan gambaran mengenai keadaan dan tindakan manajer perusahaan

terhadap pemilik perusahaan maupun calon investor. Hal itu berdampak

pada keberhasilan dan kegagalan manajer atau agen yang harus disampaikan

kepada pemilik atau pemegang saham (Pratiwi, 2013).

Tindakan yang ditempuh oleh manajer tersebut tidak terlepas dari

keinginannya untuk memberikan kesan positif terhadap situasi perusahaan

yang dikelolanya sehingga penyampaian sinyal-sinyal yang baik dan

bermutu sangat diperlukan. Dalam signaling theory, kesulitan untuk

membedakan mana perusahaan yang berkualitas rendah maupun yang

berkualitas tinggi dapat dihindari, karena setiap manajer perusahaan yang

kualitas perusahaannya lebih tinggi akan mampu memberikan sinyal-sinyal

yang lebih baik kepada investor dibandingkan perusahaan dengan kualitas

yang rendah. Dengan demikian, sinyal yang akan disampaikan oleh manajer

akan menjadi tolak ukur bagi investor dalam pengambilan keputusan

investasi.

1.2 Telaah Pustaka

2.2.1 Perataan Laba (income smoothing)

Menurut Belkaoui (2004) dalam Santoso & Salim (2012), definisi

awal perataan laba (income smoothing) adalah pengurangan fluktuasi laba

dari tahun ke tahun dengan memindahkan pendapatan dari tahun-tahun

Pengaruh Profitabilitas, Financial..., Irwansyah, Fakultas Ekonomi UMP, 2016

14

yang tinggi pendapatannya ke periode-periode yang kurang

menguntungkan. Definisi yang lebih akhir mengenai perataan laba

melihatnya sebagai fenomena proses manipulasi profil waktu dari

pendapatan atau laporan pendapatan yang dilaporkan selama periode

tersebut. Hepworth (1953) dalam Santoso & Salim (2012) menjelaskan

bahwa praktik perataan laba yang dilakukan oleh manajemen merupakan

suatu tindakan yang rasional dan logis karena adanya alasan perataan laba

sebagai berikut:

1. Sebagai teknik untuk mengurangi laba dan menaikkan biaya pada

tahun berjalan sehingga pajak yang terhutang atas perusahaan

menjadi kecil.

2. Sebagai bentuk peningkatan citra perusahaan dimata investor,

karena mendukung kestabilan penghasilan dan kebijakan dividen

sesuai dengan keinginan investor ketika perusahaan mengalami

kenaikan atas laba yang diperolehnya.

3. Sebagai jembatan penghubung antara manajemen perusahaan

dengan karyawannya.

Praktek perataan laba merupakan fenomena yang umum terjadi

sebagai usaha manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang

dilaporkan (Cahyani, 2012). Adanya perataan laba sebenarnya

memperlihatkan bahwa manajer berusaha untuk menyembunyikan

informasi ekonomi perusahaan kepada stokeholder (Syafriont, 2008).

Praktek perataan laba banyak menjadi perdebatan berbagai pihak. Oleh

Pengaruh Profitabilitas, Financial..., Irwansyah, Fakultas Ekonomi UMP, 2016

15

berbagai pihak tindakan perataan laba dinilai merugikan karena laba yang

dilaporkan tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya. Pada

intinya tindak perataan laba diharapkan dapat memberikan pengaruh yang

memnguntungkan bagi pihak manajemen yang kinerjanya diukur dari

informasi tersebut.

Dalam penelitian ini perataan laba diproksi menggunakan indeks

eckel. Adapun untuk menghitung indeks eckel dapat menggunakan rumus

sebagai berikut (Christina, 2012) :

Indeks Perataan Laba =

Dimana:

ΔI : Perubahan Laba dalam suatu periode

ΔS : Perubahan penjualan dalam suatu periode

CV : Koefisien variasi dari variabel yaitu standar deviasi dibagi

dengan nilai rata-rata.

Dimana dapat dihitung sebagai berikut :

√(∑

) : ∆I

√(∑

): ∆S

Pengaruh Profitabilitas, Financial..., Irwansyah, Fakultas Ekonomi UMP, 2016

16

atau

=

Keterangan :

: Perubahan laba dalam suatu periode

: Laba tahun yang diamati

: Perubahan penjualan dalam suatu periode

: Penjualan tahun yang dimati

: Rata-rata perubahan laba

: Rata-rata perubahan penjualan

: Banyaknya tahun yang diamati

Berdasarkan indeks eckel, Perubahan diklasifikasikan sebagai suatu

perusahaan perataan laba bila hasil dari pembagian kurang

dari 1 (Christina, 2012). Dalam penelitian ini variabel peraataan laba

diukur dengan menggunakan variabel dummy.Kategori perusahaan yang

melakukan perataan laba diberi nilai dummy 1, dan perusahaan yang tidak

melakukan perataan laba diberi nilai dummy 0.

2.2.2 Profitabilitas

Profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan

perusahaan dalam mencari keuntungan serta mengukur tingkat efektivitas

manajemen suatu perusahaan (Kasmir, 2011). Keuntungan yang dimiliki

manajemen apabila profitabilitas perusahaan yang stabil, yaitu

mengamankan posisi atau jabatan dalam perusahaan. Selain itu

Pengaruh Profitabilitas, Financial..., Irwansyah, Fakultas Ekonomi UMP, 2016

17

profitabilitas perusahaan yang stabil juga memberikan keyakinan pada

investor atas investasi yang dilakukan karena perusahaan dinilai baik

dalam menghasilkan laba.

Semakin besar tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar

peluang perusahaan mengalami penurunan profitabilitas di masa yang akan

datang sehingga semakin besar perusahaan mengalami fluktuatif

pendapatan yang menyebabkan ketidakstabilan perusahaan dalam

memperoleh pendapatan, sehingga semakin besar profitabilitas perusahaan

maka semakin besar manajer perusahaan melakukan praktik perataan laba

untuk menjaga kestabilan perusahaan dalam suatu pengambilan keputusan.

Rasio profitabilitas menurut Sartono (2000) dapat diproksikan

menggunakan :

1. Gross Profit Margin

2. Net Profit Margin

3. Return On Assets

4. Return On Net Worth

Dalam penelitian ini profitabilitas diukur dengan rasio ROA (Return

On Assets) dengan cara membandingkan laba setelah pajak dengan total

aset. Return on assets (ROA) menunjukkan efektivitas perusahaan dalam

mengelola aset baik dari modal sendiri maupun dari modal pinjaman,

investor akan melihat seberapa efektif suatu perusahaan dalam mengelola

assets. Semakin tinggi tingkat return on assets (ROA) maka akan

Pengaruh Profitabilitas, Financial..., Irwansyah, Fakultas Ekonomi UMP, 2016

18

memberikan efek terhadap volume penjualan saham, artinya tinggi

rendahnya return on assets (ROA) akan Semakin tinggi profitabilitas

perusahaan, maka akan semakin baik kinerja manajemen dalam mengelola

perusahaan, sehingga dengan tingkat profitabilitas yang rendah akan

cenderung melakukan perataan laba. Hal ini jika diasumsikan bahwa

insvestor tidak mempunyai resiko, sehingga investor akan lebih memilih

perusahaan yang mempunyai kondisi keuangan yang baik. Oleh karena itu

perusahaan yang memiliki profitabilitas laba yang lebih rendah cenderung

melakukan tindakan perataan laba.

2.2.3 Financial Leverage

Financial Leverage menunjukkan sejauh mana aset perusahaan telah

dibiayai oleh penggunaan hutang (Kasmir, 2011). Financial Leverage

merupakan perbandingan antara hutang dan aktiva yang menunjukan

berapa bagian aktiva yang digunakan untuk menjamin hutang (Butar dan

Sudarsi, 2012). Adanya hutang maka perusahaan berkewajiban membayar

secara periodik atas beban bunga dan pokok hutang.

Tingginya resiko keuangan (financial leverage) menggambarkan

semakin banyak pembiayaan-pembiayaan yang dibiayai oleh hutang

(Christina, 2012). Hal tersebut merupakan kondisi yang kurang baik bagi

investor karena resiko yang dihadapi akan semakin besar. Semakin besar

utang perusahaan maka semakin besar pula resiko yang dihadapi investor

sehingga investor akan meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi.

Akibat kondisi tersebut perusahaan cenderung melakukan perataan laba.

Pengaruh Profitabilitas, Financial..., Irwansyah, Fakultas Ekonomi UMP, 2016

19

Perusahaan meskipun memiliki hutang yang besar akan bisa diterima

investor jika memiliki laba yang stabil dibandingkan dengan perusahaan

yang memiliki laba yang tidak stabil, karena dengan peningkatan hutang

yang diikuti dengan stabilnya laba maka perusahaan dianggap baik dalam

mengelola hutangnya dan dalam meningkatkan asetnya sehingga tidak

merugikan baik dari investor maupun kreditor. Menurut (Cahyani, 2012)

Semakin tinggi resiko keuangan (financial leverage) maka perusahaan

cendrung melakukan praktek perataan laba, karena perusahaan berusaha

untuk menghindari pelanggaran kontrak perjanjian hutang.

Financial leverage diproksikan dengan debt to equity ratio yang di

peroleh melalui total utang dibagi dengan total modal sendiri. Adanya

indikasi perusahaan melakukan perataan laba untuk menghindari

pelanggaran perjanjian utang dapat dilihat melalui kemampuan perusahaan

tersebut untuk melunasi utangnya dengan menggunakan aset yang

dimiliki. Perusahaan yang mempunyai tingkat leverage yang tinggi diduga

melakukan perataan laba karena perusahaan terancam default sehingga

manajemen membuat kebijakan yang dapat meningkatkan pendapatan.

Tingkat leverage yang tinggi mengidentifikasikan resiko perusahaan yang

tinggi pula sehingga kreditor sering memperhatikan besarnya resiko ini.

Namun dengan tingkat laba yang tinggi (stabil) maka resiko perusahaan

akan kecil (Subramanyam, 2010). Rumus yang digunakan sebagai berikut

(Sartono, 2000) :

Debt To Equity Ratio

Pengaruh Profitabilitas, Financial..., Irwansyah, Fakultas Ekonomi UMP, 2016

20

2.2.3 Dividend Payout Ratio

Menurut Christina (2012), dividend payout ratio merupakan rasio

besarnya dividend yang diberikan pada pemegang saham. Rasio ini

menunjukan presentase laba yang dibayarkan oleh pemegang saham dalam

bentuk kas (Noviana dan Yuyetta, 2011). Pembagian dividend kepada

pemegang saham dilakukan pada perusahaan mengalami laba dan besar

kecilnya dividend tergantung oleh besar kecilnya laba yang diperoleh

perusahaan.

Bagi investor dividend payout ratio salah satu yang dijadikan

sebagai pertimbangan investasinya. Pada umumnya investor lebih

menyukai kebijakan dividend payout ratio yang tinggi. Hal ini mendorong

perusahaan untuk menerapkan kebijakan dividend payout ratio yang

tinggi, padahal perusahaan yang menerapkan tingkat dividend yang tinggi

akan memiliki tingkat risiko yang tinggi apabila terjadi fluktuasi laba yang

besar. Kebijakan dividend menggunakan dividend payout ratio sangat

mempengaruhi perilaku perataan laba. Semakin tinggi dividend, maka

ratio dividend payout ratio akan semakin tinggi hal tersebut disebabkan

karena pembagian dividend tergantung pada laba yang diperoleh

perusahaan, sehingga semakin tinggi laba suatu perusahaan maka

perusahaan akan melakukan praktik perataan laba (Noviana dan Yuyetta,

2012).

Rasio dividend payout ratio menurut Atmaja (2003) dapat

diproksikan menggunakan rumus :

Pengaruh Profitabilitas, Financial..., Irwansyah, Fakultas Ekonomi UMP, 2016

21

dividend payout ratio

2.2.4 Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional adalah presentase hak suara yang

dimiliki oleh institusi. Presentase saham yang dimiliki oleh pihak

eksternal, seperti lembaga, perusahaan, asuransi, bank atau institusi lain

(Yani dan Budhiartha, 2014). Adanya investor institusi sebagai pemegang

saham dapat mengurangi tindakan manjemen laba, kepemilikan saham

yang besar oleh pihak institusional merupakan salah satu mekanisme untuk

mengawasi kinerja manajemen. Pemegang saham institusional dapat

mengimbangi informasi yang dimiliki oleh manajemen sehingga asimetri

informasi yang terjadi antara manajemen dan pemilik rendah. Ini berarti

jika suatu perusahaan memiliki investor institusi yang tinggi, maka

tindakan manajer akan dibatasi dan manajer menjadi tidak leluasa untuk

melakukan perataan laba Junianto (2013) dalam Suryani & Damayanti

(2015). Kepemilikan institusional diukur dari presentase antara saham

yang dimiliki institusi dibagi dengan banyaknya saham yang beredar

(Putra, 2012).

KI =

Pengaruh Profitabilitas, Financial..., Irwansyah, Fakultas Ekonomi UMP, 2016

22

2.2.5 Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat

diklasifikasikan menurut berbagai cara, antara lain: total aset, log size,

nilai pasar saham, dan lain-lain (Atarmawan, 2011). Perusahaan dengan

size besar mempunyai insentif yang besar untuk melakukan perataan laba

dibandingkan dengan perusahaan kecil. Karena perusahaan yang memiliki

aktiva dalam jumlah yang besar akan lebih diperhatikan oleh publik dan

pemerintah (Butar dan Sudarsi, 2012).

Semakin besar ukuran perusahaan maka semakin besar perusahaan

mendapat perhatian terkait kinerja perusahaan, perataan laba dilakukan

manajer sebagai bentuk manipulasi laba dianggap tidak memberikan

informasi yang sesungguhnya terkait kinerja perusahaan sehingga

perusahaan besar yang tergolong mendapat perhatian besar akan

membatasi manajer dalam melakukan perataan laba karena jika perusahaan

besar terbukti melakukan perataan laba maka akan dapat menjatuhkan nilai

suatu perusahaan yang dianggap tidak menyampaikan informasi

sesungguhnya yang berdampak pada penilaian kinerja perusahaan

(Praseyta & Rahardjo, 2013).

Penentuan ukuran perusahaan dalam penelitian ini didasarkan

kepada total aset perusahaan, karena total aset dianggap lebih stabil dan

lebih dapat mencerminkan ukuran perusahaan (Machfoedz 1994 dalam

Yulia, 2013). Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam

Pengaruh Profitabilitas, Financial..., Irwansyah, Fakultas Ekonomi UMP, 2016

23

kategori yaitu besar, menengah dan kecil. Menurut (Butar dan Sudarsi,

2012) ukuran perusahaan dapat diukur dengan rumus sebagai berikut :

Ukuran Perusahaan = Ln Total Aktiva

1.3 Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Hasil

1 Santoso &

Salim (2012)

Pengaruh

profitabilitas,

financial leverage,

deviden, ukuran

perusahaan,

kepemilikan

institusional, dan

kelompok usaha

terhadap perataan

laba (studi kasus

pada perusahaan

non- finansial yang

terdaftar di BEI).

Variabel profitabilitas dan

kelompok usaha tidak

berpengaruh terhadap

tindakan perataan laba,

variabel financial leverage

dan dividen berpengaruh

negatif terhadap tindakan

perataan laba dan variabel

ukuran perusahaan dan

kepemilikan institusional

berpengaruh positif

terhadap tindakan perataan

laba.

Pengaruh Profitabilitas, Financial..., Irwansyah, Fakultas Ekonomi UMP, 2016

24

2 Prasetya &

rahardjo

(2013)

Pengaruh ukuran

perusahaan,

profitabilitas,

financial leverage,

klasifikasi KAP dan

likuiditas terhadap

praktik perataan

laba.

Variabel financial

leverage dan likuiditas

berpengaruh positif

signifikan terhadap praktik

perataan laba, sedangkan

ukuran perusahaan,

profitabilitas, dan

klasifikasi KAP tidak

berpengaruh signifikan

terhadap praktik perataan

laba.

3 Sulistyawati

(2013)

Pengaruh

perusahaan,

kebijakan deviden,

dan reputasi auditor

terhadap perataan

laba.

Nilai perusahaan,

kebijakan dividen dan

reputasi auditor tidak

memiliki pengaruh

terhadap perataan laba.

4 Noviana &

Yuyetta

(2011)

Analisis faktor-

faktor yang

mempengaruhi

praktik perataan laba

(studi empiris

perusahaan

manufaktur yang

terdaftar di BEI

periode 2006-2010).

profitabilitas, risiko

keuangan, nilai perusahan,

kepemilikan saham

manajerial, kepemilikan

saham publik tidak

memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap

perusahaan untuk

melakukan perataan laba,

dividend Payout Ratio

(DPR) yang memiliki

pengaruh positif signifikan

terhadap probabilitas

Pengaruh Profitabilitas, Financial..., Irwansyah, Fakultas Ekonomi UMP, 2016

25

perusahaan untuk

melakukan perataan laba.

5 Widana N.&

Yasa (2013)

Perataan laba serta

faktor-faktor

mempengaruhinya di

BEI periode (2007-

2011).

Profitabilitas dan net profit

margin berpengaruh

positif signifikan terhadap

tindakan perataan laba.

Sedangkan ukuran

perusahaan, dividend

payout ratio, dan financial

leverage tidak

berpengaruh signifikan

terhadap tindakan perataan

laba.

6 Prabayanti &

Yasa (2011)

Perataan laba

(income smoothing)

dan analisis faktor-

faktor yang

mempengaruhinya

(studi pada

perusahaan

manufaktur yang

terdaftar di BEI

periode 2004-2008).

Ukuran perusahaan,

kepemilikan institusional,

dan reputasi auditor tidak

berpengaruh terhadap

perataan laba,

profitabilitas berpengaruh

positif terhadap pertaan

laba, dan financial

leverage berpengaruh

negatif terhadap perataan

laba.

7 Martini &

Denny (2012)

Ukuran perusahaan,

profitabilitas,

financial Leverage,

dividend payout

ratio dan

Variabel ukuran

perusahaan, profitabilitas

dan return on asset

berpengaruh terhadap

tindakan perataan laba,

Pengaruh Profitabilitas, Financial..., Irwansyah, Fakultas Ekonomi UMP, 2016

26

Kecenderungan

perataan laba.

sedangkan variabel

financial leverage dan

dividend payout ratio

tidak ber-pengaruh

terhadap tindakan perataan

laba.

1.4 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan kenyataan yang ada, seringkali perhatian pengguna

laporan keuangan hanya tertuju pada informasi laba tanpa memperhatikan

darimana perusahaan memperoleh laba tersebut. Adanya kecenderungan lebih

memperhatikan laba dalam laporan keuangan disadari oleh manajemen,

sehingga mendorong timbulnya perilaku menyimpang yaitu perataan laba.

Dalam penelitian ini melakukan pengujian kembali yaitu menggunakan

variabel independen profitabilitas, financial leverage, dividend payout ratio,

kepemilikan institusional, dan ukuran perusahaan. Sedangkan, variabel

dependen adalah perataan laba.

Menurut teori agency adanya investor institusi sebagai pemegang

saham dapat mengurangi tindakan manjemen laba, kepemilikan saham yang

besar yang dimiliki oleh pihak institusional merupakan salah satu mekanisme

untuk mengawasi kinerja manajemen. Pemegang saham institusional dapat

mengimbangi informasi yang dimiliki oleh manajemen sehingga asimetri

informasi yang terjadi antara manajemen dan pemilik rendah. Ini berarti jika

suatu perusahaan memiliki investor institusi yang tinggi, maka tindakan

manajer akan dibatasi dan manajer menjadi tidak leluasa untuk melakukan

Pengaruh Profitabilitas, Financial..., Irwansyah, Fakultas Ekonomi UMP, 2016

27

perataan laba Junianto (2013) dalam Suryani & Damayanti (2015). Dan untuk

variabel ukuran perusahaan dimana perusahaan besar yang tergolong

mendapat perhatian besar akan membatasi manajer dalam melakukan

perataan laba karena jika perusahaan besar terbukti melakukan perataan laba

maka akan dapat menjatuhkan nilai suatu perusahaan yang dianggap tidak

menyampaikan informasi sesungguhnya yang berdampak pada penilaian

kinerja perusahaan.

Sedangkan, dalam signaling theory kesulitan untuk membedakan

mana perusahaan yang berkualitas rendah maupun yang berkualitas tinggi

dapat dihindari, karena setiap manajer perusahaan yang kualitas

perusahaannya lebih tinggi akan mampu memberikan sinyal-sinyal yang lebih

baik kepada investor dibandingkan perusahaan dengan kualitas yang rendah.

Dengan demikian, sinyal yang akan disampaikan oleh manajer akan menjadi

tolak ukur bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Dimana

pengambilan keputusan akan berpengaruh pada pertumbuhan profitabilitas,

financial leverage dan dividend payout ratio. Dimana pada variabel

profitabilitas, semakin meningkatnya profitabilitas perusahaan maka semakin

besar manajer perusahaan melakukan praktik perataan laba untuk menjaga

kestabilan perusahaan dalam suatu pengambilan keputusan. Untuk variabel

financial leverage dimana semakin besar utang perusahaan maka semakin

besar pula resiko yang dihadapi investor sehingga investor akan meminta

tingkat keuntungan yang semakin tinggi. Akibat kondisi tersebut perusahaan

cenderung melakukan perataan laba. Sedangkan pada variabel dividend

Pengaruh Profitabilitas, Financial..., Irwansyah, Fakultas Ekonomi UMP, 2016

28

Perataan laba

(Y)

payout ratio Semakin tinggi dividend, maka ratio dividend payout ratio akan

semakin tinggi hal tersebut disebabkan karena pembagian dividend

tergantung pada laba yang diperoleh perusahaan, sehingga semakin tinggi

laba suatu perusahaan maka perusahaan akan melakukan praktik perataan

laba (Noviana & Yuyetta, 2012).

Dari landasan teori dan telaah pustaka diatas, maka dapat

digambarkan kerangka pemikiran yang dituangkan dalam model penelitian

pada gambar dibawah ini yang menunjukan kemungkinan pengaruh variabel

independen secara parsial terhadap variabel dependen yaitu perataan laba

pada perusahaan property and real estate yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) periode 2011-2014.

H1 (+)

H2 (+)

H3 (+)

H4 (-)

H5 (-)

Gambar 2.1 Model Penelitian

Profitabilitas (X1)

Financial Leverage (X2)

Dividend Payout Ratio

(X3)

Ukuran Perusahaan (X5)

Kepemilikan Institusional

(X4)

Pengaruh Profitabilitas, Financial..., Irwansyah, Fakultas Ekonomi UMP, 2016

29

1.5 Hipotesis

Atas dasar kerangka pemikiran diatas, maka hipotesis dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut :

1.5.1 Pengaruh profitabilitas terhadap perataan laba

Menurut signaling theory kesulitan untuk membedakan mana

perusahaan yang berkualitas rendah maupun yang berkualitas tinggi dapat

dihindari, karena setiap manajer perusahaan yang kualitas perusahaannya

lebih tinggi akan mampu memberikan sinyal-sinyal yang lebih baik kepada

investor dibandingkan perusahaan dengan kualitas yang rendah. Dengan

demikian, sinyal yang akan disampaikan oleh manajer akan menjadi tolak

ukur bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Profitabilitas

merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari

keuntungan serta mengukur tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan

(Kasmir, 2011).

Selain itu profitabilitas perusahaan yang stabil juga memberikan

keyakinan pada investor atas investasi yang dilakukan karena perusahaan

dinilai baik dalam menghasilkan laba. Semakin besar tingkat profitabilitas

perusahaan maka semakin besar peluang perusahaan mengalami penurunan

profitabilitas di masa yang akan datang, sehingga semakin besar perusahaan

mengalami fluktuatif pendapatan yang menyebabkan ketidakstabilan

perusahaan dalam memperoleh pendapatan. Sehingga semakin besar

profitabilitas perusahaan maka semakin besar manajer perusahaan melakukan

Pengaruh Profitabilitas, Financial..., Irwansyah, Fakultas Ekonomi UMP, 2016

30

praktik perataan laba untuk menjaga kestabilan perusahaan dalam suatu

pengambilan keputusan.

Hasil penelitian oleh (Prasetya & Rahardjo 2013) dan (Martini &

Denny, 2012) menyimpulkan bahwa profitabilitas berpengaruh positif

terhadap perataan laba.

: Profitabilitas berpengaruh positif terhadap perataan laba.

1.5.2 Pengaruh financial leverage terhadap perataan laba

Financial Leverage menunjukkan sejauh mana aset perusahaan telah

dibiayai oleh penggunaan hutang (Kasmir, 2011). Menurut signaling theory

kesulitan untuk membedakan mana perusahaan yang berkualitas rendah

maupun yang berkualitas tinggi dapat dihindari, karena setiap manajer

perusahaan yang kualitas perusahaannya lebih tinggi akan mampu

memberikan sinyal-sinyal yang lebih baik kepada investor dibandingkan

perusahaan dengan kualitas yang rendah. Dengan demikian, sinyal yang akan

disampaikan oleh manajer akan menjadi tolak ukur bagi investor dalam

pengambilan keputusan investasi.

Financial Leverage merupakan perbandingan antara hutang dan aktiva

yang menunjukan berapa bagian aktiva yang digunakan untuk menjamin

hutang (Butar dan Sudarsi, 2012). Adanya hutang maka perusahaan

berkewajiban membayar secara periodik atas beban bunga dan pokok hutang.

Semakin besar utang perusahaan maka semakin besar pula resiko yang

Pengaruh Profitabilitas, Financial..., Irwansyah, Fakultas Ekonomi UMP, 2016

31

dihadapi investor sehingga investor akan meminta tingkat keuntungan yang

semakin tinggi. Akibat kondisi tersebut perusahaan cenderung melakukan

perataan laba. Perusahaan meskipun memiliki hutang yang besar akan bisa

diterima investor jika memiliki laba yang stabil dibandingkan dengan

perusahaan yang memiliki laba yang tidak stabil, karena dengan peningkatan

hutang yangdi ikuti dengan stabilnya laba maka perusahaan dianggap baik

dalam mengelola hutangnya dan dalam meningkatkan asetnya sehingga tidak

merugikan baik dari investor maupun kreditor.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Prasetya & Rahardjo 2013),

(Santoso & Salim, 2012), dan (Prabayanti dan Yasa, 2009) menyimpulkan

bahwa financial leverage berpengaruh signifikan terhadap perataan laba.

: Financial Leverage berpengaruh positif terhadap perataan

laba.

1.5.3 Pengaruh dividend payout ratio terhadap perataan laba

Pada umumnya investor lebih menyukai kebijakan dividend payout

ratio yang tinggi. Hal ini mendorong perusahaan untuk menerapkan

kebijakan dividend payout ratio yang tinggi, padahal perusahaan yang

menerapkan tingkat dividend yang tinggi akan memiliki tingkat risiko yang

tinggi apabila terjadi fluktuasi laba yang besar. Menurut signaling theory

kesulitan untuk membedakan mana perusahaan yang berkualitas rendah

maupun yang berkualitas tinggi dapat dihindari, karena setiap manajer

perusahaan yang kualitas perusahaannya lebih tinggi akan mampu

Pengaruh Profitabilitas, Financial..., Irwansyah, Fakultas Ekonomi UMP, 2016

32

memberikan sinyal-sinyal yang lebih baik kepada investor dibandingkan

perusahaan dengan kualitas yang rendah.

Dengan demikian, sinyal yang akan disampaikan oleh manajer akan

menjadi tolak ukur bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi.

Kebijakan dividend menggunakan dividend payout ratio (DPR) sangat

mempengaruhi perilaku perataan laba. Semakin tinggi dividend, maka ratio

DPR akan semakin tinggi hal tersebut disebabkan karena pembagian

dividend tergantung pada laba yang diperoleh perusahaan, sehingga semakin

tinggi laba suatu perusahaan maka perusahaan akan melakukan praktik

perataan laba (Noviana & Yuyetta, 2012).

Hasil penelitian yang dilakukan (Noviana dan Yuyetta, 2012) dan

(Santoso & Salim, 2012) menyimpulkan bahwa dividend payout ratio

berpengaruh positif terhadap perataan laba.

:Dividend payout ratio berpengaruh positif terhadap perataan

laba.

1.5.4 Pengaruh kepemilikan institusional terhadap perataan laba

Kepemilikan institusional adalah presentase hak suara yang dimiliki

oleh institusi. Presentase saham yang dimiliki oleh pihak eksternal, seperti

lembaga, perusahaan, asuransi, bank atau institusi (Yani dan Budhiartha,

2014). Menurut teori agency adanya investor institusi sebagai pemegang

saham dapat mengurangi tindakan manjemen laba, kepemilikan saham yang

Pengaruh Profitabilitas, Financial..., Irwansyah, Fakultas Ekonomi UMP, 2016

33

besar oleh pihak institusional merupakan salah satu mekanisme untuk

mengawasi kinerja manajemen. Pemegang saham institusional dapat

mengimbangi informasi yang dimiliki oleh manajemen sehingga asimetri

informasi yang terjadi antara manajemen dan pemilik rendah. Ini berarti jika

suatu perusahaan memiliki investor institusi yang tinggi, maka tindakan

manajer akan dibatasi dan manajer menjadi tidak leluasa untuk melakukan

perataan laba Junianto (2013) dalam Suryani & Damayanti (2015).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh (butar dan sudarsi, 2012)

menyimpulkan kepemilikan istitusional berpengaruh negatif terhadap

perataan laba

: Kepemilikan Institusional berpengaruh negatif terhadap

perataan laba.

1.5.5 Pengaruh ukuran perusahaan terhadap perataan laba

Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan

menurut berbagai cara, antara lain: total aset, log size, nilai pasar saham, dan

lain-lain (Atarmawan, 2011). Menurut teori agency adanya investor institusi

sebagai pemegang saham dapat mengurangi tindakan manjemen laba,

kepemilikan saham yang besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut

besar. Dimana perusahaan dengan size besar mempunyai insentif yang besar

untuk melakukan perataan laba dibandingkan dengan perusahaan kecil.

Karena perusahaan yang memiliki aktiva dalam jumlah yang besar akan

lebih diperhatikan oleh publik dan pemerintah (Butar dan Sudarsi, 2012).

Pengaruh Profitabilitas, Financial..., Irwansyah, Fakultas Ekonomi UMP, 2016

34

Semakin besar ukuran perusahaan maka semakin besar perusahaan

mendapat perhatian terkait kinerja perusahaan, perataan laba dilakukan

manajer sebagai bentuk manipulasi laba dianggap tidak memberikan

informasi yang sesungguhnya terkait kinerja perusahaan. Sehingga

perusahaan besar yang tergolong mendapat perhatian besar akan membatasi

manajer dalam melakukan perataan laba karena jika perusahaan besar

terbukti melakukan perataan laba maka akan dapat menjatuhkan nilai suatu

perusahaan yang dianggap tidak menyampaikan informasi sesungguhnya

yang berdampak pada penilaian kinerja perusahaan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Prasetya & Rahadjo, 2013)

menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap

perataan laba.

: Ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap perataan

laba

Pengaruh Profitabilitas, Financial..., Irwansyah, Fakultas Ekonomi UMP, 2016