24
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rokok 2.1.1 Pengertian Rokok adalah salah satu zat adiktif yang bila digunakan mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan masyarakat. Kemudian ada juga yang menyebutkan bahwa rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bahan lainya yang dihasilkan dari tanamam Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya atau sintesisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan (Tendra, 2003) Menurut Harissons (1987) dalam Sitepoe (2000), terdapat dua komponen pada asap rokok yaitu komponen gas sebesar 85% dan komponen partikulat sebesar 15% (komponen yang bersama gas dan mengalami kondensasi). Asap rokok pula dapat dibagi menjadi dua yaitu asap mainstream dan asap sidestream. Asap mainstream adalah asap yang diisap melalui mulut (oleh perokok) manakala asap yang dihembuskan oleh perokok dan asap yang terbentuk pada ujung rokok yang terbakar disebut asap sidestream. Individu yang berada disekitar perokok yang terisap asap sidestream disebut sebagai perokok pasif.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rokok - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/143/jtptunimus-gdl-ahmadalvia... · Rokok adalah salah satu zat adiktif yang bila digunakan

  • Upload
    vudien

  • View
    212

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rokok - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/143/jtptunimus-gdl-ahmadalvia... · Rokok adalah salah satu zat adiktif yang bila digunakan

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rokok

2.1.1 Pengertian

Rokok adalah salah satu zat adiktif yang bila digunakan

mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan masyarakat.

Kemudian ada juga yang menyebutkan bahwa rokok adalah hasil

olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bahan lainya yang

dihasilkan dari tanamam Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan

spesies lainnya atau sintesisnya yang mengandung nikotin dan tar

dengan atau tanpa bahan tambahan (Tendra, 2003)

Menurut Harissons (1987) dalam Sitepoe (2000), terdapat dua

komponen pada asap rokok yaitu komponen gas sebesar 85% dan

komponen partikulat sebesar 15% (komponen yang bersama gas dan

mengalami kondensasi). Asap rokok pula dapat dibagi menjadi dua

yaitu asap mainstream dan asap sidestream. Asap mainstream adalah

asap yang diisap melalui mulut (oleh perokok) manakala asap yang

dihembuskan oleh perokok dan asap yang terbentuk pada ujung rokok

yang terbakar disebut asap sidestream. Individu yang berada disekitar

perokok yang terisap asap sidestream disebut sebagai perokok pasif.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rokok - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/143/jtptunimus-gdl-ahmadalvia... · Rokok adalah salah satu zat adiktif yang bila digunakan

7

2..1.2 Penyebab merokok

Conrad dan Miller (1986) dalam Sitepoe (2000) menyatakan

bahwa, terdapat dua penyebab utama seseorang menjadi perokok yaitu

dorongan psikologis dan dorongan fisiologis. Secara psikologis,

perokok merasakan bahwa dengan merokok, ia dapat mengalihkan

kecemasan, menunjukkan kejantanan (bangga diri) dan menunjukkan

kedewasaan. Sedangkan, dorongan fisiologis pula timbul akibat dari

nikotin yang terdapat di dalam rokok yang menyebabkan terjadinya

adiksi sehingga seseorang ingin terus merokok.

Umumnya, individu mulai merokok akibat dari pengaruh

lingkungan seperti melihat teman-teman dan diajari oleh teman-teman.

Selain itu, ada juga yang merokok dengan kemauan sendiri karena

ingin menunjukkan bahwa dirinya telah dewasa (umumnya pada anak-

anak). Bermula dari perokok pasif (mengisap asap rokok orang lain

yang merokok), mereka kemudian menjadi perokok aktif karena

menjadi ketagihan akibat dari nikotin yang terdapat di dalam rokok

(Sitepoe, 2000).

Menurut WHO (2010) perokok dikategorikan kepada tiga

kelompok yaitu perokok ringan, sedang dan berat. Perokok ringan

adalah individu yang merokok sebanyak 1-10 batang rokok sehari,

sedangkan perokok sedang pula menkonsumsi rokok sebanyak 11-20

batang rokok sehari. Individu yang merokok melebihi 20 batang rokok

dalam sehari pula dikategorikan sebagai perokok berat.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rokok - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/143/jtptunimus-gdl-ahmadalvia... · Rokok adalah salah satu zat adiktif yang bila digunakan

8

2.1.3 Bahan Baku Rokok

Komponen utama rokok adalah tembakau. Tembakau yang

digunakan untuk membuat rokok di Indonesia adalah tembakau yang

ditanam dan diproduksi di berbagai daerah di Indonesia, baik sebagai

komoditi dalam negeri maupun komoditas mancanegara. Rokok yang

menggunakan tembakau sebagai komponen utamanya disebut sebagai

rokok putih. Di Indonesia, terdapat sejenis rokok yang dikenal sebagai

rokok kretek, yang mana selain dari tembakau, cengkeh juga

digunakan sebagai komponen utama untuk menghasilkan rokok jenis

ini. Satu-satunya negara di dunia yang menghasilkan rokok dengan

bahan baku tembakau dan cengkeh adalah Indonesia (Sitepoe, 2000).

Istilah tembakau yang digunakan sebagai komponen utama

rokok merujuk kepada daun tembakau kering yang dirajang maupun

tidak dirajang. Terdapat dua jenis tembakau yang ditanam di Indonesia

yaitu tembakau Virginia yang penanamannya banyak dijumpai di

Pulau Jawa dan tembakau Deli, yang banyak ditanam di Tanah Deli,

Sumatera Utara sejak tahun 1864 (Sitepoe, 2000).

Cengkeh yang digunakan untuk memproduksikan rokok kretek

ditanam di Indonesia dan diproduksikan dari bunga cengkeh (Sitepoe,

2000). Menurut Wise dan Guerin (1986) dalam Sitepoe (2000)

cengkeh akan dikeringkan, kemudian digiling serta dicampur ke dalam

tembakau dengan perbandingan tembakau dengan cengkeh 60:40.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rokok - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/143/jtptunimus-gdl-ahmadalvia... · Rokok adalah salah satu zat adiktif yang bila digunakan

9

2.1.4 Jenis Rokok

Menurut Sitepoe, (2000), rokok berdasarkan bahan baku atau

isi di bagi tiga jenis:

1. Rokok Putih : rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun

tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan

aroma tertentu.

2. Rokok Kretek : rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun

tembakau dan cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek

rasa dan aroma tertentu.

3. Rokok Klembak : rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun

tembakau, cengkeh, dan kemenyan yang diberi saus untuk

mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.

Rokok berdasarkan penggunaan filter dibagi dua jenis :

1. Rokok Filter (RF) : rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat

gabus.

2. Rokok Non Filter (RNF) : rokok yang pada bagian pangkalnya

tidak terdapat gabus.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rokok - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/143/jtptunimus-gdl-ahmadalvia... · Rokok adalah salah satu zat adiktif yang bila digunakan

10

2.1.5 Bahan Kimia di Dalam Tembakau dan Rokok

Menurut Robert (1988) dalam Sitepoe (2000), terdapat lebih

dari 3040 jenis bahan kimia yang dijumpai di dalam daun tembakau

kering. Bahan-bahan ini berasal dari pertumbuhan daun tembakau itu

sendiri, misalnya bersumber dari tanah, udara dan bahan kimia yang

digunakan semasa penanaman tembakau maupun semasa proses

pembuatan rokok. Hal ini bermaksud, komposisi kimia pada daun

tembakau juga dipengaruhi oleh cara pemprosesan dan kawasan

tempat penanaman tembakau tersebut.

Menurut Robert (1988) dalam Sitepoe (2000), pada waktu

rokok dibakar, maka akan terbentuk pula bahan kimia lain hasil reaksi

dari proses pembakaran yang terjadi. Asap rokok mainstream

dikatakan mengandung 4000 jenis bahan kimia. Bahan kimia ini

dibedakan menjadi fase partikulat dan fase gas. Fase partikulat terdiri

daripada nikotine, nitrosamine, N nitrosonornikotin, polisiklik

hidorkarbon, logam berat dan karsinogenik amine. Sedangkan, fase

yang dapat menguap atau seperti gas adalah karbon monoksida,

karbon dioksida, benzene, amonia, formaldehid, hidrosianida dan lain-

lain.

2.1.5.1 Tar Tar adalah zat berwarna coklat berisi berbagai jenis

hidrokarbon aromatik polisiklik, amin aromatik dan N-nitrosamine.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rokok - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/143/jtptunimus-gdl-ahmadalvia... · Rokok adalah salah satu zat adiktif yang bila digunakan

11

Tar yang dihasilkan asap rokok akan menimbulkan iritasi pada saluran

napas, menyebabkan bronchitis, kanker nasofaring dan kanker paru.

2..1.5.2 Nikotin

Nikotin adalah bahan alkaloid toksik yang merupakan senyawa

amin tersier, bersifat basa lemah dengan pH 8,0. Pada pH fisiologis,

sebanyak 31% nikotin berbentuk bukan ion dan dapat melalui

membran sel. Asap rokok pada umumnya bersifat asam (pH 5,5). pH

nikotin berada dalam bentuk ion dan tidak dapat melewati membran

secara cepat sehingga di mukosa pipih hanya terjadi sedikit absorpsi

nikotin dari asap rokok. Perokok yang menggunakan pipa, cerutu dan

berbagai macam sigaret Eropa, asap rokok bersifat basa dengan pH 8,5

dan nikotin pada umumnya tidak dalam bentuk ion dan dapat

diabsorpsi dengan baik melalui mulut.

2.1.5.3 Karbonmonoksida

Karbon monoksida (CO) adalah gas beracun yang mempunyai

afinitas kuat terhadap hemoglobin pada sel darah merah, ikatan CO

dengan haemoglobin akan membuat haemoglobin tidak bisa

melepaskan ikatan CO dan sebagai akibatnya fungsi haemoglobin

sebagai pengangkut oksigen berkurang, sehingga membentuk karboksi

hemoglobin mencapai tingkat tertentu akan dapat menyebabkan

kematian.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rokok - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/143/jtptunimus-gdl-ahmadalvia... · Rokok adalah salah satu zat adiktif yang bila digunakan

12

2.1.5.4 Timah hitam

Timah hitam (Pb) yang dihasilkan oleh sebatang rokok

sebanyak 0,5 ug. Sebungkus rokok (isi 20 batang) yang habis dihisap

dalam satu hari akan menghasilkan 10 ug. Sementara ambang batas

bahaya timah hitam yang masuk ke dalam tubuh adalah 20 ug per hari.

Bisa dibayangkan, bila seorang perokok berat menghisap rata-rata 2

bungkus rokok per hari, berapa banyak zat berbahaya ini masuk ke

dalam tubuh (Triswanto, 2007).

2.1.5.5 Radikal bebas (NOx, SO2)

Radikal bebas merupakan suatu atom, molekul, senyawa yang

dapat berdiri sendiri mempunyai satu atau lebih elektron tidak

berpasangan di orbital terluarnya. NOx merupakan oksidator yang

cukup kuat yang dapat menyebabkan peroksidasi lipid atau protein

sehingga fungsinya terganggu. Bahaya radikal bebas terhadap eritrosit

diantaranya adalah dengan merusak struktur membran eritrosit

sehingga plastisitas membran terganggu dan mudah pecah. Keadaan

ini dapat menyebabkan turunnya jumlah eritrosit.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rokok - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/143/jtptunimus-gdl-ahmadalvia... · Rokok adalah salah satu zat adiktif yang bila digunakan

13

Tabel 2: Kadar nikotin dan karbon monoksida dari beberapa merk rokok

(Rusiawati, 1990).

Merk Rokok Particulate(mg) Nikotin* (mg) Karbon monoksida(mg)

Djarum 53,7 5,07 19,5

Dji Sam Soe 40,7 5,31 23,0

Gudang Garam 52,0 5,28 18,2

Djarum 76 48,3 5,10 22,7

*nilai rata-rata

2.1.6. Kategori Perokok

2.1.6.1 Perokok Pasif

Perokok pasif adalah asap rokok yang dihirup oleh seseorang

yang tidak merokok (pasif smoker). Asap rokok tersebut bisa menjadi

polutan bagi manusia dan lingkungan sekitar. Asap rokok yang

terhirup oleh orang-orang bukan perokok karena berada disekitar

perokok bisa menimbulkan seconde handsmoke.

2.1.6.2 Perokok aktif

Perokok aktif adalah orang yang suka merokok (Hasan alwi,

2003). Dari perokok aktif ini dapat digolongkan menjadi tiga bagian:

a. Perokok ringan

Perokok ringan yaitu perokok yang merokok kurang dari

sepuluh batang per hari.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rokok - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/143/jtptunimus-gdl-ahmadalvia... · Rokok adalah salah satu zat adiktif yang bila digunakan

14

b. Perokok sedang

Perokok sedang adalah orang yang menghisap rokok sepuluh

sampai dua puluh batang perhari.

c. Perokok berat

Perokok berat adalah orang yang merokok lebih dari dua puluh

batang perhari (M.N.Bustan, 1997).

2.2. Sel Darah Merah

Sel darah merah yang matang sangat mudah dikenali

disebabkan oleh morfologinya yang unik. Keadaan normal, bentuk sel

darah merah adalah bikonkaf dengan diameter 8 µm, dengan ketebalan

pada bagian yang paling tebal 2,5 µm dan pada bagian tengah 1 µm

atau kurang. Volume eritrosit adalah 90 - 95 µm. Jumlah eritrosit

normal pada pria 4,6 - 6,2 juta/µL dan pada wanita 4,2 - 5,4 juta/µL.

Eritrosit ini tidak mempunyai nukleus atau mitokondria, dan 33% dari

pada kandungannya terdiri dari protein tunggal yaitu hemoglobin.

Tanpa nukleus dan jalur metabolik protein, sel ini mempunyai masa

hidup yang singkat yaitu selama 120 hari. Tetapi, struktur sel darah

merah matang yang unik ini memberikan daya lenturan yang

maksimal saat sel ini melewati pembuluh darah yang sempit (Hillman,

Ault dan Rinder, 2005).

Hampir kesemua kebutuhan tenaga intrasellular didapat lewat

metabolisme glukosa, yang bertujuan untuk mengekalkan hemoglobin

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rokok - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/143/jtptunimus-gdl-ahmadalvia... · Rokok adalah salah satu zat adiktif yang bila digunakan

15

dalam kondisi larut dan reduksi, menyediakan sejumlah 2,3-

diphosphoglycerat (2,3-DPG) yang mencukupi dan untuk

menghasilkan adenosine triphosphate (ATP) bagi mempertahankan

fungsi membran (Hillman, Ault dan Rinder, 2005).

2.3 Indeks Eritrosit

Indeks eritrosit adalah batasan untuk ukuran dan isi

hemoglobin eritrosit. Istilah lain untuk indeks eritrosit adalah indeks

kospouskuler. Indeks eritrosit terdiri atas : isi/volume atau ukuran

eritrosit (MCV : mean corpuscular volume atau volume eritrosit rata-

rata), berat (MCH : mean corpuscular hemoglobin atau hemoglobin

eritrosit rata-rata), konsentrasi (MCHC : mean corpuscular

hemoglobin concentration atau kadar hemoglobin eritrosit rata-rata),

dan perbedaan ukuran (RDW : RBC distribution width atau luas

distribusi eritrosit). Indeks eritrosit dipergunakan secara luas dalam

mengklasifikasi anemia atau sebagai penunjang dalam membedakan

berbagai macam anemia (Riswanto, 2009).

Indeks eritrosit dapat ditetapkan dengan dua metode, yaitu

manual dan elektronik (automatik) menggunakan hematology

analyzer. Untuk dapat menghitung indeks eritrosit secara manual

diperlukan data kadar hemoglobin, hematokrit/PCV dan hitung

eritrosit.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rokok - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/143/jtptunimus-gdl-ahmadalvia... · Rokok adalah salah satu zat adiktif yang bila digunakan

16

2.3.1 Volume eritrosit rata-rata (VER) atau mean corpuscular volume

(MCV)

MCV mengindikasikan ukuran eritrosit : mikrositik (ukuran

kecil), normositik (ukuran normal), dan makrositik (ukuran besar).

Nilai MCV diperoleh dengan mengalikan hematokrit 10 kali lalu

membaginya dengan hitung eritrosit (Riswanto, 2009)..

MCV = (hematokrit x 10) : hitung eritrosit

Nilai rujukan :

1. Dewasa : 80 - 100 fL (baca femtoliter)

2. Bayi baru lahir : 98 - 122 fL

3. Anak usia 1-3 tahun : 73 - 101 fL

4. Anak usia 4-5 tahun : 72 - 88 fL

5. Anak usia 6-10 tahun : 69 - 93 fL

Masalah klinis :

1. Penurunan nilai : anemia mikrositik, anemia defisiensi besi (ADB),

malignansi, artritis reumatoid, hemoglobinopati (talasemia, anemia

sel sabit, hemoglobin C), keracunan timbal, radiasi.

2. Peningkatan nilai : anemia makrositik, aplastik, hemolitik,

pernisiosa; penyakit hati kronis; hipotiroidisme (miksedema);

pengaruh obat (defisiensi vit B12, antikonvulsan, antimetabolik)

2.3.2 Hemoglobin eritrosit rata-rata (HER) atau mean corpuscular

hemoglobin (MCH)

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rokok - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/143/jtptunimus-gdl-ahmadalvia... · Rokok adalah salah satu zat adiktif yang bila digunakan

17

MCH mengindikasikan bobot hemoglobin di dalam eritrosit

tanpa memperhatikan ukurannya. MCH diperoleh dengan mengalikan

kadar Hb 10 kali, lalu membaginya dengan hitung eritrosit.

MCH = (hemoglobinx10) : hitung eritrosit

Nilai rujukan :

1. Dewasa : 26 - 34 pg (baca pikogram)

2. Bayi baru lahir : 33 - 41 pg

3. Anak usia 1-5 tahun : 23 - 31 pg

4. Anak usia 6-10 tahun : 22 - 34 pg

MCH dijumpai meningkat pada anemia makrositik-

normokromik atau sferositosis, dan menurun pada anemia mikrositik-

normokromik atau anemia mikrositik-hipokromik.

2.3.3 Kadar hemoglobin eritrosit rata-rata (KHER) atau mean

corpuscular hemoglobin concentration (MCHC)

MCHC mengindikasikan konsentrasi hemoglobin per unit

volume eritrosit. Penurunan nilai MCHC dijumpai pada anemia

hipokromik, defisiensi zat besi serta talasemia. Nilai MCHC dihitung

dari nilai MCH dan MCV atau dari hemoglobin dan hematokrit.

MCHC = ( MCH : MCV ) x 100 % atau MCHC = ( Hb : Hmt ) x

100%

Nilai rujukan :

1. Dewasa : 32 - 36 %

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rokok - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/143/jtptunimus-gdl-ahmadalvia... · Rokok adalah salah satu zat adiktif yang bila digunakan

18

2. Bayi baru lahir : 31 - 35 %

3. Anak usia 1.5 - 3 tahun : 26 - 34 %

4. Anak usia 5 - 10 tahun : 32 - 36 %

2.3.4 Luas distribusi eritrosit (RBCdistribution width)

RDW adalah perbedaan ukuran (luas) dari eritrosit. RDW

adalah pengukuran luas kurva distribusi ukuran pada histogram. Nilai

RDW dapat diketahui dari hasil pemeriksaan darah lengkap (full blood

count, FBC) dengan hematology analyzer. Nilai RDW berguna untuk

memperkirakan terjadinya anemia dini, sebelum nilai MCV berubah

dan sebelum terjadi tanda dan gejala. Peningkatan nilai RDW dapat

dijumpai pada : anemia defisiensi (zat besi, asam folat, vit B12),

anemia hemolitik, anemia sel sabit.

2.4 Hemoglobin

Terdapat sekitar 280 juta molekul hemoglobin di dalam setiap

sel darah merah (Tortora dan Derickson, 2006). Hemoglobin adalah

sejenis protein dengan berat molekul 64.500 dalton, terdiri dari 4

rantai polipeptida. Setiap satunya mengandung satu pigmen non-

protein berbentuk seperti cincin yang disebut sebagai kelompok heme

aktif (Hillman, Ault dan Rinder, 2005). Bagian tengah dari cincin

heme ini terdapat satu ion ferous, Fe2+

yang boleh mengikat satu

molekul oksigen, lalu membolehkan satu molekul hemoglobin

berikatan dengan empat molekul oksigen (Tortora dan Derickson,

2006).

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rokok - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/143/jtptunimus-gdl-ahmadalvia... · Rokok adalah salah satu zat adiktif yang bila digunakan

19

Repiratory motion of hemoglobin adalah proses pengikatan dan

pelepasan molekul oksigen dari hemoglobin yang melibatkan

perubahan spesifik pada struktur molekularnya. Apabila hemoglobin

berubah dari bentuk deoxyhemoglobin kepada bentuk oxyhemoglobin,

karbon dioksida, CO2dan 2,3-DPG akan terlepas dari posisi asalnya

yaitu di antara rantai β-globin lalu membuka molekul heme untuk

menerima oksigen. Seterusnya, oksigen yang berikatan dengan salah

satu kelompok heme akan meningkatkan afinitas dari kelompok heme

yang lain kepada oksigen. Interaksi inilah yang menyebabkan

terjadinya bentuk ”sigmoid” pada kurva disosiasi oksigen (Hillman,

Ault dan Rinder, 2005).

Kadar hemoglobin normal yang terdapat di dalam satu sel

darah merah adalah sekitar 32pg. (mean cell hemoglobin, MCH = 32 ±

2pg). Proses sintesis hemoglobin yang normal memerlukan cadangan

zat besi yang mencukupi dan produksi protoporphyrin dan globin

yang normal. Proses sintesis protoporphyrin dimulai di dalam

mitokondria dengan pembentukan delta aminolevulenic acid dari

glycine dan succinyl-CoA yang berasal dari siklus asam sitrat.

Seterusnya, proses dilanjutkan dengan pembentukan porphobilinogen,

uroporphyrin dan coproporphyrin yang terjadi di sitoplasma sel. Dua

molekul delta aminolevulenic acid bergabung membentuk

porphobilinogen yang mengandung satu rantai pyrrole. Melalui proses

deaminasi, empat prophobilinogen digabungkan menjadi

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rokok - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/143/jtptunimus-gdl-ahmadalvia... · Rokok adalah salah satu zat adiktif yang bila digunakan

20

hydroxymethyl bilane, yang kemudiannya dihidrolisis menjadi

uroporphyrin. Uroporphyrin kemudiannya mengalami dekarboksilasi

menjadi coporphyrin. Enzim coporphyrin oxidase mengoksidasi

coporphyrin kepada protpoporphyrinogen. Protoporphyrinogen

seterusnya dioksidaksikan membentuk protoporphyrin. Proses terakhir

adalah penggabungan rantai protoporphyrin dengan ion ferous, Fe2+

lalu membentuk molekul Heme. Proses ini berlaku di dalam

mitokondria (Hillman, Ault dan Rinder, 2005).

Rantai globin pula digabungkan oleh ribosom sitoplasmik yang

dikawal oleh dua kluster gene pada kromosom 11 dan 16. Hasil

akhirnya adalah molekul globin yang tetramer yaitu dua rantai α-

globin dan dua rantai non-α-globin. Penggabungan molekul

hemoglobin ini berlaku di sitoplasma sel. Terdapat sebagian kecil zat

besi, protoporphyrin dan rantai globin bebas yang tersisa selepas

proses sitesis hemoglobin selesai. Zat besi tersebut disimpan sebagai

ferritin dan porphyrin pula diubah kepada zinc (Hillman, Ault dan

Rinder, 2005).

Reaksi komplek ini dipicu oleh hormon erythropoietin. Tingkat

sintesis hemoglobin (rate of hemoglobin synthesis) ditentukan oleh

ketersediaan transferrin iron dan kadar heme di intrasellular. Proses

sintesis hemoglobin berlaku secara maksimal di sumsum tulang yang

lebih matang. Penghentian sintesis heme ditandai dengan penurunan

ekspresi dari reseptor transferrin pada membran, diikuti dengan

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rokok - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/143/jtptunimus-gdl-ahmadalvia... · Rokok adalah salah satu zat adiktif yang bila digunakan

21

penurunan regulasi (downregulation) sintesis heme dan globin

(Hillman, Ault dan Rinder, 2005).

2.5 Kurva Disosiasi Hemoglobin-Oksigen

Kurva disosiasi hemoglobin-oksigen adalah ilustrasi kepada

hubungan antara kadar saturasi hemoglobin (percent saturation of

hemoglobin) dengan tekanan parsial oksigen. Tekanan parsial oksigen

merupakan faktor penting dalam menentukan kuantitas oksigen yang

berikatan dengan hemoglobin. Semakin tinggi tekanan parsial oksigen

maka semakin banyak oksigen yang berikatan dengan hemoglobin.

Apabila hemoglobin yang tereduksi (reduced hemoglobin) ditukar

sepenuhnya kepada oxyhemoglobin, maka hemoglobin dikatakan

sebagai tersaturasi penuh (Tortora dan Derickson, 2006).

Kadar saturasi hemoglobin adalah saturasi rata-rata

hemoglobin yang berikatan dengan oksigen. Sebagai contoh, jika dua

molekul oksigen yang berikatan dengan satu molekul hemoglobin,

maka disebut kadar saturasi oksigen adalah 50%, karena satu molekul

hemoglobin bisa mengikat 4 molekul oksigen (Tortora dan Derickson,

2006).

Kondisi yang normal, darah arteri memasuki jaringan-jaringan

tubuh dengan tekanan parsial oksigen 95 mmHg dan saturasi

hemoglobin yang melebihi 97%. Aliran balik vena dari pada jaringan

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rokok - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/143/jtptunimus-gdl-ahmadalvia... · Rokok adalah salah satu zat adiktif yang bila digunakan

22

pula mempunyai tekanan oksigen sebesar 40 mmHg dengan saturasi

hemoglobin 75-80% (Hillman, Ault dan Rinder, 2005).

Walaupun tekanan parsial oksigen merupakan faktor yang

penting dalam menentukan kadar saturasi hemoglobin, terdapat

beberapa faktor lain yang juga mempengaruhi afinitas hemoglobin

terhadap oksigen. Faktor-faktor ini akan memberikan dampak terhadap

kurva disosiasi hemoglobin-oksigen secara keseluruhan dengan

menyebabkan kurvanya bergeser ke arah kiri (afinitas meningkat) atau

ke arah kanan (afinitas berkurang). Faktor-faktor tersebut adalah

keasaman (pH), tekanan parsial karbon dioksida dan zat 2,3-

diphosphoglycerat (2,3-DPG) (Tortora dan Derickson, 2006).

Saat pH darah menurun, kurva disosiasi hemoglobin-oksigen

akan bergeser ke kanan, menunjukkan bahwa hemoglobin kurang

tersaturasi walaupun berada di tekanan parsial oksigen tinggi.

Perubahan ini dinamakan sebagai Borh effect, dimana hemoglobin

bertindak sebagai buffer. Borh effect berkerja dengan kedua-dua cara

yaitu; peningkatan ion H+

dalam darah akan menyebabkan oksigen

terlepas dari hemoglobin, dan oksigen yang berikatan dengan

hemoglobin akan menyebabkan ion H+

terlepas dari hemoglobin.

Apabila produksi asam metabolit (asam laktat dan asam karbonat) dan

CO2jaringan meningkat, keasaman darah akan meningkat lalu

terjadinya asidosis yang menyebakan kurva disosiasi bergeser ke

kanan. Maka, afinitas hemoglobin terhadap oksigen melemah,

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rokok - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/143/jtptunimus-gdl-ahmadalvia... · Rokok adalah salah satu zat adiktif yang bila digunakan

23

menyebabkan oksigen terlepas dari pada hemoglobin dan masuk ke

jaringan (Tortora dan Derickson, 2006).

Karbon dioksida memiliki sifat asam. Maka, apabila ia

berikatan hemoglobin, akan terjadi dampak yang sama pada kurva

disiosiasi (kurva begeser ke kanan). Kondisi dengan tekanan parsial

karbon dioksida meningkat, hemoglobin akan lebih mudah untuk

melepaskan oksigen. Tekanan parsial karbon dioksida dan pH darah

merupakan faktor yang terkait karena pH darah yang rendah

(keasaman) adalah pengaruh dari peningkatan tekanan parsial karbon

dioksida. Peningkatan tekanan parsial karbon dioksida akan

menyebabkan kurva disiosiasi bergeser ke kanan (Tortora dan

Derickson, 2006).

2,3-diphosphoglycerat (2,3-DPG) adalah bahan yang terdapat

di dalam sel darah merah yang berfungsi untuk menurunkan afinitas

hemoglobin terhadap oksigen, lalu membantu pelepasan oksigen

daripada hemoglobin. 2,3-DPG diproduksi di dalam sel darah merah

dan ia merupakan hasil daripada proses glikolisis, yaitu pemecahan

glukosa untuk menghasilkan adenosine triphosphate, ATP (Tortora

dan Derickson, 2006). Produksi 2,3-DPG akan meningkat apabila

terjadinya desaturasi hemoglobin seperti hipoksia, gagal jantung atau

anemia (Hillman, Ault dan Rinder, 2005).

Peningkatan intaselular 2,3-DPG akan menyebabkan kurva

disosiasi bergeser ke kanan dan menyediakan mekanisme kompensasi

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rokok - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/143/jtptunimus-gdl-ahmadalvia... · Rokok adalah salah satu zat adiktif yang bila digunakan

24

yang bagus untuk anemia kronis dan hipoksia. Metabolisme 2,3-DPG

juga dipengaruhi oleh asidosis atau alkalosis sistemik.

Perubahan awal berupa pergeseran kurva disosiasi ke kanan

pada pasien asidosis akan diperbaiki dalam batas waktu 12-36 jam

seterusnya berupa pengurangan kadar 2,3-DPG. Maka, Bohr effect

akan dibalikkan oleh kadar 2,3-DPG yang rendah dan menyebabkan

kurva disosiasi kembali menjadi normal (Hillman, Ault dan Rinder,

2005).

Selain itu, terdapat satu lagi kondisi yang bisa mempengaruhi

kurva disosiasi hemoglobin-oksigen yaitu hipoksia. Salah satu

penyebab hipoksia adalah peningkatan kadar saturasi karbon

monoksida,CO darah. Pada kondisi hipoksia yang disebabkan oleh

peningkatan kadar CO, kurva disosiasi akan mengalami pergeseran ke

kiri akibat dari terbentuknya carboxyhemoglobin. Pergeseran kurva

disosiasi ke kiri akan meningkatkan afinitas daripada hemoglobin

terhadap oksigen dan menyebabkan lebih sedikit kadar oksigen yang

dihantar ke jaringan (Braunwald, 2005)

2.6 Hubungan Rokok dengan Jumlah Eritrosit

Orang yang tidak merokok kurang dari 1,5% hemoglobinnya

berupa karboksihemoglobin, tetapi jumlah ini dapat meningkat

menjadi 3% pada penduduk kota yang mengalami populasi yang

parah, bahkan menjadi 10% pada perokok berat. Karbon monoksida

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rokok - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/143/jtptunimus-gdl-ahmadalvia... · Rokok adalah salah satu zat adiktif yang bila digunakan

25

cenderung berikatan dengan hemoglobin dalam jangka waktu yang

lama akibat afinitasnya yang kuat terhadap hemoglobin Karbon

monoksida dalam bentuk karboksihemoglobin memiliki half-life

selama 5-6 jam dan dapat tetap berada dalam darah selama lebih dari

24 jam, tergantung pada beberapa factor, misalnya jenis kelamin,

aktifitas fisik dan frekuensi pernafasan (Middleton dan Morice,

2000).

Beberapa penelitian Killinc dkk, menunjukkan bahwa perokok

memiliki hitung eritrosit lebih banyak dari pada non perokok (Killinc,

2004). Peningkatan hitung eritrosit pada perokok berhubungan

dengan lamanya merokok dan jumlah rokok yang dihisap tiap hari

(Van Tiel, 2002). Peningkatan dalam parameter ini merupakan

adaptasi terhadap adanya karbonmonoksida yang terkandung dalam

asap rokok (Underwood, 1996 dan Narayanan, 2003)

Timbulnya karboksihemoglobin pada perokok berat cukup

dapat menimbulkan anoksia sehingga merangsang peningkatan

produksi hormon eritropoitin dan menimbulkan eritropoisis ringan.

Peningkatan produksi eritropoitin dalam hal ini merupakan proses

yang tepat sebagai kompensasi untuk memperkecil hipoksia jaringan

(Moya, 1985).

Sebuah penelitian Zafar dkk di Pakistan justru menunjukkan

bahwa hitung eritrosit pada perokok lebih rendah daripada non

perokok, bahkan ditemukan beberapa responden perokok yang

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rokok - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/143/jtptunimus-gdl-ahmadalvia... · Rokok adalah salah satu zat adiktif yang bila digunakan

26

hitung eritrositnya dibawah normal. Hitung eritrosit berkorelasi

negative dengan jumlah rokok yang dihisap tiap harinya dan lamanya

merokok. Hitung eritrosit yang rendah dapat mengakibatkan

kekacauan dalam proses fisiologis dan mempengaruhi berbagai

macam enzim dan metabolisme obat (Zafar, 2003). Perokok

memiliki tendensi penurunan eritrosit karena berdasarkan penelitian

in vitro, cotinine (suatu metabolit nikotin) menekan pembentukan

koloni dari colony forming unit-erythroid (CFU-E) dan burst

forming unit-erythroid (BFU-E), pada konsentrasi yang ekuivalen pada

perokok (Takahashi, 1999).

2.7 Hubungan Rokok dengan Kadar Hemoglobin Darah

Dalam penelitiannya, Nodenberg (1990) menyatakan kadar

hemoglobin darah rata-rata pada perokok adalah 156±0.4 g/L dan pada

bukan perokok adalah 153±0.5 g/L. Maka, dia mengambil kesimpulan

penelitiannya bahwa merokok menyebabkan terjadinya peningkatan

kadar hemoglobin darah. Hasil penelitian ini disokong lagi dengan

maklumat yang dinyatakan oleh Adamson (2005) yang menyatakan

terjadinya peningkatan kadar hemoglobin darah pada perokok berat.

Peningkatan ini terjadi karena reflek dari mekanisme kompensasi

tubuh terhadap rendahnya kadar oksigen yang berikatan dengan

hemoglobin akibat digeser oleh karbon monoksida yang mempunyai

afinitas terhadap hemoglobin yang lebih kuat. Maka, tubuh akan

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rokok - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/143/jtptunimus-gdl-ahmadalvia... · Rokok adalah salah satu zat adiktif yang bila digunakan

27

meningkatkan proses hematopoiesis lalu meningkatkan produksi

hemoglobin, akibat dari rendahnya tekanan parsial oksigen, PO2

di

dalam tubuh.

Merokok dengan tinggi nikotin, rendah nikotin atau tanpa

nikotin, menyebabkan ikatan karbon monokida dengan haemoglobin

ini meningkat. Pembakaran tidak sempurna dari bahan organic

didalam rokok meningkatkan CO, yang diinhalasi dalam fase gas

bersama dengan unsur asap lain yang volatil memapar darah paru ke

kapiler paling sedikit 400 ppm CO. Karena afinitas haemoglobin

terhadap CO kira-kira 245 kali lebih besar dari pada afinitasnya untuk

O2, maka CO menggeser O2 dari haemoglobin yang menurunkan

jumlah O2 yang ada bagi myocardium.

Peningkatan O2 yang lebih kuat ke haemoglobin dengan

adanya ikatan karbon monoksida dengan haemoglobin lebih

mengurangi ketersediaan O2 bagi myocardium. Karbon monoksida

juga bergabung dengan mioglobin dan dapat menunggu difusi O2 ke

mitokondria otot jantung. Lebih jauh, CO bergabung langsung dengan

sitokrom oksidase, yang memperlambat oksidasi nikotinamid-adenin-

dinukliotida tereduksi.

Apabila gas karbon dioksida memasuki sirkulasi darah, ia akan

berikatan dengan hemoglobin sama seperti oksigen. Tetapi, ikatan

karbon monoksida terhadap hemoglobin adalah 250 kali lebih kuat

berbanding pengikatan oksigen terhadap hemoglobin (Guyton dan

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rokok - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/143/jtptunimus-gdl-ahmadalvia... · Rokok adalah salah satu zat adiktif yang bila digunakan

28

Hall, 2006). Maka, pada konsentrasi sekecil 0.1% saja (P co

=

0.5mmHg), karbon monoksida akan berikatan dengan separuh

daripada total hemolgobin di dalam darah dan mengurangkan

kapasitas membawa oksigen darah sebesar 50% (Tortora dan

Derickson, 2006).

Apabila hal ini berlanjutan, tubuh akan menjalankan

mekanisme kompensasi berupa peningkatan proses erythropoiesis

sebagai usaha untuk meningkatkan kadar penghantaran oksigen ke

jaringan. Maka, kadar hemoglobin akan meningkat dan menjadi lebih

tinggi berbanding pada kondisi normal. Salah satu penyebab terjadinya

hipoksia akibat peningkatan kadar karbon monoksida adalah merokok

(Adamson dan Longo, 2006).

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rokok - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/143/jtptunimus-gdl-ahmadalvia... · Rokok adalah salah satu zat adiktif yang bila digunakan

29

2.8 Kerangka teori

2.9 Kerangka Konsep

Perokok Indeks eritrosit