Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Pembahasanx pada penelitian ini merujuk pada beberapa penelitian yang
telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. x Berikut ini beberapa perbedaan dan
persamaan yang ada pada penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini.
1. Santix Lestari (2016)
Penelitianx ini bertujuan untuk dapat mengetahuix pengaruh profitabilitas,
likuiditas, leverage, ukuran perusahaan, dan umur perusahaan terhadap Islamic
Social Reporting pada Bank Umum Syariah di Indonesia tahun 2010-2014.
Sampelx yang telah diujix berjumlah 8 Bank Umum Syariah dari 12 perbankan yang
terdaftar di Bank Umum Syariah di Indonesia, pemilihanx sampel menggunakan
purposive sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwax profitabilitas,x
likuiditas, leverage, dan ukuran perusahaan tidakxx berpengaruh terhadap
pengungkapan ISR karena ISR bukan hanya sekedar kegiatan, namun ISR
merupakan kebutuhan para stakeholder yang menjadikan perusahaan tetap
melakukan pengungkapan meskipunxxlaba tinggi atau rendah.
Persamaanx dengan penelitian terdahulu terletak pada variabelx dependen,
yaitu Islamic Social Reporting dan beberapa variabel indpenden, yaitu x
Profitabilitas dan leverage.
11
Perbedaan :
a Penelitian terdahulu menggunakan variabel independen tingkat likuiditas
dan umur perusahaan. Sedangkan pada penelitian saat ini menggunakan
variabel independen Profitabilitas, Leverage, Kepatuhan Syariah,
dan Investmen Account Holders.
b Penelitian terdahulu menggunakan periode tahun 2010-2014. Sedangkan
penelitian saat ini menggunakan periode tahun 2012-2017.
2. Zayyinatul Khasanah dan Agung Yulianto (2015)
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisi pengaruh Investmen
Account Holdes, pelaksanaa tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas
Syariah dan Kepatuhan Syariah terhadap tingkat pengungkapan Islamic Social
Reporting (ISR). Populasi yang digunaakan adalah 12 Bank Umum Syariah
yang terdaftar di Bank Indonesia. Sampel yang diuji sebayank 8 Bank Umum
Syariah yang dipilih berdasarkan metode purposive sampling. Data yang
dikumpulkan berupa laporan tahunan Bank Umum Syariah mulai tahun 2010-
2013. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Investmen Account Holders
dan kepatuhan syariah berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat
pengungkapan Islamic Social Reporting. Sedangkan pelaksaan tugas dan
tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah tidak berpengaruh terhadap tingkat
pengungkapan Islamic Social Reporting pada Bank Umum Syariah di
Indonesia.
12
Persamaan antara kedua penelitian ini adalah variabel dependen yang
sama, yaitu pengungkapan Islamic Social Reporting dan salah satu variabel
independen, yaitu Kepatuahan Syariah.
Perbedaan :
a. Penelitian terdahulu menggunakan variabel pelaksaan tugas dan
tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah. Sedangkan pada
peneliitian saat ini tidak menggunakan variabel independen
Pelaksaan Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Pengawas Syariah.
b. Penelitian terdahulu menggunakan periode 2010-2013.sedangkan
pada penelitian saat ini menggunakan periode 2012-2017
3. Aldehita, agung, dan Asrorix (2014)
Penelitianx ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh firm size,
profitabilitas, dan environmental performance terhadap Islamic Social
Reporting. Sampel pada penelitian terdahulu adalah perusahaan yang
terdaftar di JII (Jakarta Islamic Index). Penelitianx terdahulu dilakukan
karena masih adanya research gap pada penelitian mengenai facktor-
faktorx yang mempengaruhi pengungkapan ISR. Hasilx penelitian ini
menunjukkan bahwa profitabilitas dan environmental performance secara
simultan berpengaruh positif terhadap pengungkapan ISR perusahaan
syariah di JII.
Persamaanx pada kedua penelitian ini terletak pada variabel
dependennya, yaitu Islamic Social Reporting dan salah satu variabel
independennya, yaitu profitabilitas.
13
Perbedaan :
a. Penelitian terdahulumenggunakan variabel independen ukuran
perusahaan, Profitabilitas, dan kinerja lingkungan. Sedangkan
penelitian saat ini menggunakan variabel independen Profitabilitas,
Leverage, dan Kepatuhan Syariah.
b. Penelitian terdahulu menggunakan sampel perusahaan yang
terdaftar di JII (Jakarta Islamic Index). Sedangkan pada penelitian
saat ini sampel yang digunakan adalah perusahaan bank umum
syariah.
c. Penelitian terdahulu menggunakan periode tahun 2009-2012.
Sedangkan penelitian saat ini menggunakan periode 2012-2017.
4. Ali Rama dan Meliawati (2013)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sejumlah variabel,
yaitu ukuran perusahaan, umur bank, profitabilitas, dan leverage terhadap
pengungkapan Islamic Social Reporting. Populasi yang digunakan pada
penelitian ini adalah seluruh Bank Umum Syariah yang tecatat di Bank Indonesia
pada periode 2010-2012 yang berjumlah 8 Bank Umum Syariah. Metode
pemilihan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling. Hasil pada
penelitian ini menunjukkan bahwa variabel-variabelnya, yaitu umur perusahaan,
ukuran perusahaan, profitabilitas, dan leverage berpengaruh positif
14
Perbedaan :
a. Penelitian terdahulu menggunakan empat variabel independen
yaitu profitabilitas, leverage, ukuran perusahaan, dan umur bank.
Sedangkan penelitian ini tidak menggunakan variabel ukuran
perusahaan dan umur bank.
b. Penelitian terdahulu menggunakan periode 2010-2012, sedangkan
pada penelitian ini menggunakan periode 2012-2017
5.Hafiez Sofyani, Ihyaul Ulum, Daniel Syam, dan Sri Wahjuni L. (2012)
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kinerja sosial perbankan
Syariah di Indonesia dan Malaysia dengan menggunakan model Islamic Social
Reporting Index (ISR Index). Sampel penelitian ini menggunakan tiga bank
syariah di Indonesia dan tiga bank syariah di Malaysia. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa secara keseluruhan kinerja sosial train-average perbankan
Islam di Malaysia lebih tinggi daripada di Indonesia. Namun, dari semua bank-
bank Islam, baik di Indonesia dan Malaysia, tidak ada satupun yang mencapai
tingkat kinerja sangat bagus.
Persamaan penelitian terdahulu adalah pada Islamic Social Reporting
index yang menjadi model dalam komparasi antara bank Syariah di Indonesia dan
Malaysia.
Perbedaaan :
- Penelitian terdahulu adalah jenis penelitian komparatif dan
periode penilitian terdahulu menggunakan tahun 2009-2010. Sedangkan
15
penelitian saat ini adalah jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan
variabel independen dan variabel dependen.
6. Riri Asriati (2016)
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan implementasi dan
pengungkapan kinerja sosial perbankan Islam di Indonesia dan di Malaysia
menggunakan Indeks Pelaporan Sosial Islam (ISR Index). Hasil yang diharapkan
adalah untuk berkontribusi pada praktik bisnis perbankan Islam sebagai evaluasi
kinerja sosial perbankan Islam, khususnya di Indonesia. Populasi dalam penelitian
ini adalah perusahaan perbankan syariah di Indonesia dan Malaysia dari tahun
2012 hingga 2014. Penelitian ini melakukan metode purposive sampling, yang
diperoleh 11 sampel perbankan syariah untuk masing-masing negara. Penelitian
ini menggunakan data sekunder, Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara
keseluruhan kinerja sosial perusahaan perbankan syariah di Malaysia lebih baik
daripada di Indonesia, dan berdasarkan independent sample t-test, itu
menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan dari tingkat pengungkapan
ISR antara perbankan Islam di Indonesia dan di Malaysia
Persamaan kedua penelitian ini terletak pada variabel dependennya
menggunakan Islamic Social Reporting. Perbedaan kedua penelitin ini terletak
Penelitian terdahulu menggunakan periode 2012-2014. Sedangkan pada penelitian
ini menggunakan periode 2012-2017.
7. Soraya Fitria dan Dwi Hartanti (2010)
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan praktek pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan antara institusi perbankan Islam dan lembaga
16
perbankan konvensional di Indonesia. Peneliti menggunakan indeks Global
Reporting Initiative dan Indeks Islamic Social Reporting pada saat
membandingkan skor antara perusahaan sampel. Peneliti menggunakan
indeks Global Reporting Initiative dan Indeks Islamic Social Reporting pada saat
membandingkan skor antara perusahaan sampel.Perusahaan sampel diambil dari
tiga lembaga perbankan konvensional dan tiga lembaga perbankan Islam.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lembaga perbankan konvensional
pada umumnya mendapat skor lebih tinggi dibandingkan dengan lembaga
perbankan Islam.Meskipun di beberapa daerah lembaga perbankan Islam lebih
unggul. Peneliti menemukan bahwa institusi perbankan Islam, skor yang diambil
dari indeks GRI lebih tinggi dari skor yang diambil dari indeks ISR. Peneliti juga
menyadari ISR masih dalam tahap berkembang di Indonesia. Namun peneliti
memperkirakan bahwa indeks ISR akan menjadi lebih dikenal di masa depan dan
konvergensi antara indeks GRI dan indeks ISR bisa dilakukan.
Persamaan pada penelitian saat ini adalah salah satu variabel yang diteliti
adalah variabel dependen untuk penelitian saat ini, yaitu ISR. Perbedaan
penelitian terdahulu dengan penelitian saat ini adalah penelitin terdahulu adalah
studi perbandingan, sedangkan penelitian saat ini adalah penelitian kuantitatif.
8.xRohana Othman, Azlanx Md Thani, dan Erlanex K Ghani (2009)
Penelitianx ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi perusahaan dalam pengungkapan Islamic Social Reporting,
khususnya ukuran perusahaan, profitabilitas, komposisi dewan perusahaan dan
tipe perusahaan. Populusix penelitian ini adalah seratus perusahaan terbesar di
17
Malaysia dan dari seratus perusahaan terdapat empat belas perusahaan
mempunyai asosiasi pada sektor keuangan, 22 perusahaan non-syariah, dan
delapan perusahaan tidak melaporkan laporan tahunan secara lengkap, Sehingga
sampel yang digunakan berjumlah 56 perusahaan (purposive sampling). Hasilx
penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, profitabilitas dan direksi
muslim memiliki pengaruh pada tingkat ISR dalam laporan tahunan perusahaan.
Persamaanx kedua penelitian terletak pada variabel dependennya, yaitu
Islamic Social Reporting salah satu variabel independennya, yaitu profitabilitas.
Perbedaan :
a Penelitianx terdahulu menggunakan empat variabel independen, yaitu
ukuran perusahaan, Profitabilitas, komposisi dewan perusahaan dan dan
jenis perusahaan. Sedangkan pada penelitian saat ini menggunakan
variabel independen Profitabilitas, Leverage, dan Kepatuhan Syariah.
b Penelitianx terdahulu menggunakan sampel perusahaan-perusahaan syariah
terbesar di Malaysia yang melaporkan laporan tahunan secara
lengkap. Sedangkan penelitian saat ini menggunakan sampel Bank Umum
Syariah yang mengungkapkan ISR setiap tahunnya.
9. Ros Haniffa (2002)
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang membahas tentang
Islamic Social Reporting berdasarkan sudut pandang hukum syariah islam. Dalam
penelitian ini tidak memiliki variabel independen, namun hanya membahas
Islamic Social Reporting yang sedang berkembang pada masa itu. Hasil penelitian
18
menunjukkan adanya pembagian dalam Islamic Social Reporting, yaitu Finance
& Investment, Product, Employees, Society, dan Environtment.
10. Umaru (2011)
Studi ini mereplikasi kajian Haniffa dan Hudaib dengan memeriksa
praktik pelaporan sosial Bank Islam di Arab Saudi. Pemeriksaan ini melibatkan
perbandingan pengungkapan sosial dari 4 Bank Syariah yang dibuat melalui
laporan tahunan mereka terhadap tingkat ideal pengungkapan sosial yang harus
dilakukan bank syariah, selama tahun 2008-2009. Perbandingan ini dicapai
dengan menggunakan Indeks Identitas Etis (EII) yang dikembangkan. Oleh
Haniffa dan Hudaib (2007)
Persamaan kedua penelitian terletak pada variabel dependennya, yaitu Islamic
Social Reporting.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Teori Legitimasi
Teorix legitimasi pertama kali dikemukakan oleh Rob Gray, et
al.(1995) dalam karya ilmiahnya yang diterbitkan di Accounting, Auditing &
Accountability Journal, Volume 8 pada tahun 1995 dengan judul “Corporate
Social and Environmental Reporting : a Review of The Literature and a
Longitudinal Study of UK Disclosure”. Rob Gray, et al.(1995) mengungkapkan
bahwa Legitimasix Masyarakat merupakan faktor strategis bagi perusahaan dalam
rangka mengembangkan perusahaan kedepan. Hal itu dapat dijadikan sebagai
wahana untuk mengonstruksi startegi perusahaan, terutama terkait dengan upaya
memposisikan diri di tengah lingkungan masyarakat yang semakin maju (Nor
19
Hadi. 2011:87). Dalamx hal ini Penerimaanx yang baik dari masyarakat x dapat
membantu perusahaan mencapaix tujuannya, sehingga akhirnya dapat
menjaminxkelangsungan hidup perusahaan. Legitimasi dari masyarakat dapat x
menjadikan perusahaan x semakin berkembang. Teori legitimasi x mengandung
pengertian bahwa aktivitas berupax tanggung jawab sosial perusahaanx merupakan
suatu usahax yang berkenaan denganx tekanan dari lingkunganx sekitar, misalnya
tekanan politik, sosial ataux ekonomi. Berdasarkanx uraianx di atas dapatx dijelaskan
bahwax teori legitimasix merupakan kontrak x sosial entitas dan masyarakat, sehingga
tercapainyax tujuan dari perusahaan tanpa adanya x kerugian dari kedua pihak.
Manfaat yang dirasakanx bukan hanya dari pihak perusahaanx tetapi dari
masyarakatx sekitar. Dengan demikian, legitimasi x merupakan manfaat atau sumber
daya potensial bagi perusahaan untuk bertahan hidup (going concern)
(O’Donovan, dalam Nor Hadi. 2011:87).
Gray et.al (1996) dalam Nor Hadi (2011:88) berpendapat legitimasi
merupakan “…..a system-oriented view of organization and society ….permits us
to focus on the role of information and disclosure in the relationship between
organizations, the state, individuals, and groups”. Definisi tersebut menjelaskan
bahwa legitimasi merupakan sistem pengelolaan perusahaan yang berorientasi
pada keberpihakan masyarakat, pemerintah, individu, dan kelompok masyarakat.
Oleh sebab itu, sebagai suatu sistem yang mengedepankan keberpihakan kepada
masyarakat, operasi perusahaan harus kongruen dengan harapan masyarakat.
Teori Legitimasi digunakan dalam penelitian ini, yaitu dengan mengaitkan sebuah
laporan Corporate Social Responsibility dengan persepsi masyarakat tentang nilai
20
perusahaan tersebut. Masyarakat akan menilai apakah perusahaan peduli juga
terhadap lingkungan sekitar dengan adanya Islamic Social Reporting ini
diharapkan dapat meyakinkan masyarakat akan kepedulian perusahaan dengan
lingkungan dan masyarakat sekitar sesuai Syariat Islam.
Hubunganx antara teori Legitimasix dengan variabel1 yang dipilih oleh
penelitix dalam penelitian ini yaitu kemampuan x bank umum syariah untukx menjaga
hubunganx antara bank, masyarakat, dan Allah SWT agar sesuai x dengan norma
syariah. Legitimasix Bank Umum Syariah akanx meningkat sejalanx dengan semakin
baiknya hubungan x Bank Umum Syariah dengan x norma syariah, Sehingga
menciptakan hubunganx yang harmonis antara stakeholder yangx dalam konsep dan
norma syariah adalah x Allah SWT serta masyarakatx di Indonesia yang sebagian
besar adalahx muslim demi kelangsunganx hidup bank umum syariah. Hal x ini
memungkinkan terjadix pada penelitianx ini denganx melihat seberapa baik
pengungkapan yang dilakukanx oleh bank umum syariah, sehingga tanggung jawab
sosial Bank Umum Syariah dapat meningkatkanx manfaat dan kepercayaanx
nasabah dan masyarakat, khususnya wargax muslim di Indonesia.
2.2.2 Laporanx Tahunanx
Djokox dan Larasx (2011), menyatakanx bahwa, “Laporan tahunan
merupakan salah satu alat untuk mengkomunikasikan informasi keuangan dan
informasi lainnya dari pihak manajemen kepada semua pihak yang
berkepentingan pada perusahaan”. Pada penelitian ini sejauh mana yang dapat
diperoleh akan sangat bergantung terhadap tingkat pengungkapan dari laporan
keuangan perusahaan yaitu Bank Umum Syariah.
21
2.2.3 Bank Syariahx
Bankx Syariah adalahx lembaga keuangan yangx usaha pokoknya
memberikan kreditx dan jasa-jasa lain dalamx lalu lintas pembayaran serta
peredaranx uang yang beroperasi denganx prinsip-prinsip syariah (Sudarsono,
2004). Prinsip syariah juga mempunyai x arti sebagai prinsip hukum Islamx dalam
kegiatan perbankan berdasarkan x fatwa yang dikeluarkanx oleh lembaga yang
memilikix kewenangan dalam penetapanx fatwa di bidangx syariah.
Menurut Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 menjelaskan bahwa
perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah
dan unit usaha syariah yang mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara
dan proses dalam menjalankan usahanya. Menurut Undang-Undang Nomor 21
tahun 2008 dan Wiroso (2009 : 42) menjelaskan bahwa bank syariah adalah bank
yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut
jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan bank pembiayaan rakyat syariah.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa bank syariah merupakan sebuah
lembaga keuangan yang menghimpun dana dalam bentuk simpanan dan
menyalurkan kembali pada masyarakat dalam bentuk pembiayaan dan bentuk
lainnya sesuai dengan prinsip dasar xsyariah.
2.2.4 Pengungkapan Islamic Social Reporting
Islamic social reporting (ISR) adalah standar pelaporan kinerja sosial
perusahaan-perusahaan yang berbasis syariah. Indeks ini lahir dengan dasar dari
standar pelaporan berdasarkan AAOIFI (Accounting and Auditing Organization
for Islamic Financial Institutions) yang kemudian dikembangkanoleh para
22
peneliti. Secara khusus, indeks ini adalah perluasan dari standar pelaporan kinerja
sosial yang meliputi harapan masyarakat yang tidakhanya mengenai peran
perusahaan dalam perekonomian, tatapi juga peranperusahaan dalam prespektif
spiritual. Indeks ini juga menekankan pada keadilan sosial terkait mengenai
lingkungan, hak minoritas, dan karyawan (Fitria dan Hartanti, 2010).
Ada dua hal yang harus diungkapkan dalam perspektif Islam atau Islamic
social reporting (ISR), yaitu pengungkapan penuh (full disclosure) dan
akuntabilitas sosial (social accountability). Konsep akuntabilitas sosial terkait
dengan prinsip pengungkapan penuh dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan
publik akan suatu informasi. Dalam konteks Islam, masyarakat mempunyai hak
untuk mengetahui berbagai informasi mengenai aktivitas organisasi. Hal ini
dilakukan untuk melihat apakah perusahaan tetap melakukan kegiatannya sesuai
syariah dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Ahzar dan Trisnawati, 2013).
Indeks pengungkapan sosial untuk entitas islam (ISR) mengungkapkan
hal-hal yang berkaitan dengan prinsip islam seperti transaksi yang sudah terbebas
dari unsur riba, spekulasi dan gharar, serta mengungkapkan zakat, status
kepatuhan syariah serta aspek-aspek sosial seperti sodaqoh, waqof, qordul hasan
sampai dengan pengungkapan peribadahan di lingkungan perusahaan (Maulida
dkk, 2014). Pelaporan social syariah atau Islamic Social Reporting (ISR) masih
bersifat sukarela, sehingga pelaporan ISR setiap perusahaan syariah menjadi
tidak sama. Pelapoan yang tidak sama tersebut disebabkan tidak adanya standart
yang baku secara syariah tentang pelaporan ISR syariah. Konsep ISR mulai
berkembang di ekonomi syariah, hal ini terbukti semakin banyak
23
perusahaanperusahaan yang menerapkan prinsip-prinsip syariah di setiap kegiatan
bisnisnya yang diharapkan perusahaan tersebut dapat melakukan tanggung jawab
sosial perusahaan secara Islami.
Pemerintah juga telah mendukung praktik dan pengungkapan CSR ini
dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Pasal 74 tentang
Perseroan Terbatas, pemerintah tidak hanya mewajibkan PT yang bergerak dalam
bidang usaha sumber daya alam untuk menyisihkan dana dan melaksanakan
program-program CSR. Tapi, juga mewajibkan semua PT menyertakan informasi
CSR dalam laporan tahunan direksi kepada RUPS pada Pasal 66.
Undang-Undang lain yang mewajibkan perusahaan untuk melaksanakan
tanggung jawab sosialnya adalah Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
penanaman modal, baik penanaman modal dalam negeri ataupun penanaman
modal asing. Dalam Undang-Undang tersebut, disebutkan pada pasal 15 poin (b)
bahwa setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial
perusahaan. Apabila perusahaan tidak melaksanakan kewajiban tersebut, maka
akan dikenankan sanksi seperti yang diatur pada l 34 yaitu berupa sanksi
administratif dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Haniffax dan Hudaibx (2001), menekankanx
bahwa kerangka konseptual untuk akuntansi x Islam harus berdasarkan syariah
seperti yang didukung oleh tujuan akuntansi Islam yaitu membantu dalam x
mencapai keadilan sosialx ekonomi (Al-Falah) dan mengakuix pemenuhanx
kewajiban kepada Allah, masyarakat dan individu x yang bersangkutan, oleh pihak
yang terlibat dalamx kegiatan ekonomi sebagaix bentuk ibadah. Haniffax dan Hudaib
24
(2001) juga menekankanx bahwa organisasi harusx mengungkapkan bagaimana
perbankanx menjalankan tugas dan kewajibanx menurut syariah. Maulida (2014),
indeks ISR merupakan tolak ukur pelaksanaan tanggung jawab sosial perbankan
syariah yang berisi kompilasi item-item standar CSR yang ditetapkan oleh
AAOIFI (Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial
Institutions) yang kemudian dikelompokkan menjadi enam indikator
pengungkapan, yaitu : 1) Investasi dan Keuangan. 2) Produk dan Jasa. 3) Tenaga
Kerja. 4) Sosial. 5) Lingkungan dan 6) Tata Kelola Organisasi.
Berikut enam tema pengungkapan dalam indeks Islamic Social Reporting (ISR)
antara lain :
1) Pembiayaan dan Investasi (Finance and Investment)
Item yang termasuk dalam indikator pembiayaan dan investasi adalah
mengenai sumber dana untuk aktivitas investasi dan pembiayaan yang
terbebas dari unsur riba, gharar, dan transaksi yang diharamkan oleh
Islam, serta item mengenai kebijakan perusahaan / bank umum syariah
untuk menangani nasabah yang bermasalah. Sesuai dengan firman Allah
SWT dalam QS. Al-Baqarah ayat 278-279, kegiatan yang mengandung
riba dan gharar dilarang (dilarang) dalam Islam. Ayat diatas menjelaskan
bahwa salah satu ciri orang-orang beriman adalah orang-orang yang
meninggalkan riba dalam kegiatan bisnisnya karena sesungguhnya Allah
SWT telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Sama halnya
dengan riba, gharar juga dilarang dalam Islam. Gharar merupakan
ketidakpastian yang terjadi akibat tidak lengkapnya informasi dalam lima
25
hal, yaitu dalam kualitas, kuantitas, harga, waktu penyerahan, dan akad.
Selain riba dan gharar, aspek lain yang harus diungkapkan oleh
perusahaan-perusahaan yang sesuai dengan prinsip syariah adalah praktik
pembayaran zakat. Zakat merupakan kewajiban bagi seluruh umat muslim
atas harta benda yag dimiliki ketika mencapai nisab.
2) Produk dan Jasa (Products and Services)
Produk ramah lingkungan adalah produk yang berasal dari bahan yang
tidak mencemari lingkungan dan kemasannya juga dapat dimanfaatkan
sehingga tidak menjadi sampah dan tidak banyak mengeluarkan limbah.
Setiap perusahaan diseluruh dunia diharapkan menghasilkan produk atau
jasa yang ramah lingkungan sebagai suatu bentuk partisipasi dalam
menjaga dan memelihara lingkungan yang kian mengalami kerusakan.
Selanjutnya adalah pentingnya status kehalalan suatu produk merupakan
kewajiban yang harus diungkapkan oleh perusahaan dalam laporan
tahunannya kepada seluruh konsumen dan dianjurkan dalam Islam sesuai
dengan firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah ayat 168. Status
kehalalan suatu produk diketahui setelah mendapatkan sertifikat kehalalan
produk dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Setelah produk dinyatakan
halal, hal lain yang juga penting untuk perusahaan dalam mengungkapkan
produknya adalah mengenai kualitas dan keamanan produk. Produk yang
berkualitas dan aman akan meningkatkan kepercayaan dan loyalitas
konsumen terhadap suatu perusahaan. Selain itu juga, suatu perusahaan
diharapkan mampu memberikan pelayanan terhadap konsumen yang
26
memuaskan (consumer oriented) dengan menyediakan pusat layanan
keluhan konsumen setelah proses jual beli.
3) Karyawan (Employees)
Dalam Islamic Social Reporting (ISR), segala sesuatu yang berkaitan
dengan karyawan berasal dari konsep etika amanah dan adil. Karyawan
harus diperlakukan secara adil dan dibayar secara wajar. Selain itu,
pemberi kerja juga harus memenuhi kewajiban terhadap karyawan dalam
hal kebutuhan spiritual mereka (Haniffa, 2002). Selanjutnya, Haniffa
(2002) dan Othman et al (2010) memaparkan bahwa masyarakat Islam
ingin mengetahui apakah karyawan-karyawan perusahaan telah
diperlakukan secara adil dam wajar melalui informasiinformasi yang
diungkapkan, seperti upah, karakteristik pekerjaan, jam kerja per hari,
libur tahunan, jaminan kesehatan dan kesejahteraan, kebijakan terkait
waktu dan tempat ibadah, edukasi dan pelatihan, kesetaraan hak, dan
lingkungan kerja.
4) Masyarakat (Community)
Item-item pengungkapan dalam tema masyarakat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah shadaqah / donasi, wakaf, qardhul hasan, sukarelawan
dari karyawan, pemberian beasiswa, pemberdayaan kerja bagi siswa yang
lulus sekolah / kuliah berupa magang atau praktik kerja lapangan,
pengembangan dalam kepemudaan, peningkatan kualitas hidup
masyarakat, kepedulian terhadap anak-anak, kegiatan amal / bantuan /
kegiatan sosial lain, dan mensponsori berbagai macam kegiatan seperti
27
kesehatan, hiburan, olahraga, budaya, pendidikan dan agama. Perusahaan
memberikan bantuan dan kontribusi kepada masyarakat dengan tujuan
semata-mata untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan membantu
menyelesaikan permasalahan sosial di masyarakat seperti membantu
memberantas buta aksara, memberikan beasiswa dan lain-lain (Maali,
2006 dan Othman (2010).
5) Lingkungan (Environment)
Islam mengajarkan kepada seluruh umatnya untuk menjaga, memelihara,
dan melestarikan bumi beserta isinya. Dengan kata lain, perusahaan tidak
seharusnya terlibat dalam aktivitas-aktivitas yang merusak dan
membahayakan lingkungan. Konsep yang mendasari tema lingkungan
dalam Islamic Social Reporting (ISR) adalah mizan, i’tidal, khilafah, dan
akhirah. Konsep-konsep tersebut menekankan pada prinsip keseimbangan,
kesederhanaan, dan tenggung jawab dalam menjaga lingkungan. Oleh
karena itu, informasi-informasi yang berhubungan dengan penggunaan
sumber daya dan program-program yang digunakan untuk melindungi
lingkungan harus diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan
(Othman et al 2010). Dalam penelitian ini menggunakan beberapa item
pengungkapan yang berhubungan dengan tema lingkungan, yaitu
konservasi lingkungan, perlindungan terhadap margasatwa, kegiatan
mengurangi efek pemanasan global dengan meminimalisasi polusi,
pengelolaan limbah, pengelolaan air bersih, pendidikan mengenai
lingkungan, pemanfaatan limbah sekitar perusahaan yang diolah kembali
28
menjadi suatu produk baru, pernyataan verifikasi independen atau audit
lingkungan, dan sistem manajemen lingkungan.
6) Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance)
Corporate Governance adalah seperangkat peraturan yang menetapkan
hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah,
karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya
sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain
sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan. Informasi yang
diungkapkan dalam tema tata kelola perusahaan adalah status kepatuhan
terhadap syariah, rincian nama dan profil direksi, DPS dan komisaris,
laporan kinerja komisaris, DPS dan direksi, kebijakan remunerasi
komisaris, DPS dan direksi, laporan pendapatan dan penggunaan dana non
halal, laporan perkara hukum, struktur kepemilikan saham, kebijakan anti
korupsi, dan anti terorisme.
Dalam pengkodean indeks ISR dibagi menjadi enam tema besar yaitu investasi
dan keuangan, produk dan jasa, tenaga kerja, sosial, lingkungan dan tata kelola
organisasi. Selanjutnya tahap penilaian indeks ISR dilakukan dengan
menggunakan scoring dari nilai 0 dan 1, dimana :
- Nilai 0 jika tidak terdapat pengungkapan terkait item tersebut,
- Nilai 1 jika terdapat pengungkapan terkait item tersebut
Sehingga diperoleh rumus ISR (Islamic Social Reporting) sebagai berikut :
ISR = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑑𝑖𝑠𝑐𝑙𝑜𝑠𝑢𝑟𝑒 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑛𝑢ℎ𝑖
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚
29
2.2.5 Leveragex
Leverage merupakanx sebuah rasio yang digunakanx untuk mengukur
seberapa besarxaset perusahaan yangx dibiayai dengan kewajiban perusahaan. Dewi
(2015) berpendapat “salah satu alat yang digunakan x untuk mengukurx seberapax
besar perusahaan dalamx pembiayaan kegiatan operasional perusahaan x yang
bergantung darix kreditur. Rasio Leverage menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-
kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi (Sofyan. 2013:303).
Menurut Mamduh (2016 : 84) terdapat beberapa rasio yang digunakan
untuk mengukur leverage yaitu :
a. Debt to Asset Ratio (DAR) merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur jumlah utang yang digunakan untuk membiayai aset. Semakin
tinggi rasio ini,maka semakin besar jumlah aset yang dibiayai oleh utang.
Adapun rumus dari Debt to Asset Ratio, yaitu :
Debt to Asset Ratio = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡x 100%
b. Debt to Asset Ratio (DAR) merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur jumlah utang yang digunakan untuk membiayai aset. Semakin
tinggi rasio ini,maka semakin besar jumlah aset yang dibiayai oleh utang.
Adapun rumus dari Debt to Asset Ratio, yaitu :
Debt to Equityt Ratio = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠x 100%
Dalam penelitian ini menggunakan DAR (Debt to Asset Ratio) sebagai
rasio dari leverage. DAR merupakan rasio hutang yang digunakan untuk
30
mengukur perbandingan antara total liabilitas dengan total aset. Dengan kata lain,
seberapa besar aset perusahaan dibiayai oleh hutang atau seberapa besar hutang
perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan asset.
Debt to Asset Ratio = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡x 100%
Dimana Total Hutang terdiri dari hutang jangka panjang dan hutang
jangka pendek. Sedangkan Total aset yang digunakan terdiri dari Kas, Giro,
Investasi pada Surat Berharga, Piutang, Pinjaman Qardh, Pembiayaan
Mudharabah, Pembiayaan Musyarakah, Aset yang Diperoleh untuk Ijarah-Neto,
Aset Tetap-Neta, Aset Pajak Tangguhan, dan Aset lain-lain.
2.2.6 Profitabilitas
Mamduh dan Halim (2016 : 81) menjelaskan “Rasio Profitabilitas
mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada
tingkat penjualan, aset, dan modal saham tertentu.”Sehingga dalam penelitian ini
menggunakan ROA dalam mengukur profitabilitas Bank Umum Syariah di
Indonesia. Hanafi dan Halim (2016) juga berpendapat “Pengembalian atas aset
(ROA) digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba
bersih berdasarkan tingkat aset tertentu”.
Menurut Mamduh dan Halim (2016 : 81) untuk mengukur profitabilitas
ada beberapa rasio yang bisa digunakan, antara lain :
a) Return on equity (ROE) kemampuan perusahaan dalam mendapatkan
keuntungan yang akan digunakan untuk menutup investasinya. Semakin
tinggi nilai resiko, maka kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba
dengan menggunakan ekuitasnya akan semakin baik.
31
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑛 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 =laba bersih setelah pajak
total ekuitas
b) Net profit margin digunakan untuk menghitung jumlah laba bersih yang
dihasilkan oleh setiap satu rupiah penjualan. Semakin tinggi nilai rasio,
maka perusahaan di anggap mampu dalam mendapatkan laba yang tinggi
dalam penjualan tertentu.
𝑁𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 =𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘
penjualan
c) Return on assets (ROA) kemampuan perusahaan dalam mendapatkan
keuntungan/laba dengan menggunakan aktiva yang dimiliki perusahaan.
Semakin tinggi nilai rasio, maka menunjukkan kinerja perusahaan semakin
baik karena return juga semakin baik.
ROA = 𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡 x 100%
Menurut Sofyan (2013 : 305) Return on Asset (ROA) menggambarkan
perputaran aset diukur dari volume penjualan. Semakin besar rasio ini semakin
baik. Hal ini membuktikan bahwa aset lebih cepat berputar dan meraih
laba.Sehingga dalam penelitian ini menggunakan ROA dalam mengukur
profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia.
ROA = 𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡 x 100%
Dimana laba bersih sebelum pajak terdiri atas Pendapatan dana (modal)
sebagai mudharib (pengelola), Pendapatan Usaha lainnya, Pendapatan Non Usaha
Neto dikurangi dengan Beban usaha dan Hak Pihak Ketiga atas bagi Hasil.
Sedangkan untuk total aset terdiri dari Kas, Giro, Investasi pada Surat Berharga,
32
Piutang, Pinjaman Qardh, Pembiayaan Mudharabah, Pembiayaan Musyarakah,
Aset yang diperoleh untuk Ijarah-Neto, Aset Tetap-Neta, Aset Pajak Tangguhan,
dan Aset lain-lain.
2.2.7 Kepatuhan Syariah
Kepatuhan Syariah dalam bank syariah adalah penerapan prinsip-prinsip
Islam, syariah dan tradisinya dalam transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis
lain yang terkait. Kepatuhan Syariah merupakan pemenuhan terhadap nilai-nilai
syariah di lembaga keuangan syariah (dalam hal ini perbankan syariah) yang
menjadikan fatwa Dewan Syariah Nasional MUI dan peraturan Bank Indonesia
sebagai alat ukur pemenuhan prinsip syariah, baik dalam produk, transaksi, dan
operasional di Bank Syariah. Kepatuhan syariah dapat diwujudkan dalam
pelaksanaan prinsip syariah dalam penghimpunan dana dan penyaluran dana serta
pelayanan jasa dalam Perbankan Syariah.
Kepatuhan Syariah mengacu pada Peraturan Bank Indonesia Nomor
9/19/PBI/2007 dan Nomor 10/16/PBI/2008 tentang Perubahan Atas Peraturan
Bank Indonesia Nomor 9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam
Kegiatan Penghimpunanx Dana dan Penyaluran Dana sertax Pelayanan Jasax Bank
Syariah. Jika nilai self assessment pelaksanaanx GCGx untuk indikatorx Pelaksanaan
Prinsip Syariahx dalam Kegiatan Penghimpunan Danax dan Penyaluran Danax serta
Pelayanan Jasa dalamx Perbankan Syariahx memperoleh peringkat yangx baik atau
nilai yang kecil yang berarti bahwa bank syariah telah memenuhi aspek kepatuhan
syariah maka kemampuan perusahaan untuk mengungkapkan laporan
pertanggungjawaban sosial Islami akan lebih tinggi. Pada penelitian ini, rata-rata
33
bank memberikan skor antara satu (1) dan dua (2) yang menyatakan pelaksanaan
kepatuhan syariah pada bank dikatakan “sangat baik” dan “baik”. Jadi semakin
kecil skornya, semakin baik kepatuhan syariah yang dilaksanakan oleh bank.
Angka Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana
dan Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa dalam Perbankan Syariah diperoleh
dengan melihat self assessment GCG yang dilaporkan oleh bank syariah di
laporan tahunannya.Penilaian kepatuhan syariah dengan menggunakan angka
komposit yang menunjukkan peringkat penilaian self assessment dari bank.
Peringkat tersebut dikalikan dengan 5% yang menunjukkan komposisi
Pelaksanaan prinsip syariah dalam menghimpun dana, menyalurkan dana, dan
pelayanan jasa dari total 100% bobot nilai Good Corporate Governance. Pada
penelitan ini, rata-rata bank memberikan skor antara satu (1) dan dua (2) yang
menyatakan dalam pelaksanaan kepatuhan syariah pada bank dikatakan “sangat
baik” dan “baik”. Jadi semakin kecil skornya, semakin baik kepatuhan syariah
yang dilaksanakan oleh bank.
KPS = Peringkat x 5%
2.2.8 Investment Account Holders
Investment Account Holders (IAH) adalah struktur kepemilikan pada
perbankan yang sumbernya berasal dari dana nasabah atau yang dalam x penelitian
ini akan diproxykan dengan dana syirkah temporer. Dana syirkah temporer
merupakan investasi dengan akad mudharabah mutlaqah, yaitu pemilik dana
(shahibul maal) memberikan kebebasan kepada pengelola dana (mudharib/Bank)
dalam keuntungannya dibagikan sesuai kesepakatan, serta dana syirkah temporer
34
terdiri dari giro mudharabah, tabungan mudharabah, deposito mudharabah dan
sukuk mudharabah. Meskipun nasabah tidak memiliki hak suara yang formal,
namun mereka tetap mempengaruhi tingkat pengawasan terhadap manajemen
melalui pemegang saham.Hal ini menurut Farook et al. (2011) disebabkan oleh
fakta bahwa keuntungan pemegang saham ditentukan oleh keuntungan yang
diperoleh melalui pemanfaatan dana nasabah. Investment Account
Holders diperkirakan berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan ISR
karena jika rasio IAH tinggi maka perusahaan akan mengungkapkan ISR lebih
luas sebagai bentuk pertanggungjawaban.
Berikut adalah pengukuran investment account holders (Khasanah dan
Yulianto, 2015):
IAH = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑑𝑎𝑛𝑎 𝑠𝑖𝑟𝑘𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑜𝑟𝑒𝑟
𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑑𝑖𝑠𝑒𝑡𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑢ℎ 𝑝𝑒𝑚𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚
Dana syirkah temporer merupakan investasi dengan akad mudharabah
mutlaqah, yaitu pemilik dana (shahibul maal) memberikan kebebasan kepada
pengelola dana (mudharib/Bank) dalam keuntungannya dibagikan sesuai
kesepakatan. Khasanah dan Yulianto (2015) Total dana syirkah temporer terdiri
dari giro mudharabah, tabungan mudharabah, deposito mudharabah dan sukuk
mudharabah.
Pengembangan Hipotesis
Pengaruh leverage terhadap pengungkapan ISR
Teori legitimasi dimana operasional pengelolaan perusahaan berorientasi kepada
kesejahteraan masyarakat. Semakin kecil DAR (Debt to Asset Ratio)
menunjukkan semakin sedikit kewajiban yang perlu dipenuhi dengan aset yang
35
dimiliki oleh bank umum syariah. Dengan demikian penggunaan aset akan
digunakan untuk kegiatan lainnya termasuk kegiatan sosial atau yang dalam
penelitian ini diproxykan dengan pengungkapan Islamic Social Reporting. Dengan
penggunaan aset untuk kegiatan sosial dan lainnya, maka bank juga harus
mengungkapkan rincian penggunaan aset tersebut termasuk penggunaannya
dalam kegiatan sosial. Lestari (2016) menyatakan bahwa leverage sebagai ukuran
untuk menilai risiko struktur pendanaan perusahaan ternyata tidak berpengaruh
terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial secara syariah. Bank yang
memiliki leverage yang tinggi memiliki kewajiban untuk melakukan
pengungkapan yang lebih luas dibandingkan dengan bank yang memiliki rasio
leverage lebih rendah. Akibatnya, perusahaan dengan leverage yang tinggi
cenderung untuk mengungkapkan informasi lebih luas. Lestari (2016)
menjelaskan dalam penelitiannya bahwa kreditur memiliki kemampuan untuk x
memperolehx informasi danx pengungkapan lainnya x selain dari laporan tahunan
sehingga kreditur bisa memperoleh informasix dan pengungkapan lainnya melalui x
tanya jawab secarax langsungx pada perusahaan, perjanjian, laporan interim
perusahaan ataupun laporan/informasix suplementer lainnya seperti data atau
skedul yang disediakan oleh perusahaan ataupun memintax penjelasan manajemen
tentangx informasi keuangan dan pembahasan x mengenai signifikansi laporan
keuangan tersebut. Hal ini yang membuat kreditur x tidak terlalu menuntutadanya
pengungkapan ISR yang lengkap terhadap perusahaan. Hasil dari penelitian
terdahulu yang dilakukan Lestari (2016) menyatakan bahwa leverage sebagai
ukuran untuk menilai risiko struktur pendanaan perusahaan ternyata tidak
36
berpengaruh terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial secara syariah.
Bank yang memiliki leverage yang tinggi memiliki kewajiban untuk melakukan
pengungkapan yang lebih luas dibandingkan dengan bank yang memiliki rasio
leverage lebih rendah. Akibatnya, perusahaan dengan leverage yang tinggi
cenderung untuk mengungkapkan informasi lebih luas, sedangkan hasil penelitian
Asyari (2016) menunjukkan Leverage berpengaruh signifikan positif terhadap
pengungkapan Islamic Social Reporting.
Pengaruh profitabilitas terhadap pengungkapan ISR
Teori legitimasi yang menyatakan bahwa sistem pengelolaan perusahaan adalah
sistem pengelolaan yang mengedepankan orientasi pada keberpihakan masyarakat
disamping perusahaan juga mencapai laba yang diinginkan. Perusahaan
beranggapan ketika kondisi keuangan mengalami profit maupun rugi, perusahaan
akan tetap melakukan dan mengungkapkan ISR sehingga perusahaan akan
mendapat legitimasi dari masyarakat. Hal ini merupakan wujud dari akuntanbilitas
kepada masyarakat serta memenuhi kebutuhan stakeholder dalam pengambilan
keputusan. Haniffa (2002)x menyatakan bahwa dalam perpektif Islam, sebuah
perusahaanx harus bersedia untukx memberikan pengungkapan penuh tanpax melihat
apakah akanx memberikan keuntungan atau tidak. Rasio ini mengukur kemampuan
perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total aset (kekayaan)
perusahaan dalam memanfaatkan asetnya (kekayaan) dalam menghasilkan laba,
maka semakin baik pula informasi tentang tingkat pengungkapan Islamic Social
Reporting yang diungkapkan oleh masing-masing bank umum syariah. Hal ini
telahx diungkapkan sebelumnya dalam penelitianx terdahulu sebagaimanax telah
37
diungkapkan oleh Othman,et al.(2009) Raditya (2012) membuktikan bahwa
profitabilitas mempunyai berpengaruh signifikan positif terhadap tingkat
pengungkapan ISR. Oleh karena itu, penelitianx ini menduga bahwa perusahaan
dengan profitabilitas yang lebih tinggi akan melakukan ISR lebih luas. Dapat
disimpulkan bahwa perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi akan
memberikan informasi yang lebih rinci. Begitu juga mengenai x tanggung jawab
sosial secara syariah, akan diberikan secara luas dan memberikan informasi secara x
pasti tentang tanggung jawab sosial yang perusahaan lakukan x untuk masyarakat,
investor, kreditur dan pihak berkepentingan lainnya, Sedangkan hasil penelitian
Santi Lestari (2016) menunjukan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap
pengungkapan ISR. Karena dalam Perusahaan perbankan syariah yang tergabung
dalam bank umum syariah (BUS) menganggap ISR merupakan suatu kebutuhan
stakeholder, terutama stakeholder muslim. Perusahaan beranggapan ketika
kondisi keuangan mengalami profit maupun rugi, perusahaan akan tetap
melakukan dan mengungkapkan ISR Sehingga perusahaan akan mendapat
legitimasi dari stakeholder. Hal ini merupakan wujud dari akuntanbilitas kepada
Allah SWT dan masyarakat serta memenuhi kebutuhan stakeholder muslim
dalam pengambilan keputusan.Hasil dari penelitian Ali Rama (2013)
menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan positif terhadap tingkat
pengungkapan Islamic social reporting.
Pengaruh Kepatuhan Syariah terhadap pengungkapan ISR
Teori legitimasi dimana operasional pengelolaan perusahaan berorientasi kepada
kesejahteraan masyarakat dan mendapatkan legitimasi masyarakat melalui
38
kepercayaan masyarakat terhadap bank.Semakin tinggi tingkat Kepatuhan Syariah
bank, maka semakin taat pula bank dalam menjalankan prinsip syariat Islam.
Dengan demikian, masyarakat akan semakin percaya bahwa bank umum syariah
semakin baik dalam meningkatkan ketaatan dalam menjalankan penyimpanan dan
penyaluran dana sesuai dengan syariat Islam. Khasanah dann Yulianto (2015)
menyatakan kepatuhan syariah menjadi perhatian stakeholder perusahaan dalam
mendorong peningkatan tanggung jawab social secara Islami yang dilakukan oleh
perusahaan.Hasil dari penelitian khasanah dan Yulianto (2015) mengungkapkan
bahwa tingkat pengungkapan Islamic social reporting juga turut dipengaruhi oleh
kepatuhan bank syariah terhadap prinsip-prinsip syariah. Semakin tinggi
Kepatuhan syariah bank, maka semakin taat pula bank dalam menjalankan prinsip
syariat Islam. Kepatuhan Syariah menjadi hal yang penting dalam suatu lembaga
keuangan perbankan yang memiliki karkteristik, integritas dan kredibliitas sebagai
bank syariah.Hasil dari penelitian khasanah dan Yulianto (2015) menunjukkan
bahwa kepatuhan syariah berpengaruh signifikan positif terhadap tingkat
pengungkapan Islamic social reporting.
Pengaruh Investment Account Holders terhadap pengungkapan ISR
Teori legitimasi yang menyatakan bahwa sistem pengelolaan perusahaan
adalah sistem pengelolaan yang mengedepankan orientasi pada keberpihakan
masyarakat disamping perusahaan juga mencapai laba atau keuntungan yang
diperoleh dari dana syirkah temporer. Profit atau rugi dalam Investment Account
Holders adalah adanya keuntungan atau kerugian dari dana syirkah temporer yang
disetorkan oleh nasabah pada bank. Khasanahx dan Yulianto (2015) dalam hasil
39
penelitian menunjukkan bahwa invesment account holders berpengaruh signifikan
positif terhadap pengungkapan Islamic Social Reportingdan hal ini didukung
dengan penelitian yang dilaksanakan oleh Farook et al (2011) dan Fitriyah dan
Oktaviana (2014) yang mengemukakan bahwa investmen account holders
berpengaruh signifikan positif terhadap pengungkapan islamic social
reporting.Investment Account Holders (IAH) adalah struktur kepemilikan pada
perbankan yang sumbernya berasal dari dana nasabah atau yang dalam x penelitian
ini akan diproxykan dengan dana syirkah temporer. Meskipun nasabah tidak
memiliki hak suara yang formal, namun mereka tetap mempengaruhi tingkat
pengawasan terhadap manajemen melalui pemegang saham. Dalam hal ini, dana
syirkah temporer menghasilkan laba atau tidak, bank akan tetap mengungkapkan
ISR nya sebagai bentuk tanggung jawab dan keberpihakannya terhadap
masyarakat. Rasio IAH yang tinggi akan mengakibatkan perusahaan lebih
partisipatif secara aktif untuk mengungkapan Islamic Social Reporting. Dengan
mengungkapkan Islamic Social Reporting, diharapkan apa yang diinginkan
stakeholders dapat terpenuhi yang akan menghasilkan hubungan yang harmonis
antara perusahaan dengan stakeholdersnya. Dengan demikian, perusahaan dapat
mencapai keberlanjutan atau kelestarian perusahaannya. Hasil penelitian
Khasanahx dan Yulianto (2015) menunjukkan bahwa invesment account holders
berpengaruh signifikan positif terhadap pengungkapan Islamic Social Reporting.
40
2.3 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disusun kerangka pemikiran,
sebagai berikut :
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan model penelitian dan hasil penelitian terdahulu, hipotesis
yangx dapat dikembangkanx pada penelitian ini adalahx :
H1 : Leverage berpengaruh terhadap Pengungkapan Islamic Social Reporting
pada Bank Umum Syariah.
H2 : Profitabilias berpengaruh terhadap Pengungkapan Islamic Social
Reporting pada Bank Umum Syariah
H3 : Kepatuhan Syariah berpengaruhx terhadap Pengungkapanx Islamic Social
Reporting padax Bank Umum Syariah
Islamic Social Reporting
Leverage
Profitabilitas
Kepatuhan Syariah
Investmen Account Holders
41
H4 : Investment Account Holders berpengaruh terhadap Pengungkapan Islamic
Social Reporting pada Bank Umum Syariah