Upload
others
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
9
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1 Pola Komunikasi Orang Tua
2.1.1 Pengertian Komunikasi
Menurut Mulyana (2001) secara etimologis kata komunikasi dalam bahasa
Inggris communication yang berasal dari kata latin communis yang berarti
“sama”; communio, communicatio, atau communicare yang berarti “membuat
sama” (to make common). Istilah Communis berasal dari bahasa latin yang
dimana istilah ini sering disebut sebagai asal muasal kata komunikasi, merujuk
pada suatu pikiran, suatu makna, maupun suatu pesan yang dianut secara sama.
Menurut Widjaja (2001), komunikasi adalah berbagai kegiatan yang
berkaitan dengan masalah hubungan atau yang diartikan sebagai tukar menukar
pendapat. Komunikasi adalah hubungan antara dua orang baik itu secara individu
maupun kelompok. Komunikasi disini dapat diartikan sebagai suatu mekanisme
hubungan antara manusia yang mengembangkan semua lambang dan pikiran
yang sama dengan arti yang menyertai, melalui keleluasaan (space) dan
menyertakan tepat pada saatnya.
Komunikasi merupakan suatu proses seseorang menyamaikan gagasan,
harapan melalui lambang tertentu, yang mengandung arti, dilakukan pemberi
pesan dan kemudian ditujukan kepada penerima pesan. Komunikasi merupakan
suatu kegiatan yang umum diketahui semua orang, tetapi tidak semua orang dapat
memahami pesan yang disampaikan oleh komunikator. Komunikasi juga dapat
diartikan sebagai saling berbincang satu sama lain seperti ; penyebaran informasi,
becanda gurau, penggunaan fasilitas internet, gaya berpakaian, gaya rambut yang
10
dipilih dan daftar definisi tersebut masih dapat dilakukan tanpa ada pembatasnya.
Karena pada dasarnya segala aspek kehidupan pada manusia dapat dikatakan
suatu bentuk komunikasi. Setiap perilaku pada manusia mempunyai potensi
komunikasi yang untuk ditafsirkan, dengan kata lain manusia adalah makhluk
sosial makhluk yang tidak dapat jika tidak berkomunikasi.
Menurut Hovland dalam Effendy (2003), komunikasi merupakan proses
melalui seseorang atau komunkator menyampaikan stimulus, biasanya
disampaikan dalam bentuk kata dengan tujuan untuk mengubah dan membentuk
perilaku komunikan, dengan perubahan yang demikian akan diperoleh persamaan
presepsi dan tujuan. Komunikasi dalam hal ini merupakan suatu proses
penyampaian pikiran ataupun perasaan oleh seseorang kepada orang lain, dengan
menggunakan suatu lambang dan dimana lambang tersebut bermakna sama bagi
kedua belah pihak.
Menurut Bungin (2006), menejelaskan komunikasi sebagai sebuah proses
pemaknaan yang dilakukan oleh seseorang terhadap suatu informasi, sikap serta
perilaku orang lain yang berbentuk pengetahuan, pembicaraan, gerak gerik, sikap,
perilaku dan perasaan sehingga seseorang membuat reaksi terhadap informasi,
sikap dan perilaku tersebut berdasarkan pengalaman yang pernah dialami.
Fenomena komunikasi juga diperngaruhi oleh media yang digunakan sehingga
media juga terkadang ikut mempengaruhi isi informasi dan penafsiran.
Menurut Mulyana (2007), fungsi komunikasi yang begitu luas dapat dilihat
dari berbagai sudut pandang. Dari prespektif agama Tuhan-lah yang mengajari
kita berkomunikasi, dengan menggunakan akal dan kemampuan berbahasa yang
dianugerahkan untuk kita sebagai manusia paling sempurna dari ciptaanNya.
11
Dalam Al-Qur’an mengatakan “Tuhan yang Maha Pemurah, yang telah
mengajarkan Al-Qur’an. Dia menciptakan manusia, yang mengajarinya pandai
berbicara” (Ar-Rahman : 1-4). Seperti ayat berikut :
عرضهمعلى الملائكة فقال أنبئوني بأسماء هؤلاء إن كنتم صادقين.31 الأسماءآدم كلها وعلم ثم
“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda)
seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman:
"Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang
yang benar!" (Al-Baqarah:31)
قالوا سبحانك لا علم لنا إلا ما علمتنا إنك أنت العليم الحكيم.32
Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain
dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang
Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (Al-Baqarah :32)
ماو ات ا بأسماهم ئهم قال ألم أقل لكم إني أعلم غيب الس قال يا آدم أنبئهم مائهم بأس أنبأفلم
كنتمتكتمون .33 والأر ض وأعلم ما تبدون وما
Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama
benda ini". Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu,
Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya
Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan
dan apa yang kamu sembunyikan?" (Al-Baqarah:33)
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan para pakar bahwasannya
komunikasi mengemukakan fungsi yang berbeda-beda, meskipun terkadang ada
kesamaan dan tumpang tindih diantara berbagai pendapat tersebut. Scheidel
dalam Mulyana (2007) mengemukakan bahwa kita berkomunikasi untuk
12
menyatakan dan mendukung identitas diri, untuk membangun kontak sosial
dengan orang-orang disekitar kita dan juga untuk mempengaruhi orang lain untuk
merasa, berfikir maupun berperilaku seperti apa yang kita inginkan. Namun
menurut Scheidel tujuan dasar kita berkomunikasi yaitu untuk mengendalikan
likungan fisik dan psikologis kita.
2.1.2 Fungsi Komunikasi
Gorden dalam Mulyana (2007), mengemukakan empat fungsi komunikasi
berdasarkan kerangka yang dikemukakannya :
a. Komunikasi Sosial
Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial yang dimana
komunikasi sangat penting untuk membangun diri kita, aktualisasi
diri, sebagai kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan
terhindarkan dari tekanan dan juga ketegangan melalu komunikasi
yang menghibur dan memupuk hubungan dengan orang lain.
Dengan berkomunikasi ini kita bekerja sama dengan masyarakat,
anggota keluarga, kelompok belajar, perguruan tinggi, RT, RW,
desa, kota dan negara secara keseluruhan untuk mencapai tujuan
bersama.
b. Komunikasi Ekspresif
Komunikasi ekspresif erat kaitannya dengan komunikasi sosial,
yang dimana dapat dilakukan individu maupun kelompok.
Komunikasi ekspresif tidak secara otomatis berujuan untuk
13
mempengaruhi orang lain, namun komunikasi ekspresif ini
bertujuan untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi) kita.
Perasaan-perasaan tersebut penyampaiannya diutamakan melalui
pesan nonverbal. Seperti perasaan sayang, peduli, rindu, sedih,
simpati, gembira, takut prhatin, marah dan juga benci dapat
disampaikan melalui kata-kata namun yang paling utama adalah
penyampaian melalui perilaku nonverbal.
c. Komunikasi Ritual
Erat kaitannya dengan komunikasi ekspresif, komunikasi ritual ini
biasanya dilakukan secara kolektif. Komunikasi ini biasanya
dilaukan untuk tradisi keluarga, komunitas, suku, bangsa, negara,
ideologi atau agama mereka, seperti halnya; upacara kelahiran,
sunatan, ulang tahun, pertnangan (melamar, tukar cincin), siraman,
pernikahan (ijab-qabul, sungkem kepada orang tua, sawer dan
sebagainya), ulang tahun perkawinan hingga upacara kematian.
Dalam acara-acara tersebut orang biasanya akan mengucapkan
atau menampilkan perlaku-perilaku simbolik.
d. Komunikasi Instrumental
Komunikasi instrumental memiliki beberapa tujuan umum;
menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap,
keyakinan serta mengubah perilaku atau menggerakkan tindakan
dan juga menghibur.
2.1.3 Unsur-Unsur Komunikasi
14
Menurut Effendy (2002) dalam bukunya yang berjudul Dinamika
Komunikasi bahwa berbagai pengertian komunikasi yang telah ada tampak
menyebutkan lima komponen atau unsur komunikasi yang meliputi :
a. Komunikator (source), komunikator merupakan pihak yang
menjalankan suatu proses tragtegi komunikasi. Untuk menjadi
seorang komunikator yang baik serta dapat dipercaya oleh
penerimanya maka seorang komunikator harus mampu memiliki
daya tarik serta kredibilitas tersendiri.
b. Pesan (message), pesan yang akan disampaikan oleh seorang
komunikator kepada khalayak atau komunikan dalam strategi
komunikasi pastinya memiliki tujuan tertentu. Dalam strategi ini
perumusan pesan yang baik yaitu yang dapat mempertimbangkan
situasi dan kondisi khlayak seperti halnya pesan yang umum, jelas,
bahasanya jelas, pesan yang positif, seimbang dan sesuai dengan
keinginan khalayak sasaran.
c. Media, sebuah sarana sebagai penyampaian pesan dalam kegiatan
komunikasi, saluran tersebut meliputi :
a) Pendengaran (lambang berupa suara)
b) Penglihatan (lambang berupa sinar, pantulan sinar atau gambar)
c) Penciuman (lambang berupa bau-bauan)
d) Rabaan (lambang-lambang yang berupa rangsangan rabaan)
d. Komunikan (communican), objek sasaran dari sebuah kegiatan
komunikasi atau orang yang menerima berita atau lambang.
e. Efek, Dampak seabagai pengaruh dari pesan yang telah
disampaikan.
15
2.1.4 Bentuk-Bentuk Komunikasi
Ada 4 bentuk komunikasi menurut para ahli yaitu sebagai berikut :
a. Komunikasi Intrapersonal menurut Sasa Djuarsa (2005), merupakan
suatu proses komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang. Yang
menjadi pusat perhatian adalah bagaimana jalannya proses pengolahan
informasi yang dialami seseorang melalui sistem syaraf dan inderanya.
b. Komunikasi antarpersonal menurut Onong Uchjana (1981), adalah
komunikasi yang berlangsung antara dua orang, yang dimana terjadi
kontak langsung dalam bentuk percakapan. Komunikasi ini dapat
berlangsung secara bertatap muka (face to face) dan juga dapat melalui
sebuah media telepon.
c. Komunikasi kelompok menurut Michael Burgoon dan Michael Ruffner
yang dikutik oleh Sasa Djuarsa (2005), merupakan interaksi tatap muka
dari tiga ataupun lebih individu guna memperoleh maksud serta tujuan
yang dikehendaki seperti berbagi informasi, pemeliharaan diri ataupun
karakteristik pribadi anggota lainnya dengan akurat.
d. Komunikasi Massa menurut Severin dan Tankard dalam Onong
Uchjana (1981), adalah komunikasi melalui media massa atau
keterampilan, seni serta ilmu, dan dikaitkan dengan pendapat Devito
Komunikasi massa itu ditujukan pada massa dengan melalui media
massa dibandingkan dengan jenis-jenis komunikasi lainnya, maka
komunikasi massa mempunyai ciri-ciri khusus yang disebabkan oleh
sifat-sifat komponennya.
2.1.5 Model-Model Komunikasi Menurut Para Ahli
16
Komunikasi adalah sebuah proses yang sangat kompleks karenanya sangat
sulit untuk mengetahui siapa yang memulai komunikasi, kepada siapa komunikasi
ditujukan, dan dimana komunikasi berawal dan berakhir . Untuk memahami
proses komunikasi yang sedemikian kompleks, diperlukan suatu instrumen yang
membantu menjelaskan proses komunikasi. Instrumen tersebut adalah model
komunikasi.
Model komunikasi adalah sebuah model konseptual untuk menjelaskan
proses komunikasi manusia dan memperlihatkan proses komunikasi dengan
menggunakan berbagai simbol. Model komunikasi membentuk perspektif
komunikasi dengan menguraikan komunikasi yang begitu kompleks menjadi
lebih sederhana tanpa menghilangkan komponen-komponen yang ada di
dalamnya. Berikut adalah beberapa model komunikasi menurut para ahli :
A. Model Komunikasi Aristoteles
Model komunikasi Aristoteles adalah salah satu model komunikasi linear
yang ditujukan untuk menggambarkan atau menjelaskan proses public
speaking. Model ini merupakan model komunikasi pertama dan merupakan
model komunikasi yang diterima secara luas diantara model komunikasi
lainnya.
a) Komponen-komponen dalam Model Komunikasi Aristoteles
Model komunikasi Aristoteles menitikberatkan pada pembicara (speaker)
dan bicara (speech). Model ini memiliki lima elemen, yaitu speaker, speech,
occasion, audience, dan effect.
Pembicara (speaker), orang yang berperan aktif dalam membentuk dan
mengirimkan pesan kepada khalayak.
17
Pesan verbal (speech), pesan yang dibentuk dan disampaikan oleh
speaker.
Situasi (occasion) , situasi saat pesan disampaikan.
Khalayak (audience), orang yang menjadi target sasaran atau khalayak
sasaran dalam proses komunikasi.
Efek (effect), dampak yang ditimbulkan dalam proses komunikasi.
Model komunikasi Aristoteles dikenal sebagai model komunikasi yang
berpusat pada speaker atau pembicara karena pembicara dipandang sebagai
pihak yang aktif dan berperan penting dalam proses public speaking yaitu
mengirimkan pesan kepada khalayak.
b. Karakteristik Model Komunikasi Aristoteles
Model komunikasi Aristoteles memiliki beberapa karakteristik, diantaranya
adalah :
Berpusat pada pengirim pesan.
Khalayak bersifat pasif.
Tidak terlalu fokus pada komunikasi intrapersonal atau komunikasi
interpersonal.
Fokus pada interaksi khalayak dalam komunikasi.
Tidak terdapat konsep umpan balik.
Tidak ada konsep kegagalan komunikasi.
Komunikasi berlangsung satu arah.
Hanya bisa digunakan dalam public speaking.
18
B. Model Komunikasi Shannon dan Weaver
Claude Elwood Shannon dan Warren Weaver (1948) mengembangkan
salah satu model komunikasi linear yang disebut dengan Model Komunikasi
Shannon dan Weaver.
a. Komponen-komponen dalam Model Komunikasi Shannon dan
Weaver
Dalam model komunikasi Shannon dan Weaver terdapat 6 (enam) elemen
yaitu :
Pengirim (Sender/Information source), orang yang membuat pesan,
memilih media yang akan digunakan dan mengirimkan pesan.
Encoder (Transmitter), orang yang menggunakan mesin yang mengubah
pesan ke dalam bentuk sinyal atau data biner. Dimungkinkan juga
encoder merujuk pada mesin itu sendiri.
Media (Channel), media yang digunakan untuk mengirim pesan.
Decoder (Transmitter), mesin yang digunakan untuk mengubah sinyal
atau data biner ke dalam bentuk pesan atau penerima pesan yang
menginterpretasikan pesan dari sinyal yang diberikan.
Penerima (Receiver/Destination), orang yang menerima pesan atau
tempat dimana pesan harus dijangkau. Penerima pesan memberikan
umpan balik berdasarkan pesan yang dikirimkan oleh pengirim.
Gangguan (Noise), gangguan fisik seperti lingkungan, manusia, dan lain-
lain yang tidak membiarkan pesan diterima dengan baik oleh penerima
pesan.
19
Pengirim pesan menyandi pesan dan mengirimkannya kepada penerima
pesan melalui media. Pengirim mengubah pesan ke dalam berbagai kode yang
dapat dipahami ke dalam mesin. Pesan dikirim dalam bentuk kode melalui
media. Penerima harus menerima sandi pesan sebelum memahami dan
menginterpretasikannya. Mesin penerima dapat juga berperan sebagai
penerima sandi dalam beberapa kasus. Media dapat mengalami gangguan dan
penerima bisa saja tidak memiliki kapasitas untuk melakukan sandi-awa
sehingga menyebabkan masalah dalam proses komunikasi.
C. Model Komunikasi Berlo
David K. Berlo (1960) merumuskan sebuah model komunikasi linear yang
merupakan pengembangan dari model komunikasi Shannon dan Weaver. Model
komunikasi dari David K. Berlo disebut dengan Model Komunikasi SMCR
(Sender-Message-Channel-Receiver). Menurut Berlo, terdapat beberapa faktor
yang mempengaruhi berbagai komponen yang dimiliki oleh individu dalam
komunikasi yang membuat komunikasi berlangsung secara lebih efisien. Faktor-
faktor tersebut adalah keterampilan komunikasi, sikap, pengetahuan, sistem
sosial, dan budaya.
a. Komponen-komponen dalam Model Komunikasi Berlo
Dalam model ini terdapat beberapa komponen yaitu sender, message,
channel, dan receiver dimana masing-masing komponen dipengaruhi oleh
beberapa faktor.
1. Pengirim (sender)
Sumber pesan atau orang yang mengorganisasi pesan. Seorang pengirim
pesan atau sumber pesan mengirimkan pesan kepada penerima pesan. Terdapat
20
beberapa faktor yang mempengaruhi pengirim pesan dan penerima pesan,
yaitu :
Keterampilan komunikasi, Jika pengirim pesan memiliki keterampilan
komunikasi yang baik, maka pesan akan lebih mudah dikomunikasikan
dibandingkan dengan pengirim pesan yang tidak memiliki keterampilan
komunikasi yang baik. Keterampilan komunikasi mencakup keterampilan
berbicara, keterampilan membaca, keterampilan menulis, keterampilan
mendengarkan, dan lain-lain.
Sikap, Sikap yang dimiliki oleh pengirim pesan untuk menciptakan efek
pesan.
Pengetahuan, Pengetahuan yang dimiliki oleh pengirim pesan dapat
membuat pesan dapat dikomunikasikan secara lebih efektif.
Sistem sosial, Sistem sosial yang mencakup nilai, kepercayaan, hukum,
aturan, agama dan lain-lain serta tempat dan situasi mempengaruhi cara
pengirim pean dalam mengkomunikasikan pesan. Hal ini menciptakan
perbedaan dalam membuat pesan.
Budaya, perbedaan budaya menyebabkan perbedaan dalam menyampaikan
pesan.
2. Pesan (message)
21
Pesan adalah hal substansif yang dikirimkan oleh pengirim pesan kepada
penerima pesan. Pesan dapat berbentuk suara, teks, video atau lain-lain.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pesan adalah :
Isi pesan, Merupakan sesuatu yang terdapat dalam pesan.
Elemen pesan, Elemen pesan merupakan hal-hal yang berkaitan dengan
pesan nonverbal yang melekat dalam isi seperti gesture, tanda, bahasa
sebagai alat komunikasi, dan lain-lain.
Perlakuan, Cara pesan dikirimkan kepada penerima pesan yang
menimbulkan efek berupa umpan balik yang diberikan oleh penerima
pesan.
Struktur pesan, Pola pembentukan pesan dapat mempengaruhi efektivitas
pesan.
Kode, Bentuk dimana pesan dikirimkan bisa berupa teks, video, dan lain-
lain.
3. Media (channel)
Media yang digunakan untuk mengirim pesan misalnya telepon, internet
sebagai media komunikasi dan lain-lain dan biasanya digunakan dalam
komunikasi bermedia (media massa atau media baru). Namun, jika merujuk
pada bentuk atau konteks komunikasi lain seperti misalnya komunikasi
interpersonal maka media komunikasi yang dimaksud merujuk pada kelima
rasa melalui panca indera yang dimiliki oleh manusia. Kelima rasa inilah yang
turut mempengaruhi arus dan efektivitas komunikasi. Kelima rasa tersebut
adalah mendengarkan, melihat, menyentuh, mencium, dan merasakan.
Mendengar, pesan yang diterima melalui indera pendengaran.
22
Melihat, pesan yang diterima melalui indera penglihatan mencakup pesan
nonverbal.
Menyentuh, sebagian pesan nonverbal terjadi melalui sentuhan seperti
menepuk pundak.
Mencium, pesan yang diterima melalui indera penciuman.
Merasakan, pesan yang diterima melalui indera perasa.
4. Penerima (receiver)
Orang yang menerima pesan yang dikirmkan oleh pengirim pesan. Faktor-
faktor yang mempengaruhi penerima pesan sama dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi pengirim pesan, yaitu :
Keterampilan komunikasi, Penerima pesan yang memiliki keterampilan
komunikasi (keterampilan berbicara, keetrampilan menulis, keterampilan
membaca, kemampuan mendengarkan dan lain-lain) yang baik akan dapat
menerima pesan dengan baik.
Sikap, sikap yang dimiliki oleh penerima pesan untuk menerima pesan.
Pengetahuan, pengetahuan yang dimiliki oleh penerima pesan dapat
membuat pesan mudah diterima dengan baik oleh penerima pesan.
Sistem social, Sistem sosial (nilai, kepercayaan, hukum, aturan, agama, dan
lain-lain) mempengaruhi cara menerima pesan yang menyebabkan
perbedaan dalam menerima pesan.
Budaya, perbedaan budaya dapat menyebabkan perbedaan dalam menerima
pesan.
2.1.6 Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga
23
Dari keempat bentuk komunikikasi yang telah disebutkan di atas, maka
komunikasi orang tua dan anak termasuk dalam komunikasi antarpribadi.
Komunikasi antar pribadi dalam definisi ini merupakan proses pengiriman serta
penerimaan pesan diantara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang,
dengan berbagai efek dan umpan balik (feed back).
Komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan
sehari-hari. Jika boleh dibandingkan, komunikasi sama pentingnya dengan udara
untuk kita bernafas. Ketika lahir, manusia tidak hanya membutuhkan pertukaran
udara demi kelangsungan hidupnya, namun juga melakukan pertukaran-
pertukaran pesan-pesan dengan lingkungannya, terutama dengan orang tuanya
yang berlangsung secara tetap. Hal ini dapat kita lihat pada saat bayi itu lapar,
buang air kecil, sakit dan juga sebagainya. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, orang tua merupakan ayah serta ibu kandung yang dianggap tua dalam
kata lain cerdik, pandai, ahli dan lain sebagainya, serta orang-orang yang
dihormati (disegani)dikampung.
Keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dalam kehidupan
manusia, tempat untuk belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial dalam
hubungan interaksi dengan kelompoknya. Komunikasi yang berlangsung dalam
keluarga bernilai pendidikan, karena didalamnya anak diajarkan sejumlah norma-
norma seperti norma agama, norma akhlak norma sosial dan lain sebagainya.
Menurut Djamarah (2004) mengemukakan bahwa percakapan dalam
hubungan keluarga bukan hanya sekedar pertukaran informasi. Melalui
pembicaraan anak maupun orang tua dapat menyatakan perasaan hati,
memperjelas pikiran, menyampaikan ide dan juga berhubungan dengan orang
lain. Hal ini merupakan cara yang menyenangkan untuk melakukan waktu belajar
24
mengenal satu sama lain, melepaskan ketergantungan serta menyampaikan
pendapat.
2.2 Tinjauan tentang Pola Komunikasi
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, pola berarti bentuk (struktur) yang
tetap. Sedangkan komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau
berita antara dua orang atau lebih dengan cara yang tepat, sehingga pesan yang
dimaksud dapat dipahami oleh penerima pesan. Dengan demikian pola
komunikasi dapat dipahami sebagai bentuk ataupun pola hubungan antara dua
orang atau lebih dalam proses untuk mengkaitkan dua komponen yang berupa
gambaran atau rencana yang menjadi langkah-langkah pada suatu aktifitas
dimana melalui komponen-komponen penting saat terjadinya hubungan antar
organisasi ataupun juga manusia Soejanto (2001).
Menurut Devito (2007) pola komunikasi adalah bentuk atau pola hubungan
antara dua orang ataupun lebih dalam suatu proses pengiriman dan penerimaan
pesan yang dikaitkan dalam dua komponen yaitu gambaran atau rencana yang
didalamnya meliputi langkah-langkah pada suatu aktifitas dengan komponen-
komponen yang merupakan bagian penting atas terjadinya hubungan komunikasi
antar manusia atau kelompok dan organisasi. Proses komunikasi merupakan suatu
rangkaian dari aktivitas penyampaian pesan sehingga dari proses komunikasi
tersebut menimbulkan feedback dari penerima pesan. Setelah proses tersebut akan
muncul pola, model, bentuk dan juga bagian-bagian kecil yang berkaitan dengan
proses komunikasi.
2.2.1 Pola Komunikasi dalam Keluarga
25
Menurut Devito (2007) dalam rangka mencapai tujuan keluarga maka
pasangan harus menggunakan pola komunikasi untuk mencapai hal tersebut.
Terdapat empat pola komunikasi keluarga pada umumnya yaitu :
1. Pola Komunikasi Persamaan (Equality Pattern)
Setiap individu membagi kesempatan komunikasi secara merata dan
seimbang. Peran tiap orang dalam keluarga adalah sama baik derajat
maupun setara kemampuannya dan bebas mengemukakan ide, opini,
dan kepercayaan. Komunikasi berjalan dengan jujur, terbuka, langsung
dan bebas dari pemisahan yang terjadi pada hubungan interpersonal
lainnya. Konflik yang terjadi dianggap bukan ancaman. Perbedaan
pendapat tidak dilihat sebagai salah satu kurang dari lain tetapi sebagai
benturan yang tak terhindarkan dari ide – ide atau perbedaan nilai dan
persepsi yang merupakan bagian dari hubungan jangka panjang.
Komunikasi ini berjalan secara timbal balik dan seimbang.
2. Komunikasi Seimbang Terpisah (Balance Split Pattern)
Pola ini persamaan hubungan tetap terjaga, namun tiap orang
memegang kontrol atau kekuasaan dalam bidangnya masing – masing.
Bisa jadi semua anggotanya memiliki pengetahuan yang sama
mengenai agama, kesehatan, seni dan satu pihak tidak dianggap lebih
dari yang lainnya. Konflik yang terjadi bukan sebagai ancaman, tiap
orang tidak dirugikan karena memiliki wilayah sendiri – sendiri.
3. Pola Komunikasi Tak Seimbang Terpisah (Unbalanced Split Pattern)
Pola ini satu orang mendominasi, satu orang dianggap sebagai ahli
lebih dari setengah wilayah komunikasi timbal balik. Satu orang yang
mendominasi dianggap lebih cerdas dan berpengetahuan lebih sering
26
memegang kontrol karena orang lain dianggap kurang cerdas dan
berpengetahuan kurang sehingga berkompensasi dengan cara
membiarkan pihak yang mendominasi membuat keputusan,
mengeluarkan pernyataan tegas, memberi tahu pihak lainnya apa yang
harus dikerjakan, memberi opini dengan bebas, memainkan kekuasaan
untuk menjaga kontrol dan jarang menerima pendapat yang lain kecuali
untuk mendapatkan rasa aman bagi egonya atau sekedar meyakinkan
pihak lain kehebatan argumennya. Sebaliknya, pihak lain bertanya
meminta pendapat dan berpegang pada pihak yang mendominasi dalam
mengambil keputusan.
4. Pola Komunikasi Monopoli (Monopoly Pattern)
Pola ini satu orang dipandang sebagai penguasa atau mendominasi.
Orang ini lebih bersifat memerintah daripada berkomunikasi, memberi
wejangan daripada mendengarkan umpan balik orang lain. Pemegang
kekuasaan tidak pernah meminta pendapat, merasa berhak atas
keputusan akhir. Pola ini jarang terjadi perdebatan karena komunikasi
hanya didominasi salah satu orang. Pihak yang dimonopoli meminta
ijin dan pendapat dari pemegang kuasa untuk mengambil keputusan,
seperti hubungan orang tua ke anak. Pemegang kekuasaan
mendapatkan kepuasan perannya tersebut dengan cara menyuruh,
membimbing dan menjaga pihak lain, sedangkan pihak lain itu
mendapatkan kepuasan lewat 10 pemenuhan kebutuhannya dan tidak
membuat keputusan sendiri sehingga dia tidak akan menanggung
konsekuensi dari keputusan itu sama sekali.
27
Suatu proses dalam komunikasi dapat berjalan dengan baik jika ada rasa
percaya, terbuka dan sportif untuk saling menerima satu sama lain diantara
keduanya Rahmat (1994). Berikut sikap yang dapat melangsungkan komunikasi
dengan baik dengan anak-anak yaitu :
a. Orang tua mau mendengarkan anaknya sehingga mereka bisa lebih
berani membagi perasaan serta keluh kesah setiap saat sampai pada
perasaan dan permasalahan yang mendalam juga mendasar.
b. Orang tua menggunakan empatinya untuk pandangan-pandangan yang
berbeda dengan cara menunjukkan perhatian melalui isyarat-isyarat
verbal dan juga nonverbal saat berkomunikasi secara langsung.
c. Orang tua memberi kebebasan dan dorongan sepenuhnya kepada anak
untuk mengutarakan pikiran atau perasaannya juga kebebasan untuk
menunjukkan reaksi ataupun tingkah laku tertentu sehingga anak dapat
menanggapinya dengan positif tanpa adanya unsur keterpaksaan.
Wright dalam Kinanti (2016), mengatakan bahwa begitu pentingya faktor
komunikasi dalam keluarga sehingga salah satu cara terpenting untuk membantu
anak-menjadi dewasa ialah dengan belajar berkomunikasi dengan anak secara
positif. Pertumbuhan serta perkembangan seorang anak ditentukan oleh urutan
kelahiran dalam keluarga, struktur syaraf dan lain sebagainya serta bagaimana
hubungan orangtua dan anggota keluarga menjadi peran penting pembentukan
kepribadian serta tingkah laku anak.
2.3 Tinjauan Tentang Orang Tua Tunggal
2.3.1 Pengertian Orang Tua Tunggal
28
Secara umum keluarga terdiri dari ayah dan ibu juga anak-anak. Ayah dan
ibu berperan sebagai orang tua. Namun dalam kehidupan nyata saat ini sering
dijumpai dalam keluarga dimana salah satu orang tuanya tidak ada. Keadaan ini
disebut dengan keluarga single parent. Single parent adalah orang tua tunggal
yaitu ayah atau ibu saja di dalam keluarga. Ada banyak peyebab yang
mengaibatkan anak menjadi tidak merasakan mempunyai orang tua lengkap atau
single parent.
Santrock (1995), mengemukakan dua macam single parent, yaitu :
a. Single parent mother, yaitu ibu sebagai orang tua tunggal yang mau
tidak mau harus menggantikan posisi seorang kepala rumah tangga,
pengambil keputusan, mencari nafkah disamping perannya mengurusi
anak, membesarkan dan memenuhi kebutuhan psikis anak.
b. Single parent father, ayah yang tugas utamanya menjadi tulang
punggung keluarga kini harus mampu mengurus pekerjaan rumah
tangga.
Hubungan dalam perkawinan seperti suami istri terkadang dapat rapuh dan
bahkan hingga perpisahan atau perceraian. Dengan terjadinya perpisahan atau
perceraian oleh orang tua maka fungsi keluarga mengalami gangguan dan anak-
anakpun mau tidak mau harus menyesuaikan diri dengan situasi yang baru tanpa
orang tua yang utuh. Dengan demikian angka perceraian pun mengalami
peningkatan gaya hidup khas keluarga single parent yang dimana hidup sendiri
seperti menjanda dan menduda. Anak pun menjadi korban atas perceraian orang
tua karenanya anak harus hidup dengan salah satu orang tua saja dan bahkan
kemungkinan lain bisa berpisah dengan saudara kandung lainnya. Ada beberapa
29
faktor penyebab tidak sempuranya atau tidak utuhnya suatu peran orang tua, yaitu
:
a. Meninggal dunia, jika dalam rumah tangga ada salah satu pasagan kita
yang meninggal dunia maka otomatis itu akan menjadikan keluarga
single parent.
b. Jika pasangan kita meninggalkan kita entah itu dalam kurun waktu
yang lama maupun sementara, semisal ada suami yang pergi ke suatu
kota atau pulau untuk bekerja.
c. Yang kini sangat umum adalah akibat perceraian.
d. Orang tua angkat.
Dalam menghadapi masalah-,masalah keluarga tunggal, orang tua akan
mempunyai caranya tersendiri tergantung pada kondisi masing-masing orang tua
tunggal. Ada orang tunggal yang mampu bertahan secara mandiri tanpa pasangan
bahkan dapat sukses dibandingkan saat berkeluarga utuh. Ada juga orang tua
yang menyerah tanpa bisa berbuat apa-apa karena menyadari akan keadannya
sehingga dalam pikirannya hanya ada kehancuran yang berkeanjutan, hal ini
diperhatikan dari berbagai gejala dan pengalaman dari berbagai keluarga tunggal
dalam menghadapi tantangan dalam hidupnya. Maka dalam hal ini ada tiga tipe
orang tua tunggal menurut Surya (2003), yaitu :
a. Tipe Mandiri
Tipe mandiri adalah orang tua tunggal yang mampu menghadapi situasi
yang sedang dihadapi sebagai orang tua tunggal dan dapat mengatasi
masalah-masalahnya dengan sukses. Tipe seperti ini biasanya dapat
melanjutkan perjalanan keluarga dengan sukses. Dia dapat menyadari
30
kenyataan yang dihadapinya saat ini, segala masalah dalam keluarga
dapat diatasi dengan berbagai cara terbaiknya. Keluarga terutama anak
diberikan pengertian serta kesadaran akan kenyataan juga ketrampilan
menghadapinya.
b. Tipe Tergantung
Orang tua tunggal yang tergolong dalam tipe tergantung ini dapat
mengatasi masalah-masalah dan tantangan yang datang namun
biasanya di tipe ini kurangnya memiliki kemandirian. Dalam
menghadapi berbagai masalah dirinya hanya bergantung pada berbagai
pihak seperti saudara, teman-temannya ataupun relasi suaminya dan
lain sebagainya. Dirinya kurang yakin dengan kemampuan yang
dimilikinya sehingga senantiasa meminta bantuan orang lain semisal
dalam mendidik anak-anaknya yang mungkin akan diserakan kepada
nenek atau kakeknya.
c. Tipe Tak Berdaya
Dalam tiep ini orang tua tunggal tidak berdaya dalam suatu keadaan
serta tidak dapat menghadapi berbagai masalah dan tantangan yang
mendatanginya. Dia tidak tahu apa yang akan dia lakukan karena
terlalu menyerah dengan keadaan dan tidak bisa berbuat apa-apa. Tipe
ini mudah putuas asa dan pesimis menghadapi masa depannya.
Biasanya tipe ini juga akan cenderung mengalami berbagai kegagalan
seperti teruputusnya sekolah anak-anaknya, kekurangan penghasilan,
semakin berkurangnya masa kesejahteraan, semakin menurun kondisi
kesehatan, munculnya berbagai masalah serta hambatan psikologis
seperti kecurigaan, frustasi dan sebagainya. Mereka yang tergolong tipe
31
tak berdaya ini biasanya kurang siap dalam menghadapi kenyataan,
terlalu bergantung kepada suami atau istri, kurang memiliki kompetensi
hidup, kurangnya ketrampilan sosial, sikap rendah diri, ketahanan diri
yang rendah, kurang mampu mengendalikan dirinya dan juga terlalu
emosional.
Dari adanya ketiga tipe diatas maka sudah pasti harus dihindari tipe yang
ketiga dan harus diupayakan munculnya tipe pertama. Apabila orang tua tunggal
dapat mengatasi berbagai masalah-masalah seperti dalam tipe pertama maka masa
depan keluarga akan berkembang baik dan sejahtera. Peristiwa menjadi seorang
orang tua tunggal bukan menjadi penghambat dan sumber kegagalan seseorang
tetapi hal ini dapat dijadikan pemicu untuk mencapai suatu kesuksesan dimasa
yang kan datang. Dengan keluarga yang sejahtera pada saatnya akan terdorong
timbulnya masyarakat bangsa yang kuat. Sebaliknya apabila menjadi orang tua
tunggal itu menurutnya merupakan suatu kegagalan maka pada saatnya akan
menimbulkan suatu kegagalan dalam kehidupan dimasyarakat luas.
2.4 Tinjauan Tentang Anak
2.4.1 Pengertian Anak
Dalam undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 mengenai Perkawinan pada
pasal 42 disebutkan bahwa anak sah merupakan anak yang dlahirkan sebagai
akibat perkawinan yang sah. Jika seorang anak dilahirkan diluar perkawinan anak
tersebut hanya memiliki hubungan perdata dengan ibunya atau keluarga ibunya.
Pengertian anak menurut Undang-Undang Nomor $ Tahun 1979 tentang
kesejahteraan anak. Dimana anak adalah seseorang yang belum mencapai usia 21
tahun dan belum menikah. Batas 21 tahun ditetapkan berdasarkan oleh
32
pertimbangan usaha kesejahteraan sosial, kematangan pribadi dan kematangan
mental seorang anak yang dicapai pada saat usia tersebut. Anak merupakan
potensi serta penerus bangsa yang pada dasarnya telah diletakkan oleh generasi
sebelumnya.
Menurut Hurlock (1980), masa kanak-kanak dimulai sejak melewati masa
bayi yang sejak bayinya penuh dengan ketergantunga. Kira-kira pada usia 2 tahun
sampai pada saat matang secara seksual kira-kira 13 tahun wanita serta 14 tahun
untuk pria. Setelah itu masa kanak-kanak dibagi menjadi dua periode. Periode
awal berlangsung dari umur dua sampai dengan enam tahun serta periode akhir
dari enam tahun hingga saatnya anak matang secara seksual. Setelah dinyatakan
matang secara seksual maka anak akan mengalami perkembangan tahap menjadi
seorang remaja.
Secara psikologis masa remaja adalah usia dimana individu berintregasi
dengan masyarakat dewasa, dimana usia anak tidak lagi dikatakan dibawah
tingkat orang-orang yang lebih tua tetapi berada dalam tingkatan yang sama.
Intregasi atau dewasa dalam masyarakay mempunyai aspek yang efektif, yang
kurang lebih berhubungan dengan masa puber termasuk dalam perubahan
intelektual yang sangat mencolok. Transformasi dari cara berfikir remaja ini
memungkinkan untuk tercapainya integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa.
Yang pada kenyataannya itu merupakan ciri khas umum dari periode
perkembangan ini.
Lazimnya masa remaja dianggap mulai pada saat anak matang secara
seksual dan berakhir pada saat ia mencapai usia matang secara hukum. Pada
umumnya anak di Indonesia menjadi dewasa ketika dia mencapai umur 21 tahun
33
atau belum mencapai umur 21 tahun namun sudah menikah, hal ini sesuai dengan
perturan secara tertulis dalam hukum positif di Indonesia.
2.5 Tinjauan Tentang Norma Agama
2.5.1 Pengertian Norma
Norma menurut kamus besar Bahasa Indonesia, yaitu suatu aturan atau
ketentuan yang mengikat kelompok warga dalam masyarakat, digunakan sebagai
panduan, tatanan dan juga pengendali tingkah laku yang sesuai juga diterima oleh
setiap warga masyarakat.
Norma-norma sosial berada dalam suatu bentuk dasar. Jenis norma yang
pertama merujuk pada suatu perbuatan yang itu bersifat umum atau biasa. Norma
semacam ini menggambarkan dengan apa yang dilakukan kebanyakan orang
shingga dapat disebut sebagai norma deskriptif. Berbagai norma ini memotivasi
perilaku kita dengan cara memberikan bukti tentang anggapan oleh sebagian
besar orang sebagai perbuatan yang efektif untuk mereka dalam situasi tertentu.
Dengan mencatta apa yang dilakukan orang lain dan kemudian menirukan
perbuatan mereka secara tidak sadar kita telah memilih secara benar dan efisien.
Bukti yang menunjukkan bahwasannya orang lebih banyak atau cenderung
mengikuti tokoh dalam suatu kelompok. Para peneliti telah banyak menunjukkan
tentang prespsi apa yang dilakukan kebnayakan orang itu akan mempengaruhi
perilaku si pengamat, bahkan saat perilaku-perilaku itu mengandung moralitas
yang netral seperti memilih produk sehari-hari.
Untuk norma jenis yang kedua mengacu pada harapan-harapan bersama
dalam sebuah masyarakat, organisasi atau suatu kelompok yang dalam perbuatan
tertentu diharapkan atau atau aturan-aturan moral yang kita setujui untuk
34
dilaksanakan. Norma-norma seperti itu mencerminkan apa yang telah disetujui
dan yang tidak disetujui oleh sebagian besar orang. Norma-norma tersebut
memotivasi perilaku kita dengan cara yang menjanjikan suatu imbalan atau
hukuman sosial informal atas perilaku itu. Beda hal dengan norma deskriptif yang
dimana sering diistilahkan dengan norma-norma “merupakan” norma ini justru
sering disebut dengan norma “seharusnya”. Norma-norma deskriptif
menginformasikan perilaku kita, sedang norma ini mengaturnya.
2.5.2 Pengertian Agama
Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007) merupakan suatu
ajaran ataupun sistem yang mengatur tentang keimanan (kepercayaan) dan
peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, juga tata kaidah yang berhubungan
dengan pergaulan manusia serta lingkuangannya.
Sedangkan definisi agama menurut sosiologi ialah defini empiris yang
dimana dfinisi menurut pengalaman konkret sekitar agama yang dikumpulkan
dari masa lampau maupun kejadian sekarang.
Hendropuspito dalam Pratama (2011), mendefinisikan agama adalah suatu
jenis sistem sosial yang dibuat oleh pengikut-pengikutnya yang berporos pada
kekuatan-kekuatan non empiris yang dipercayai dan juga didayagunakan untuk
mencapai suatu keselamatan bagi diri mereka dan masyarakat luas pada
umumnya.
Agama dalam kehidupan manusia individu berfungsi sebagai suatu sistem
nilai yang memuat norma-norma tertentu. Secara umum norma-norma ini menjadi
suatu acuan dalam bersikap serta bertingkah laku agar sejalan dengan agama apa
yang telah dianutnya. Pengaruh suatu sistem nilai terhadap kehidupan masing-
35
masing individu dikarenakan nilai sebagai realitas yang abstrak sebagai daya
pendorong atau prinsip yang menjadi pedoman hidup. Secara realitas nilai sendiri
memiliki pengaruh dalam mengatur pola tingkah laku, pola pikir dan juga pola
bersikap.
Dari pengertian-pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwasannya
agama adalah sebuah sistem atau prinsip serta parektek beribadah kepada Tuhan
dengan menurut kepada ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian
kepada kepercayaan tersebut.
2.5.3 Pengertian Norma Agama
Dari pengertian-pengertian diatas maka norma agama merupakan aturan-
aturan hidup yang berupa perintah-perintah serta larangan-larangan, yang oleh
pemeluknya sendiri diyakini bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa. Aturan-
aturan itu tidak hanya mengatur hubungan vertical, antara manusia dengan
Tuhan seperti ibadah namun juga hubungan horisonal diantaranya manusia
dengan sesame manusia. Pada umumnya setiap pemeluk agama meyakini
bahwasannya siapa yang mematuhi perintah-perintah Tuhan dan menjauhi
segala laranganNya akan mendapatkan pahala. Sebaliknya siapa yang
melanggarnya akan berdosa dan sebagai sanksinya ia akan memperoleh siksa.
Sikap serta perbuatan yang menunjukkan kepatuhan untuk melanjutkan
perintah-Nya juga menjauhi segala larangan-Nya disebut dengan taqwa.
2.6 Teori Penetrasi Sosial
36
Teori penetrasi sosial dipopulerkan oleh Irwin Altan dan Dalmas Taylor.
Teori penetrasi sosial secara umum mebahas tentang bagaimana proses
komunikasi interpersonal. Disini dijelaskan bahwa dalam proses berhubungan
dengan orag lain terjadi berbagai proses gradual yang dimana terjadi semacam
proses adaptasi diantara keduanya atau dalam bahasa Altman dan Taylor adalah
penetrasi sosial.
Altman dan Taylor membahasa bagaimana perkembangan kedekatan dalam
suatu hubungan. Menurut mereka, pada dasarnya kita akan mampu berdekatan
denan seseorang yang lain sejauh kita mampu melalui suatu proses “gradual and
orderly fashion superficial to intimate levels of exchange as a funcyion of both
immediate and forecast outcomes.”
Altman dan Taylor mengibaratkan manusia seperti bawang merah,
maksudnya adalah pada hakikatnya manusia sendiri memiliki beberapa layer atau
lapisan kepribadian. Jika kita mengupas kulit terluar bawang, maka kita akan
menemukan lapisan kulit yang lainnya, begitu pula dengan kepribadian manusia.
Terdapat beberapa tahapan dala proses penetrasi sosial, yaitu sebagai
berikut :
a. Tahap Orientasi, yang juga dapat disebut dengan masa pengenalan dan
terjadi pada tingkat publik. Saat dua orang melakukan interaksi, mereka
akan membuka diri sedikit demi sedikit dengan tatap muka
memperhatikan nilai-nilai yang ada di masyarakat.
b. Pertukaran penjajakan afektif, terjadi saat dua orang yang akan mulai
menunjukkan informasi-informasi tentang dirinya meskipun masih
37
terbatas dan masih berhati-hati. Interaksi akan terjadi lebih santai,
spontan dan menggunakan fase-fase tertentu.
c. Pertukaran afektif, saat mulai memasuki tahapan afektif dapat ditandai
dengan munculnya rasa nyaman, interaksi tanpa beban dan penggunaan
idiom personal.
d. Pertukaran stabil, tahapan ii merupakan tahap keterbukaan total, baik itu
terbuka dalam pemikiran, perilaku dan juga perasaan. Saat memasuki
tahapan ini, dua orang telah saling mengerti dan semakin kecil tingkat
ambiguitas. Hal-hal kecil menjadi sesuatu yang tidak penting sehingga
mereka dapat menghindari konflik.