21
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makanan Pendamping- ASI MP-ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI (Depkes, 2006). MP-ASI merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlah. Hal ini dimaksudkan untuk menyesuaikan kemampuan alat pencernaan bayi dalam menerima MP-ASI (Depkes RI, 2004). MP-ASI merupakan peralihan asupan yang semata berbasis susu menuju ke makanan yang semi padat. Untuk proses ini juga dibutuhkan ketrampilan motorik oral. Ketrampilan motorik oral berkembang dari refleks menghisap menjadi menelan makanan yang berbentuk bukan cairan dengan memindahkan makanan dari lidah bagian depan ke lidah bagian belakang (Depkes,2000). Adapun waktu yang baik dalam memulai pemberian MP-ASI pada bayi adalah umur 6 bulan. Pemberian makanan pendamping pada bayi sebelum umur tersebut akan menimbulkan risiko sebagai berikut : - Rusaknya sistem pencernaan karena perkembangan usus bayi dan pembentukan enzim yang dibutuhkan untuk pencernaan memerlukan waktu 6 bulan. Sebelum sampai usia ini, ginjal belum cukup berkembang untuk dapat menguraikan sisa yang dihasilkan oleh makanan padat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makanan Pendamping- ASIrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37415/4/Chapter II.pdf · ` Dalam deklarasi Innoceti tentang perlindungan, promosi dan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makanan Pendamping- ASIrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37415/4/Chapter II.pdf · ` Dalam deklarasi Innoceti tentang perlindungan, promosi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Makanan Pendamping- ASI

MP-ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi, diberikan

kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI

(Depkes, 2006). MP-ASI merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan

keluarga. Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik

bentuk maupun jumlah. Hal ini dimaksudkan untuk menyesuaikan kemampuan alat

pencernaan bayi dalam menerima MP-ASI (Depkes RI, 2004).

MP-ASI merupakan peralihan asupan yang semata berbasis susu menuju ke

makanan yang semi padat. Untuk proses ini juga dibutuhkan ketrampilan motorik

oral. Ketrampilan motorik oral berkembang dari refleks menghisap menjadi menelan

makanan yang berbentuk bukan cairan dengan memindahkan makanan dari lidah

bagian depan ke lidah bagian belakang (Depkes,2000).

Adapun waktu yang baik dalam memulai pemberian MP-ASI pada bayi adalah

umur 6 bulan. Pemberian makanan pendamping pada bayi sebelum umur tersebut

akan menimbulkan risiko sebagai berikut :

- Rusaknya sistem pencernaan karena perkembangan usus bayi dan pembentukan

enzim yang dibutuhkan untuk pencernaan memerlukan waktu 6 bulan. Sebelum

sampai usia ini, ginjal belum cukup berkembang untuk dapat menguraikan sisa

yang dihasilkan oleh makanan padat.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makanan Pendamping- ASIrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37415/4/Chapter II.pdf · ` Dalam deklarasi Innoceti tentang perlindungan, promosi dan

- Tersedak disebabkan sampai usia 6 bulan, koordinasi syaraf otot

(neuromuscular) bayi belum cukup berkembang untuk mengendalikan gerak

kepala dan leher ketika duduk dikursi. Jadi, bayi masih sulit menelan makanan

dengan menggerakan makanan dari bagian depan ke bagian belakang mulutnya,

karena gerakan ini melibatkan susunan refleks yang berbeda dengan minum

susu.

- Meningkatkan resiko terjadinya alergi seperti asma, demam tinggi , penyakit

seliak atau alergi gluten (protein dalam gandum).

- Batuk, penelitian bangsa Scotlandia adanya hubungan antara pengenalan

makanan pada umur 4 bulan dengan batuk yang berkesinambungan.

- Obesitas, penelitian telah menghubungkan pemberian makanan yang berlebih di

awal masa perkenalan dengan obesitas dan peningkatan resiko timbulnya

kanker, diabetes dan penyakit jantung di usia lanjut (Lewis, 2003).

2.1.1 Jenis MP-ASI

Beberapa Jenis MP-ASI yang sering diberikan adalah:

1). Buah, terutama pisang yang mengandung cukup kalori. Buah jenis lain yang

sering diberikan pada bayi adalah : pepaya, jeruk, dan tomat sebagai sumber

vitamin A dan C.

2). Makanan bayi tradisional :

a). Bubur susu buatan sendiri dari satu sampai dua sendok makan tepung beras

sebagai sumber kalori dan satu gelas susu sapi sebagai sumber protein.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makanan Pendamping- ASIrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37415/4/Chapter II.pdf · ` Dalam deklarasi Innoceti tentang perlindungan, promosi dan

b). Nasi tim saring, yang merupakan campuran dari beberapa bahan makanan, satu

sampai dua sendok beras, sepotong daging, ikan atau hati, sepotong tempe atau

tahu dan sayuran seperti wortel dan bayam, serta buah tomat dan air kaldu.

3). Makanan bayi kalengan, yang diperdagangkan dan dikemas dalam kaleng,

karton, karton kantong (sachet) atau botol : untuk jenis makanan seperti ini perlu

dibaca dengan teliti komposisinya yang tertera dalam labelnya (Lewis, 2003).

Menurut WHO Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang dianggap baik adalah

apabila memenuhi beberapa kriteria hal berikut :

a). Waktu pemberian yang tepat, artinya MP-ASI mulai diperkenalkan pada bayi

ketika usianya lebih dari 6 bulan dan kebutuhan bayi akan energy dan zat-zat

melebihi dari apa yang didapatkannya melalui ASI

b). Memadai, maksudnya adalah MP-ASI yang diberikan memberikan energy,

protein dan zat gizi mikro yang cukup untuk memenuhi kebutuhan zat gizi

anak.

c). Aman, makanan yang diberikan bebas dari kontaminasi mikroorganisme baik

pada saat disiapkan, disimpan maupun saat diberikan pada anak.

2.1.2 Anjuran Pemberian ASI

` Dalam deklarasi Innoceti tentang perlindungan, promosi dan dukungan pada

pemberian ASI antara perwakilan WHO dan UNICEF pada tahun 1991, pemberian

makanan bayi yang optimal adalah pemberian ASI eksklusif mulai dari saat lahir

hingga usia 4-6 bulan dan terus berlanjut hingga tahun kedua kehidupannya.

Makanan tambahan yang sesuai baru diberikan ketika bayi berusia sekitar 6

bulan. Selanjutnya WHO menyelenggarakan konvensi Expert Panel Meeting yang

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makanan Pendamping- ASIrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37415/4/Chapter II.pdf · ` Dalam deklarasi Innoceti tentang perlindungan, promosi dan

meninjau lebih dari 3000 makalah riset dan menyimpulkan bahwa periode 6 bulan

merupakan usia bayi yang optimal untuk pemberian ASI eksklusif (Gibney, 2008).

Pemberian makan setelah bayi berusia 6 bulan memberikan perlindungan

besar dari berbagai penyakit. Hal ini disebabkan imunitas bayi > 6 bulan sudah lebih

sempurna dibandingkan dengan umur bayi < 6. Pemberian MP-ASI dini sama saja

dengan mebuka gerbang masuknya berbagai jenis kuman penyakit. Hasil riset

menunjukan bahwa bayi yang mendapatkan MP-ASI sebelum berumur 6 bulan lebih

banyak terserang diare, sembelit, batuk pilek dan panas dibandingkan bayi yang

mendapatkan ASI eksklusif.

Saat bayi berusia 6 bulan atau lebih, sistem pencernaannya sudah relatif

sempurna dan siap menerima MP-ASI. Beberapa enzim pemecah protein seperti asam

lambung, pepsin, lipase, amilase baru akan diproduksi sempurna. Saat bayi berusia

kurang dari 6 bulan, sel-sel disekitar usus belum siap menerima kandungan dalam

makanan, sehingga makanan yang masuk dapat menyebabkan reaksi imun dan terjadi

alergi. Menunda pemberian MP-ASI hingga 6 bulan melindungi bayi dari obesitas di

kemudian hari. Bahkan pada kasus ekstrim pemberian MP-ASI dini dapat

menyebabkan penyumbatan saluran cerna dan harus dilakukan pembedahan (Gibney,

2009).

Selain itu pada tahun 2002, Morten El et Jama melakukan penelitian pada

3.253 orang di Denmark. Mereka yang disusui kurang dari 1 bulan IQ-nya lebih

rendah dari yang disusui setidaknya 7 hingga 9 bulan. Ini menunjukkan terdapat

korelasi antara lamanya pemberian ASI dan tingkat IQ ( Anonim, 2009).

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makanan Pendamping- ASIrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37415/4/Chapter II.pdf · ` Dalam deklarasi Innoceti tentang perlindungan, promosi dan

2.2. Faktor yang Mempengaruhi Pemberian MP-ASI Dini

Banyak kepercayaan dan sikap yang tidak mendasar terhadap makna

pemberian ASI yang membuat para ibu tidak melakukan pemberian ASI secara

eksklusif kepada bayi meraka dalam periode 6 bulan pertama. Alasan umum mengapa

mereka memberikan MP-ASI secara dini meliputi rasa takut bahwa ASI yang mereka

hasilkan tidak cukup dan kualitasnya buruk. Hal ini dikaitkan dengan pemberian ASI

pertama (kolostrum) yang terlihat encer dan menyerupai air selain itu keterlambatan

memulai pemberian ASI dan praktek membuang kolostrum juga mempengaruhi

alasan pemberian MP-ASI dini karena banyak masyarakat di negara berkembang

percaya kolostrum yang berwarna kekuningan merupakan zat beracun yang harus

dibuang.

Teknik pemberian ASI yang salah yang menyebabkan ibu mengalami nyeri,

lecet pada puting susu, pembengkakan payudara dan mastitis dapat menyebabkan ibu

menghentikan pemberian ASI. Serta kebiasaan yang keliru bahwa bayi memerlukan

cairan tambahan selain itu dukungan yang kurang dari pelayanan kesehatan seperti

tidak adanya fasilitas rumah sakit dan rawat gabung dan disediakannya dapur susu

formula akan meningkatkan praktek pemberian MP-ASI predominan kepada bayi

yang baru lahir di rumah sakit. Serta pemasaran susu formula pengganti ASI yang

menimbulkan anggapan bahwa formula PASI lebih unggul daripada ASI sehingga

ibu akan lebih tertarik pada iklan PASI dan memberikan MP-ASI secara dini

(Gibney, 2009)

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makanan Pendamping- ASIrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37415/4/Chapter II.pdf · ` Dalam deklarasi Innoceti tentang perlindungan, promosi dan

2.3. Masalah-Masalah dalam Pemberian MP-ASI

Masalah dalam pemberian MP-ASI pada bayi adalah meliputi pemberian makanan

prelaktal (makanan sebelum ASI keluar). Hal ini sangat berbahaya bagi kesehatan

bayi dan menggangu keberhasilan menyusui serta kebiasaan membuang kolostrum

padahal kolostrum mengandung zat-zat kekebalan yang dapat melindungi bayi dari

penyakit dan mengandung zat gizi yang tinggi. Oleh karena itu kolostrum jangan

dibuang.

Selain itu pemberian MP-ASI yang terlalu dini (sebelum bayi berumur 6 bulan)

dapat menurunkan konsumsi ASI dan meningkatkan terjadinya gangguan

pencernaan/diare, dengan memberikan MP-ASI terlebih dahulu berarti kemampuan

bayi untuk mengkonsumsi ASI berkurang yang berakibat menurunnya produksi ASI.

Hal ini dapat mengakibatkan anak menderita kurrang gizi, seharusnya ASI diberikan

dahulu baru MP-ASI

Pemberian ASI terhenti karena ibu kembali bekerja di daerah kota dan semi

perkotaan, ada kecenderungan rendahnya frekuensi menyusui dan ASI dihentikan

terlalu dini pada ibu-ibu yang bekerja karena kurangnya pemahaman tentang

manajemen laktasi pada ibu bekerja. Ibu kurang menjaga kebersihan terutama pada

saat menyediakan dan memberikan makanan pada anak. Masih banyak ibu yang

menyuapi anak dengan tangan, menyimpan makanan matang tanpa tutup makanan/

tudung saji dan kurang mengamati perilaku kebersihan dari pengasuh anaknya. Hal

ini memungkinkan timbulnya penyakit infeksi seperti diare ( mencret) dan lain-lain

(Depkes, 2000).

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makanan Pendamping- ASIrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37415/4/Chapter II.pdf · ` Dalam deklarasi Innoceti tentang perlindungan, promosi dan

2.4. Hubungan MP-ASI Dini dengan Kejadian Penyakit Infeksi

Penyakit infeksi adalah masuknya kuman tau bibit penyakit baik virus , bakteri

maupun jamur ke dalam organ tubuh dan berkembang biak serta menyebabkan

terjadinya kerusakan jaringan dalam tubuh. Gejala utama terjadinya infeksi pada

manusia adalah meningkatnya suhu badan yang disebut dengan demam

(Setiawan,2009).

Pada waktu bayi baru lahir secara alamiah mendapat zat kekebalan tubuh dari

ibunya melalui plasenta. Tetapi kadar zat tersebut akan cepat turun setelah kelahiran

bayi, padahal dari waktu bayi lahir sampai bayi berusia beberapa bulan, bayi belum

dapat membentuk kekebalan sendiri secara sempurna. Sehingga kemampuan bayi

membantu daya tahan tubuhnya sendiri menjadi lambat selanjutnya akan terjadi

kesenjangan daya tahan tubuh. Kesenjangan daya tahan tersebut dapat diatasi apabila

bayi diberi ASI (Roesli, 2005).

Di negara-negara berkembang, bayi yang mendapat ASI mempunyai angka

kesakitan dan kematian yang secara bermakna lebih rendah dibandingkan yang

diberikan susu formula. Hal ini disebabkan adanya faktor pelindung spesifik dalam

ASI. Dalam faktor tersebut terdapat antibodi terhadap berbagai bakteri dan virus

patogen seperti faktor antistafilokok, lisozim, komponen C3 komplomen, laktoferin,

substansi antivirus non-spesifik, sel darah putih dan lain-lain. Oleh karena itu, dengan

adanya zat anti infeksi dari ASI, maka bayi ASI eksklusif akan terlindungi dari

berbagai macam infeksi baik yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan parasit

(Suharyono, 2008).

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makanan Pendamping- ASIrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37415/4/Chapter II.pdf · ` Dalam deklarasi Innoceti tentang perlindungan, promosi dan

Pemberiaan MP-ASI yang terlalu dini dapat menyebabkan penurunan produksi

ASI. Karena insting bayi untuk mengisap akan menurun sehingga jumlah ASI yang

dikonsumsi juga menurun sehingga kebutuhan bayi tidak tercukupi. Kekurangan gizi

banyak terjadi karena pemberian MPASI yang terlalu dini.

MP-ASI dini dan makanan pralaktal akan berisiko diare dan ISPA pada bayi.

Dengan terjadinya infeksi tubuh akan mengalami demam sehingga kebutuhan zat gizi

dan energi semakin meningkat sedangkan asupan makanan akan menurun yang

berdampak pada penurunan daya tahan tubuh. Pada suatu penelitian di Brazil Selatan

bayi-bayi yang diberi MP-ASI dini mempunyai kemungkinan meninggal karena

mencret 14,2 kali lebih banyak daripada bayi ASI eksklusif (Utami, 2002).

Selain itu dapat

menyebabkan ganguan pencernaan karena lambung dan usus belum berfungi secara

sempurna sehingga bayi menderita diare, yang apabila terus berlanjut dapat berakibat

buruk berupa status gizi yang kurang atau buruk bahkan tidak jarang menyebabkan

kematian. Kekurangan gizi menyebabkan bayi mudah terserang penyakit infeksi

(Depkes, 2002).

Menurut WHO (2000), bayi yang diberi susu selain ASI, mempunyai risiko 17

kali lebih mengalami diare, dan tiga sampai empat kali lebih besar kemungkinan

terkena ISPA dibandingkan dengan bayi yang mendapat ASI saja (Depkes RI,2005).

Kekebalan bayi yang diperoleh melalui plasenta diperkirakan hilang 75% pada

usia 3 bulan. Pada saat yang sama, tubuh belum aktif membentuk imunitas sehingga

resiko infeksi karena pemberian makanan botol sangat besar terutama pada

masyarakat miskin (Simanjuntak, 2002).

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makanan Pendamping- ASIrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37415/4/Chapter II.pdf · ` Dalam deklarasi Innoceti tentang perlindungan, promosi dan

Pemberian MP-ASI dini sama halnya dengan membuka gerbang masuknya

berbagai jenis penyakit. Hasil riset menunjukan bahwa bayi yang mendapatkan MP-

ASI sebelum berumur 6 bulan lebih banyak terserang diare, sembelit, batuk, pilek dan

panas dibandingkan bayi yang mendapat ASI eksklusif.

Pada bayi < 6 bulan beberapa enzim pemecah protein seperti asam lambung,

pepsin, lipase, amilase belum diproduksi secara sempurna. Sel-sel disekitar usus

belum siap menerima kandungan dalam makanan sehingga makanan yang masuk

dapat menyebabkan reaksi imun dan terjadinya alergi. Bahkan pada kasus ekstrim

pemberian MP-ASI dini dapat menyebabkan penyumbatan saluran cerna dan harus

dilakukan pembedahan.

2.5. Pengaruh Gizi Terhadap Penyakit Infeksi

Dalam keadaan gizi yang baik, tubuh mempunyai cukup kemampuan untuk

mempertahankan diri terhadap penyakit infeksi. Jika keadaan gizi menjadi buruk

maka reaksi kekebalan tubuh akan menurun yang berarti kemampuan tubuh untuk

mempertahankan diri terhadap serangan infeksi menjadi turun. Oleh karena itu setiap

bentuk gangguan gizi sekalipun dengan defesiensi yang ringan merupakan pertanda

awal dari terganggunya kekebalan tubuh terhadap penyakit infeksi. Penelitian yang

dilakukan di berbagai negara menunjukan bahwa kematian bayi akan menjadi lebih

tinggi jika jumlah anak penderita gizi buruk meningkat. Demikian halnya dengan

infeksi protozia, pada anak-anak yang tingkat gizi buruk lebih parah dibandingkan

anak yang gizinya baik.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makanan Pendamping- ASIrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37415/4/Chapter II.pdf · ` Dalam deklarasi Innoceti tentang perlindungan, promosi dan

Gizi buruk mengakibatkan terjadi gangguan terhadap produksi zat badan anti di

dalam tubuh. Penurunan produksi zat badan anti tertentu akan mengakibatkan

mudahnya bibit penyakit masuk ke dalam dinding usus. Dinding usus dapat

mengalami kemunduran dan dapat juga menggangu produksi berbagai enzim untuk

pencernaan makanan. Makanan tidak dapat dicerna dengan baik dan ini berarti

penyerapan zat gizi akan mengalami gangguan, sehingga dapat memperburuk

keadaan gizi (Sjahmien, 1988).

Interaksi antara malnutrisi dan infeksi secara sinergis sudah lama diketahui.

Infeksi berat dalam memperburuk keadaan gizi melalui gangguan makan dan

meningkatnya kehilangan zat-zat gizi esensial tubuh. Sebaliknya malnutrisi baik

ringan sampai berat berpengaruh negatif terhadap daya tahan tubuh terhadap infeksi.

Keduanya berjalan sinergis, oleh karena salah gizi dan infeksi memberi dampak

negatif yang lebih besar dibanding dengan dampak infeksi dan salah gizi secara

terpisah (Pudjiadi, 1990).

2.6.Penyakit Infeksi yang Sering Terjadi pada Bayi

2.6.1. Infeksi Saluran Pernapasan Atas

ISPA atau influenza adalah penyakit infeksi akut saluran pernapasan yang

ditandai dengan demam, sakit kepala, pilek, nyeri menelan dan batuk non produktif.

Penyebaran dapat menjalar dengan cepat di lingkunga masyarakat melalui partikel

udara yang dikeluarkans melalui percikan (droplet) pada saat batuk/ bersin.Batas

waktu 14 hari diambil untuk menunjukkan berlangsungnya proses akut, meskipun

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makanan Pendamping- ASIrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37415/4/Chapter II.pdf · ` Dalam deklarasi Innoceti tentang perlindungan, promosi dan

beberapa penyakit yang dapat digolongkan ISPA, proses ini dapat berlangsung lebih

dari 14 hari.

ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan

kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang

terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40%-

60 % dari kunjungan di Puskesmas adalah oleh penyakit ISPA. Dari seluruh kematian

yang disebabkan oleh ISPA mencakup 20% -30%. Kematian yang terbesar umumnya

adalah karena pneumonia dan pada bayi berumur kurang dari 2 bulan hal ini

disebabkan oleh pemberian MP-ASI dini ( Irawati, 2004).

Prevalensi ISPA Berdasarkan Riskesdas tahun 2007 oleh Depkes sebesar

25,50%. Di Indonesia ISPA merupakan penyebab kematian pada anak. Prevalesi

dunia dilaporkan kasus ISPA pada anak mencapai 2 juta anak pada tahun 2000.

Beberapa sumber yang digunakan untuk meneliti hubungan antara menyusui

dan resiko ISPA pada bayi yang lahir cukup bulan. Analisis dari data-data yang

diteliti menunjukkan pada negara-negara berkembang, bayi yang diberikan susu

formula mengalami 3 kali lebih sering gangguan pernafasan yang membutuhkan

perawatan intensif di rumah sakit, dibandingkan dengan bayi yang diberikan ASI

eksklusif selama 4 bulan atau lebih. Para peneliti di Australia Barat melakukan

penelitian terhadap 2602 anak-anak untuk melihat peningkatan resiko asma dan

gangguan pernafasan pada 6 tahun pertama. Anak-anak yang tidak mendapatkan ASI

beresiko 40% lebih tinggi terkena asma dan gangguan pernafasan dibandingkan

dengan anak-anak yang mendapatkan ASI eksklusif sekurangnya 4 bulan. Para

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makanan Pendamping- ASIrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37415/4/Chapter II.pdf · ` Dalam deklarasi Innoceti tentang perlindungan, promosi dan

peneliti ini merekomendasikan untuk memberikan ASI eksklusif sekurangnya 4 bulan

untuk mengurangi resiko terkena asma dan gangguan pernafasan (Anonim, 2009).

Kelainan pada sistem pernapasan terutama infeksi saluran pernapasan bagian

atas dan bawah, asma dan ibro kistik, menempati bagian yang cukup besar pada

lapangan pediatri. Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan

oleh virus, sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim

dingin. Tetapi ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi pada anak kecil

terutama apabila terdapat gizi kurang.

2.6.2. Diare

Diare adalah suatu gejala dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan

konsistensi tinja yang cair dan frekuensi buang air besar lebih dari biasanya (3 kali

dalam sehari) buang air hingga lima kali sehari dan fesesnya lunak. Neonatus

diyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali, sedangkan

untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan dan anak , bila frekuensi lebih dari 3 kali (Staf

Pengejar Ilmu Kesehatan Anak, 2000).

Neonatus adalah bayi yang berumur 0 ( baru lahir) sampai usia 1 bulan sesudah

lahir (Muslihatun, 2010). Sistem pencernaan bayi belum sepenuhnya berfungsi seperti

sistem pencernaan orang dewasa. Pada saat lahir bayi memasukan makanan dari

mulut, mencerna dan mengabsorbsi nutrien-nutrien, memfungsikan ginjal untuk

mengeluarkan limbah-limbah metabolik serta mempertahankan air dan hemoestasis

elektrolit.

Diare pada neonatus dan diare pada anak > 1 bulan itu berbeda karena alat

pencernaan dan sistem ekskresi belum berkembang sempurna batas toleransi terhadap

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makanan Pendamping- ASIrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37415/4/Chapter II.pdf · ` Dalam deklarasi Innoceti tentang perlindungan, promosi dan

air, mineral secara keseluruhan dan yang spesifik masih sangat sempit jika

dibandingkan dengan bayi yang berusia lebih tua. Pada saat bayi lahir sampai

beberapa bulan ginjal belum mapu mengonsentrasikan urine untuk dapat

mengeluarkan mineral yang memadai, bayi membutuhkan makanan dengan

kandungan air yang tinggi ( Setyorini, 2009).

Diare merupakan penyebab kematian yang banyak dijumpai pada anak kecil.

Kematian karena diare umumnya disebabkan oleh dehidasi karena diare dan muntah

yang berdampak pada hilangnya air dan garam tubuh.. Hal ini terjadi saat anak belajar

mendapatkan MP-ASI. Makanan yang dimakan anak mungkin mengandung banyak

kuman yang dapat menyebabkan infeksi usus dan anak terkena diare.

Antara keadan gizi buruk dan dan penyakit diare terhadap hubungan yang

sangat erat, sungguhpun sulit untuk mengatakan apakah terjadinya gizi buruk akibat

adanya diare ataukah kejadian diare adalah disebabkan keadaan gizi buruk.Diare

murupakan suatu gejala penyakit yang dapat terjadi karena berbagai sebab, seperti

salah makan, makanan yang basi atau busuk seperti sering terjadi pada pemberian

susu botol yang telah basi, disamping akibat infeksi. Mengingat tingginya angka

kematian akibat diare dan gizi buruk, maka penanganan penderita harus dilakukan

dengan cermat. Disamping pengembalian cairan yang hilang, pemberian makanan

pun harus seksama sehingga memungkinkan tercapainya kembali berat badan anak

(Sjahmien, 1988).

Pemberian cairan dan makanan dapat menjadi sarana masuknya bakteri

patogen. Bayi usia dini sangat rentan terhadap bakteri penyebab diare, terutama di

lingkungan yang kurang higienis dan sanitasi buruk. Di negara-negara kurang

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makanan Pendamping- ASIrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37415/4/Chapter II.pdf · ` Dalam deklarasi Innoceti tentang perlindungan, promosi dan

berkembang, dua di antara lima orang tidak memiliki sarana air bersih. ASI menjamin

bayi dapat memperoleh suplai air bersih yang siap tersedia setiap saat. Penelitian di

Filipina menegaskan tentang manfaat pemberian ASI eksklusif serta dampak negatif

pemberian cairan tambahan tanpa nilai gizi terhadap timbulnya penyakit diare.

Seorang bayi (tergantung usianya) yang diberi air putih, teh, atau minuman herbal

lainnya berisiko terkena diare 2-3 kali lebih banyak dibanding bayi yang diberi ASI

eksklusif ( Linkages, 2009).

Penelitian terhadap 358 baduta di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah dengan

gizi buruk 34,6% menunjukkan tingginya prevalensi demam 29,1%, ISPA 22,6% dan

diare 11,2% pada baduta sesuai dengan rendahnya praktik pemberian ASI Eksklusif

20,5% . Terjadi peningkatan penggunaan susu formula pasca gempa tahun 2006 di

Jawa Tengah pada bayi yang menyusu akibat maraknya sumbangan, diikuti

peningkatan insiden diare pada bayi yang mengkonsumsi susu formula dua kali lipat

(25%) dibanding yang tidak mendapatkan formula yaitu 12% ( Anonim, 2009).

Penelitian yang dilaksanakan oleh Winda di Puskesmas Gilingan Kecamatan

Banjarsari Surakarta pada tahun 2010 menunjukkan prevalensi kejadian diare pada

bayi umur 0-6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif sebesar 43,33 %. Sedangkan

prevalensi kejadian diare pada bayi umur 0-6 bulan yang mendapat MP-ASI dini

sebesar 56,67 % ( Winda, 2010).

Pada bayi yang baru lahir, pemberian ASI secara penuh mempunyai daya

lindung 4 kali lebih besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai

dengan susu botol. Flora normal usus bayi yang disusui mencegah tumbuhnya bakteri

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makanan Pendamping- ASIrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37415/4/Chapter II.pdf · ` Dalam deklarasi Innoceti tentang perlindungan, promosi dan

penyebab botol untuk susu formula, berisiko tinggi menyebabkan diare yang dapat

mengakibatkan gizi buruk.

Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Depkes RI dari tahun

2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000 IR penyakit

Diare 301/ 1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374 /1000 penduduk, tahun

2006 naik menjadi 423 /1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk.

Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan CFR yang masih

tinggi. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69 Kecamatan dengan jumlah kasus 8133

orang, kematian 239 orang (CFR 2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di 24 Kecamatan

dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian 100 orang (CFR 1,74%),

sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah penderita

4204 dengan kematian 73 orang (CFR 1,74 %.) ( Jendela Data dan Informasi

Kesehatan, 2011).

2.7. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan MP-ASI Dini dan Infeksi

2.7.1. Pengetahuan Ibu

Latar belakang pendidikan seseorang berhubungan dengan tingkat pengetahuan.

Jika tingkat pengetahuan gizi ibu baik, maka diharapkan status gizi ibu dan balitanya

juga baik. Pengetahuan ibu berhubungan dengan tingkat pengenalan informasi

tentang pemberian makanan tambahan pada bayi usia kurang dari enam

bulan.Pengetahuan ibu tentang kapan pemberian makanan tambahan, fungsi makanan

tambahan, makanan tambahan dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan risiko

pemberian makanan pada bayi kurang dari enam bulan sangatlah penting. Tetapi

bayak ibu-ibu yang tidak mengetahui hal tersebut diatas sehingga memberikan

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makanan Pendamping- ASIrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37415/4/Chapter II.pdf · ` Dalam deklarasi Innoceti tentang perlindungan, promosi dan

makanan tambahan pada bayi usia di bawah enam bulan tanpa mengetahui risiko

yang akan timbul.

Tingkat pendidikan mempengaruhi kemampuan penerimaan informasi gizi.

Masyarakat dengan tingkat pendidikan yang rendah akan lebih kuat mempertahankan

tradisi-tradisi yang berhubungan dengan makanan. Sehinga sulit menerima informasi

baru tentang gizi. ( Suhardjo. 1996).

Dari hasil penelitian Ragil Marni, 1998 dilaporkan bahwa ibu dengan

pengetahuan gizi baik 70% memberikan kolostrum pada bayi dan ibu dengan

pengetahuan gizi kurang baik sebanyak 21, 7% yang memberikan kolostrum pada

bayi mereka (Simanjuntak, 2002).

Pengetahuan gizi adalah pengetahuan tentang cara yang benar memilih bahan

makanan, mengolah dan mendistribusikannya. Seseorang dengan pendidikan rendah

belum tentu mampu menyusun makanan yang memenuhi syarat gizi. Karena

sekalipun pendidikan rendah jika rajin mendengarkan informasi tentang gizi, maka

pengetahuan gizi mereka akan lebih cepat baik ( Khomsan, 2004).

2.7.2. Pendapatan

Pendapatan adalah salah satu faktor yang berhubungan dengan kondisi

keuangan yang menyebabkan daya beli untuk makanan tambahan menjadi lebih

besar. Pendapatan menyangkut besarnya penghasilan yang diterima, yang jika

dibandingkan dengan pengeluaran, masih memungkinkan ibu untuk memberikan

makanan tambahan bagi bayi usia kurang dari enam bulan. Biasanya semakin baik

perekonomian keluarga maka daya beli akan makanan tambahan juga mudah,

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makanan Pendamping- ASIrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37415/4/Chapter II.pdf · ` Dalam deklarasi Innoceti tentang perlindungan, promosi dan

sebaliknya semakin buruk perekonomian keluarga, maka daya beli akan makanan

tambahan lebih sukar

Tingkat penghasilan keluarga berhubungan dengan pemberian MP-ASI dini.

Penurunan prevalensi menyusui lebih cepat terjadi pada masyarakat golongan

ekonomi menengah ke atas. Penghasilan keluarga yang lebih tinggi berhubungan

positif secara signifikan dengan pemberian susu botol pada waktu dini dan makanan

buatan pabrik (Zulfanetti, 1998). Disamping itu, ibu dengan status ekonomi lebih

rendah cenderung terlambat memulai menyusui, membuang kolostrum dan

memberikan makanan pralaktal. Selanjutnya, menurut penelitian Zulfanetti di Jambi,

ibu-ibu dengan penghasilan keluarga Rp.260-000 –Rp.360.000 yang memberikan

MP-ASI berupa susu formula sebesar 30%, 26% pada ibu-ibu dengan pendapatan

keluarga sebesar Rp.361.000-Rp.560.000, sedangkan ibu-ibu dengan pendapatan

keluarga lebih dari Rp.561.000 memberikan MP-ASI berupa susu formula sebesar

44% (Pernanda 2010).

2.7.3. Pekerjaan Ibu

Bekerja adalah kegiatan melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau

membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan untuk memenuhi kebutuhan

hidup. Masyarakat pekerja memiliki peranan dan kedudukan yang sangat penting

sebagai pelaku dan tujuan pembangunan, dimana dengan berkembangnya IPTEK

dituntut adanya Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan mempunyai

produktifitas yang tinggi sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan (Siregar,

2010)

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makanan Pendamping- ASIrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37415/4/Chapter II.pdf · ` Dalam deklarasi Innoceti tentang perlindungan, promosi dan

Faktor pekerjaan ibu adalah faktor yang berhubungan dengan aktivitas ibu

setiap harinya untuk memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidupnya

yang menjadi alasan pemberian makanan tambahan pada bayi usia kurang dari enam

bulan. Pekerjaan ibu bisa saja dilakukan di rumah, di tempat kerja baik yang dekat

maupun jauh dari rumah. Ibu yang belum bekerja sering memberikan makanan

tambahan dini dengan alasan melatih atau mencoba agar pada waktu ibu mulai

bekerja bayi sudah terbiasa (Siregar, 2008).

Pada penelitian Winikoff (1988) di empat negara menunjukkan bahwa status

ibu bekerja saja tidak dapat dipakai sebagai ukuran untuk menduga penggunaan susu

formula dan lamanya bayi disusui. Karakteristik pekerjaan, apakah harus

meninggalkan rumah atau tanpa meninggalkan rumah perlu dipertimbangkan. Ibu

yang bekerja meninggalkan rumah berhubungan positif dengan penggunaan susu

botol dan penyapihan dini (Pernanda, 2010).

Praktek pemberian makan pada bayi dari ibu bekerja di rumah sama dengan

pada ibu yang tidak bekerja. Ibu yang bekerja dengan meninggalkan rumah 2 kali

lebih besar kemungkinannya memperkenalkan susu botol pada bayinya dalam waktu

dini dibanding yang bekerja tanpa meninggalkan rumah dan 4 kali dibanding ibu

yang tidak bekerja. Pertukaran jam kerja yang kaku, tidak tersedianya tempat

penitipan anak, jarak lokasi bekerja yang jauh dan kebijakan cuti melahirkan yang

kurang mendukung menyebabkan ibu harus meninggalkan bayinya selama beberapa

jam sehingga sulit untuk menyusui on demand (Pernanda, 2010).

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makanan Pendamping- ASIrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37415/4/Chapter II.pdf · ` Dalam deklarasi Innoceti tentang perlindungan, promosi dan

2.7.4. Pendidikan

Pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang

lain baik indiviidu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang

diharapkan oleh pelaku pendidikan (Notoadmojo, 2003). Pada beberapa hasil

penelitian (Behm, 1976-78; Haines & Avery, 1978; Caldwell, 1979, Farah & Preston,

1982; Cochrane, 1980; Caldwell & Mc. Donald, 1981) yang dikutip oleh Ware (1984,

193) ditemukan hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan kelangsungan hidup

anak walaupun berbeda antara satu kebudayaan dengan kebudayaan lainnya. Tingkat

pendidikan mempengaruhi cara berpikir dan perilaku. Selanjutnya dikatakan bahwa

untuk mengukur tingkat pendidikan ibu dapat dibagi dalam dua kategori yaitu

Pendidikan Dasar dan Pendidikan Lanjutan ( Simanjuntak, 2002).

Ibu dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi cenderung memberikan susu

botol lebih dini dan ibu yang mempunyai pendidikan formal lebih banyak

memberikan susu botol pada usia 2 minggu dibanding ibu tanpa pendidikan formal

(Pernanda, 2010).

2.7.5. Petugas Kesehatan

Petugas kesehatan adalah orang yang mengerjakan sesuatu pekerjaan di bidang

kesehatan atau orang mampu melakukan pekerjaan di bidang kesehatan. Faktor

petugas kesehatan adalah kualitas petugas kesehatan yang akhirnya menyebabkan ibu

memilih untuk memberikan makanan tambahan pada bayi atau tidak. Petugas

kesehatan sangat berperan dalam memotivasi ibu untuk tidak memberi makanan

tambahan pada bayi usia kurang dari enam bulan.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makanan Pendamping- ASIrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37415/4/Chapter II.pdf · ` Dalam deklarasi Innoceti tentang perlindungan, promosi dan

Biasanya, jika dilakukan penyuluhan dan pendekatan yang baik kepada ibu yang

memiliki bayi usia kurang dari enam bulan, maka pada umumnya ibu mau patuh dan

menuruti nasehat petugas kesehatan, oleh karena itu petugas kesehatan diharapkan

menjadi sumber informasi tentang kapan waktu yang tepat memberikan makanan

tambahan dan risiko pemberian makanan tambahan dini pada bayi.

Prevalensi ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga kesehatan berdasarkan hasil

Susenas 2010 provinsi Sumatera Utara adalah 88,4%. Pengaruh tenaga keseatan

merupakan faktor pendorong perilaku dan pola asuh bagi ibu pada bayi misalnya

pemberian ASI eksklusif ( Depkes, 2010)

Penelitian di sebuah kota di Ghana menunjukkan 93% bidan berpendapat cairan

harus diberikan kepada semua bayi sejak hari pertama kelahirannya. Di Mesir,

banyak perawat menyarankan para ibu untuk memberi air manis kepada bayinya

segera setelah melahirkan (Linkages, 2009). Keadaan ini memperkuat pendapat

bahwa petugas kesehatan dapat dikatakan belum atau masih kurang mendukung

perlindungan dan peningkatan menyusui.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makanan Pendamping- ASIrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37415/4/Chapter II.pdf · ` Dalam deklarasi Innoceti tentang perlindungan, promosi dan

2.8. Kerangka Konsep

Gambar 2.1. Kerangka konsep kaitan antara pemberian MP-ASI dini dengan kejadian infeksi ada bayi 0-6 bulan

Dari skema terlihat bahwa karakteristik keluarga (pengetahuan ibu,

pendapatan, pekerjaan, pendidikan) dan dukungan petugas kesehatan mempengaruhi

pemberian MP-ASI dini yang merupakan variabel independen dan kejadian infeksi

pada bayi 0-6 bulan merupakan variabel dependen. Pemberian MP-ASI dini

mempengaruhi kejadian infeksi pada bayi 0-6 bulan.

2.9. Hipotesis

Ho : Tidak ada hubungan antara pemberian MP-ASI dini dengan kejadian infeksi

pada bayi 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Sindar Raya Kecamatan Raya

Kahean Tahun 2012

Ha: Ada hubungan antara pemberian MP-ASI dini dengan kejadian infeksi pada bayi

0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Sindar Raya Kecamatan Raya Kahean

Tahun 2012.

Kejadian Penyakit: - ISPA - Diare

Karakteristik Keluarga; - Pengetahuan Ibu - Pendapatan - Pekerjaan - Pendidikan

MP-ASI Dini

Dukungan Petugas Kesehatan