of 30 /30
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lalu Lintas Lalu lintas adalah suatu sistem yang terdiri dari komponen komponen. Komponen utama yang pertama atau suatu sistem head way (waktu antara dua kendaraan yang berurutan ketika melalui sebuah titik pada suatu jalan) meliputi semua jenis prasarana infrastruktur dan sarana dari semua jenis angkutan yang ada, yaitu : jaringan jalan, pelengkap jalan, fasilitas jalan, angkutan umum dan pribadi, dan jenis kendaraan lain yang menyelenggarakan proses pengangkutan, yaitu memindahkan orang atau bahan dari suatu tempat ketempat yang lain yang dibatasi jarak tertentu (Sumarsono, 1996 ). Menurut Undang Undang No. 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas, didefinisikan gerak kendaraan dan orang di ruang lalu lintas jalan. Ruang lalu lintas jalan adalah prasarana yang diperuntukan bagi gerak pindah kendaraan, orang, dan atau barang yang berupa jalan dan fasilitas penumpang. 2.2. Kemacetan Lalu Lintas Situasi atau keadaan tersendatnya atau bahkan terhentinya lalu lintas yang disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan melebihi kapasitas jalan. Kemacetan banyak terjadi di kota-kota besar, terutamanya yang tidak mempunyai transportasi publik yang memadai ataupun juga tidak seimbangnya kebutuhan jalan dengan kepadatan penduduk. Kemacetan lalu lintas terjadi bila ditinjau dari tingkat pelayanan jalan yaitu pada kondisi lalu lintas mulai tidak stabil, kecepatan operasi menurun relatif cepat akibat hambatan yang timbul dan kebebasan bergerak relatif kecil. Pada kondisi ini volume-kapasitas lebih besar , jika tingkat pelayanan sudah mencapai maksimal aliran lalu lintas menjadi tidak stabil sehingga terjadilah tundaan berat yang disebut dengan kemacetan lalu lintas.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lalu Lintasrepository.stimart-amni.ac.id/534/2/BAB II.pdf · Beberapa karakteristik lalu lintas:() 2.9.1 Arus Lalu Lintas Jumlah kendaraan

  • Author
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Text of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lalu Lintasrepository.stimart-amni.ac.id/534/2/BAB...

  • 6

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Pengertian Lalu Lintas

    Lalu lintas adalah suatu sistem yang terdiri dari komponen –

    komponen. Komponen utama yang pertama atau suatu sistem head way

    (waktu antara dua kendaraan yang berurutan ketika melalui sebuah titik

    pada suatu jalan) meliputi semua jenis prasarana infrastruktur dan sarana

    dari semua jenis angkutan yang ada, yaitu : jaringan jalan, pelengkap jalan,

    fasilitas jalan, angkutan umum dan pribadi, dan jenis kendaraan lain yang

    menyelenggarakan proses pengangkutan, yaitu memindahkan orang atau

    bahan dari suatu tempat ketempat yang lain yang dibatasi jarak tertentu

    (Sumarsono, 1996 ). Menurut Undang – Undang No. 22 Tahun 2009 tentang

    lalu lintas, didefinisikan gerak kendaraan dan orang di ruang lalu lintas

    jalan. Ruang lalu lintas jalan adalah prasarana yang diperuntukan bagi gerak

    pindah kendaraan, orang, dan atau barang yang berupa jalan dan fasilitas

    penumpang.

    2.2. Kemacetan Lalu Lintas

    Situasi atau keadaan tersendatnya atau bahkan terhentinya lalu

    lintas yang disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan melebihi

    kapasitas jalan. Kemacetan banyak terjadi di kota-kota besar, terutamanya

    yang tidak mempunyai transportasi publik yang memadai ataupun juga

    tidak seimbangnya kebutuhan jalan dengan kepadatan penduduk.

    Kemacetan lalu lintas terjadi bila ditinjau dari tingkat pelayanan

    jalan yaitu pada kondisi lalu lintas mulai tidak stabil, kecepatan operasi

    menurun relatif cepat akibat hambatan yang timbul dan kebebasan

    bergerak relatif kecil. Pada kondisi ini volume-kapasitas lebih besar , jika

    tingkat pelayanan sudah mencapai maksimal aliran lalu lintas menjadi

    tidak stabil sehingga terjadilah tundaan berat yang disebut dengan

    kemacetan lalu lintas.

    http://id.wikipedia.org/wiki/Kotahttp://id.wikipedia.org/wiki/Transportasi_publik

  • 7

    Untuk ruas jalan perkotaan, apabila perbandingan volume per

    kapasitas menunjukkan angka diatas 0,80 sudah dikategorikan tidak ideal

    lagi yang secara fisik dilapangan dijumpai dalam bentuk permasalahan

    kemacetan lalu lintas (Tamin, 2000). Jadi kemacetan adalah turunnya

    tingkat kelancaran arus lalulintas pada jalan yang ada, dan sangat

    mempengaruhi para pelaku perjalanan, baik yang menggunakan angkutan

    umum maupun angkutan pribadi. Hal ini berdampak pada ketidak

    nyamanan serta menambah waktu perjalanan bagi pelaku pengguna jalan.

    Kemacetan mulai terjadi jika arus lalu lintas mendekati besaran kapasitas

    jalan. Kemacetan semakin meningkat apabila arus begitu besarnya

    sehingga kendaraan sangat berdekatan satu sama lain. Kemacetan total

    terjadi apabila kendaraan harus berhenti atau bergerak sangat lambat.

    Adapun beberapa faktor penyebab kemacetan yang di antara lain

    disebabkan oleh pengguna jalan, jenis kendaraan, jalan raya itu sendiri,

    dan beberapa faktor lain. Pengguna jalan dianggap sebagai salah satu

    penyebab terjadinya kemacetan karena sifat pengguna jalan yang berbeda-

    beda. Baik umur, jenis kelamin, dan lain sebagainya. Contohnya para

    pemuda remaja kadang-kadang lebih suka berkendara dengan kecepatan

    tinggi, kurang berpengalaman dalam mengemudi, tidak mau mematuhi

    rambu-rambu lalu lintas, dan pelanggaran lainnya yang dapat memicu

    gangguan pada pengguna jalan lainnya.

    Jenis kendaraan yang terdapat di Indonesia saat ini beragam

    jenisnya. Hal ini disebabkan oleh perkembangan ekonomi yang

    memudahkan masyarakat dapat memiliki kendaraan dengan biaya yang

    relatif kecil. Selain itu pertambahan penduduk yang semakin pesat juga

    menambah kepadatan lalu lintas, dan jalan raya sebagai faktor penyebab

    kemacetan apabila jalan tersebut tidak memenuhi karakteristis jalan yang

    seharusnya.( www.ilmusipil.com)

    http://www.ilmusipil.com/

  • 8

    2.3. Transportasi

    Menurut Budi D.Sinulingga (1999) transportasi adalah memindahkan

    atau mengangkut barang atau penumpang dari suatu tempat ke tempat lain.

    Transportasi dikatakan baik, apabila perjalanan cukup cepat, tidak mengalami

    kemacetan, frekuensi pelayanan cukup, aman, bebas dari kemungkinan

    kecelakaan dan kondisi pelayanan yang nyaman. Untuk mencapai kondisi

    yang ideal seperti, sangat ditentukan oleh berbagai faktor yang menjadi

    komponen transportasi ini, yaitu kondisi prasarana (jalan), sistem jaringan

    jalan, kondisi sarana (kendaraan) dan sikap mental pemakai fasilitas

    transportasi tersebut.

    2.4. Teknik Perlalu-lintasan ( Traffic Engineering)

    Suatu transportasi dikatakan baik, apabila waktu perjalanan cukup

    cepat, tidak mengalami kemacetan, frekuensi pelayanan cukup, aman

    bebas dari kemungkinan kecelakaan dan kondisi pelayanan yang nyaman.

    Untuk mencapai kondisi yang ideal seperti itu sangat ditentukan oleh

    berbagai faktor yang menjadi komponen transportasi, yaitu kondisi

    prasarana (jalan) serta sistem jaringannya dan kondisi sarana (kendaraan),

    serta yang tak kalah pentingnya ialah sikap mental pemakai fasilitas

    transportasi tersebut. Untuk mengetahui tentang transportasi kota dalam

    aspek perencanaan dan pelaksanaannya, maka penting sekali untuk

    memahami aspek teknik perlalu lintasan (Traffic Enginering), teknik lalu

    lintas angkutan darat meliputi: karakteristik volume lalu lintas, kapasitas

    jalan, satuan mobil penumpang, asal dan tujuan lalu lintas, dan

    pembangkit lalu lintas ( Budi D.Sinulingga, 1999)

    2.5. Volume Lalu lintas

    Volume adalah jumlah kendaraan yang melewati suatu titik tertentu

    dalam suatu ruas jalan tertentu dalam satu satuan waktu tertentu, biasa

    dinyatakan dalam satuan kend/jam. Volume merupakan sebuah perubah

    (variabel) yang paling penting pada teknik lalu lintas dan pada dasarnya

    merupakan proses perhitungan yang berhubungan dengan jumlah gerakan per

  • 9

    satuan waktu pada lokasi tertentu. Jumlah pergerakan yang dihitung dapat

    meliputi hanya tiap macam moda lalu lintas saja, seperti pengguna jalan,

    mobil, bis, atau mobil barang, atau kelompok–kelompok campuran moda.

    Periode – periode waktu yang dipilih tergantung pada tujuan studi dan

    konsekuensinya, tingkatan ketepatan yang di syaratkan akan menentukan

    frekuensi, lama, dan pembagian arus tertentu (Erik A Purba, 2011).

    2.6. Tundaan

    Tundaan adalah waktu yang hilang akibat adanya gangguan lalu-

    lintas yang berada diluar kemampuan pengemudi untuk mengontrolnya.

    Tundaan terbagi atas dua jenis, yaitu tundaan tetap (fixed delay) dan

    tundaaan operasional (operational delay) ( Pignatoro, 1973).

    a. Tundaan tetap (fixed delay).

    Tundaan tetap adalah tundaan yang disebabkan oleh peralatan

    control lalu lintas dan terutama terjadi pada persimpangan.

    Penyebabnya adalah lampu lalu lintas, rambu-rambu berhenti,

    simpang prioritas (berhenti dan berjalan), penyeberangan jalan

    sebidang dan persimpangan rel kereta api.

    b. Tundaan operasional (operational delay)

    Tundaan operasional adalah tundaan yang disebabkan oleh

    adaanya gangguan di antara unsure-unsur lalu-lintas sendiri.

    Tundaan ini berkaitan dengan pengaruh dari lalu-lintas

    (kendaraan) lainnya. Tundaan operasional itu sendiri terbagi

    atas dua jenis, yaitu:

    1. Tundaan akibat gangguan samping (side friction),

    disebabkan oleh pergerakan lalu-lintas lainnya, yang

    mengganggu aliran lalu-lintas, seperti kendaraan

    parkiran, pejalan kaki, kendaraan yang berjalan

  • 10

    lambat, dan kendaraan keluar masuk halaman karena

    suatu kegiatan.

    2. Tundaan akibat gangguan di dalam aliran lalu-

    lintas itu sendiri (internal friction), seperti volume

    lalu-lintas yang besar dan kendaraan yang menyalip.

    Dan apabila ditinjau dari tingkat pelayanan jalan

    (LOS), tundaan mulai terjadi pada saat LOS < C.LOS

    < C artinya adalah saat kondisi arus lalu lintas mulai

    tidak stabil, kecepatan operasional menurun relatif

    cepat akibat hambatan yang timbul dan kebebasan

    bergerak yang relatif kecil.

    2.7. Faktor Penyebab Kemacetan lalu lintas

    Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kemacetan lalu lintas

    antara lain : (www.blogdetik.com).

    2.7.1 Fator jalan raya ( ruang lalu lintas jalan)

    Faktor jalan raya adalah faktor-faktor yang berasal dari kondisi

    jalan raya itu sendiri. Buruknya kondisi ruang lalu lintas jalan serta

    sempit /terbatasnya ruang/lahan jalan akan menghambat pergerakan

    pengguna jalan.

    Penyebab buruknya kondisi ruang jalan raya antara lain: adanya

    kerusakan sebagian atau seluruh ruas jalan, pemanfaatan ruang jalan

    untuk urusan yang bukan semestinya atau pemanfaatan yang keliru,

    misal: jalan digunakan untuk praktek pasar. Terbatasnya lahan jalan

    dapat diartikan daya tampung (kapasitas) yang rendah dari ruang

    lalu lintas jalan, disebabkan jumlah kendaraan yang

    melintas/beredar melebihi daya tampung ruang jalan dan

    pemanfaatan yang keliru dari ruang lalu lintas jalan.

    http://www.blogdetik.com/

  • 11

    2.7.2 Faktor Kendaraan

    Faktor kendaraan adalah faktor-faktor yang berasal dari kondisi

    kendaraan yang melintasi di jalan raya. Berbagai hal yang

    menyangkut kondisi kendaraan bisa berupa: jenis, ukuran,

    kuantitas (jumlah) dan kualitas kendaraan yang melintas di jalan

    raya. Misal: jumlah kendaraan yang beroperasi/melintas melebihi

    daya tampung jalan raya, beroperasinya jenis dan ukuran

    kendaraan tertentu yang berpotensi macetnya arus lalu lintas.

    2.7.3 Faktor Manusia ( pengguna jalan)

    Faktor manusia adalah faktor-faktor yang berasal dari manusia

    selaku pemakai jalan. Berbagai hal menyangkut manusia antara

    lain: sikap, perilaku dan kebiasaan yang kurang tepat ketika

    menggunakan jalan raya menyebabkan kemacetan lalu lintas dan

    membahayakan pihak lain, misal: sikap dan perilaku

    mementingkan diri sendiri, tidak mau mengalah, congkak, arogan,

    menganggap bahwa melanggar aturan berlalu lintas adalah hal

    biasa serta tidak mengetahui atau tidak mau peduli bahwa gerakan

    (manuver) nya mengganggu bahkan membahayakan keselamatan

    pengguna jalan lain, yang berprinsip bahwa kecerobohannya bukan

    merupakan tanggung jawabnya melainkan menjadi tanggung jawab

    pihak lain.

    2.7.4 Faktor lain

    Banyak faktor lain selain ketiga faktor (komponen) di atas yang

    dapat menyebabkan kemacetan lalu lintas, misalnya: penerapan

    yang keliru terhadap kebijakan dan Undang-Undang Lalu Lintas

    angkutan jalan, keberadaan mall (pintu mall) di tepi jalan raya

    sehingga keluar masuk kendaraan, orang dan angkutan umum yang

    ngetem akanmengganggu kelancaran lalulintas, kurangnya jumlah

  • 12

    petugas pengatur lalu lintas, demonstrasi, kerusuhan, dan cuaca

    (hujan deras dan banjir).

    2.8. Perilaku Dalam Berkendaraan

    Masalah lalu lintas dapat disebabkan oleh berbagai faktor dan yang

    terpenting adalah faktor manusia sebagai pemakai jalan, baik sebagai

    pengemudi maupun dan pemakai jalan pada umumnya. Sedangkan

    disiplin dan kesadaran hukum masyarakat pemakai jalan masih belum

    dapat dikatakan baik, belum memiliki kepatuhan, ketaatan untuk

    mengikuti perundang - undangan/hukum yang berlaku. Tingkat kesadaran

    hukum masyarakat pemakai jalan dapat diukur dari kemampuan dan daya

    serap tiap individu dan bagaimana penerapannya di jalan raya (Naning,

    1982 : 12).

    Pengendara disebut juga sebagai pengemudi. Pengemudi yaitu

    orang yang mengemudikan kendaraan baik kendaraan bermotor atau orang

    yang secara langsung mengawasi calon pengemudi yang sedang belajar

    mengemudikan kendaraan bermotor ataupun kendaraan tidak bermotor

    seperti pengemudi becak sebagai tukang becak. Pengemudi mobil disebut

    juga dengan sopir, sedangkan pengemudi sepeda motor disebut juga

    sebagai pengendara.

    Pengemudi adalah orang yang mengemudikan kendaraan bermotor

    atau orang yang secara langsung mengawai calon pengemudi yang sedang

    belajar mengemudikan kendaraan bermotor.(PP No.43 Tahun 1993)

    2.8.1 Etika dalam Berkendaraan

    Etika adalah sebuah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai

    dan norma moral yang menentukan perilaku manusia dalam hidupnya.

    Sebagai cabang filsafat, etika sangat menekankan pendekatan yang kritis

    dalam melihat nilai dan norma moral tersebut serta permasalahan-

    permasalahan yang timbul dalam kaitan dengan nilai dan norma moral itu.

    Etika adalah sebuah refleksi kritis dan rasional mengenai nilai dan norma

  • 13

    moral yang menentukan dan terwujud dalam sikap dan pola perilaku hidup

    manusia, baik secara pribadi maupun sebagai kelompok (Salam, 2007 : 1).

    Tujuan dan fungsi dari etika sosial pada dasarnya adalah untuk menggugah

    kesadaran kita akan tanggung jawab kita sebagai manusia dalam

    kehidupan bersama dalam segala dimensinya. Etika sosial mau mengajak

    kita untuk tidak hanya melihat segala sesuatu dan bertindak dalam

    kerangka kepentingan kita saja, melainkan juga mempedulikan

    kepentingan bersama yaitu kesejahteraan dan kebahagiaan bersama.

    2.8.2 Kendaraan Bermotor

    Kendaraan bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh

    peralatan teknik untuk pergerakannya, dan digunakan untuk transportasi

    darat. Berdasarkan Undang-undang No. 14 tahun 1992 yang dimaksud

    dengan peralatan teknik dapat berupa motor atau peralatan lainnya yang

    berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi

    tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan. Kendaraan bermotor

    termasuk juga kereta gandengan atau kereta tempelan yang dirangkaikan

    dengan kendaraan bermotor sebagai penariknya. Pada umumnya

    kendaraan bermotor menggunakan mesin pembakaran dalam,namun mesin

    listrik dan mesin lainnya juga dapat digunakan. Kendaraan bermotor

    memiliki roda, dan biasanya berjalan diatas jalanan.

    2.9 Karakteristik Lalu Lintas

    Secara etimologis, istilah karakteristik diambil dari bahasa Inggris

    yakni characteristic, yang artinya mengandung sifat khas. Ia

    mengungkapkan sifat-sifat yang khas dari sesuatu. Sebagaimana yang

    telah dikemukakan oleh Chaplin, dapat disimpulkan bahwa karakteristik

    itu adalah suatu sifat yang khas, yang melekat pada seseorang atau suatu

    objek. Karakteristik lalu lintas merupakan interaksi antara pengemudi,

    kendaraan, dan jalan. Tidak ada arus lalu lintas yang sama bahkan pada

    kendaraan yang serupa, sehingga arus pada suatu ruas jalan tertentu selalu

    bervariasi. Walaupun demikian diperlukan parameter yang dapat

  • 14

    menunjukkan kinerja ruas jalan atau yang akandipakai untuk desain.

    Parameter tersebut antara lain V/C Ratio, waktu tempuh ratarata

    kendaraan, kecepatan rata-rata kendaraan, dan angka kepadatan lalu-lintas.

    Hal ini sangat penting untuk dapat merancang dan mengoperasikan sistem

    transportasi dengan tingkat efisiensi dan keselamatan yang paling baik.

    (http://metro-urban.blogspot.com).

    Beberapa karakteristik lalu lintas:(www.wikibuku.com)

    2.9.1 Arus Lalu Lintas

    Jumlah kendaraan yang melewati suatu titik pada jalan persatuan

    waktu atau suatu kajian tentang gerakan pengemudi dan kendaraan

    antara dua titik dan interaksi mereka membuat satu sama lain.

    Pergerakan individu pengendara dan kendaraan yang melakukan

    interaksi antara satu dengan lainnya pada ruas jalan dan lain. Arus

    lalu lintas mempunyai istilah khusus yaitu :

    a. ADT (Average Daily Traffic) atau dikenal juga sebagai LHR

    (lalu lintas harian rata-rata), yaitu volume lalu lintas rata-rata

    harian berdasarkan pengumpulan data selama x hari dengan

    ketentuan 1< x < 365 hari.

    b. AADT (Average Annual Daily Traffic) atau dikenal juga

    sebagai LHRT (lalu lintas harian tahunan), yaitu total volume

    rata-rata harian (seperti ADT), akan tetapi pengumpulan

    datanya harus > 365 hari (x >365 hari).

    c. AAWT (Average Annual Weekly Traffic), yaitu volume rata-

    rata harian selama hari kerja berdasarkan pengumpulan data >

    365 hari, sehingga AAWT dapat dihtung sebagai jumlah

    volume pengamatan selama hari kerja dibagi dengan jumlah

    hari kerja selama pengumpulan data.

    d. Maximum Annual Hourly Volume, yaitu volume tiap jam yang

    terbesar untuk suatu tahun tertentu.

    e. 30 HV (30th highest annual hourly volume) atau disebut juga

    sebagai DHV (design hourly volume), yaitu volume lalu lintas

    http://metro-urban.blogspot.com/http://www.wikibuku.com/

  • 15

    tiap jam yang dipakai sebagai volume desain. Dalam setahun

    besarnya volume ini dilampaui oleh 29 data.

    f. Flow Rate adalah volume yang diperoleh dari pengamatan

    yang lebih kecil dari 1 jam, akan tetapi kemudian

    dikonversikan menjadi volume 1 jam secara linier.

    2.9.2 Kepadatan lalu lintas

    Jumlah kendaraan persatuan panjang jalan dengan beberapa unit

    kendaraan perkilometer atau kondisi lalu lintas yang didefinisikan

    sebagai jumlah kendaraan yang menempati suatu ruas jalan tertentu

    atau lajur yang biasanya dinyatakan dalam satuan kendaraan

    perkilometer. Kepadatan menunjukkan kemudahan bagi kendaraan

    untuk bergerak, seperti pindah lajur dan memilih kecepatan yang

    diinginkan.( Widyawati, 2011)

    Faktor-faktor yang diakibatkan kepadatan lalu lintas :

    1. Banyak pengguna jalan yang tidak tertib.

    Pengguna jalan banyak yang tidak tertib sehingga

    mengganggu kelancaran lalu lintas yang menyebabkan

    kemacetan lalu lintas.

    2. Pemakai jalan melawan arus.

    Adanya sistem satu arah pada jalan diharapkan mengurangi

    kemacetan lalu lintas oleh karena tidak adanya kendaraan

    yang bersimpangan. Kenyataannya, ada pemakai jalan yang

    melawan arus sehingga berlawanan dengan arus jalan pada

    lajur pada lajur tersebut yang mengganggu kelancaran lalu

    lintas.

    3. Kurangnya petugas lalu lintas yang mengawasi/mengatur.

    Kurangnya jumlah petugas lalu lintas dalam

    mengatasi/mengatur jalannya lalu lintas terutama di jalan-

    jalan yang rawan macet.

  • 16

    4. Persimpangan jalan tidak dikendalikan dengan lampu lalu

    lintas/traffic light.

    Persimpangan yang sering menimbulkan kemacetan

    seharusnya diatur dengan lampu lalu lintas/traffic light

    dengan durasi waktu yang telah disesuaikan sehingga tidak

    akan menimbulkan kemacetan lalu lintas.

    5. Terjadi konflik antara kendaraan arah lurus dengan

    kendaraan arah belok.

    Konflik antara kendaraan arah lurus dengan kendaraan arah

    belok sering terjadi di tikungan jalan lantaran para

    pengguna jalan tidak ada yang mau mengalah sehingga

    menimbulkan kemacetan lalu lintas.

    6. Adanya mobil yang parkir di badan jalan.

    Kemacetan lalu lintas dan parkir merupakan problem

    krusial yang tidak tertuntaskan karena mobil diparkir di

    badan jalan sehingga mengakibatkan penyempitan badan

    jalan sehingga pergerakan lalu lintas kendaraan yang

    melewati jalan tersebut menjadi terganggu akibat

    menyempitnya jalan. Kendaraan yang lewat terpaksa

    berjalan lambat, malah tidak bisa bergerak.

    7. Rambu-rambu lalu lintas kurang jelas dan banyak yang

    hilang.

    Rambu-rambu lalu lintas sebagai pengatur lalu lintas

    kurang jelas dan banyak yang hilang sehingga

    mengakibatkan kemacetan lalu lintas, untuk itu perlu

    dipasang kembali rambu-rambu lalu lintas yang telah hilang

    tersebut dan memperbaiki rambu-rambu lalu lintas yang

    kurang jelas.

    8. Rambu-rambu lalu lintas banyak yang hilang.

    Rambu-rambu lalu lintas yang dipasang di jalan-jalan

    sebaiknya dipelihara dan apabila ada yang tidak jelas/kabur

  • 17

    karena catnya mengelupas atau hilang rambu-rambu lalu

    lintas tersebut segera diganti demi kelancaran lalu lintas

    jalan.

    2.10. Jalan

    Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala

    bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap, dan perlengkapannya yang

    diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada permukaan tanah, diatas

    permukaan tanah,dibawah permukaan tanah dan atau air, serta diatas

    permukaan air, kecuali jalan kereta api dan jalan kabel (UU No. 38 tahun

    2004 tentang Jalan). Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi

    lalulintas umum, jalan khusus adalah jalan yang dibangun oleh

    instansi,badan usaha, perseorangan, atau kelompok masyarakat untuk

    kepentingan sendiri. Bagian-bagian jalan meliputi ruang manfaat jalan,

    ruang milik jalan, dan ruang pengawasan jalan :

    a) Ruang manfaat jalan meliputi badan jalan, saluran tepi jalan,

    dan ambang pengamannya.

    b) Ruang milik jalan meliputi ruang manfaat jalan dan sejalur

    tanah tertentu diluar ruang manfaat jalan.

    c) Ruang pengawasan jalan merupakan ruang tertentu diluar

    ruang milik jalan yang ada dibawah pengawasan

    penyelenggara jalan.

    Sifat – sifat jalan juga berpengaruh dan dapat menjadi penyebab terjadinya

    kemacetan lalu lintas. Sartono (1993) menyatakan, ada beberapa hal dari

    bagian jalan yang dapat menyebabkan terjadinya kemacetan, seperti :

    a. Kerusakan pada permukaan jalan (misalnya, terdapat lubang

    besar,bergelombang).

    b. Konstruksi jalan yang rusak / tidak sempurna (misalnya letak bahu

    jalan terlalu rendah bila dibandingkan dengan permukaan jalan,

    lebar perkerasan dan bahu jalan terlalu sempit untuk berpapasan)..

  • 18

    Sedangkan menurut Polwiltabes Semarang, sebab terjadinya kemacetan lalu

    lintas yang diakibatkan oleh faktor jalan dapat dijelaskan sebagai berikut :

    a. Jalur jalan yang menyempit

    b. Teknis pengendalian lantas yang kurang tepat (rambu, traffic

    light, dan lain - lain)

    c. Jalan bergelombang

    d. Jalan berlubang

    2.11. Klasifikasi Jalan menurut Fungsi/Peranan (Berdasarkan Peraturan

    Pemerintah Republik Indonesia No. 34 tahun 2006 tentang Jalan)

    a. Jalan Arteri

    Jalan Arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan

    utama dengan ciri perjalanannya jarak jauh, dengan kecepatan rata-rata

    tinggi, dan jumlah jalan masuk ke jalan ini sangat dibatasi secara berdaya

    guna.

    b. Jalan Kolektor

    Jalan Kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan

    dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan

    jumlah jalan masuk dibatasi.

    c. Jalan Lokal

    Jalan Lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan

    setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak pendek, kecepatan rata-rata

    rendah, dan jalan masuk tidak dibatasi.

    d. Jalan Lingkungan.

    Jalan Lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani

    angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak pendek, kecepatan rata

    - rata rendah, dan jalan masuk dibatasi.

    2.12 Sistem Jaringan Jalan

    Sistem jaringan jalan merupakan satu kesatuan jaringan jalan yang

    terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder

    yang terjalin dalam hubungan hierarki. Sistem jaringan jalan disusun dengan

  • 19

    mengacu pada rencana tata ruang wilayah dan dengan memperhatikan

    keterhubungan antarkawasan dan/atau dalam kawasan perkotaan, dan

    kawasan pedesaan (Peraturan Pemerintah RI No. 34 Tahun 2006 Tentang

    Jalan).

    1. Sistem Jaringan Jalan Primer

    Sistem jaringan jalan primer adalah sistem jaringan jalan yang disusun

    berdasarkan rencana tata ruang dan pelayanan distribusi barang dan jasa

    untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional, dengan

    menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat

    kegiatan sebagai berikut :

    a. Menghubungkan secara menerus pusat kegiatan nasional, pusat

    kegiatan wilayah, pusat kegiatan lokal sampai ke pusat kegiatan

    lingkungan.

    b. Menghubungkan antar pusat kegiatan nasional

    (i). Jalan Arteri Primer

    Jalan arteri primer adalah jalan yang secara efisien menghubungkan antara

    pusat kegiatan nasional atau antara pusat kegiatan nasional dengan pusat

    kegiatan wilayah. (Peraturan Pemerintah RI No.34 Tahun 2006 Tentang

    Jalan). Persyaratan minimum untuk desain :

    a. Kecepatan rencana (Vr) paling rendah 60 km/jam.

    b. Lebar badan jalan paling rendah 11 meter.

    c. Kapasitas lebih besar dari pada volume lalu lintas rata-rata.

    d. Lalu lintas jarak jauh tidak terganggu oleh lalu lintas ulang-alik, lalu

    lintas lokal dan kegiatan lokal.

    e. Jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien (jarak antar jalan masuk/akses

    langsung minimum 500 meter), agar kecepatan dan kapasitas dapat

    terpenuhi.

    f. Persimpangan dengan jalan lain dilakukan pengaturan tertentu, sehingga

    tidak mengurangi kecepatan rencana dan kapasitas jalan.

    g. Tidak terputus walaupun memasuki kawasan perkotaan dan/atau kawasan

    pengembangan perkotaan.

  • 20

    (ii). Jalan Kolektor Primer

    Jalan kolektor primer adalah jalan yang secara efisien menghubungkan

    antara pusat kegiatan wilayah atau menghubungkan antara pusat kegiatan

    wilayah dengan pusat kegiatan lokal. (Peraturan Pemerintah RI No. 34

    Tahun 2006 Tentang Jalan). Persyaratan minimum untuk desain :

    a. Kecepatan rencana (Vr) paling rendah 40 km/jam.

    b. Lebar badan jalan paling rendah 9 meter.

    c. Kapasitas lebih besar dari pada volume lalu lintas rata-rata.

    d. Jumlah jalan masuk dibatasi dan direncanakan sehingga tidak

    mengurangi kecepatan rencana dan kapasitas jalan (jarak antar jalan

    masuk/akses langsung minimum 400 meter).

    e. Persimpangan dengan jalan lain dilakukan pengaturan tertentu,

    sehingga tidak mengurangi kecepatan rencana dan kapasitas jalan.

    f. Tidak terputus walaupun memasuki kawasan perkotaan dan/atau

    kawasan pengembangan perkotaan.

    g. Persyaratan teknis jalan masuk dan persimpangan ditetapkan oleh

    Menteri.

    (iii). Jalan Lokal Primer

    Jalan lokal primer adalah jalan menghubungkan pusat kegiatan nasional

    dengan pusat kegiatan lingkungan, pusat kegiatan wilayah dengan pusat

    kegiatan lingkungan, antarpusat kegiatan lokal, atau pusat kegiatan lokal

    dengan pusat kegiatan lingkungan, serta antarpusat kegiatan lingkungan.

    (Peraturan Pemerintah RI No. 34 Tahun 2006 Tentang Jalan). Persyaratan

    minimum untuk desain :

    a. Kecepatan rencana (Vr) paling rendah 20 km/jam.

    b. Lebar badan jalan paling rendah 7,5 meter.

    c. Tidak terputus walaupun memasuki desa.

  • 21

    (iv). Jalan Lingkungan Primer

    Jalan lokal primer adalah jalan yang menghubungkan antarpusat kegiatan di

    dalam kawasan perdesaan dan jalan di dalam lingkungan kawasan

    perdesaan. (Peraturan Pemerintah RI No. 34 Tahun 2006 Tentang Jalan).

    Persyaratan minimum untuk desain :

    a. Kecepatan rencana (Vr) paling rendah 15 km/jam.

    b. Lebar badan jalan paling rendah 6,5 meter.

    c. Bila tidak diperuntukkan bagi kendaraan bermotor beroda 3 (tiga) atau

    lebih, lebar badan jalan paling rendah 3,5 meter.

    2. Sistem Jaringan Jalan Sekunder

    Sistem jaringan jalan sekunder disusun berdasarkan rencana tata ruang wilayah

    kabupaten/kota dan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di

    dalam kawasan perkotaan yang menghubungkan secara menerus kawasan yang

    mempunyai fungsi primer, fungsi sekunder kesatu, fungsi sekunder kedua,

    fungsi sekunder ketiga, dan seterusnya sampai ke persil. (Peraturan Pemerintah

    RI No.34 Tahun 2006 Tentang Jalan).

    Sistem jaringan jalan sekunder terdiri atas jalan arteri sekunder, jalan

    kolektor sekunder, dan jalan lokal sekunder.

    (i). Jalan Arteri Sekunder

    Jalan arteri sekunder adalah jalan yang menghubungkan antara kawasan

    primer dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan

    sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan

    kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua. (Peraturan

    Pemerintah RI No.34 Tahun 2006 Tentang Jalan). Persyaratan minimum

    untuk desain :

    a. Kecepatan rencana (Vr) paling rendah 30 km/jam dengan lebar badan jalan

    minimal 11 meter.

    b. Kapasitas lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata.

    c. Lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat.

  • 22

    (ii). Jalan Kolektor Sekunder

    Jalan kolektor sekunder adalah jalan yang menghubungkan kawasan

    sekunder kedua dengan kawasan sekunder kedua atau menghubungkan

    kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga. (Peraturan

    Pemerintah RI No.34 Tahun 2006 Tentang Jalan). Persyaratan minimum

    untuk desain :

    a. Kecepatan rencana (Vr) paling rendah 20 km/jam dengan lebar badan

    jalan minimal 9 meter.

    b. Kapasitas lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata.

    c. Lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat.

    (iii). Jalan Lokal Sekunder

    Jalan lokal sekunder adalah jalan yang menghubungkan kawasan sekunder

    kesatu dengan perumahan, kawasan sekunder kedua dengan perumahan,

    kawasan sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan. Persyaratan

    minimum untuk desain yaitu kecepatan rencana (Vr) paling rendah 10

    km/jam dengan lebar badan jalan minimal 7,5 meter. (Peraturan Pemerintah

    RI No. 34 Tahun 2006 Tentang Jalan).

    (iv). Jalan Lingkungan Sekunder

    Jalan lingkungan sekunder adalah jalan menghubungkan antarpersil dalam

    kawasan perkotaan. Persyaratan minimum untuk desain yaitu kecepatan

    rencana (Vr) paling rendah 10 km/jam dengan lebar badan jalan minimal 6,5

    meter. (Peraturan Pemerintah RI No. 34 Tahun 2006 Tentang Jalan).

    2.13 Klasifikasi Jalan Menurut Status Jalan

    Jaringan jalan menurut status jalan dikelompokan menjadi jalan

    nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten, jalan kota dan jalan desa (Peraturan

    Pemerintah RI No. 34 Tahun 2006 Tentang Jalan).

    1. Jalan Nasional

    Jalan Nasional terdiri atas :

    a. Jalan arteri primer,

    b. Jalan kolektor primer yang menghubungkan antar ibukota provinsi,

  • 23

    c. Jalan tol,

    d. Jalan strategis nasional

    2. Jalan Provinsi

    Jalan provinsi terdiri atas :

    a. Jalan kolektor primer yang mengubungkan ibukota provinsi dengan ibu

    kota kabupaten atau kota,

    b. Jalan kolektor primer yang menghubungkan antar ibukota kabupaten dan

    kota,

    c. Jalan strategis provinsi,

    3. Jalan Kabupaten

    Jalan kabupaten terdiri atas :

    a. Jalan kolektor primer yang tidak termasuk jalan nasional dan jalan

    provinsi,

    b. Jalan lokal primer yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan

    ibukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat desa, antar ibukota

    kecamatan, ibukota kecamatan dengan desa, dan antardesa,

    c. Jalan sekunder yang tidak termasuk jalan provinsi dan jalan sekunder

    dalam kota,

    d. Jalan strategis kabupaten.

    4. Jalan Kota

    Jalan kota adalah jalan umum pada jaringan jalan sekuder di dalam kota.

    5. Jalan Desa

    Jalan desa adalah jalan lingkungan primer dan jalan lokal primer yang tidak

    termasuk jalan kabupaten, dan merupakan jalan umum yang menghubungkan

    kawasan dan/atau antarpemukiman di dalam desa.

    2.14. Klasifikasi Kelas Jalan Berdasarkan Spesifikasi Penyediaan

    Prasarana

    Klasifikasi kelas jalan dikelompokkan berdasarkan penggunaan

    jalan dan kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan, serta spesifikasi

    penyediaan prasarana jalan. Kelas jalan berdasarkan spesifikasi penyediaan

  • 24

    prasarana jalan dikelompokkan atas jalan bebas hambatan, jalan raya, jalan

    sedang, dan jalan kecil. (Peraturan Pemerintah RI No. 34 Tahun 2006

    Tentang Jalan).

    1. Jalan Bebas Hambatan (Freeway)

    Spesifikasi untuk jalan bebas hambatan (freeway) sebagaimana dimakasud

    dalam PP RI No. 34 Tahun 2006 Tentang Jalan adalah sebagai berikut:

    a. Merupakan jalan untuk lalu lintas umum,

    b. Pengendalian jalan masuk secara penuh,

    c. Tidak ada persimpangan sebidang,

    d. Dilengkapi pagar ruang milik jalan dan median,

    e. Paling sedikit mempunyai 2 (dua) lajur setiap arah,

    f. Lebar paling sedikit 3,5 meter

    2. Jalan Raya (Highway)

    Spesifikasi untuk jalan raya (highway) sebagaimana dimakasud dalam PP RI

    No. 34 Tahun 2006 Tentang Jalan adalah sebagai berikut:

    a. Merupakan jalan untuk lalu lintas umum untuk lalu lintas secara menerus,

    b. Pengendalian jalan masuk secara terbatas,

    c. Dilengkapi dengan median,

    d. Paling sedikit 2 (dua) lajur setiap arah,

    e. Lebar lajur paling sedikit 3,5 meter.

    3. Jalan Sedang (Road)

    Spesifikasi untuk jalan sedang (road) sebagaimana dimakasud dalam PP RI

    No. 34 Tahun 2006 Tentang Jalan adalah sebagai berikut :

    a. Merupakan jalan untuk lalu lintas umum,

    b. Untuk lalu lintas jarak sedang dengan pengendalian jalan masuk tidak

    dibatasi, paling sedikit 2 (dua) lajur untuk 2 (dua) arah,

    c. Lebar jalur paling sedikit 7 meter.

    4. Jalan Kecil (Street)

    Spesifikasi untuk jalan kecil (street) sebagaimana dimakasud dalam PP RI No.

    34 Tahun 2006 Tentang Jalan adalah sebagai berikut:

  • 25

    a. Merupakan jalan untuk lalu lintas umum untuk lalu lintas setempat,

    b. Paling sedikit 2 (dua) lajur untuk 2 (dua) arah,

    c. Lebar jalur paling sedikit 5,5 meter.

    2.15 Kapasitas Ruas Jalan

    Kapasitas adalah volume makasium yang melewati infrstruktur

    dalam kondisi –kondisi yang khusus. Kapasitas lebih dikenal dengan “Daya

    tampung maksimal”suatu ruas jalan terhadap kapisitas volume lalu lintas

    yang melintas.

    Kapasitas ruas jalan berbeda – beda kemampunan nya

    tergantung/dipengaruhi lebar dan penggunaan jalan tersebut (untuk satu atau

    dua arah).

    Penentuan kinerja segmen jaln akibat arus lalu lintas yang ada atau

    diramalkan maksimum yang dapat dilewatkan dengan mempertahankan

    tingkat kinerja tertentu. Lebar jalan atau jumlah lajur yang diperlukan untik

    melelwatkan arus lalu lintas tertentu dapat mempertahankan tingkat kinerja

    tertentu dapat dihitung untuk tujuan perencanan. Pengruh kapasitas dan

    kinerja dari segi perencanan lain.

    Kapasitas didefinisikan sebagai arus maksium melalui suatu titik

    dijalan yang dapat dipertahankan per satuan jam pada kondisi tertentu.

    Untuk jalan dua-lajur dua-arah,kapasitas ditentukan untuk arus dua arah

    (kombinas dua arah),tetapi untuk jalan dengan banyak lajur, arus dipisahkan

    per arah dan kapasitas ditentukan per lajur(Dewi handayani,2010). Dalam

    teknik lalu lintas dikenal tiga macam kapasitas:

    a. Kapasitas dasar adalah jumlah kendaraan maksimum yang dapat

    melewati sautu ruas jalan selama satu jam pada kondisi jalan dan

    lalu lintas yang dianggap ideal.

    b. Kapasitas rencana adalah jumlah kendaraan maksimum yang

    direncanakan yang dapat melewati suatu ruas jalan yang

    direncanakan selama satu jam pada kondisi lalu lintas yang dapat

  • 26

    dipertahankan sesuai dengan tingkat pelayanan jalan tertentu,

    artinya kepadatan dan gangguan lalu lintas yang terjadi pada arus

    lalu lintas dalam batas-batas yang ditetapkan. Besaran kapasitas ini

    merupakan suatu besaran yang ditetapkan sedemikian, sehingga

    lebih rendah dari kapasitas aktual. Kapasitas ini ditetapkan untuk

    keperluan perencanaan suatu jalan untuk menampung volume

    rencana jalan.

    c. Kapasitas mungkin adalah jalan yang sebenarnya diartikan sebagai

    jumlah kendaraan maksimum yang masih mungkin untuk melewati

    suatu ruas jalan dalam periode waktu tertentu pada kondisi jalan

    raya dan lalu lintas yang umum.

    Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kapasitas jalan antara lain:

    1. Faktor jalan, seperti lebar lajur, kebebasan lateral, bahu jalan,

    ada median atau tidak, kondisi permukaan jalan, alinyemen,

    kelandaian jalan, trotoar dan lain-lain.

    2. Faktor lalu lintas, seperti komposisi lalu lintas, volume,

    distribusi lajur, dan gangguan lalu lintas, adanya kendaraan

    tidak bermotor, gangguan samping, dan lain - lain.

    3. Faktor lingkungan, seperti misalnya pejalan kaki, pengendara

    sepeda, binatang yang menyeberang, dan lain-lain.

  • 27

    2.1. Penelitian Terdahulu

    TABEL 2.1

    Penelitian Terdahulu

    No

    Peneliti

    Judul /Tahun Variabel Hasil Penelitian

    1. Fajar

    Fitrah

    Anugrah

    dan

    Sardjito

    Penanganan

    kemacetan lalu

    lintas koridor

    jalan Keramat

    Gantung,

    Surabaya / 2014

    Variabel yang

    diteliti:

    1. Volume

    lalu lintas

    2. Kapasitas

    jalan

    3. Intensitas

    pelayanan

    4. Kemacetan

    lalu lintas

    Dari hasil penelitian:

    Kapasitas Jalan Kramat Gantung

    diperhitungkan dalam dua keadaan,

    yaitu pada keadaan kapasitas jalan 2

    lajur (karena ada satu lajur yang

    dipergunakan untuk parkir) yang

    disebut kapasitas ekisting dimana

    nilai C = 2904,8448 smp/jam dan

    pada kondisi kapasitas jalan 3 lajur

    (diasumsikan tidak ada parkir di

    jalan) yang disebut kapasitas

    seharusnya dimana C = 4357,2672

    smp/jam. Pada intensitas pelayanan

    jalan kondisi ekisting ternyata

    memiliki kecenderungan terjadinya

    kemacetan, atau dibawah intensitas

    pelayanan jalan ideal sedangkan pada

    intensitas pelayanan jalan kondisi

    seharusnya ternyata memiliki

    kecenderungan lalu lintas lancar dan

    tidak terjadi kemacetan atau diatas

    intensitas pelayanan jalan ideal.

    Intensitas pelayanan jalan yang

    diukur melalui perbandingan antara

    intensitas eksisting dan intensitas

    seharusnya, terdapat selisih yang

    cukup signifikan yaitu untuk I

    eksisting menghasilkan 0,92 smp/jam

    sedangkan I seharusnya adalah 0,62

    smp/jam yang artinya kondisi

    intesitas

    pelayanan jalan Koridor Jalan Kramat

    Gantung jauh dibawah intensitas

    pelayanan ideal.

  • 28

    2. Drs.

    Saptono

    Putro,

    M.Si

    Pemodelan

    tingkat

    pelayanan jalan

    (level of

    services)

    berbasis sistem

    informasi

    geografis untuk

    mengurai

    kemacetan lalu

    lintas kota

    semarang / 2009

    Variabel yang

    diteliti:

    1. Kondisi

    jalan

    2. Jumlah

    kendaraan

    3. Tingkat

    pelayanan

    4. Kemacetan

    lalu lintas

    Dari hasil penelitian

    Tingkat pelayanan jalan di Kota

    Semarang sangat rendah dengan rata-

    rata klasifikasi

    diatas batas toleransi tingkat

    pelayanan 0,7 atau

    berada di atas batas kemacetan.

    Terjadi hampir setiap

    hari kerja dan sedikit berkurang pada

    hari Jum.at,

    sehingga polanya tidak jauh

    berbeda.M o d a

    kendaraan penyumbang rendahnya

    tingkat

    pelayanan di Kota Semarang adalah

    moda sepeda

    motor, diikuti moda kendaraan

    pribadi (mobil) dan

    moda kendaraan umum (angkot dan

    taxi). Untuk

    Jalan Majapahit dan Jalan Kaligawe

    moda sepeda,

    bis dan truk juga memberikan

    pengaruh terhadap

    rendahnya tingkat pelayanan jalan.

    Tingginya

    volume lalu-lintas yang melebihi

    kapasitas jalan

    menyebabkan tingkat pelayanan jalan

    utama rendah,

    perlu di alihkan ke jalan alternatif

    pada jam-jam

    puncak volume lalu-lintas. Puncak

    kemacetan (peak

    hour) atau titik terendah tingkat

    pelayanan jalan

    terjadi pada jam-jam sibuk.

  • 29

    3.

    4

    Erick A

    Purba dan

    Joni

    Harianto

    Dian

    Agung

    Saputro,

    dkk

    Pengaruh gerak

    u-turn pada

    bukaan median

    terhadap

    karakteristik

    arus lalu lintas

    di ruas jalan

    kota

    (studi kasus : jl.

    sisingamangaraj

    a medan) / 2011

    Evaluasi kondisi

    jalan dan

    pengembangan

    prioritas

    penanganannya

    (studi kasus di

    kecamatan

    kepanjen

    kabupaten

    malang) / 2011

    Variabel yang

    diteliti:

    1. Volume

    kendaraan

    2. Arus lalu

    lintas

    3. Kecepatan

    4. Karakteristik

    lalu lintas

    Variabel yang

    diteliti:

    1. Penangana

    n

    2. Pemeliharaa

    n

    3. Volume

    kendaaran

    4. Kondisi

    jalan

    3. Ko

    n

    d

    i

    s

    i

    Dari hasil penelitian

    Waktu tempuh terbesar kendaraan

    yang melakukan u-turn di lokasi

    penelitian sebesar 12.76 detik,

    kendaraan tidak akan melakukan u-

    turn pada kondisi terganggu sebesar

    35.31 detik, dan pada posisi tidak

    terganggu 26.15 detik. Pada sepeda

    motor waktu tempuh terbesar yang

    melakukan u-turn sebesar 8.38 detik,

    sepeda motor tidak akan melakukan

    u-turn pada kondisi terganggu

    sebesar 17.43 detik, dan pada posisi

    tidak terganggu 14.28 detik.

    2. Tundaan terbesar di lokasi

    penelitian, kendaraan pada kondisi

    terganggu u-turn sebesar 21.04 detik

    dan tidak terganggu u-turn sebesar

    11.88 detik. Pada kondisi sepeda

    motor terganggu u-turn sebesar 6.6

    detik dan tidak terganggu u-turn

    adalah sebesar 3.45 detik.

    3. Waktu tempuh rata-rata di lokasi

    penelitian untuk kendaraan dan

    sepeda motor yang dipengaruhi

    beberapa kondisi seperti akibat

    jumlah lajur, akibat lebar bukaan

    median, dan akibat jenis kendaraan.

    Dari hasil penelitian:

    didapatkan berbagai jenis kerusakan

    dengan dimensi yang berbeda-beda.

    Jenis kerusakan yang paling dominan

    yaitu lubang (potholes). Selain itu

    juga

    ditemukan retak (cracking), alur

    (ruts), jembul (upheaval), jalan

    bergelombang, pelepasan butir

    (raveling), amblas (grade depression)

    dan sebagainya.

    2. Evaluasi kerusakan jalan di daerah

    Kecamatan Kepanjen dan sekitarnya

    menunjukkan kondisi jalan sangat

    baik

  • 30

    j

    a

    l

    a

    n

    sebanyak 2 ruas jalan, kondisi baik

    ada

    4 ruas jalan, kondisi sedang ada 5

    ruas

    jalan, kondisi rusak ada 4 ruas jalan

    dan kondisi rusak berat ada 1 ruas

    jalan.

    3. Tipe pemeliharaan yang digunakan

    pada 16 ruas jalan di Kecamatan

    Kepanjen dan sekitarnya yaitu: 7 ruas

    jalan dengan pemeliharaan rutin, 7

    ruas jalan dengan pemeliharaan

    berkala dan 2 ruas jalan dengan

    peningkatan jalan.

    5. Sulis

    Winurini

    Perilaku Agresi

    Pengemudi

    Kendaraan

    Bermotor

    di Jakarta / 2012

    Variable yang

    diteliti:

    1. Volume

    kendaraan

    2. Kapasitas

    jalan

    3. Tinggi

    mobilitas

    penduduk

    4. Perilaku

    pengendara

    Dari hasil penelitian: para pengemudi

    untuk mematuhi lalu lintas lebih

    dikarenakan faktor eksternal.

    Pemerintah perlu lebih tegas lagi

    dalam penertiban aturan lalu lintas.

    Bukan hanya pengemudi yang perlu

    disorot, namun polisi sebagai figur

    otoritas harus mampu menunjukkan

    perannya secara optimal.

    Polisi harus mampu menerapkan

    aturan lalu lintas secara konsisten.

    Hal ini perlu diperhatikan mengingat

    kepatuhan para pengemudi sangat

    tergantung pada kehadiran polisi.

    Perlu dipikirkan penempatan polisi di

    tempat-tempat yang rawan

    pelanggaran dan rawan kecelakaan.

    Polisi harus menerapkan aturan

    kepada para pengemudi. Apabila

    konsekuensi negatif yang diberikan

    oleh polisi tidak diterapkan secara

    konsisten, maka penguatan perilaku

    untuk mematuhi aturan berlalu lintas

    akan sulit dilakukan. Apabila hal ini

  • 31

    berlangsung secara terus-menerus,

    maka para pengemudi justru akan

    beradaptasi pada situasi ini dan tidak

    jera untuk melanggar aturan lalu

    lintas.

    Berdasarkan penelitian terdahulu diatas maka bisa diuraikan pengembangan

    penelitian sebagai berikut:

    1. Penelitian yang dilakukan oleh Fajar Fitrah Anugrah dan Sardjito, dengan

    judul “Penanganan kemacetan lalu lintas koridor jalan Keramat Gantung

    Surabaya”. Variabel yang berpengaruh diambil peneliti adalah variabel

    volume lalu lintas, kapasitas jalan, intensitas pelayanan. Kemudian

    dikembangkan lagi oleh penulis dengan variabel berbeda yaitu perilaku

    pangendara, karakteristik lalu lintas, kondisi jalan yang berpengaruh pada

    kemacetan lalu lintas.

    2. Penelitian yang dilakukan oleh Saptono Putro, dengan judul “Pemodelan

    tingkat pelayanan jalan (level of services) berbasis system informasi

    geografis untuk mengurangi kemacetan lalu lintas Kota Semarang”.

    Variabel yang berpengaruh diambil peneliti adalah variabel kondisi jalan.

    Kemudian dikembangkan lagi oleh penulis dengan menambah variabel

    karakteristik lalu lintas dan perilaku pengendara.

    3. Penelitian yang dilakukan oleh Erick A Purba dan Joni Harianto, dengan

    judul “Pengaruh gerak u-turn pada bukaan median terhadap karakteristik

    arus lalu lintas di ruas jalan Kota”. Variabel yang berpengaruh diambil

    peneliti adalah variabel karakteristik lalu lintas dengan indikator kondosi

    lalu lintas. Kemudian dikembangkan lagi oleh penuis dengan menambah

    indikator kepadatan lalu lintas dan kurangnya fasilitas lalu lintas.

    4. Penelitian yang dilakukan oleh Dian A.Saputro, dkk, dengan judul

    “Evaluasi kondisi jalan dan pengembangan prioritas penanganannya”.

    Variabel yang berpengaruh diambil peneliti adalah kondisi jalan.

    Kemudian dikembangkan lagi penulis dengan menambah indikator

    penerangan jalan.

  • 32

    5. Penelitian yang dilakukan oleh Sulis Winurini, dengan judul “Perilaku

    agresi pengemudi kendaraan bermotor di Jakarta”. Variabel yang

    berpengaruh diambil peneliti adalah variabel perilaku pengendara

    Kemudian dikembangkan lagi oleh penulis dengan menambah indikator

    parkir sembarangan, pemberhentian tiba – tiba, ketidak displinan

    pengendara dalam mengemudi ( melawan arah).

    2.16 Hipotesis

    Hipotesis adalah suatu pernyataan mengenai nilai suatu parameter

    populasi yang dimaksudkan untuk pengujian dan berguna untuk

    pengambilan keputusannya (Suharyadi Purwanto, 2004 : 390). Pengujian

    hipotesis dimaksudkan untuk memutuskan apakah akan menerima dan

    menolak. Hipotesis berdasarkan pada data yang diperoleh dari sampel.

    Dalam penelitian ini, hipotesis dikemukakan dengan tujuan untuk

    mengarahkan serta memberi pedoman bagi penelitian yang akan dilakukan.

    Apabila ternyata hipotesis tidak terbukti dan berarti salah, maka masalah

    dapat dipecahkan dengan kebenaran yang ditentukan dari keputusan yang

    berhasil dijalankan selama ini. Adapun hipotesis yang diajukan dalam

    penelitian ini adalah :

    H1 Diduga perilaku pengendara berpengaruh terhadap kemacetan lalu lintas

    diruas jalan Mranggen-Majapahit Semarang.

    H2 Diduga karakteristik lalu lintas berpengaruh terhadap kemacetan lalu

    lintas diruas jalan Mranggen-Majapahit Semarang .

    H3 Diduga kondisi jalan berpengaruh terhadap kemacetan lalu lintas pada

    ruas jalan Mranggen-Majapahit

  • 33

    2.2 Alur Pemikiran

    Gambar 2.1

    Latar Belakang Masalah

    Landasan Teori

    Metodologi Penelitian

    Karakteristik Lalu Lintas

    (X2)

    Pengumpulan Data

    Kondisi Jalan

    (X3)

    Perilaku

    Pengendara

    (X1)

    Kesimpulan dan Saran

    Pengolahan Data

    Kemacetan

    Lalu Lintas

    (Y)

    Analisis Data

    Implikasi Manajerial

  • 34

    2.3 Kerangka Pikir

    Gambar 2.2

    Kerangka Pikir

    Perilaku

    Pengendara

    (X1)

    Karakteristik

    Lalu Lintas

    (X2)

    Kondisi Jalan (X3)

    Kemacetan

    Lalu Lintas

    (Y)

    X1.1

    X1.3

    X1.2

    X3.3

    X3.2

    X3.1

    X2.3

    X2.2

    X2.1

    Y.3

    Y.2

    Y.1

    H1

    H2

    H3

  • 35

    Keterangan :

    = Indikator = Pengukur

    = Variabel = Pengaruh

    X1 = Perilaku Pengendara

    X1.1 = Parkir sembarangan.

    X1.2 = Pemberhentian tiba-tiba.

    X1.3 = Ketidak disiplinan pengendara dalam mengemudi (melawan arah)

    X2 = Karakteristik Lalu Lintas

    X2.1 = Kepadatan lalu lintas.

    X2.2 = Kondisi arus lalu lintas.

    X2.3 = Kurangnya fasilitas lalu lintas

    X3 = Kondisi Jalan

    X3.1 = Penerangan jalan.

    X3.2 = Jalan bergelombang..

    X3.3 = Jalan berlubang

    Y = Kemacetan Lalu Lintas

    Y1 = Antrian panjang.

    Y2 = Pergerakkan lambat.

    Y3 = Kapasitas jalan