29
9 BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Pola Komunikasi Orang Tua 2.1.1 Pengertian Komunikasi Menurut Mulyana (2001) secara etimologis kata komunikasi dalam bahasa Inggris communication yang berasal dari kata latin communis yang berarti “sama”; communio, communicatio, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah Communis berasal dari bahasa latin yang dimana istilah ini sering disebut sebagai asal muasal kata komunikasi, merujuk pada suatu pikiran, suatu makna, maupun suatu pesan yang dianut secara sama. Menurut Widjaja (2001), komunikasi adalah berbagai kegiatan yang berkaitan dengan masalah hubungan atau yang diartikan sebagai tukar menukar pendapat. Komunikasi adalah hubungan antara dua orang baik itu secara individu maupun kelompok. Komunikasi disini dapat diartikan sebagai suatu mekanisme hubungan antara manusia yang mengembangkan semua lambang dan pikiran yang sama dengan arti yang menyertai, melalui keleluasaan (space) dan menyertakan tepat pada saatnya. Komunikasi merupakan suatu proses seseorang menyamaikan gagasan, harapan melalui lambang tertentu, yang mengandung arti, dilakukan pemberi pesan dan kemudian ditujukan kepada penerima pesan. Komunikasi merupakan suatu kegiatan yang umum diketahui semua orang, tetapi tidak semua orang dapat memahami pesan yang disampaikan oleh komunikator. Komunikasi juga dapat diartikan sebagai saling berbincang satu sama lain seperti ; penyebaran informasi, becanda gurau, penggunaan fasilitas internet, gaya berpakaian, gaya rambut yang

BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Pola Komunikasi Orang Tua 2.1 ...eprints.umm.ac.id/54548/3/BAB II.pdf · “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Pola Komunikasi Orang Tua 2.1 ...eprints.umm.ac.id/54548/3/BAB II.pdf · “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian

9

BAB II

Tinjauan Pustaka

2.1 Pola Komunikasi Orang Tua

2.1.1 Pengertian Komunikasi

Menurut Mulyana (2001) secara etimologis kata komunikasi dalam bahasa

Inggris communication yang berasal dari kata latin communis yang berarti

“sama”; communio, communicatio, atau communicare yang berarti “membuat

sama” (to make common). Istilah Communis berasal dari bahasa latin yang

dimana istilah ini sering disebut sebagai asal muasal kata komunikasi, merujuk

pada suatu pikiran, suatu makna, maupun suatu pesan yang dianut secara sama.

Menurut Widjaja (2001), komunikasi adalah berbagai kegiatan yang

berkaitan dengan masalah hubungan atau yang diartikan sebagai tukar menukar

pendapat. Komunikasi adalah hubungan antara dua orang baik itu secara individu

maupun kelompok. Komunikasi disini dapat diartikan sebagai suatu mekanisme

hubungan antara manusia yang mengembangkan semua lambang dan pikiran

yang sama dengan arti yang menyertai, melalui keleluasaan (space) dan

menyertakan tepat pada saatnya.

Komunikasi merupakan suatu proses seseorang menyamaikan gagasan,

harapan melalui lambang tertentu, yang mengandung arti, dilakukan pemberi

pesan dan kemudian ditujukan kepada penerima pesan. Komunikasi merupakan

suatu kegiatan yang umum diketahui semua orang, tetapi tidak semua orang dapat

memahami pesan yang disampaikan oleh komunikator. Komunikasi juga dapat

diartikan sebagai saling berbincang satu sama lain seperti ; penyebaran informasi,

becanda gurau, penggunaan fasilitas internet, gaya berpakaian, gaya rambut yang

Page 2: BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Pola Komunikasi Orang Tua 2.1 ...eprints.umm.ac.id/54548/3/BAB II.pdf · “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian

10

dipilih dan daftar definisi tersebut masih dapat dilakukan tanpa ada pembatasnya.

Karena pada dasarnya segala aspek kehidupan pada manusia dapat dikatakan

suatu bentuk komunikasi. Setiap perilaku pada manusia mempunyai potensi

komunikasi yang untuk ditafsirkan, dengan kata lain manusia adalah makhluk

sosial makhluk yang tidak dapat jika tidak berkomunikasi.

Menurut Hovland dalam Effendy (2003), komunikasi merupakan proses

melalui seseorang atau komunkator menyampaikan stimulus, biasanya

disampaikan dalam bentuk kata dengan tujuan untuk mengubah dan membentuk

perilaku komunikan, dengan perubahan yang demikian akan diperoleh persamaan

presepsi dan tujuan. Komunikasi dalam hal ini merupakan suatu proses

penyampaian pikiran ataupun perasaan oleh seseorang kepada orang lain, dengan

menggunakan suatu lambang dan dimana lambang tersebut bermakna sama bagi

kedua belah pihak.

Menurut Bungin (2006), menejelaskan komunikasi sebagai sebuah proses

pemaknaan yang dilakukan oleh seseorang terhadap suatu informasi, sikap serta

perilaku orang lain yang berbentuk pengetahuan, pembicaraan, gerak gerik, sikap,

perilaku dan perasaan sehingga seseorang membuat reaksi terhadap informasi,

sikap dan perilaku tersebut berdasarkan pengalaman yang pernah dialami.

Fenomena komunikasi juga diperngaruhi oleh media yang digunakan sehingga

media juga terkadang ikut mempengaruhi isi informasi dan penafsiran.

Menurut Mulyana (2007), fungsi komunikasi yang begitu luas dapat dilihat

dari berbagai sudut pandang. Dari prespektif agama Tuhan-lah yang mengajari

kita berkomunikasi, dengan menggunakan akal dan kemampuan berbahasa yang

dianugerahkan untuk kita sebagai manusia paling sempurna dari ciptaanNya.

Page 3: BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Pola Komunikasi Orang Tua 2.1 ...eprints.umm.ac.id/54548/3/BAB II.pdf · “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian

11

Dalam Al-Qur’an mengatakan “Tuhan yang Maha Pemurah, yang telah

mengajarkan Al-Qur’an. Dia menciptakan manusia, yang mengajarinya pandai

berbicara” (Ar-Rahman : 1-4). Seperti ayat berikut :

عرضهمعلى الملائكة فقال أنبئوني بأسماء هؤلاء إن كنتم صادقين.31 الأسماءآدم كلها وعلم ثم

“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda)

seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman:

"Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang

yang benar!" (Al-Baqarah:31)

قالوا سبحانك لا علم لنا إلا ما علمتنا إنك أنت العليم الحكيم.32

Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain

dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang

Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (Al-Baqarah :32)

ماو ات ا بأسماهم ئهم قال ألم أقل لكم إني أعلم غيب الس قال يا آدم أنبئهم مائهم بأس أنبأفلم

كنتمتكتمون .33 والأر ض وأعلم ما تبدون وما

Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama

benda ini". Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu,

Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya

Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan

dan apa yang kamu sembunyikan?" (Al-Baqarah:33)

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan para pakar bahwasannya

komunikasi mengemukakan fungsi yang berbeda-beda, meskipun terkadang ada

kesamaan dan tumpang tindih diantara berbagai pendapat tersebut. Scheidel

dalam Mulyana (2007) mengemukakan bahwa kita berkomunikasi untuk

Page 4: BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Pola Komunikasi Orang Tua 2.1 ...eprints.umm.ac.id/54548/3/BAB II.pdf · “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian

12

menyatakan dan mendukung identitas diri, untuk membangun kontak sosial

dengan orang-orang disekitar kita dan juga untuk mempengaruhi orang lain untuk

merasa, berfikir maupun berperilaku seperti apa yang kita inginkan. Namun

menurut Scheidel tujuan dasar kita berkomunikasi yaitu untuk mengendalikan

likungan fisik dan psikologis kita.

2.1.2 Fungsi Komunikasi

Gorden dalam Mulyana (2007), mengemukakan empat fungsi komunikasi

berdasarkan kerangka yang dikemukakannya :

a. Komunikasi Sosial

Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial yang dimana

komunikasi sangat penting untuk membangun diri kita, aktualisasi

diri, sebagai kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan

terhindarkan dari tekanan dan juga ketegangan melalu komunikasi

yang menghibur dan memupuk hubungan dengan orang lain.

Dengan berkomunikasi ini kita bekerja sama dengan masyarakat,

anggota keluarga, kelompok belajar, perguruan tinggi, RT, RW,

desa, kota dan negara secara keseluruhan untuk mencapai tujuan

bersama.

b. Komunikasi Ekspresif

Komunikasi ekspresif erat kaitannya dengan komunikasi sosial,

yang dimana dapat dilakukan individu maupun kelompok.

Komunikasi ekspresif tidak secara otomatis berujuan untuk

Page 5: BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Pola Komunikasi Orang Tua 2.1 ...eprints.umm.ac.id/54548/3/BAB II.pdf · “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian

13

mempengaruhi orang lain, namun komunikasi ekspresif ini

bertujuan untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi) kita.

Perasaan-perasaan tersebut penyampaiannya diutamakan melalui

pesan nonverbal. Seperti perasaan sayang, peduli, rindu, sedih,

simpati, gembira, takut prhatin, marah dan juga benci dapat

disampaikan melalui kata-kata namun yang paling utama adalah

penyampaian melalui perilaku nonverbal.

c. Komunikasi Ritual

Erat kaitannya dengan komunikasi ekspresif, komunikasi ritual ini

biasanya dilakukan secara kolektif. Komunikasi ini biasanya

dilaukan untuk tradisi keluarga, komunitas, suku, bangsa, negara,

ideologi atau agama mereka, seperti halnya; upacara kelahiran,

sunatan, ulang tahun, pertnangan (melamar, tukar cincin), siraman,

pernikahan (ijab-qabul, sungkem kepada orang tua, sawer dan

sebagainya), ulang tahun perkawinan hingga upacara kematian.

Dalam acara-acara tersebut orang biasanya akan mengucapkan

atau menampilkan perlaku-perilaku simbolik.

d. Komunikasi Instrumental

Komunikasi instrumental memiliki beberapa tujuan umum;

menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap,

keyakinan serta mengubah perilaku atau menggerakkan tindakan

dan juga menghibur.

2.1.3 Unsur-Unsur Komunikasi

Page 6: BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Pola Komunikasi Orang Tua 2.1 ...eprints.umm.ac.id/54548/3/BAB II.pdf · “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian

14

Menurut Effendy (2002) dalam bukunya yang berjudul Dinamika

Komunikasi bahwa berbagai pengertian komunikasi yang telah ada tampak

menyebutkan lima komponen atau unsur komunikasi yang meliputi :

a. Komunikator (source), komunikator merupakan pihak yang

menjalankan suatu proses tragtegi komunikasi. Untuk menjadi

seorang komunikator yang baik serta dapat dipercaya oleh

penerimanya maka seorang komunikator harus mampu memiliki

daya tarik serta kredibilitas tersendiri.

b. Pesan (message), pesan yang akan disampaikan oleh seorang

komunikator kepada khalayak atau komunikan dalam strategi

komunikasi pastinya memiliki tujuan tertentu. Dalam strategi ini

perumusan pesan yang baik yaitu yang dapat mempertimbangkan

situasi dan kondisi khlayak seperti halnya pesan yang umum, jelas,

bahasanya jelas, pesan yang positif, seimbang dan sesuai dengan

keinginan khalayak sasaran.

c. Media, sebuah sarana sebagai penyampaian pesan dalam kegiatan

komunikasi, saluran tersebut meliputi :

a) Pendengaran (lambang berupa suara)

b) Penglihatan (lambang berupa sinar, pantulan sinar atau gambar)

c) Penciuman (lambang berupa bau-bauan)

d) Rabaan (lambang-lambang yang berupa rangsangan rabaan)

d. Komunikan (communican), objek sasaran dari sebuah kegiatan

komunikasi atau orang yang menerima berita atau lambang.

e. Efek, Dampak seabagai pengaruh dari pesan yang telah

disampaikan.

Page 7: BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Pola Komunikasi Orang Tua 2.1 ...eprints.umm.ac.id/54548/3/BAB II.pdf · “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian

15

2.1.4 Bentuk-Bentuk Komunikasi

Ada 4 bentuk komunikasi menurut para ahli yaitu sebagai berikut :

a. Komunikasi Intrapersonal menurut Sasa Djuarsa (2005), merupakan

suatu proses komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang. Yang

menjadi pusat perhatian adalah bagaimana jalannya proses pengolahan

informasi yang dialami seseorang melalui sistem syaraf dan inderanya.

b. Komunikasi antarpersonal menurut Onong Uchjana (1981), adalah

komunikasi yang berlangsung antara dua orang, yang dimana terjadi

kontak langsung dalam bentuk percakapan. Komunikasi ini dapat

berlangsung secara bertatap muka (face to face) dan juga dapat melalui

sebuah media telepon.

c. Komunikasi kelompok menurut Michael Burgoon dan Michael Ruffner

yang dikutik oleh Sasa Djuarsa (2005), merupakan interaksi tatap muka

dari tiga ataupun lebih individu guna memperoleh maksud serta tujuan

yang dikehendaki seperti berbagi informasi, pemeliharaan diri ataupun

karakteristik pribadi anggota lainnya dengan akurat.

d. Komunikasi Massa menurut Severin dan Tankard dalam Onong

Uchjana (1981), adalah komunikasi melalui media massa atau

keterampilan, seni serta ilmu, dan dikaitkan dengan pendapat Devito

Komunikasi massa itu ditujukan pada massa dengan melalui media

massa dibandingkan dengan jenis-jenis komunikasi lainnya, maka

komunikasi massa mempunyai ciri-ciri khusus yang disebabkan oleh

sifat-sifat komponennya.

2.1.5 Model-Model Komunikasi Menurut Para Ahli

Page 8: BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Pola Komunikasi Orang Tua 2.1 ...eprints.umm.ac.id/54548/3/BAB II.pdf · “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian

16

Komunikasi adalah sebuah proses yang sangat kompleks karenanya sangat

sulit untuk mengetahui siapa yang memulai komunikasi, kepada siapa komunikasi

ditujukan, dan dimana komunikasi berawal dan berakhir . Untuk memahami

proses komunikasi yang sedemikian kompleks, diperlukan suatu instrumen yang

membantu menjelaskan proses komunikasi. Instrumen tersebut adalah model

komunikasi.

Model komunikasi adalah sebuah model konseptual untuk menjelaskan

proses komunikasi manusia dan memperlihatkan proses komunikasi dengan

menggunakan berbagai simbol. Model komunikasi membentuk perspektif

komunikasi dengan menguraikan komunikasi yang begitu kompleks menjadi

lebih sederhana tanpa menghilangkan komponen-komponen yang ada di

dalamnya. Berikut adalah beberapa model komunikasi menurut para ahli :

A. Model Komunikasi Aristoteles

Model komunikasi Aristoteles adalah salah satu model komunikasi linear

yang ditujukan untuk menggambarkan atau menjelaskan proses public

speaking. Model ini merupakan model komunikasi pertama dan merupakan

model komunikasi yang diterima secara luas diantara model komunikasi

lainnya.

a) Komponen-komponen dalam Model Komunikasi Aristoteles

Model komunikasi Aristoteles menitikberatkan pada pembicara (speaker)

dan bicara (speech). Model ini memiliki lima elemen, yaitu speaker, speech,

occasion, audience, dan effect.

Pembicara (speaker), orang yang berperan aktif dalam membentuk dan

mengirimkan pesan kepada khalayak.

Page 9: BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Pola Komunikasi Orang Tua 2.1 ...eprints.umm.ac.id/54548/3/BAB II.pdf · “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian

17

Pesan verbal (speech), pesan yang dibentuk dan disampaikan oleh

speaker.

Situasi (occasion) , situasi saat pesan disampaikan.

Khalayak (audience), orang yang menjadi target sasaran atau khalayak

sasaran dalam proses komunikasi.

Efek (effect), dampak yang ditimbulkan dalam proses komunikasi.

Model komunikasi Aristoteles dikenal sebagai model komunikasi yang

berpusat pada speaker atau pembicara karena pembicara dipandang sebagai

pihak yang aktif dan berperan penting dalam proses public speaking yaitu

mengirimkan pesan kepada khalayak.

b. Karakteristik Model Komunikasi Aristoteles

Model komunikasi Aristoteles memiliki beberapa karakteristik, diantaranya

adalah :

Berpusat pada pengirim pesan.

Khalayak bersifat pasif.

Tidak terlalu fokus pada komunikasi intrapersonal atau komunikasi

interpersonal.

Fokus pada interaksi khalayak dalam komunikasi.

Tidak terdapat konsep umpan balik.

Tidak ada konsep kegagalan komunikasi.

Komunikasi berlangsung satu arah.

Hanya bisa digunakan dalam public speaking.

Page 10: BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Pola Komunikasi Orang Tua 2.1 ...eprints.umm.ac.id/54548/3/BAB II.pdf · “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian

18

B. Model Komunikasi Shannon dan Weaver

Claude Elwood Shannon dan Warren Weaver (1948) mengembangkan

salah satu model komunikasi linear yang disebut dengan Model Komunikasi

Shannon dan Weaver.

a. Komponen-komponen dalam Model Komunikasi Shannon dan

Weaver

Dalam model komunikasi Shannon dan Weaver terdapat 6 (enam) elemen

yaitu :

Pengirim (Sender/Information source), orang yang membuat pesan,

memilih media yang akan digunakan dan mengirimkan pesan.

Encoder (Transmitter), orang yang menggunakan mesin yang mengubah

pesan ke dalam bentuk sinyal atau data biner. Dimungkinkan juga

encoder merujuk pada mesin itu sendiri.

Media (Channel), media yang digunakan untuk mengirim pesan.

Decoder (Transmitter), mesin yang digunakan untuk mengubah sinyal

atau data biner ke dalam bentuk pesan atau penerima pesan yang

menginterpretasikan pesan dari sinyal yang diberikan.

Penerima (Receiver/Destination), orang yang menerima pesan atau

tempat dimana pesan harus dijangkau. Penerima pesan memberikan

umpan balik berdasarkan pesan yang dikirimkan oleh pengirim.

Gangguan (Noise), gangguan fisik seperti lingkungan, manusia, dan lain-

lain yang tidak membiarkan pesan diterima dengan baik oleh penerima

pesan.

Page 11: BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Pola Komunikasi Orang Tua 2.1 ...eprints.umm.ac.id/54548/3/BAB II.pdf · “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian

19

Pengirim pesan menyandi pesan dan mengirimkannya kepada penerima

pesan melalui media. Pengirim mengubah pesan ke dalam berbagai kode yang

dapat dipahami ke dalam mesin. Pesan dikirim dalam bentuk kode melalui

media. Penerima harus menerima sandi pesan sebelum memahami dan

menginterpretasikannya. Mesin penerima dapat juga berperan sebagai

penerima sandi dalam beberapa kasus. Media dapat mengalami gangguan dan

penerima bisa saja tidak memiliki kapasitas untuk melakukan sandi-awa

sehingga menyebabkan masalah dalam proses komunikasi.

C. Model Komunikasi Berlo

David K. Berlo (1960) merumuskan sebuah model komunikasi linear yang

merupakan pengembangan dari model komunikasi Shannon dan Weaver. Model

komunikasi dari David K. Berlo disebut dengan Model Komunikasi SMCR

(Sender-Message-Channel-Receiver). Menurut Berlo, terdapat beberapa faktor

yang mempengaruhi berbagai komponen yang dimiliki oleh individu dalam

komunikasi yang membuat komunikasi berlangsung secara lebih efisien. Faktor-

faktor tersebut adalah keterampilan komunikasi, sikap, pengetahuan, sistem

sosial, dan budaya.

a. Komponen-komponen dalam Model Komunikasi Berlo

Dalam model ini terdapat beberapa komponen yaitu sender, message,

channel, dan receiver dimana masing-masing komponen dipengaruhi oleh

beberapa faktor.

1. Pengirim (sender)

Sumber pesan atau orang yang mengorganisasi pesan. Seorang pengirim

pesan atau sumber pesan mengirimkan pesan kepada penerima pesan. Terdapat

Page 12: BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Pola Komunikasi Orang Tua 2.1 ...eprints.umm.ac.id/54548/3/BAB II.pdf · “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian

20

beberapa faktor yang mempengaruhi pengirim pesan dan penerima pesan,

yaitu :

Keterampilan komunikasi, Jika pengirim pesan memiliki keterampilan

komunikasi yang baik, maka pesan akan lebih mudah dikomunikasikan

dibandingkan dengan pengirim pesan yang tidak memiliki keterampilan

komunikasi yang baik. Keterampilan komunikasi mencakup keterampilan

berbicara, keterampilan membaca, keterampilan menulis, keterampilan

mendengarkan, dan lain-lain.

Sikap, Sikap yang dimiliki oleh pengirim pesan untuk menciptakan efek

pesan.

Pengetahuan, Pengetahuan yang dimiliki oleh pengirim pesan dapat

membuat pesan dapat dikomunikasikan secara lebih efektif.

Sistem sosial, Sistem sosial yang mencakup nilai, kepercayaan, hukum,

aturan, agama dan lain-lain serta tempat dan situasi mempengaruhi cara

pengirim pean dalam mengkomunikasikan pesan. Hal ini menciptakan

perbedaan dalam membuat pesan.

Budaya, perbedaan budaya menyebabkan perbedaan dalam menyampaikan

pesan.

2. Pesan (message)

Page 13: BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Pola Komunikasi Orang Tua 2.1 ...eprints.umm.ac.id/54548/3/BAB II.pdf · “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian

21

Pesan adalah hal substansif yang dikirimkan oleh pengirim pesan kepada

penerima pesan. Pesan dapat berbentuk suara, teks, video atau lain-lain.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pesan adalah :

Isi pesan, Merupakan sesuatu yang terdapat dalam pesan.

Elemen pesan, Elemen pesan merupakan hal-hal yang berkaitan dengan

pesan nonverbal yang melekat dalam isi seperti gesture, tanda, bahasa

sebagai alat komunikasi, dan lain-lain.

Perlakuan, Cara pesan dikirimkan kepada penerima pesan yang

menimbulkan efek berupa umpan balik yang diberikan oleh penerima

pesan.

Struktur pesan, Pola pembentukan pesan dapat mempengaruhi efektivitas

pesan.

Kode, Bentuk dimana pesan dikirimkan bisa berupa teks, video, dan lain-

lain.

3. Media (channel)

Media yang digunakan untuk mengirim pesan misalnya telepon, internet

sebagai media komunikasi dan lain-lain dan biasanya digunakan dalam

komunikasi bermedia (media massa atau media baru). Namun, jika merujuk

pada bentuk atau konteks komunikasi lain seperti misalnya komunikasi

interpersonal maka media komunikasi yang dimaksud merujuk pada kelima

rasa melalui panca indera yang dimiliki oleh manusia. Kelima rasa inilah yang

turut mempengaruhi arus dan efektivitas komunikasi. Kelima rasa tersebut

adalah mendengarkan, melihat, menyentuh, mencium, dan merasakan.

Mendengar, pesan yang diterima melalui indera pendengaran.

Page 14: BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Pola Komunikasi Orang Tua 2.1 ...eprints.umm.ac.id/54548/3/BAB II.pdf · “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian

22

Melihat, pesan yang diterima melalui indera penglihatan mencakup pesan

nonverbal.

Menyentuh, sebagian pesan nonverbal terjadi melalui sentuhan seperti

menepuk pundak.

Mencium, pesan yang diterima melalui indera penciuman.

Merasakan, pesan yang diterima melalui indera perasa.

4. Penerima (receiver)

Orang yang menerima pesan yang dikirmkan oleh pengirim pesan. Faktor-

faktor yang mempengaruhi penerima pesan sama dengan faktor-faktor yang

mempengaruhi pengirim pesan, yaitu :

Keterampilan komunikasi, Penerima pesan yang memiliki keterampilan

komunikasi (keterampilan berbicara, keetrampilan menulis, keterampilan

membaca, kemampuan mendengarkan dan lain-lain) yang baik akan dapat

menerima pesan dengan baik.

Sikap, sikap yang dimiliki oleh penerima pesan untuk menerima pesan.

Pengetahuan, pengetahuan yang dimiliki oleh penerima pesan dapat

membuat pesan mudah diterima dengan baik oleh penerima pesan.

Sistem social, Sistem sosial (nilai, kepercayaan, hukum, aturan, agama, dan

lain-lain) mempengaruhi cara menerima pesan yang menyebabkan

perbedaan dalam menerima pesan.

Budaya, perbedaan budaya dapat menyebabkan perbedaan dalam menerima

pesan.

2.1.6 Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga

Page 15: BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Pola Komunikasi Orang Tua 2.1 ...eprints.umm.ac.id/54548/3/BAB II.pdf · “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian

23

Dari keempat bentuk komunikikasi yang telah disebutkan di atas, maka

komunikasi orang tua dan anak termasuk dalam komunikasi antarpribadi.

Komunikasi antar pribadi dalam definisi ini merupakan proses pengiriman serta

penerimaan pesan diantara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang,

dengan berbagai efek dan umpan balik (feed back).

Komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan

sehari-hari. Jika boleh dibandingkan, komunikasi sama pentingnya dengan udara

untuk kita bernafas. Ketika lahir, manusia tidak hanya membutuhkan pertukaran

udara demi kelangsungan hidupnya, namun juga melakukan pertukaran-

pertukaran pesan-pesan dengan lingkungannya, terutama dengan orang tuanya

yang berlangsung secara tetap. Hal ini dapat kita lihat pada saat bayi itu lapar,

buang air kecil, sakit dan juga sebagainya. Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia, orang tua merupakan ayah serta ibu kandung yang dianggap tua dalam

kata lain cerdik, pandai, ahli dan lain sebagainya, serta orang-orang yang

dihormati (disegani)dikampung.

Keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dalam kehidupan

manusia, tempat untuk belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial dalam

hubungan interaksi dengan kelompoknya. Komunikasi yang berlangsung dalam

keluarga bernilai pendidikan, karena didalamnya anak diajarkan sejumlah norma-

norma seperti norma agama, norma akhlak norma sosial dan lain sebagainya.

Menurut Djamarah (2004) mengemukakan bahwa percakapan dalam

hubungan keluarga bukan hanya sekedar pertukaran informasi. Melalui

pembicaraan anak maupun orang tua dapat menyatakan perasaan hati,

memperjelas pikiran, menyampaikan ide dan juga berhubungan dengan orang

lain. Hal ini merupakan cara yang menyenangkan untuk melakukan waktu belajar

Page 16: BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Pola Komunikasi Orang Tua 2.1 ...eprints.umm.ac.id/54548/3/BAB II.pdf · “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian

24

mengenal satu sama lain, melepaskan ketergantungan serta menyampaikan

pendapat.

2.2 Tinjauan tentang Pola Komunikasi

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, pola berarti bentuk (struktur) yang

tetap. Sedangkan komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau

berita antara dua orang atau lebih dengan cara yang tepat, sehingga pesan yang

dimaksud dapat dipahami oleh penerima pesan. Dengan demikian pola

komunikasi dapat dipahami sebagai bentuk ataupun pola hubungan antara dua

orang atau lebih dalam proses untuk mengkaitkan dua komponen yang berupa

gambaran atau rencana yang menjadi langkah-langkah pada suatu aktifitas

dimana melalui komponen-komponen penting saat terjadinya hubungan antar

organisasi ataupun juga manusia Soejanto (2001).

Menurut Devito (2007) pola komunikasi adalah bentuk atau pola hubungan

antara dua orang ataupun lebih dalam suatu proses pengiriman dan penerimaan

pesan yang dikaitkan dalam dua komponen yaitu gambaran atau rencana yang

didalamnya meliputi langkah-langkah pada suatu aktifitas dengan komponen-

komponen yang merupakan bagian penting atas terjadinya hubungan komunikasi

antar manusia atau kelompok dan organisasi. Proses komunikasi merupakan suatu

rangkaian dari aktivitas penyampaian pesan sehingga dari proses komunikasi

tersebut menimbulkan feedback dari penerima pesan. Setelah proses tersebut akan

muncul pola, model, bentuk dan juga bagian-bagian kecil yang berkaitan dengan

proses komunikasi.

2.2.1 Pola Komunikasi dalam Keluarga

Page 17: BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Pola Komunikasi Orang Tua 2.1 ...eprints.umm.ac.id/54548/3/BAB II.pdf · “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian

25

Menurut Devito (2007) dalam rangka mencapai tujuan keluarga maka

pasangan harus menggunakan pola komunikasi untuk mencapai hal tersebut.

Terdapat empat pola komunikasi keluarga pada umumnya yaitu :

1. Pola Komunikasi Persamaan (Equality Pattern)

Setiap individu membagi kesempatan komunikasi secara merata dan

seimbang. Peran tiap orang dalam keluarga adalah sama baik derajat

maupun setara kemampuannya dan bebas mengemukakan ide, opini,

dan kepercayaan. Komunikasi berjalan dengan jujur, terbuka, langsung

dan bebas dari pemisahan yang terjadi pada hubungan interpersonal

lainnya. Konflik yang terjadi dianggap bukan ancaman. Perbedaan

pendapat tidak dilihat sebagai salah satu kurang dari lain tetapi sebagai

benturan yang tak terhindarkan dari ide – ide atau perbedaan nilai dan

persepsi yang merupakan bagian dari hubungan jangka panjang.

Komunikasi ini berjalan secara timbal balik dan seimbang.

2. Komunikasi Seimbang Terpisah (Balance Split Pattern)

Pola ini persamaan hubungan tetap terjaga, namun tiap orang

memegang kontrol atau kekuasaan dalam bidangnya masing – masing.

Bisa jadi semua anggotanya memiliki pengetahuan yang sama

mengenai agama, kesehatan, seni dan satu pihak tidak dianggap lebih

dari yang lainnya. Konflik yang terjadi bukan sebagai ancaman, tiap

orang tidak dirugikan karena memiliki wilayah sendiri – sendiri.

3. Pola Komunikasi Tak Seimbang Terpisah (Unbalanced Split Pattern)

Pola ini satu orang mendominasi, satu orang dianggap sebagai ahli

lebih dari setengah wilayah komunikasi timbal balik. Satu orang yang

mendominasi dianggap lebih cerdas dan berpengetahuan lebih sering

Page 18: BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Pola Komunikasi Orang Tua 2.1 ...eprints.umm.ac.id/54548/3/BAB II.pdf · “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian

26

memegang kontrol karena orang lain dianggap kurang cerdas dan

berpengetahuan kurang sehingga berkompensasi dengan cara

membiarkan pihak yang mendominasi membuat keputusan,

mengeluarkan pernyataan tegas, memberi tahu pihak lainnya apa yang

harus dikerjakan, memberi opini dengan bebas, memainkan kekuasaan

untuk menjaga kontrol dan jarang menerima pendapat yang lain kecuali

untuk mendapatkan rasa aman bagi egonya atau sekedar meyakinkan

pihak lain kehebatan argumennya. Sebaliknya, pihak lain bertanya

meminta pendapat dan berpegang pada pihak yang mendominasi dalam

mengambil keputusan.

4. Pola Komunikasi Monopoli (Monopoly Pattern)

Pola ini satu orang dipandang sebagai penguasa atau mendominasi.

Orang ini lebih bersifat memerintah daripada berkomunikasi, memberi

wejangan daripada mendengarkan umpan balik orang lain. Pemegang

kekuasaan tidak pernah meminta pendapat, merasa berhak atas

keputusan akhir. Pola ini jarang terjadi perdebatan karena komunikasi

hanya didominasi salah satu orang. Pihak yang dimonopoli meminta

ijin dan pendapat dari pemegang kuasa untuk mengambil keputusan,

seperti hubungan orang tua ke anak. Pemegang kekuasaan

mendapatkan kepuasan perannya tersebut dengan cara menyuruh,

membimbing dan menjaga pihak lain, sedangkan pihak lain itu

mendapatkan kepuasan lewat 10 pemenuhan kebutuhannya dan tidak

membuat keputusan sendiri sehingga dia tidak akan menanggung

konsekuensi dari keputusan itu sama sekali.

Page 19: BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Pola Komunikasi Orang Tua 2.1 ...eprints.umm.ac.id/54548/3/BAB II.pdf · “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian

27

Suatu proses dalam komunikasi dapat berjalan dengan baik jika ada rasa

percaya, terbuka dan sportif untuk saling menerima satu sama lain diantara

keduanya Rahmat (1994). Berikut sikap yang dapat melangsungkan komunikasi

dengan baik dengan anak-anak yaitu :

a. Orang tua mau mendengarkan anaknya sehingga mereka bisa lebih

berani membagi perasaan serta keluh kesah setiap saat sampai pada

perasaan dan permasalahan yang mendalam juga mendasar.

b. Orang tua menggunakan empatinya untuk pandangan-pandangan yang

berbeda dengan cara menunjukkan perhatian melalui isyarat-isyarat

verbal dan juga nonverbal saat berkomunikasi secara langsung.

c. Orang tua memberi kebebasan dan dorongan sepenuhnya kepada anak

untuk mengutarakan pikiran atau perasaannya juga kebebasan untuk

menunjukkan reaksi ataupun tingkah laku tertentu sehingga anak dapat

menanggapinya dengan positif tanpa adanya unsur keterpaksaan.

Wright dalam Kinanti (2016), mengatakan bahwa begitu pentingya faktor

komunikasi dalam keluarga sehingga salah satu cara terpenting untuk membantu

anak-menjadi dewasa ialah dengan belajar berkomunikasi dengan anak secara

positif. Pertumbuhan serta perkembangan seorang anak ditentukan oleh urutan

kelahiran dalam keluarga, struktur syaraf dan lain sebagainya serta bagaimana

hubungan orangtua dan anggota keluarga menjadi peran penting pembentukan

kepribadian serta tingkah laku anak.

2.3 Tinjauan Tentang Orang Tua Tunggal

2.3.1 Pengertian Orang Tua Tunggal

Page 20: BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Pola Komunikasi Orang Tua 2.1 ...eprints.umm.ac.id/54548/3/BAB II.pdf · “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian

28

Secara umum keluarga terdiri dari ayah dan ibu juga anak-anak. Ayah dan

ibu berperan sebagai orang tua. Namun dalam kehidupan nyata saat ini sering

dijumpai dalam keluarga dimana salah satu orang tuanya tidak ada. Keadaan ini

disebut dengan keluarga single parent. Single parent adalah orang tua tunggal

yaitu ayah atau ibu saja di dalam keluarga. Ada banyak peyebab yang

mengaibatkan anak menjadi tidak merasakan mempunyai orang tua lengkap atau

single parent.

Santrock (1995), mengemukakan dua macam single parent, yaitu :

a. Single parent mother, yaitu ibu sebagai orang tua tunggal yang mau

tidak mau harus menggantikan posisi seorang kepala rumah tangga,

pengambil keputusan, mencari nafkah disamping perannya mengurusi

anak, membesarkan dan memenuhi kebutuhan psikis anak.

b. Single parent father, ayah yang tugas utamanya menjadi tulang

punggung keluarga kini harus mampu mengurus pekerjaan rumah

tangga.

Hubungan dalam perkawinan seperti suami istri terkadang dapat rapuh dan

bahkan hingga perpisahan atau perceraian. Dengan terjadinya perpisahan atau

perceraian oleh orang tua maka fungsi keluarga mengalami gangguan dan anak-

anakpun mau tidak mau harus menyesuaikan diri dengan situasi yang baru tanpa

orang tua yang utuh. Dengan demikian angka perceraian pun mengalami

peningkatan gaya hidup khas keluarga single parent yang dimana hidup sendiri

seperti menjanda dan menduda. Anak pun menjadi korban atas perceraian orang

tua karenanya anak harus hidup dengan salah satu orang tua saja dan bahkan

kemungkinan lain bisa berpisah dengan saudara kandung lainnya. Ada beberapa

Page 21: BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Pola Komunikasi Orang Tua 2.1 ...eprints.umm.ac.id/54548/3/BAB II.pdf · “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian

29

faktor penyebab tidak sempuranya atau tidak utuhnya suatu peran orang tua, yaitu

:

a. Meninggal dunia, jika dalam rumah tangga ada salah satu pasagan kita

yang meninggal dunia maka otomatis itu akan menjadikan keluarga

single parent.

b. Jika pasangan kita meninggalkan kita entah itu dalam kurun waktu

yang lama maupun sementara, semisal ada suami yang pergi ke suatu

kota atau pulau untuk bekerja.

c. Yang kini sangat umum adalah akibat perceraian.

d. Orang tua angkat.

Dalam menghadapi masalah-,masalah keluarga tunggal, orang tua akan

mempunyai caranya tersendiri tergantung pada kondisi masing-masing orang tua

tunggal. Ada orang tunggal yang mampu bertahan secara mandiri tanpa pasangan

bahkan dapat sukses dibandingkan saat berkeluarga utuh. Ada juga orang tua

yang menyerah tanpa bisa berbuat apa-apa karena menyadari akan keadannya

sehingga dalam pikirannya hanya ada kehancuran yang berkeanjutan, hal ini

diperhatikan dari berbagai gejala dan pengalaman dari berbagai keluarga tunggal

dalam menghadapi tantangan dalam hidupnya. Maka dalam hal ini ada tiga tipe

orang tua tunggal menurut Surya (2003), yaitu :

a. Tipe Mandiri

Tipe mandiri adalah orang tua tunggal yang mampu menghadapi situasi

yang sedang dihadapi sebagai orang tua tunggal dan dapat mengatasi

masalah-masalahnya dengan sukses. Tipe seperti ini biasanya dapat

melanjutkan perjalanan keluarga dengan sukses. Dia dapat menyadari

Page 22: BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Pola Komunikasi Orang Tua 2.1 ...eprints.umm.ac.id/54548/3/BAB II.pdf · “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian

30

kenyataan yang dihadapinya saat ini, segala masalah dalam keluarga

dapat diatasi dengan berbagai cara terbaiknya. Keluarga terutama anak

diberikan pengertian serta kesadaran akan kenyataan juga ketrampilan

menghadapinya.

b. Tipe Tergantung

Orang tua tunggal yang tergolong dalam tipe tergantung ini dapat

mengatasi masalah-masalah dan tantangan yang datang namun

biasanya di tipe ini kurangnya memiliki kemandirian. Dalam

menghadapi berbagai masalah dirinya hanya bergantung pada berbagai

pihak seperti saudara, teman-temannya ataupun relasi suaminya dan

lain sebagainya. Dirinya kurang yakin dengan kemampuan yang

dimilikinya sehingga senantiasa meminta bantuan orang lain semisal

dalam mendidik anak-anaknya yang mungkin akan diserakan kepada

nenek atau kakeknya.

c. Tipe Tak Berdaya

Dalam tiep ini orang tua tunggal tidak berdaya dalam suatu keadaan

serta tidak dapat menghadapi berbagai masalah dan tantangan yang

mendatanginya. Dia tidak tahu apa yang akan dia lakukan karena

terlalu menyerah dengan keadaan dan tidak bisa berbuat apa-apa. Tipe

ini mudah putuas asa dan pesimis menghadapi masa depannya.

Biasanya tipe ini juga akan cenderung mengalami berbagai kegagalan

seperti teruputusnya sekolah anak-anaknya, kekurangan penghasilan,

semakin berkurangnya masa kesejahteraan, semakin menurun kondisi

kesehatan, munculnya berbagai masalah serta hambatan psikologis

seperti kecurigaan, frustasi dan sebagainya. Mereka yang tergolong tipe

Page 23: BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Pola Komunikasi Orang Tua 2.1 ...eprints.umm.ac.id/54548/3/BAB II.pdf · “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian

31

tak berdaya ini biasanya kurang siap dalam menghadapi kenyataan,

terlalu bergantung kepada suami atau istri, kurang memiliki kompetensi

hidup, kurangnya ketrampilan sosial, sikap rendah diri, ketahanan diri

yang rendah, kurang mampu mengendalikan dirinya dan juga terlalu

emosional.

Dari adanya ketiga tipe diatas maka sudah pasti harus dihindari tipe yang

ketiga dan harus diupayakan munculnya tipe pertama. Apabila orang tua tunggal

dapat mengatasi berbagai masalah-masalah seperti dalam tipe pertama maka masa

depan keluarga akan berkembang baik dan sejahtera. Peristiwa menjadi seorang

orang tua tunggal bukan menjadi penghambat dan sumber kegagalan seseorang

tetapi hal ini dapat dijadikan pemicu untuk mencapai suatu kesuksesan dimasa

yang kan datang. Dengan keluarga yang sejahtera pada saatnya akan terdorong

timbulnya masyarakat bangsa yang kuat. Sebaliknya apabila menjadi orang tua

tunggal itu menurutnya merupakan suatu kegagalan maka pada saatnya akan

menimbulkan suatu kegagalan dalam kehidupan dimasyarakat luas.

2.4 Tinjauan Tentang Anak

2.4.1 Pengertian Anak

Dalam undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 mengenai Perkawinan pada

pasal 42 disebutkan bahwa anak sah merupakan anak yang dlahirkan sebagai

akibat perkawinan yang sah. Jika seorang anak dilahirkan diluar perkawinan anak

tersebut hanya memiliki hubungan perdata dengan ibunya atau keluarga ibunya.

Pengertian anak menurut Undang-Undang Nomor $ Tahun 1979 tentang

kesejahteraan anak. Dimana anak adalah seseorang yang belum mencapai usia 21

tahun dan belum menikah. Batas 21 tahun ditetapkan berdasarkan oleh

Page 24: BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Pola Komunikasi Orang Tua 2.1 ...eprints.umm.ac.id/54548/3/BAB II.pdf · “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian

32

pertimbangan usaha kesejahteraan sosial, kematangan pribadi dan kematangan

mental seorang anak yang dicapai pada saat usia tersebut. Anak merupakan

potensi serta penerus bangsa yang pada dasarnya telah diletakkan oleh generasi

sebelumnya.

Menurut Hurlock (1980), masa kanak-kanak dimulai sejak melewati masa

bayi yang sejak bayinya penuh dengan ketergantunga. Kira-kira pada usia 2 tahun

sampai pada saat matang secara seksual kira-kira 13 tahun wanita serta 14 tahun

untuk pria. Setelah itu masa kanak-kanak dibagi menjadi dua periode. Periode

awal berlangsung dari umur dua sampai dengan enam tahun serta periode akhir

dari enam tahun hingga saatnya anak matang secara seksual. Setelah dinyatakan

matang secara seksual maka anak akan mengalami perkembangan tahap menjadi

seorang remaja.

Secara psikologis masa remaja adalah usia dimana individu berintregasi

dengan masyarakat dewasa, dimana usia anak tidak lagi dikatakan dibawah

tingkat orang-orang yang lebih tua tetapi berada dalam tingkatan yang sama.

Intregasi atau dewasa dalam masyarakay mempunyai aspek yang efektif, yang

kurang lebih berhubungan dengan masa puber termasuk dalam perubahan

intelektual yang sangat mencolok. Transformasi dari cara berfikir remaja ini

memungkinkan untuk tercapainya integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa.

Yang pada kenyataannya itu merupakan ciri khas umum dari periode

perkembangan ini.

Lazimnya masa remaja dianggap mulai pada saat anak matang secara

seksual dan berakhir pada saat ia mencapai usia matang secara hukum. Pada

umumnya anak di Indonesia menjadi dewasa ketika dia mencapai umur 21 tahun

Page 25: BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Pola Komunikasi Orang Tua 2.1 ...eprints.umm.ac.id/54548/3/BAB II.pdf · “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian

33

atau belum mencapai umur 21 tahun namun sudah menikah, hal ini sesuai dengan

perturan secara tertulis dalam hukum positif di Indonesia.

2.5 Tinjauan Tentang Norma Agama

2.5.1 Pengertian Norma

Norma menurut kamus besar Bahasa Indonesia, yaitu suatu aturan atau

ketentuan yang mengikat kelompok warga dalam masyarakat, digunakan sebagai

panduan, tatanan dan juga pengendali tingkah laku yang sesuai juga diterima oleh

setiap warga masyarakat.

Norma-norma sosial berada dalam suatu bentuk dasar. Jenis norma yang

pertama merujuk pada suatu perbuatan yang itu bersifat umum atau biasa. Norma

semacam ini menggambarkan dengan apa yang dilakukan kebanyakan orang

shingga dapat disebut sebagai norma deskriptif. Berbagai norma ini memotivasi

perilaku kita dengan cara memberikan bukti tentang anggapan oleh sebagian

besar orang sebagai perbuatan yang efektif untuk mereka dalam situasi tertentu.

Dengan mencatta apa yang dilakukan orang lain dan kemudian menirukan

perbuatan mereka secara tidak sadar kita telah memilih secara benar dan efisien.

Bukti yang menunjukkan bahwasannya orang lebih banyak atau cenderung

mengikuti tokoh dalam suatu kelompok. Para peneliti telah banyak menunjukkan

tentang prespsi apa yang dilakukan kebnayakan orang itu akan mempengaruhi

perilaku si pengamat, bahkan saat perilaku-perilaku itu mengandung moralitas

yang netral seperti memilih produk sehari-hari.

Untuk norma jenis yang kedua mengacu pada harapan-harapan bersama

dalam sebuah masyarakat, organisasi atau suatu kelompok yang dalam perbuatan

tertentu diharapkan atau atau aturan-aturan moral yang kita setujui untuk

Page 26: BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Pola Komunikasi Orang Tua 2.1 ...eprints.umm.ac.id/54548/3/BAB II.pdf · “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian

34

dilaksanakan. Norma-norma seperti itu mencerminkan apa yang telah disetujui

dan yang tidak disetujui oleh sebagian besar orang. Norma-norma tersebut

memotivasi perilaku kita dengan cara yang menjanjikan suatu imbalan atau

hukuman sosial informal atas perilaku itu. Beda hal dengan norma deskriptif yang

dimana sering diistilahkan dengan norma-norma “merupakan” norma ini justru

sering disebut dengan norma “seharusnya”. Norma-norma deskriptif

menginformasikan perilaku kita, sedang norma ini mengaturnya.

2.5.2 Pengertian Agama

Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007) merupakan suatu

ajaran ataupun sistem yang mengatur tentang keimanan (kepercayaan) dan

peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, juga tata kaidah yang berhubungan

dengan pergaulan manusia serta lingkuangannya.

Sedangkan definisi agama menurut sosiologi ialah defini empiris yang

dimana dfinisi menurut pengalaman konkret sekitar agama yang dikumpulkan

dari masa lampau maupun kejadian sekarang.

Hendropuspito dalam Pratama (2011), mendefinisikan agama adalah suatu

jenis sistem sosial yang dibuat oleh pengikut-pengikutnya yang berporos pada

kekuatan-kekuatan non empiris yang dipercayai dan juga didayagunakan untuk

mencapai suatu keselamatan bagi diri mereka dan masyarakat luas pada

umumnya.

Agama dalam kehidupan manusia individu berfungsi sebagai suatu sistem

nilai yang memuat norma-norma tertentu. Secara umum norma-norma ini menjadi

suatu acuan dalam bersikap serta bertingkah laku agar sejalan dengan agama apa

yang telah dianutnya. Pengaruh suatu sistem nilai terhadap kehidupan masing-

Page 27: BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Pola Komunikasi Orang Tua 2.1 ...eprints.umm.ac.id/54548/3/BAB II.pdf · “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian

35

masing individu dikarenakan nilai sebagai realitas yang abstrak sebagai daya

pendorong atau prinsip yang menjadi pedoman hidup. Secara realitas nilai sendiri

memiliki pengaruh dalam mengatur pola tingkah laku, pola pikir dan juga pola

bersikap.

Dari pengertian-pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwasannya

agama adalah sebuah sistem atau prinsip serta parektek beribadah kepada Tuhan

dengan menurut kepada ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian

kepada kepercayaan tersebut.

2.5.3 Pengertian Norma Agama

Dari pengertian-pengertian diatas maka norma agama merupakan aturan-

aturan hidup yang berupa perintah-perintah serta larangan-larangan, yang oleh

pemeluknya sendiri diyakini bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa. Aturan-

aturan itu tidak hanya mengatur hubungan vertical, antara manusia dengan

Tuhan seperti ibadah namun juga hubungan horisonal diantaranya manusia

dengan sesame manusia. Pada umumnya setiap pemeluk agama meyakini

bahwasannya siapa yang mematuhi perintah-perintah Tuhan dan menjauhi

segala laranganNya akan mendapatkan pahala. Sebaliknya siapa yang

melanggarnya akan berdosa dan sebagai sanksinya ia akan memperoleh siksa.

Sikap serta perbuatan yang menunjukkan kepatuhan untuk melanjutkan

perintah-Nya juga menjauhi segala larangan-Nya disebut dengan taqwa.

2.6 Teori Penetrasi Sosial

Page 28: BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Pola Komunikasi Orang Tua 2.1 ...eprints.umm.ac.id/54548/3/BAB II.pdf · “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian

36

Teori penetrasi sosial dipopulerkan oleh Irwin Altan dan Dalmas Taylor.

Teori penetrasi sosial secara umum mebahas tentang bagaimana proses

komunikasi interpersonal. Disini dijelaskan bahwa dalam proses berhubungan

dengan orag lain terjadi berbagai proses gradual yang dimana terjadi semacam

proses adaptasi diantara keduanya atau dalam bahasa Altman dan Taylor adalah

penetrasi sosial.

Altman dan Taylor membahasa bagaimana perkembangan kedekatan dalam

suatu hubungan. Menurut mereka, pada dasarnya kita akan mampu berdekatan

denan seseorang yang lain sejauh kita mampu melalui suatu proses “gradual and

orderly fashion superficial to intimate levels of exchange as a funcyion of both

immediate and forecast outcomes.”

Altman dan Taylor mengibaratkan manusia seperti bawang merah,

maksudnya adalah pada hakikatnya manusia sendiri memiliki beberapa layer atau

lapisan kepribadian. Jika kita mengupas kulit terluar bawang, maka kita akan

menemukan lapisan kulit yang lainnya, begitu pula dengan kepribadian manusia.

Terdapat beberapa tahapan dala proses penetrasi sosial, yaitu sebagai

berikut :

a. Tahap Orientasi, yang juga dapat disebut dengan masa pengenalan dan

terjadi pada tingkat publik. Saat dua orang melakukan interaksi, mereka

akan membuka diri sedikit demi sedikit dengan tatap muka

memperhatikan nilai-nilai yang ada di masyarakat.

b. Pertukaran penjajakan afektif, terjadi saat dua orang yang akan mulai

menunjukkan informasi-informasi tentang dirinya meskipun masih

Page 29: BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Pola Komunikasi Orang Tua 2.1 ...eprints.umm.ac.id/54548/3/BAB II.pdf · “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian

37

terbatas dan masih berhati-hati. Interaksi akan terjadi lebih santai,

spontan dan menggunakan fase-fase tertentu.

c. Pertukaran afektif, saat mulai memasuki tahapan afektif dapat ditandai

dengan munculnya rasa nyaman, interaksi tanpa beban dan penggunaan

idiom personal.

d. Pertukaran stabil, tahapan ii merupakan tahap keterbukaan total, baik itu

terbuka dalam pemikiran, perilaku dan juga perasaan. Saat memasuki

tahapan ini, dua orang telah saling mengerti dan semakin kecil tingkat

ambiguitas. Hal-hal kecil menjadi sesuatu yang tidak penting sehingga

mereka dapat menghindari konflik.