30
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mencuci Tangan 2.1.1. Definisi Mencuci Tangan Mencuci tangan adalah proses yang secara mekanis melepaskan kotoran dan debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa dan air yang mengalir (Depkes RI, 2007) dan menurut PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)-UNPAD ( Universitas Padjajaran) Cuci tangan pakai sabun (CTPS) merupakan suatu kebiasaan membersihkan tangan dari kotoran dan berfungsi untuk membunuh kuman penyebab penyakit yang merugikan kesehatan. Mencuci tangan yang baik membutuhkan peralatan seperti sabun, air mengalir yang bersih, dan handuk yang bersih (Wati, 2011). Menurut WHO (2005) terdapat 2 teknik mencuci tangan yaitu mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir dan mencuci tangan dengan larutan yang berbahan dasar alkohol (Wati, 2011). Cuci tangan merupakan proses membuang kotoran dan debu secara mekanis dari kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air yang bertujuan untuk mencegah kontaminasi silang (orang ke orang atau benda terkontaminasi ke orang) suatu penyakit atau perpindahan kuman (Ananto, 2006). Perilaku mencuci tangan adalah salah satu tindakan sanitasi dengan cara membersihkan tangan dan jari-jemari dengan menggunakan air atau cairan lainnya yang bertujuan agar tangan menjadi bersih. Mencuci tangan yang baik dan benar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mencuci Tangan 2.1.1 ...erepo.unud.ac.id/10117/3/43f22aad38160b30698e0ec51ab9a05b.pdf · Universitas Padjajaran) Cuci tangan pakai sabun (CTPS) merupakan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mencuci Tangan 2.1.1 ...erepo.unud.ac.id/10117/3/43f22aad38160b30698e0ec51ab9a05b.pdf · Universitas Padjajaran) Cuci tangan pakai sabun (CTPS) merupakan

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Mencuci Tangan

2.1.1. Definisi Mencuci Tangan

Mencuci tangan adalah proses yang secara mekanis melepaskan kotoran dan

debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa dan air yang mengalir

(Depkes RI, 2007) dan menurut PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)-UNPAD (

Universitas Padjajaran) Cuci tangan pakai sabun (CTPS) merupakan suatu kebiasaan

membersihkan tangan dari kotoran dan berfungsi untuk membunuh kuman penyebab

penyakit yang merugikan kesehatan. Mencuci tangan yang baik membutuhkan

peralatan seperti sabun, air mengalir yang bersih, dan handuk yang bersih (Wati,

2011).

Menurut WHO (2005) terdapat 2 teknik mencuci tangan yaitu mencuci tangan

dengan sabun dan air mengalir dan mencuci tangan dengan larutan yang berbahan

dasar alkohol (Wati, 2011). Cuci tangan merupakan proses membuang kotoran dan

debu secara mekanis dari kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air yang

bertujuan untuk mencegah kontaminasi silang (orang ke orang atau benda

terkontaminasi ke orang) suatu penyakit atau perpindahan kuman (Ananto, 2006).

Perilaku mencuci tangan adalah salah satu tindakan sanitasi dengan cara

membersihkan tangan dan jari-jemari dengan menggunakan air atau cairan lainnya

yang bertujuan agar tangan menjadi bersih. Mencuci tangan yang baik dan benar

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mencuci Tangan 2.1.1 ...erepo.unud.ac.id/10117/3/43f22aad38160b30698e0ec51ab9a05b.pdf · Universitas Padjajaran) Cuci tangan pakai sabun (CTPS) merupakan

11

adalah dengan menggunakan sabun karena dengan air saja terbukti tidak efektif

(Danuwirahadi, 2010).

2.1.2. Tujuan Mencuci Tangan

Tujuan mencuci tangan menurut Depkes RI tahun 2007 adalah salah satu

unsur pencegahan penularan infeksi. Menurut Ananto (2006) mencegah kontaminasi

silang (orang ke orang atau benda terkontaminasi ke orang) suatu penyakit atau

perpindahan kuman.

2.1.3. Indikasi Waktu Mencuci Tangan

Indikasi waktu untuk mencuci tangan menurut Kemenkes RI (2013) adalah:

a. Setiap kali tangan kita kotor (setelah memegang uang, binatang,

berkebun dll)

b. Setelah BAB (buang air besar)

c. Sebelum memegang makanan

d. Setelah bersin, batuk, membuang ingus

e. Setelah pulang dari bepergian

f. Setelah bermain

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mencuci Tangan 2.1.1 ...erepo.unud.ac.id/10117/3/43f22aad38160b30698e0ec51ab9a05b.pdf · Universitas Padjajaran) Cuci tangan pakai sabun (CTPS) merupakan

12

2.1.4. Teknik mencuci tangan yang efektif

Kegiatan mencuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir dilakukan 40-

60 detik. Langkah-langkah teknik mencuci tangan yang benar menurut anjuran WHO

(2008) yaitu sebagai berikut :

a. Pertama, basuh tangan dengan air bersih yang mengalir, ratakan sabun

dengan kedua telapak tangan

Gambar 1: Teknik mencuci tangan dengan menggunankan air dan sabun ( WHO, 2008)

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mencuci Tangan 2.1.1 ...erepo.unud.ac.id/10117/3/43f22aad38160b30698e0ec51ab9a05b.pdf · Universitas Padjajaran) Cuci tangan pakai sabun (CTPS) merupakan

13

b. Kedua, gosok punggung tangan dan sela - sela jari tangan kiri dan tangan

kanan, begitu pula sebaliknya.

c. Ketiga, gosok kedua telapak dan sela - sela jari tangan

d. Keempat, jari - jari sisi dalam kedua tangan saling mengunci.

e. Kelima, gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan

lakukan sebaliknya.

f. Keenam, gosokkan dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan di

telapak tangan kiri dan sebaliknya

g. Ketujuh, bilas kedua tangan dengan air yang mengalir dan keingkan

Kategori teknik mencuci tangan (Wibowo, 2013):

a. Sangat buruk : Bila tidak melakukan 7 langkah cuci tangan (skor 1)

b. Buruk : bila melakukan 1-2 dari 7 langkah cuci tangan (skor 2)

c. Cukup baik : bila melakukan 3-4 dari 7 langkah cuci tangan (skor 3)

d. Baik : bila melakukan 5-6 dari 7 langkah cuci tangan (skor 4)

e. Sangat baik : bila melakukan 7 langkah cuci tangan dengan baik dan benar

(skor 5)

2.1.5. Manfaat cuci tangan

Cuci tangan dapat berguna untuk pencegahan penyakit yaitu dengan cara

membunuh kuman penyakit yang ada ditangan. Dengan mencuci tangan, maka

tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman. Apabila tangan dalam keadaan bersih

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mencuci Tangan 2.1.1 ...erepo.unud.ac.id/10117/3/43f22aad38160b30698e0ec51ab9a05b.pdf · Universitas Padjajaran) Cuci tangan pakai sabun (CTPS) merupakan

14

akan mencegah penularan penyakit seperti diare, cacingan, penyakit kulit, Infeksi

saluran pernafasan akut (ISPA) dan flu burung (Proverawati dan Rahmawati, 2012)

2.2. Tinjauan Anak Usia Prasekolah

2.2.1 Pengertian Anak Usia Prasekolah

Menurut Biechler dan Snowman dalam Patmonodewo (2003) Anak

prasekolah adalah anak yang berusia 3-6 tahun, mereka biasanya mengikuti program

prasekolah baik di taman kanak-kanak, kelompok bermain maupun tempat penitipan

anak. Anak usia 5-6 tahun termasuk anak TK dimana kemampuan berbahasa anak

mulai meningkat, mengucapkan kalimat yang panjang, dapat menyatakan

pendapatnya dengan kalimat majemuk dan mempunyai perbendaharaan kata yang

cukup tinggi (Aulina, 2012).

Menurut Mukhoyaroh (2011) Pendidikan pada masa Taman Kanak-kanak

(TK) adalah masa pembentukan pondasi dan dasar kepribadian yang akan

menentukan pengalaman anak selanjutnya. Masa prasekolah pertumbuhan dan

perkembangan anak berjalan dengan pesat, baik perkembangan fisik, sosial

emosional, kognitif, bahasa, kreativitas maupun moral atau pembentukan

karakternya.

Pendidikan anak usia Dini (PAUD) merupakan pendidikan yang paling

mendasar menempati posisi yang sangat strategis dalam pengembangan sumber daya

manusia (Depdiknas, 2006). Karena rentang usia dini merupakan rentangan usia kritis

dan sekaligus strategis dalam prosese pendidikan dan pembelajaran selajutnya. Usia

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mencuci Tangan 2.1.1 ...erepo.unud.ac.id/10117/3/43f22aad38160b30698e0ec51ab9a05b.pdf · Universitas Padjajaran) Cuci tangan pakai sabun (CTPS) merupakan

15

kritis adalah saat dimana individu memperoleh rangsangan, perlakuan atau pengaruh

dari lingkungan pada saat yang tepat (Mutiah 2012).

2.2.2 Karakteristik anak usia 5-6 tahun

Anak berusia antara 5-6 tahun sedang berada pada akhir dari bagian awal

masa kanak-kanaknya. Menurut Hasanah (2011) Karakteristik khusus bagi anak

dalam kelompok usia 5-6 tahun adalah:

a. Perkembangan kemampuan fisik

Pada usia ini anak menunjukkan keingintahuan yang besar dan aktif. Anak

bisa mengatur gerakan badannya dengan lebih baik dan lebih luwes. Anak

juga bisa berjalan jinjit mundur dan berjalan mundur dengan tumitnya. Anak

juga bisa berlari dengan cepat, meloncat, berlari dengan satu kaki. Anak pada

usia ini sudah bisa mencuci tanganya sendiri tanpa membasahi bajunya,

berpakaian dan mengikat tali sepatunya sendiri. Koordinasi motorik yang baik

berkembang sampai anak dapat mencontoh segitiga dan belah ketupat.

Mereka mulai dapat menulis beberapa huruf dan angka dan menuliskan

namanya dengan benar, anak juga dapat menggambar benda hidup.

b. Penglihatan

Anak usia 5-6 tahun dapat menguasai indera peraba, pendengaran dan

penglihatan hampir sebaik orang dewasa. Perkembangan intelektual Stenberg

(1985) mengungkapkan bahwa ada tiga aspek dalam kecerdasan, yaitu:

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mencuci Tangan 2.1.1 ...erepo.unud.ac.id/10117/3/43f22aad38160b30698e0ec51ab9a05b.pdf · Universitas Padjajaran) Cuci tangan pakai sabun (CTPS) merupakan

16

kecerdasan analitis, kecerdasan kreatif, kecerdasan praktis. Anak usia 5-6

tahun berada pada akhir tahap pra-operasional, tahap saat pemikiran simbolis

sangat mendominasi hidupnya. Pemikiran simbolis membuat anak mampu

untuk membuat susunan kata dan gambar yang menggambarkan suatu objek

atau tindakan tertentu dalam pikiran anak.

c. Perkembangan kemampuan bahasa

Perkembangan bahasa berlangsung dengan cepat dan membantu anak untuk

mengemukakan pikirannya. Kosa kata anak meningkat samapi 8000-14000

kata pada usia 6 tahun. Kata Tanya (kenapa, siapa, dimana, dan kapan) lebih

banyak digunakan sehingga anak pada usia ini cenderung banyak bertanya.

d. Perkembangan kemampuan sosial

Anak usia 5-6 tahun menunjukkan lebih banyak kemampuan sosial. Hal ini

dapat dilihat dari cara bermain anak yang lebih terarah dan mampu bekerja

sama dalam bermain. Anak senang bermain bersama dan tolong menolong

dalam mencapai keinginan tertentu. Ada kecenderungan tolong menolong ini

dalam bermain dan kegiatan lainya. Anak usia ini lebih siap untuk berpisah

beberapa jam dari orangtuanya dibandingkan dengan anak yang lebih muda

dari itu. Anak sudah mampu berbagi dengan oranglain, mampu bertenggang

rasa, sabar menunggu giliranya,dan mampu menerima tabggung jawab yang

ringan.

e. Perkembangan Emosional

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mencuci Tangan 2.1.1 ...erepo.unud.ac.id/10117/3/43f22aad38160b30698e0ec51ab9a05b.pdf · Universitas Padjajaran) Cuci tangan pakai sabun (CTPS) merupakan

17

Emotional intelligence (kecerdasan emosi) adalah suatu tingkat kemampuan

dalam memahami emosi orang lain dan mengatur emosinya sendiri, seperti

misalnya mampu memotivasi diri sendiri dan tahan menghadapi rasa frustasi,

mengontrol gerak hati dan menunda kegembiraan, berempati (mampu

membayangkan dan merasakan perasaan orang lain) (Goleman,1995 dalam

Hasanah, 2011). Pada anak usia ini, kosa kata anak yang berhubungan dengan

emosi meningkat secara bertahap, sehingga mereka mengenal lebih banyak

variasi ekspresi orang lain (Hasanah, 2011).

Perkembangan kepribadian selain karena faktor keturunan, lingkungan juga

mempengaruhi perkembangan kepribadian anak. Anak mempelajari berbagai

perilaku sosial dari contoh-contoh yang dilihatnya. Selain itu, pada usia ini

anak tidak hanya belajar tingkah laku yang kelihatan jelas, tetapi juga dapat

mempelajari gagasan, harapan, dan nilai-nilai. Anak dapat mempelajari hal-

hal apa saja yang boleh dan tidak boleh. Penting untuk diperhatikan bahwa

setiap anak itu unik, mereka tumbuh menurut lajunya masing-masing.

2.2.3 Ciri-ciri Anak Usia Prasekolah

Usia prasekolah adalah usia yang rentan bagi anak karena pada usia ini

berkembang rasa inisiatif anak. Perilaku yang nampak adalah anak banyak bertanya,

banyak meniru aktivitas orang lain dan mencoba melakukan tugas tertentu. Anak

banyak meniru kegiatan, oleh karena itu pendidik ataupun orang tua dapat

memberikan contoh pembelajaran yang dapat ditiru oleh anak seperti kebiasaan

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mencuci Tangan 2.1.1 ...erepo.unud.ac.id/10117/3/43f22aad38160b30698e0ec51ab9a05b.pdf · Universitas Padjajaran) Cuci tangan pakai sabun (CTPS) merupakan

18

melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat salah satunya adalah mencuci tangan

yang baik dan benar. Anak pada usia ini juga mulai menghadapi tuntutan oleh

lingkungannya untuk berperilaku dalam batas tertentu. Ini dapat menimbulkan krisis,

sehingga anak dapat mengalami kekecewaan. Bersama munculnya inisiatif, anak

juga mulai merasakan rasa bersalah yang dapat mengahambatnya untuk maju. Bila

lingkungan tidak kondusif terhadap inisiatif anak maka rasa bersalah akan menjadi

lebih dominan dalam kehidupan anak selanjutnya (Apriany, 2012).

Menurut Wulandari (2011) perilaku-perilaku yang kadang ditunjukkan anak

pada usia ini diantaranya: perilaku yang menunjukkan inisiatif yaitu berinisiatif

memulai suatu tugas dengan keinginan yang benar dan banyak ingin tahu segala

sesuatu. Perilaku yang menunjukkan rasa bersalah yaitu lebih suka meniru orang lain

daripada mengembangkan ide-idenya sendiri dan meminta maaf secara berlebihan

dan menjadi sangat malu hanya karena kesalahan kecil dan takut memulai pekerjaan

baru. Untuk itu anak akan berusaha melakukan kegiatan yang benar, sehingga dalam

usia ini anak dapat diberikan pendidikan sesuai usianya.

2.2.4 Proses dan Periode Perkembangan Anak

Pola perkembangan anak Santrock, (2007) meliputi :

a. Proses Biologis, yaitu perubahan fisik dalam tubuh anak. Warisan genetik

memainkan peran penting. Proses biologis melandasi perkembangan otak,

berat dan tinggi badan, perubahan dalam kemampuan bergerak, dan

perubahan hormonal di masa puber.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mencuci Tangan 2.1.1 ...erepo.unud.ac.id/10117/3/43f22aad38160b30698e0ec51ab9a05b.pdf · Universitas Padjajaran) Cuci tangan pakai sabun (CTPS) merupakan

19

b. Proses Kognitif adalah perubahan dalam pemikiran, kecerdasan, dan bahasa

anak. Proses perkembangan kognitif memampukan anak mengingat puisi,

membayangkan bagaimana cara memecahkan soal matematika, menyusun

strategi kreatif, atau menghubungkan kalimat menjadi pembicaraan yang

bermakna.

c. Proses sosioemosional adalah perubahan dalam hubungan anak dengan orang

lain, perubahan dalam emosi, dan perubahan dalam kepribadian. Pengasuhan

anak, perkelahian anak, perkembangan ketegasan anak perempuan, dan

perasaan gembira saat mendapatkan nilai yang baik semuanya itu

mencerminkan proses perkembangan sosioemosional.

Gambar 2: Proses dan Periode perkembangan anak (Santrock, 2007)

2.2.5 Metode Pembelajaran untuk Anak Usia Dini

Menurut moeslichatun dalam Ismaniar (2010), dalam memilih metode

pembelajaran untuk anak usia dini, ada dua alasan yang harus diperhatikan oleh setiap

pendidik. Pertama, karakteristik tujuan kegiatan yang meliputi:

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mencuci Tangan 2.1.1 ...erepo.unud.ac.id/10117/3/43f22aad38160b30698e0ec51ab9a05b.pdf · Universitas Padjajaran) Cuci tangan pakai sabun (CTPS) merupakan

20

a. Pengembangan kreativitas

b. Pengembangan bahasa

c. Pengembangan emosi

d. Pengembangan motorik dan

e. Pengembangan sikap serta nilai.

Kedua, karakteristik anak yang meliputi;

a. Kebiasaan anak yang selalu bergerak

b. Mempunyai rasa ingin tahu yang kuat

c. Senang bereksperimen dan menguji

d. Mampu mengekspresikan diri secara kreatif

e. Mempunyai imajinasi dan senang berbicara.

Berdasarkan kedua pertimbangan di atas, Ismaniar (2010) mengatakan ada 9

metode pembelajaran yang dapat digunakan pendidik dalam menumbuhkembangkan

perilaku hidup sehat pada anak usia dini adalah sebagai berikut:

a. Metode bercakap-cakap/Tanya jawab

Seorang pendidik dapat mengarahkan berbagai pikiran dan perasaan yang

sedang dialami anak dengan mengajak mereka bercakap-cakap tentang

berbagai hal. Banyak topik bisa dijadikan bahan percakapan. Contohnya

bercakap-cakap tentang topik yang disukai oleh anak- anak seperti makanan

kesukaan, binatang kesayangan, cita-cita, dan termasuk percakapan tentang

kesehatan. Percakapan yang dilakukan pendidik dengan anak-anak juga bisa

diselingi dengan anjuran agama tentang perilaku hidup sehat. Dari kegiatan

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mencuci Tangan 2.1.1 ...erepo.unud.ac.id/10117/3/43f22aad38160b30698e0ec51ab9a05b.pdf · Universitas Padjajaran) Cuci tangan pakai sabun (CTPS) merupakan

21

bercakap maka disamping pengetahuan perilaku hidup sehat meningkat, juga

dapat mengasah kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang

lain pada anak usia dini.

b. Metode demontrasi

Metode demontrasi merupakan kegiatan pendidik untuk memberikan contoh

kepada anak, dan selanjutnya anak bisa menirukan apa yang dicontohkan

pendidik kepadanya. Metode demontrasi memiliki makna yang penting bagi

anak usia dini, karena melalui metode ini maka dapat: a) membantu

mengembangkan kemampuan untuk melakukan segala pekerjaan secara teliti,

cermat dan tepat, dan b) membantu mengembangkan kemampuan peniruan

dan pengenalan secara tepat. Dalam pembelajaran perilaku hidup sehat

sebagai contoh, pendidik mencontohkan kepada anak tentang mencuci tangan

yang benar, mungkin saja dengan cara pendidik langsung membawa anak ke

kamar mandi.

c. Metode bermain peran

Bermain peran adalah permainan yang dilakukan anak untuk memainkan

peran tertentu, dengan menirukan perilaku seseorang dalam melakukan

kegiatan sehari perkembangan anak dapat dikembangkan melalui metode

bermain peran, baik perkembangan kognitif, afektif maupun psikomotor.

Menggunakan metode bermain peran pendidik dapat mengembangkan

imajinasi anak tentang pentingnya perilaku hidup sehat. Misalnya saja melalui

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mencuci Tangan 2.1.1 ...erepo.unud.ac.id/10117/3/43f22aad38160b30698e0ec51ab9a05b.pdf · Universitas Padjajaran) Cuci tangan pakai sabun (CTPS) merupakan

22

permainan peran kegiatan bangun tidur, maka diharapkan anak terbiasa

berperilaku sehat, hidup bersih, dan teratur.

d. Metode Pemberian tugas

Metode ini memberikan kesempatan yang luas pada anak untuk melaksanakan

tugas berdasarkan petunjuk yang telah dipersiapkan pendidik, sehingga anak

mendapat pengalaman secara nyata dan melaksanakan tugas secara tuntas.

Apabila metode ini digunakan dalam proses pembelajaran hidup sehat, maka

anak dapat memperoleh pengalaman langsung dan nyata dalam

pengembangan perilaku hidup sehat. Tugas yang diberikan kepada anak bisa

dalam bentuk tugas pribadi maupun tugas kelompok. Tugas yang dilakukan

anak secara kelompok sangat bermanfaat untuk mengembangkan perilaku

sehat, anak belajar bersosialisasi, bekerja sama, dan memahami karakter

teman-temannya serta belajar mematuhi aturan bersama. Sementara tugas

pribadi dapat mengembangan kemampuan kemandirian anak dalam

memecahkan masalah dan memperkuat konsep diri mereka masing masing.

penggunaan metode pemberian tugas secara teratur akan dapat menanamkan

kebiasaan dan sikap belajar yang positif dan juga dapat memotivasi anak

untuk belajar mandiri.

e. Metode praktek langsung

Metode praktek langsung digunakan dalam menumbuh kembangkan perilaku

hidup sehat pada anak usia dini karena dapat memberikan pengalaman belajar

yang praktis pada anak, dan ini tentunya sangat baik bagi pengembangan

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mencuci Tangan 2.1.1 ...erepo.unud.ac.id/10117/3/43f22aad38160b30698e0ec51ab9a05b.pdf · Universitas Padjajaran) Cuci tangan pakai sabun (CTPS) merupakan

23

pribadi yang sehat dan realistis. Dalam implementasinya seorang pendidik

yang menggunakan metode ini dapat memberikan kesempatan yang seluas-

luasnya pada anak misalnya dalam mempraktekan cara menjaga kebersihan

tangan, kaki, mulut dan lainnya, juga dalam melakukan kegiatan yang terkait

dengan upaya menjaga kebugaran tubuh seperti senam dan kegiatan olah raga.

Metode praktek langsung ini disamping melibatkan aktivitas pikiran dan

penalaran dalam memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, juga dapat

mengembangkan sikap dan keterampilan motorik dalam area kesehatan.

f. Metode bercerita

Metode bercerita adalah menyampaikan suatu cerita, dalam hal ini tentunya

yang mengandung unsur pendidikan dan dilakukan secara lisan. Bercerita

dapat dilakukan dengan memanfaatkan berbagai media seperti menggunakan

buku cerita bergambar, boneka, atau media lainnya sehingga lebih menarik

bagi anak usia dini. Metode bercerita dapat melatih anak untuk belajar

mendengarkan. Melalui bercerita anak dapat memperoleh berbagai informasi

baik tentang pengetahuan, nilai dan sikap untuk dipahami dan diterapkan

dalam kehidupan sehari-hari. Pendidik bisa secara kreatif mengambil tokoh

maupun tokoh spiritual sebagai sumber inspirasi dalam menanamkan perilaku

hidup sehat pada anak. Penanaman dan pengembangan perilaku hidup sehat

pada anak usia dini dengan menggunakan metode bercerita ini dapat

dilakukan dengan dua kemungkinan, pertama pendidik berperan sebagai

pencerita atau kedua anak itu sendiri yang diminta untuk bercerita, dan akan

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mencuci Tangan 2.1.1 ...erepo.unud.ac.id/10117/3/43f22aad38160b30698e0ec51ab9a05b.pdf · Universitas Padjajaran) Cuci tangan pakai sabun (CTPS) merupakan

24

lebih baik lagi kalau selalu divariasikan sehingga tidak mengundang

kejenuhan.

g. Metode bermain

Bermain adalah metode utama dalam membelajarkan anak usia dini, karena

sebagaimana sudah diketahui secara umum dunia anak adalah bermain.

Melalui kegiatan bermain akan mengembangkan seluruh aspek kecerdasan

anak, baik kecerdasan logika berfikir, bahasa, keterampilan motorik,

kemandirian, maupun kecerdasan sosial emosional anak. Berbagai bentuk

permainan bisa dipilih dalam mengembangkan perilaku hidup sehat pada

anak, dan anak sebaiknya diberi kesempatan untuk memilih permainan yang

disukainya. Misalnya untuk mengembangkan perilaku sehat dari aspek sosial

emosional maka kegiatan sosio drama atau bermain peran mungkin lebih

tepat. Sementara, jika kita ingin mengembangkan perilaku hidup sehat dari

aspek fisik maka kegiatan permainan berupa olah raga fisik dan senam sangat

cocok.

h. Pembiasaan

Salah satu upaya untuk mengembangkan perilaku hidup sehat pada anak usia

dini adalah dengan metode pembiasaan. Melalui pembiasaan yang dilakukan

dalam perilaku hidup sehat sejak usia dini maka itu akan menjadi gaya

hidupnya sampai dewasa kelak. Menggunakan cara yang bertahap dengan

menunjukkan caranya, pemberian kesempatan dan waktu yang cukup untuk

berlatih secara teratur maka perilaku sehat akan tertanam dalam kehidupan

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mencuci Tangan 2.1.1 ...erepo.unud.ac.id/10117/3/43f22aad38160b30698e0ec51ab9a05b.pdf · Universitas Padjajaran) Cuci tangan pakai sabun (CTPS) merupakan

25

anak. Banyak pembiasaan yang bisa kita ajarkan kepada anak sehubungan

dengan perilaku hidup sehat ini, misalnya kebiasaan menjaga kebersihan, tidur

dengan teratur, minum air putih, memakan makanan yang sehat, sabar, suka

berteman , rajin berolah raga dan lain sebagainya. Dalam metode pembiasaan

perilaku hidup sehat ini kita tidak bisa luput dari “ punishment” agar

pembiasaan yang kita terapkan menjadi kokoh keberadaannya di mata anak

anak, namun tentunya harus disesuaikan dengan usia dan tahap perkembangan

anak. Setiap anakyang mampu melakukan kebiasaan hidup sehat diberi

reward seperti senyuman, anggukan kepala, pujian verbal dan sebagainya.

Sebaliknya anak yang tidak melakukan perilaku hidup sehat di beri

punishment seperti ekspresi sedih dari wajah pendidik, gelengan kepala,

teguran dan nasehat.

i. Metode bernyanyi

Melalui kegiatan menyanyi banyak sekali pesan-pesan pendidikan yang bisa

kita sampaikan kepada anak. Dengan demikian maka pengetahuan dan

keterampilan perilaku hidup sehat bisa kita sampaikan kepada anak melalui

kegiatan bernyanyi. Bernyanyi adalah bagian dari kegiatan mengembangkan

kecerdasan musik anak (Ismaniar 2010). Musik bagi anak menyatu dalam

pertumbuhan anak dimana musik memiliki nilai tersendiri dalam

mengembangkan kreativitas, perasaan kebersamaan dalam kelompok,

pertumbuhan fisik, keterampilan intelektual dan pertumbuhan emosional.

Banyak sekali contoh nyanyian atau lagu yang berkembang di sekitar kita dan

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mencuci Tangan 2.1.1 ...erepo.unud.ac.id/10117/3/43f22aad38160b30698e0ec51ab9a05b.pdf · Universitas Padjajaran) Cuci tangan pakai sabun (CTPS) merupakan

26

mengandung pesan pengetahuan perilaku hidup sehat dan dapat kita ajarkan

kepada anak. Diantara lagu-lagu yang dimaksud misalnya; a) Aku anak sehat,

b) Bangun pagi, c) Senam ceria, d) Cuci tangan, e) senam kesegaran jasmani,

f) minum susu dan lain sebagainya. Melalui kegiatan bernyanyi apalagi kalau

dilakukan bersama-sama antara pendidik dan anak maka akan tercipta suasana

yang menyenangkan, sehingga pesan disampaikan pendidik mudah diserap

oleh anak. Jadi metode bernyanyi bisa kita gunakan dalam mengembangkan

perilaku hidup sehat pada anak usia dini (Ismaniar, 2010).

Bernyanyi merupakan salah satu unsur yang menciptakan kegembiraan

dan suasana riang. Pelatihan, pembiasaan, pembelajaran dan pedidikan pada

usia dini akan lebih efektif jika digunakan juga media bernyanyi. Selain tidak

terkesan menggurui, memerintah atau melarang, juga disampaikan dengan

suasana riang gembira, mudah diingat dan tidak menyakitkan hati anak.

Misalnya lagu “ Mandi Pagi “ anak-anak tidak hanya belajar bernyanyi tetapi

juga diajak untuk membiasakan diri bagun pagi menjaga kebersihan badan

dan gosok gigi. Lagu “Pelangi-pelangi“ anak tidak hanya belajar

mengekspresikan suasana sukaria tetapi belajar mengenai warna, mengagumi

alam, dan menghargai ciptaan Tuhan. Lagu “Balonku“ mengajarkan anak

untuk berhitung. Lagu-lagu yang dinyanyikan pada usia ini perlu mencakup

pelatihan teknik berbicara, pengembangan kosakata, dan penguatan

kemampuan daya ingat. Dan masih banyak lagi lagu-lagu yang tidak hanya

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mencuci Tangan 2.1.1 ...erepo.unud.ac.id/10117/3/43f22aad38160b30698e0ec51ab9a05b.pdf · Universitas Padjajaran) Cuci tangan pakai sabun (CTPS) merupakan

27

secara psikologi tepat untuk anak-anak yang berjiwa riang gembira, tetapi

juga mengajarkan sesuatu yang bernilai kepada anak-anak (Wiflihani, 2007).

2.3. Tinjauan Perilaku

2.3.1 Pengertian Perilaku

Robert kwik dalam Maulana (2009) mengatakan bahwa perilaku adalah

tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati. Perilaku merupakan

keseimbangan antara kekuatan pendorong dan kekuatan penahan sebagai hasil dari

proses interaksi terhadap lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk pengetahuan,

sikap dan tindakan (Maulana, 2009). Perilaku merupakan faktor terbesar yang

mempengaruhi kesehatan individu, kelompok atau masyarakat. Antara perilaku,

pendidikan kesehatan dan status kesehatan berada pada suatu pola hubungan yang

saling mempengaruhi.

2.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

Faktor yang mempengaruhi perilaku menurut Maulana (2009) adalah

A. Faktor internal: sifat bawaan berupa karakteristik dari orang yang

bersangkutan seperti ras, sifat fisik, sikap kepribadian (pemalu, pemarah,

dan penakut), bakat, tingkat kecerdasan dan jenis kelamin.

B. Faktor eksternal: lingkungan fisik, sosial budaya, ekonomi, dan politik.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mencuci Tangan 2.1.1 ...erepo.unud.ac.id/10117/3/43f22aad38160b30698e0ec51ab9a05b.pdf · Universitas Padjajaran) Cuci tangan pakai sabun (CTPS) merupakan

28

2.3.3 Cara Mengukur Perilaku Kesehatan

Menurut Mantra dalam Yuliantantri (2013) mengatakan cara tepat

untuk mengubah perilaku adalah dengan cara pendekatan edukatif. Salah satu

kegiatan edukatif adalah bernyanyi. Menurut Green (1980) dalam Maulana

(2009) pendidikan kesehatan mempunyai peranan yang penting untuk

mengubah perilaku. Perubahan perilaku dapat dievaluasi dalam waktu tiga

minggu. (Lally, 2011). Sedangkan menurut Danuwirahadi (2010) untuk

meneliti perubahan perilaku memerlukan waktu sekitar satu sampai dua

minggu. Dalam mengenal dan memahami cara berhitung sederhana dengan

metode penyampaian cara bernyanyi diperlukan waktu dua minggu (Iswara,

2013). Cara pengukuran perilaku tergantung dari domain perilaku yang terdiri

dari pengetahuan, sikap dan tindakan. Cara pengukuran pengetahuan dapat

dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi

yang ingin diukur dari responden. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara

langsung ataupun tidak langsung dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan.

Sedangkan pengukuran tindakan dapat dilakukan dengan cara pengamatan

langsung (observasi) tindakan dari responden (Kuswandari 2012).

2.3.4 Jenis-jenis Perilaku

Menurut Notoatmodjo (1993) dalam Maulana (2009) bentuk operasional dari

perilaku dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis yaitu:

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mencuci Tangan 2.1.1 ...erepo.unud.ac.id/10117/3/43f22aad38160b30698e0ec51ab9a05b.pdf · Universitas Padjajaran) Cuci tangan pakai sabun (CTPS) merupakan

29

a. Perilaku dalam bentuk pengetahuan, yaitu dengan mengetahui situasi atau

rangsangan dari luar.

b. Perilaku dalam bentuk sikap yaitu tanggapan batin terhadap keadaan atau

rangsangan dari luar. Dalam hal ini lingkungan berperan dalam membentuk

perilaku manusia yang ada di dalamnya. Sementara itu lingkungan terdiri dari,

lingkungan pertama adalah lingkungan alam yang bersifat fisik dan akan

mencetak perilaku manusia sesuai dengan sifat dan keadaaan alam tersebut.

Sedangkan lingkungan yang kedua adalah lingkungan sosial budaya yang

bersifat non fisik tetapi mempunyai pengaruh yang kuat terhadap

pembentukan perilaku manusia.

c. Perilaku dalam bentuk tindakan yang sudah konkrit, yakni berupa perbuatan

atau aksi terhadap situasi atau rangsangan dari luar.

Tetapi dalam penelitian ini peneliti hanya meneliti domain psikomotor yaitu

tindakan. Tindakan atau praktek adalah respon atau reaksi konkret seseorang

terhadap stimulus atau objek. Respon ini sudah dalam bentuk tindakan

(action) yang melibatkan aspek psikomotor atau seseorang telah

mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapi. Tindakan atau perilaku

kesehatan terjadi setelah seseorang mengetahui stimulus kesehatan, kemudian

mengadakan penilaian terhadap apa yang diketahui dan memberikan respon

batin dalam bentuk sikap. Proses selanjutnya diharapkan subjek akan

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mencuci Tangan 2.1.1 ...erepo.unud.ac.id/10117/3/43f22aad38160b30698e0ec51ab9a05b.pdf · Universitas Padjajaran) Cuci tangan pakai sabun (CTPS) merupakan

30

melaksanakan apa yang diketahui atau disikapinya (Notoatmodjo, 2003).

Sehat berhubungan dengan perilaku seseorang, cara mengukur indikator

perilaku tindakan adalah melalui observasi tetapi bisa juga dengan cara

wawancara. Tingkatan perubahan perilaku sehat menurut Guilbert (1970)

dalam Maulana 2009:

Konsep umum yang digunakan untuk mendiagnosis perilaku adalah konsep

dari Lawrence Green (1980), dalam Maulana (2009) menurut Lawrence

Green perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yakni :

1. Faktor predisposisi (predisposing factor).

Faktor-faktor yang mempermudah perilaku yang mencakup

pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai dan sebagainya.

2. Faktor pemungkin (enabling factor)

Pengawasan

(control)

Bidang

Psikomotor

Peniruan

(Imitation)

Otomatisme

(Automatism)

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mencuci Tangan 2.1.1 ...erepo.unud.ac.id/10117/3/43f22aad38160b30698e0ec51ab9a05b.pdf · Universitas Padjajaran) Cuci tangan pakai sabun (CTPS) merupakan

31

Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya perilaku yang mencakup

ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan. Seperti

tempat cuci tangan, keran, air mengalir, sabun dan sebagainya.

3. Faktor penguat (reinforcing factor)

Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku petugas kesehatan atau

petugas yang lainnya.

2.4. Teori-teori Pendidikan dan Perkembangan Perilaku

2.4.1. Teori Perkembangan Psikososial oleh Erikson (1968)

Erikson (1968) dalam Mutiah (2010) mendalami teori Psikoanalisis yang

diprakarsai oleh Sigmund Freud. Dalam teori perkembangan Psikososial milik

Erikson, terdapat istilah persamaan ego yang merupakan perasaan sadar yang

dikembangkan melalui interaksi sosial. Perkembangan ego dapat berubah dengan

pengalaman dan adanya informasi baru yang didapat dari interaksi dengan orang lain.

Erikson percaya kemampuan memotivasi sikap dan perbuatan dapat membantu

perkembangan ego menjadi positif. Erikson memaparkan teorinya melalui konsep

polaritas bertingkat, menjadi delapan tahap perkembangan selama siklus kehidupan

(Mutiah, 2010). Anak-anak bertanggung jawab meningkatkan prakarsa. Namun,

perasaan bersalah dapat muncul, bila anak tidak diberi kepercayaan dan membuat

mereka sangat cemas. Ketika anak-anak prasekolah menghadapi dunia sosial yang

lebih luas, mereka lebih tertantang dan perlu mengembangkan perilaku yang lebih

bertujuan untuk mengatasi tantangan-tantangan ini. Anak-anak diharapkan menerima

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mencuci Tangan 2.1.1 ...erepo.unud.ac.id/10117/3/43f22aad38160b30698e0ec51ab9a05b.pdf · Universitas Padjajaran) Cuci tangan pakai sabun (CTPS) merupakan

32

tanggung jawab yang lebih besar. Namun perasaan bersalah dapat muncul jika anak-

anak tidak bertanggung jawab dan merasa terlalu cemas (Wahyuni 2013).

2.4.2. Teori Perkembangan Kognitif Piaget (1952)

Piaget (1952) dalam Mutiah (2009) merumuskan teori Proses Kognitif pada

anak-anak. Menurutnya, melalui interaksi anak menciptakan sendiri pengetahuan

mereka tentang dunianya. Mereka berlatih menggunakan informasi-informasi yang

sudah mereka dengarkan sebelumnya. Dalam proses belajar perlu adaptasi dan

adaptasi membutukan keseimbangan antara dua proses yang menunjang yaitu

asimilasi dan akomodasi. Asimilasi terjadi ketika seorang anak memasukkan

pengetahuan baru ke dalam pengetahuan yang sudah ada. Akomodasi terjadi ketika

anak menyesuaikan diri pada informasi baru atau penyesuaian skema pikiran mereka

terhadap lingkungannya. Tahap selanjutnya adalah Ekuilibrasi, mekanisme yang

menjelaskan bagaimana anak bergerak dari satu tahap pemikiran ke tahap pemikiran

selanjutnya. Pergeseran tersebut terjadi saat anak mengalami konflik kognitif saat

asimilasi dan akomodasi bekerja dalam menghasilkan perubahan kognitif. Selain

proses kognitif di atas, Piaget juga menyakini perkembangan kognitif terjadi dalam

empat tahapan yaitu sensorimotor, praoperasional, operasional konkret, dan

operasional formal. Anak umur 2-7 tahun termasuk tahap pra-operasional yang

merupakan tahap pemikiran simbolis yang bersifat egosentris dan intuitif namun tidak

melibatkan pemikiran operasional dan logis. Tahap ini dapat dibagi menjadi dua sub

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mencuci Tangan 2.1.1 ...erepo.unud.ac.id/10117/3/43f22aad38160b30698e0ec51ab9a05b.pdf · Universitas Padjajaran) Cuci tangan pakai sabun (CTPS) merupakan

33

tahap : fungsi simbolis (2 – 4 tahun) dan pemikiran intuitif (4 – 7 tahun) (Wahyuni,

2013).

2.4.3. Teori Perekembangan otak

Pendidikan bagi anak usia dini sangat penting dilakukan karena merupakan

dasar bagi pembentukan kepribadian manusia. Selama tahun-tahun pertama otak

berkembang pesat untuk menghasilkan bertriliun-triliun sambungan antar sel.

Sambungan antar sel akan semakin kuat apabila diberikan stimulasi dan apabila

sering digunakan (Mutiah, 2010). Jumlah sel otak tidak pernah bertambah tetapi

kualitas otak (dendrit) bisa bertambah. Jika diberikan rangsangan yang banyak maka

akan terjadi percepatan interaksi antar impuls.

Menurut Frigyes Sandor, 1975 dalam Widhianawati (2011) menyebutkan

bahwa pembelajaran bernyanyi dan latihan gerak tubuh sangat berhubungan erat,

karena irama lagu dapat mempengaruhi dan mengendalikan pusat syaraf. Sehingga

cara belajar yang baik bagi anak adalah melalui lagu dan gerakannya. Untuk itu

pembelajaran melalui gerak dan lagu yang dilakukan sambil bermain akan membantu

untuk lebih mengembangkan kecerdasannya tidak hanya pada aspek pengembangan

seni, bahasa dan fisiknya saja tetapi juga pada pengembangan emosional dan kognitif

anak.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mencuci Tangan 2.1.1 ...erepo.unud.ac.id/10117/3/43f22aad38160b30698e0ec51ab9a05b.pdf · Universitas Padjajaran) Cuci tangan pakai sabun (CTPS) merupakan

34

2.5. Pengaruh Nyanyian terhadap Pelaksanaan Teknik Mencuci tangan

Kondisi sehat dapat dicapai dengan cara mengubah perilaku yang tidak sehat

menjadi perilaku yang sehat (Proverawati dan Rahmawati, 2012). Sehat adalah

impian setiap orang, karena kesehatan menentukan kualitas sumber daya manusia.

Kondisi sehat tidak hanya menyangkut kondisi fisik saja tetapi meliputi tiga aspek

yaitu sehat fisik, sehat sosial emosional dan sehat spiritual. Namun kondisi yang sehat

pada diri seseorang tidak datang dengan sendirinya. Langkah utama yang bisa

dilakukan untuk mencapai kondisi sehat adalah dengan menerapkan perilaku hidup

sehat sejak usia dini. Berbagai metode dapat dipilih dan divariasikan dalam

mengembangkan perilaku hidup sehat pada anak usia dini dengan memperhatikan

usia dan tahap perkembangan anak (Ismaniar, 2010).

Salah satu metode yang bisa digunakan adalah dengan nyanyian karena

nyanyian menjadi bagian dari kehidupan anak selain kegiatan bermain (Ismaniar,

2010). Bernyanyi adalah mengeluarkan suara bernada atau berlagu. Nyanyian juga

diistilahkan dengan komponen musik pendek yang terdiri atas perpaduan lirik dan

lagu/nada. Dalam lirik terdapat susunan kata-kata yang mengandung arti/ makna

tertentu. Makna yang terdapat dalam sebuah nyanyian berbeda-beda sesuai tujuan

dibuatnya nyanyian tersebut. Selanjutnya makna yang ada pada nyanyian dapat

digunakan untuk melakukan sugesti, persuasi dan memberikan nasehat (Subekti,

2007). Nyanyian yang diberikan kepada anak dibuat dengan gaya bahasa yang

sederhana, lirik yang pendek dan sesuai dengan perkembangan anak agar mudah

dipahami dan dijiwai oleh anak karena dalam nyanyian tersirat makna tertentu.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mencuci Tangan 2.1.1 ...erepo.unud.ac.id/10117/3/43f22aad38160b30698e0ec51ab9a05b.pdf · Universitas Padjajaran) Cuci tangan pakai sabun (CTPS) merupakan

35

Metode ini cocok diberikan pada anak-anak karena terkesan gembira dan tidak

membosankan (Ismaniar, 2010).

Nyanyian diberikan kepada anak didik dengan cara mengajarkan nyanyian

yang sudah ada atau mengganti lirik dari lagu yang sudah dikenal sebelumnya dengan

lirik lain atau jika memungkinkan dengan membuat lagu baru dengan lirik yang

sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Beberapa lagu anak yang memiliki karakter

merupakan hal yang penting dan harus ditanamkan sejak dini. Jika nyanyian tersebut

sering dinyanyikan dan didengarkan diharapkan dapat mensugesti dan mengajak

anak-anak untuk memiliki karakter seperti dalam makna nyanyian tersebut (Ismaniar,

2010)

Menurut ahli bahasa, karakter adalah tabiat atau kebiasaan. Sedangkan

menurut ahli psikologi, karakter adalah sebuah sistem keyakinan dan kebiasaan yang

mengarahkan tindakan seorang individu. Karena itu, jika pengetahuan mengenai

karakter seseorang itu dapat diketahui, maka dapat diketahui pula bagaimana individu

tersebut akan bersikap untuk kondisi-kondisi tertentu. Dilihat dari sudut pengertian,

ternyata karakter dan akhlak tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Keduanya

didefinisikan sebagai suatu tindakan yang terjadi tanpa ada lagi pemikiran lagi karena

sudah tertanam dalam pikiran, dan dengan kata lain keduanya dapat disebut dengan

kebiasaan (Ismaniar, 2010)

Menurut Rakhmat (2005), gerakan sangatlah penting bagi pembelajaran,

karena gerakan mampu membangkitkan dan mengaktifkan kapasitas mental. Gerakan

menyatukan dan menarik informasi-informasi baru kedalam jaringan neuron. Gerakan

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mencuci Tangan 2.1.1 ...erepo.unud.ac.id/10117/3/43f22aad38160b30698e0ec51ab9a05b.pdf · Universitas Padjajaran) Cuci tangan pakai sabun (CTPS) merupakan

36

sangat vital bagi semua tindakan untuk pembelajaran, pemahaman, dan untuk diri kita

sendiri. Setiap gerakan yang dilakukan merupakan suatu kejadian sensoris-motorik,

yang berkaitan dengan pemahaman terhadap dunia fisik, dunia tempat semua

pembelajaran. Setiap kali kita bergerak dalam cara yang teratur dan halus, otak akan

diaktifkan secara penuh dan integrasi terjadi, pintu kepada pembelajaran terbuka

secara alami (Fitrianti, 2012). Pengembangan karakter anak dilakukan dengan

berbagai kegiatan, salah satunya dengan kegiatan musik, karena kegiatan musik

adalah kegiatan yang digemari dan menyenangkan bagi anak, juga merupakan salah

satu cara pemberian pengalaman belajar melalui musik yang dibawakan atau yang

didengar. Para ahli saraf memastikan bahwa lagu, gerakan dan permainan dengan

musik pada kanak-kanak merupakan salah satu aktivitas neurologis yang bagus untuk

pola bicara, keterampilan sensori-motor dan kemampuan gerak vital. Anak kecil

sangat tertarik jika musik menggunakan lagu, gerak, emosi dan permainan

(Mukhoyaroh, 2011). Makna yang terdapat dalam sebuah nyanyian berbeda-beda

sesuai tujuan dibuatnya nyanyian tersebut. Selanjutnya makna yang ada dapat

digunakan untuk melakukan sugesti, persuasi dan memberikan nasehat. Kemampuan

mempengaruhi sebuah lirik lagu terjadi karena pengarang lagu menyampaikan ide

dan gagasan melalui kata ataupun kalimat yang bisa menimbulkan sikap dan perasaan

tertentu (Subekti, 2007).

TK (Taman Kanak-kanak) memiliki peran penting untuk mengembangkan

karakter positif pada anak. Pada masa ini perkembangan anak sangat cepat dan akan

berpengaruh pada masa yang akan datang sehingga perlu distimulasi agar

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mencuci Tangan 2.1.1 ...erepo.unud.ac.id/10117/3/43f22aad38160b30698e0ec51ab9a05b.pdf · Universitas Padjajaran) Cuci tangan pakai sabun (CTPS) merupakan

37

berkembang secara optimal. Oleh karena itu pendidik perlu menggunakan metode

yang kreatif dan inovatif. Salah satu metode yang bisa digunakan adalah dengan

nyanyian karena nyanyian menjadi bagian dari kehidupan anak selain aktivitas

bermain. Nyanyian yang diberikan kepada anak dibuat dengan gaya bahasa

sederhana, lirik yang pendek dan sesuai dengan perkembangan anak agar mudah

dipahami dan dijiwai oleh anak karena dalam nyanyian tersirat makna tertentu.

Metode ini dianggap lebih tepat bagi anak-anak karena terkesan gembira dan tidak

membosankan. Nyanyian diberikan kepada anak didik dengan cara mengajarkan

nyanyian yang sudah ada, mengganti lirik dari lagu yang sudah dikenal sebelumnya

dengan lirik lain atau jika memungkinkan dengan membuat lagu baru dengan lirik

yang sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Jika nyanyian tersebut sering

dinyanyikan dan didengarkan diharapkan dapat mensugesti dan mengajak anak-anak

untuk memiliki karakter seperti dalam makna nyanyian tersebut (Lestari, 2012).

Bernyanyi merupakan salah satu kegiatan yang sangat digemari oleh anak-

anak. Hampir setiap anak sangat menikmati lagu-lagu atau nyanyian yang

didengarkan, lebih-lebih jika nyanyian tersebut dibawakan oleh anak-anak seusianya

dan diikuti dengan gerakan-gerakan tubuh yang sederhana (Depdiknas, 2006).

Dengan bernyanyi potensi belahan otak kanan dapat dioptimalkan, sehinggga pesan-

pesan yang diberikan akan lebih lama mengendap di memori anak (ingatan jangka

panjang), dengan demikian anak akan selalu ingat pesan-pesan yang diterimanya.

(Widya, 2011).

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mencuci Tangan 2.1.1 ...erepo.unud.ac.id/10117/3/43f22aad38160b30698e0ec51ab9a05b.pdf · Universitas Padjajaran) Cuci tangan pakai sabun (CTPS) merupakan

38

Mesencephalon atau Otak Tengah (disebut juga Mid Brain) adalah bagian

teratas dari batang otak yang menghubungkan Otak Besar dan Otak Kecil. Otak

tengah berfungsi dalam hal mengontrol respon penglihatan, gerakan mata,

pembesaran pupil mata, mengatur gerakan tubuh dan pendengaran. Sistem limbic

yang merupakan bagian dari otak tengah sebagai tempat pengaturan motivasi, emosi

dan perilaku (Sangkanparan, 2010).

Penelitian yang dilakukan oleh Achmad (2012) tetang pengaruh metode

menyanyi terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI di SDN 01

Rowosari Limpung Batang. Hasil penelitian tersebut yaitu bahwa aplikasi metode

menyanyi menunjukkan kategori sangat baik; hal ini dibuktikan dengan hasil 22

responden berada pada interval 45-60 dengan nilai persentase 32,43% sedangkan

motivasi belajar PAI (Pendidikan Agama Islam) dapat diklasifikasikan kedalam

kategori sangat baik ini dibuktikan dengan 12 responden pada interval 54-60 dengan

nilai persentase 32,43% pengaruh metode menyanyi terhadap motivasi belajar siswa

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mencuci Tangan 2.1.1 ...erepo.unud.ac.id/10117/3/43f22aad38160b30698e0ec51ab9a05b.pdf · Universitas Padjajaran) Cuci tangan pakai sabun (CTPS) merupakan

39

pada mata pelajaran PAI dengan teknik korelasi product moment dperoleh bahwa

aplikasi metode menyanyi mempunyai pengaruh yang cukup/sedang terhadap

motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI.

Hasil penelitian Iswara (2013) studi tentang kegiatan bernyanyi pada

pembelajaran “Calistung” untuk anak usia dini di TK Sekolah Alam Bandung

memperlihatkan bahwa sebagian besar (73,3%) mampu mengenali dan memahami

calistung sederhana dengan cepat (2 minggu). Berdasarkan perbedaan gender anak

didik perempuan umumnya lebih cepat memahami calistung daripada laki-laki.

Pendekatan metode bernyanyi untuk mengenal dan memahami pembelajaran

“calistung” yang dilakukan kepada anak didik TK B mampu mendorong anak untuk

memahami membaca, menulis, dan berhitung sederhana tanpa merasa ada paksaan.

Sebanyak 15 anak didik TK B dijadikan objek penelitian untuk melihat perilaku anak

didik dalam mengenal dan memahami pembelajaran calistung dengan menerapkan

metoda bernyanyi. Selama enam kali pertemuan dilakukan untuk mengajarkan lagu

yang berhubungan dengan pengenalan dan pemahaman membaca, menulis, dan

berhitung yang dijadikan indikator penelitian dengan didukung alat peraga berupa

gambar huruf (vocal dan konsonan), angka, dan simbul tambah dan kurang.