Upload
phungdieu
View
225
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kinerja
Kinerja perusahaan merupakan salah satu faktor yang menunjukan
efektifitas dan efisiensi suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuanya.
Efektivitas apabila manajemen memiliki kemampuan untuk memilih tujuan
yang telah ditetapkan. Sedangkan efisiensi diartikan sebagai ratio
perbandingan antara masukan dan keluaran yang optimal. Jadi yang dimaksud
dengan kinerja adalah kemampuan kerja manajemen dalam mencapai prestasi
kerja. Menurut Helfert (1999) kinerja perusahaan adalah hasil banyak
keputusan individual yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen. Oleh
karena itu, untuk menilai kinerja perusahaan perlu dilibatkan analisis dampak
keuangan kumulatif dan ekonomi dari keputusan dan mempertimbangkan
dengan menggunakan pengukuran komparatif.
Kinerja (performance) mengandung arti “thing done” (sesuatu hasil
yang telah dikerjakan). Kinerja merupakan suatu hasil kerja yang dapat
dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalan suatu organisasi, sesuai
dengan wewenang atau tanggung jawab masing-masing, dalam rangka
mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar
hukum dan sesuai dengan moral dan etika (Prawirosentono, 1999:2). Kinerja
diartikan juga sebagai gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan
suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi
dan misi organisasi LAN-RI (2003:3).
Pengaruh Implementasi Balaced..., Setio Wastono, FE UMP 2010
15
Pendapat lain menyatakan bahwa konsep kinerja atau performance
adalah sebagai pencapaian hasil atau the degree of accomplishment. Sering
pula disebut sebagai tingkat pencapaian tujuan organisasi. Penilaian terhadap
performance atau disebut juga kinerja merupakan suatu kegiatan yang sangat
penting. Penilaian dimaksud bisa dibuat sebagai masukan guna mengadakan
perbaikan untuk peningkatan kinerja organisasi pada waktu-waktu berikutnya
(Mac Donald and Lawton: 1977 dalam Keban, 1995:1).
Menurut Peter Jennergren dalam Nystrom dan Starbuck (1981:43),
makna dari performance (kinerja) adalah “pelaksanaan tugas-tugas secara
actual”. Sedangkan Osborn dalam John Willey dan Sons (1980:77)
menyebutnya sebagai “tingkat pencapaian misi organisasi”. Kesimpulan yang
dapat diambil dari beberapa uraian tentang kinerja tersebut adalah bahwa
performance (kinerja) itu merupakan suatu keadaan yang bisa dilihat secara
aktual sebagai gambaran dari hasil sejauh mana pelaksanaan tugas yang telah
dilakukan dan sejauh mana pelaksanaan pencapaian misi organisasi.
Perbedaan mendasar antara organisasi bisnis dan organisasi publik
adalah organisasi bisnis berorientasi profit sedangkan organisasi publik
berorienasi nonprofit. Konsep dan indikator kinerja yang dikemukakan selalu
saja hanya tepat digunakan bagi organisasi swasta yang berorientasi pada laba
perusahaan, hal ini sangat berbeda dengan organisasi publik yang berorientasi
pada pelayanan kepada masyarakat banyak tanpa orientasi pada keuntungan
materi. Orientasi organisasi publik adalah untuk pelayanan publik bagi
kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat untuk menuju suatu pemerintahan
yang good governance. Konsep dasar kinerja (the basic conceptions of
performance) dapat didekati dengan beberapa pendekatan (approach) yaitu
Pengaruh Implementasi Balaced..., Setio Wastono, FE UMP 2010
16
the engneering approach defines performance dan the economic marketplace
approach. Kinerja menurut engineering approach diartikan sebagai rasio
(perbandingan) antara sumber daya yang digunakan (inputs) dengan standar
unit-unit kerja yang dihasilkan. The economic marketplace approach
berkaitan dengan tingkat produksi yang dihasilkan dengan penggunaan
sumber daya tertentu.
Salim dan Woodward (1992) dalam Dwiyanto (2000:50) melihat
kinerja berdasarkan pertimbangan-pertimbangan ekonomi, efisiensi, efektivitas,
dan persamaan pelayanan. Aspek ekonomi dalam kinerja diartikan sebagai
strategi untuk menggunakan sumber daya yang seminimal mungkin dalam
proses penyelenggaraan kegiatan pelayanan publik. Efisiensi kinerja pelayanan
publik juga dilihat untuk menunjuk suatu kondisi tercapainya perbandingan
terbaik/proporsional antara input pelayanan dengan output pelayanan.
Demikian pula, aspek efektivitas kinerja pelayanan ialah untuk melihat
tercapainya pemenuhan tujuan atau target pelayanan yang telah ditentukan.
Prinsip keadilan dalam pemberian pelayanan publik juga dilihat sebagai ukuran
untuk menilai seberapa jauh suatu bentuk pelayanan telah memperhatikan
aspek-aspek keadilan dan membuat publik memiliki akses yang sama terhadap
sistem pelayanan yang ditawarkan.
Dengan berpedoman dari beberapa pendapat di atas dapat diambil suatu
kesimpulan bahwa kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai organisasi sesuai
dengan wewenang dan tanggung jawabnya baik kualitas maupun kuantitas
sesuai dengan tujuan organisasi tersebut. Kinerja berhubungan dengan
bagaimana melakukan suatu pekerjaan dan menyempurnakan hasil pekerjaan
Pengaruh Implementasi Balaced..., Setio Wastono, FE UMP 2010
17
berdasarkan tanggung jawab serta mentaati segala peraturan-peraturan, moral
maupun etika yang berlaku. Kinerja merupakan hasil proses dari berbagai
elemen dalam sistem organisasi. Dengan menggunakan logika teori sistem
kinerja merupakan hasil pengolahan input melalui proses transaksi yang ada.
Berarti untuk meningkatkan kinerja suatu organisasi beberapa tindakan dapat
dilakukan terhadap elemen-elemen input maupun proses.
Mengukur efisiensi organisasi merupakan fokus kritis dari
pengukuran kinerja (performance assessment). Untuk melakukan
pengukuran kinerja perlu mengkaitkan dengan penggunaan sumber daya
yang digunakan untuk memproduksi outputs. Idealnya mengukur efisiensi
menggunakan pengetahuan baik tentang proses produksi maupun potensi
kinerja. Kata penilaian sering diartikan dengan kata assessment. Sedangkan
kinerja perusahaan merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh suatu
perusahaan dalam periode tertentu dengan mengacu pada standar yang
ditetapkan. Dengan demikian penilaian kinerja perusahaan (Companies
performance assessment) mengandung makna suatu proses atau sistem
penilaian mengenai pelaksanaan kemampuan kerja suatu perusahaan
(organisasi) berdasarkan standar tertentu (Kaplan dan Norton, 1996; Lingle
dan Schiemann, 1996; Brandon & Drtina, 1997).
Tujuan penilaian kinerja adalah untuk memotivasi personel mencapai
sasaran organisasi dan mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan
sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan oleh
organisasi. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana
formal yang dituangkan dalam rencana strategik, program dan
Pengaruh Implementasi Balaced..., Setio Wastono, FE UMP 2010
18
anggaran organisasi. Penilaian kinerja juga digunakan untuk menekan
perilaku yang tidak semestinya dan untuk merangsang dan menegakan
perilaku yang semestinya diinginkan, melalui umpan balik hasil kinerja pada
waktunya serta penghargaan, baik yang bersifat intrinsik maupun ekstrinsik.
Mengukur kinerja organisasi publik harus dilakukan kegiatan
evaluasi. Evaluasi kinerja merupakan kegiatan untuk menilai atau melihat
keberhasilan dan kegagalan suatu organisasi atau unit kerja dalam
melaksanakan tugas dan fungsi yang dibebankan kepadanya. Karenanya
evaluasi kinerja merupakan analisis dan inteprestasi keberhasilan dan
kegagalan pencapaian kinerja.
Penilaian terhadap kinerja merupakan upaya untuk memperbaiki
kinerja bisa dilakukan secara lebih terarah dan sistematis. Penilaian kinerja
pada birokrasi publik masih jarang dilakukan. Berbeda dengan organisasi
bisnis yang kinerjanya dapat dilihat berdasarkan proftabilitas, birokrasi
publik belum mempunyai tolak ukur atau indikator kinerja yang jelas. Untuk
dapat melakukan penilaian kinerja birokrasi publik dalam menjalankan
tugas, wewenang dan tanggung jawab yang diberikan, maka sebelumnya
standar ukuran kinerja harus ditetapkan dan mendapatkan persetujuan atau
kesempatan terlebih dahulu antara birokrasi publik dengan pihak yang
memberikan tugas, wewenang dan tanggung jawab.
Penetapan indikator kinerja ini merupakan proses identifikasi dan
klasifikasi indikator kinerja melalui sistem pengumpulan dan pengolahan
data/informasi untuk menentukan capaian tingkat kinerja dari
Pengaruh Implementasi Balaced..., Setio Wastono, FE UMP 2010
19
kegiatan/program. Penetapan indikator kinerja tersebut didasarkan pada
kelompok masukan, keluaran, hasil, manfaat dan dampak, serta indikator
proses jika diperlukan. Indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan atau
kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan
yang telah ditetapkan. Indikator kinerja harus merupakan sesuatu yang dapat
dihitung dan diukur serta digunakan sebagai dasar untuk menilai atau
melihat tingkat kinerja.
Ada beberapa jenis indikator kinerja yang sering digunakan dalam
pelaksanaan pengukuran kinerja suatu organisasi:
1. Indikator masukan adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar
pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran.
Indikator ini dapat berupa dana, sumber daya manusia, informasi,
kebijaksanaan peraturan perundang-undangan dan sebagainya.
2. Indikator proses adalah segala besaran yang menunjukkan upaya yang
harus dilakukan dalam rangka mengolah masukan menjadi keluaran,
indikator proses menggambarkan perkembangan atau aktivitas yang
terjadi atau dilakukan selama pelaksanaan kegiatan berlangsung,
khususnya dalam proses mengolah masukan menjadi keluaran.
3. Indikator keluaran adalah sesuatu yang diharapkan langsung dicapai
dari suatu kegiatan yang dapat berupa fisik dan atau non fisik.
4. Indikator hasil adalah sesuatu yang mencerminkan berfungsinya
keluaran kegiatan pada jangka menengah (efek langsung).
Pengaruh Implementasi Balaced..., Setio Wastono, FE UMP 2010
20
5. Indikator manfaat adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari
pelaksanaan kegiatan.
6. Indikator dampak adalah pengaruh yang ditimbulkan baik positif
maupun negatif pada setiap tingkatan indikator berdasarkan asumsi
yang telah ditetapkan (LAN dan BPKP, 2000:12).
Penilaian kinerja merupakan suatu kegiatan yang sangat penting
karena dapat digunakan sebagai ukuran keberhasilan suatu organisasi dalam
mencapai misinya. Untuk organisasi pelayanan Publik, informasi mengenai
kinerja tentu sangat berguna untuk menilai seberapa jauh pelayanan yang
diberikan oleh organisasi itu memenuhi harapan dan memuaskan pengguna
jasa. Dengan melakukan penilaian terhadap kinerja maka upaya untuk
memperbaiki kinerja bisa dilakukan secara lebih terarah dan sistematis.
Penilaian kinerja sektor publik tidak cukup hanya dilakukan dengan
menggunakan indikator-indikator yang melekat pada instansi itu seperti
efisien dan efektivitas, tetapi harus dilihat juga dari indikator-indikator yang
melekat pada pengguna jasa, seperti kepuasan pengguna jasa, akuntabilitas,
dan responsivitas. Penilaian kinerja dari sisi pengguna jasa menjadi sangat
penting karena instansi sektor publik seringkali memiliki kewenangan
monopolis sehingga para pengguna jasa tidak memiliki alternatif sumber
pelayanan lain. Dalam pelayanan yang diselenggarakan oleh pasar,
pengguna jasa memiliki beberapa pilihan sumber pelayanan sehingga
penggunaan pelayanan bisa mencerminkan kepuasan terhadap pemberi
layanan. Dalam pelayanan oleh instansi sektor publik, penggunaan
Pengaruh Implementasi Balaced..., Setio Wastono, FE UMP 2010
21
pelayanan oleh publik sering tidak ada hubungannya sama sekali dengan
kepuasannya terhadap pelayanan.
Kesulitan lain dalam menilai kinerja instansi sektor publik muncul
karena tujuan dan misi instansi sektor publik seringkali bukan hanya
sangat kabur, tetapi juga bersifat multidimensional. Kenyataan bahwa
instansi sektor publik memiliki stakcholders yang banyak dan memiliki
kepentingan yang sering berbenturan satu dengan lainnya membuat
birokrasi publik mengalami kesulitan untuk merumuskan misi yang jelas.
Akibatnya, ukuran kinerja organisasi publik dimata para stakcholder juga
berbeda-beda.
Merujuk pada konsep tersebut, maka penilaian kinerja mengandung
tugas-tugas untuk mengukur berbagai aktivitas tingkat organisasi sehingga
menghasilkan informasi umpan balik untuk melakukan perbaikan organisasi.
Perbaikan organisasi mengandung makna perbaikan manajemen organisasi
yang meliputi: (a) perbaikan perencanaan, (b) perbaikan proses, dan (c)
perbaikan evaluasi. Hasil evaluasi selanjutnya merupakan informasi untuk
perbaikan “perencanaan-proses-evaluasi” selanjutnya. Proses “perencanaan
proses-evaluasi” harus dilakukan secara terus-menerus (continuous process
improvement) agar faktor strategik (keunggulan bersaing) dapat tercapai.
Penilaian kinerja perusahaan dapat diukur dengan ukuran keuangan
dan non keuangan. Ukuran keuangan untuk mengetahui hasil tindakan yang
telah dilakukan dimasa lalu dan ukuran keuangan tersebut dilengkapi dengan
ukuran non keuangan tentang kepuasan customer, produktivitas dan cost
Pengaruh Implementasi Balaced..., Setio Wastono, FE UMP 2010
22
effectiveness proses bisnis/intern serta produktivitas dan komitmen personel
yang akan menentukan kinerja keuangan masa yang akan datang. Ukuran
keuangan menunjukkan akibat dari berbagai tindakan yang terjadi diluar non
keuangan.
Peningkatan financial returns yang ditunjukkan dengan ukuran ROE
merupakan akibat dari berbagai kinerja operasional seperti: (1) meningkatnya
kepercayaan customer terhadap produk yang dihasilkan perusahaan, (2)
meningkatnya produktivitas dan cost effectiveness proses bisnis/intern yang
digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan produk dan jasa, (3)
meningkatnya produktivitas dan komitment personel. Jadi jika manejemen
puncak berkehendak untuk melipatgandakan kinerja keuangan
perusahaannya, maka fokus perhatian seharusnya ditujukan untuk memotivasi
personel dalam melipatgandakan kinerja di perspektif non keuangan atau
operasional, karena disitulah terdapat pemacu sesungguhnya (the real drivers)
kinerja keuangan berjangka panjang.
Hal diatas menjelaskan bahwa aktivitas penilaian kinerja terdapat
dua jenis pengukuran yaitu; keuangan dan non keuangan. Pengukuran ini
dirancang untuk menaksir bagaimana kinerja aktivitas dan hasil akhir yang
dicapai. Ada juga penilaian kinerja yang dirancang untuk menyingkap jika
terjadi kemandekan perbaikan yang akan dilakukan. Penilaian kinerja
aktivitas pusat dibagi kedalam tiga dimensi utama, yaitu: (1) effisiensi, (2)
kualitas, (3) waktu. Hal senada juga dijelaskan oleh Kaplan dan Norton,
(1996); Lingle dan Schiemann, (1996) pengukuran kinerja non keuangan
Pengaruh Implementasi Balaced..., Setio Wastono, FE UMP 2010
23
didesain untuk menilai seberapa baik aktivitas yang berhasil dicapai dan
dipusatkan pada tiga dimensi utama yaitu efisiensi, kualitas dan waktu.
2.2 Balanced Scorecard
Salah satu aspek penting dalam pengukuran kinerja perusahaan
adalah bahwa kinerja perusahaan dipakai oleh pihak manajemen sebagai
dasar untuk melakukan pengambilan keputusan dan mengevaluasi kinerja
manajemen serta unit-unit terkait di lingkungan organisasi perusahaan.
Pengukuran kinerja perusahaan yang terlalu ditekankan pada sudut pandang
finansial sering menghilangkan sudut pandang lain yang tentu saja tidak
kalah pentingnya. Seperti, pengukuran kepuasan pelanggan dan proses
adaptasi dalam suatu perubahan, sehingga dalam suatu pengukuran kinerja
diperlukan suatu keseimbangan antara pengukuran kinerja finansial dan non
finansial. Keseimbangan antara pengukuran kinerja finansial dan non
finansial ini akan dapat membantu perusahaan dalam mengetahui dan
mengevaluasi kinerjanya secara keseluruhan.
Balanced Scorecard merupakan suatu metode penilaian kinerja
perusahaan dengan mempertimbangkan perspektif yang saling berhubungan
untuk mengukur kinerja perusahaan yaitu: perspektif keuangan, pelanggan,
proses bisnis internal serta proses pebelajaran dan pertumbuhan. Balanced
Scorecard menekankan perspektif keuangan dan non keuangan, kemudian
diukur dan dimonitor secara berkelanjutan (Kaplan dan Norton, 1996).
Pengaruh Implementasi Balaced..., Setio Wastono, FE UMP 2010
24
2.2.1 Definisi Balanced Scorecard Menurut Ahli
Awal 1992, Robert Kaplan dan David Norton
mempublikasikan dalam Harvard Business Review metode
pengukuran mereka: ‘The Balanced Scorecard – Measures That
Drive Performance’. BSC adalah alat yang menyediakan pada para
manajer pengukuran komprehensif bagaimana organisasi mencapai
kemajuan lewat sasaran-sasaran strategisnya. Metoda ini
menjelaskan bagaimana aset intangible dimobilisasi dan
dikombinasikan dengan aset intangible dan tangible untuk
menciptakan proposisi nilai pelanggan yang berbeda dan hasil
finansial yang lebih unggul (Kaplan dan Norton, 2001). Norton dan
Kaplan menempatkan BSC sebagai alat bagi organisasi (termasuk
yang berasal dari sektor publik dan non-profit) untuk mengelola
kebutuhan pemegang saham relevannya. Lebih jauh mereka
menyarankan BSC sebagai alat untuk memperbaiki aliran informasi
dan komunikasi antara top eksekutif dan manajemen menengah
dalam perusahaan. BSC ingin memperbaiki sistem konvensional
pengontrolan dan akuntansi dengan memperkenalkan fakta lebih
kualitatif dan non-finansial. Balanced Scorecard sebagai alat ukur
kinerja perusahaan untuk lingkungan bisnis modern.
Pada awalnya, Balanced Scorecard diciptakan untuk
mengatasi problem kelemahan pengukuran kinerja manajemen yang
terlalu berfokus pada keuangannya. Selanjutnya Balanced Scorecard
Pengaruh Implementasi Balaced..., Setio Wastono, FE UMP 2010
25
mengalami perkembangan dalam implementasinya di perusahaan.
Yaitu tidak hanya sebagai alat pengukuran namun meluas sebagai
pendekatan dalam penyusunan rencana strategi dan menjadi inti dari
sistem manajemen strategis. Kaplan dan Norton (1996) menjelaskan
bahwa Balanced Scorecard tetap mempertahankan ukuran finansial
tradisional. Namun, Balanced Scorecard melengkapi seperangkat
ukuran tersebut dengan ukuran pendorong (drivers) kinerja masa
depan. Tujuan dan ukuran itu diterjemahkan dari visi dan strategi
perusahaan yang ditinjau dari empat perspektif yaitu finansial,
pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan
pertumbuhan.
Mulyadi (2001:1) mendefinisikan Balanced Scorecard
berdasarkan asal katanya yaitu Balanced (seimbang) dan scorecard
(kartu skor). Pengertian Balanced Scorecard menurut asal katanya
adalah kartu yang digunakan untuk mencatat skor hasil kinerja
seseorang. Kartu skor juga dapan digunakan untuk merencanakan
skor yang hendak diwujudkan oleh personel masa depan. Melalui
kartu skor, skor yang hendak diwujudkan personel di masa depan
dibandingkan dengan hasil kinerja sesungguhnya. Hasil
perbandingan ini digunakan untuk melakukan evaluasi atas kinerja
personel yang bersangkutan. Kata berimbang dimaksudkan untuk
menunjukkan bahwa kinerja personel diukur secara berimbang dari
dua aspek: keuangan dan non keuangan, jangka pendek dan jangka
Pengaruh Implementasi Balaced..., Setio Wastono, FE UMP 2010
26
panjang, intern dan ekstern. Sementara itu Mulyadi (2001)
menjelaskan bahwa pengukuran kinerja keuangan hanya
mengandalkan informasi yang dihasilkan dari sistem akuntansi
yang berjangka pendek (pada umumnya satu tahun). Hal itu
menyebabkan eksekutif lebih berfokus pada kinerja jangka pendek
dan mengabaikan faktor– faktor non keuangan untuk mewujudkan
kinerja jangka panjang perusahaan. Ancella Hermawan (1996)
mendefinisikan kata “Balanced” sebagai penekanan atas
penyeimbangan beberapa faktor pengukuran yaitu:
1) Keseimbangan antara pengukuran eksternal untuk pemegang
saham dan pelanggan dengan pengukuran internal dari proses
bisnis internal dan proses belajar dan pertumbuhan.
2) Keseimbangan antara pengukuran hasil dari usaha masa lalu
dengan pengukuran yang mendorong kinerja masa mendatang.
3) Keseimbangan antara unsur obyektivitas yaitu pengukuran
berupa hasil kuantitatif yang diperoleh secara mudah, dengan
unsur subyektivitas, yaitu pengukuran pemicu kinerja yang
membutuhkan pertimbangan.
Ancella Hermawan (1996) menyatakan bahwa dengan
Balanced Scorecard suatu unit bisnis tidak hanya dinyatakan dalam
suatu ukuran finansial, melainkan dijabarkan lebih lanjut ke dalam
pengukuran bagaimana suatu unit usaha menciptakan nilai bagi
pelanggan yang ada sekarang dan di masa yang akan datang,
Pengaruh Implementasi Balaced..., Setio Wastono, FE UMP 2010
27
bagaimana unit usaha harus meningkatkan kemampuan internalnya
serta berinvestasi pada manusia, system, dan prosedur yang
dibutuhkan untuk memperoleh kinerja yang lebih baik di masa yang
akan datang. Sedangkan pengukuran kinerja secara tradisional
membawa dampak yang ternyata juga akan membahayakan posisi
kompetitif perusahaan di masa yang akan datang.
2.2.2 Konsep Balanced Scorecard.
Konsep Balanced Scorecard berkembang sejalan dengan
perkembangan implementasi konsep tersebut. Kapalan dan Norton,
1996 menyatakan bahwa Balanced Scorecard terdiri dari kartu skor
(scorecard) dan berimbang (Balanced). Kartu skor adalah kartu yang
digunakan untuk mencatat skor hasil kinerja seseorang. Kartu skor
juga dapat digunakan untuk merencanakan skor yang hendak
diwujudkan oleh peronil di masa depan. Melalui kartu skor, skor
yang akan diwujudkan personil di masa depan dibandingkan dengan
hasil kinerja sesungguhnya. Hasil perbandingan ini digunakan untuk
melakukan evaluasi atas kinerja personil yang bersangkutan. Kata
berimbang dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa kinerja personil
diukur secara berimbang dari dua aspek: keuangan dan non
keuangan, jangka pendek dan jangka panjang, intern dan ekstern.
Oleh sebab itu personil harus mempertimbangkan keseimbangan
antara pencapaian kinerja keuangan dan non keuangan, antara kinerja
jangka pendek dan jangka panjang, serta antara kinerja yang bersifat
Pengaruh Implementasi Balaced..., Setio Wastono, FE UMP 2010
28
intern dan yang bersifat ekstern jika kartu skor personil digunakan
untuk merencanakan skor yang hendak diwujudkan di masa depan.
Balanced Scorecard memperkenalkan empat proses
manajemen yang baru, yang terbagi dan terkombinasi antara tujuan
strategik jangka panjang dengan peristiwa-peristiwa jangka pendek.
Keempat proses tersebut adalah (Kaplan dan Norton, 1996):
1) Menterjemahkan Visi, Misi Dan Strategi Perusahaan.
Untuk menentukan ukuran kinerja, visi organisasi perlu
dijabarkan dalam tujuan dan sasaran. Visi adalah gambaran
kondisi yang akan diwujudkan oleh perusahaan di masa
mendatang. Untuk mewujudkan kondisi yang digambarkan dalam
visi, perusahaan perlu merumuskan strategi. Tujuan ini menjadi
salah satu landasan bagi perumusan strategi untuk
mewujudkannya. Dalam proses perencanaan strategik, tujuan ini
kemudian dijabarkan ke dalam sasaran strategik dengan ukuran
pencapaiannya.
2) Komunikasi dan Hubungan.
Balanced Scorecard memperlihatkan kepada setiap
karyawan apa yang dilakukan perusahaan untuk mencapai apa
yang menjadi keinginan para pemegang saham dan konsumen
karena oleh tujuan tersebut dibutuhkan kinerja karyawan yang
baik. Untuk itu, Balanced Scorecard menunjukkan strategi yang
menyeluruh yang terdiri dari tiga kegiatan:
Pengaruh Implementasi Balaced..., Setio Wastono, FE UMP 2010
29
- Comunicating and educating
- Setting Goals
- Linking Reward to Performance Measures
3) Rencana Bisnis
Rencana bisnis memungkinkan organisasi mengintegrasi-
kan antara rencana bisnis dan rencana keuangan mereka. Hampir
semua organisasi saat mengimplementasikan berbagai macam
program yang mempunyai keunggulannya masing-masing saling
bersaing antara satu dengan yang lainnya. Keadaan tersebut
membuat manajer mengalami kesulitan untuk mengintegrasikan
ide-ide yang muncul dan berbeda di setiap departemen. Akan
tetapi dengan menggunakan Balanced Scorecard sebagai dasar
untuk mengalokasikan sumber daya dan mengatur mana yang
lebih penting untuk diprioritaskan, akan menggerakkan ke arah
tujuan jangka panjang perusahaan secara menyeluruh.
4) Umpan Balik dan Pembelajaran.
Proses keempat ini akan memberikan strategic learning
kepada perusahaan. Dengan Balanced Scorecard sebagai pusat
sistem perusahaan, maka perusahaan dapat melaukan monitoring
terhadap apa yang telah dihasilkan perusahaan dalam jangka pendek,
dari tiga pespektif yang ada yaitu: konsumen, proses bisnis internal
serta pembelajaran dan pertumbuhan untuk dijadikan sebagai umpan
Pengaruh Implementasi Balaced..., Setio Wastono, FE UMP 2010
30
balik dalam mengevaluasi strategi. Keempat proses tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut:
a) Memperjelas dan Menerjemahkan visi dan strategi
- Memperjelas visi- Menghasilkan Konsensus
b) Merencanakan dan Menetapkan sasaran
- Menetapkan sasaran- Memadukan inisiatif strategis- Mengalokasikan sumber daya- Menetapkan tonggak-tonggak penting
c) Mengkomunikasikan dan Menghubungkan
- Mengkominikasikan dan mendidik- Menetapkan tujuan- Mengkaitkan imba-lan dengan ukuran kinerja Balanced
Scorecard
d) Umpan Balik dan Pembelajaran Strategis
- Mengartikulasikan isi bersama- Memberikan umpan balik strategis- Memfasilitasi tinjauan ulang dan pembelajaran strategis
2.2.3 Tolok Ukur dalam Balanced Scorecard.
Kemampuan perusahaan dalam menciptakan keunggulan
kompetitif merupakan tanggung jawab yang harus dipikul oleh
setiap perusahaan untuk bisa bertahan dalam jangka panjang.
Konsep Balanced Scorecard (BSC) telah lama dikembangkan oleh
Robert S. Kaplan dan David P. Norton (Harvard Business Review,
Januari, 1992).
Konsep Balanced Scorecard adalah sistem manajemen
srategis yang mendefenisikan sistem akuntansi pertanggungjawaban
Pengaruh Implementasi Balaced..., Setio Wastono, FE UMP 2010
31
berdasarkan strategi. Konsep menerjemahkan misi dan strategi
organisasi kedalam tujuan operasional dan ukuran kinerja dalam
empat perspektif, yaitu:
1) Perspektif Keuangan, menjelaskan konsekuensi ekonomi
tindakan yang diambil dalam tiga perspektif lain.
2) Perspektif Pelanggan, mendefinisikan segmen pasar dan
pelanggan dimana unit bisnis akan bersaing.
3) Perspektif proses bisnis internal, menjelaskan proses internal
yang diperlukan untuk memberikan nilai pada pelanggan dan
pemilik.
4) Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (Infrastruktur),
mendefinisikan kemampuan yang diperlukan oleh organisasi
untuk memperoleh pertumbuhan jangka panjang dan perbaikan.
Perspektif ini mengacu pada tiga faktor utama yang
memungkinkannya yaitu :
- Kemampuan pegawai- Kemampuan sistim informasi- Perilaku pegawai (motivasi, pemberdayaan, dan pensejajaran)
Dalam Balanced Scorecard, keempat perspektif tersebut
menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Keempat
perspektif tersebut juga merupakan indikator pengukuran kinerja
yang saling melengkapi dan saling memiliki hubungan sebab akibat.
Pengaruh Implementasi Balaced..., Setio Wastono, FE UMP 2010
32
2.2.3.1 Perspektif Keuangan (finansial)
Perspektif keuangan tetap menjadi perhatian dalam
Balanced Scorecard karena ukuran keuangan merupakan
ikhtisar dari konsekuensi ekonomi yang terjadi akibat
keputusan dan tindakan ekonomi yang diambil. Tujuan
pencapaian kinerja keuangan yang baik merupakan fokus
dari tujuan-tujuan yang ada dalam tiga perspektif lainnya.
Sasaran-sasaran perspektif keuangan dibedakan pada
masing-masing tahap dalam siklus bisnis yang oleh Kaplan
dan Norton dibedakan menjadi tiga tahap:
a) Growth (Berkembang)
Berkembang merupakan tahap pertama dan
tahap awal dari siklus kehidupan bisnis. Pada tahap ini
suatu perusahaan memiliki tingkat pertumbuhan yang
sama sekali atau peling tidak memiliki potensi untuk
berkembang. Untuk menciptakan potensi ini,
kemungkinan seorang manajer harus terikat komitmen
untuk mengembangkan suatu produk atau jasa baru,
membangun dan mengembangkan fasilitas produksi,
menambah kemampuan operasi, mengembangkan
sistem, infrastruktur dan jaringan distribusi yang akan
mendukung hubungan global, serta mengasuh dan
mengembangkan hubungan dengan pelanggan.
Pengaruh Implementasi Balaced..., Setio Wastono, FE UMP 2010
33
Perusahaan dalam tahap pertumbuhan mungkin
secara aktual beroperasi dengan cash flow negatif dan
tingkat pengembalian atas modal yang rendah. Investasi
yang ditanam untuk kepentingan masa depan sangat
memungkinkan memakai biaya yang lebih besar
dibandingkan dengan jumlah dana yang mampu
dihasilkan dari basis operasi yang ada sekarang, dengan
produk dan jasa dan konsumen yang masih terbatas.
Sasaran keuangan untuk growth stage menekankan pada
pertumbuhan penjualan di dalam pasar baru dari
konsumen baru dan atau dari produk dan jasa baru.
b) Sustain Stage (Bertahan).
Bertahan merupakan tahap kedua yaitu suatu
tahap dimana perusahaan masih melakukan investasi dan
reinbestasi dengan mempersyaratkan tingkat
pengembalian yang terbaik, Dalam tahap ini perusahaan
berusaha mempertahankan pangsa pasar yang ada dan
mengembankannya apabila mungkin. Investasi yang
dilakukan umumnya diarahkan untuk menghilangkan
kemacetan, mengembangkan kapasitas dan
meningkatkan perbaikan operasional secara konsisten.
Pada tahap ini perusahaan tidak lagi bertumpu pada
strategi-stratei jangka panjang. Sasaran keuangan tahap
Pengaruh Implementasi Balaced..., Setio Wastono, FE UMP 2010
34
ini lebih diarahkan pada besarnya tingkat pengembalian
atas investasi yang dilakukan.
c) Harvest (Panen).
Tahap ini merupakan tahap kematangan
(mature), suatu tahap dimana perusahaan melakukan
panen (harvest) terhadap investasi mereka. Perusahaan
tidak lagi melakukan investasi lebih jauh kecuali hanya
untuk memelihara dan perbaikan fasilitas, tidak untuk
melakukan eksppansi atau membangun suatu
kemampuan baru. Tujuan utama dalam tahap ini adalah
memaksimumkan arus kas yang masuk ke perusahaan.
Sasaran keuangan untuk harvest adalah cash flow
maksimum yang mampu dikembalikan dari investasi
dimasa lalu.
2.2.3.2 Perspektif Pelanggan.
Pada masa lalu seringkali perusahaan
mengkonsentrasikan diri pada kemampuan internal dan
kurang memperhatikan kebutuhan konsumen. Sekarang
strategi perusahaan telah bergeser fokusnya dari internal ke
eksternal. Jika suatu unit bisnis inin mencapai kinerja
keuangan yang superior dalam jangka panjang, mereka
harus menciptakan dan menyajikan suatu produk atau jasa
yang bernilai dari biaya perolehannya. Dan suatu produk
Pengaruh Implementasi Balaced..., Setio Wastono, FE UMP 2010
35
akan semakin bernilai apabila kinerjanya semakin
mendekati atau bahkan melebihi dari apa yang diharapkan
dan persepsikan konsumen (Heppy Julianto, 2000). Tolok
ukur kinerja pelanggan dibagi menjadi dua kelompok (Budi
W. Soejtipto, 1997):
a) Kelompok Inti
1) Pangsa pasar: mengukur seberapa besar proporsi
segmen pasar tertentu yang dikuasai oleh perusahaan.
2) Tingkat perolehan para pelanggan baru: mengukur
seberapa banyak perusahaan berhasil menarik
pelanggan-pelanggan baru.
3) Kemampuan mempertahankan para pelanggan lama:
mengukur seberapa banyak perusahaan berhasil
mempertahankan pelangan-pelanggan lama.
4) Tingkat kepuasan pelanggan: mengukur seberapa jauh
ppelanggan merasa puas terhadap layanan perusahaan.
5) Tingkat profitabilitas pelanggan: mengukur seberapa
besar keuntungan yang berhasil diraih oleh perusahaan
dari penjualan produk kepada para pelanggan.
b) Kelompok Penunjang.
1) Atribut-atribut produk (fungsi, harga dan mutu).
Tolok ukur atribut produk adalah tingkat harga
eceran relatif, tingkat daya guna produk, tingkat
pengembalian produk oleh pelanggan sebagai akibat
Pengaruh Implementasi Balaced..., Setio Wastono, FE UMP 2010
36
ketidak sempurnaan proses produksi, mutu peralatan
dan fasilitas produksi yang digunakan, kemampuan
sumber daya manusia serta tingkat efisiensi
produksi.
2) Hubungan dengan pelanggan, tolok ukur yang
termasuk sub kelompok ini, tingkat fleksibilitas
perusahaan dalam memenuhi keinginan dan
kebutuhan para pelanggannya, penampilan fisik dan
mutu layanan yang diberikan oleh pramunaga serta
penampilan fisik fasilitas penjualan.
3) Citra dan reputasi perusahaan beserta produk-
produknya dimata para pelanggannya dan
masyarakat konsumen.
2.2.3.3 Perspektif Proses Bisnis Internal.
Menurut Kaplan dan Norton 1996, dalam proses
bisnis internal, manajer harus bisa mengidentifikasi proses
internal yang penting dimana perusahaan diharuskan
melakukan dengan baik karena proses internal tersebut
mempunyai nilai-nilai yang diinginkan konsumen dan dapat
memberikan pengembalian yang diharapkan oleh para
pemegang saham. Tahapan dalam proses bisnis internal
meliputi:
Pengaruh Implementasi Balaced..., Setio Wastono, FE UMP 2010
37
1) Inovasi.
Inovasi yang dilakukan dalam perusahaan
biasanya dilakukan oleh bagian riset dan
pengembangan. Dalam tahap inovasi ini tolok ukur
yang digunakan adalah besarnya produk-produk baru,
lama waktu yang dibutuhkan untuk mengembangan
suatu produk secara relatif jika dibandingkan
perusahaan pesaing, besarnya biaya, banyaknya produk
baru yang berhasil dikembangkan.
2) Proses Operasi.
Tahapan ini merupakan tahapan dimana
perusahaan berupaya untuk memberikan solusi kepada
para pelanggan dalam memenuhi kebutuhan dan
keinginan pelanggan. Tolok ukur yang digunakan
antara lain Manufacturing Cycle Effectiveness (MCE),
tingkat kerusakan produk pra penjualan, banyaknya
bahan baku terbuang percuma, frekuensi pengerjaan
ulang produk sebagai akibat terjadinya kerusakan,
banyaknya permintaan para pelanggan yang tidak dapat
dipenuhi, penyimpangan biaya produksi aktual terhadap
biaya anggaran produksi serta tingkat efisiensi per
kegiatan produksi.
Pengaruh Implementasi Balaced..., Setio Wastono, FE UMP 2010
38
3) Proses Penyampaian Produk atau Jasa pada Pelanggan.
Aktivitas penyampaian produk atau jasa pada
pelanggan meliputi pengumpulan, penuimpanan dan
pendistribusian produk atau jasa serta layanan purna
jual dimana perusahaan berupaya memberikan manfaat
tambahan kepada pelanggan yang telalh membeli
produknya seperti layanan pemeliharaan produk,
layanan perbakan kerusakan, layanan penggantian suku
cadang, dan perbaikan pembayaran.
2.2.3.4 Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan.
Perspektif keempat dalam Balanced Scorecard
mengembangkan pengukuran dan tujuan untuk mendorong
organisasi agar berjalan dan tumbuh. Tujuan dari perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan adalah menyediakan
infrastruktur untuk mendukung pencapaian tiga perspektif
sebelumnya. Perspektif keuangan, pelanggan dan sasaran
dari proses bisnis internal dapat mengungkapkan
kesenjangan antara kemampuan yang ada dari orang, sistem
dan prosedur dengan apa yang dibutuhkan untuk mencapai
suatu kinerja yang handal. Untuk memperkecil kesenjangan
tersebut perusahaan harus melakukan investasi dalam
bentuk reskilling employes. Adapun faktor-faktor yang
harus diperhatikan adalah (Kaplan dan Norton, 1996):
Pengaruh Implementasi Balaced..., Setio Wastono, FE UMP 2010
39
1) Karyawan.
Hal yang perlu ditinjau adalah kepuasan karyawan
dan produktivitas kerja karyawan. Beberapa elemen
kepuasan karyawan adalah keterlibatan dalam
pengambilan keputusan, pengakuan, akses untuk
memperoleh informasi, dorongan untuk melakukan
kreativitas dan inisiatif serta dukungan dari atasan.
Produktivitas kerja merupakan hasil dari pengaruh agregat
peningkatan keahlian moral, inovasi, perbaikan proses
internal dan tingkat kepuasan konsumen. Di dalam
menilai produktivitas kerja setiap karyawan dibutuhkan
pemantauan secara terus menerus.
2) Kemampuan Sistem Informasi.
Perusahaan perlu memiliki prosedur informasi
yang mudah dipahami dan mudah dijalankan. Tolok
ukur yang sering digunakan adalah bahwa informasi
yang dibutuhkan mudah didapatkan, tepat dan tidak
memerlukan waktu lama untuk mendapat informasi
tersebut.
2.2.4 Tujuan dan Sasaran Balanced Scorecard
Adapun tujuan dan sasaran yang ingin dicapai pada setiap
perspektif dalam pendekatan balanced scorecard adalah (Barbara
Gunawan, 2000):
Pengaruh Implementasi Balaced..., Setio Wastono, FE UMP 2010
40
2.2.4.1 Perspektif Keuangan.
Terwujudnya tanggung jawab ekonomi melalui
penerapan pengetahuan manajemen dalam pengolahan
bisnis dan peningkatan produktivitas.
2.2.4.2 Perspektif Customer.
Terwujudnya tanggung jawab sosial sehingga
perusahaan dikenal secara luas sebagai perusahaan yang
akrab dengan lingkungan.
2.2.4.3 Perspektif Proses Bisnis Internal.
Terwujudnya pelipatgandaan kinerja seluruh personil
perusahaan melalui implementasi.
2.2.4.4 Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Terwujudnya keunggulan jangka penjang perusahaan
lingkungan bisnis global melalui pengembangan dan
pemfokusan potensi sumber daya manusia.
Dalam pendekatan Balanced Scorecard, pengukuran kinerja didasarkan
pada aspek keuangan maupun non keuangan. Aspek non keuangan mendapat
perhatian yang cukup serius karena pada dasarnya peningkatan kinerja
keuangan bersumber dari aspek non keuangan, yaitu peningkatan cost
effectiveness proses bisnis, peningkatan komitmen organisasi, dan peningkatan
kepercayaan pelanggan terhadap produk yang dihasilkan, sehingga apabila
perusahaan akan melakukan pelipatgandaan kinerja, maka fokus perhatian
perusahaan haruslah ditujukan kepada peningkatan kinerja di bidang
nonkeuangan, karena disitulah kinerja keuangan berasal.
Pengaruh Implementasi Balaced..., Setio Wastono, FE UMP 2010