68
13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. Konsep Teori Perilaku Perilaku adalah respon/ reaksi individu terhadap stimulasi yang berasal dari luar dan dari dalam dirinya sendiri, menurut Notoatmodjo (2012), menyatakan bahwa perilaku merupakan respon terhadap stimulasi yang diterima dari luar. Oleh karena itu ada stimulasi tersebut, maka akan terjadi perilaku pada organisme tersebut yang merupakan respon, sehingga teori ini dinamakan“S-O-R” atau Stimulus Organisme Respons. Respon ini dibedakan menjadi dua, yaitu: 1) Responden respons atau reflexive, yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut eliciting stimulation karena menimbulkan respons-respon yang relatif tetap. 2) Operant respons atau Instrumental, yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsangan tertentu. Perangsangan ini disebut reinforcing stimulation atau reinforce, karena memperkuat respons. Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulasi ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Perilaku Tertutup (covert behavior) Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert), respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. - UNMERBAYA 2.pdf · 2019. 9. 18. · Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan segala risiko merupakan sikap

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. - UNMERBAYA 2.pdf · 2019. 9. 18. · Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan segala risiko merupakan sikap

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perilaku

2.1.1. Konsep Teori Perilaku

Perilaku adalah respon/ reaksi individu terhadap stimulasi yang berasal dari

luar dan dari dalam dirinya sendiri, menurut Notoatmodjo (2012), menyatakan

bahwa perilaku merupakan respon terhadap stimulasi yang diterima dari luar.

Oleh karena itu ada stimulasi tersebut, maka akan terjadi perilaku pada organisme

tersebut yang merupakan respon, sehingga teori ini dinamakan“S-O-R” atau

Stimulus Organisme Respons. Respon ini dibedakan menjadi dua, yaitu:

1) Responden respons atau reflexive, yakni respon yang ditimbulkan oleh

rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut

eliciting stimulation karena menimbulkan respons-respon yang relatif

tetap.

2) Operant respons atau Instrumental, yakni respon yang timbul dan

berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsangan tertentu.

Perangsangan ini disebut reinforcing stimulation atau reinforce, karena

memperkuat respons.

Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulasi ini, maka perilaku dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Perilaku Tertutup (covert behavior)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau

tertutup (covert), respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. - UNMERBAYA 2.pdf · 2019. 9. 18. · Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan segala risiko merupakan sikap

14

pada perhatian, persepsi, pengetahuan dan sikap yang terjadi pada orang

yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara jelas

oleh orang lain, maka disebut covert behaviour atau unobservable

behaviour.

2. Perilaku terbuka (overt behaviour)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau

terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk

tindakan atau praktik yang dengan mudah diamati atau dilihat, maka

disebut overt behavior

2.1.2 Teori Perilaku

Perilaku manusia itu didorong oleh motif tertentu sehingga manusia

berperilaku. Dalam hal ini ada beberapa teori tentang perilaku (Machfoedz dan

Suryani, 2007).

1. Teori Naluri (Instinc Theory)

Menurut Mc Dougall perilaku itu disebabkan oleh naluri. Naluri

merupakan perilaku yang innate, perilaku yang bawaan dan naluri akan

mengalami perubahan karena pengalaman. Pendapat Mc Dougall ini

mendapatkan tanggapan yang cukup tajam dari yang menerbitkan buku

Psikologi Sosial pada tahun 1942, yang berpendapat bahwa perilaku

manusia itu disebabkan oleh banyak faktor, termasuk orang-orang yang

ada disekitarnya dengan perilakunya.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. - UNMERBAYA 2.pdf · 2019. 9. 18. · Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan segala risiko merupakan sikap

15

2. Teori Dorongan (Drive Theory)

Teori ini bertitik tolak pada pandangan bahwa organisme itu mempunyai

dorongan-dorongan atau drive tertentu. Dorongan-dorongan ini

berkaitann dengan kebutuhan-kebutuhan organisme yang mendorong

organisme berperilaku. Bila organisme ini mempunyai kebutuhan dan

organisme ingin memenuhi kebutuhan nya maka akan terjadi ketegangan

dalam diri organisme itu. Bila organisme berperilaku dan dapat

memenuhi kebutuhan nya, maka akan terjadi pengurangan atau reduksi

dari dorongan-dorongan tersebut, oleh karena itu menurut Hull disebut

juga teori drive reduction.

3. Teori Intensif (Incentive Theory)

Dengan intensif akan mendorong organisme berbuat atau berperilaku.

Insentif atau disebut juga reinforcement ada yang positif dan negatif.

Reinforcement positif adalah yang berkaitan dengan hadiah atau award,

sedangakan reinforcement negatif adalah yang berkaitan dengan sanksi

sehingga dapat mengahambat organisme dalam berperilaku, ini berarti

perilaku timbul karena adanya insentif atau reinforcement.

4. Teori Atribusi

Teori ini menjelaskan tentang sebab-sebab perilaku orang. Apakah

perilaku tersebut disebabkan oleh disposisi internal (misal motif, sikap

dsb) atau keadaan eksternal. Pada dasarnya perilaku manusia itu dapat

atribusi interna, tetapi juga dapat atribusi eksternal.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. - UNMERBAYA 2.pdf · 2019. 9. 18. · Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan segala risiko merupakan sikap

16

2.1.3 Proses Pembentukan Perilaku

Benyamin Bloom membagi perilaku manusia kedalam 3 domain, ranah atau

kawasanyakni

a).Perilaku kongnitif (kesadaran, pengetahuan),

b). Afektif (emosi),

c). Psikomotor (gerakan, tindakan).

Menurut Kihajar Dewantoro membagi perilaku manusia ke dalam 3 domain, ranah

atau kawasan yakni:

a). Cepta (peri akal),

b). Rasa ( peri rasa),

c). Karsa (peri tindak).

Menurut Ahli-ahli lain

a). Knowledge (pengetahuan),

b). Attitude (sikap),

c). Practice (tindakan) ( Ali Irfan, 2002).

Perkembangan nya untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni:

1. Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan

menusia diperoleh melalui mata dan telinga.Pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang

(overt behavior).

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. - UNMERBAYA 2.pdf · 2019. 9. 18. · Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan segala risiko merupakan sikap

17

a. Proses Adopsi Perilaku

Pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan.Notoatmodjo (2003), mengungkapkan bahwa sebelum orang

mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut

terjadi proses yang berurutan, yakni :

1. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

2. Interest, yakni orang tertarik kepada stimulus.

3. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut

bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

4. Trial, yakni orang mulai mencoba perilaku baru.

5. Adaption, yakni subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

b. Tingkat Pengetahuan di Dalam Domain Kognitif

Pengatahuan yang tercakup di dalam doamain kognitif mempunyai 6

tingkatan : (Notoatmodjo, 2012)

1. Tahu (kno)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajri

sebelumnya.

2. Memehami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan

materi tersebut secara benar.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. - UNMERBAYA 2.pdf · 2019. 9. 18. · Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan segala risiko merupakan sikap

18

3. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenar nya).

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur

organisasi dan masih ada kaitanya satu sama lain.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penelitian terhadap suatu materi atau objek.

2. Sikap (attitude)

Sikap sebagai tindakan kecenderungan yang bersifat positif atau negatif

yang berhubungan dengan objek psikologis. Sikap secara nyata menunjukkan

konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam

kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang emosional terhadap stimulus sosial.

Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu

sebagai suatu penghayatan terhadap objek.

Menurut Notoatmodjo (2012) sikap di bedakan atas beberapa tindakan :

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. - UNMERBAYA 2.pdf · 2019. 9. 18. · Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan segala risiko merupakan sikap

19

1. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus

yang diberikan (objek).

2. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas

yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

3. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah

adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4. Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan segala

risiko merupakan sikap yang tinggi bahwa sikap mempunyai tiga komponen

pokok yaitu :

1) Keyakinan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

2) Kepercayaan, ide, konsep terhadap suatu konsep.

3) Kecenderungan untuk bertindak.

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh dalam

pembentukan sikap , pengetahuan, berfikir, keyakina dan emosional memegang

peranan yang sangat penting (Notoatmodjo, 2012).

3. Praktek atau tindakan (Practice)

Suatu sikap belum pasti akan dilakukan dalam bentuk tindakan (overt

behavior). Bahwa untuk menunjukkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata

diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain

fasilitas. Sikap ibu yang positif terhadap imunisasi harus mendapatkan konfirmasi

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. - UNMERBAYA 2.pdf · 2019. 9. 18. · Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan segala risiko merupakan sikap

20

dari suaminya, dan ada fasilitas imunisasi yang mudah dicapai, agar ibu tersebut

mengimunisasikan anaknya. Disamping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor

dukungan (support) dari pihak lain, misalnya dari suami atau istri, orang tua atau

mertua dan lain-lain.

Tingkat-tingkat praktek :

a) Persepsi (Perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan

diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama. Misalnya, seorang ibu

dapat memilih makanan yang bergizi tinggi bagi anak balitanya.15

b) Respons Terpimpin (Guided Responses)

Melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh

adalah merupkan indiktor prektek tingkat dua. Misalnya, seorang ibu dapat

memasak sayur dengan benar, mulai dari cara mencuci dan memotong-

motongnya, lamanya memasak, menutup pancinya dan sebagainya.

c) Mekanisme (Mecanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis

atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek

tingkat tiga. Misalnya seorang ibu yang sudah mengimunisasikan bayinya pada

umur-umur tertentu tanpa menunggu perintah atau ajakan orang lain.

d) Adaptasi (Adaptation)

Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan

baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasianya tanpa mengurangi kebenaran

tindakan tersebut. Misalnya, ibu dapat memilih dan memasak makanan yang

bergizi tinggi berdasarkan bahan-bahan yang murah dan sederhana.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. - UNMERBAYA 2.pdf · 2019. 9. 18. · Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan segala risiko merupakan sikap

21

2.1.4 Faktor yang mempengaruhi perilaku.

Menurut Lawrence Green (1980), seperti yang dikutip Notoatmodjo (2012),

perilaku ditentekan oleh 3 faktor utama, yaitu:

1. Faktor presisposisi (predisposing factors)

Faktor-faktor yang dapat mempermudah atau mempredis posisi

terjadinya perilaku pada diri seseorang atau masyarakat adalah

pengetahuan dan sikap seseorang atau masyarakat tersebut terhadap apa

yang akan dilakukan. Misalnya perilaku ibu untuk memeriksakan

kehamilannya akan dipermudah apabila ibu tersebut tahu apa manfaat

periksa hamil, tahu siapa dan dimana periksa hamil tersebut dilakukan.

2. Faktor pemungkin (enabling factors)

Faktor pemungkin atau pendukung (enabling) perilaku adalah fasilitas,

saran atau prasarana yang mendukung atau yang memfasilitasi terjadinya

perilaku seseorang atau masyarakat. Misalnya, untuk terjadinya perilaku

ibu periksa hamil, maka diperlukan bidan atau dokter, fasilitas periksa

hamil seperti puskesmas, rumah sakit, klinik, posyandu dan sebagainya.

3. Faktor penguat (reinforcing factors)

Pengetahuan, sikap dan fasilitas yang tersedia kadang-kadang belum

menjamin terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Sering terjadi

bahwa masyarakat sudah tahu manfaat keluarga berencana (ber-KB)

dan juga telah tersedia di lingkungannya fasilitas pelayanan KB, tetapi

mereka belum ikut KB karena alasan yang sederhana.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. - UNMERBAYA 2.pdf · 2019. 9. 18. · Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan segala risiko merupakan sikap

22

2.2 Konsep Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS)

Di Sekolah PHBS di sekolah adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan

oleh Peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran

Sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah Penyakit,

meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam Mewujudkan lingkungan

sehat. Menurut Lawrence Green (1980), Ada beberapa indikator yang dipakai

sebagai Ukuran untuk menilai PHBS di sekolah yaitu :

1. Mencuci tangan dengan air yang mengalir

2. Perilaku mencuci tangan menggunakan sabun

3. Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah.

4. Menggunkan jamban yang bersih dan sehat

5. Olahraga yang teratur dan terukur

6. Memberantas jentik nyamuk

7. Tidak merokok dalam disekolah

8. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan

9. Membuang sampah pada tempatnya

10. Jajan sebarangan

2.2.1 Definisi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Definisi PHBS adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau

menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat,

dengan membuka jalur komunikas, memberikan informasi dan edukasi untuk

meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, sehingga membantu masyarakat

mengenali dan mengatasi masalah sendiri, dalam tatanan rumah tangga, agar

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. - UNMERBAYA 2.pdf · 2019. 9. 18. · Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan segala risiko merupakan sikap

23

dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara, dan

meningkatkan kesehatan. PHBS pada tatanan rumah tangga dinilai berdasarkan 16

indikator yang meliputi 4 indikator perilaku dan 4 indikator lingkungan. Sembilan

indikator perilaku ini adalah (1) Perilaku tidak merokok (2) Kebersihan Mencuci

Tangan, (3) Kebersihan Menggosok Gigi, (4) Olah Raga. Sedangkan Indikator

Lingkungan pada PHBS adalah (1) sarana air bersih, (2) Jamban, (3) Tempat

Sampah, (4) Sarana Pembuangan Air Limbah Sementara itu masyarakat dari

laporan yang di dapat dari Target persentase RT berperilaku hidup bersih sehat

dalam indikator IS 2012 adalah 65%, sementara hasil pencapaian di Kabupaten

surabaya sebesar 100%. Walaupun dari jumlah siswa- siswa yang dipantau semua

berperilaku sehat, tapi data tersebut belum dapat mengambarkan RT berperilaku

sehat di Kab. Dengan demikian masih diperlukan upaya peningkatan PHBS antara

lain melalui pendekatan pimpinan, bina suasana, dan pemberdayaan masyarakat.

2.2,2 Indikator PHBS di setiap tatanan

Menurut, Notoatmodjo (2012), Indikator tatanan sehat terdiri dari indikator

perilaku dan indikator lingkungan di lima tatanan yaitu, tatanan rumah tangga,

tatanan institusi kesehatan, tatanan tempat-tempat umum, tatanan sekolah dan

tatanan tempat tempat kerja.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. - UNMERBAYA 2.pdf · 2019. 9. 18. · Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan segala risiko merupakan sikap

24

Tabel 2.1.3 Indikator PHBS di Setiap Tatanan

PHBS di setiap Tatanan Syarat Sasaran

PHBS di Rumah Tangga

a. Persalinan ditolong

oleh tenaga kesehatan

(dokter dan bidan)

b. Memberi ASI

Ekslusif

c. Menimbang balita

setiap bulan

d. Menggunakan air

bersih

e. Mencuci tangan

dengan air bersih dan

sabun

f. Menggunakan jamban

sehat

g. Memberantas jentik di

rumah sekali

seminggu

h. Makan buah dan

sayur setiap hari

i. Melakukan aktifitas

fisik setiap hari

j. Tidak merokok di

dalam rumah

a. Pasangan usia subur

b. Ibu hamil dan

menyusui

c. Anak dan remaja

d. Usia lanjut

e. Pengasuh anak

PHBS di Institusi

Kesehatan

a. Menggunakan air

bersih

b. Menggunakan jamban

c. Membuang sampah

pada tempatnya

d. Tidak merokok di

institusi kesehatan

e. Tidak meludah

sembarangan

f. Memberantas jentik

nyamuk

a. Pasien

b. Keluarga pasien

c. Pengunjung

d. Petugas kesehatan di

institusi kesehatan

e. Karyawandi institusi

kesehatan

PHBS di Tempat tempat

Umum

a. Menggunakan air

bersih

b. Menggunakan jamban

a. Masyarakat

pengunjung

b. Pedagang

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. - UNMERBAYA 2.pdf · 2019. 9. 18. · Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan segala risiko merupakan sikap

25

c. Membuang sampah

pada tempatnya

d. Tidak merokok di

tempat umum

e. Tidak meludah

sembarangan

f. Memberantas jentik

nyamuk

c. Petugas kebersihan ,

keamanan pasar

d. Konsumen

e. Pengelola (pramusaji)

f. Jamaah

g. Pemeliharaan/

pengelola tempat

ibadah

h. Remaja tempat ibadah

i. Penumpang

j. Awak angkutan

umum

k. Pengelola angkutan

umum

PHBS di Tatanan

Sekolah

a. Mencuci tangan

dengan air yang

mengalir dan

memakai sabun

b. Mengkonsumsi

jajanan sehat di kantin

sekolah

c. Menggunkan jamban

yang bersih dan sehat

d. Olahraga yang teratur

dan terukur

e. Memberantas jentik

nyamuk

f. Tidak merokok di

sekolah

g. Menimbang berat

badan dan mengukur

tinggi badan setiap 6

bulanh. Membuang

sampah pada

a. Siswa

b. Warga sekolah

(kepala sekolah, guru,

kayawan sekolah,

komite dan orangtua

siswa)

c. Masyarakat

lingkungan sekolah

(penjaga kantin,

satpam

PHBS di Tempat tempat

Kerja

a. Tidak merokok di

tempat kerja

b. Membeli dan

mengkonsumsi

makanan dari tempat

kerja

c. Melakukan olahraga

a. Pekerja

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. - UNMERBAYA 2.pdf · 2019. 9. 18. · Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan segala risiko merupakan sikap

26

secara teratur/aktifitas

fisik

d. Mencuci tangan

dengan air bersih dan

sabun sebelum makan

dan sesudah buang air

besar dan buang air

kecil

e. Memberantas jentik

nyamuk di tempat

kerja

f. Menggunakan air

bersih

g. Menggunakan jamban

saat buang air kecil

dan besar

h. Membuang sampah

pada tempatnya

i. Mempergunakan alat

pelindung diri (APD)

sesuai jenis pekerjaan

2.2.2 Sasaran PHBS di Tatanan Sekolah

Dalam program pembinaan PHBS ini diarahkan pada sasaran utamayaitu

PHBS Tatanan Sekolah yaitu siswa, warga sekolah (kepala sekolah, guru,

karyawan sekolah, komite sekolah dan orangtua siswa) dan masyarakat

lingkungan sekolah (penjaga kantin dan satpam) (Proverawati,2012).sasaran

PHBS pada usia sekolah (6-10 tahun) yang kurang baik akan menimbulkan

berbagai penyakit seperti diare, sakit gigi, sakit kulit dan cacingan. Dengan

demikian untuk mengurangi prevalensi dampak buruk tersebut, maka perlu

diterapkan sasaran PHBS dengan memperhatikan halhal sebagai berikut :

1. Kebersihan Kulit Memelihara kebersihan kulit, harus memperhatikan

kebiasaan berikut ini :

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. - UNMERBAYA 2.pdf · 2019. 9. 18. · Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan segala risiko merupakan sikap

27

a. Mandi dua kali sehari

b. Mandi pakai sabun

c. Menjaga kebersihan pakaian

d. Menjaga kebersihan lingkungan

2. Kebersihan Rambut Menurut Potter dan Perri, (2005) untuk selalu memelihara

rambut dan kulit kepala dan kesan cantik serta tidak berbau aspek, perlu

diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Memberhatikan kebersihan rambut dengan mencuci rambut sekurang

kurangnnya dua kali seminggu

b. Mencuci rambut dengan shampo/ bahan pencuci rambut lain

c. Sebaiknya menggunakan alat-alat pemeliharaan rambut sendiri

3. Kebersihan Gigi Menurut Irianto (2007), hal-hal yang perlu diperhatikan dalam

menjaga kebersihan gigi adalah sebagai berikut :

a. Menggosok gigi secara benar dan teratur dan dianjurkan setiap habis makan

b. Memakai sikat gigi sendiri

c. Menghindari makanan yang merusak gigi

d. Membiasakan makan buah-buahan yang menyehatkan gigi

e. Memeriksakan gigi secara rutin

4. Kebersihan Tangan, Kaki dan Kuku Menurut Potter dan Perri (2005), hal-hal

yang perlu diperhatikan dalam memelihara kebersihan tangan, kaki, dan kuku

yaitu:

a. Mencuci tangan sebelum makan

b. Memotong kuku secara teratur

c. Kebersihan lingkungan

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. - UNMERBAYA 2.pdf · 2019. 9. 18. · Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan segala risiko merupakan sikap

28

5. Kebiasaan Berolahraga Olahraga yang teratur mencakup kualitas gerakan dan

kuantitas dalam arti dan frekuensi yang digunakan untuk berolah raga. Dengan

demikian akan menetukan status kesehatan seseorang khususnya anak-anak

pada masa pertumbuhan (Notoatmojo, 2007).

6. Kebiasaan Tidur yang Cukup Tidur yang cukup bukan saja berguna untuk

memelihara kesehatan fisik, tetapi juga untuk kesehatan mental. Dengan

berkembangnya ilmu pengetahuan teknologi, mengacu orang untuk

meningkatkan kehidupannya di bidang sosial dan ekonomi, yang akhirnya

mendorong orang bersangkutan untuk bekerja keras tanpa menghiraukan beban

fisik dan mentalnya. Istirahat yang cukup adalah kebutuhan dasar manusia

untuk mempertahankan kesehatannya (Notoatmodjo, 2010). Tidur yang cukup

diperlukan oleh tubuh kita untuk memulihkan tenaga. Dengan tidur yang

cukup, kemampuan dan keterampilan akan meningkat sebab susunan saraf

serta tubuh terpelihara agar tetap segar dan sehat. Tidur yang sehat merupakan

kebutuhan yang penting yang dibutuhkan setiap hari. Tidur yang sehat apa bila

lingkungan tempat tidur udara-nya bersih, suasana tenang dan cahaya lampu

remang-remang (tidak silau), serta kondisi tubuh yang nyaman seperti tungkai

diletakkan agak tinggi agar mempelancar peredaran darah pada anggota gerak

bawah (Irianto K,2007). Menurut DepKes RI (1989) yang dikutip oleh

Habeahan, J.,(2009), tidur yang sehat harus memenuhi syarat kepadatan hunian

ruang tidur yaitu luas ruang tidur minimal 8 meter dan tidak dianjurkan

digunakan lebih dari 2 (dua) orang untuk tidur.

7. Gizi dan Menu Seimbang Menu seimbang adalah pola makan sehari-hari yang

memenuhi kebutuhan nutrisi yang memenuhi kebutuhan tubuh baik menurut

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. - UNMERBAYA 2.pdf · 2019. 9. 18. · Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan segala risiko merupakan sikap

29

jumlahnya (kuantitas), maupun jenisnya (kualitas) (Notoatmodjo, 2010).

Keadaan gizi setiap individu adalah faktor yang sangat penting sebab zat gizi

zat kehidupan yang esensial bagi pertumbuhan dan perkembangan manusia

sepanjang hayatnya. Gizi seimbang merupakan makanan yang beraneka ragam

yang mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan serat

sesuai dengan proporsi yang memakan sayur-sayuran dan buah-buahan serta

pola makan yang teratur yaitu tiga kali sehari pada pagi, siang dan malam hari.

2.2.3 Pelaksanaan PHBS di Tatanan Sekolah

Menurut Depkes RI (2009), indikator PHBS di sekolah terdiri dari 8

indikator yaitu :(1) mencuci tangan dengan air yang mengalir dan memakai sabun;

(2) mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah; (3) menggunakan jamban yang

bersih dan sehat; (4) olahraga yang teratur dan terukur; (5) memberantas jentik

nyamuk; (6) tidak merokok di sekolah; (7) menimbang berat badan dan mengukur

tinggi badan setiap bulan; (8) membuang sampah pada tempatnya.

2.2.5. Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan memakai sabun

Menurut WHO (2005) dalam Depkes RI (2006), ada 2 teknik dalam

melakukan cuci tangan yaitu: (1) mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan

air, (2) mencuci tangan dengan menggunakan larutan berbahan dasar alkohol.

Langkah-langkah mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan air yang

mengalir yaitu:

1) Basuh tangan dengan air

2) Tuangkan sabun secukupnya

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. - UNMERBAYA 2.pdf · 2019. 9. 18. · Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan segala risiko merupakan sikap

30

3) Ratakan dengan kedua telapak tangan

4) Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan dan

sebaliknya

5) Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari

6) Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci

7) Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan

lakukan sebaliknya

8) Gosokkan dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan ditelapak

tangan kiri dan sebaliknya

9) Gosok pergelangan tangan kiri dengan menggunakan tangan kanan dan

lakukan sebaliknya

10) Bilas kedua tangan dengan air

11) Keringkan dengan handuk sekali pakai sampai benar-benar kering

12) Gunakan handuk tersebut untuk menutup kran

13) Kedua tangan telah aman Pada langkah nomor 3 sampai dengan nomor

merupakan langkah cuci tangan dengan menggunakan sabun sedangkan

langkah nomor 2 sampai nomor 8 merupakan langkah cuci tangan

dengan menggunakan berbahan dasar alkohol yang dikenal sebagai 7

langkah hygiene tangan dan menjadi dasar pedoman prosedur tetap

mencuci tangan rumah sakit di Indonesia. Menurut Depkes RI (2008),

seluruh anggota masyarakat (siswa, guru, staf sekolah) harus mencuci

tangan sebelum makan, sesudah buang air kecil/ besar, sesudah

beraktifitas atau setiap kali tangan kotor dengan memakai sabun dan air

bersih yang mengalir.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. - UNMERBAYA 2.pdf · 2019. 9. 18. · Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan segala risiko merupakan sikap

31

Air bersih yang mengalir akan membuang kuman-kuman yang ada pada

tangan yang kotor, sedangkan sabun selain membersihkan kotoran juga dapat

membunuh kuman yang ada di tangan sehingga tangan menjadi bersih dan bebas

dari kuman serta dapat mencegah terjadinya penularan penyakit diare, demam

tifoid, kecacingan, penyakit kulit, ISPA, dan flu burung terdapat sekitar 33,6 %

siswa SD yang mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan air yang mengalir

dan hanya sekitar 7% saja siswa yang rutin setiap harinya yang mencuci tangan

dengan menggunakan sabun dan air yang mengalir. Kurang nya fasilitas disekolah

terkait dengan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir menyebabkan

penerapan mencuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir masih tergolong

rendah. Penelitian tersebut juga menyebutkan bahwa perilaku siswa yang

melakukan cuci tangan pakai sabun dan air yang mengalir menurunkan prevalensi

penyakit pencernaan sebesar 0,8% dan menunurunkan absensi siswa karena sakit

sebesar 0,7 kali. Menurut penelitian Wati (2011), terdapat sekitar 33 orang siswa

(70,2%) memiliki pengetahuan yang baik dalam melakukan cuci tangan sebelum

diberi penyuluhan dan meningkat menjadi 44 orang siswa (93,6%) setalah diberi

penyuluhan. Menurut penelitian Akbar (2013) membuktikan bahwa metode

diskusi menunjukkan metode penyuluhan yang paling efektif digunakan untuk

meningkatkan pengetahuan dan sikap anak sekolah dasar tentang PHBS. Hal ini

diketahui perbedaan rerata nilai pengetahuan dan sikap responden sesudah

intervensi baik dengan metode ceramah maupun metode diskusi dimana rerata

nilai pengetahuan dan sikap responden dengan metode diskusi yaitu 22,47 dan

14,00 lebih besar nilainya dibandingkan dengan rerata nilai pengetahuan dan sikap

responden dengan metode ceramah yaitu 21,74 dan 13,47.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. - UNMERBAYA 2.pdf · 2019. 9. 18. · Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan segala risiko merupakan sikap

32

2.2.6. Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah

Menurut Evayanti (2012), sekolah sebaiknya menyediakan warung sekolah

sehat dengan makanan yang mengandung gizi seimbang dan bervariasi sehingga

membuat tubuh siswa yang mengkonsumsi makanan/jajanan tersebut menjadi

sehat dan kuat sehingga angka ketidakhadiran siswa menjadi menurun dan proses

belajar berjalan dengan baik. Menurut penelitian yang di lakukan Hermina,

(20005), bahwa frekuensi konsumsi makanan jajanan di sekolah selama seminggu

terakhir tampak bahwa sebagian siswa (50%) mengkonsumsi makanan jajanan

yang kurang beragam jenis zat gizinya. Mereka umumnya membeli jenis makanan

jajanan yang kandungan zat gizinya hanya satu atau dua jenis sumber zat gizi,

yakni hanya mengandung karbohidrat dan lemak saja sedangkan penelitian yang

dilakukan oleh Hidayati (2005) tentang makanan jajanan di SD Negeri Pamijen

Sukaraja, menunjukkan bahwa sebagian besar makanan jajanan yang dijual belum

memenuhi nilai gizi yang diharapkan. Makanan yang dianggap sebagai makanan

berat, seperti: bubur nasi dan bubur sum-sum, berat perporsi hanya 20-40 gram,

dengan nilai energi 32-59 kkal, dan protein 0.3-0.98, sedangkan makanan semi

basah seperti: cilok, mendoan, bakwan, timus goreng, dan sosis goreng, berat per

porsi hanya 5-30 gram, dengan nilai energi 0-95 kkal, dan protein 0- 3.2 gram.

Menurut penelitian Kristanto (2008), menunjukkan bahwa pada makanan jajanan

pada anak sekolah dasar yang dijual dilingkungan sekolah maupun diluar

lingkungan sekolah tidak memenuhi syarat syarat keamanan karena penggunaan

bahan berbahaya yang dilarang seperti formalin (71,4%), boraks (23,5%), dan

hodamin B (18,5%).

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. - UNMERBAYA 2.pdf · 2019. 9. 18. · Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan segala risiko merupakan sikap

33

2.2.7. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat

Penggunaan jamban yang bersih dan sehat setiap buang air besar dan buang

air kecil dapat menjaga lingkungan sekolah disekitar sekolah menjadi bersih, sehat

serta tidak berbau. Penggunaan jamban yang bersih dan sehat dapat juga

mencegah terjadinya pencemaran air yang ada dilingkungan sekolah serta juga

dapat menghindari adanya lalat dan serangga yang dapat menimbulkan berbagai

penyakit seperti penyakit diare, demam tifoid, serta kecacingan (Evayanti, 2012).

2.2.8. Olahraga yang Teratur dan Terukur

Olahraga yang teratur dan terukur dapat memelihara kesehatan fisik dan

mental pada diri siswa serta dapat meningkatkan kebugaran tubuh siswa sehingga

siswa tidak mudah jatuh sakit. Olahraga yang teratur dan terukur dapat dilakukan

dilingkungan sekolah yang dilakukan secara bersama-sama oleh masyarakat yang

berada dilingkungan sekolah seperti karyawan sekolah, komite, penjaga kantin,

serta satpam (Evayanti, 2012).

2.2.9. Memberantas Jentik Nyamuk

Menurut Evayanti (2012), memberantas jentik nyamuk dilingkungan

sekolah dibuktikannya dengan tidak ada ditemukannya jentik nyamuk pada

penampungan air, bak mandi, gentong air, vas bunga, pot bunga/alas bunga, serta

barang-barang bekas atau tempat-tempat yang dapat menampung air yang ada

dilingkungan sekolah. Kegiatan pemberantasan nyamuk (PSN) dilingkungan

sekolah dengan menguras dan menutup tempat penampungan air, mengubur

barang-barang bekas, serta menghindari gigitan nyamuk. Lingkungan sekolah

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. - UNMERBAYA 2.pdf · 2019. 9. 18. · Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan segala risiko merupakan sikap

34

yang bebas dari jentik nyamuk dapat mencegah terjadinya penulanaran penyakit

demam berdarah, chikunya, filariasis, dan malaria.

2.2.10. Tidak Merokok di Sekolah

Menurut Proverawati (2012), dalam satu batang rokok yang di hisap akan

dikeluarkan sekitar 4.000 bahan kimia berbahaya seperti nikotin, tar dan carbon

monoksida (C0). Nikotin dapat menyebabkan ketagihan dan merusak jantung

serta aliran darah. Tar dapat menyebabkan kerusakan sel paru-paru dan kanker

sedangkan gas CO dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan darah

membawa oksigen yang akan membuat sel-sel dalam tubuh akan mati. Menurut

Riset Dasar Kesehatan (2007), sebagian besar perokok mulai merokok ketika

mereka masih anak-anak atau remaja yaitu pada usia 10-14 tahun sebesar 13,6%

dan angka tersebut mengalami peningkatan pada tahun 2010 yaitu sebesar 27,7%.

Menurut penelitian Rahmadi (2013), sekitar 32,3% siswa pernah merokok dan

umumnya mereka mempunyai pengetahuan yang kurang tentang efek negatif dari

rokok terhadap kesehatan. Kebiasaan meokok pada siswa tersebut dipengaruhi

oleh orang tua, teman sebaya, kepribadian, dan media inforrmasi yang

mengiklankan rokok.

2.2.11. Menimbang Berat Badan dan Mengukur Tinggi Badan Setiap Bulan

Kegiatan menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan pada siswa

dilakukan dengan tujuan untuk mengamati tingkat pertumbuhan pada siswa. Hasil

pengukuran dan penimbangan berat badan pada siswa tersebut dibandingkan

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. - UNMERBAYA 2.pdf · 2019. 9. 18. · Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan segala risiko merupakan sikap

35

dengan standar berat badan dan tinggi badan yang telah ditetapkan sehingga guru

mengetahui pertumbuhan siswanya normal atau tidak normal (Evayanti, 2012).

2.2.12. Membuang Sampah pada Tempatnya

Siswa dan masyarakat sekolah wajib membuang sampah pada tempat

sampah yang telah disediakan. Siswa diharapkan tahu dalam memilih jenis

sampah seperti sampah organik maupun sampah non organik. Sampah yang

berserakan dilingkungan sekolah dapat menimbulkalkan penyakit dan tidak indah

dipandang oleh mata.

2.2.13. Manfaat Pelaksanaan PHPS di Tatanan Sekolah

Menurut Proverawati (2012), manfaat Pembinaan PHBS di Sekolah yaitu :

a) Terciptanya sekolah yang bersih dan sehat sehingga siswa, guru dan

masyarakat lingkungan sekolah terlindungi dari berbagai gangguan dan

ancaman penyakit

b) Meningkatkan semangat proses belajar mengajar yang berdampak pada prestasi

belajar siswa

c) Citra sekolah sebagai institusi pendidikan semakin meningkat sehingga mampu

menarik minat orangtua

d) Meningkatkan citra pemerintah daerah di bidang pendidikan

e) Menjadi percontohan sekolah sehat bagi daerah lain.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. - UNMERBAYA 2.pdf · 2019. 9. 18. · Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan segala risiko merupakan sikap

36

2.3. Pembinaan PHBS di Tatanan Sekolah

Menurut PerMenKes RI No2269/MENKES/PER/XI/ 2011, pembinaan PHBS

adalah upaya untuk menciptakan dan melestarikan perilaku hidup yang

berorientasi kepada kebersihan dan kesehatan di masyarakat, antar

masyarakat dapat mandiri dalam mencegah dan menanggulangi masalah-

masalah kesehatan yang dihadapinya.Pembinaan PHBS dilaksanakan melalui

penyelenggaraan Promosi Kesehatan, yaitu upaya untuk membantu

individu,keluarga, kelompok dan masyarakat agar tahu, mau dan mampu

mempraktikkan PHBS, melalui proses pembelajaran dalam mencegah dan

menanggulangi masalah-masalah kesehatan yang dihadapi, sesuai sosial

budaya setempat serta didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan

kesehatan. Di institusi pendidikan, pembinaan PHBS dilaksanakan melalui

kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) yang terintegerasi dengan kegiatan

pengembangan dan pembinaan Desa Siaga dan Kelurahan Siaga Aktif.

Namun demikian, tanggung jawab pembinaan yang terendah tidak diletakkan

di tingkat kecamatan,melainkan di tingkat kabupaten/kota (Pokjanal

Kabupaten/ Kota).

a) Pemberdayaan Pemberdayaan di institusi pendidikan seperti

sekolah, madrasah, pesantren, seminar dan lain-lain, dilakukan terhadap

para anak didik. Sebagaimana di desa atau kelurahan, di sebuah institusi

pendidikan pemberdayaan juga diawali dengan pengorganisasian

masyarakat (yaitu masyarakat institusi pendidikan tersebut).

Pengorganisasian masyarakat ini adalah untuk membentuk atau

merevitalisasi Tim Pelaksana UKS yang disebut dengan nama lain dan

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. - UNMERBAYA 2.pdf · 2019. 9. 18. · Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan segala risiko merupakan sikap

37

parapendidik di institusi pendidikan yang bersangkutan penegembangan

kapasitaspengelola. Dengan pengorganisasian masyarakat di institusi

pendidikan tersebut, maka selanjutnya pemberdayaan anak didikdapat

diserahkan kepada pimpinan institusi pendidikan, komite atau dewan

penyantun, Tim Pelaksana UKS atau yang disebut sebagai para pendidik,

dan anak-anak didik yang ditunjuk sebagai kader (misalnya dokter kecil).

b) Bina Suasana Bina suasana di institusi pendidikan selain dilakukanoleh

para pendidik, juga oleh para pemukamasyarakat (khususnya pemuka

masyarakat bidang pendidikan dan agama),pengurusorganisasi

anakdidik seperti OSIS dan sejenisnya, pramuka dan parakader. Para

pendidik, pemuka masyarakat, pengurus organisasi anak didik, Pramuka

dan kader berperansebagai panutan dalam mempraktikkan PHBS

diinstitusi pendidikan tersebut. Bina suasana juga dapat dilakukan

dengan pemanfaatan media seperti billboard di halaman, poster di

ruang kelas,pertunjukan film, pemuatan makalah/berita dimajalah

dinding atau majalah sekolah, serta penyelenggaraan

seminar/simposium/ diskusi, mengundang pakar atau alim-ulama atau

figur publikuntuk berceramah, pemanfaatan halaman untuktaman

obat/taman gizi.

c) Advokasi Advokasi dilakukan oleh fasilitator darikabupaten

/kota/provinsi terhadap para pemilik/ pimpinan institusi pendidikan,

para pendidik dan pengurus organisasi peserta didik, agar mereka

berperan serta dalam kegiatan pembinaan PHBS di institusi

pendidikannya. Para pemilik/pimpinan institusi pendidikan misalnya,

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. - UNMERBAYA 2.pdf · 2019. 9. 18. · Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan segala risiko merupakan sikap

38

harus memberikan dukungan kebijakan/pengaturan dan menyediakan

sarana agarPHBS di institusi Pendidikannya dapat dipraktikkan

.Advokasi juga dilakukan terhadap para penyandang dana, termasuk

pengusaha, agar mereka membantu upaya pembinaan PHBS di institusi

pendidikan.

2.3.1 Sasaran Pembinaan PHBS

Menurut Permen Kes RI No 2269/ MENKES/ PER/XI/ 2011, sasaran

pembinaan PHBS, ada 3 yaitu sasaran primer, sasaran sekunder dan sasaran

tersier. Sasaran primerberupa sasaran langsung, yaitu individu anggota

masyarakat,kelompok-kelompok dalam masyarakat dan masyarakatsecara

keseluruhan, yang diharapkan untuk mempraktikkan PHBS. Sasaran skunder

adalah mereka yang memiliki pengaruh terhadap sasaran primer dalam

pengambilan keputusannya untuk mempraktikkan PHBS. Termasuk disini adalah

parapemuka masyarakat atau tokoh masyarakat, yang umumnya menjadi panutan

sasaran primer. Terdapat berbagai jenistokoh masyarakat, misalnya tokoh

pertanian,tokoh pendidikan, tokoh bisnis, tokoh pemuda, tokoh remaja,tokoh

wanita, tokoh kesehatan. Sasaran tersier adalah mereka yang berada dalam posisi

pengambilan keputusan formal, she GDGN Fingga dapat memberikan dukungan ,

baik berupa kebijakan/ peraturan dan atau sumber daya dalam proses pembinaan

PHB Sterhadap sasaran primer. Mereka sering juga disebut sebagai tokoh

masyarakat formal, yakni orang yang memiliki posisimenentukan dalam struktur

formal di masyarakatnya (disebut juga penentu kebijakan) yang memiliki

kemampuan untuk mengubahsistem nilai dan norma masyarakat melalui

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. - UNMERBAYA 2.pdf · 2019. 9. 18. · Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan segala risiko merupakan sikap

39

pemberlakuan kebijakan/peraturan, serta menyediakan sarana yang diperlukan.

Langkah-langkah pembinaan PHBS di sekolah sebagai berikut :

a) Analisis Situasi

b) Pembentukan kelompok kerja

c) Pembuatan Kebijakan PHBS di sekolah

d) Penyiapan Infrastruktur

e) Sosialisasi Penerapan PHBS di sekolah

f) Penerapan PHBS di Sekolah

g) Pemantauan dan evaluasi

2.3.2 Dukungan dan Peran untuk Membina PHBS di Sekolah

Adanya kebijakan dan dukungan dari pengambil keputusan seperti Bupati,

Kepala Dinas pendidikan, Kepala Dinas Kesehatan, DPRD, lintas sektor sangat

penting untuk pembinaan PHBS disekolah demi terwujudnya sekolah sehat. Peran

dari berbagai pihak terkait (Tim Pembina dan pelaksana UKS) juga penting,

sedangkan masyarakat sekolah hanya berpartisipasi dalam perilaku hidup bersih

dan sehat baik di sekolah maupun di masyarakat Menurut Per MenKes RI No

2269/ MENKES/ PER/ XI/ 2011, ada beberapa dukungan dan peran dalam

pembinaan PHBS di tatanan sekolah yaitu :

1. Pemilik/Komite/ Dewan Penyantun/Pengelola Institusi Pendidikan

a) Memberikan dukungan kebijakan berupa peraturan yang mrndukung

pembinaan PHBS di institusi pendidikannya.

b) Menyediakan sarana/fasilitas (air bersih, jambansehat, kantin sehat, tempat

sampah dan lain-lain) untuk mendukung PHBS di institusi pendidikannya.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. - UNMERBAYA 2.pdf · 2019. 9. 18. · Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan segala risiko merupakan sikap

40

c) Menyediakan dana dan sumber daya lain yang diperlukan untuk

pembinaan PHBS di institusi pendidikannya.

2. Tim Pelaksana UKS/ Pendidik

a) Menyusun rencana, melaksanakan, memantau dan menegevaluasi

pembinaan PHBS di institusi pendidikannya.

b) Membentuk dan menyelenggarakan Klinik Konsultasi Kesehatan.

3. Kader

a) Melaksanakan promosi kesehatan dalam rangka pembinaan PHBS bagi

teman-teman (anak didik) lainnya.

b) Membantu penyelenggaraan Klinik Konsultasi.

2.3.3 Sanitasi Dasar

Sanitasi dasar adalah sanitasi minimum yang diperlukan untuk menyediakan

lingkungan sehat yang memenuhi syarat kesehatan yang menitik beratkan pada

pengawasan berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan

manusia (Azwar,1999).Upaya sanitasi dasar meliputi penyediaan air bersih,

pembuangan kotoran manusia (jamban), pengelolaan sampah dan saluran

pembuangan air limbah.

2.3.4 Penyediaan Air Bersih

Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan sehari-hari setelah

udara. Sekitar ¾ bagian tubuh kita terdiri atas air, tak seorangpun dapat bertahan

hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Air juga dapat dipergunakan untuk

memasak, mencuci, mandi, dan membersihkan kotoran yang ada di sekitar rumah.

Air juga dipergunakan untuk keperluan industri, pertanian, pemadam kebakaran,

tempat rekreasi, dan transportasi. Volume rata-rata kebutuhan air setiap individu

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. - UNMERBAYA 2.pdf · 2019. 9. 18. · Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan segala risiko merupakan sikap

41

per hari berkisar antara 150-200 liter/35-40 galon. Kebutuhan air tersebut

bervariasi dan bergantung pada keadaan iklim, standar kehidupan, dan kebiasaan

masyarakat. Menurut analisis WHO, pada negara-negara maju setiap orang

memerlukan air antara 60-120 liter per hari, sedangkan pada negara berkembang

tiap orang memerlukan air antara 30-60 liter per hari (Mubarak,2009). Air

merupakan kebutuhan mutlak bagi manusia sebab manusia akan lebih cepat

meninggal karena kekurangan air daripada kekurangan makanan. Pada tumbuh

orang dewasa sekitar 55-60% berat badan terdiri air , untuk anak-anak sekitar 65%

dan untuk bayi sekitar 80% (Notoatmodjo, 2007).

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.416/ MenKes/Per

/IX/1990, yang di maksud air bersih adalah air bersih yang digunakan untuk

keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat

diminum apabila telah di masak. Air bersih merupakan salah satu kebutuhan

manusia untuk memenuhi standar kehidupan manusia secara sehat. ketersediaan

air yang terjangkau dan berkelanjutan menjadi bagian terpenting bagi setiap

individu baik yang tinggal di perkotaan maupun di perdesaan. Air yang

diperuntukkan bagi konsumsi manusia harus berasal dari sumber air yang bersih

dan aman. Batasan-batasan sumber air yang bersih dan aman sebagai berikut :

1) Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit

2) Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun

3) Tidak berasa dan tidak berbau

4) Dapat di pergunakan untuk kebutuhan domestik/ rumah tangga

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. - UNMERBAYA 2.pdf · 2019. 9. 18. · Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan segala risiko merupakan sikap

42

5) Memenuhi standar minimal yang ditemuakan oleh WHO atau Departemen

Kesehatan RI (Mubarak, 2009). Menurut Depkes RI (2005), Syarat Air Bersih

haruslah memenuhi dua syarat yaitu kuantitas dan kualitas

a) Syarat Kuantitatif Syarat kuantitatif adalah jumlah air yang dibutuhkan setiap

hari tergantung kepada aktifitas dan tingkat kebutuhan. Makin banyak aktifitas

yang dilakukan maka kebutuhan air akan semakin besar. Secara kuantitas di

Indonesia diperkirakan dibutuhkan air sebanyak 138,5 liter/orang/hari dengan

perincian yaitu untuk mandi, cuci kakus 12 liter, minum 2 liter, cuci pakaian

10,7 liter, kebersihan rumah 31,4 liter, taman 11,8 liter, cuci kendaraan 21,8

liter, wudhu 16,2 liter, lain-lain 33,3 liter (Slamet, 2007).

b) Syarat Kualitatif Syarat kualitas meliputi parameter fisik, kimia, radio

aktivitas, dan mikrobiologis yang memenuhi syarat kesehatan menurut

Peraturan

Menteri Kesehatan RI Nomor 416/Menkes/Per/ IX/1990 tentang Syarat-Syarat

dan Pengawasan Kualitas Air (Slamet, 2007).

1) Parameter Fisik Air yang memenuhi persyaratan fisik adalah air yang tidak

berbau, tidak berasa, tidak berwarna, tidak keruh atau jernih, dan dengan

suhu sebaiknya di bawah suhu udara sedemikian rupa sehingga

menimbulkan rasa nyaman, dan jumlah zat padat terlarut (TDS) yang

rendah.

a) Bau Air yang berbau selain tidak estetis juga tidak akan disukai oleh

masyarakat. Bau air dapat memberi petunjuk akan kualitas air. Bau air

kebanyakan disebabkan oleh adanya bahan organik dalam air atau

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. - UNMERBAYA 2.pdf · 2019. 9. 18. · Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan segala risiko merupakan sikap

43

adanya peningkatan aktifitas bakteri dan yang bisa juga disebabkan

oleh pengotoran industri (Mubarak, 2009).

b) Rasa Air yang bersih biasanya tidak memberi rasa/tawar. Air yang

tidak tawar dapat menunjukkan kehadiran berbagai zat yang dapat

membahayakan kesehatan. Perubahan rasa secara normal dalam

penyediaan air bersih bisa memeberikan suatu tanda adanya perubahan

kualitas air baku atau adanya kekeliruan dalam proses pengolahan air

(Mubarak, 2009).

c) Warna Air sebaiknya tidak berwarna untuk alasan estetis dan untuk

mencegah keracunan dari berbagai zat kimia maupun mikroorganisme

yang berwarna. Warna dapat disebabkan adanya tannin dan asam

humat yang terdapat secara alamiah di air rawa, berwarna kuning

muda, menyerupai urin, oleh karenanya orang tidak mau

menggunakannya. Selain itu, zat organik ini bila terkena khlor dapat

membentuk senyawa-senyawa khloroform yang beracun. Warnapun

dapat berasal dari buangan industri ( Slamet, 2007).

d) Kekeruhan Kekeruhan air disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi,

baik yang bersifat anorganik maupun yang organik. Zat anorganik

biasanya berasal dari lapukan batuan dan logam, sedangkan yang

organik dapat berasal dari lapukan tanaman atau hewan. Buangan

industri dapat juga merupakan sumber kekeruhan. Kekeruhan yang

tinggi akan melindungi mikroorganisme dari pengaruh desinfeksi,

mendorong pertumbuhan bakteri, menaikkan kebutuhan klor. Pada

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. - UNMERBAYA 2.pdf · 2019. 9. 18. · Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan segala risiko merupakan sikap

44

semua proses desinfeksi dengan memperoleh hasil yang efektif maka

kekeruhan air harus selalu rendah (Mubarak, 2009).

e) Suhu Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas terutama agar tidak

terjadi pelarutan zat kimia yang ada pada saluran/pipa yang dapat

membahayakan kesehatan, menghambat reaksi-reaksi biokimia di

dalam saluran/pipa, mikroorganisme pathogen tidak mudah

berkembang biak, dan bila diminum air dapat menghilangkan dahaga

(Slamet, 2007).

f) Jumlah Zat Padat Terlarut Jumlah zat padat terlarut (TDS) biasanya

terdiri atas zat organik, garam anorganik, dan gas terlarut. Bila TDS

bertambah maka kesadahan akan naik pula. Selanjutnya efek TDS

ataupun kesadahan terhadap kesehatan tergantung pada spesies kimia

penyebab masalah tersebut (Slamet, 2007).

1) Parameter Mikrobiologis Sumber-sumber air di alam pada

umumnya mengandung bakteri. Jumlah dan jenis bakteri berbeda

sesuai dengan tempat dan kondisi yang mempengaruhinya. Oleh

karena itu air yang digunakan untuk keperluan seharihari harus

bebas dari bakteri pathogen. Bakteri golongan coli tidak merupakan

bakteri golongan pathogen, namum bakteri ini merupakan indikator

dari pencemaran air oleh bakteri pathogen.

2) Parameter Radioaktifitas Dari segi parameter radioaktivitas, apapun

bentuk radioaktivitas efeknya adalah sama, yakni menimbulkan

kerusakan pada sel yang terpapar. Kerusakan dapat berupa

kematian dan perubahan komposisi genetik. Kematian sel dapat

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. - UNMERBAYA 2.pdf · 2019. 9. 18. · Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan segala risiko merupakan sikap

45

diganti kembali apabila sel dapat beregenerasi dan apabila tidak

seluruh sel mati. Perubahan genetis dapat menimbulkan berbagai

penyakit seperti kanker dan mutasi. Parameter radioaktifitas seperti

sinal alfa, sinar beta dan gama yang berbeda dalam kemampuan

menembus jaringan tubuh.Sinar alfa sulit menembus kulit,

sedangkan sinar beta dapat menembus kulit, dan sinar gama dapat

menembus sangat dalam. Kerusakan yang terjadi ditentukan oleh

intensitas sinar serta frekuensi dan luasnya pemaparan (Slamet,

2007).

3) Parameter Kimia Dari segi parameter kimia, air yang baik adalah

air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat-zat kimia yang

berbahaya bagi kesehatan antara lain air raksa (Hg), alumunium

(Al), Arsen (As), barium (Ba), besi (Fe), Flourida (F), Kalsium

(Ca), Cadmium (Cd), derajat keasaman (pH), dan zat kimia

lainnya. Air sebaiknya tidak asam dan tidak basa (Netral) untuk

mencegah terjadinya pelarutan logam berat dan korosi jaringan

distribusi air. Air merupakan bahan pelarut yang bagus karena

dapat melarutkan berbagai element kimia yang dilaluinya sehingga

pH yang dianjurkan untuk air bersih adalah 6,5 – 9 (Slamet, 2007).

2.3.5 Pembuangan Kotoran Manusia (Jamban)

Dengan bertambahnya penduduk yang tidak seabnding dengan area

pemukiman,masalah pembuangan kotoran manusia meningkat. Dari segi

kesehatan masyarakat masalah pembuangan kotoran manusia merupakan masalh

yang pokok untuk sedini mungkin diatasi sebab kotoran manusia (feces) adalah

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. - UNMERBAYA 2.pdf · 2019. 9. 18. · Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan segala risiko merupakan sikap

46

sumber penularan penyakit yang multikompleks. Kotoran manusia merupakan

sebuah benda yang sudah tidak dipakai lagi oleh tubuh dan yang harus

dikeluarkan dari dalam tubuh seperti tinja (feces), air seni (urine), dan CO2

(Notoatmodjo, 2007). Syarat jamban yang sehat adalah sebagai berikut:

1) Konstruksi kuat

2) Kotoran tidak mencemari permukaan tanah, air tanah dan air

permukaan

3) Jarak jamban dengan sumber air bersih tidak kurang dari 10 meter

4) Pencahayaan minimal 100 lux (Kep Men Kes N0. 519 TAHUN 2014)

5) Tidak menjadi sarang serangga (nyamuk, lalat, kecoa)

6) Ventilasi 20% dari luas lantai

7) Di lengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air, dan

berwarna terang

8) Murah

9) Memiliki saluran dan pembuangan akhir yang baik yaitu lubang selain

tertutup juga harus di semen agar tidak mencemari lingkungannya

10) Tersedia air dan alat pembersih Menurut Notoatmodjo (2007), agar

persyaratan-persyaratan tersebut dapat dipenuhi maka perlu

diperhatikan antara lain :

a) Sebaiknya jamban tertutup artinya bangunan jamban terlindung dari

panas dan hujan, serangga dan binatang-binatang lain, terlindung

dari pandangan orang (privacy)

b) Bangunan jamban sebaiknya mempunyai lantai yang kuat, tempat

berpijak yang kuat

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. - UNMERBAYA 2.pdf · 2019. 9. 18. · Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan segala risiko merupakan sikap

47

c) Bangunan jamban sedapat mungkin ditempatkan pada lokasi yang

tidak mengganggu pandangan, tidak menimbulkan bau

d) Di sediakan alat pembersih atau kertas pembersih.

2.3.6 Pengelolaan Sampah

Sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai

lagi oleh manusia, atau benda padat yang sudah tidak digunakan lagi dalam suatu

kegiatanmanusia dan dibuang. Pengelolaan sampah meliputi penyimpanan,

pengumpulan dan pemusnahan sampah yang dilakukan sedemikian rupa sehingga

sampah tidak mengganggu kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup

(Notoatmodjo, 2007). Syarat-syarat tempat sampah antara lain :

1. Konstruksinya kuat agar tidak mudah bocor, untuk mencegah

berseraknya sampah

2. Mempunyai tutup,mudah dibuka, dikosongkan isinya serta dibersihkan,

sangat dianjurkan agar tutup sampah ini dapat dibuka atau ditutup tanpa

mengotori tangan

3. Ukuran tempat sampah sedemikian rupa, sehingga mudah diangkut oleh

satu orang.

2.3.7 Saluran Pembuangan Air Limbah

Air limbah atau air buangan adalah air sisa yang di buang yang berasal dari

rumah tangga , industri maupun tempat-tempat umum lainnya yang mengandung

bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan manusia serta

mengganggu lingkungan hidup (Notoatmodjo, 2007). Menurut Mubarak (2009) ,

sarana pembuangan air limbah yang sehat harus memenuhi persyaratan sebagai

berikut :

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. - UNMERBAYA 2.pdf · 2019. 9. 18. · Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan segala risiko merupakan sikap

48

1) Tidak mengakibatkan kontaminasi terhadap sumber air bersih

2) Tidak mengakibatkan pencemaran air untuk perikanan air sungai, atau

tempattempat rekreasi serta keperluan sehari-hari

3) Tidak di hinggapi oleh lalat, serangga dan tikus dan tidak menjadi

tempat berkembang biaknya berbagai bibit penyakit dan vektor

4) Tidak terbuka dan harus tertutup jika tidak di olah

5) Tidak mengakibatkan pencemaran air permukaan 6. Tidak

menimbulkan bau atau aroma tidak sedap.

2.4 Sekolah Dasar

2.4.1 Pengertian Sekolah Dasar

Sekolah Dasar merupakan jenjang paling dasar pada pendidikan formal di

Indonesia, ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas 1 sampai kelas

6 dan merupakan suatu lembaga dengan organisasi yang tersusun rapi dan

segala aktivitas nya direncanakan dengan sengaja yang disebut kurikulum

(Ahmadi, 2001).

1. Fungsi Sekolah Menurut Ahmadi (2001) sekolah memiliki fungsi yakni:

a) Membantu lingkungan keluarga untuk mendidik dan mengajar,

memperbaiki, dan memperdalam atau memperluas tingkah laku anak

didik yang dibawa dari keluarga serta membantu pengembangan bakat

b) Mengembangkan kepribadian peserta didik dapat bergaul dengan guru dan

teman- temannya sendiri, taat kepada peraturan atau disiplin dan dapat

terjun di masyarakat berdasarkan norma yang berlaku.

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. - UNMERBAYA 2.pdf · 2019. 9. 18. · Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan segala risiko merupakan sikap

49

2. Faktor yang mempengaruhi lingkungan sekolah Menurut Azwar (1999), ada

beberapa faktor- faktor lingkungan yang mempengaruhi kehidupan sekolah

yang sehat yaitu sebagai berikut :

a) Persediaan air bersih yang terdiri dari air ledeng dan bukan air ledeng

b) silitas cuci tangan yaitu disediakan kran-kran atau tempat air untuk

cucitangan

c) WC yang memenuhi syarat kesehatan

d) Tempat pembuangan sampah yang mudah dijangkau dan memenuhi syarat

kesehatan.

e) Saluran pembuangan air limbah (air bekas) yang lancar (tidak tersumbat).

f) Program sanitasi makanan sekolah, misalnya warung sekolah juga harus

memenuhi syarat kesehatan.

g) Bangunan sekolah dan letaknya

2.4.2 Anak Sekolah Dasar

Anak usia sekolah dasar merupakan periode pertumbuhan dan perkembangan

anak usia 6-12 tahun yang memiliki fisik lebih kuat, mempunyai sifat individual

serta aktif dan tidak bergantung pada orang tua yang disebut sebagai periode laten

yang tidak seperti anak dan usia prasekolah yang sudah dapat menentukkan

kehendak/ keinginan yang sesuai dengan kemampuan mereka untuk memilih

mana yang lebih baik atau sebaliknya terhadap diri mereka sendiri. Pada usia anak

sekolah ini, anak-anak membandingkan dirinya dengan teman-temannya dimana

mereka mudah sekali mengalami ketakutan akan kegagalan dan ejekan teman,

mudah merasa cemas, akan tumbuh rasa rendah diri. Satu hal yang perlu dimiliki

oleh seorang anak yang telah memasuki sekolah dasar yaitu dapat menerima

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. - UNMERBAYA 2.pdf · 2019. 9. 18. · Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan segala risiko merupakan sikap

50

otoritas tokoh lain diluar orang tuanya, kesadaran akan tugas, patuh pada

peraturan dan dapat mengendalikan emosi nya Menurut (Ratna Prawuawati

2013), dalam Wati (2012), pada usia anak sekolah secara fisik anak mengalami

peerubahan dalam proporsi bentuk tubuh. Pada masa ini pertumbuhan anak

perempuan lebih cepat daripada anak laki-laki tetapi pada usia 10 tahun keatas

pertumbahan anak laki-alaki akan menyusul hal ini disebakan karena anak laki-

laki lebih berotot sedangkan anak perempuan lebih lentur. Pada saat memasuki

usia anak sekolah perekmangan mental anak mengalami kematangan sebab

adanya keterbukaan dan keinginan anak untuk mendapat pengetahuan dan

pengalaman.

2.4.3 Pendidikan Kesehatan

Kondisi pendidikan merupakan salah satu indikator yang kerap di telaah

dalam mengukur tingkat pembangunan manusia suatu negara. Adanya

pengetahuan, pendidikan berkontribusi terhadap perubahan perilaku kesehatan.

Pengetahuan yang dipengaruhi tingkat pendidikan merupakan salah satu pencetus

(predis posing) yang berperan dalam mempengaruhi keputusan seseorang untuk

berperilaku sehat (DepKes,2006). Menurut Notoatmodjo, (2010) perilaku

merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari

luar). Dengan kata lain perilaku manusia terjadi melaluihasil dari pada segala

macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungan nya yang terwujud

dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku

merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari

luar maupun dari dalam dirinya. Menurut Sarwono (2004), respon dapat

dibedakan menjadi dua yaitu bersifat aktif (melakukan tindakan) dan juga dapat

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. - UNMERBAYA 2.pdf · 2019. 9. 18. · Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan segala risiko merupakan sikap

51

bersifat pasif (tanpa tindakan : berfikir, berpendapat, bersikap). Sesuai dengan

batasan ini, perilaku kesehatan dapat dirumuskan sebagai bentuk pengalaman dan

interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut

pengetahuan dan sikap tentang kesehatan. Perilaku aktif dapat dilihat, sedangkan

perilaku pasif tidak tampak (tidak dapat dilihat) seperti pengetahuan, persepsi, dan

motivasi. Beberapa ahli membedakan bentuk-bentuk perilaku kedalam tiga

domain yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan atau sering kita dengar dengan

istilah knowledge, attitude, practice.

2.4.4 Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu perhatian

seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga,

dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu penginderaan sampai

menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian

dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh

melalui indera penderangan (telinga), dan indera penglihatan (mata). Pengetahuan

seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda

(Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan yang ada pada diri manusia bertujuan untuk

dapat menjawab masalah kehidupan yang dihadapinya sehari-hari dan digunakan

untuk menawarkan berbagai kemudahan bagi manusia. Dalam hal ini pengetahuan

dapat diibaratkan sebagai suatu alat yang dipakai manusia dalam menyelesaikan

persoalan yang dihadapi (Notoatmodjo, 2003). Menurut Notoatmodjo (2010),

pengetahuan mempunyai 6 tingkatan, yaitu:

1. Tahu (know) diartikan sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada

sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Untuk mengetahui atau mengukur

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. - UNMERBAYA 2.pdf · 2019. 9. 18. · Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan segala risiko merupakan sikap

52

bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan seperti

apa tandatanda anak yang kurang gizi, apa penyebab penyakit TBC,

bagaimana cara melakukan PSN (pemberantasan sarang nyamuk).

2. Memahami (comprehension) diartikan sebagai memahami suatu objek bukan

sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi

orang tersebut harus dapat menginterprestasikan secara benar tentang objek

yang diketahui terserbut seperti orang yang memahami cara pemberantasan

nyamuk demam berdarah, bukan hanya sekedar menyebutkan (mengubur,

menutup, dan menguras), tetapi harus dapat menjelaskan mengapa

harusmenutup, menguras, dan tempat-tempat penampungan air tersebut.

3. Aplikasi (application) diartikan sebagai seseorang yang telah memahami

objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang

telah diketahui tersebut pada situasi yang lain seperti seseorang yang telah

paham tentang proses perencanaan, harus dapat membuat perencanaan

program kesehatan di tempat orang tersebut bekerja.

4. Analisis (analysis) diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk

menjabarkan atau memisahkan kemudian mencari hubungan antara

komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang

diketahui. Indikator bahwa pengetahuan seseorangsudah sampah pada tingkat

analisis adalah apabila seseorang tersbut telah dapat membedakan,

memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap

pengetahuan atas objek tersebut seperti dapat membedakan antara nyamuk

Aedes aegypty dengan nyamuk anopheles.

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. - UNMERBAYA 2.pdf · 2019. 9. 18. · Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan segala risiko merupakan sikap

53

5. Sintetis (synthesis) diartikan sebagai suatu kemampuan seseorang untuk

merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-

komponenpengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain, sintetis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang

ada seperti dapat membuat atau meringkas dengan kata-kata atau kalimat

sendiri tentang hal-hal yang telah dibaca atau didengar serta dapat membuat

kesimpulan tentang artikel yang telah dibaca.

6. Evaluasi (Evaluation) dikaitkan sebagai kemampuan seseorang untuk

melalukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini

dengan sendirinya didasarkan pada suatu criteria yang ditentukan sendiri atau

normanorma yang berlaku di masyarakat seperti seorang ibu dapat menilai

atau menentukan seorang anak menderita malnutrisi atau tidak serta seseorang

dapat menilai manfaat ikut keluarga berencana. Pengukuran penegetahuan

dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung

(wawancara) atau melalui pertanyaanpertanyaan tertulis atau angket. Indikator

pengetahuan kesehatan adalah tingginya pengetahuan responden tentang

kesehatan atau besarnya persentase kelompok responden atau masyarakat

tentang variable-variabel atau komponen-komonen kesehatannya.

2.4.5 Sikap

Menurut Notoatmodjo (2010), sikap merupakan respons tertutup seseorang

terhadap stimulus suatu objek tertentu yang sudah melibatkan faktor-faktor

pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju,

baik-tidak baik). Dengan kata lain, sikap adalah suatu sindroma atau kumpulan

Page 42: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. - UNMERBAYA 2.pdf · 2019. 9. 18. · Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan segala risiko merupakan sikap

54

gejala-gejala dalam merespons stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan

pikiran, perasaan dan perhatian. Sikap mempunyai 3 komponen pokok yaitu :

1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek. Dengan

kata lain, bagaimana kenyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang

terhadap objek.

2. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu obje

(terkandunk. Dengan kata lain, bagaimana penilaian) (terkandung di

dalamnya faktor emosi) orang tersebut terhadap objek.

3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave). Dengan kata lain, sikap

merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka.

Menurut Ahmadi (2003), ketiga komponen tersebut secara bersama-sama

akan membentuk sikap yang utuh ( Total Attitude). Sikap, pengetahuan,

pikiran, kenyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Sikap

merupakan suatu kecenderungan untuk merespon baik secara positif atau

negatif terhadap orang lain, objek atau situasi. Sikap tidak sama dengan

perilaku dan kadang-kadang sikap tersebut baru diketahui setelah

seseorang itu berperilaku. Tetapi sikap selalu tercermin dari perilaku

seseorang. Menurut Ahmadi ,(2013), sikap dibedakan menjadi : 1. Sikap

negatif merupakan sikap yang menunjukkan penolakan atau tidak

menyetujui terhadap norma yang berlaku dimana seseorang itu berada. 2.

Sikap positif merupakan sikap yang menunjukkan menerima terhadap

norma yang berlaku dimana seseorang itu berada. Sikap mempunyai

beberapa karakteristik yaitu :

Page 43: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. - UNMERBAYA 2.pdf · 2019. 9. 18. · Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan segala risiko merupakan sikap

55

a) Selalu ada objeknya.

b) Biasanya bersifat evaluative.

c) Relatif mantap.

d) Dapat dirubah.

Menurut Notoatmodjo (2005), sikap mempunyai beberapa tingkatan :

1. Menerima (receiving), diartikan bahwa seseorang atau subjek mau

menerima stimulus yang di berikan (objek) seperti sikap seseorang

terhadap periksa hamil (ante natal care), dapat diketahui atau diukur

dari kehadiran si ibu hamil untuk mendengarkan penyuluhan tentang

ante natal care di lingkungannya.

2. Menanggapi(responding), diartikan bahwa memberi jawaban atau

tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi seperti

seorang ibu hamil yang mengikuti penyuluhan ante natal care

tersebut ditanya atau diminta menanggapi pertanyaan yang diberikan

oleh penyuluh.

3. Menghargai (valuing), diartikan bahwa subjek atau seseorang

memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus. Dengan

kata lain mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang

lain merespons seperti seorang ibu hamil mengajak tetangganya

untuk mendengarkan penyuluhan ante natal care.

4. Bertanggung jawab (responsible), diartikan bahwa sesorang telah

mengambil sikap tertentu berdasarkan kenyakinannya harus berani

mengambil resiko seperti seorang ibu hamil yang telah mengikuti

penyuluhan ante natal care harus berani mengobarkan sedikit waktu

Page 44: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. - UNMERBAYA 2.pdf · 2019. 9. 18. · Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan segala risiko merupakan sikap

56

nya. Dengan kata lain bertanggung jawab merupakan sikap yang

paling tinggi tingkatannya. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara

langsung dan tidak langsung seperti memberikan pertanyaan-

pertanyaan secara tidak langsung. Secara langsung dapat dinyatakan

bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek

dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang stimulus atau

objek yang bersangkutan, dengan memberikan kata “setuju” atau

“tidak setuju” terhadap pernyataan-pernyataan terhadap objek

tertentu.

2.4.6 Tindakan

Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak (praktik) sikap belum tentu

terwujud dalam tindakan sebab untuk terwujudnya tibdakan perlu factor lain yaitu

antara adanya fasilitas atau sarana dan prasarana. Menurut Notoatmodjo (2005),

tindakan merupakan suatu gerakkan atau perbuatan dari tubuh setelah mendapat

rangsangan ataupun adaptasi dari dalam maupun luar tubuh suatu lingkungan.

Tindakan seseorang terhadap stimulus tertentu akan banyak ditentukan oleh

bagaimana kepercayaan dan perasaannya terhadap stimulus tersebut. Secara

biologis, sikap dapat dicerminkan dalam suatu bentuk tindakan, namun tidak pula

dapat dikatakan bahwa sikap dan tindakan memiliki hubungan yang sistematis.

Tindakan mempunyai beberapa tingkatan yaitu : (Syafrudin, 2009)

1. Persepsi, diartikan bahwa mengenal atau memilih berbagai objek

sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.

2. Respons terpimpin, diartikan bahwa dapat melakukan sesuatu sesuai

urutan yang benar sesuai dengan contoh.

Page 45: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. - UNMERBAYA 2.pdf · 2019. 9. 18. · Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan segala risiko merupakan sikap

57

3. Mekanisme, diartikan bahwa apabila seseorang telah dapat melakukan

sesuatu dengan benar secara otomatis/telah menjadi kebiasaan

4. Adaptasi, diartikan bahwa suatu praktek atau tindakan yang sudah

berkembang dengan baik. Tindakan tersebut telah di modifikasi tanpa

mengurangi kebenaran tindakan tersebut. Pengukuran atau cara

mengamati perilaku dapat dilakukan melalui dua cara yaitu secara

langsung seperti dengan pengamatan (observasi) dan secara tidak

langsung seperti menggunakan metode mengingat kembali.

2.4.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi PHBS

Menurut Notoatmodjo (2007), ada 3 faktor penyebab seseorang melakukan

perilaku hidup bersih dan sehat yaitu faktor pemudah (predisposing factor), faktor

pemungkin (enambling factor) dan faktor penguat (reinforcing factor).

1. Faktor pemudah (predisposing factor) Faktor ini mencakup pengetahuan dan

sikap anak-anak terhadap perilaku hidup bersih dan sehat sehingga faktor ini

menjadi pemicu atau anteseden terhadap perilaku yang menjadi dasar atau

motivasi bagi tindakannya akibat tradisi atau kebiasaan, kepercayaan, tingkat

pendidikan dan tingkat sosial ekonomi, seperti pengetahuan, sikap, keyakinan

dan nilai yang dimiliki oleh 7 seseorang yang tidak merokok karena melihat

kebiasaan dalam anggota keluarganya tidak ada satupun yang merokok.

2. Faktor pemungkin (enambling factor) Faktor ini merupakan pemicu terhadap

perilaku yang memungkinkan suatu motivasi atau tindakan terlaksana. Faktor

ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi

anak-anaknya seperti air bersih, tempat pembuangan sampah, jamban

Page 46: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. - UNMERBAYA 2.pdf · 2019. 9. 18. · Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan segala risiko merupakan sikap

58

ketersediaan, dan makanan yang bergizi. Fasilitas ini pada hakikatnya

mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku hidup bersih dan sehat.

3. Faktor penguat (reinforcing factor) Faktor ini merupakan faktor yang

menentukan apakah tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau tindakan.

Faktor ini terwujud dalam bentuk sikap dan perilaku pengasuh anak-anak atau

orangtua yang merupakan tokoh yang dipercaya atau dipanuti oleh anak-anak

seperti pengasuh anak-anak memberikan keteladanan dengan melakukan cuci

tangan sebelum makan atau selalu minum air yang sudah dimasak maka hal

ini menjadi penguat untuk perilaku hidup bersih dan sehat bagi anak-anak

seperti halnya pada masyarakat akan memerlukan acuan untuk berperilaku

melalui peraturan-peraturan atau undang-undang baik dari pusat atau

pemerintah daerah, perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama termasuk juga

petugas kesehatan setempat. Hal-hal yang mempengaruhi PHBS sebagian

terletak di dalam diri individu itu sendiri, yang disebut sebagai faktor intern,

dan sebagian terletak di luar diri individu yang disebut sebagai faktor ekstern

(faktor lingkungan).

1. Faktor Internal

a) Keturunan Seseorang berperilaku tertentu karena memang sudah

mewarisi sifat dari orangtuanya atau neneknya dan lain sebagainya.

Sifat-sifat yang dimilikinya tersebut akan terus melekat pada

seseorang tersebut dan akan sulit untuk dirubah.

b) Motif adalah suatu dorongan dari dalam diri seseorang yang

menyebabkan orang tersebut melalakukan kegiatan-kegiatan tertentu

guna mencapai suatu tujuan. Motif ini tidak dapat diamati tetapi yang

Page 47: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. - UNMERBAYA 2.pdf · 2019. 9. 18. · Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan segala risiko merupakan sikap

59

dapat diamati adalah kegiatan atau mungkin alasan-alasan tindakan

tersebut. Menurut Moslow motif terbagi menjadi kebutuhan biologis ,

kebutuhan social, dan kebutuhan rohani.

c) Faktor Eksternal Faktor yang menyebakan atau mempengaruhi

seseorang untuk berbuat sesuatu yang di sebabkan karena adanya

suatu dorongan atau unsur-unsur tertentu. Faktor eksternal juga

merupakan faktor yang terdapat di luar diri individu.

2.4.8 Manfaat PHBS

Kebijakan pembangunan kesehatan ditekankan pada upaya promotif

dan preventif agar orang yang sehat menjadi lebih sehat dan produktif. Pola hidup

sehat merupakan perwujudan paradigma sehat yang berkaitan dengan perilaku

perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat yang berorientasi sehat

dapat meningkatkan, memelihara, dan melindungi kualitas kesehatan baik

fisik, mental, spiritual maupun sosial.Perilaku hidup sehat meliputi perilaku

proaktif untuk:

a) Memelihara dan meningkatkan kesehatan dengan cara olah raga

teratur dan hidup sehat;

b) Menghilangkan kebudayaan yang berisiko menimbulkan penyakit;

c) Usaha untuk melindungi diri dari ancaman yang menimbulkan

penyakit;

d) Berpartisipasi aktif daalam gerakan kesehatan masyarakat.

Manfaat PHBS di lingkungan sekolah yaitu agar terwujudnya sekolah

yang bersih dan sehat sehingga siswa, guru dan masyarakat lingkungan

sekolah terlindungi dari berbagai ancaman penyakit, meningkatkan semangat

Page 48: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. - UNMERBAYA 2.pdf · 2019. 9. 18. · Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan segala risiko merupakan sikap

60

proses belajar mengajar yang berdampak pada prestasi belajar siswa, citra

sekolah sebagai institusi pendidikan semakin meningkat sehingga mampu minat

orang tua dan dapat mengangkat citra dan kinerja pemerintah dibidang

pendidikan, serta menjadi percontohan sekolah sehat bagi daerah lain (Depkes RI,

2008).

2.4.9 Sasaran PHBS

Sasaran PHBS menurut Depkes RI (2008) dikembangkan dalam lima

tatanan yaitu di rumah atau tempat tinggal, di tempat kerja, di tempat-tempat

umum, institusi pendidikan, dan di sarana kesehatan. Sedangkan sasaran

PHBS di institusi pendidikan adalah seluruh warga institusi pendidikan yang

terbagi dalam:

a) Sasaran primer Sasaran utama dalam institusi pendidikan yang akan

dirubah perilakunya atau murid dan guru yang bermasalah (individu/

kelompok dalam institusi pendidikan yang bermasalah).

b) Sasaran sekunder Sasaran yang mempengaruhi individu dalam

institusi pendidikan yang bermasalah misalnya, kepala sekolah, guru,

orang tua murid, kader kesehatan sekolah, tokoh masyarakat, petugas

kesehatan dan lintas sektor terkait.

c) Sasaran tersier Merupakan sasaran yang diharapkan menjadi pembantu

dalam mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan untuk

tercapainya pelaksanaan PHBS di institusi pendidikan seperti, kepala

desa, lurah, camat, kepala Puskesmas, Diknas, guru, tokoh masyarakat,

dan orang tua murid.

Page 49: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. - UNMERBAYA 2.pdf · 2019. 9. 18. · Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan segala risiko merupakan sikap

61

2.4.10. Strategi PHBS

Kebijakan Nasional Promosi kesehatan menetapkan tiga strategi dasar

promosi kesehatan dan PHBS yaitu (Notoatmodjo, 2007):

a. Gerakan Pemberdayaan (Empowerment)

Merupakan proses pemberian informasi secara terus menerus dan

berkesinambungan agar sasaran berubah dari aspek knowledge, attitude,

dan practice. Sasaran utama dari pemberdayaan adalah individu dan

keluarga, serta kelompok masyarakat.

b. Bina Suasana (Social Support)

Upaya menciptakan lingkungan sosial yang mendorong individu anggota

masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan. Terdapat tiga

pendekatan dalam bina suasana antara lain:

1) Pendekatan individu

2) Pendekatan kelompok

3) Pendekatan masyarakat umum

c. Advokasi (Advocacy)

Upaya yang terencana untuk mendapatkan dukungan dari pihak pihak

terkait (stakeholders). Pihak-pihak terkait ini dapat berupa tokoh

masyarakat formal yang berperan sebagai penentu kebijakan pemerintahan

Dan penyandang dana pemerintah. Selain itu, tokoh masyarakat informal

seperti tokoh agama, tokoh pengusaha, dan lain sebagainya dapat berperan

sebagai penentu kebijakan tidak tertulis dibidangnya atau sebagai

penyandang dana non pemerintah. Sasaran advokasi terdapat tahapan-

tahapan yaitu:

Page 50: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. - UNMERBAYA 2.pdf · 2019. 9. 18. · Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan segala risiko merupakan sikap

62

a) Mengetahui adanya masalah

b) Tertarik untuk ikut menyelesaikan masalah

c) Peduli terhadap pemecahan masalah dengan mempertimbangkan

alternatif pemecahan masalah

d) Sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah satu

alternatif pemecahan masalah

e) Memutuskan tindak lanjut kesepakatan.

2.4.11. Pengaruh Perilaku hidup bersih dan sehat terhadap kesehatan

Pegaruh PHBS penentu seseorang berperilaku sulit untuk dibatasi karena

perilaku merupakan resultansi dari berbagai faktor baik internal maupun eksternal

atau situasional.

1. Perilaku Kesehatan

a) Perilaku kesehatan adalah respons seseorang terhadap stimulus (organism)

yang berhubungan dengan sehat - sakit dan penyakit, sistem pelayanan

kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan. Dapat disimpulkan

bahwa perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang

baik dapat diamati ataupun tidak dalam memelihara kesehatan. Becker

mengklasifikasikan perilaku kesehatan sebagai berikut: b.

b) Perilaku hidup sehat (healthy behavior)

a. Perilaku hidup sehat adalah perilaku yang berkaitan degan upaya

seseorang dalam mempertahankan, memelihara dan meningkatkan

kesehatannya. Hal-hal tersebut antara lain makan dengan menu

seimbang (appropriate diet), melakukan olahraga atau kegiatan fisik

secara cukup dan teratur, tidak merokok dan minum minuman keras

Page 51: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. - UNMERBAYA 2.pdf · 2019. 9. 18. · Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan segala risiko merupakan sikap

63

serta tidak menggunakan narkoba, istirahat cukup untuk memelihara

kesehatan fisik dan mental, melakukan pengendalian atau dapat

melakukan manajemen stress dan berperilaku dengan gaya hidup yang

positif agar terhindar dari berbagai macam masalah kesehatan.

c) Perilaku sakit (illness behavior)

a. Perilaku sakit adalah segala kegiatan yang berkaitan dengan tindakan

individu yang menderita sakit atau masalah kesehatan. Pada orang

yang menderita sakit atau keluarganya yang menderita sakit. Ada

beberapa tindakan yang muncul yaitu di diamkan saja (no action)

dengan kata lain diabaikan dan tetap menjalani aktivitas, mengambil

tindakan dengan melakukan pengobatan sendiri (self treatment atau

self medication), mencari penyembuhan atau pengobatan keluar

dengan datang ke pelayanan kesehatan.

d) Perilaku peran orang sakit (the sick role behavior) Perilaku peran orang

sakit dari sisi sosiologi mempunyai peran (roles) yang mencakup haknya.

Menurut Becker hak dan kewajiban orang yang sedang sakit adalah

perilaku peran orang sakit, diantaranya adalah:

1) Tindakan memperoleh kesembuhan.

2) Tindakan untuk mengenal atau mengetahui fasilitas kesehatan yang

tepat untuk memperoleh kesembuhan.

3) Melakukan kewajibannya sebagai pasien antara lain mematuhi

nasihat-nasihat dokter atau perawat untuk kesembuhan.

4) Tidak melakukan sesuatu yang merugikan proses pemulihan.

5) Melakukan kewajiban agar sembuh dari penyakitnya.

Page 52: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. - UNMERBAYA 2.pdf · 2019. 9. 18. · Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan segala risiko merupakan sikap

64

2.4.12. Jenis Upaya Peningkatan (PHBS) Di Sekolah

penduduk Indonesia merupakan masa keemasan untuk menanamkan

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sehingga anak sekolah berpotensi

sebagai agen perubahan untuk mempromosikan PHBS, baik dilingkungan

sekolah, keluarga maupun masyarakat. (PerMenKes RI No 22 69/ MENKES/

PER/XI/ 2011), Dalam rangka jenis peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS) pada para siswa. Palaran yang dipimpin oleh Veronika Hinum selalu

mengadakan kegiatan Healty Students. Kegiatan yang rutin diadakan setiap

tahunnya ini dilakukan di 5 SD/MI yang ada di wilayah kerja Puskesmas Palaran

secara bergilir.PHBS di sekolah sendiri memiliki pengertian: kebiasaan/perilaku

positif yang dilakukan oleh setiap siswa, guru, penjaga sekolah,petugas kantin

sekolah, orang tua siswa dan lain-lain yang dengan kesadarannya untuk mencegah

penyakit, meningkatkan kesehatannya serta aktif dalam menjaga lingkungan sehat

di sekolah.Pada PHBS di sekolah terdapat 8 indikator antara lain adalah :

Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan memakai sabun, Jajan di

kantin sekolah yang sehat, Membuang sampah pada tempatnya, Mengikuti

kegiatan olah raga di sekolah dengan terukur dan teratur, Mengukur berat badan

dan tinggi badan secara teratur setiap 6 bulan, Bebaskan diri dari asap rokok,

Memberantas jentik nyamuk, Buang air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB)

di jamban sekolah.Kegiatan Penerapan PHBS di Sekolah oleh Puskesmas Palaran

yang disebut kegiatan pada tahun ini dilaksanakan oleh Puskesmas Jambangan di

SD N Jambangan , Kecamatan Jambangan.

Kegiatan yang dilaksanakan berupa Penyuluhan kesehatan gigi dan

Penyuluhan DBD pada siswa kelas 4 dan Penyuluhan diare pada siswa kelas 5.

Page 53: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. - UNMERBAYA 2.pdf · 2019. 9. 18. · Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan segala risiko merupakan sikap

65

Pengisi kegiatan Healty Students adalah perawat gigi, pemegang program DBD,

pemegang program Kesling dan pemegang program Promkes.Kegiatan ini

diharapkan dapat mengubah perilaku para siswa untuk bisa meningkatkan

kebersihan perseorangan serta membiasakan untuk ber-PHBS sejak dini. Kegiatan

ini juga bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran siswa untuk

melaksanakan PHBS di sekolah.Dengan menerapkan PHBS di sekolah oleh

peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah, maka akan membentuk

mereka untuk memiliki kemampuan dan kemandirian dalam mencegah penyakit,

meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan

sekolah sehat.

2.5. Diare

2.5.1. Konsep penyakit diare

Menurut (Depkes RI, 2004). Diare adalah kehilangan cairan dan

elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau

lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang cai Pada neonates lebih

dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir darah. Menurut WHO diare

sebagai berak cair tiga kali atau lebih dalam sehari semalam (24 jam).

Penyakit diare merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak dibawah

tujuh tahun (anak) dengan disertai muntah dan buang air besar encer, penyakit

diare pada anak apabila tidak ditangani dengan pertolongan yang cepat dan tepat

dapat mengakibatkan dehidrasi (Depkes RI, 2004). Diare merupakan salah satu

penyakit sistem pencernaan yang sering dijumpai di masyarakat yaitu penyakit

yang ditandai dengan buang air besar encer lebih dari tiga kali dalam sehar.

Page 54: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. - UNMERBAYA 2.pdf · 2019. 9. 18. · Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan segala risiko merupakan sikap

66

2.5.2. Etiologi Diare

a. Faktor Infeksi:

1) Bakteri: enteropathogenic Escherichia coli (20-30%) pada air yang

kurang bersih, salmonella, shigella (1-2%) yersinia enterocolitia

2) Virus:enterovirus echoviruses, adenovirus, human retrovirus sepertiagent,

rotavirus (40-50%). Di Indonesia rotavirus menjadi penyebab 60%

diare pada anak balita yang mengalami rawat inap dan 41% dari kasus

diare rawat jalan

3) Parasit: gridia clamblia,cryptosporidium (4-11%), entamoeba histolytica

(<1%) (Abata, 2013: 173).

b. Bukan Faktor infeksi :

1) Alergi makanan/keracunan ; susu sapi, protein Gangguan metabolik atau

malabsorbsi dan malnutrisi, pada malnutrisi terjadi penurunan proteksi

barier mukosa usus yang meningkatkan kerentanan terhadap infeksi

enteral Iritasi / infeksi langsung pada saluran pencernaan oleh makanan

2) Obat-obatan : antibiotic

3) Penyakit usus : colitis ulcerative, crohn disease, enterocolitis

4) Imuunodefisiensi : AIDS.

2.5.3. Patofisiologi

Proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan factor

diantaranya (Hidayat,2009)

a. Faktor infeksi, proses ini dapat diawali adanya mikroorganisme (kuman)

yang masuk ke dalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang

dalam usus dan merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan daerah

Page 55: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. - UNMERBAYA 2.pdf · 2019. 9. 18. · Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan segala risiko merupakan sikap

67

permukaan usus. Selanjutnya terjadi perubahan kapasitas usus yang

akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam absorpsi cairan dan

elektrolit. Atau juga dikatakan adanya toksin bakteri akan menyebabkan

sistem tanspor aktif dalam usus sehingga sel mukosa mengalami iritasi

yang kemudian sekresi cairan dan elektrolit meningkat.

b. Faktor malabsorpsi merupakan kegagalan dalam melakukan absorpsi yang

mengakibatka tekanan osmotik meningkat sehingga terjadi pergeseran air

dan elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus

sehingga terjadilah diare.

c. Faktor makanan, ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu

diserap dengan baik. Sehingga terjadi peningkatan peristaltik usus yang

mengakibatkan penurunan kesempatan untuk menyerap makan yang

kemudian menyebabkan diare.

d. Faktor psikologis dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltik usus

yang akhirnya mempengaruhi proses penyerapan makanan yang dapat

menyebabkan diare.

2.5.4. Gejala dan Tanda

1) Gejala umum Berak cair atau lembek dan sering adalah gejala khas diare

2) Muntah, biasanya menyertai diare pada gastroenteritis akut, serta

kurangnya nafsu makan

3) Demam, dapat mendahului atau tidak mendahului gejala.

a. Gejala dehidrasi, yaitu mata cekung, ketegangan kulit menurun, apatis,

bahkan gelisah, badan terlihat lemah & lesu.

b. Gejala spesifik

Page 56: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. - UNMERBAYA 2.pdf · 2019. 9. 18. · Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan segala risiko merupakan sikap

68

1) Vibrio cholera: diare hebat, warna tinja seperti cucian beras dan

berbau amis.

2) Disenteriform:berlendir dan berdarah.Diare yang berkepanjangan dapat

menyebabkan.

a. Dehidrasi (kekurangan cairan)

Tergantung dari presentase cairan tubuh yang hilang, dehidrasi

dapat terjadi ringan, sedang, atau berat.

b. Gangguan sirkulasi

Pada diare akut, kehilangan cairan dapat terjadi dalam waktu yang

singkat. Jika kehilangan cairan ini lebih dari 10% berat badan,

pasien dapat mengalami syok atau presyok yang disebabkan oleh

berkuranganya volume darah (hipovolemia).

c. Hipoglikemia (kadar gula darah rendah)

Hipoglikemia sering terjadi pada anak yang sebelumnya

mengalami malnutrisi (kurang gizi), karena cairan ekstraseluler

menjadi hipotonik dan air masuk ke dalam cairan intraseluler

sehingga terjadi edema otak yang mengakibatkan koma.

d. Gangguan gizi

Gangguan ini terjadi karena asupan makanan yang kurang dan

output yang berlebihan. Hal ini akan bertambah berat bila

pemberian makanan dihentikan, serta sebelumnya penderita sudah

mengalami kekurangan gizi (malnutrisi).

Page 57: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. - UNMERBAYA 2.pdf · 2019. 9. 18. · Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan segala risiko merupakan sikap

69

2.5.5. Klasifikasi Diare

Diare dibedakan menjadi dua berdasarkan waktu serangan (onset), yaitu :

a. Diare akut (< 2 minggu)

Diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak yang sebelumnya

sehat.

b. Diare kronis (> 2 minggu)

Diare yang berlanjut sampai 2 minggu atau lebih dengan kehilangan

berat badan atau berat badan tidak bertambah (failure to thrive) selama masa

diare tersebut.

Diare kronik sering juga dibagi-bagi menjadi :

1) Diare persisten (diare berkelanjutan): diare yang disebabkan oleh

infeksi

2) Proctracted diare : diare yang berlangsung lebih dari 2 minggu dengan

tinja cair dan frekuensi 4x atau lebih per hari.

3) Diare intrakbel : diare yang timbul berulang kali dalam waktu yang

singkat (misalnya 1-3 bulan).

4) Prolonged diare : diare yang berlangsung lebih dari 7 hari

5) Chronic non specific diarrhea : diare yang berlangsung lebih dari 3

minngu tetapi tidak disertai dengan gangguan pertumbuhan dan tidak ada

tanda-tanda infeksi maupun malabsorpsi (Suratmaja, 2010: 74).

2.5.6. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadi nya diare.

a. Status ekonomi

Status ekonomi merupakan faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas

fasilitas kesehatan di suatu keluarga yang berkaitan dengan kejadian diare,

Page 58: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. - UNMERBAYA 2.pdf · 2019. 9. 18. · Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan segala risiko merupakan sikap

70

hampir berlaku terhadap tingkat pertumbuhan ekonnomi.ekonomi orang tua

yang baik akan berpengaruh pada fasilitasnya yang diberikan. Apabila

tingkat pendapatan baik, maka fasilitas kesehatan mereka khususnya di dalam

rumahnya akan terjamin, masalahnya dalam penyediaan air bersih, penyediaan

jamban sendiri atau jika mempunyai ternak akan diberikan kandang yang

baik dan terjaga kebersihannya

b. Gizi Anak

Status gizi adalah keadaan tubuh yang diakibatkan oleh konsumsi

makanan, penyimpanan dan penggunaan makanan. Menurut Reksodi

kusumo kurang gizi juga berpengaruh terhadap diare karena pemberian

makanan yang kurang, diare akut yang lebih berat, yang berakhir lebih

lama dan lebih sering terjadi pada diare persisten juga lebih sering dan

disentri lebih berat.

c. Tingkat pengetahuan

Menyatakan pengetahuan sebagai sesuatu yang diketahui oleh seseorang

dengan jalan apapun dan sesuatu yang diketahui orang dari pengalaman

yang didapat. Pengetahun ibu tentang diare yang tepat dapat mengurangi

ibu mengetahui gejala dan tanda diare maka dengan baik pula ibu dapat

melakukan penanganan diare, begitu juga sebaliknya

d. Perilaku Hidup bersih dan Sehat (PHBS)

Kebiasaan mencuci tangan selaras dengan pola hidup bersih. Sebab,

tangan merupakan bagian tubuh yang paling sering terkontaminasi dengan

debu, kotoran maupun benda yang disentuh. Misalnya saja binatang

peliharaan dan benda-benda yang ada di Area sekolah seperti : meja,

Page 59: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. - UNMERBAYA 2.pdf · 2019. 9. 18. · Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan segala risiko merupakan sikap

71

kursi, papan tulis, dan lain-lain yang mungkin mengandung kuman, virus,

dan bakteri. Tangan pun dapat menjadi sumber penyebaran penyakit

ketika tidak dalam keadaan bersih dari kuman. Jika tidak dihilangkan

maka kuman yang tersentuh dapat ikut kedalam makanan yang kita makan

dan terjadi transfer kuman penyakit ke dalam tubuh yang pada akhirnya

berujung pada sakit yang di derita salah satunya diare.Ajaran Islam juga

memberikan perhatian cukup kepada kebersihan makanan dan

minuman.Orang muslim disuruh memilih makanan yang baik dan dilarang

memakan segala yang najis dan apa saja yang mengancam kesehatan dan

keselamatannya.

2.5.7. Pada anak-anak harus menerapkan kebiasaan sehat ini.

Terlebih lagi anak-anak sangat gemar bermain kotor. Meskipun sabun

tak membunuh bakteri, namun fungsinya sama seperti saat cuci piring, yaitu

bakteri dan virus terbawa pergi bersama air yang mengalir. Penelittian ini juga

menunjukkan dengan mencuci tangan selama 10 detik, 90 persen bakteri dan

virus akan menghilang dari tangan. kebiasaan mencuci tangan sebaiknyajuga

diterapkan oleh seo.

2.5.8. Penatalaksanaan Diare

Penatalaksanaan diare menurut Sub direktorat Pengendalian Diare dan

Infeksi Saluran Pencernaan dalam Kementrian Kesehatan RI (2011) dikenal

dengan LINTAS diare (Lima Langkah Tuntaskan Diare) yang terdiri dari:

a. Berikan Oralit Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai

dari rumah tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila

tidak tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air

Page 60: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. - UNMERBAYA 2.pdf · 2019. 9. 18. · Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan segala risiko merupakan sikap

72

matang. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk

menggantikan cairan yang hilang.

b. Berikan obat Zinc

Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc

dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana

ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi

epitel usus. Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang

mengalami kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian diare.

c. Pemberian ASI/ makanan.

Pemberian ASI/ makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi

pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta

mencegah berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum ASI harus

lebih sering diberi ASI. Anak yang minum susu formula juga diberikan

lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang

telah mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan yang mudah

dicerna dan diberikan sedikit demi sedikit dan lebih sering. Setelah diare

berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk

membantu pemulihan berat badan.

d. Pemberian antibiotik hanya atas indikasi Antibiotik tidak boleh digunakan

secara rutin karena kecilnya kejadian diare pada balita yang disebabkan oleh

bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat pada penderita diare dengan darah

(sebagian besar karena shigellosis), suspek kolera. Obat-obatan Anti diare

juga tidak boleh diberikan pada anak yang menderita diare karena terbukti

tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak di anjurkan kecuali muntah berat.

Page 61: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. - UNMERBAYA 2.pdf · 2019. 9. 18. · Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan segala risiko merupakan sikap

73

Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan status gizi

anak, bahkan sebagian besar menimbulkan efek samping yang bebahaya dan

bisa berakibat fatal. Obat anti protozoa digunakan bila terbukti diare

disebabkan oleh parasit (amuba, giardia).

e. Pemberian nasehat Ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita

harus diberi nasehat tentang :

1. Cara memberikan cairan dan obat di rumah.

2. Kapan harus membawa kembali anak ke petugas kesehatan, bila:

a. Diare lebih sering.

b. Muntah berulang.

c. Sangat haus.

d. Makan/minum sedikit.

e. Timbul demam.

f. Tinja berdarah.

g. Tidak membaik dalam 3 hari.

2.5.9. Pencegahan

a. Memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan dan diteruskan sampai 2

tahun.ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zatmakanan

tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap

secara optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga

pertumbuhan sampai umur 6 bulan. Tidak ada makanan lain yang

dibutuhkan selama masa ini. ASI bersifat steril, berbeda dengan sumber

susu lain seperti susu formula atau cairan lain yang disiapkan dengan air

atau bahan-bahan dapat terkontaminasi dalam botol yang kotor. Pemberian

Page 62: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. - UNMERBAYA 2.pdf · 2019. 9. 18. · Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan segala risiko merupakan sikap

74

ASI saja, tanpa cairan atau makanan lain dan tanpa menggunakan botol,

menghindarkan anak dari bahaya bakteri dan organisme lain yang akan

menyebabkan diare. Keadaan seperti ini di sebut disusui secara penuh

(memberikan ASI Eksklusif).

b. Memberikan makanan pendamping ASI sesuai umur Pemberian makanan

pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap mulai dibiasakan dengan

makanan orang dewasa. Perilaku pemberian makanan pendamping ASI

yang baik meliputi perhatian terhadap kapan, apa, dan bagaimana makanan

pendamping ASI diberikan.

c. Memberikan minum air yang sudah direbus dan menggunakan air bersih yang

cukup. Penularan kuman infeksi penyebab diare ditularkan melalui

faseoralkuman tersebut dapat ditularkan bila masuk ke dalam mulut melalui

makanan, minuman atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya jari-jari

tangan, makanan yang wadah atau tempat makan-minum yang dicuci dengan

air tercemar (Mandal, 2008:113). Air bersih digunakan untuk bersuci atau

membersihkan segala sesuatu dari kotoran dan untuk minum yang sangat

penting artinya bagi kesehatan, baik orang perorang, keluarga, masyarakat

maupun lingkungan. Air yang tercemar disebabkan oleh perilaku dan

perbuatan manusia. Tercemarnya air merupakan gejala rusaknya ekosistem

dan kelestarian alam, bahkan terancamnya kehidupan manusia . Berdasarkan

tafsir al-Misbah dalam surah al-Rum ayat bahwa kerusakan- kerusakan

yang terjadi di muka bumi ini, baik dalam bentuk kerugian karena perbuatan

manusia, adapun bencana sekalian yang menimpah manusia pada

hakikatnya adalah akibat dari perbuatannya sendiri, maka timbullah

Page 63: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. - UNMERBAYA 2.pdf · 2019. 9. 18. · Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan segala risiko merupakan sikap

75

berbagai kesulitan hidup dan malapetaka yang menimpa manusia

(Lawrence Green,1980) .

d. Yang harus diperhatikan oleh keluarga :

1. Ambil air dari sumber air yang bersih

2. Simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta gunakan

gayung khusus untuk mengambil air.

3. Jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan untuk mandi

anakanak

4. Minum air yang sudah matang (dimasak sampai mendidih)

5. Cuci semua peralatan masak dan peralatan makan dengan air

yang bersih dan cukup.

e. Mencuci tangan dengan air dan sabun sebelum makan dan sesudah buang air

besar.Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang

penting dalampenularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci

tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah

membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi

makan anak dan sebelum makan, mempunyai dampak dalam kejadian

diare dapat menurunkan angka kejadian diare sebesar 50%.

f. Menggunakan jamban keluarga Pengalaman di beberapa negara membuktikan

bahwa upaya penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam

penurunan risiko terhadap penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai

jamban harus membuat jamban dan keluarga harus buang air besar di

jamban. Yang harus diperhatikan oleh keluarga

Page 64: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. - UNMERBAYA 2.pdf · 2019. 9. 18. · Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan segala risiko merupakan sikap

76

1) Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat

dipakai oleh seluruh anggota keluarga.

2) Bersihkan jamban secara teratur.

3) Gunakan alas kaki bila akan buang air besar

2.5.10. Pemberian Imunisasi Campak

Agar bayi tidak terkena penyakit campak. Anak yang sakit campak sering

disertai diare sehingga pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah diare.

Oleh karena itu berilah imunisasi campak segera setelah bayi berumur 9 bulan

(Suratmaja, 2010: 54).

Anak sekolah merupakan generasi bangsa yang perlu dijaga, ditingkatkan

dan dilindungi kesehatannya. Jumlah usia sekolah yang cukup besar yaitu

30% dari jumlah penduduk indonesia merupakan masa keemasan untuk

menanamkan perilaku hidup bersih & sehat (PHBS) Pemberian imunisasi

campak pada bayi sangat penting untuk mencegah (PHBS) sehingga anak

sekolah berpotensi sebagai agen perubahan untuk mempromosikan PHBS,

baik di lingkungan sekolah,keluarga maupun masyarakat. Beberapa kegiatan

peserta didik dalam menerapkan PHBS disekolah diantaranya Mencuci

tangan dengan air bersih dan sabun (Proverawati, 2012: 4).munculnya berbagai

penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah (usia 6-12), ternyata

umumnya berkaitan dengan PHBS. Oleh karena itu, penanaman nilai-nilai

PHBS disekolah merupakan kebutuhan mutlak dan dapat dilakukan melalui

pendekatan usaha kesehatan sekolah (UKS).

Page 65: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. - UNMERBAYA 2.pdf · 2019. 9. 18. · Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan segala risiko merupakan sikap

77

2.5.11. Mencuci Tangan

A. Pengertian

Menurut Departemen Kesehatan (2007), mencuci tangan adalah proses

yang secara mekanisme melepaskan kotoran dan debris dari kulittangan dengan

menggunakan sabun biasa dan air. Mencuci tangan merupakan tindakan

sanitasi tangan dan jari jemari dengan menggunakan sabun ataupun cairan

lain dibawah air yang mengalir (rosidi, 2010: 77). menurut mentri keseshatan

RI, Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) merupakan perilaku sehat yang terbukti

secara ilmiah dapat mencegah penyebaran penyakit menular seperti :

Diare, ISPA, FLU burung serta penyakit kulit lainnya. Cuci tangan

pakai sabun (CTPS) merupakan cara mudah dan tidak perlu biaya mahal.

Karena itu kebiasakan CTPS sama dengan mengajarkan anak-anak dan seluruh

keluarga hidup sehat sejak dini. Dengan demikian, pola hidup bersih dan

sehat (PHBS) tertanam kuat pada diri pribadi anak-anak dan anggota keluarga

lainnya. Kedua tangan kita adalah salah satu jalur utama masuknya penyakit

ke dalam tubuh. Sebab, tangan adalah anggota tubuh yang paling sering

berhubungan langsung dengan mulut dan hidung. Penyakit-penyakit yang

umumnya timbul karena tangan yang berkuman, antara lain: diare, kolera,

ispa, cacingan, flu,dan hepatitis

b. Fungsi cuci tangan

1) Berfungsi untuk menghilangkan/mengurangi mikroorganisme yang

menempel di tangan

2) Berfungsi pencegahan infeksi terjdinya cacingan

(proverawati,2012: 5).

Page 66: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. - UNMERBAYA 2.pdf · 2019. 9. 18. · Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan segala risiko merupakan sikap

78

c. Waktu yang tepat untuk mencuci tangan :

a) Setiap kali tangan kotor (setelah memegang uang, bintang,

berkebun, dll)

b) Setelah buang air besar

c) Setelah makan

d) Sebelum memegang makanan

e) Sebelum menyusui bayi

f) Sebelum menyuapi anak

g) Setelah bersin, batuk, membuang ingus, setelah pulang dari

berpergian dan

h) Sehabis bermain/memberi makan/memegang hewan peliharaan.

d. Manfaat mencuci tangan

Cuci tangan sangat berguna untuk membersihkan kuman yang ada

ditangan. Tangan yang bersih akan mencegah penularan penyakit seperti:

Diare, Kolera Disentri, Typus, kecacingan, penyakit kulit, ISPA, Flu burung

atau Severe Aacute respiratory Syndrome (SARS). Dengan mencuci tangan,

maka tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman.

e. Cara mencuci tangan yang benar

Cara yang tepat untuk cuci tangan adalah sebagai berikut:

1). Cuci tangan dengan air yang mengalir dan gunakan sabun. Tidak perlu

harussabun khusus anti bakteri, namun lebih disarankan sabun yang

berbentuk cairan.

Page 67: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. - UNMERBAYA 2.pdf · 2019. 9. 18. · Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan segala risiko merupakan sikap

79

2). Gosok tangan setidak nya selama 15-20 detik.

3). Bersihkan bagian pergelangan tangan, punggung tangan, sela-sela jari, dan

kuku.

4). Basuh tangan sampai bersih dengan air yang mengalir.

5). Keringkan dengan handuk bersih atau alat pengering lain.

6). Gunakan tisu/handuk sebagai penghalang ketika mematikan keran air.

2.5.12. Waktu Yang Penting Untuk Mencuci Tangan

Tentang sanitasi total berbasis Masyarakat, waktu yang penting untuk

mencuci tangan adalah

1. Sebelum makan

2. Sebelum mengolah dan menghidangkan makanan

3. Sebelum menyusui

4. Sebelum memberi makan bayi / balita

5. Sesudah buang air besar / kecil

6. Sesudah memegang hewan / unggas.

2.5.13. Pengaruh Cuci Tangan Terhadap Kesehatan

Menurut kemenkes RI (2014:3), penyakit –penyakit dapat dicegah

dengan mencuci tangan dengan sabun adalah:

1. Diare

Mencuci tangan dengan sabun dapat memangkas angka penderita

diare hingga separuh. Penyakit diare seringkali diasosiasikan dengan keadaan

air, namun secara akurat sebenarnya harus diperhatikan juga penanganan

kotoran manusia seperti tinja dan air kencing, karena kuman-kuman penyakit

penyebab diare berasal dari kotoran-kotoran ini. Kuman-kuman penyakit ini

Page 68: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. - UNMERBAYA 2.pdf · 2019. 9. 18. · Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan segala risiko merupakan sikap

80

membuat manusia sakit ketika mereka masuk mulut melalui tangan yang

telah menyentuh tinja, air minum yang terkontaminasi, makanan mentah, dan

peralatan makan yang tidak dicuci terlebih dahulu atau terkontaminasi akan

tempat makannya yang kotor. Tingkat keefektifan mencuci tangan dengan

sabun dalam penurunan angka penderita diare dalam persen menurut tipe

inovasi pencegahan adalah 44%. Menurut kemenkes RI (2014:3).

1. Infeksi saluran pernapasan

Mencuci tangan dengan sabun mengurangi angka infeksi saluran

pernapasan ini dengan dua langkah: dengan melepaskan pathogen-patogen

pernapasan yang terdapat pada tangan dan permukaan telapaktangan dan dengan

menghilangkan pathogen (kuman penyakit) lainnya (terutama virus entrentic)

yang menjadi penyebab tidak hanya diare namun juga gejala penyakit

pernapasan lainnya. Bukti-bukti telah ditemukan bahwa praktik-praktik

menjaga kesehatan dan kebersihan seperti mencuci tangan sebelum dan

sesudah makan/ buang air besar/ kecil, dapat mengurangi tingkat infeksi hingga

25%.

2. Infeksi mata dan penyakit kulit

Mencuci tangan dengan sabun selain diare dan infeksi saluran

pernapasan, juga dapat mengurangi kejadian penyakit kulit, infeksi mata

seperti trakoma, dan khusus nya untuk ascariasis dan trichuriasis