38
11 Universitas Indonesia BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengantar Bab Tinjauan Pustaka ini merupakan bab yang berisi tentang penjelasan mengenai fonologi dan Qira:?atu al-sab’ati. Adapun literatur mengenai penjelasan fonologi terdapat dalam buku Ibrahim (1982), Verhaar (1990), dan Samsuri (1994). Sedangkan literatur mengenai penjelasan Qira:?atu al-sab’atu terdapat dalam buku yang ditulis oleh Al Ibyariy (1995), Abdurrahim (2004). 2.2 Ibrahim (1982) Dalam Ilmu Al-lugati Al-Mubarmaj” halaman 11, Ibrahim mengungkapkan bahwa fonetik adalah ilmu yang mempelajari bunyi-bunyi tanpa melihat fungsinya dan tidak menyebabkan perbedaan antara satu bunyi dengan bunyi yang lainnya dari segi makna. Selain itu, fonetik adalah ilmu yang mempelajari bunyi dari segi mekanik terjadinya bunyi. Kemudian, dalam menghasilkan bunyi, ada tiga organ yang bekerja yaitu, sumber energi (source of energy) atau ﻣﺼﺪر ﻃﺎﻗﺔ/madaru a:qoh/, pita suara (vibrating body) atau ﺟﺴﻢ ﯾﺘﺪﺑﺪب/jismun yatażabżabu/, dan resonator atau ﺣﺠﺮة رﻧﯿﻦ/hijratun rani:n/. Ketiga organ tersebut menghasilkan bunyi yang berbeda-beda. Ada bunyi yang fungsional dan ada bunyi yang tidak fungsional. Ilmu bunyi yang menyelidiki bunyi dari segi fungsional adalah fonologi. 2.3 Verhaar (1990) Pengantar Lingguistikhalaman 8, Verhaar menjelaskan bahwa fonetik menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut perbedaan diantaranya tanpa memperhatikan segi fungsional dari perbedaan tersebut, sedangkan fonologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengantar - lontar.ui.ac.id Contoh dalam Bahasa Indonesia yaitu bunyi [r] ... Bahasa Jepang, ... sehingga alofon yang dipilih ditentukan oleh lingkungan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengantar - lontar.ui.ac.id Contoh dalam Bahasa Indonesia yaitu bunyi [r] ... Bahasa Jepang, ... sehingga alofon yang dipilih ditentukan oleh lingkungan

11

Universitas Indonesia

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengantar

Bab Tinjauan Pustaka ini merupakan bab yang berisi tentang penjelasan

mengenai fonologi dan Qira:?atu al-sab’ati. Adapun literatur mengenai

penjelasan fonologi terdapat dalam buku Ibrahim (1982), Verhaar (1990), dan

Samsuri (1994). Sedangkan literatur mengenai penjelasan Qira:?atu al-sab’atu

terdapat dalam buku yang ditulis oleh Al Ibyariy (1995), Abdurrahim (2004).

2.2 Ibrahim (1982)

Dalam “‘Ilmu Al-lugati Al-Mubarmaj” halaman 11, Ibrahim

mengungkapkan bahwa fonetik adalah ilmu yang mempelajari bunyi-bunyi tanpa

melihat fungsinya dan tidak menyebabkan perbedaan antara satu bunyi dengan

bunyi yang lainnya dari segi makna. Selain itu, fonetik adalah ilmu yang

mempelajari bunyi dari segi mekanik terjadinya bunyi. Kemudian, dalam

menghasilkan bunyi, ada tiga organ yang bekerja yaitu, sumber energi (source of

energy) atau مصدر طاقة /maṣdaru ṭa:qoh/, pita suara (vibrating body) atau جسم

یتدبدب /jismun yatażabżabu/, dan resonator atau hijratun/ حجرة رنین rani:n/.

Ketiga organ tersebut menghasilkan bunyi yang berbeda-beda. Ada bunyi

yang fungsional dan ada bunyi yang tidak fungsional. Ilmu bunyi yang

menyelidiki bunyi dari segi fungsional adalah fonologi.

2.3 Verhaar (1990)

“Pengantar Lingguistik” halaman 8, Verhaar menjelaskan bahwa fonetik

menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut perbedaan diantaranya tanpa

memperhatikan segi fungsional dari perbedaan tersebut, sedangkan fonologi

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengantar - lontar.ui.ac.id Contoh dalam Bahasa Indonesia yaitu bunyi [r] ... Bahasa Jepang, ... sehingga alofon yang dipilih ditentukan oleh lingkungan

12

Universitas Indonesia

menyelidiki bunyi bahasa hanya menurut segi fungsionalnya saja. Fonetik tidak

membedakan makna, sedangkan fonologi dapat membedakan makna. Sejauh

dapat dibuktikan, sesuatu bunyi yang mempunyai fungsi untuk membedakan

makna disebut sebuah fonem (dalam Bahasa Inggris: phoneme; kata sifatnya

phonemic atau phonematic, dalam bahasa Indonesia: fonemis atau fonematis).

Istilah phonological ‘fonologis’ lebih-lebih dipakai untuk menyatakan sesuatu

mengenai ilmu fonologi, sedang istilah ‘fonemis’ lebih tepat dipakai untuk

menyatakan sesuatu mengenai fonem. Namun, pembedaan antara fonologis dan

fonemis tidak begitu lazim (Verhaar, 1990: 36). Fonologi dapat didefinisikan

sebagai penyelidikan tentang perbedaan minimal (minimal differences) antara

ujaran-ujaran dan perbedaan minimal tersebut selalu terdapat kata sebagai

konstituen yaitu suatu bagian ujaran (Verhaar, 1990: 36).

Pasangan minimal adalah seperangkat kata yang sama kecuali dalam hal

yang satu bunyi saja. Contoh dalam Bahasa Indonesia yaitu bunyi [r] dan [l],

dalam kata rupa dan lupa. Keduanya berbeda secara fungsional sehingga

menimbulkan fonem yang berbeda antara kedua bunyi tersebut. Sedangkan dalam

Bahasa Jepang, kedua bunyi tersebut tidak berbeda secara fungsional sehingga

menimbulkan fonem yang tidak berbeda antara kedua bunyi tersebut (Verhaar,

1990: 36).

Fonem merupakan suatu wujud yang agak abstrak, karena secara kongkrit

kita selalu mengucapkan salah satu anggota dari fonem yang bersangkutan

(Verhaar, 1990: 40). Anggota dari suatu fonem disebut alofon. Suatu alofon

(allophone) adalah salah satu cara kongkrit mengucapkan suatu fonem. Alofon

yang dipakai tergantung dari bunyi yang berdekatan pada fonem yang

bersangkutan, sehingga alofon yang dipilih ditentukan oleh lingkungan alofon

tersebut. Hal ini menyebabkan asimilasi (pencampuran). Asimilasi dalam ilmu

bunyi ada dua yaitu asimilasi fonetis dan asimilasi fonemis. Asimilasi fonetis

terjadi karena perubahan yang diakibatkan lingkungan tertentu tidak

menyebabkan suatu fonem menjadi fonem yang lain. Identitas fonem

dipertahankan. Sedangkan asimilasi fonemis menyebabkan suatu fonem menjadi

fonem yang lain.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengantar - lontar.ui.ac.id Contoh dalam Bahasa Indonesia yaitu bunyi [r] ... Bahasa Jepang, ... sehingga alofon yang dipilih ditentukan oleh lingkungan

13

Universitas Indonesia

2.4 Samsuri (1994)

Dalam “Analisis Bahasa” halaman 92-93, Samsuri menjelaskan bahwa

bunyi bahasa bersifat dua, yaitu bersifat ujar (parole), dan sistem (langue). Untuk

membedakan kedua macam bunyi tersebut, dipakailah istilah yang berbeda pula,

yang pertama disebut bunyi (fon), yang kedua disebut fonem; ilmu yang

mempelajari pertama disebut fonetik (ilmu bunyi), dan yang kedua disebut

fonemik (ilmu fonem).

Kemudian, Samsuri (1994: 127) juga menjelaskan bahwa fonem dibagi

menjadi dua kelompok yaitu fonem segmental dan fonem suprasegmental. Fonem

segemental adalah fonem-fonem vokal dan konsonan, sedangkan fonem

suprasegmental adalah tekanan, nada, panjang, dan jeda. Untuk menganalisis

fonem, Samsuri (1994: 131) juga menjelaskan bahwa bunyi-bunyi bahasa yang

secara fonetis mirip, harus digolongkan ke dalam kelas-kelas bunyi atau fonem-

fonem yang berbeda, apabila terdapat pertentangan di dalam lingkungan yang

sama atau yang mirip. Bunyi-bunyi yang secara fonetis mirip dan terdapat di

dalam distribusi yang komplementer, harus dimasukkan kelas-kelas bunyi yang

sama (fonem yang sama).

2.5 Al Ibyariy (1995)

Dalam “Pengenalan Sejarah Al Quran” halaman 100, dalam buku ini

diterangkan bahwa Abu Syamamah mengungkapkan pendapat sebagian gurunya

yang menyatakan bahwa Al-Quran diturunkan dalam dialek Quraysy, dan bangsa

Arab diperbolehkan membaca dengan bahasa yang sudah biasa digunakan

mereka, sekalipun lafal dan i’rab (case/tanda baca) nya berbeda. Masalah bahasa

ini diserahkan kepada Rasulullah sebab beliaulah yang diberi tahu oleh Allah.

Maka ketika seorang Hużayl membaca di hadapan Rasul atta’/ عت حین ḥi:n/,

padahal ia menghendaki حت حین /ḥatta ḥi:n/, Rasul pun membolehkannya, sebab

memang begitulah orang Hużayl mengucapkan dan menggunakannya.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengantar - lontar.ui.ac.id Contoh dalam Bahasa Indonesia yaitu bunyi [r] ... Bahasa Jepang, ... sehingga alofon yang dipilih ditentukan oleh lingkungan

14

Universitas Indonesia

2.6 Fathoni (1996)

Dalam buku ”Kaidah Qiraat Tujuh Jilid 1” halaman 2, Fathoni menuliskan

salah satu hadis yang menyatakan tentang Qira:?atu al-sab’ati yaitu Hadis dari

Ibnu Abbas RA, ia berkata:

أقرأني جبریل على حرف فراجعتھ فلم أدل أستزیده :قال رسول اهللا صلى اهللا علیھ وسلم

ویزیدني حتى انتھى على سبعة أحرف

/Qa:la rasulullah ṣallallahu ’alaihi wa sallam: aqra ani: jibri:lu ’ala: ḥarfin

fara:ja’tuhu: falam ażal astazi:duhu: wa yazi:duni: hataa: intaha: ’ala: sab’ati

ahrufin/.

Artinya: ‘Rasulullah SAW bersabda, “Jibril telah membacakan Al-Quran

kepadaku dalam satu huruf. Aku berulang-ulang membacanya. Selanjutnya aku

selalu meminta kepadanya agar ditambah, sehingga ia menambahnya sampai tujuh

huruf.’ (HR. Al Bukhari-Muslim).

Kemudian, Abul Fadl Ar-Razi dalam buku “Kaidah Qiraat Tujuh”

halaman 3 juga mengatakan bahwa arti Sab’atu Aḥruf adalah tujuh wajah/bentuk.

Maksudnya, keseluruhan Al-Quran dari awal sampai akhir tidak akan keluar dari

tujuh wajah perbedaan berikut:

1. Perbedaan bentuk isim/nomina (mufrad/tunggal, mutsana/dual, atau

jama’/jamak) seperti

المنتھم /liama:natihim/ (mufrad/ tunggal), المنتھم /liama:na:tihim/ (jama’/

jamak)

2. Perbedaan bentuk fi’il/verba (maḍi/perfektif, muḍari’/imperfektif, atau

amr/imperatif) seperti

ربنا بعد /rabbana: ba:’ada/ (maḍi/lampau), ربنا بعد /rabbana: ba’id/

(amr/perintah)

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengantar - lontar.ui.ac.id Contoh dalam Bahasa Indonesia yaitu bunyi [r] ... Bahasa Jepang, ... sehingga alofon yang dipilih ditentukan oleh lingkungan

2

Universitas Indonesia

menemukan kata راھامج /majra:ha:/, tetapi dibaca /majre:ha/ dalam Al-Quran

surat Hud ayat 41. Di dalam kata tersebut terdapat perbedaan penyebutan vokal

antara /a/ dan /e/. Hal ini membuat penulis bertanya mengapa ucapan tidak sama

dengan tulisan, dan apakah penyebutan bunyi tersebut bersifat fungsional atau

tidak. Hal ini menyebabkan penulis penasaran dan ingin meneliti lebih lanjut.

Penulis semakin terinspirasi dengan hal tersebut ketika penulis mengaji

bacaan Al-Quran di suatu masjid yang terletak di Lampiri, Pondok Kelapa, Jakarta

Timur. Di masjid tersebut diajarkan berbagai bacaan Al-Quran selain bacaan yang

saat ini banyak digunakan oleh masyarakat awam. Mereka mengajarkan Bacaan

Al-Quran tersebut dengan sistem asramaan selama 6 bulan sekali. Bacaan Al-

Quran tersebut dikenal dengan nama قراءة السبعة /Qira:?atu al-sab’ati/.

Bacaan Qira:?atu al-sab’ati menurut Ust. Acep Lim Abdurahim dalam

buku “Pedoman Ilmu Tajwid” adalah bacaan yang dibawa oleh imam bacaan yang

terkenal dan terdiri dari tujuh orang, masing-masing mereka kemudian memiliki

dua orang murid. Bacaan yang kebanyakan digunakan oleh masyarakat awam

adalah bacaan Hafṣ yang merupakan murid dari salah satu imam bacaan tersebut.

Bacaan Qira:?atu al-sab’ati terbentuk karena adanya dialek-dialek dalam

bahasa Arab. Sebagaimana kita ketahui, bahwa bahasa Rasul adalah bahasa Arab,

karena itulah Al Quran diturunkan dalam bahasa Arab. Hal ini diterangkan dalam

Quran Ar Ra’d ayat 37 yang berbunyi :

)٣٧:الرعد (األیة .........ا عربیا أنزلنھ حكمكوكدل

/Wa każa:lika anzalna:hu ḥukuma:n ’arabiyya:n/

Artinya : Dan demikianlah, Kami telah menurunkan Al-Quran itu sebagai

peraturan (yang benar) dalam bahasa Arab…

Selain itu juga diterangkan dalam surat Al-Baqarah ayat 151, Ibrahim ayat

4, Fuṣṣilat ayat 44, dan Al-Syu’ara ayat 198-199. Oleh karena bahasa Al-Quran

dari Allah dan diterima oleh Rasul dalam bahasa Arab, maka tergambarlah betapa

tinggi nilai bahasa Arab dan betapa besar daya cakupnya terhadap dialek-dialek.

Dialek Bahasa Arab yang digunakan dalam Al Quran adalah dialek Muḍar

(Al Ibyariy, 1995: 67). Dialek Muḍar adalah bahasa Quraisy yang paling tinggi

dan luas pemakaiannya. Banyak faktor yang menyebabkan bahasa Quraisy lebih

dominan di antara bahasa-bahasa Arab lainnya, antara lain, karena orang Quraisy

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengantar - lontar.ui.ac.id Contoh dalam Bahasa Indonesia yaitu bunyi [r] ... Bahasa Jepang, ... sehingga alofon yang dipilih ditentukan oleh lingkungan

15

Universitas Indonesia

3. Perbedaan case/i’rab ‘tanda baca’ (rafa’, nasab, jar, atau jazam) seperti

وارجلكم /wa arjulikum/ (genitif/kasrah), وارجلكم /wa arjulakum/

(akusatif/fathah)

4. Perbedaan bentuk naqis (kurang) dan ziyadah (tambah) seperti

قالوااتخد /qalu:ttakhaa/ (kurang wawu), وقالوااتخد /wa qalu:ttakhadza/

(tambah wawu)

5. Perbedaan bentuk taqdim (mendahulukan) dan takhir (mengakhirkan)

seperti

فیقتلون ویقتلون /fayuqtalu:na wa yaqtulu:na/, فیقتلون ویقتلون /fayaqtulu:na wa

yuqtalu:na/

6. Perbedaan bentuk tabdil (pergantian huruf atau kata) seperti

ننشرھا /nunsyiruha:/ dan ننشزھا /nunsyizuha:/

7. Perbedaan bentuk lahjah (dialek) seperti bacaan imalah, taqli:l, idga:m,

iẓhar, dan lain-lain.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengantar - lontar.ui.ac.id Contoh dalam Bahasa Indonesia yaitu bunyi [r] ... Bahasa Jepang, ... sehingga alofon yang dipilih ditentukan oleh lingkungan

16

Universitas Indonesia

BAB III

KERANGKA TEORI

3.1 Pengantar

Qira:?atu al-sab’ati berasal dari kata Qira:?at dan al-sab’ati. Dalam

kamus Arab Indonesia Al-Munawir, arti Qira:?at adalah ‘bacaan’ sedangkan al-

sab’ati adalah ‘tujuh’, sehingga Qira:?at al-sab’ati adalah bacaan tujuh atau lebih

dikenal dengan tujuh bacaan Al-Quran. Tujuh macam bacaan Al-Quran tersebut

diambil dari nama imam bacaannya yaitu Nafi, Ibnu Kaṡir, Abu ‘Amr, Ibnu

‘Amir, ‘Aṡim, Hamzah, dan Kisa:?i. Masing-masing imam bacaan memiliki dua

orang murid yang menambah maraknya bacaan Al-Quran. Macam-macam bacaan

tersebut terdapat kaidah bacaan yang berhubungan dengan fonologi. Kaidah

dalam Qira:?atu al-sab’ati tersebut menjadi alat untuk membaca bacaan

Qira:?atu al-sab’ati. Kaidah bacaan tersebut sebagai dasar analisis penulis dalam

meneliti bacaan Qira:?atu al-sab’ati.

3.2 Kaidah Qira:?atu al-sab’ati

Kaidah-kaidah Qira:atu al-sab’ati diantaranya adalah al-taṢqi:q, al-

tashil, al-ibdal, al-isqaṢ, al-naql, al-idkhal, al-imalah, al-taqli:l, al-tarqi:q, al-

tafkhim, al-taqli:Ṣ, al-waqf, al-sakt, mad, Ṣilah, idgam, dan iṢhar. Kesemua

kaidah Qira:?atu al-sab’ati akan disatukan dengan teori fonologi untuk

mengetahui apakah bacaan tersebut membedakan makna atau tidak.

3.2.1 At-Taṭqi:q

Secara bahasa berarti; tetap, meneliti, menguatkan, atau menekankan.

Adapun istilahnya; menekankan dalam mengucapkan sesuatu menurut hakekat

dan keasliannya. Maksudnya; pengucapan hamzah yang keluar menurut

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengantar - lontar.ui.ac.id Contoh dalam Bahasa Indonesia yaitu bunyi [r] ... Bahasa Jepang, ... sehingga alofon yang dipilih ditentukan oleh lingkungan

17

Universitas Indonesia

makhrajnya yaitu dari tenggorokan yang tertinggi, sempurna dalam sifat-sifatnya

tanpa sedikitpun berbau wawu atau ya’. TaṢqi:q ini dibaca biasa seperti Hafṡ.

Misalnya یؤید: ditransliterasikan /yuayyidu/.

3.2.2 At-Tashil

Dalam tashil, makhrajnya pertengahan antara hamzah dan ha (seperti ha

tetapi lebih ringan). Tashil menurut bahasa artinya memudahkan, bisa juga

diartikan dengan merubah. Adapun menurut istilah yaitu pengucapan hamzah

antara hamzah dan huruf mad/durasi. Jika hamzah itu fathah (akusatif), maka

tashilnya antara hamzah dan alif. Kemudian jika hamzah kasrah (genitif), maka

tashilnya antara hamzah dan ya. Adapun jika hamzah Ṣamah, maka tashilnya

antara hamzah dan wawu. Selain itu, tashil juga dapat berbunyi antara hamzah dan

ha. Ini semua disebut dengan tashil baina-baina. Contoh: اه ل =اءل . Di dalam

Qira:?atu al-sab’ati, teori tashil terdapat teori saling pengaruh sehingga teori

tashil sama dengan teori asimilasi dalam fonologi.

3.2.3 Al-Ibdal

Sering juga disebut dengan badal (bukan mad badal). Artinya, mengganti.

Menurut istilah maksudnya; mengganti hamzah dengan huruf mad/durasi (alif,

wawu atau ya). Jika hamzah jatuh setelah fathah (akusatif), maka hamzahnya

diibdalkan menjadi alif, seperti ( لتأخدوھا ) ditransliterasikan /lita?khużu:ha:/

menjadi ( لتاخدوھا ) ditransliterasikan /lita:khużu:ha:/. Dalam Qira:?atu al-sab’ati,

teori al-ibdal terdapat teori saling pengaruh sehingga teori al-ibdal sama dengan

teori asimilasi dalam fonologi.

3.2.4 Al-Isqaṭ

Arti dari IsqaṢ adalah menggugurkan atau membuang atau

menyingkirkan. Secara istilah yaitu membuang salah satu dari dua hamzah,

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengantar - lontar.ui.ac.id Contoh dalam Bahasa Indonesia yaitu bunyi [r] ... Bahasa Jepang, ... sehingga alofon yang dipilih ditentukan oleh lingkungan

18

Universitas Indonesia

(biasanya yang dibuang adalah hamzah pertama) yang bertemu dalam dua kalimat

dengan syarat hamzah pertama adalah akhir huruf kalimah pertama dan hamzah

kedua adalah awal huruf kalimah kedua sehingga tinggal satu hamzah saja dan

hamzah yang lain hilang tanpa bekas. Seperti بلقاء أصحاب ditransliterasikan

/biliqa:?a ?aṢṢa:bi/ menjadi بلقا أصحاب ditransliterasikan /biliqa: ?aṢṢa:bi/. Di

dalam Qira:atu al-sab’ati, teori al-isqaṢ terdapat teori saling pengaruh sehingga

teori al-isqaṢ sama dengan teori asimilasi dalam fonologi.

3.2.5 Naql

Naql artinya memindahkan. Adapun maksudnya menurut istilah adalah

membuang hamzah dan memindahkan harakatnya pada huruf sukun/jusif atau

tanwin yang terletak sebelumnya. Dengan demikian, hamzah menjadi hilang dan

huruf sukun/jusif atau tanwin sebelumnya menjadi berharakat hamzah. Misalnya

إن أنتم) ) ditransliterasikan /in antum/ menjadi إن نتم) ) ditransliterasikan /ina ntum/.

Dalam Qira:atu al-sab’ati, teori naql terdapat teori saling pengaruh sehingga teori

naql sama dengan teori asimilasi dalam fonologi.

3.2.6 Al-Idkhal

Menurut bahasa artinya memasukkan. Adapun istilahnya yaitu memasukan

alif di antara dua hamzah yang jatuh dalam satu kalimah. Yakni memanjangkan

hamzah pertama. Misalnya (ء أشفقتم) ditransliterasikan /a asyfaqtum/ menjadi

(ءاھشفقتم) ditransliterasikan /a:hasyfaqtum/. Dalam Qira:?atu al-sab’ati, teori al-

idkhal terdapat teori saling pengaruh sehingga teori al-idkal sama dengan teori

asimilasi dalam fonologi.

3.2.7 Al-Imalah

Secara bahasa artinya memalingkan, membengkokan atau memiringkan.

Imalah ada dua macam yaitu imalah kubra dan imalah Ṣugra. Imalah kubra ialah

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengantar - lontar.ui.ac.id Contoh dalam Bahasa Indonesia yaitu bunyi [r] ... Bahasa Jepang, ... sehingga alofon yang dipilih ditentukan oleh lingkungan

19

Universitas Indonesia

pengucapan dengan fathah (akusatif) menuju kasrah (genitif) atau pengucapan

antara fathah (akusatif) dan kasrah (genitif) sehingga bunyinya terdengar seperti

vokal “e” kalau dalam Indonesia, seperti (bebas, mega, sedan, sore). Imalah kubra

biasa disebut dengan imalah saja, sedangkan imalah sughra biasa disebut dengan

taqli:l. Contoh imalah seperti /ja:a/جاء dibaca imalah jim menjadi /je:a/.

3.2.8 Al-Taqli:l

Taqli:l menurut bahasa kita artinya: mengurangi, memperkecil, atau

menyedikitkan. Taqli:l ialah pengucapan lafadz antara fathah (akusatif) dan

imalah. Kalau dalam bahasa Indonesia bunyinya “e” yang di atas. “E” di sini

seperti dalam kata (bebek, dendeng, dan leleh). Contoh seperti ونادى /wana:da:/

untuk bacaan Warsy dibaca taqli:l yaitu /wana:de:/.

3.2.9 Al-Tarqi:q

Al-Tarqi:q dari asal kata “ar-riqqah” artinya tipis. Maksudnya menipiskan

atau menguruskan. Lawannya adalah tafkhim dan tagli:Ṣ. Tarqi:q biasa dipakai

untuk ra dan imalah ra. Di antara para qurra, Warsylah yang paling banyak

mentarqi:qkan ra yang jatuh setelah kasrah/genitif dan ya sukun. Oleh karena

tarqi:q adalah hanya menipiskan konsonan ra. Teori al-tarqi:q ini tidak terdapat

bunyi yang saling mempengaruhi sehingga tidak terjadi asimilasi (disasimilasi).

3.2.10 Al-Tafkhim

Tafkhim artinya menggemukkan atau membesarkan. Tafkhim biasa

digunakan untuk ra yang ditebalkan (prakteknya kedua bibir dimajukan ke

depan). Teori at-tafkhim ini tidak terdapat bunyi yang saling mempengaruhi

sehingga tidak terjadi asimilasi.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengantar - lontar.ui.ac.id Contoh dalam Bahasa Indonesia yaitu bunyi [r] ... Bahasa Jepang, ... sehingga alofon yang dipilih ditentukan oleh lingkungan

20

Universitas Indonesia

3.2.11 At-Tagli:ṭ

Tagli:Ṣ sama dengan tafkhim tetapi lebih tepat jika diartikan dengan

menebalkan atau menguatkan. Para ulama bacaan mengatakan bahwa tafkhim dan

taghli:Ṣ itu sama. Hanya mereka mengistilahkan tafkhim itu untuk ra dan tagli:Ṣ

untuk lam fathah yang ditebalkan dan dibaca /llo/. Teori al-tagli:Ṣ ini tidak

terdapat bunyi yang saling mempengaruhi sehingga tidak terjadi asimilasi

(disasimilasi).

3.2.12 Al-Waqf

Secara bahasa berarti berhenti. Maksudnya berhenti pada akhir kalimat

atau akhir ayat dalam sesaat atau beberapa saat untuk mengambil nafas kemudian

melanjutkan bacaannya kembali. Waqf harus disertai dengan bernafas meskipun

sedikit sehinga orang yang mendengarnya tahu bahwa ia benar-benar berhenti. Al-

waqf sama artinya dengan jeda dalam fonologi. Contoh seperti tidak membedakan

makna. Contoh seperti /ja:a/جاء jika dibaca waqf/jeda, untuk bacaan Hamzah ada

3 wajah/macam yaitu: ibdal hamzah dengan mad qaṢr/tawassuṢ/Ṣul menjadi

/ja:/.

3.2.13 Al-Sakt

Sakt artinya diam. Sakt dibagi dua yaitu sakt pada hamzah dan sakt pada

lainnya. Definisi sakt yang pertama adalah memutuskan suara pada huruf sukun

atau tanwin yang berhadapan dengan hamzah dalam sesaat dengan dua harakat

tanpa mengambil nafas. Di antara para qurra yang paling banyak membaca

dengan sakt adalah Hamzah. Adapun sakt yang kedua yaitu memutuskan bacaan

atau diam atau berhenti sementara dalam sesaat tanpa bernafas dengan kadar dua

harakat pada kalimat-kalimat teretentu dalam Al-Quran, seperti sakt Hafṡ pada

عواجا قیما ditransliterasikan /’iwa:ja:n qayyima:n/. Dalam Qira:?atu al-sab’ati, al-

sakt sama teorinya dengan tekanan dalam fonologi.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengantar - lontar.ui.ac.id Contoh dalam Bahasa Indonesia yaitu bunyi [r] ... Bahasa Jepang, ... sehingga alofon yang dipilih ditentukan oleh lingkungan

21

Universitas Indonesia

3.2.14 Mad

Mad artinya memanjangkan suara karena ada huruf mad. Semua Mad

sama dengan durasi dalam fonologi. Mad terbagi menjadi 2 kelompok yaitu:

a. Mad Thabi’i (mad asli/ bentuk dasar dari Mad)

b. Mad Far’i ( Pengembangan dari Mad Asli)

Mad Thabi’i yaitu konsonan difathah (akusatif) bertemu alif mati, atau dikasrah

(genitif) bertemu Ya mati, diṢammahkan (nominatif) bertemu Wawu mati.

Contoh ,/ba/با /bi/بي , ./bu/بو Berarti huruf mad ada 3 yaitu alif, wawu, dan ya.

Kemudian, contoh-contoh Mad Far’i:

1. Mad Wajib : apabila ada Mad Ṣabi’i bertemu dengan hamzah di satu kata.

Contoh: جاء /ja:a/.

2. Mad Jaiz : apabila ada Mad Ṣabi’i bertemu dengan hamzah di lain kata.

Contoh: ما أنزلنا /ma: anzalna:/.

Macam-macam nilai Mad:

1. QaṢr : Bacaan panjang 1 alif

2. TawassuṢ : Bacaan panjang 2 alif

3. Ṣu:l : Bacaan panjang 3 alif

Selain itu, juga ada mad layyin yaitu mad yang terjadi apabila ada wawu

sukun atau ya sukun sedangkan huruf sebelumnnya bertanda baca fathah. Adapun

bacaannya ada tiga macam yaitu panjang 3 alif atau 6 harakat, sedang 2 alif atau 4

harakat, dan pendek 1 alif atau 2 harakat (Soenarto, 1988:46). Kemudian, ada

mad yang lain juga yaitu mad badal. Mad badal adalah mad yang apabila ada

hamzah bertemu dengan mad/durasi. Adapun bacaannya harus satu alif atau 2

harakat (Soenarto, 1988:45).

Dalam Qira:?atu al-sab’ati terdapat mad jaiz munfaṢil dan mad wajib

muttaṢil. Mad Jaiz MunfaṢil adalah apabila ada huruf mad bertemu dengan

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengantar - lontar.ui.ac.id Contoh dalam Bahasa Indonesia yaitu bunyi [r] ... Bahasa Jepang, ... sehingga alofon yang dipilih ditentukan oleh lingkungan

22

Universitas Indonesia

hamzah, tetapi tidak kumpul dalam satu kalimah/kata. Adapun panjangnya dibaca

dua setengah alif atau lima harakat. Mad Wajib MuttaṢil adalah apabila ada huruf

mad berkumpul dengan hamzah (hamzah jatuh sesudah huruf mad) dalam satu

kalimah. Adapun panjangnya dibaca dua setengah alif atau lima harakat.

Hukum Mad Jaiz Munfaṭil

قصر /qaṢr/

2 harakat

)ابن كثیر(د

)السوسي(ي

قصر او توسط /qaṢr aw

tawassuṢ/

2 atau 4-5 harakat

)قالن(ب

)الدر(ط

توسط /tawassuṢ/

4-5 harakat

)ابن عامر(ك

)عاصم(ن

)الكساء(ر

طول /Ṣul/

6 harakat

)ورش(ج

)حمزة(ف

مد جائز منفصل

Tabel 1. Hukum Mad Jaiz Munfaṡil

Hukum Mad Wajib Muttaṭil

توسط (tawassuṢ)

4-5 harakat

ب)قالن(

)ابن كثیر(د

)رأبو عم(ح

)ابن عامر(ك

)عاصم(ن

)الكساء(ر

طول (Ṣul)

6 harakat

)ورش(ج

)حمزة(ف

مد واجب متصل

Tabel 2. Hukum Mad Wajib Muttaṡil

3.2.15 Mim Jamak

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengantar - lontar.ui.ac.id Contoh dalam Bahasa Indonesia yaitu bunyi [r] ... Bahasa Jepang, ... sehingga alofon yang dipilih ditentukan oleh lingkungan

23

Universitas Indonesia

Hukum Mim Jamak di sini ialah mim yang menunjukkan Jamak Mużakar

Mukhatab (orang kedua jamak) seperti /lakum/, /antum/ atau Jamak Mużakar

Gaib (orang ketiga jamak) seperti /hum/ dan /’alayhim/, dimana sesudahnya

adakalanya berupa huruf hidup dan adakalanya berupa konsonan mati. Adapun

kaidahnya adalah:

a. Mim Jamak terletak sebelum konsonan hidup

Bila ada Mim Jamak terletak sebelum konsonan hidup bacaan Imam

Qiraat Tujuh sebagai berikut:

1. Ibnu Kaṡir membaca Ṣammah mim jamak serta menghubungkannya

dengan wawu sukun.

2. Qalun mempunyai dua wajah/macam bacaan yaitu Ṣilah dan sukun

mim jamak

3. Warsy juga menghubungkan Mim Jamak dengan sukun, bilamana

huruf hidupnya berupa hamzah qaṢa.

4. Imam qiraat lainnya membaca sukun mim jamak.

b. Mim Jamak terletak sebelum konsonan mati

1. Seluruh Imam Bacaan Tujuh membaca Ṣammah mim jamak dengan

tanpa Ṣilah, bilamana mim jamak terletak sebelum konsonan mati.

2. Bilamana ada mim jamak sebelumnya berupa ha, dan sebelumnya ha

berupa kasrah atau ya sukun.

Ṣilah artinya menyambung. Cara membaca Ṣilah adalah huruf

sebelumnya dengan huruf depannya disambung sehingga panjangnya adalah

setengah alif. Misalnya mim jamak (mim yang bermakna jamak) bertemu dengan

huruf mad (Wawu/ Ya).

Contoh: ھم /hum/ menjadi /:humu/ ھمو

منھ /minhu/ menjadi منھو /minhu:/

علیھ /’alayhi/ menjadi علیھ /’alayhi:/

3.2.16 Idga:m

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengantar - lontar.ui.ac.id Contoh dalam Bahasa Indonesia yaitu bunyi [r] ... Bahasa Jepang, ... sehingga alofon yang dipilih ditentukan oleh lingkungan

24

Universitas Indonesia

Idga:m artinya memasukkan. Idga:m terdiri dari dua yaitu idga:m

bigunnah (dengan berdengung), dan idga:m bila:gunnah (tanpa dengung). Idga:m

bigunnah adalah apabila ada nun mati atau tanwin bertemu dengan konsonan ya,

mim, nun, wawu. Contoh: من یقول /mayyaqu:lu/. Idga:m Bila:gunnah adalah

apabila ada nun mati atau tanwin bertemu dengan huruf lam, ra. Contoh: من

./milladunka/لدنك

Macam idgham yang lain yaitu:

1. Idga:m MiṢlain Ṣagir

Apabila ada dua konsonan yang sama makhraj dan sifatnya bertemu

menjadi satu, sedang konsonan yang pertama mati dan konsonan yang

kedua hidup. Contoh: یدرككم /yudrikkum/.

2. Idga:m MiṢlain Kabir

Apabila ada konsonan dua sama makhraj dan sifatnya bertemu menjadi

satu, sedang keduanya hidup. Contoh: یوم الدین /yawmiddin/.

3. Idga:m Mutajanisain Ṣagir

Apabila ada dua konsonan yang sama makhrajnya tetapi berlainan

sifatnya, sedang konsonan yang pertama mati. Bacaannya huruf yang awal

dimasukkan ke dalam konsonan yang kedua. Contoh: قل رب /qul rabbi/

dibaca menjadi /qurrabbi/.

4. Idga:m Mutajinasain Kabir

Apabila ada dua konsonan yang sama makhrajnya tetapi berlainan sifatnya

dan kedua-duanya merupakan huruf hidup. Contoh: واد قال ربك /wa iż qa:la

rabbuka/ dibaca menjadi /wa iż qa:rrabbuka/.

5. Idga:m Mutaqaribain Ṣagir

Apabila ada konsonan yang berdekatan makhraj dan sifatnya, sedang

konsonan yang awal mati. Contoh: اركب معنا /irkab ma’ana:/ dibaca

menjadi /irkamma’ana:/.

6. Idga:m Mutaqaribain Kabir

Apabila ada dua konsonan yang berdekatan makhraj dan sifatnya dan

keduanya hidup. Contoh: یعدب من یشاء /yu’ażibu mayyasya/ dibaca menjadi

/yu’ażimmayyasya/.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengantar - lontar.ui.ac.id Contoh dalam Bahasa Indonesia yaitu bunyi [r] ... Bahasa Jepang, ... sehingga alofon yang dipilih ditentukan oleh lingkungan

25

Universitas Indonesia

Kesemua teori idga:m terdapat bunyi yang saling mempengaruhi seperti teori

asimilasi dalam fonologi.

3.3 Ciri-ciri Qira:?atu al-sab’ati

3.3.1 Nafi (أ)

Ciri-ciri Bacaan Nafi lebih banyak terdapat perubahan i’rab (tanda baca)

dan huruf:

1. Terdapat perubahan i’rab (tanda baca) baik di awal, tengah maupun akhir

kata seperti

مجراھا /majra:ha/ terdapat perubahan case/i’rab pada awal kata yaitu

konsonan mim.

2. Terdapat perbedaan bentuk tabdil (penggantian huruf atau kata) seperti

ویا سماء اقلعي /wa ya: sama:?uqla’i:/ terdapat perubahan pada hamzah yang

kedua menjadi wawu /wa ya: sama:?u waqla’i:/.

3. Terdapat perbedaan naqis (kurang) dan ziyadah (penambahan) seperti

في غیبة الجب /fi: gayabatiljubbi/ terdapat penambahan alif pada konsonan ba

yaitu /fi: gayaba:tiljubbi/.

4. Terdapat perbedaan bentuk taqdim (mendahulukan) dan takhir

(mengakhirkan) seperti

لیحزنني /layaṢzununi:/ terdapat perubahan i’rab yaitu ya yang awalnya fathah

menjadi Ṣammah, konsonan za yang awalnya Ṣammah menjadi kasrah, dan

ya yang awalnya sukun menjadi fathah yaitu /layuṢzinuniya/.

3.3.1.1 Qalun )ب )

Ciri-ciri bacaan Qalun:

1. Membaca dengan Basmallah setiap menyambung dua surat kecuali antara

Anfal dan Baraa’ah. Untuk menyambung surat Al-Anfal dan Bara’ah, Qalun

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengantar - lontar.ui.ac.id Contoh dalam Bahasa Indonesia yaitu bunyi [r] ... Bahasa Jepang, ... sehingga alofon yang dipilih ditentukan oleh lingkungan
Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengantar - lontar.ui.ac.id Contoh dalam Bahasa Indonesia yaitu bunyi [r] ... Bahasa Jepang, ... sehingga alofon yang dipilih ditentukan oleh lingkungan
Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengantar - lontar.ui.ac.id Contoh dalam Bahasa Indonesia yaitu bunyi [r] ... Bahasa Jepang, ... sehingga alofon yang dipilih ditentukan oleh lingkungan

28

Universitas Indonesia

انتم إال ,لكم أنفسكم /antum illa:, lakum anfusakum/ menjadi انتمو إال ,لكمو أنفسكم

/antumu: illa:, lakumu: anfusakum/.

6. Mentaqli:lkan alif yang aslinya ya, seperti: استوى,قوى الت,أتى /istawa:,

attaqwa:, ata:/. Dalam hal ini Warsy juga membaca dengan fathah.

Dan mentaqli:lkan semua alif mutaṢarrifah yang jatuh setelah ra’seperti: ,

أخرى سكرى /ukhra:, sukara:/. Juga mentaqlilkan alif yang jatuh sebelum ra

maksurah mu’tatarrifah seperti األبرار ,النار /al abra:r, anna:r/. Selain itu,

mentaqli:lkan juga lafadz seperti الكافرین, كافرین /ka:firi:na, al ka:firi:na/.

7. Mentarqi:qkan setiap ra maftuhah atau maṢlmumah yang jatuh setelah ya

sakinah atau kasrah muttaṢilah, seperti: نجرة,فتحریر ,تبصرون /najiratun,

fatahri:ru, tubshiru:na/. Kemudian mentarqi:qkan ra setelah huruf sakin

yang jatuh setelah kasrah, seperti: لعبرة,إكراه /ikra:hu, la’ibratun/. Selain itu,

mentafkhimkan ra pada tiga isim a’jami, yaitu ./:isra:i:la/إسرائیلا Juga pada

دات العماد إرم /irama ża:til ‘ima:tid/.

8. Mentagli:Ṣkan lam maftuhah yang jatuh setelah shad maftuhah, seperti: ة

الصال /aṢṢala:tu/, atau sakinah seperti یصل /yaṢla/. Atau jatuh setelah Ṣa

maftuhah, seperti: بطل /baṢala/, atau sakinah seperti ./maṢla’i/مطلع Atau

jatuh setelah ża sakinah sepertiیظلمون /yuṢlamu:na/.

9. Setiap mad jaiz munfaṢil dibaca Ṣul (panjang) 6 harakat. Setiap mad badal

dibaca qaṢr (pendek)/tawassuṢ (sedang)/Ṣul (panjang).

3.3.2 Ibnu Kaṡir )د )

Ciri-ciri bacaan Ibnu Katsir:

1. Membaca basmallah setiap menyambung antara dua surat kecuali Al-Anfal

dan At-Taubah. Untuk ini Ibnu Kaṡir sama dengan Qalun.

2. MenṢammahkan (menominatifkan) mim jama’ dan menyambungnya

dengan wawu jika sesudahnya huruf berharakat. Seperti: منكم إال /minkum

illa:/ menjadi منكمو إال /minkumu: illa:/.

3. Menyambung ha Ṣamir dengan wawu jika Ṣammah dan sebelumnya huruf

mati, sedangkan sesudahnya huruf berharakat, seperti:

منھ أیات /minhu aya:t/ menjadi منھو أیات /minhu: aya:t/

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengantar - lontar.ui.ac.id Contoh dalam Bahasa Indonesia yaitu bunyi [r] ... Bahasa Jepang, ... sehingga alofon yang dipilih ditentukan oleh lingkungan

29

Universitas Indonesia

dan menyambungnya dengan ya jika dia kasrah, sebelumnya huruf mati dan

sesudahnya huruf berharakat, seperti:

علیھ توكلت /alayhi tawakaltu/ menjadi علیھي توكلت /’alayhi: tawakaltu/

4. Membaca dengan qaṢr al-munfaṢil dan tawassuṢ al-muttaṢil tanpa

khilaf.

5. Terdapat perubahan i’rab (case/tanda baca).

3.3.2.1 Al-Bazzi

Ciri-ciri bacaan Al Bazzi yaitu:

IsqaṢ (menghilangkan hamzah yang pertama) dengan dibaca mad qaṢr,

tawassuṢ, atau Ṣul seperti لقاء أصحابب ditransliterasikan /biliqa:?a ?aṢṢa:bi/

menjadi بلقا أصحاب ditransliterasikan /biliqa: ?aṢṢa:bi/.

3.3.2.2 Qunbul

Ciri-ciri bacaan Qunbul yaitu:

Membaca lafadz shad pada الصراط /aṢṢira:Ṣ/ dengan sin menjadi السراط

/assira:Ṣ/ baik itu ma’rifat/takrif atau nakirah/tak takrif.

3.3.3 Abu ‘Amr

Ciri-ciri bacaan Abu ‘Amr yaitu:

1. Mempunyai tiga wajah dalam membaca di antara dua surat; basmallah

sakt dan waṢl. Yang dua terakhir tanpa basmallah. Untuk antara Al-Anfal

dan Al-Taubah, Abu ‘Amr sama seperti yang lain, yakni sakt, waṢl, dan

qaṢa. Semuanya tanpa basmallah.

2. Membaca dengan tawassuṢ al muttaṢil dari dua perawinya.

3. Mentaqli:lkan alif yang asalnya ya jika kalimah/kata yang ada alifnya itu

berwazankan ,/:fa’la/فعلى dengan fathah/akusatif fa seperti: السلوى , نجوى

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengantar - lontar.ui.ac.id Contoh dalam Bahasa Indonesia yaitu bunyi [r] ... Bahasa Jepang, ... sehingga alofon yang dipilih ditentukan oleh lingkungan

30

Universitas Indonesia

/assalwa:, najwa:/, atau dengan kasrah/genitif fa /:fi’la/فعلى seperti ضیزى ,

إحدى /Ṣi:za, iṢ da:/, atau dengan Ṣammah/nominatif fa /:fu’la/فعلى seperti

/dunya:/.

4. Mengimalahkan alif yang asalnya ya jika jatuh setelah ra, seperti: أخرى ,

اشترى /ukhra:, isytara:/. Juga mengimalahkan alif yang jatuh sebelum ra

maksurah mutaṢarrifah, seperti من دیارھم /min diya:rihim/. Selain itu, juga

mengimalahkan alif yang terletak di antara dua ra yang ra keduanya

mutaṢarrifah maksurah, seperti:

من األشرار,دات قرار /minal asyra:ri, dza:ti qara:rin/.

3.3.3.1 Al-Durri

Ciri-ciri bacaan Ad-Durri yaitu:

1. Membaca al-munfaṢil dengan qaṢr dan tawassuṢ.

2. Mengimalahkan lafadz الناس /al-na:si/ yang majrur di mana saja berada.

3.3.3.2 Al-Susi

Ciri-ciri bacaan Al-Susi yaitu:

1. Mengidga:mkan mutamasilain, seperti الرحیم ملك /arrahi:m maliki/ dan

mutaqoribain, seperti شھد شاھد /syahid sya:hidun/. Juga mutajanisain

seperti ربكم أعلم بكم /rabbakum a’labbakum/ dengan syarat-syarat khusus.

2. Membaca dengan al-munfaṢil, Al-Susi membaca dengan qaṢr.

3. Mengibdalkan semua hamzah sakinah menjadi huruf mad sesuai dengan

harakat sebelumnya, seperti:

مؤمنین,وأمر /mu?mini:na, wa?mur/ menjadi نینممو,وامر /mu:mini:na,

wa:mur/.

3.3.4 Ibnu ‘Amir

Ciri-ciri bacaan Ibnu ‘Amir yaitu:

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengantar - lontar.ui.ac.id Contoh dalam Bahasa Indonesia yaitu bunyi [r] ... Bahasa Jepang, ... sehingga alofon yang dipilih ditentukan oleh lingkungan

31

Universitas Indonesia

1. Membaca di antara dua surat sama seperti Warsy dan Abu ‘Amr, yaitu

untuk basmallah antara surat Al-Anfal dan Al-Taubah sebagaimana qurra

yang lain.

2. Membaca dengan tawassuṢ pada mad muttaṢil dan munfaṢil.

3. یوحى إلیك /yu:Ṣa: ilayka/ untuk bacaan Ibnu ‘Amir, Mad Jaiz MunfaṢil

dan Mad Wajib MuttaṢil dibaca tawassuṢ (sedang) yaitu 4-5 harakat

pada kata /yu:Ṣa:/.

3.3.4.1 Hisyam

Ciri-ciri bacaan Hisyam yaitu:

Jika dibaca waqf, maka Ibdal (menghilangkan) hamzah yang kedua dan

dibaca mad qaṢr, tawassuṢ atau Ṣul. seperti ( لتأخدوھا ) ditransliterasikan

/lita?khużu:ha:/ menjadi ( لتاخدوھا ) ditransliterasikan /lita:khużu:ha:/.

3.3.4.2 Ibnu Zakwan

Ciri-ciri bacaan Ibnu Zakwan yaitu:

Mengimalahkan alif pada lafadz-lafadz berikut ini:

عمران,واإلكرام حمارك ,زاد ,اءش,جاء / Ṣima:rika, za:da, sya:a, ja:a, ‘imra:na wal

ikra:mi/.

3.3.5 ‘Aṡim

Ciri-ciri bacaan ‘Aṡim yaitu:

1. Dalam membaca antara dua surat sama dengan Ibnu ‘Amir

2. Membaca dengan tawassuṢ pada mad muttaṢil dan munfaṢil dengan

panjang empat atau lima harakat seperti /lawla: unzila/ untuk bacaan

‘Aṡim, Mad Jaiz MunfaṢil dan Mad Wajib MuttaṢil dibaca tawassuṢ

(sedang). Contoh seperti كیوحى إلی /yu:Ṣa: ilayka/ Mad Jaiz Munfaṡil dan

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengantar - lontar.ui.ac.id Contoh dalam Bahasa Indonesia yaitu bunyi [r] ... Bahasa Jepang, ... sehingga alofon yang dipilih ditentukan oleh lingkungan

32

Universitas Indonesia

وضائق /waṢa:iqun/ Mad Wajib Muttaṡil dibaca tawassuṡ dengan kadar 4-

5 harakat.

3.3.5.1 Syu’bah

Ciri-ciri bacaan Syu’bah yaitu:

1. Terdapat penambahan konsonan

2. Terdapat perubahan i’rab (case/tanda baca) seperti

من كل زوجین /min kullin zawjayni/ terdapat perubahan i’rab (case/tanda

baca) pada kata /kullin/ menjadi /kulli/.

3.3.5.2 Hafṡ

Ciri-ciri bacaan Hafṡ yaitu:

1. Membaca dengan tawassuṢ pada mad muttaṢil dan munfaṢil dengan

panjang empat atau lima harakat.

2. Membaca imalah ra pada kata /majra:ha:/ menjadi /majre:ha:/.

3.3.6 Hamzah

Ciri-ciri bacaan Hamzah yaitu:

1. Menyambung akhir setiap surat dengan awal surat berikutnya tanpa

membaca basmallah. Kecuali antara surat Al-Nas dan Al-Fatihah. Adapun

antara surat Al-Anfal dan Al-Taubah, sama seperti qurra yang lain.

2. MenṢammahkan ha baik dalam keadaan waṢl ataupun waqf pada tiga

lafadz berikut لدیھم ,إلیھم ,ladayhim/علیھم , ilayhim, ‘alayhim/ menjadi ,إلیھم

لدیھم ,علیھم /ladayhum, ilayhum, ‘alayhum/.

3. Membaca dengan isyba’ pada mad muttaṢil dan munfaṢil dengan

panjang enam harakat, sama seperti Warsy.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengantar - lontar.ui.ac.id Contoh dalam Bahasa Indonesia yaitu bunyi [r] ... Bahasa Jepang, ... sehingga alofon yang dipilih ditentukan oleh lingkungan

33

Universitas Indonesia

4. Membaca dengan saktah dengan kadar dua harakat pada setiap huruf

sakin atau tanwin bertemu dengan hamzah baik itu mauṢul ataupun

mafshul, seperti: الخرةا,شیئ ,عداب ألیم ,من أمن /al akhira:tu, syay un,

‘adza:bun ali:mun, man amana/.

5. Merubah hamzah ketika waqf/jeda dengan mad/durasi atau tashil baik itu

di tengah kalimah/kata, seperti: یؤمنون,تأمرون /yu?minu:na, ta?muru:na/,

atau di akhir kalimah seperti ماءال, یشاء /al ma:u, yasya:u/. Lebih

terperincinya bisa dilihat pada kitab-kitab qiraat dan untuk prakteknya

mesti lewat talaqqi.

6. Mengimalahkan alif yang tertulis dengan ya di mushaf-mushaf seperti:

الضحى,یغشى ,اشترى ,األعلى ,جالھا /aṢṢuha:, yagsya:,isytara:,al-a’la:,

jalla:ha/.

Selain itu, mengimalahkan alif pada:

ضائقت,حاق ,زاغ ,جاء,شاء,زاد /Ṣa:qat, ha:qa, za:ga, ja:a, sya:a, za:da/.

7. Mentaqli:lkan alif yang jatuh sebelum ra mutaṢarrifah maksurah pada

dua konsonan, yaitu وار الب /al bawa:ri/ di surat Ibrahim dan القھار /al qaha:r/

di mana saja berada. Selain itu, alif yang jatuh di antar dua ra yang

pertama fathah dan yang kedua kasrah/genitif, hal ini ada tiga lafadz,

yaitu: األبرار,القرار,األشرار /al asyra:ri, al qara:ri, al abra:ri/.

3.3.6.1 Khalaf

Ciri-ciri bacaan Khalaf yaitu:

Mengidga:mkan nun mati dan tanwin ke dalam wawu dan ya tanpa disertai

dengan gunnah (dengung). Contoh seperti وكیل syay?in/ شيء waki:lun/ untuk

semua bacaan, kasrahtain bertemu dengan wawu dibaca idga:m bigunnah (masuk

dengan berdengung) menjadi /syay?iwwwaki:lun/.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengantar - lontar.ui.ac.id Contoh dalam Bahasa Indonesia yaitu bunyi [r] ... Bahasa Jepang, ... sehingga alofon yang dipilih ditentukan oleh lingkungan

34

Universitas Indonesia

3.3.6.2 Khallad

Ciri-ciri bacaan Khallad yaitu konsonan akhir yang bertanwin jika bertemu

dengan hamzah kemudian dibaca waṢl (tanpa jeda), maka menjadi sakt

(bertekanan) atau tahqiq. Kemudian jika dibaca waqf (berjeda), maka menjadi

naql atau sakt dan tahqi:q atau naql. Contoh seperti

كنز أو /kanzun aw/ jika waṢl (menyambung/tidak berhenti) dibaca sakt

(bertekanan) menjadi /kanzun aw/ atau tahqiq (tetap) /kanzun aw/. Jika waqf

(berhenti) dibaca naql /kanzu naw/ atau sakt/bertekanan dan naql atau tahqi:q.

3.3.7 Al-Kisa:?i

Ciri-ciri bacaan Al-Kisa:?i yaitu:

1. Dalam membaca antara dua surat sama seperti ‘Aṡim

2. MentawassuṢkan mad muttaṢil dengan kadar empat harakat, sama

seperti ‘Aṡim.

3. Mengimalahkan apa-apa yang diimalahkan oleh Hamzah kecuali kalimat-

kalimat tertentu dan menambah pada sebagian lafadz-lafadz tertentu di

mana saja berada, seperti:

أحیاكم,فأحیابھ ,وأحیاھا /ahya:kum, fa ahya:bihi, wa ahya:ha:/.

4. Mengimalahkan vokal sebelum ha taknits ketika waqf. Ini terbagi dalam

tiga bagian.

Pertama: diimalahkan secara mutlak jika sebelum ha taknits itu ada

konsonan dari lima belas konsonan ini: ف /fa/ ج /jim/ ث /tsa/ ت /ta/ ز /zay/

ي /ya/ ن /nun/ ب /ba/ ل /lam/ د /dzal/ و /wawu/ د /dal/ ش /syin/ م /mim/ س

/sin/. Contoh:

خلیفة , خشیة /khalifa:tun, khasyiyatun/.

Kedua: tidak diimalahkan tetapi waqaf dengan fathah sebagaimana

lainnya. Konsonannya ada 10 yaitu: ح ق ض غ ا ع ص خ ظ ط /tha, dza, kha,

shad, ‘ain, ghain, alif, dhad, qaf, ha/.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengantar - lontar.ui.ac.id Contoh dalam Bahasa Indonesia yaitu bunyi [r] ... Bahasa Jepang, ... sehingga alofon yang dipilih ditentukan oleh lingkungan

35

Universitas Indonesia

Ketiga: diimalahkan dalam keadaan teretentu dan difathahkan dalam

keadaan tertentu. Hurufnya ada empat terkumpul dalam أ ك ه ر /alif, kaf,

ha, ra/. Keempat huruf tersebut diimalahkan apabila:

a. Sebelumnya ada huruf dikasrah (genitif), contoh: al/ األخرة akhiratu/.

b. Sebelumnya ada huruf ya mati, contoh: كھیئة , األیكة /kahay atu, al

aykatu/.

c. Sebelumnya ada huruf mati dan sebelum huruf mati itu ada huruf yang

dikasrah (nominatif), contoh: لعبرة , وجھة /la’ibratun, wijhatun/.

Ada mazhab lain yang diriwayatkan dari Kisa:?i bahwa semua huruf

hijaiyyah sebelum ha ta’nits dibaca imalah ketika waqf (berjeda) kecuali

alif, contoh: الصالة , الزكاة /aṢṢala:tu, azzaka:tu/.

3.3.7.1 Abu Al-Hariṡ

Ciri-ciri bacaan Abu Al Hariṡ:

Idga:m pada dua kata yang tidak berdekatan makhrajnya dan konsonan yang

pertama mati. Contohnya pada surat Al-Nisa ayat 30 yaitu یفعل دلك /yaf’al ża:lika/

menjadi /yaf’ażża:lika/.

3.3.7.2 Duri ‘Ali

Ciri-ciri bacaan Duri ‘Ali yaitu Imalah kaf untuk kata /alka:firi:na/

menjadi /alke:firi:na/.

3.4 Teori Fonologi

Teori Fonologi ini akan digunakan untuk menganalisis perbedaan bunyi

setiap bacaan Qira:atu al-sab’ati sesuai dengan kaidah atau istilah dalam bacaan

Qira:atu al-sab’ati. Teori fonologi tersebut berupa Fonem Segmental, Fonem

Suprasegmental, Pasangan Minimal, dan Asimilasi. Teori fonologi tersebut

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengantar - lontar.ui.ac.id Contoh dalam Bahasa Indonesia yaitu bunyi [r] ... Bahasa Jepang, ... sehingga alofon yang dipilih ditentukan oleh lingkungan

36

Universitas Indonesia

digunakan untuk mengetahui apakah terjadi perbedaan makna yang mengubah

pengertian atau tidak. Hal ini sesuai dengan definisi dari fonologi yaitu ilmu bunyi

yang menyelidiki bunyi dari segi fungsional.

3.4.1 Fonem dan Alofon

Menurut Pendapat Verhaar (1985: 36) fonem adalah sesuatu yang

mempunyai fungsi untuk membedakan kata-kata dari kata yang lain. Pengertian

fonem yang dikemukakan oleh Verhaar ini juga berlaku untuk fonem-fonem

dalam Bahasa Arab. Bunyi-bunyi yang merupakan wujud lahiriah suatu fonem

disebut alofon-alofon, anggota fonem, atau varian fonem tersebut (Kentjono,

2005: 161). Contoh di atas, dalam bahasa Arab seperti ن /n/. Bunyi /n/ adalah

sebuah fonem. Bunyi-bunyi cabang dari /n/ tersebut dinamakan alofon. Alofon

bukanlah fonem, sehingga alofon tidak membedakan makna dan bersifat fonetis

(Ibrahim, 1982: 105). Hanya saja jika diucapkan tidak sesuai, maka akan

terdengar tidak harmoni. Apabila kita melakukan aktivitas pengucapan bunyi /n/

itu dengan bermacam-macam sesuai dengan lingkungannya atau tetangganya

seperti /n/ pada hukum bacaan Al-Quran yaitu iṡhar, idga:m, ikhfa, dan iqlab.

Fonem: /n/

Alofon: [n] [n] [n]

3.4.2 Jenis-jenis Fonem

Jenis fonem dalam Bahasa Arab dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu

fonem segmental dan fonem suprasegmental. Kelompok yang pertama dibedakan

atas fonem-fonem vokal dan konsonan, sedangkan kelompok yang kedua terdiri

dari panjang-pendek (kuantitas), tekanan (stress), jeda, dan nada.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengantar - lontar.ui.ac.id Contoh dalam Bahasa Indonesia yaitu bunyi [r] ... Bahasa Jepang, ... sehingga alofon yang dipilih ditentukan oleh lingkungan

37

Universitas Indonesia

3.4.2.1 Fonem Segmental

Fonem segmental yang dimaksudkan di sini ialah bunyi ujaran yang

dihasilkan oleh alat-alat bicara yang mempunyai fungsi membedakan makna yang

dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya seolah-olah menjadi segmen-segmen.

Fonem-fonem bahasa Arab ini penulis golongkan menjadi dua sistem, yaitu (1)

sistem vokal, (2) sistem konsonan. Dalam fonem segmental ini juga dijelaskan

mengenai fonetik artikulatoris vokal dan konsonan bahasa Arab yang tujuannya

hanya sebagai informasi dan pelengkap dalam analisis Qira:?atu al-sab’ati agar

perubahan bunyi dalam Qira:?atu al-sab’ati dapat diketahui letak artikulatorisnya

sehingga pembaca dapat lebih mudah mempelajarinya.

3.4.2.1.1 Sistem Vokal

Vokal ialah bunyi bahasa yang dihasilkan dengan getaran pita suara dan

diucapkan tanpa hambatan dalam mulut. Pada saat vokal dihasilkan glotis dalam

keadaan tertutup, tetapi tidak rapat sekali. Dengan demikian semua vokal adalah

bunyi bersuara. Vokal adalah satuan bunyi yang dihasilkan oleh alat bicara jika

aliran udara yang keluar dari paru-paru tidak mengalami hambatan (Rahyono,

2005: 40). Contoh dalam bahasa Arab yaitu أ /?/, ي /y/, و /w/. Bunyi vokal dapat

dikelompokkan berdasarkan posisi alat ucap (lidah dan bibir), dan bentuk rongga

mulut yang dibentuk oleh alat ucap (lidah dan bibir).

Ada beberapa cara untuk menggolong-golongkan bunyi-bunyi vokal:

pertama, menurut posisi lidah yang membentuk resonansi (resonance chamber);

kedua, menurut posisi tinggi rendahnya lidah. Tinggi rendahnya tergantung dari

dekat dan jauhnya dari lidah terhadap langit-langit (Verhaar, 1990: 20). Ada

klasifikasi lain lagi, tetapi hanya satu yang akan diuraikan yaitu vokal rangkap dua

(diftong). Jenis-jenis penggolongan tersebut yaitu,

1. Menurut posisi lidah yang membentuk ruang resonansi

a. Vokal depan/front vowels (األصوات األمامیة) /al aṢwa:tu al-

ama:miyatu/, yaitu vokal yang dihasilkan dengan menggerakkan

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengantar - lontar.ui.ac.id Contoh dalam Bahasa Indonesia yaitu bunyi [r] ... Bahasa Jepang, ... sehingga alofon yang dipilih ditentukan oleh lingkungan

38

Universitas Indonesia

bagian belakang lidah ke arah langit-langit sehingga terbentuklah suatu

rongga, yang menjadi ruang resonansi, antara bagian depan lidah dan

langit-langit (Verhaar, 1990: 20).

b. Vokal tengah/central vowels (األصوات المركزیة) /al-aṢwa:tu al-

markaziyatu/,yaitu vokal yang dihasilkan dengan menggerakkan

bagian depan dan belakang lidah kea rah langit-langit, sehingga

terbentuklah suatu rongga menjadi ruang resonansi di antara bagian

tengah lidah dan langit-langit.

c. Vokal belakang/back vowels (األصوات الخلفیة) /al-aṢwa:tu al-

khalfiyatu/, yaitu vokal yang dihasilkan dengan menggerakkan bagian

depan lidah ke arah langit-langit sehingga terbentuklah suatu rongga

sebagai resonansi antara bagian belakang lidah dan langit-langit.

2. Menurut posisi tinggi rendahnya lidah, vokal digolongkan menjadi vokal

tinggi (high vowels), vokal tengah (mid vowels), dan vokal rendah (low

vowels).

3. Menurut Bentuk Bibir yaitu vokal bulat, vokal tak bulat, vokal netral.

4. Menurut tingkat keterbukaan mulut

a.Vokal tertutup yaitu vokal tertutup tinggi dan vokal tertutup tengah.

b. Vokal terbuka yaitu vokal terbuka tinggi dan vokal terbuka rendah.

Di bawah ini adalah Bagan Vokal

Bagian lidah yang bergerak

Depan

أمامیة

/ama:miyah/

Tengah

مركزیة

/markaziyah/

Belakang

خلفیة

/khalfiyah/

Bentuk Bibir

Tinggi-rendah

Lidah

Tingkat

Keterbukaan

Mulut

Tak Bulat Netral Bulat

Tertutup i: u:Tinggi

مرتفعة

/murtafi’ah/

Terbuka i U

Tertutup aTengah

متوسطة Terbuka

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengantar - lontar.ui.ac.id Contoh dalam Bahasa Indonesia yaitu bunyi [r] ... Bahasa Jepang, ... sehingga alofon yang dipilih ditentukan oleh lingkungan

39

Universitas Indonesia

/mutawasiṢah/

TertutupRendah

منخفضة

/munkhafaṢah/

Terbuka a:

Tabel 3. Bagan vokal Bahasa Arab

Kemudian, ada klasifikasi lain lagi, tetapi hanya satu yang akan diuraikan

yaitu vokal rangkap dua (diftong). Diftong menurut Kridalaksana (1984: 40)

adalah bunyi bahasa yang pada waktu pengucapannya ditandai oleh perubahan

gerak lidah dan perubahan tamber satu kali, dan yang berfungsi sebagai inti dari

suku kata. Sebagai contoh dalam bahasa Indonesia yang dikutip oleh Verhaar

(1985: 22) sebagai berikut: /au/ dalam Bahasa Indonesia (kalau), atau /ai/ dalam

Bahasa Indonesia (balai); tetapi /a/ /u/ dalam kata (daun) atau /a/ /i/ dalam kata

(air) adalah contoh dari dua vokal tunggal saja, bukan diftong.

Berdasarkan uraian di atas dan setelah diteliti ternyata dalam Bahasa Arab

tidak terdapat diftong. Kalau pun ada, seperti yang diungkapkan Nasr (1967: 5)

bahwa ada dua macam diftong yaitu, أو /aw/yang merupakan gabungan /a/ dan /w/

seperti dalam kata موج /mawjun/ dan أي /ay/ yang merupakan gabungan /a/ dan /y/

dalam kata كیف /kayfa/; diftong ini hanya bersifat fonetis.

3.4.2.1.2 Sistem Konsonan

Konsonan ialah bunyi bahasa yang dihasilkan dengan menghambat aliran

pada salah satu tempat di saluran suara di atas glotis; bunyi bahasa yang dapat

berada pada tepi suku kata dan tidak sebagai inti suku kata (Kridalaksana, 1984:

106). Konsonan adalah satuan bunyi yang dihasilkan jika udara yang keluar dari

paru-paru mengalami hambatan (Rahyono, 2005: 40). Contoh konsonan dalam

bahasa Arab yaitu: ا /tak berlambang/, ,/b/ ب ت /t/, ث /Ṣ/, ج /j/, ح /Ṣ/, خ /kh/, د

/d/, د / ż /, ر /r/, ز /z/, س /s/, ش /sy/, ص /Ṣ/, ض /Ṣ/, ط /Ṣ/, ظ /Ṣ/, ع /’/, غ /g/, ف

/f/, ق /q/, ك /k/, ل /l/, م /m/, ن /n/,و /w/ه /h/,ي /y/ .

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengantar - lontar.ui.ac.id Contoh dalam Bahasa Indonesia yaitu bunyi [r] ... Bahasa Jepang, ... sehingga alofon yang dipilih ditentukan oleh lingkungan
Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengantar - lontar.ui.ac.id Contoh dalam Bahasa Indonesia yaitu bunyi [r] ... Bahasa Jepang, ... sehingga alofon yang dipilih ditentukan oleh lingkungan

41

Universitas Indonesia

Daerah artikulasi dapat dikelompokkan menjadi enam berdasarkan

artikulator pasif yang terlibat dalam proses artikulasi. Bersama dengan

artikulator aktif, tempat artikulasi ini berperan dalam menamakan bunyi-

bunyi yang dihasilkan. Daerah artikulasi tersebut (Rahyono, 1990: 39)

adalah sebagai berikut:

1. Labial, yaitu artikulasi yang dilakukan di bibir atas.

2. Dental, yaitu artikulasi yang dilakukan di gigi atas.

3. Alveolar, yaitu artikulasi yang dilakukan di gusi atas.

4. Palatal, yaitu artikulasi yang dilakukan di langit-langit keras.

5. Velar, yaitu artikulasi yang dilakukan di langit-langit lunak.

6. Glotal, yang tidak dihasilkan oleh artikulator, tetapi oleh penutupan

glotis secara total.

Dalam Bahasa Arab, daerah artikulator pasif (Ibrohim, 1982: 111-

123) yaitu:

1. Bilabial )شفتانیة ) /syafata:niyah/, yaitu artikulasi yang dilakukan oleh

kedua bibir.

2. Labio ( (شفھیة /syafahiyah/, yaitu artikulasi tyang dilakukan di bibir

bawah.

3. Dental اسنانبة ) ) /asna:niyah/, yaitu artikulasi yang dilakukan di gigi

atas.

4. Interdental, yaitu artikulasi yang dilakukan di antara gigi atas dan gigi

bawah.

5. Apico ( دلقیة) / żalqiyah/, yaitu artikulasi yang dilakukan di ujung lidah.

6. Alveolar لثویة) ) /laṢawiyah/ , yaitu artikulasi yang dilakukan di gusi

atas.

7. Palatal ( غاریة) /ga:riyah/, yaitu artikulasi yang dilakukan di langit-

langit keras.

8. Fronto palatals طرفیة غاریة ) ) /Ṣarfiyah ga:riyah/, yaitu artikulasi yang

dilakukan di depan langit-langit keras.

9. Centro palatals ( وسطیة غاریة ) /wasaṢiyah ga:riyah/, yaitu artikulasi

yang dilakukan di tengah langit-langit keras.

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengantar - lontar.ui.ac.id Contoh dalam Bahasa Indonesia yaitu bunyi [r] ... Bahasa Jepang, ... sehingga alofon yang dipilih ditentukan oleh lingkungan

42

Universitas Indonesia

10. Velar ( طبقیة) / Ṣabaqiyah/ , yaitu artikulasi yang dilakukan di langit-

langit lunak.

11. Dorso Velar ( قصة طبقیة ) /qiṡatu ṡabaqiyah/ dan dorso uvular قصة لھویة)

) /qiṡatu lahwiyah/ , yaitu artikulasi yang dilakukan di punggung

langit-langit lunak atau punggung lidah. Artikulasi ini menghasilkan

bunyi yang semi vokal (bunyi konsonan yang bisa berubah menjadi

bunyi vokal.

12. Rooto-pharingeals ( جدریة حلقیة ) /jiżariyatu halqiyah/, yaitu artikulasi

yang dilakukan di akar lidah.

13. Glotal ( حنجریة ) /Ṣanjariyah/, yang tidak dihasilkan oleh artikulator,

tetapi oleh penutupan glotis secara total.

Titik Artikulasi dalam bagan di atas yaitu bilabial, labio-dental,

inter-dental, apiko inter-dental, apiko-dental, apiko-alveolar, apiko-palatal,

dorso-velar, dorso-uvular, laringal (glotal/stops), dan faringal.

3.3.2 Fonem Suprasegmental

Fonem suprasegmental keberadaannya selalu menyertai serangkaian

fonem-fonem segmental pada waktu direalisasikan dalam suatu ujaran atau

kalimat. Dengan kata lain, fonem segmental dan fonem suprasegmental

mempunyai hubungan. Fonem suprasegmental dalam analisis ini terdiri dari

panjang-pendek (durasi), tekanan (stress), dan jeda. Teori fonem suprasegmental

tersebut digunakan untuk menganalisis perubahan bunyi dalam Qira:atu al-

sab’ati.

3.3.2.1 Panjang-pendek (durasi)

Panjang-pendek suatu bunyi bahasa menunjukkan lama waktu

dipertahankannya posisi alat ucap (Kentjono, 1984: 31). Suatu bunyi segmental

yang waktu diucapkan alat-alat dipertahankan cukup lama, pastilah disertai bunyi

suprasegmental dengan ciri prosodi yang panjang. Sebaliknya jika alat ucap dalam

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengantar - lontar.ui.ac.id Contoh dalam Bahasa Indonesia yaitu bunyi [r] ... Bahasa Jepang, ... sehingga alofon yang dipilih ditentukan oleh lingkungan

43

Universitas Indonesia

membentuk bunyi segmental itu tidak dipertahankan cukup lama hanya sebentar,

maka bunyi suprasegmental penyertanya ialah dengan ciri prosodi pendek

(Marsono, 1986: 115).

Menurut Raja T. Nasr, M.A., 1967:29-30, contoh pemanjangan dalam

bahasa Arab adalah sebagai berikut:

1. Dengan mempergunakan tanda panjang /…:/ :

باب /ba:bun/ ‘pintu’

2. Dengan mempergunakan tanda penggandaan (geminasi):

سید /sayyidun/ ‘tuan’

Kemudian dalam Qira:atu al-sab’ati, panjang pendek berkaitan dengan

mad. Sebagaimana kita ketahui bahwa panjang pendek dalam bahasa Arab dapat

membedakan makna. Apakah dalam Qira:atu al-sab’ati juga demikian karena

mad atau panjang pendek dalam Qira:atu al-sab’ati ada yang dibaca pendek

(qaṢr), sedang (tawassuṢ), dan panjang (Ṣul).

3.3.2.2 Tekanan

Tekanan adalah penguatan atau penekanan yang dalam secara relatif

(Ibrahim, 1982: 139). Contoh dalam bahasa Arab yaitu شا ء اهللا ما /ma: sya:?a llah/.

Ada penekanan pada konsonan ma. Usaha keras ini terjadi pada suku kata tertentu

untuk bisa lebih didengar dan lebih jelas dibandingkan dengan suku kata yang lain

yang tidak ada tekanan.

Apabila menyebabkan pentingnya perbedaan makna antara ujaran yang

satu dengan yang lain, maka disebut fonem. Bahasa-bahasa yang mempunyai

tekanan adalah bahasa yang menggunakan tekanan bersifat fungsional, yaitu

untuk membedakan antara satu ujaran dengan ujaran yang lain. Suku kata yang

bertekanan kelihatan lebih jelas dari suku kata yang tidak bertekanan. Tekanan ini

banyak terdapat dalam bacaan Qira:?atu al-sab’ati. Oleh karena itu, tekanan

tersebut akan dianalisis apakah sama dengan bahasa Arab pada umumnya bahwa

tekanan dapat membedakan makna. Tekanan dalam Qira:atu al-sab’ati adalah

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengantar - lontar.ui.ac.id Contoh dalam Bahasa Indonesia yaitu bunyi [r] ... Bahasa Jepang, ... sehingga alofon yang dipilih ditentukan oleh lingkungan

44

Universitas Indonesia

sakt (berhenti sebentar tanpa mengambil nafas, tetapi menekan pada salah satu

konsonan).

3.3.2.3 Jeda

Jeda adalah hentian dalam ujaran yang sering terjadi di dalam unsur yang

mempunyai isi informasi yang tinggi atau kemungkinan yang rendah

(Kridalaksana, 1984: 80). Jeda dalam Bahasa Arab dapat memperjelas dan

membedakan makna. Dalam Qira:?atu al-sab’ati terdapat banyak jeda yang

disebut dengan waqf. Hal ini akan diteliti apakah membedakan makna atau tidak.

3.5 Pasangan Minimal

Untuk memperlihatkan atau membuktikan bahwa dua bunyi tertentu,

terutama yang berkemiripan fonetis, merupakan dua fonem yang berbeda-dengan

kata lain perbedaan di antara keduanya bersifat funsional- dapat dipakai cara

memperbandingkan contoh-contoh ujaran dengan perbedaan minimal dalam

bunyi. Dua ujaran yang berbeda maknanya dan berbeda minimal dalam bunyinya

seperti itu disebut pasangan minimal (Kentjono, 2005: 163). Dengan

memperbandingkan kata karung dan kalung, misalnya, dapat diperlihatkan bahwa

kedua contoh itu hanya dibedakan oleh [r] dan [l]. Artinya perbedaan kedua bunyi

tersebut adalah perbedaan yang penting bagi pemakai bahasa Indonesia. Dengan

kata lain, perbedaan [r] dan [l] bersifat fonemis; kedua bunyi itu merupakan

realisasi dua fonem yang berbeda, yakni /r/ dan /l/.

Kemudian dalam bahasa Arab, pasangan minimal terjadi dalam dua kata

yang lingkungannya sama (Ibrahim. Dalam hal ini, yang berbeda hanya satu

fonem konsonan saja atau satu fonem vokal saja. Contoh pasangan minimal

dalam bahasa Arab untuk fonem konsonan yaitu /أ/ dan ./ع/ Sedangkan untuk

fonem vokal seperti /a/ dan /a:/ dalam kata /ażanu:n/ ‘panggilan’ dengan

/a:żanu:n/ ‘telinga-telinga’. Kedua fonem tersebut bersifat fonemis karena

membedakan makna.

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengantar - lontar.ui.ac.id Contoh dalam Bahasa Indonesia yaitu bunyi [r] ... Bahasa Jepang, ... sehingga alofon yang dipilih ditentukan oleh lingkungan

45

Universitas Indonesia

Pasangan minimal ini akan diteliti dalam Qira:?atu al-sab’ati dengan cara

menganalisis apakah kedua fonem yang berbeda terdapat pasangan minimal yang

membedakan makna atau tidak.

3.6 Asimilasi dan Disasimilasi

Asimilasi adalah proses perubahan bunyi yang mengakibatkannya mirip

atau sama dengan bunyi lain di dekatnya (Kridalaksana, 1984: 17). Menurut

Verhaar (1985:33) yang dimaksud dengan asimilasi ialah saling pengaruh yang

terjadi antara bunyi yang berdampingan (bunyi kontigu) atau antara yang

berdekatan tetapi dengan bunyi lain diantaranya dalam ujaran (bunyi diskret).

Asimilasi dibagi menjadi dua yaitu asimilasi fonetis dan asimilasi fonemis.

Asimilasi fonetis adalah penyesuaian bunyi dengan bunyi lain, tetapi dengan

mempertahankan fonem yang sama (Verhaar, 1990: 41). Contohnya durasi pada

bacaan Al-Quran seperti mad jaiz munfaṢil yaitu mad yang terjadi karena ada alif

bertemu dengan hamzah di lain kalimah. Dalam hal ini, hamzah sebagai bunyi

kedua mempengaruhi bunyi alif sebagai bunyi pertama sehingga bunyi alif

menjadi dua setengah alif atau lima harakat. Hal ini tidak menyebabkan perbedaan

fonem karena fonem dalam Bahasa Arab hanya enam vokal saja. Salah satunya

adalah a durasi yang dibaca dua harakat. Adapun yang dibaca lebih dari dua

harakat hanyalah variasi bunyi saja. Oleh karena hal ini tidak merubah salah huruf

atau fonem tersebut, tetapi menyebabkan bunyinya berubah sehingga disebut

asimilasi fonetis.

Asimilasi fonemis adalah peristiwa pengaruh-mempengaruhi bunyi yang

menyebabkan suatu fonem berubah menjadi fonem lain. Asimilasi fonemis adalah

penyesuaian fonem yang satu dengan fonem yang lain (Verhaar, 1990: 41).

Berikut ini akan diuraikan mengenai asimilasi fonemis, yaitu

1. Penyesuaian konsonan /L/ dari artikel أل /?al-/ dengan konsonan

syamsiah (bunyi-bunyi dental dan palatal) yang mengikutinya dan

membentuk geminasi (penggandaan).

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengantar - lontar.ui.ac.id Contoh dalam Bahasa Indonesia yaitu bunyi [r] ... Bahasa Jepang, ... sehingga alofon yang dipilih ditentukan oleh lingkungan

46

Universitas Indonesia

Contoh:

تین+ أل / menjadi [ألتین]

/?al- + ti:n/ menjadi [?atti:n]

2. Penyesuaian konsonan /N/ dengan bunyi [m, l, r, y, w] yang

mengikutinya akan membentuk geminasi. Sedangkan penyesuaian

konsonan /N/ dengan [b, k] akan berubah menjadi [m, n]. Penyesuaian

ini akan menimbulkan asimilasi regresif yaitu perubahan bunyi karena

bunyi yang kedua mempengaruhi bunyi pertama. Secara ringkas dapat

dirumuskan sebagai berikut,

/N/ + [m] menjadi /b/

[m] /m/

[n] /k/

[l] /l/

[r] /n/

[w] /w/

[y] /y/

3. Penyesuaian konsonan /d/ dengan bunyi [t] yang mengikutinya sehingga

pertemuan keduanya membentuk geminasi bunyi [d]. Penyesuaian ini

disebut juga asimilasi progresif yaitu perubahan bunyi yang disebabkan

oleh bunyi pertama mempengaruhi bunyi kedua. Hal ini dapat

dirumuskan sebagai berikut:

/d/ --- [t] / - /d/

Contoh: ادتكر/ / menjadi ادكر/ /

/idtakara/ menjadi /iddakara/

Kemudian, selain asimilasi, juga terdapat disasimilasi. Disasimilasi adalah

proses perubahan bunyi yang tidak mengalami asimilasi. Disasimilasi terjadi pada

kata yang bertasydid/bergeminasi dan pada kata yang ada dalam kata yang mirip

bunyi-bunyinya. Contoh: ada 3 konsonan س seperti

دسس) ) sin kedua bertasydid/bergeminsi menjadi /dassasa/.

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengantar - lontar.ui.ac.id Contoh dalam Bahasa Indonesia yaitu bunyi [r] ... Bahasa Jepang, ... sehingga alofon yang dipilih ditentukan oleh lingkungan

47

Universitas Indonesia

(دسسس) sin kedua tidak bertasydid/bergeminasi tetapi ditulis konsonannya dan

sukun menjadi /dassasa/.

Atau ada perbedaan konsonan seperti

تسرر) ) /tasarrara/ dengan تسرى) ) /tasarra/, keduanya tidak membedakan makna,

hanya penyebutannya saja yang berbeda dengan maksud untuk mempermudah

pengucapan.

Asimilasi dalam Bahasa Arab dapat membedakan makna dan tidak.

Asimilasi dalam Qira:atu al-sab’ati disebut idga:m (masuk) karena terjadi

perubahan yang dipengaruhi oleh bunyi pertama atau kedua. Asimilasi dalam

Qira:atu al-sab’ati akan diteliti apakah membedakan makna atau tidak.